Anda di halaman 1dari 7

ORANG KAYO HITAM

Nama pemain

1. Arif :
2. Ariq :
3. Difa :
4. Ilham :
5. Dhea :
6. Oliv :
7. Clara :
8. Miko :

Tokoh:

1. Datuk berhalo (Scene 1, 8 )


2. Putri Pinang Masak (1, 8)
3. Orang Kayo Hitam (1,2,3,4,6,7,8)
4. Putra 1 (1)
5. Putra 2(1)
6. Rangkayo Pingkai(1,2)
7. Istri Rangkayo Pingkai (suaranya aja) (2)
8. Dayang Raja Mataram (3)
9. Raja Mataram (3)
10. Patih Raja Mataram (3)
11. Warga 1 (4, 5)
12. Warga 2 (4)
13. Warga 3 (4)
14. Putri 1 (4)
15. Putri 2 (4)
16. Ratu Mayang Mangurai (5,7, 8)
“ORANG KAYO HITAM”
(SCENE I)

Tuanku Ahmad Salim dari Gujarat berlagu di selat Berhalo. Kemudian Ahmad Salim
mendirikan pimpinan belanda yang dipimpinnya berdasarkan ajaran islam. Beliau bergelar ‘Datuk
Paduko Berhalo’. Istrinya adalah seorang putri minangkabau yang bernama ‘Putri Selaras Pinang
Masak’. Mereka dikaruniai 4 orang anak. 3 diantaranya, telah pun menjadi datuk di wilayah sekitar
kuala. Hanya sibungsu yang bernama ‘Orang Kayo Hitam’. Orang kayo hitam lebih memilih
memperluas kekuasaan ayahnya sampai kepedalaman.

Putri Selaras Pinang Masak : “ Kakanda.. kakanda…?” (memanggil suaminya, si Datuk Berhalo”.

Datuk Berhalo : “ Ada apa gerangan adinda? Wajahmu terlihat murung.”

Putri Selaras Pinang Masak : “ Aku hanya sedikit khawatir. Aku ingin mengumpulkan semua
anak-anak kita.”

Datuk Berhalo : “Baiklah akan kupanggilkan mereka semua. Anakku yang pertama,
masuklah!”

Anak pertama pun datang..

Datuk Berhalo : “ Wahai anakku yang pertama.. sekarang hidupmu telah bahagia,
kau sudah menjadi datuk, dan terima kasih engkau telah memberikanku keturunan yang sangat
manis..”

Anak pertama : “ Terima kasih ayahanda..”

Datuk Berhalo : “ Anakku yang kedua..! Masuk lah!”

Anak ke dua pun datang..

Datuk Berhalo : “ Wahai anakku yang ke dua, kulihat hidupmu sekarang bahagia,
kau telah menjadi datuk, dank au mempunyai keturunan yang sangat lucu..”

Anak ke dua : “ Terima kasih ayahanda..”

Datuk Berhalo : “ Anakku yang ke tiga..! Masuklah!”

Anak ke tiga pun datang..

Datuk Berhalo : “ Wahai anakku yang ke tiga, kulihat hidupmu sekarang bahagia,
kau telah menjadi datuk, dan kau sudah memberiku keturunan..”

Anak ke tiga : “ Terima kasih ayahanda..”

Datuk Berhalo : “ Anakku yang ke empat! Masuklah!”

Anak ke empat pun datang dengan memperlihatkan kemahirannya dalam ilmu pencak silat. Dia
adalah Orang Kayo Hitam. Seorang lelaki yang gagah berani, kuat, dan sakti.

Datuk Berhalo : “ Wahai anakku yang ke empat, Orang Kayo Hitam.. Akan
sempurna keluarga ini jika kamu menjadi datuk, segeralah mencari pendamping hidupmu, dan
memberikanku keturunan, seperti kakak-kakakmu..”
Orang Kayo Hitam : “ Ayahanda.. Saya belum mau menikah, memperluas
kerajaan ayahanda lebih berharga bagi saya. Daripada menjadi datuk atau memiliki”

Putri Selaras Pinang masak : “ Wahai anakku Orang Kayo Hitam.. janganlah berpikir begitu,
memang.. memperluas kerajaan ayahandamu memanglah penting, tetapi pendamping hidupmu itu
jugalah penting anakku..”

Orang Kayo Hitam : “ Baiklah ibunda.. Tetapi, mencari istri itu tidaklah secepat dan
semudah itu..”

Putri Selaras Pinang masak : “ Baiklah, ibunda mengerti”

(SCENE II)

Kemudian masing-masing pergi dan yang tertinggal hanya Rangkayo Pingai dan Orang Kayo Hitam.
Mereka akan membicarakan tentang kerajaan mereka.

Orang Kayo Hitam : “ Wahai kakakku Rangkayo Pingai, apakah kerajaan ini akan selalu
berada di bawah kerajaan Mataram? Bukankah kerajaan kita bisa berdiri sendiri tanpa kerajaan licik
itu?”

Rangkayo Pingai : “ Wahai adikku, sesungguhnya aku juga sangat tidak menginginkan
itu semua. Tapi.. harus bagaimana lagi? Segala kekuasaan ada di tangan Kerajaan Mataram, jika kita
tidak memberikan upeti, mereka akan bertindak sewenang-wenang pada rakyat kita.”

Orang Kayo Hitam : “ Tidak usah khawatir kakakku, aku akan menaklukkan kerajaan
Mataram itu dengan tanganku sendiri. Kesabaranku sudah habis, aku tidak akan membiarkan lagi,
kerajaan kita memberikan upeti untuk merka. Sekarang mulut mereka masih bisa terbahak-bahak,
tapi nanti akan ku buat mulut mereka diam dan tidak dapat berkata lagi. Mereka akan tunduk pada
kita.”

Rangkayo Pingai : “ Wahai adikku, aku serahkan semua padamu, semoga kau berhasil.
Doaku menyertaimu.”

Ketika mereka sedang membicarakan perihal kerajaan mereka, istri Rangkayo Pingai yang tengah
mengandung tiba-tiba mengerang kesakitan, dia meronta-ronta karena merasakan bahwa jabang
bayinya akan segera lahir.

(SCENE III)

Di Kerajaan Mataram…

(Raja mataram sedang bersantai di temani selir-selirnya)

Raja Mataram : “ Huuft.. aku sangat lelah.. Dayang! Kipasi aku! Hei dayang!
Mengapa kalian sangan lemot! Aku sangat gerah! Lebih cepatlah sedikit!”

Para dayang pun mengipasi Rajanya dengan sekuat tenaga

Raja Mataram : “ Hei dayang! Aku ini ingin kesejukan! Bukan angina topan! Kamu
itu! Berikan aku makanan!”
Sesaat kemudian patih nya pun datang dengan tergesa-gesa..

Raja Mataram : “ hey-hey-hey! Ada apa lagi ini! Kurang gaji kalian! Kalian itu malah
kurang ajar! Ada apa patih!”

Patih : “ Ampun baginda Raja.. begini, ada seseorang yang telah


menggagalkan pengiriman upeti kerajaan si Rangkayo Pingai dari jambi!”

Raja Mataram : “ Apaa! Kenapa bisa begitu! Bodoh kalian! Kenapa bisa jebol
pertahanan kita!”

Patih : “ Begini raja, orang itu sangat sakti, namanya Orang Kayo Hitam,
dia adalah adik dari Rangkayo Pingai.”

Orang Kayo Hitam berhasil menggagalkan pengiriman upeti untuk kerajaan Mataram dengan
kesaktiannya. Raja Mataram pun murka mendengar berita yang disampaikan oleh sang patih. Raja
mataram bermaksud untuk perang dengan Orang kayo hitam. Tanpa sepengetahuannya, Orang kayo
hitam mengendap-endap masuk kedalam istananya dan mendengar pembicaraan Raja Mataram
dengan patih yang akan melawannya dengan keris sakti yang bernama keris siginjai.

Raja Mataram : “ kalau begitu, cepat ambikan aku keris siginjai di museum!Cepat!”

Patih : “ Baik raja.”

Tak lama kemudian patih kembali..

Patih : “ Ini raja..” (memberikan keris itu pada rajanya)

Belum sempat terambil raja Mataram, Orang kayo hitam dengan sigap menendang keris itu dan
terlempar.

Raja mataram : “ Hey siapa kau! Berani-beraninya kau masuk dalam istanaku tanpa
izin!”

Orang kayo hitam : “ Aku adalah Orang kayo hitam!”

Raja mataram : “ Jadi kau yang bernama Orang kayo hitam! Aku sama sekali tidak
takut denganmu!”

Orang kayo hitam : “ aku tidak akan pernah diam, bila kerajaan ku selalu kau injak!
Selalu dibawah kerajaan licik seperti mu! ”

Raja mataram : “ Jika kau menginginkan hal itu, langkahi dulu mayatku!”

Lalu, terjadilah perkelahian diantara mereka. Tak lama kemudian, peperangan itu dimenangkan oleh
Orang kayo hitam. Raja mataram terbunuh oleh kerisnya sendiri lewat tang Orang kayo hitam. Dan
keris itu kini menjadi milik sepenuhnya Orang kayo hitam. Barang siapa yang memiliki keris siginjai
itu, maka kesakitiannya tidak tertandingi di seluruh penjuru negeri. Dan ia pun bermaksud untuk
pulang membawa kemenangan.

(Scene IV)

Di perjalanannya, ia berhenti di sebuah kampung. Ia menemukan sehelai rambut. rambut itu


panjang dan tebal, hitam lagi harum, menandakan pemiliknya adalah seorang wanita yang cantik
jelita. Orang Kayo Hitam bermaksik ingin mencari tau siapa pemilik rambut tersebut, dan akan
menjadikannya sebagai istri.
Orang Kayo Hitam : “ Rambut ini harum dan haluuus sekali. Siapakah gerangan
pemilik rambut ini? Aah pujaan hatiku.”

Orang Kayo Hitam : “Permisi.. Maaf saya menggangu, saya ingin menanyakan siapa
gerangan pemilik rambut nan panjang lagi harum ini?”

Warga 1 : “ Maaf.. anda siapa? Sepertinya wajah saudara sangat asing.”

Orang Kayo Hitam : “ Emm.. saya disini hanya singgah sebentar, kebetulan saya
menemukan rambut ini, jadi saya bermaksud untuk mencari tahu..”

Warga 2 : “ Ini rambut ratu kami, namanya ratu Mayang Mangurai.”

Warga 3 : “ Benar. Dia sangat cantik, rambutnya panjang, ia ratu yang baik,
adil, dan bijaksana.”

Orang Kayo Hitam : “ Jika diizinkan, boleh saya tahu letak kerjaan ratu kalian?”

Warga 1 : “ Boleh..”

Belum sempat warga itu menjelaskan, ada dua orang putri pegawai kerajaan datang menghampiri.
Kedua putri itu terkenal dengan sifatnya yang jahil, sombong, dan licik.

Putri 1 : “ Ada apa ini? Siapa engkau wahai pemuda?”

Orang Kayo Hitam : “ Saya.. nama saya Orang Kayo Hitam, saya hanya singgah di
kampung ini, dan saya ingin mencari pemilik rambut ini..( memperlihatkan rambut itu pada kedua
putri tersebut.)

Putri 2 : “ Itu kan rambut ratu Mayang Mangurai, kenapa engkau


mencarinya?”

Putri 1 : “ Hey lihatlah pemuda ini cukup manis dan tampan.. sepertinya
aku menyukainya..”

Putri 2 : “ Kamu itu jangan sembarangan! Mana tau dia teroris.”

Putri 1 : “ Mana ada teroris setampan ini, yaa walau sedikit hitam..”

Orang Kayo Hitam : “ Maaf.. dapatkah kalian menunjukkan saya letak istana ratu
kalian..?”

Putri 2 : “ Oh dapat. Mari kami antarkan..”

(SCENE V)

Suatu pagi ratu Mayang Mangurai sedang melihat-lihat keadaan dan lingkungan rakyatnya..

Ratu Mayang Mangurai : “ Wahai rakyat-rakyat ku.. aku ingin mengucapkan terima kasih,
pada kalian yang setia menemaniku dan menjaga ketentraman Tanah Temenggung Merah Mato ini
dengan amat baik..”

Warga 1 : “ Wahai ratuku.. sudah sepantasnya kami seperti ini. Semua ini
berkat sanga ratu yang sangat bijaksana mempin kami. Namun yang mulia, apa tidak sebaiknya yang
mulia mencari pasangan hidup?”
Di tengah perbincangan antara Ratu Mayang Mangurai dan rajyatnya, Orang kayo hitam pun
datang..

Orang Kayo Hitam : “ Akhirnya ku menemukanmu.. salam.. hai putri nan cantik jelita..
Aku telah lama mencari pasangan hidup. Dan aku menemukan helaian rambutmu yang indah dan
halus ini. Wahai ratu Mayang Mangurai, aku adalah Orang Kayo Hitam. Maukah engkau menikah
denganku?”

Ratu Mayang Mangurai : “ wahai Orang Kayo Hitam, aku tidak bisa begitu saja menerima
pinanganmu, aku mempunyai syarat, yaitu pergilah ke pulau jawa dan berikan aku bunga mangurai
dari pulau itu. Dan kau harus mampu menghadapi rintangan disana.”

Orang Kayo Hitam : “ baik, aku akan pergi mencari bunga itu.”

(SCENE VI)

Orang Kayo Hitam pun pergi mencari bunga yang di maksud oleh sang ratu Mayang Mangurai.
Dengan berbagai rintangan, akhirnya ia pun mendapatkannya dan pergi menemui Ratu Mayang
Mangurai.

(SCENE VII)

Orang Kayo Hitam : “ Wahai ratu Mayang Mangurai, kupersembahkan ini untukmu.”
(memberikan bunga itu kepada ratu Mayang Mangurai)

Ratu Mayang Mangurai : “ Ternyata kau berhasil wahai Orang Kayo Hitam. Engkau
memang benar-benar gigih. Sesuai janjiku.. aku mau menikah dengan mu.”

(SCENE VIII)

Orang Kayo Hitam pun menikah dengan Ratu Mayang Mangurai. Orang Kayo Hitam membawa
istrinya itu menemui ayahanda dan ibundanya.

Sesampainya disana..

Orang Kayo Hitam : “ Ayahanda.. ibunda.. aku datang kemari membawa pendamping
hidupku. Namanya Mayang Mangurai..”

Putri Selaras Pinang Masak : “ Akhirnya.. apa yang ibunda doakan dan ibunda inginkan
terkabulkan, semoga engkau bahagia wahai anakku Orang Kayo Hitam.”

Datuk Berhalo : “ sekarang engkau sudah menjadi datuk, dan ayahandamu ini
akan memberikan hadiah sebuah perahu dan 2 ekor angsa ini.”

Orang Kayo Hitam : “Terima kasih ayahanda..”

Ratu Mayang Mangurai : “Terima kasih ayahanda..”

Datuk Berhalo : “ Wahai anakku yang ke-empat orang kayo hitam, aku lihat
hidupmu sudah bahagia, kau sudah mendapatkan pendamping hidupmu. Aku mempunyai hadiah
untuk kau dan istrimu. Ini, kuberikan sampan dan 2 ekor angsa. Pergilah berlayar dan ditemani 2
ekor angsa tersebut. Berlayarlah ke wilayah sungai batang hari. Dan apabila 2 ekor angsa tersebut
berhenti di suatu wilayah hingga 2 hari, maka tempat itulah kalian akan tinggal.

Orang Kayo Hitam : “ Baik ayahanda.. terima kasih. Aku bersama istriku akan pergi
sekarang..”
Setelah menyusuri sungai batang hari kedua angasa tersebut berhenti dan menginap. Maka disitulah
sepasang pengantin itu hidup dan beranak pinak. Orang kayo hitam melihat di sekitar sungai
batanghari itu banyak sekali ditumbuhi pohon pinang. Oleh karena itu, orang kayo hitam menamai
daerah itu dengan nama jambe. Dalam bahasa jawa pinang disebut jambe. Orang kayo hitam
mendirikan kerajaan yang secara turun temurun di kerajaan jambi dikuasai oleh anak-anak orang kayo
hitam. Seluruh rakyat dalam kepemimpinannnya hidup bahagia.

Anda mungkin juga menyukai