Anda di halaman 1dari 50

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur selalu kami panjatkan kepada Tuhan Yang


Maha Esa karena limpahan rahmat dan karunia-Nya kam
mampu menyelesaikan novel dengan judul ‘Ra Kuti.

Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada ibu.


Minayanti, S.Pd yang telah membimbing kami sehingga
novel ini dapat selesai dengan baik.

Sebagai menusia saya sadar bahwa novel yang saya buat


masih belum pantas jika disebut sebagai sebuah karya yang
sempurna. saya sadar tulisan saya masih banyak memiliki
kesalahan, baik dari tata bahasa maupun teknik penulisan itu
sendiri. Maka saya meminta adanya masukan yang
membangun agar saya semakin termovitasi untuk menjadi
lebih baik dan lebih memperbaiki kualitas novel kami
selanjutnya.

Masamba, 23 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................i

Daftar Isi....................................................................ii

Prolog.........................................................................3

Bagian 1......................................................................4

Bagian 2......................................................................14

Bagian 3......................................................................24

Bagian 4......................................................................36

Bagian 5......................................................................41

Biografi Penulis.........................................................58

ii
Prolog
Kuti adalah seorang yang cerdas dan pandai,apa yang
tidak benar menurut pikirannya, maka dia akan
meluruskannya.
Karena ketegasan sikap ini, gurunya Brahmana Acaparya
tidak ingin dia mengabdi di Majapahit. Karena dia takut,
pada suatu saat nanti dia akan terlibat sebuah masalah,
namun Kuti tetap pada pendiriannya untuk menjadi
orang besar dan mengabdi di Majapahit.
Kecerdasan dan kepandaian Kuti di majapahit,ternyata
ada orang yang mampu menandinginya. Hingga
akhirnya keduanya harus berperang siasat kala
mengembalikan kembali Jayanegara ke istana.

Bagian 1
3
kisah Ken arok seolah olah sudah begitu mendarah
daging pada diriku, bayangan orang biasa yang menjadi
raja sudah melekat pada dirinya.
Namun aku juga menyadari kodratnya sebagai rakyat
jelata yang tidak memiliki darah raja, jadi untuk menjadi
seorang penguasa adalah hal yang tidak mungkin.
Hari yang terasa bersahabat bagiku, karena mendung
mulai memayungi langit langit Majapahit. Walaupun
hari sudah siang, tidak terasa panas oleh sinar matahari.
“Sekarang kita akan kemana Kuti?”
“Istana”
“Kau gila Kuti, kita bisa ditangkap”
“Kalau mau jadi prajurit harus ke istana dulu” Kanaya
benar benar ragu akan saranku, tentu saja memasuki
istana raja adalah hal yang bodoh bagi rakyat jelata.
Tiba tiba terjadi hal yang membuatku begitu cemas, saat
berada di depan pintu gerbang istana, seorang prajurit
memukul mukul kentongan dengan keras.
Aku langsung teringat ucapan gurunya, dia akan mati
diseruduk gajah yang lepas dari ikatannya.

4
“Mati aku” ucap Kuti lirih.
“Kuti ada apa ini?” tanya Kanaya yang terlihat sama
takutnya denganku.
“aku sendiri juga tidak tahu” Kuti melihat ada
serombongan orang yang berjumlah puluhan orang
sedang menuju kearah mereka. Bayangan rakyat jelata
tidak boleh masuk istana, kini mulai nyata dalam
pandangannya.
Saat begitu dekat, tidak ada hal apapun yang dilakukan
serombongan orang yang jumlahnya puluhan itu saat
melewatiku.
“oh....aku kira mereka akan menangkap kita Kuti” ucap
Kanaya.
Rasa ingin tahu Kuti, membuat dia tidak pergi dari
tempatnya berdiri
“Ayo kita pergi Kuti”
“Sebentar, aku ingin lihat ada apa ini? Rombongan itu
tidak boleh masuk istana”
Aku terus memperhatikan apa yang akan terjadi
dihadapan dirinya.

5
“Lembu Sora,untuk apa kau datang kesini?” tanya
mahapatih Nambi.
“Aku cuma meminta kejelasan hukumanku, Nambi”
“Bukankah sudah jelas hukumanmu, kau dibuang ke
Tulembang”
“Lebih baik aku mati Nambi daripada dibuang” usai
berkata demikian, Lembu Sora, Juru demung dan Gajah
biru melangkahkan kaki kedepan. Sebenarnya
didepannya sudah berdiri ratusan prajurit majapahit.
“hentikan langkahmu itu Lembu Sora!”
tapi Lembu Sora dan dua temannya tetap melangkahkan
kaki.
“Aku peringatkan sekali lagi,berhenti kau Lembu Sora!”
Namun kembali, teriakan Nambi tidak mampu
menghentikan langkah Lembu Sora.
akhirnya Nambi mengambil tindakan tegas terhadap
Lembu Sora dan dua temannya.
“Serang!” Teriak Nambi.
Ratusan prajurit yang berada di depan pendopo istana
majapahit langsung bergerak menyerang mereka bertiga.

6
Lembu Sora,Juru demung dan Gajah biru langsung
memberikan perlawanan.
Mereka bertiga bertarung bagai singa liar yang tidak lagi
memiliki rasa takut. Tapi sehebat-hebatnya mereka
bertiga, tidak akan mampu menghadapi ratusan prajurit
majapahit yang mengeroyoknya.
Juru demung meregang nyawa lebih dulu,kemudian
disusul Gajah biru, dan yang terakhir adalah Lembu
Sorai.
Dengan mata dan kepalaku sendiri, sangat jelas aku
melihat peristiwa Lembu Sora. Dalam hatiku tertanam
rasa keberanian yang Lembu Sora tunjukkan hingga ajal
menjemputnya.
Dalam pikiranku, kini mengalir jiwa keberanian Lembu
Sora dan Ken arok yang selalu menjadi langkah untuk
menggapai cita-citaku.
***
Awan hitam masih memayungi majapahit,satu persatu
para pahlawan pendiri majapahit telah pergi. Raja
Kertarajasa Jayawardhana begitu terpukul atas kejadian
demi kejadian.

7
Memori ingatannya kembali diputar untuk mengenang
kejadian delapan tahun silam. Saat kenangan itu mulai
melintas di kepalanya, tak terasa bulir bulir bening mulai
membasahi pipinya.
Ranggalawe dan Lembu Sora anak sekaligus adik adipati
Arya wiraraja, orang yang berperan di belakang layar
dan menjadikan dia sebagai raja.
Lembu Sora, orang yang paling besar jasanya dalam
sebuah pertempuran melawan kediri, dia juga yang
membunuh Pati Kebo Mundharang. Dia juga yang
mengobrak abrik keraton selatan daha. Saat belum
menjadi raja, Lembu Sora yang selalu menyediakan
perutnya untuk tempat duduk dirinya dan permaisuri
Gayatri.
Ranggalawe, orang yang tegas dan memiliki kesaktian
yang tinggi, selama perjuangan mendirikan majapahit,
dialah yang terdepan dalam setiap peperangan.
“Mohon ampun sang prabhu, para Rakryan mantri telah
menunggu di Pendopo” ucap seorang prajurit.
“Katakan pada mereka,aku nanti akan keluar”
“Baik sang prabhu”

8
Sebagai raja, dia tidak ingin terlihat sedih atas kematian
Lembu Sora. Karena keputusan raja adalah hukum, tidak
perduli walaupun itu orang sangat berjasa kepada
kerajaan.
Dia usap-usap pipinya untuk menghilangkan air
matanya, dia harus bisa menutupi ini dihadapan para
Rakryan mantri.
Begitu raja Kertarajasa Jayawardhana memasuki
Pendopo istana, semua pejabat langsung menghaturkan
sembah hormat. Saat duduk diatas singgasana, satu
persatu wajah para Rakryan dia perhatikan. Terasa mulai
ada yang menyayat dalam hatinya, tersisa Nambi dari
dua belas orang yang setia kepadanya saat belum
menjadi raja.
“Paman patih Nambi”
“Paulat sang prabhu”
“Aku ingin majapahit berdiri tidak cuma seumuran
orang” Ucapan sang raja ini untuk memberikan
gambaran tentang singasari kerajaan leluhurnya yang
cuma berusia tujuh puluh tahun.

9
“Aku ingin majapahit tetap ada hingga tujuh generasi”
Lanjutnya.
Raja kembali terdiam,dan semuanya yang ada di
Pendopo juga terdiam. Mereka menanti apa yang akan
sang raja katakan.
“Aku ingin kalian memilih orang orang terbaik, untuk
keahlian ilmunya masing masing”
“Mohon ampun sang prabhu,orang orang terbaik,yang
sang prabhu maksud?” tanya Nambi.
“Aku ingin orang yang ahli di bidang keprajuritan,
pemerintahan dan juga pengobatan”
“Akan hamba laksanakan sang prabhu”
“Meraka akan menjadi dharma putra untuk majapahit
kedepannya”
Mendengar kabar raja majapahit Kertarajasa
jayawardhana mencari orang terbaik, Aku dan Kanaya
tidak menyia nyiakan kesempatan ini.
Berbagai bentuk tahapan penerimaan kami jalani, dari
semua itu, mulailah tersaring satu persatu keahlian para
peserta. Aku sangat cerdas di keprajuritan dan siasat, aku
selalu unggul dari yang lainnya.

10
kini tiba saatnya untuk diumumkan tujuh orang yang
akan langsung dipilih oleh sang raja Kertarajasa
jayawardhana.
Kuti, Semi, Wedeng, Yuyu, Banyak, Pangsa dan Tanca,
ketujuh orang ini terpilih karena memiliki keahlian yang
dibutuhkan oleh Majapahit.
“Mimpiku terwujud Kanaya.....” Ucapku setelah namaku
resmi menjadi bagian istana majapahit.
“Selamat untukmu Kuti, aku juga diterima jadi prajurit”
kedua orang tersebut langsung berpelukan dengan rasa
bahagia.
Oleh raja Kertarajasa Jayawardhana, ketujuh orang
dharma putra tersebut langsung dianugerahi kedudukan
Rakryan di istana majapahit.
serta untuk membedakan statusnya dengan pejabat lain,
mereka diharuskan menambah kata ra didepannya.
sejak saat itu namaku lebih dikenal dengan sebutan Ra
Kuti.

11
Bagian 2
Langit hari ini begitu cerah, secerah hatiku saat ini.
apa yang dia cita citakan telah tercapai, yaitu menjadi
orang besar. Hidup dilingkungan istana, dan itu sudah
terasa istimewa baginya.
“selamat pagi paman” ucapku saat berpapasan dengan
Rakryan patih Dyah Halayudha. Bukannya menjawab
salam dariku dia malah berhenti dan mengucapkan
sesuatu.
“Dengar orang baru, batu sungai meskipun bercampur
dengan batu permata, dia akan tetap terlihat sebagai batu
sungai”
Usai berkata demikian, Dyah Halayudha langsung
berlalu dari hadapanku, aku terdiam, ucapan Dyah
Halayudha itu sangat menusuk hati.
Seiring berjalannya waktu aku yang sekarang sudah
berbeda dengan Kuti yang dulu. Aku telah lupa pada
Kanaya teman setiaku karena kesibukanku, dan aku juga

12
telah lupa dengan wejangan wejangan brahmana
Acaparya gurunya.
kini dia aku memikirkan hal hal yang berkenan dengan
tatanan majapahit.
karena kepandaian dan kecerdasan itulah, raja
Kertarajasa Jayawardhana sanga menyukainya. Hingga
pada akhirnya sang raja begitu dekat, dan sangat
mempercayainya.
“Rakryan Kuti,kenapa anda duduk seorang diri disini?”
ucap mulut manis Dyah Halayudha. Aku merasa heran
dengan kemunculan Dyah Halayudha.
“Ada apa orang ini datang kesini?” Batinku.
“Mari kita minum sekendi arak ini untuk permohonan
maafku kepada anda Rakryan Kuti” Aku diam, tapi
menerima arak yang disodorkan oleh Dyah Halayudha.
Sebenarnya Dyah Halayudha sangat jijik untuk minum
bersama orang dia anggap derajatnya dibawah dirinya,
tapi ini dia lakukan untuk menyelamatkan dirinya
sendiri.
***

13
“Tuan Rakryan Kuti,ada prajurit yang ingin menghadap
anda” ucap penjaga kepadaku.
“Suruh dia masuk”
“Apa kabar Kuti, kau sudah berubah sekarang” ucap
Kanaya saat kali pertama bertemu aku, setelah sekian
lama tidak bertemu.
Aku merasa tersinggung dengan sebutan namanya
langsung oleh Kanaya,bagiku Kanaya sudah kurang ajar.
Sang raja saja kalau memanggil diriku dengan sebutan
tuan Ra.Kuti, tidak pernah menyebut namaku langsung.
“ada perlu apa kamu kesini?”
“Oh...apa karena Kuti sudah jadi orang besar,dan malu
berteman dengan prajurit rendahan seperti aku?” tanya
Kanaya dalam hati.
“Aku ingin menyampaikan sesuatu” lanjut Kanaya.
“Ayo..cepat sampaikan,aku tidak punya banyak waktu”
“Guru berpesan, hati-hatilah dalam melangkah, ingat jati
dirimu, itu pesan guru” ujar Kanaya.

14
“Dengar prajurit...” ucapku sambil membentak Kanaya
dan disertai jari telunjuknya didepan muka Kanaya.
“Katakan pada brahmana itu, aku sudah tidak butuh lagi
kata katanya” lanjut Kuti.
“Apa kau tidak ingat ucapan beliau waktu kita akan ke
majapahit ini?” tanya Kanaya.
“Ingat, aku tidak boleh ke majapahit, dan aku akan mati
oleh gajah. Tapi di kota raja ini tidak ada gajah, jadi
yang dia ucapkan omong kosong belaka, ternyata dia
tidak ingin aku jadi orang besar” uraiku.
“Aku pergi Kuti” pamit Kanaya.
“Tunggu dulu”
“Ada apa Kuti”
“Sang raja selalu memanggilku dengan sebutan tuan
Ra.Kuti, jadi jangan pernah kau panggil lagi aku dengan
sebutan Kuti secara langsung, atau kau aku copot jadi
prajurit,mengerti!”
***

15
Istana majapahit gempar, raja Kertarajasa Jayawardhana
jatuh sakit, semua pejabat istana mulai kalang kabut
mendengar berita ini.
Ahli pengobatan istana Ra.Tanca berusaha keras untuk
bisa menyembuhkan sang raja, namun hingga saat ini
belum ada hasil. Orang pertama yang paling bahagia
mendengar sang raja sakit adalah, Rakryan Patih Dyah
Halayudha.
Dia merasa jika sang raja telah tiada, maka peluang
besarnya untuk menjadi mahapatih kian terbuka.
Sedangkan aku dan para dharma putra lainya sudah tidak
perlu lagi ditakuti.
Selama ini,para dharma putra adalah orang yang dekat
dengan raja Kertarajasa Jayawardhana, terutama aku.
Jika sang raja meninggal, maka sudah bisa di pastikan,
Jayanegara akan naik tahta. Dyah Halayudha sangat
senang dengan hal ini, karena selama ini dia sangat dekat
dengan pangeran Jayanegara.
Pada akhirnya berita duka menyelimuti majapahit, raja
pertama sekaligus pendiri majapahit. Raja Kertarajasa
Jayawardhana menghembuskan nafas terakhirnya,

16
seluruh majapahit langsung berduka. Jasad raja
Kertarajasa Jayawardhana dimakamkan di antapura dan
di candikan di simping. Sepeninggal raja Kertarajasa
Jayawardhana, maka yang berhak naik tahta adalah sang
putra mahkota pangeran Jayanegara. Aku dan para
dharma putra sudah memiliki kekhawatiran, karena
selain masih remaja, kami juga lemah.
Hal ini yang membuat semua penghuni dan penjabat
istana majapahit mulai merasa ketar ketir akan nasib
Majapahit.
Suasana Pendopo istana kini terasa sangat berbeda, raja
muda dengan Rakryan patih Halayudha mulai memimpin
tiap pertemuan di istana.
Semua Rakryan mantri merasa heran dengan adanya
Rakryan patih dyah Halayudha sebagai penasehat raja.
“Tuan Ra.Kuti”
“Hamba gusti prabhu”
“aku ingin kau pilih prajurit terbaik yang bisa memanah,
tombak, keris dan berkuda. Bentuk satuan khusus untuk
menjangkau”

17
“Mohon ampun gusti prabhu, bukankah di istana sudah
banyak prajurit”
“Aku ingin membentuk kembali prajurit bhayangkara,
yang menjangkau dari matahari terbit sampai matahari
terbit”
“Baik gusti prabhu”
“Laksanakan tuan ra.Kuti”
Suasana pagi ini terasa lain dari biasanya, ratusan anak
muda telah berkumpul di tanah lapang. Hari ini mereka
mengikuti calon penerimaan prajurit baru.
Aku sebagai Rakryan urusan keprajuritan ada diantara
mereka.
Kanaya hari ini bertugas menjaga gerbang kota raja, dia
dengan teliti mengawasi setiap orang yang keluar masuk
gerbang kota raja.
“Maaf sebelumnya tuan prajurit” Kanaya memperhatikan
anak muda itu dari ujung rambut sampai ujung kaki,
tubuhnya tegap berisi, cocok jika menjadi prajurit, pikir
Kanaya.
“Ada apa anak muda?” tanya Kanaya balik.

18
“Tempat penerimaan prajurit ada dimana?”
“Kamu lurus saja, nanti ketemu tempat yang kamu cari”
“Terima kasih tuan prajurit”
“Siapa namamu?”
“Nama saya mada”
Mada berjalan mengikuti petunjuk arah yang diberikan
oleh Kanaya, sepanjang perjalanan yang dia jumpai
cuma prajurit yang lalu lalang.
Mada senantiasa selalu ingat akan pesan pesan gurunya,
“Jangan kau sebutkan lengkap namamu kepada siapapun,
kau boleh menyebut lengkap namamu, saat kau sudah
berada di lingkungan istana” Itulah pesan gurunya
brahmana Anoraga sebelum Mada ke Majapahit.
Siang dengan sinar matahari yang begitu terasa
membakar kulit, seolah olah sudah tidak dirasakan oleh
para calon prajurit yang berbaris rapi di tanah lapang.
Termasuk juga Mada yang ada dalam barisan tersebut.
Serentak semua memberi hormat dengan berjongkok,
kala aku memasuki barisan tersebut.
“Siapa namamu?” tanya ra.Kuti.

19
“Hamba Mada tuan Rakryan”
“Kau terlihat paling menonjol diantara yang lainnya”
“Terima kasih tuan Rakryan”

Bagian 3
Matahari telah terbenam, rona cahaya merah mulai
menghiasi angkasa di ujung langit belahan barat. Secara
perlahan, cahaya matahari mulai hilang dari pandangan,
dan suasana kota raja berganti menjadi malam.
Tak lama kemudian,muncul prajurit bhayangkara yang
lain, dia yang menjaga raja Jayanegara tadi siang.
“Mada” dia terdiam,seolah olah takut mengatakannya.
“Ini rahasia kita”

20
“Akan ada sejumlah prajurit pilihan dikirim ke lasem”
ceritanya.
“Untuk apa?”
“menghukum mati Ra.Semi” usai mengatakan itu,
prajurit bhayangkara tersebut tanpa pamit langsung
pergi.
berselang agak lama, tiba tiba ada sekitar tiga puluh
orang berkuda melintasi mereka menuju ke luar kota
raja.
“Aku masuk ke dalam dulu” ucap Mada langsung.
“Oh...ya..silahkan”
Kuti hampir tidak percaya dengan apa yang Kanaya
ceritakan.
“Ada siapa saja waktu itu?”
“Aku dan Mada”
Aku sangat ingin membongkar kelicikan mahapatih
Dyah Halayudha, aku terus mencoba mencari bukti
buktinya.
Ra.Semi sangat yakin cepat atau lambat para prajurit
Majapahit pasti mencarinya. Saat penyerbuan Dyah

21
Halayudha dan prajurit Majapahit ke Lumajang, dia
diperintahkan pergi oleh patih Nambi kala itu, dan dia
juga tahu kebusukan Dyah Halayudha.
Hari demi hari dilalui Ra.Semi penuh kekhawatiran, dia
takut jika tiba tiba prajurit Majapahit menyerang Lasem.
Padahal selama ini dia diam, dan tidak mengatakan
apapun tentang kejadian sebenarnya di Lumajang,
namun Dyah Halayudha tidak akan pernah
melepaskannya.
Udara sudah terasa dingin, dan suasana Lasem sunyi dan
sepi, baru saja dia menutup jendelanya untuk tidur
malam ini, terjadi hal yang tidak dia duga sebelumya.
Suara ribut ribut begitu keras terdengar di luar,ra.Semi
bergegas keluar untuk melihat. Alangkah terkejutnya
Ra.Semi, Sejumlah prajurit penjaganya bertumbangan
oleh ulah sekelompok orang yang menyerang tempatnya
malam ini.
Ra.Semi tidak tinggal diam, dia langsung merangsek
menyerang orang orang tersebut. Tapi kemampuan
Ra.Semi tidak ada artinya bagi para penyerang
itu,berkali kali dia menerima pukulan dan tendangan.

22
Ra.Semi berusaha kabur untuk menyelamatkan diri, dia
berlari menerobos gelapnya malam. Namun para
penyerang itu tidak ingin Ra.Semi kabur,dan dia terus
mengejarnya. Hingga akhirnya ra.Semi masuk sebuah
kebun penuh pepohonan randu, dan dia terkepung
disana.
“Semi..,tamat riwayatmu hari ini!” ucap orang itu dan
langsung menghunuskan kerisnya ke Ra.Semi. Ra.Semi
berhasil menangkisnya, namun para pengepungnya
langsung mengeroyoknya. Ra.Semi tak mampu
menghadapi mereka semua,dan sebuah tusukan keris
menghunjam perutnya.
Dia langsung bersandar pada pohon randu di
belakangnya, nafasnya mulai terengah engah dan
akhirnya roboh tak bernyawa.
***

Ra.Kuti tidak bisa tidur malam ini,laporan orang


suruhannya tadi siang sudah memberi kabar,jika ra.Semi
sudah mati. Tiba tiba timbul niatnya untuk mencari tahu
siapa orang yang disuruh untuk menghabisi Ra.Semi.

23
Malam itu dia langsung memacu kudanya meninggalkan
kota Raja.
Ketiga puluh orang berkuda telah memasuki area hutan
menuju kota raja Majapahit,mereka memacu kudanya
dengan cepat.
“Wiro, perutku lapar”
“Kita makan di kota raja” sahut Wiro.
“Kau gila,laparku sekarang makannya di kota raja”
“Baiklah kita berhenti” Lalu mereka berhenti dipinggiran
hutan tersebut,dan menangkap apa saja yang bisa
dimakan.
Mereka lalu membakar hasil tangkapan mereka,setelah
merasa kenyang,mereka kembali melanjutkan
perjalanan.
“Sooko...,kau matikan apinya”
“Hey....jangan tinggalkan aku” ucapan Sooko ini tidak
dihiraukan oleh teman-temannya, mereka langsung
memacu kudanya meninggalkan Sooko.
“Aku selalu ditinggalkan, sialan...” gerutu Sooko.

24
Saat berjalan menuju kudanya, Sooko terkejut, karena
telah berdiri orang berkadar dihadapannya.
“Siapa kau?” tanya Sooko.
“Hantu”
“Aku bunuh kau...” ucap Sooko sambil mencabut
kerisnya.
Belum sempat Sooko menyerang orang tersebut, tiba-
tiba sebuah tendangan lebih dulu menghantam tubuh
Sooko.
Sooko terdorong jatuh kebelakang, dia mencoba bangkit,
namun sebuah pukulan keras menghantam kepalanya.
Sooko kembali jatuh, namun kali ini posisinya
tertelungkup.
Dia merasakan kepalanya ditekan oleh dengkul orang
tersebut ke tanah.
“Dari mana kau.....cepat katakan!” bentaknya, sambil
dengkulnya menekan kepala Sooko.
“Lasem”
“Siapa yang mrnyuruhmu ke lasem?”

25
Tapi ada keanehan yang terjadi,belum sempat Sooko
menjawab, orang tersebut telah menghilang pergi.
Dugaanku salah, ternyata orang orang yang membunuh
Ra.Semi adalah utusan raja Jayanegara.
semula dia menduga, bahwa orang orang membunuh
Ra.Semi adalah utusan Dyah Halayudha.
setelah mengetahui ada lencana tembaga surya
Majapahit pada ikat pinggang mereka.
Tapi aku tidak percaya begitu saja, kalau raja Jayanegara
memerintahkan pembunuhan Ra.Semi, kenapa tidak
cerita pada pembesar kerajaan? ini pasti ada rencana
terselubung, pikirku.
***
Seperti halnya pada pagi ini di Pendopo istana
Majapahit, terlihat banyak pejabat istana yang duduk
melingkar di hadapannya, namun belum ada kata yang
keluar dari dirinya. Banyak orang namun penuh
kebisuan, itulah suasana pendopo istana Majapahit pagi
ini.
Aku tidak bisa melihat keadaan seperti ini, aku langsung
mencoba untuk mengutarakan apa yang aku rasakan.

26
“Mohon ampun sebelumnya gusti prabhu”
“Ada apa Ra.Kuti?”
“Saya mendengar ada peristiwa di Lasem gusti prabhu”
Semua yang ada di Pendopo langsung saling
berpandangan, dan saling kasak kusuk dengan
terdekatnya.
“Biarkan hamba yang menjawab gusti prabhu” pinta
Dyah Halayudha.
“Silakan paman patih”
“Ra.Semi telah mati, karena dia adalah pemberontak”
urai Dyah Halayudha.
“Mohon maaf gusti patih,dari mana anda tahu kalau
Ra.Semi memberontak?”
“Berarti kau menuduh aku membunuh ra.Semi?” tanya
balik Dyah Halayudha.
Tuduhan yang dilontarkan oleh mahapatih Dyah
Halayudha terhadap Ra.Semi sebagai pemberontak, tidak
bisa diterima oleh para dharma putra.
“Aku akan menyingkirkan Dyah Halayudha”
ucapan itu pernah keluar dari mulut Ra.Kuti, tapi

27
sebagian dharma putra beranggapan, menyingkirkan
Dyah Halayudha sama dengan memukul batu karang
dengan tangan kosong.
Semenjak naik tahta, raja Jayanegara seolah olah
mengkerdilkan peran para dharma putra. Hal ini sangat
jauh berbeda dengan masa raja Kertarajasa
Jayawardhana yang menjadikan para dharma putra
sebagai tulang punggung Majapahit kedepannya. Namun
secara perlahan lahan, peran mereka mulai terkikis oleh
kebijakan raja Jayanegara.
“Mada..kau dengar raja berkata apa?”
tanyaku yang terus menggali informasi kepada siapa saja
yang bisa di jaga kerahasiaaku. Sebagai orang yang
selalu mengawal raja, tentu semua menganggap mada
tentu mendengar setiap ucapan raja.
“Mohon maaf, aku tidak pernah mendengarkan ucapan
sang raja” itulah jawaban yang selalu Mada berikan
kepada siapa saja yang bertanya.
“Kita harus melakukan sesuatu Ra.Kuti” usul
Ra.Wedeng kala mendatangi rumah Ra.Kuti.
“Melakukan apa..?”

28
“Secara perlahan kita akan disingkirkan dari istana”
Kata kata ra.Wedeng mulai masuk di pikiran ra.Kuti.
“Sebelum raja bodoh itu bertindak sesuatu kepada kita”
lanjut Ra.Wedeng.
“Perintahkan kepada, Banyak, Pangsa, Yuyu, untuk
mencari prajurit yang setia kepada kita”
“kau mau memberontak Ra.Kuti?”
“Kau gila..,kau kira aku mau duduk di dampar kencana
itu?”
Sebenarnya sebagai pengawal raja, Mada mengerti
apapun yang dilakukan oleh sang raja,baik itu tindakan
maupun perbuatan.
“Untuk apa kau mengumpulkan prajurit yang setia?”
tanya Yuyu kepada Ra.Kuti.
“Apa sudah kau laksanakan?”
“Sudah, lalu untuk apa?”
“Untuk berjaga jaga” jawab Ra.Kuti.
Ra.Yuyu masih tidak mengerti terhadap rencana ra.Kuti
dengan mengumpulkan prajurit. Dia melaksanakan
perintah tersebut atas desakan Ra.Wedeng.

29
Sebenarnya aksi mengumpulkan prajurit yang aku
lakukan adalah dipicu oleh dugaan diriku sendiri
terhadap Dyah Halayudha.
Karena selama ini dirinya terlibat perang dingin dengan
mahapatih tersebut. Dia menduga jika mahapatih Dyah
Halayudha juga memiliki prajurit yang setia.
Pemicunya tidak lain karena kematian Ra.Semi. Sejak
saat itu dia mulai khawatir jika sang mahapatih tersebut
menyerang dirinya. Apalagi saat inj sang raja mulai
dekat dengan mahapatih Dyah Halayudha,maka
kekhawatiran itu kian menjadi jadi.

Bagian 4
Menghadapi sikap raja yang demikian, aku mulai gerah
dan ingin rasanya mengambil sebuah tindakan. Memang
sifat raja kini semakin menjadi-jadi, ditambah semenjak
Dyah Halayudha diangkat menjadi mahapatih.

30
Secara perlahan peranku mulai dikurangi dalam segala
hal. Ternyata hal ini cukup membuatku merasa khawatir
dengan masa depannya di istana.
“Tindakan apa yang harus aku lakukan? Terlambat
mengambil tindakan maka aku bisa terlempar dari
istana” perasaan tersebut sering menghantui pikiranku
setiap hari.
“Bagaimana kalau aku memberontak?” pikirku. Pikiran-
pikiran resah mulai merasuki hari-hariku.
Para dharma putra hampir tidak percaya dengan apa
yang aku rencanakan. Hal ini disampaikan olehku kala
mengumpulkan mereka di rumahnya.
“Bagaimana?” tanyaku.
“Aku tidak ikut” ucap Ra.Kembar tiba tiba. Aku tidak
bisa menerima jawaban ra.Kembar tersebut, aku
langsung menghunus kerisku.
“Kuti tahan Kuti tahan........,” pinta Ra.Wedeng.
“aku akan menghabisimu Kembar”
Akhirnya pertemuan di rumahku, tidak menghasilkan
kesepakatan apa apa.

31
“Kita akan bergerak” ucap Ra.Wedeng.
Aku tidak menduga jika Ra.Wedeng mengatakan itu.
“Cuma aku dan kamu?”
“Benar”
“Bagaimana dengan dharma putra yang lainnya?”
“Yang tidak sejalan dengan kita, kita habisi”
***
Suasana malam yang biasanya sunyi kini terasa
mencekam, para pemberontak bergerak menyerang
setiap asrama yang didalamnya berisi prajurit yang
berseberangan dengan mereka. Aku terus memimpin
penyerbuan pada tempat tempat yang mereka anggap
musuhnya.
Pembakaran dan penjarahan mulai terjadi, para
prajuritku tidak cuma menyerang lawan, tapi juga mulai
menjarah.
Dalam sekejap,kondisi kota raja yang semula tenang dan
damai,kini telah berubah. Mayat-mayat bergelimpangan
dimana-mana, rumah-rumah yang terbakar, jerit tangis
kehilangan orang orang tersayang saling bersahutan
memecah keheningan malam.

32
Seluruh pembesar Majapahit berlarian menyelamatkan
diri, mereka tidak tahu siapa yang menyerang.
Dyah Halayudha sang mahapatih telah pergi entah
kemana, pada malam ini sudah tidak ada lagi pelindung
bagi warganya.
Tak ada wajah sumringah pagi ini, semua penduduk kota
raja diliputi kesedihan yang teramat dalam.
Puing puing kayu yang terbakar dari rumah rumah warga
yang terbakar, masih terlihat mengepulkan asap.
Sementara gerobak-gerobak yang di tarik oleh sapi,
terlihat hilir mudik kesana kemari mengambil dan
mengangkut mayat mayat yang tergeletak di jalanan kota
raja.
Tidak ada yang menduga akan terjadinya peristiwa
semalam.
Pendopo istana pagi ini terlihat sepi, tidak ada pembesar
Majapahit yang menunjukkan batang hidungnya.
Semuanya menghilang bak ditelan oleh bumi. Aku mulai
bersikap bak raja, langsung duduk diatas dampar
kencana, yang merupakan singgasana kebesaran raja
Majapahit.

33
“Mana Halayudha, mana Jayanegara” teriakku.
Tak lama kemudian, datang Ra.Yuyu, Ra.Pangsa dan
Ra.Wedeng ke pendopo istana.
“Apa kau ingin jadi Ken arok kedua Ra.Kuti?” tanya
Ra.Wedeng.
“Mungkin, dan sekarang akulah yang berkuasa”
“Sekarang apa yang harus kami lakukan?” tanya
Ra.Yuyu.
“Kumpulkan semua prajurit, yang mendukung kita beri
hadiah, yang menentang kita, bunuh!”
Sikap arogan Ra.Kuti mulai muncul, mungkin karena
kekuasaan yang sudah ada di genggaman.
sebelum menjadi Rakryan di Majapahit, Ra.Kuti adalah
sosok yang cerdas dan sangat ahli dalam
perencanaan,karena itulah raja Kertarajasa jayawardhana
sangat dekat dengannya.

34
Bagian 5
Suasana kota raja bak seperti kota mati, tidak ada
penduduk yang lalu lalang, mungkin karena hari sudah
malam, Pikir mada.
Secara perlahan,mada melewati jalan yang sekiranya
orang jarang yang tahu.
“Tumenggung....tumenggung amancanegara” ucap mada
sambil mengetuk ngetuk pintu sebuah rumah.
“Siapa.....?” terdengar sahutan suara dari dalam, namun
terlihat ada sedikit rasa takut pada orang tersebut.
“Aku bekel mada” tahu yang datang mada, maka pintu
rumah tersebut dibuka.
“Bagaimana keadaan raja?”
“Nanti aku jelaskan, tolong sekarang anda kumpulkan
pejabat istana kesini” pinta Mada.
Dalam kondisi genting macam ini, tumenggung
amancanegara tidak memperdulikan siapa yang
menyuruhnya, karena secara kedudukan mada masih
dibawah tumenggung amancanegara.

35
Berkumpulah sejumlah pejabat kerajaan dirumah
tumenggung amancanegara, sesuai permintaan bekel
Mada.
“Bagaimana keadaan raja bekel mada?” tanya Arya
tadah.
“Beliau sudah meninggal, dibunuh pengikut Ra.Kuti”
sontak semua yang mendengar langsung menangis,
mereka tidak menyangka akan kehilangan raja secepat
ini.
“Bukankah kalian semua tidak senang dengan sang
raja?”
“Kami ini selalu patuh bekel mada” ucap tumenggung
amancanegara.
“Bukankah anda senang dan mendukung Ra.Kuti
menjadi raja?”
“Dia itu bukan tuan kami bekel mada”
mendengar jawaban para pejabat kerajaan tersebut,
gembiralah hati Mada.
***

36
Memang tidak ada yang tidak mungkin dalam hidup ini,
segala sesuatu yang kita impi impikan akan bisa kita
dapatkan dengan kesungguhan.
Pedoman ini begitu terpatri dalam diriku.
pada awalnya, angin perubahan yang dihembuskan
olehku dan para dharma putra yang lain, disambut baik
oleh penduduk kota raja.
Mereka menaruh harapan tinggi pada diriku untuk
perubahan yang lebih baik. Sudah menjadi rahasia
umum, jika raja Jayanegara tidak disukai oleh pejabat
kerajaan dan penduduk Majapahit. Namun angin
perubahan yang dibawaku bukan kearah hidup yang
lebih baik.
Justru angin perubahan itu malah menjadi perubahan
bagi watakku. Arogansiku, ditambah sikapku yang tidak
segan membunuh siapa saja yang tidak mendukungku.
Arya sadar, meskipun dia adalah Rakryan patih,namun
untuk urusan penyerbuan Ra.Kuti, dia harus berdiskusi
dengan mada, yang kedudukannya jauh dibawahnya.
Dalam keadaan seperti saat ini, mana kawan dan mana
lawan masih sulit dibedakan, apalagi sebuah

37
penyerangan, hal ini bisa berakibat fatal jika salah
sasaran.
Mada dengan jeli melakukan pemetaan posisi lawan
yang harus diserang, dalam penyusupannya Mada
mengetahui jika lawan tak sebesar yang diperkirakan.
Ra.Kuti adalah pengatur siasat prajurit yang handal,
sehingga kekuatan yang tidak besar bisa terlihat menjadi
besar.
“Rakryan patih Arya tadah,menyerang asrama prajurit
sisi timur” usul Mada, dan Arya tadah tidak keberatan
dengan itu.
“Mereka dulu menyerang kota raja pada malam hari,
sekarang kita balas” lanjut Mada.
Malam telah tiba, kesunyian mulai menyelimuti kota
raja, tidak ada bedanya antara dulu dan sekarang, ratusan
kelelawar berterbangan menghiasi langit langit kota raja
Majapahit.
burung burung hantu telah bermunculan dan hinggap
diatas rumah rumah warga. Sudah tidak ada lagi
penduduk kota raja yang melakukan kegiatan, mereka
mulai gelisah dengan perasaan masing-masing. Sejak

38
Ra.Kuti berkuasa atas kota raja, tidak ada hukum yang
bisa melindungi warganya, tindakan perampokan dan
pemerkosaan oleh prajurit Ra.Kuti, acap kali terjadi.
Rakyat sudah tidak lagi bersimpati pada Ra.Kuti, mereka
berharap datangnya sebuah serangan yang akan
membebaskan dari Ra.Kuti.
***
Malam mulai beranjak agak larut,para prajuritku yang
diberi nama jalayudha sedang mabuk-mabukan.
Tidak ingin menyia nyiakan kesempatan Arya tadah
langsung perintahkan para prajuritnya untuk menyerang.
dengan cepat prajurit Majapahit yang dipimpin oleh
Arya tadah, berhasil menguasai asrama prajurit selatan.
Malam itu, para prajurit jalayudha tidak menyangka akan
datangnya serangan.
Sementara disisi lain, tepatnya gerbang barat, Mada dan
para prajurit Majapahit juga melakukan serangan pada
pos-pos jaga. Cuma dalam waktu singkat, pos-pos jaga
tersebut sudah berhasil dikuasai.
“Lepaskan panah api” pinta Mada pada salah seorang
prajurit. Meluncurlah panah api membela angkasa,

39
melihat ini, semua prajurit yang ada di posisi
selatan,timur dan utara langsung melepaskan panah api.
Penduduk kota raja yang melihat panah api itu melesat
diangkasa, langsung memukul mukul kentongan untuk
membangunkan penduduk yang lain. Karena panah api
adalah pertanda ada sebuah serangan ke kota raja malam
ini.
***

Bunyi kentongan yang dipukul oleh warga secara


bertalu-talu,telah membangunkan warga kota raja yang
lain.
“Ada apa.....ada apa.......” mereka saling bertanya satu
sama yang lain.
“Ada panah api...”
menyebut kata panah api, para penduduk kota raja
langsung mempersenjatai diri mereka.
Para prajuritku langsung bergerak tak tentu arah,mereka
tidak tahu posisi penyerang musuh datangnya dari arah
mana?

40
“Wedeng...kau pergi ke timur, Pangsa kau ke selatan,
dan kau Yuyu pergilah ke barat dan Banyak ke utara”
perintahku kepada para dharma putra pengikutku.
Mereka langsung bergerak menuju tempat yang aku
perintahkan.
Dalam kondisi gelap, prajurit jalayudha yang dipimpin
oleh Ra.Banyak langsung berpapasan dengan prajurit
yang setia dengan Jayanegara.
“Ha.....ha.....rupanya kau Kembar” ucap Ra.Banyak saat
prajurit bertemu dengan prajurit yang setia pada raja
Jayanegara.
“Sebagai dharma putra,kenapa kau tidak bergabung
dengan kami?” lanjut Ra.Banyak.
“Tidak Banyak, aku lebih setia pada raja Jayanegara dari
pada harus mengikuti Kuti”
“Kalau begitu, kau akan aku bunuh Kembar” Ra.Kembar
langsung menjawab tantangan Ra.Banyak dengan sekali
teriakan pada prajuritnya.
“Serbu.......” dengan cepat prajurit dibawah pimpinan
Ra.Kembar langsung menyerang prajurit jalayudha.
perang terbuka antara kedua belah pihak langsung

41
memecah kesunyian malam, dan disaksikan oleh
kelelawar yang berterbangan diatas mereka.
Korban langsung berjatuhan dari kedua belah pihak.
“Banyak.......aku disini, dimana kau.....?” teriak
Ra.Kembar.
“Tidak usah teriak-teriak, aku disini” keduanya kini
saling berhadap-hadapan dengan keris dalam
genggaman.
“Mampus kau Kembar.....” teriak Banyak sambil
menusukkan kerisnya. namun tusukan itu bisa ditangkis
oleh Kembar. Akhirnya keduanya terlibat perkelahian
yang seru, saling sabet dan tusuk terjadi diantara mereka
berdua.
Pergulatan mereka berdua berlangsung cukup lama,
hingga pada akhirnya,sebuah sabetan keris Kembar
berhasil melukai Banyak. Ra.Banyak tersentak kaget,
dengan amarah besar dia langsung menusukkan kerisnya
pada Kembar, namun Kembar berhasil menghindari dan
balas menusuk.

42
Banyak terpekik dengan mata melotot, ternyata keris
Kembar sudah merobek perutnya. Banyak langsung
jatuh tersungkur dan tak bergerak lagi.
Yang lebih miris lagi adalah prajurit yang dipimpin oleh
Ra.Pangsa, mereka bergerak kearah selatan.
dengan melewati padatnya pemukiman rumah penduduk,
saat kanan kiri terlihat rumah rumah yang tertutup rapat.
tapi tanpa mereka duga sebelumnya, tiba tiba dari rumah
rumah tersebut, keluarlah para warga dengan senjata apa
adanya menyerang prajurit Pangsa.
Mendapat serangan mendadak dari warga, yang tidak
mereka duga sebelumnya,sontak membuat prajurit
Ra.Pangsa kocar-kacir. Mereka tercerai-berai,begitupula
dengan Ra.Pangsa.
Ra.Pangsa memacu kudanya dengan cepat ke arah
depan, dia mencoba kabur dari amukan warga.
tanpa melihat arah depan, tiba tiba dia langsung jatuh
tersungkur dari atas kudanya. Ternyata sebuah tombak
telah menembus perut kanannya.

43
Dia melihat seorang prajurit Majapahit yang telah
menusuknya. Dalam samar-samar pandangan matanya,
dia dihampiri seseorang yang menghunus keris.
“tamat riwayatmu Pangsa” keris itu langsung
menghujam ke perut Ra.Pangsa.
Ra.Wedeng berjalan dengan menyeret pedangnya,
sementara para prajuritnya mengikuti dibelakangnya.
Ternyata di hadapannya telah berdiri Jabung tarewes dan
Lembu peteng.
“Majulah kalian berdua” tantang Ra.Wedeng.
“Serang.....hancurkan mereka” teriak Jabung tarewes dan
Lembu peteng.
keduanya langsung terlibat pertempuran.
dengan sabetan pedang yang membabi buta, Ra.Wedeng
terus menyerang dua senopati Majapahit tersebut.
namun Ra.Wedeng tidak mampu menghadapi mereka
berdua, akhirnya dia jatuh tersungkur setelah beberapa
kali tusukan keris menghujani tubuhnya.
***

44
Ra.Yuyu sangat terkejut,kala melihat Bekel mada
memimpin prajurit Majapahit. Yang membuat Ra.Yuyu
terkejut adalah, karena mendapati seorang bekel
dipercaya memimpin prajurit.
“ha....ha.....lucu.. lucu sekali,seorang bekel jadi pimpinan
prajurit” ejek Ra.Yuyu.
“Akan aku buktikan, kalau aku mampu
menghancurkanmu Yuyu” balas Mada.
“Majulah bekel bhayangkara...”
“Serbu......” tantangan Ra.Yuyu langsung dijawab oleh
bekel Mada.
Kedua pihak langsung terlibat pertempuran seru.
“Aku ingin tahu, sehebat apa kamu bekel Mada”
“Majulah Yuyu” Yuyu langsung menyerang Mada
dengan beringas, seolah olah ingin segera menghabisi
Mada. Namun mada lebih gesit dan cepat dari serangan
Yuyu,s etiap serangan Yuyu dengan mudah
dihindarinya.
“Sekarang giliranku Yuyu” kini ganti mada yang
menyerang,ternyata Yuyu tidak mampu menghadapi
kecepatan Mada.

45
Beberapa kali tusukan dan sabetan keris mada, berhasil
melukai tubuh Yuyu. Setelah dihujani oleh tusukan dan
sabetan, Yuyu ambruk oleh serangan serangan Mada. Ia
jatuh terkulai tak berdaya, Mada tidak ingin
membunuhnya,lalu dia perintahkan prajurit lain untuk
menghabisinya.
“Bunuh...dia” Seorang prajurit maju,dan langsung
menebaskan pedangnya pada Ra.Yuyu.
Aku mulai kebingungan, satu persatu temanku telah
pergi. Kini cuma aku seorang diri, namun aku bertekad
untuk tidak menyerah. Dalam keadaan terkepung di
istana Majapahit, aku tetap tidak menyerah.
“Menyerahlah...Kuti”
“Menyerah....kau gila, aku Kuti tidak akan pernah
menyerah!”
Tanpa banyak kata, Arya tadah langsung perintahkan
para prajurit Majapahit untuk menyerang.
Aku langsung melompat menyerang Mada, namun
dengan sigap Mada berhasil menghindariku.
Serangan pertama gagal, aku mengulanginya lagi.

46
namun Mada masih bisa menghindari serangan serangan
tersebut.
“Bagaimana Kuti?”
“Kau akan mati Mada, aku yang membimbingmu, aku
yang menjadikanmu seorang bhayangkara”
“Kau yang akan mati Kuti”
“Buktikan Mada”
Dengan gerakan yang begitu cepat,mada langsung
menyerangku. Sejumlah pukulan dan tendangan
langsung dia lepaskan, aku mulai kewalahan dengan
serangan-serangan tersebut.
“Gila...serangannya cepat sekali” ujarku dalam hati.
merasa sudah diatas angin, mada kembali langsung
melanjutkan seranganku.
Akhirnya pukulan dan tendangannya berhasil mendarat
di tubuhku ,aku ambruk dengan darah keluar dari
mulutku.
“Kau tidak akan pernah bisa membunuhku Mada” ucap
Kuti sambil bangkit kembali.

47
“Aku aria Gajah mada yang akan mengakhiri hidupmu
malam ini Kuti”
mendengar nama lengkap Mada, Ra.Kuti terkejut
sekaligus serasa tidak percaya. Dia langsung teringat
akan kata-kata gurunya sebelum ke Majapahit.
“aku bermimpi, kau berada di depan istana dan tidak
masuk di dalamnya. Tiba-tiba ada gajah yang terlepas
dari ikatannya dan membunuhmu” Aku benar benar
ingat pesan guruku, kini mimpi buruk itu ada
dihadapanku dengan rupa aria Gajah mada.
“Tidak..itu cuma mimpi,akan aku buktikan kalau mimpi
itu salah” ucapku.
“Kenapa kau gemeteran Kuti? Apa kau merasa
kematianmu sudah dekat?” tanya Mada.
“Akan aku habisi kamu Mada!” teriakku.
Kembali aku melancarkan serangan, namun serangan
tersebut dengan mudah dihindarinya. Mada ganti balas
menyerang sebuah tendangan kerasnya mampu
merobohkanku untuk kali kedua.
Aku mencoba bangkit lagi,tapi sebuah tendangan mada
kembali menghantamnya. Kembali usahaku untuk

48
bangkit gagal, karena sebuah pukulan keras mada
menghantam wajahnya.
Aku langsung menghembuskan nafas terakhirku.
tuntas sudah perlawananku, orang yang sebenarnya
terkenal akan kepandaian dan kecerdasannya ini
akhirnya mati di tangan Gajah mada.

TAMAT

49
BIOGRAFI PENULIS

Nama lengkap : Daffah Al Fattah


Nama panggilan : Dappa
Asal sekolah : SMA NEGERI 8 LUWU UTARA
Kelas : 12 MIPA 1
Alamat : Baebunta
TTL : Baebunta, 10 Januari 2007
Hobi : Bermain Sepak Bola, Dan Futsal.

50

Anda mungkin juga menyukai