Anda di halaman 1dari 2

ASAL USUL REOG PONOROGO/ASAL MULA CINTA DEWI SONGGO LANGIT & KLONO SEWANDONO

Dahulu kala di kerajaan Kediri hiduplah seorang putri yang cantik jelita bernama Dewi Songgo
Langit. Karena enggan untuk menikah, Sang raja Kediri menanyakan perihal tersebut. “Putriku
kenapa engkau enggan untuk menikah? Usia mu sudah lebih dari cukup,” akan tetapi Sang Dewi
hanya tertunduk diam. Dia pun meminta izin untuk melakukan Tapa Brata agar memperoleh
jawaban yang tepat. “Baiklah ayahanda, ananda meminta waktunya agar memperoleh jawaban yang
tepat dengan melakukan tapa brata”.

Beberapa hari setelah mendapat jawaban, Dewi Songgo Langit berhadap Sang raja kediri lalu
mengutarakan sebuah syarat, “jika ingin mempersuntingku, harus menghadirkan sebuah
pertunjukan yang belum pernah ada sebelumnya dan barisan kuda kembar sejumlah 144 ekor dan
terakhir harus ada hewan berkepala dua”. Bagi Sang raja, syarat yang di ajukan putrinya amatlah
berat dan hampir mustahil dikarenakan harus menghadirkan binatang berkepala dua.

Namun mau tidak mau raja kediri mengumumkannya dalam sebuah sayembara. Kabar itu pun
kemudian tersebar dan banyak orang mengundurkan diri karena tidak sanggup memenuhi syarat
tersebut karena mustahil untuk dilakukan. akan tetapi ada dua orang raja yang menyanggupi syarat
tersebut mereka adalah raja SINGO BARONG dari kerajaan LODAYA. Dan raja KLONO SEWANDONO
dari kerajaan BANTARANGIN DI DAERAH WENGKER.

Raja SINGO BARONG adalah seorang manusia setengah harimau bulu lebatnya penuh dengan
kutu sehingga harus memelihara seekor burung merak untuk mematuki kutu kutu tersebut. Dia juga
sering berlaku kejam kepada rakyatnya yang di anggap membangkang dengan memberikan
hukuman mati tanpa ada pembelaan diri. Sedangkan untuk urusan asmara, belum ada perempuan
yang pantas menjadi permaisuri kecuali Dewi Songgo Langit.

Untuk mewujudkan hal tersebut raja Singo Barong segera memerintahkan para bawahannya
untuk mencari kuda kembar dan seekor binatang berkepala dua keseluruh pelosok negeri. Dia juga
mengerahkan para seniman untuk menciptakan sebuah pertunjukan baru yang menarik. Berjalannya
waktu, ternyata raja Singo Barong belum mampu mengumpulkan syarat yang di ajukan pada
sayembara Dewi Songgo Langit. Hal ini membuatnya gusar. Dia tau bahwa ada orang lain yang juga
ingin mendapatkan Dewi Songgo Langit yaitu raja Klono Sewandono maka dia memerintahkan Patih
Iderkolo untuk mengirim prajurit agar ke Bantarangin dengan tujuan memata-matai raja Klono
Sewandono.

Beberapa hari kemudian Patih Iderkolo menghadap raja Singo Barong dia melaporkan bahwa,
“raja Klono Sewandono hampir berhasil mengumpulkan semua syarat hanya binatang berkepala dua
saja yang belum didapat. Tetapi, kemungkinan tidak lama lagi akan terpenuhi semua”. Mendengar
laporan tersebut Raja singo barong bangkit dari singgasananya. “Patih iderkolo segera engkau
siapkan prajurit dengan senjata lengkap, kita akan merampas semua syarat yang di peroleh Klono
Sewandono!”.

Dilain pihak, raja klono sewandono sedang berusaha keras mengumpulkan syarat Dewi Songgo
Langit dalam tempo yang relatif singkat. Dua dari tiga syarat berhasil terpenuhi kecuali hewan
berkepala dua. Klono Sewandono memperintahkan prajuritnya untuk berhenti mencari karena dia
sendiri yang akan mengusahakannya. Tetapi, ketika hendak meninggalkan kerajaan Patih Bujang
Ganong datang menghadap dan memberitahu bahwa ada mata mata dari kerajaan Lodaya yang
sedang mengintai raja Klono Sewandono berfikir sejenak. “Sekarang kau dan anak buahmu
menyamarlah menjadi rakyat biasa, berbaurlah dengan penduduk ditempat keramaian!”. Perkataan
itu sudah dimengerti oleh Patih Bujang Ganong. Dia lalu mengumpulkan prajuritnya dan
memberikan instruksi untuk menyamar sebagai pedagang.

Dari hasil penyelidikan di temukan bahwa ada seorang prajurit Lodaya yang telah lama
melakukan penyamaran di Wengker. Prajurit itu kemudian di tangkap dan di introgasi. Tetapi, ketika
proses introgasi belum berakhir, prajurit mata-mata itu melakukan bunuh diri. Hasil dari introgasi
kemudian dilaporkan diketahui bahwa raja Singo Barong bersama pasukannya berniat merebut
semua syarat yang sudah dipenuhi prabu klono sewandono ketika nanti berangkat menuju Kediri.
“Rupanya Singo Barong akan menggunakan cara licik untuk mendapatakan Dewi Songgo Langit.
Bujang Ganong, sekarang kau siapkan pasukanmu kita akan menggempur kerajaan Lodaya!”.

Sementara itu raja Singo Barong yang menunggu laporan dari mata matanya mulai gelisah.
“Iderkolo, segera engkau ke perbatasan dan jemput mata-mata kita.” Setelah Patih Iderkolo
pergi, raja Singo Barong menuju ke taman sari untuk mencari si burung merak karena
kepalanya terasa sangat gatal sekali. Sang raja Singo Barong sangat menikmati ketika kutu di
kepalanya dipatuki burung merak hingga terlena dalam buaian dan membuatnya tertidur
pulas. Bahkan, dia tidak menyadari pasukan Bantarangin telah datang menyerbu dan
memulai menghancurkan Lodaya. Tidak ada yang berani melaporkan kejadian tersebut
karena tidak boleh ada satu orang pun yang mengganggunya ketika di Tamansari.

Tanpa disadari, ternyata dia telah di awasi oleh raja Klono Sewandono. Melihat bentuk wajahnya
Singo Barong yang berupa harimau dan burung merak bertengker dibahunya membuat
seolah olah tampak seperti hewan berkepala dua. Dalam benak raja Klono Sewandono
apabila disatukan tentu lengkaplah sudah syarat pernikahannya untuk meminang Dewi
Songgo Langit. Ketika penyerbuan telah mendekati istana, barulah raja Singo Barong
terbangun karena terdengar suara keributan dengan amarah karena tertidurnya terganggu.
Dia bergegas menuju istana untuk mencari pelakunya, raja Klono Sewandono pun langsung
menghadangnya. Mengetahui keributan adalah Klono Sewandono, Singo Barong pun
semakin murka yang akhirnya mereka saling beradu kesaktian. Klono Sewandono
mengeluarkan pusaka andalannya yang berupa pecut Samandiman. Saat pecut Samandiman
mengenai tubuh Singo Barong, seketika tubuhnya terpental terkapar diatas tanah dan
kemudian leher Singo Barong menyatu dengan burung merak sehingga menjadi makhluk
berkepala dua. Hingga akhirnya Singo Barong pun ditangkap dan dibawa menuju kerajaan
Bantarangin.

Singkat cerita setelah semua syarat terpenuhi Prabu Klono Sewandono bersama pengiringnya datang
ke Kediri untuk meminang Dewi Songgo Langit.

Sesampainya di sana, mereka menunjukkan sebuah pertunjukkan yaitu kesenian baru berupa
barisan 144 kuda kembar dalam iringan gamelan, gandingan, dan terompet. Didepan barisan
tersebut terdapat ada Singo Barong, seekor binatang berkepala dua yang menari liar namun
indah dan menarik hati. Dengan di tampilkannya kesenian baru tersebut maka terpenuhilah
sudah syarat yang di minta Dewi Songgo Langit. Mereka akhirnya menikah dan tinggah di
daerah Wengker atau yang sekarang menjadi Ponorogo. Oleh masyarakat setempat
kesenian barongan baru ini disebut sebagai REOG PONOROGO.

SEKIAN DARI KAMI TERIMA SUDAH MENONTON

Anda mungkin juga menyukai