Anda di halaman 1dari 10

Analisis Tokoh Manajemen : FW Taylor, Elton Mayo, dan Peter Drucker

INTRODUCTION MANAGEMENT

Disusun oleh :
KELOMPOK 2
Faiz Aufa Cahyantoro 22311408
Rara Sukma Bella Aretha 22311396
Alif Ramadhan Saputra 22311384

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2022
1. Frederich W.Taylor (1856-1915)

Frederick Winslow Taylor lahir 20 Maret


1856 di Germantown, Philadelphia, Pennsylvania. ayahnya
Franklin Taylor; seorang pengacara lulusan Princeton dan
ibunya Emily Annette Taylor; seorang wanita tangguh yang
aktif memperjuangkan hak wanita pada masanya. Ia adalah
seorang insinyur mekanik asal Amerika Serikat yang
terkenal atas usahanya meningkatkan efesiensi industri. Ia
dikenal sebagai "bapak manajemen ilmiah" dan merupakan
pemimpin intelektual dari Gerakan Efesiensi.
F.Winslow Taylor adalah seorang insinyur mesin yang menemukan bagaimana cara
meningkatkan efisiensi industri berdasarkan metode studi empiris. Taylor dihormati
sebagai bapak manajemen ilmiah, dan merupakan salah satu direktur dan konsultan
manajemen yang pertama di perusahaan terkenal, yakni Peter Drucker's description.
Beliau dilahirkan di sebuah keluarga liberal Philadelphia, dengan sang ayah; Franklin
Taylor; seorang pengacara lulusan Princeton dan ibu; Emily Annette Taylor; seorang wanita
tangguh yang aktif memperjuangkan hak wanita pada masanya. Beliau lahir tepatnya tanggal
20 Maret 1865, tepatnya di Germantown, Philadelphia, Pennsylvania, karena dibesarkan
dikeluarga yang cenderung mementingkan kekuasaan orang tua, Frederick kecil telah mampu
belajar self-control dalam suatu organisasi keluarga, hal itulah yang membawa sifat
kooperatif dalam dirinya hingga dewasa. Sejak kecil beliau selalu memikirkan bagaimana
mengatasi dan menemukan jalan terbaik disetiap masalah yang dihadapinya,ia merupakan
anak yang sangat teliti dan hobi menelaah suatu peristiwa dari akar permasalahannya. Bahkan
diumur 12 tahun ia berhasil menemukan harness untuk mengatasi mimpi buruk yang selalu
dialaminya.

Kontribusi utama

Taylor adalah yang pertama mengusulkan pendekatan ilmiah untuk bekerja

Pengalamannya sebagai operator dan manajer bengkel memungkinkannya menemukan


bahwa para pekerja tidak seproduktif mungkin dan yang menurunkan kinerja perusahaan..
Itulah sebabnya ia mengusulkan pendekatan ilmiah: untuk mengamati cara mereka bekerja
untuk menemukan tindakan mana yang paling banyak ditunda dan untuk mengatur kembali
kegiatan dengan cara yang paling produktif.

Dia mengangkat kebutuhan untuk merencanakan pekerjaan

Saat ini tampak jelas bahwa sebelum melaksanakan tugas kita harus merencanakan apa
langkah-langkah untuk mengembangkannya. Namun, tidak selalu seperti itu.

Taylor adalah orang pertama yang memperkirakan bahwa untuk membuat produk apa pun
dalam waktu yang lebih singkat, perlu untuk merencanakan langkah-langkah yang harus
diambil dan tanggung jawab semua peserta dalam proses itu..

Menetapkan kebutuhan untuk mengontrol pekerjaan untuk memastikan bahwa itu


dilakukan dengan benar

Taylor mengamati bahwa dalam industri sering kali para manajer tidak tahu bagaimana
produk mereka dielaborasi dan mereka meninggalkan seluruh proses di tangan para
karyawan..

Oleh karena itu, salah satu prinsip pendekatan ilmiahnya, adalah bahwa manajer mengamati
dan belajar dari semua proses perusahaan Anda untuk merencanakan dan mengendalikannya,
memastikan semuanya dilakukan dengan cara yang paling efisien..

Memperkenalkan gagasan memilih staf

Di pabrik-pabrik itu sudah menjadi kebiasaan bagi semua pekerja untuk mengetahui
bagaimana melakukan segalanya dan tidak menjadi ahli dalam hal yang konkret, yang
menyebabkan banyak kesalahan dilakukan.

Taylor mencatat bahwa semua pekerja memiliki keterampilan yang berbeda, sehingga mereka
perlu menetapkan satu kegiatan tunggal yang dapat mereka kembangkan dengan baik alih-
alih banyak tugas yang mereka lakukan dengan buruk..

Praktek ini masih dipertahankan dan merupakan alasan utama departemen Sumber Daya
Manusia di perusahaan.
Mempromosikan spesialisasi pekerja

Seperti yang telah disebutkan, salah satu prinsip pendekatan ilmiah Taylor adalah memilih
karyawan sesuai dengan kemampuan mereka untuk mengembangkan kegiatan tertentu.

Fakta ini menyiratkan bahwa baik karyawan dan administrator akan dilatih dalam tugas-tugas
khusus untuk menjadi menarik bagi perusahaan, sebuah praktik yang berlanjut hingga hari
ini..

Ini memberi prestise yang lebih besar pada peran administrator

Sebelum Taylor, manajer tidak memiliki peran dalam pengembangan pekerjaan dan
meninggalkan semua tanggung jawab di tangan operator.

Berkat ide-ide seperti perencanaan kegiatan, kontrol pekerjaan dan pemilihan personil,
tanggung jawab mendasar yang dimainkan oleh para administrator hingga hari ini mulai
berkembang.

Berkontribusi pada pertumbuhan dan pengembangan fakultas manajemen

Pada saat itu manajemen bisnis tidak dikenal sebagai profesi yang bergengsi. Namun, dengan
pendekatan ilmiah Taylor, kegiatan ini diberi keseriusan yang lebih besar dan mulai dilihat
sebagai profesi terhormat yang dihargai oleh industri..

Berkat fenomena ini, fakultas administrasi berlipat ganda di Amerika Serikat dan kemudian
di seluruh dunia, dan bahkan sebuah disiplin baru diciptakan: teknik industri.

Dia adalah orang pertama yang menyoroti peran pekerja

Pada zaman Taylor, mesin dan pabrik masih merupakan penemuan baru dan dianggap
sebagai protagonis pekerjaan karena mereka telah berhasil memfasilitasi dan merampingkan
produksi.

Itu sebabnya adalah hal baru yang juga tergantung pada produktivitas karyawan dan perlu
untuk melatih mereka, mengevaluasi mereka dan memotivasi mereka untuk memberikan
yang maksimal di tempat kerja..
Pendekatan ini tidak hanya tetap valid, tetapi merupakan dasar dari disiplin ilmu seperti
psikologi organisasi dan manajemen personalia.

Dia ingin mendamaikan peran manajer dengan peran pekerja

Selama pengamatannya, Taylor memperhatikan bahwa para pekerja tidak termotivasi untuk
memberikan yang maksimal dalam pekerjaan karena, menurutnya, mereka tidak merasa
bahwa itu menguntungkan mereka..

Oleh karena itu, salah satu idenya adalah bahwa industri memberikan insentif kepada mereka
yang lebih produktif untuk menunjukkan bahwa ketika perusahaan berhasil, karyawan juga
menerima manfaat..

Idenya melampaui bidang bisnis

Setelah publikasi Prinsip-prinsip Manajemen Ilmiah, Ide-ide Taylor mulai diamati juga dari
luar industri.

Universitas, organisasi sosial dan bahkan ibu rumah tangga, mulai menganalisis bagaimana
mereka dapat menerapkan prinsip-prinsip seperti perencanaan, kontrol dan spesialisasi dalam
kegiatan sehari-hari mereka untuk mencapai efisiensi yang lebih besar di dalamnya.

Semua ide Taylor telah dikritik dan dirumuskan kembali oleh para ahli di berbagai disiplin
ilmu selama lebih dari seratus tahun yang telah berlalu sejak kematiannya..

Dikritik bahwa minat dalam efisiensi mengesampingkan minat bagi manusia, bahwa
spesialisasi yang berlebihan membuat pencarian pekerjaan menjadi sulit dan bahwa tidak
semua perusahaan dapat dikelola sesuai dengan formula yang sama.
2. Elton Mayo (1880-1949)

George Elton Mayo, ahli teori sosial dan


psikolog industri, lahir pada tanggal 26 Desember
1880 di Adelaide, putra sulung dari George
Gibbes Mayo, juru dan insinyur sipil kemudian,
dan istrinya Maria Henrietta, Donaldson née.
George Elton Mayo kuliah di University of
Queensland 1911-1923 sebelum pindah
ke University of Pennsylvania , tetapi
menghabiskan sebagian besar karirnya di Harvard
Business School (1926-1947), di mana ia menjadi
profesor penelitian industri.
Pada tanggal 18 April 1913, ia menikah dengan Dorothea McConnel di Brisbane,
Australia. Mereka mempunyai dua anak perempuan, Patricia dan Gael.

Kemudian pada tahun 1926, ia bergabung ke Harvard University, dan mengajar pada
Industrial Reseach Faculty.
Karya Elton B Mayo yang terkenal adalah temuan dalam Hawtorne Studies. Sebuah temuan
yang sederhana tetapi berimplikasi besar. Studi tersebut dilakukan tahun 1924 sampai tahun
1932, tentang efek penerangan pengaruhnya terhadap keluaran (out-put), penilitian dilakukan
terhadap para karyawan perakitan (assembly).

Implikasi dari temuan ini memberikan pemahaman tentang organisasi sebagai suatu kesatuan
sistem. Mayo berkesimpulan bahwa masalah motivasi dan respons emosi yang diakibatkan
oleh situasi kerja lebih penting dari pengaturan logis dan rasional dalam menentukan
keluaran. Pemahaman yang terkenal dengan ‘efek Hawthorne’ ini mengemukakan bahwa
perlakuan khusus, bahkan yang buruk pun, dapat membawa dampak positif terhadap para
pekerja, karena faktor manusia yang mempengaruhinya. Ia menegaskan bahwa hubungan
sosial dalam kelompok kerja adalah faktor terpenting yang mempengaruhi kepuasan para
pekerja atas pekerjaannya. Pernyataan Mayo dalam Wren (1994) tentang hal ini dinyatakan
sebagai berukut;
"The most significant change that the Western Electric Commpany introduced into its ‘that
room’ bore only a causal relation to the experimental changes. What the company actually
did for the group was to the reconstruct enterely its whole industrial" (hlm.169).

Kontribusi Utama

Dalam sebuah percobaan lain di sebuah pabrik tekstil, Mayo dan timnya menguji efekifitas
beberapa sistem insentif. Semua faktor bahkan uang, gagal menghasilkan dampak yang
diharapkan. Barulah setelah para pekerja dilibatkan dalam pengambilan keputusan, dampak
positif dirasakan. Ternyata keterlibatan pribadi dalam mencapai sasaran kerjalah yang
mendorong peningkatan produksi, meskipun mesin-mesin tidak mungkin bekerja lebih cepat
lagi. Dalam hampir semua tulisannya Mayo selalu membahas dua gagasan pokok, pertama
adalah tentang masyarakat, dan kedua menyangkut masalah individu dalam masyarakat.
Mayo dikenal sebagai pendiri Gerakan Hubungan Manusia dan dikenal atas penelitiannya
termasuk Studi Hawthorne dan bukunya Masalah Manusia dari Peradaban Industri
Maju (1933).

Penelitian yang dilakukan di bawah Studi Hawthorne tahun 1930-an menunjukkan


pentingnya kelompok dalam mempengaruhi perilaku individu di tempat kerja. Hubungan
manusiawi menggambarkan manajer bertemu atau berinteraksi dengan bawahan. Bila moral
dan efisiensi kerja memburuk, maka hubungan manusiawi dalam organisasi juga buruk. Hasil
percobaan Howthorne menyatakan bahwa kenaikan produktivitas bukan diakibatkan oleh
insentif keuangan. Rantai reaksi emosional antar pekerja berpengaruh terhadap peningkatan
produktivitas, perhatian khusus dan simpatik sangat berpengaruh. Orang-orang akan
membentuk kelompok kerja dan ini dapat digunakan oleh manajemen untuk manfaat
organisasi. Dia menyarankan ketegangan antara 'pekerja' logika sentimen dan logika efisiensi
biaya dan 'manajer' yang dapat menimbulkan konflik dalam organisasi.
3. Peter Drucker (1909 – 2005)

Peter Ferdinand Drucker (lahir di Kaasgraben,Vienna,


Austria, 19 November 1909 – meninggal di Claremont,
California, Amerika Serikat, 11 November 2005 pada umur 95
tahun) adalah seorang penulis, konsultan manajemen, dan
“ekolog sosial.” Ia sering disebut sebagai bapak “manajamen
modern.” Ratusan a r t i k e l i l m i a h d a n p o p u l e r s e r t a 3 9
b u k u n y a menjelaskan bagaimana manusia diorganisir pada setiap sektor masyarakat
—bisnis, p e m e r i n t a h , m a u p u n o r g a n i s a s i n o n - p r o f i t . T u l i s a n - t u l i s a n n y a
j u g a b e r h a s i l memprediksi berbagai peristiwa yang terjadi pada abad ke-20 seperti
privatisasi dan desentralisasi; kebangkitan Jepang sebagai kekuatan ekonomi dunia; peran
pemasaranyang semakin meningkat; dan kebutuhan akan sebuah masyarakat
informasi. Padatahun 1959, Drucker memperkenalkan istilah “Pekerja pikiran” (knowledge
worker). Minat yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan membuatnya dikenal
seorangyang multi disiplin dan pemikir humaniter. Berbagai tulisan dan buku-buku ia
tulisselalu menarik minat untuk dibaca. Minatnya terhadap peristiwa aktual dan
angka-angka, secara alami menjadikannya seorang wartawan keuangan. Inilah
modal iamelahirkan pemikiran tentang manajemen disusul dengan gelar doktor yang
diraihnyadi Frankfurt. Susul menyusul buku-buku manajemen ekonomi ia rilis, selalu
mendapatsambutan hangat dari pembaca. Sebagai seorang penulis, tulisannya mudah
dipahami,sebagai seorang pembicara yang fasih ia sangat disenangi
pendengarnya.Peter Drucker lah yang pertama mendefinisikan seni manajemen
yang efektif. Pengaruh kepionirannya pada gagasan dan praktek manajemen yang
ada dewasa ini belumtertandingi di seluruh dunia. Meskipun dia hidup di Amerika
selama lebih dari 60tahun, namun pengaruh dan kenangan Eropa Tengah pada umumnya,
dan Vienna pada khususnya, masih kuat. Meskipun, aksen Jermanya masih kental,
Druker adalah pembicara Bahasa Inggris dengan kejernihan dan kepasihan yang
mengagumkan.Logikanya tanpa cela dan selalu mampu mengingatkan fakta, angka dan
lelucon segar.Druker mengajarkan struktur desentralisasi. Ini didapatkan dari studi kasus di
General Motors. Ia menyebutkan, kantor pusat harus menahan diri untuk
tidakmengatur suatu divisi bagaimana melakukan pekerjaanya.
Kontribusi Utama

Peter F. Drucker menganggap bahwa para pebisnis yang ada di dunia ini, harus mempelajari
manajemen militer untuk dapat sukses dalam bisnis dan perkembangan perusahaan. Adapun
tiga bidang yang harus dipelajari oleh para pebisnis dan manajemen untuk mengadopsi
manajemen militer adalah :
Pelatihan dengan sistem militer, dimana Peter Drucker sangat menghormati filosofi dalam
pelatihan militer dengan asumsi pertama adalah semakin giat kita berlatih, semakin mudah
melakukan tindakan militer yang sesungguhnya, maka semakin baik kinerja kita. Kemudian
asumsi kedua adalah serdadu berpangkat rendah pun, mampu memiliki kemampuan meraih
level tanggung jawab dan komando tertinggi. Hal ini teringat dengan pepatah," Dalam setiap
ransel prajurit, terdapat tongkat marsekal." Dalam kemiliteran, keharusan setiap prajurit bisa
membawa tongkat kepemimpinan, terutama pada saat berperang, jadi siapa saja diharuskan
bisa untuk memimpin. Napoleon mengambil banyak Jendral dan Marsekal dari prajurit-
prajurit yang di naikkan pangkatnya, karena mereka sudah mengetahui dan berpengalaman
dalam situasi kemiliteran. Jadi, dalam kemiliteran semakin giat kita berlatih, maka semakin
baik kinerja kita, maka semakin efektif, efisien dan berhasil kita.
Penerapan sistem promosi, Sistem promosi di kalangan militer Amerika, menurut Peter
Drucker seperti rantai yang sambung menyambung, dimana promosi didasarkan dari
pengalaman dan kepantasan, seperti dimulai dari pangkat terendah ( Bintara Yunior ) sampai
ke pangkat Mayor Jendral dan ada Dewan Promosi yang bertemu untuk menetapkan siapa
yang akan di promosikan. Dewan Promosi ini menentukan siapa yang memiliki kualitas
terbaik, untuk memperoleh kenaikan posisi, jabatan atau pangkat. Alat utama untuk laporan
promosi adalah laporan evaluasi yang di capai setiap tahun, meski tiap pangkat berbeda-beda
laporan evaluasinya, biasanya evaluasi menilai sejumlah kriteria tertentu yang secara umum
seperti cara berkomunikasi, pengambilan keputusan, memotivasi, perencanaan, pelaksanaan,
penilaian, pengembangan pribadi dan kelompok/team, serta pembelajaran.
Kepemimpinan, dimana delapan aturan kepemimpinan universal menurut Peter F. Drucker,
yaitu : Utamakan integritas, kenali perangkat kita, ungkapkan harapan, tunjukkan komitmen
yang luar biasa, harapkan selalu hasil yang positif, urus dan perhatikan bawahan atau anak
buah, utmakan tugas diatas urusan pribadi dan selalu berada di depan.

Peter F. Drucker percaya bahwa para pebisnis dan perusahaan harus melihat dan
mempraktekkan apa yang telah dilakukan oleh militer Amerika Serikat, untuk memimpin
perusahaan. Adopsilah sistem militer untuk meningkatkan kedisiplinan dalam menjalankan
perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai