Anda di halaman 1dari 93

IMPLEMENTASI HARGA POKOK PRODUKSI PADA USAHA

KULINER MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING


DI USAHA KULINER “SATE MADURA” KECAMATAN MAJALAYA
KABUPATEN BANDUNG

SKRIPSI

Oleh:

ANNISHA DIVA NURIZZAH SADIQ


NIM/NIMKO: 2018.205.032 / 2018.4.009.0744.1.000126

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
UNIVERSITAS IBRAHIMY
SUKOREJO – SITUBONDO
2022
IMPLEMENTASI HARGA POKOK PRODUKSI PADA USAHA
KULINER MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING
DI USAHA KULINER “SATE MADURA” KECAMATAN MAJALAYA
KABUPATEN BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S-1) pada Program Studi

Akuntansi Syari’ah Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam

Universitas Ibrahimy

Oleh:
ANNISHA DIVA NURIZZAH SADIQ

NIM/NIMKO: 2018.205.032 / 2018.4.009.0744.1.000126

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARI’AH

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

UNIVERSITAS IBRAHIMY

SUKOREJO SITUBONDO

2022
MOTTO

‫ياُيَه ا اَّلِذ ْي َن اَم ُنواِإَذ ا َت َدا َي ْنُتْم ِبَدْي ٍن ِاَلى َأَج ٍل ُّم َس ًّم ى َفاْكُتُبْو هۗ َو ْلَي ْكُتْب َب ْي َن ُك ْم َك اِتٌب‬
‫ِباْلَع ْد ِل َ واَل َي َّأَب َك ِاتُب َاْن َّي ْكُتَب َك َم ا َع ّلَم ُه ُهللا َفْلَي ْكُتَب ۚ َو ْلُيْم ِلِل اّلِذ ْي َع َلْي ِه‬
)282(........... : ‫اْل َح َّق (البقرة‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang


piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu
menuliskannya dengan benar. Janganlah penulis menolak untuk
menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkan”. 1

1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: Jabal, 2010), 48.
PERSEMBAHAN
Kami persembahkan sepenuhnya karya tulis ini teruntuk :
1. Ilaihi Rabbi, segala puja dan puji syukur kami haturkan, yang dengan-
Nya kami selalu memiliki semangat penuh dan kemampuan dalam
menjalani segala proses sampai pada tahap ini tanpa suatu kendala
apapun. Tak lupa pula pada kekasih kami, Baginda Nabi Muhammad
Sallallahu ‘alaihi wassalam, Sang inspirator kami dalam jalan
fastabikulkhairat
2. Dua lentera hidup kami, yang selalu kami puja do’a-do’a mustajab dan
ridhonya, ayahanda Muhammad Sadiq dan Ibunda Tuti Widiastuti.
Terimakasih atas segala pengorbanan dan perjuangannya. Maafkan atas
segala dosa dan luka yang ananda hujamkan pada jeluk hati ayah dan
ibu, semoga sedikit terbasuh oleh buah pena ananda ini yang
diharapkan mengandung manfaat dan keberkahan
3. Murabbi Ruhina, Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyyah
Sukorejo, K.H.R. Ahmad Azaim Ibrahimy Dhofir beserta seluruh
guru-guru kami, para ustadz dan ustadzah, terima kasih atas setiap
mutiara kata, setiap jejak kebaikan dan setiap gumpalan berkah,
silaturrahmi bathiniyyah dan dhohiriyah semoga sempat untuk
membalas semua kemuliaan beliau semua
4. Almarhum Ustadz Jonwari, guru sekaligus ayahanda ruh kami.
Terimakasih atas segala bekal hidup dunia akhirat yang telah diberikan
pada kami, terimkasih telah peduli pada penulisan skripsi ini, dan
ribuan ucapan terimakasih kami untuk segala yang tak dapat
tersampaikan melalui kata, engkau tetap berada dan selalu dalam hati
kami. Semoga Allah pertemukan kami kembali di telaga surga-Nya
5. Keluarga besar Language Boarding House, khususnya akhwat al
mahbubah di Dar El-Barakah, kalian semua semangatku!!
6. Sahabat-sahabat BEM FSEI yang bersamanya kami belajar arti saling
memahami dan menghargai satu sama lain. Semoga kami semua di beri
ijabah atas slogan kami, Hukum Adil, Ekonomi Maju!
7. Keluarga Madrasah Ta’hiliyah Ibrahimy, khususnya yang selalu
bersama sejak kelas II D, III C, IV C sampai V B. Terimakasih!
Semoga selalu senyaman ini sampai kapanpun
8. IKSASS JABODETABEK dan IKSASS JABAR, yang selalu
memberikan suntikan semangat dan perhatian yang begitu besar,
semoga segala lelah menjadi lillah serta menuai berkah
9. Seluruh sahabat seperjuangan Akuntansi Syariah angkatan 2018,
PPL BSI KCP Situbondo Basuki Rahmat, KKN posko 74 Pakel
Licin serta Seluruh Pejuang Toga Kampus Ibrahimy Barakallahu
lakum. Kalian adalah hikmah atas segala cerita petualanganku, and the
last I say “happy graduation for us”
10. Yang kami banggakan Almamater tercinta (Universitas Ibrahimy
Sukorejo), atas segala makna dan kenanganmu yang tak kan pernah
terlupakan dalam hidup kami
11. Usaha kuliner Sate Madura Majalaya Bandung, yang telah berkenan
menjadi objek penelitian skripsi kami yang dengan senang hati pula
memberikan segala informasi terkait bahan penelitian ini, semoga Allah
berkahi dan unggulkan usaha ini sampai kapan pun
12. Seluruh pihak yang telah membantu atas terselesaikannya skripsi ini
yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu, Jazakumullahu Khairan
KATA PENGANTAR

‫ِبْس ِم الَّلِه الَّر َمْحِن الَّر ِح يِم‬

Segala puji hanya bagi Allah SWT. Dzat yang maha memperkenankan.
Penganugerah kemudahan yang membebaskan makhluk-Nya dalam pemilihan
jalan. Tuhan yang jalan menuju jalan-Nya tidak memadai diringkai dengan
konsep kiri dan kanan, timur dan barat, atau utara dan selatan. Tetapi jalan-Nya
satu, yang tampak dalam penglihatan bercabang-cabang dan asri dengan
keindahan.
Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW yang telah membimbing kita dengan ajaran Islam menuju
jalan yang diridhoi Allah SWT. Semoga tercurah pula kepada keluarga dan
sahabat-sahabat beliau serta seluruh umat manusia yang setia.
Skripsi berjudul : “IMPLEMENTASI HARGA POKOK PRODUKSI PADA
USAHA KULINER MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING
(DI USAHA KULINER SATE MADURA, MAJALAYA BANDUNG) ” .Ini
disusun dalam rangka untuk memenuhi persyaratan akhir studi Program Strata
Satu guna memperoleh gelar sarjana dalam bidang Ilmu Akuntansi Syari’ah
pada Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam Universitas Ibrahimy Sukorejo
Situbondo.

Penulis sadari, bahwa selesainya skripsi ini tidak lepas dari kebaikan
dan bantuan semua pihak, baik berupa dorongan semangat, arahan, saran dan
doa, maupun fasilitas belajar. untuk semua itu selayaknya penulis haturkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. KHR. Ach. Azaim Ibrahimy, selaku Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah


Syafi’iyah Sukorejo Situbondo
2. KH. Ahmad Fadloil., S.H., M.H. selaku Rektor Universitas Ibrahimy
Sukorejo Situbondo
3. KH. Muhammad Jufri, S.H., M.H.I. selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Ekonomi Islam di Universitas Ibrahimy Sukorejo Situbondo
4. Bapak Su’ud Wahedi, M.akun. Selaku ketua program studi yang selalu
mendidik dan membimbing kami di prodi akuntansi syari’ah.
5. Bapak Dr. R. Fakhrurrazi, MHI. dan Ibu Nyai Hj. Makhsushi Zakiyah,SE.,
MHI. atas kesediaan membimbing dan memberi arahan dalam penyelesaian
skripsi ini. Semoga segala kesabarannya dalam membimbing kami menjadi
sebuah amal jariah kelak di akhirat.
6. Bapak Hodri Yadi dan Ibu Hodri yang telah meluangkan waktunya untuk
wawancara.
7. Semua dosen serta guru yang telah memberi wawasan serta memperluas
cakrawala dalam bidang keilmuan. Semoga terbalaskan segala jasanya oleh
Allah.
8. Seluruh Staff Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam yang telah banyak
membantu sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
9. Dan seluruh pihak yang terkait, yang tak dapat penulis sebutkan satu
persatu, yang telah membantu demi penyelesaian skripsi ini. Semoga selalu
di permudah hidupnya.
Harapan penulis semoga jerih payah tersebut dicatat oleh Allah SWT
sebagai amal sholeh.
Kemudian penulis menyadari skripsi ini merupakan sebuah karya
intelektual yang tak lepas dari keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu
penulis sangat mengharap saran dan kritik dari pembaca. Pujian memang selalu
menjadi sanjungan bagi setiap orang, namun kritikan akan selalu memberi nilai
lebih dari semuanya. Dan mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini
mempunyai hikmah dan manfaat. Amin ya Rabbal Alamin.

Situbondo, 26 Agustus 2022


Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i

HALAMAN PERNYATAAN TULISAN........................................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI...........................iii

HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................iv

MOTTO..............................................................................................................v

PERSEMBAHAN.............................................................................................vi

KATA PENGANTAR.....................................................................................vii

DAFTAR ISI.....................................................................................................ix

DAFTAR TABEL............................................................................................xii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................xiii

ABSTRAK.......................................................................................................xiv

BAB 1 : PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Konteks Penelitian............................................................................1

B. Fokus Penelitian...............................................................................5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian......................................................6

D. Kajian Penelitian Terdahulu.............................................................8

E. Definisi Operasional.......................................................................11
F. Sistematika Pembahasan.................................................................12

BAB II : KAJIAN TEORI..............................................................................14

A. Akuntansi Biaya............................................................................14

B. Biaya..............................................................................................16

C. Harga Pokok Produksi...................................................................20

D. Activity Based Costing..................................................................24

E. Produksi dalam Islam....................................................................29

F. Pengertian UMKM........................................................................31

G. Kerangka Konseptual....................................................................32

BAB III : METODE PENELITIAN .............................................................33

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian...................................................33

B. Kehadiran Peneliti........................................................................34

C. Lokasi Penelitian..........................................................................34

D. Sumber Data.................................................................................34

E. Teknik Pengumpulan Data...........................................................36

F. Teknik Analisis Data....................................................................38

G. Teknik Pengecekan Keabsahan Data............................................39

H. Tahap-Tahap Penelitian.................................................................41

BAB IV : PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN...................................42

A. Paparan Data ...............................................................................42

1. Gambaran Umum Objek Penelitian.......................................42

2. Penentuan Biaya Produksi Usaha Kuliner Sate Madura........46


3. Perhitungan Harga Pokok Produksi yang Diterapkan di Usaha

Kuliner Sate Madura..............................................................50

4. Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode ABC di

Usaha Kuliner Sate Madura...................................................52

B. Pembahasan .................................................................................59

1. Penenetuan Harga Pokok Produksi dengan Metode

Tradisional pada Usaha Kuliner Sate Madura........................59

2. Penentuan Harga Pokok Produksi dengan Metode Activity

Based Costing pada Usaha Kuliner Sate Madura ..................60

BAB V : PENUTUP ........................................................................................63

A. Kesimpulan....................................................................................63

B. Saran...............................................................................................64

DAFTAR PUSTAKA

BIOGRAFI PENULIS

LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Tradisional Costing VS ABC Costing............................27

Tabel 2.2 Kriteria UMKM................................................................................31

Tabel 4.1 Produksi Sate Per Hari......................................................................47

Tabel 4.2 Pemakaian Bahan Baku Semua Varian Sate Per Hari......................48

Tabel 4.3 Biaya Tenaga Kerja Langsung Sate Madura Per Hari......................49

Tabel 4.4 Biaya Overhead Usaha Kuliner Sate Madura...................................50

Tabel 4.5 Biaya Produksi Usaha Kuliner Sate Madura....................................51

Tabel 4.6 Klasifikasi Aktivitas dan Cost Driver Setiap Aktivitas....................52

Tabel 4.7 Jumlah Kegiatan dan Cost Driver Per Menu....................................54

Tabel 4.8 Tarif Unit Cost Driver......................................................................55

Tabel 4.9 Pembebanan BTKL..........................................................................56

Tabel 4.10 Pembebanan BOP...........................................................................56

Tabel 4.11 Perhitungan Harga Pokok Produksi Sistem Activity Based Costing

(ABC)...............................................................................................................57

Tabel 4.12 Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produksi Usaha Kuliner

Sate Madura dengan Metode ABC...................................................................58


DAFTAR GAMBAR

2.1 Kerangka Konseptual..................................................................................32

4.1 Struktur Organisasi Usaha Kuliner Sate Madura........................................44


ABSTRAK
Annisha Diva Nurizzah Sadiq, NIM/NIMKO: 2018.4.009.0744.1.000126,
2022. Implementasi Harga Pokok Produksi Pada Usaha
Kuliner Menggunakan Metode Activity Based Costing (di
Usaha Kuliner Sate Madura Majalaya, Bandung). Skripsi,
Program Studi Akuntansi Syari’ah, Fakultas Syari’ah dan
Ekonomi Islam, Universitas Ibrahimy.
Pembimbing: (I) Dr. R. Fakhrurrazi, MHI.
(II) Ny. Hj. Makhshushi Zakiyah, SE.,MHI.

Activity Based Costing merupakan metode akuntansi biaya terkait


penentuan harga pokok produksi berdasarkan aktivitasnya (Activity based)
yang perlu diterapkan pada UMKM. Hal ini dikarenakan selama ini UMKM
dalam menentukan harga pokoknya masih menggunakan metode tradisional.
Penentuan harga pokok ini belum mencermikan aktivitas yang spesifik karena
banyaknya kategori biaya yang bersifat tidak langsung. Distorsi tersebut
mengakibatkan kesalahan pengambilan keputusan dalam hal penentuan harga
pokok produksi dan kelangsungan UMKM.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan perhitungan harga
pokok produksi antara metode yang digunakan perusahaan dengan metode
Activity based costing. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui
pendekatan studi kasus. Sumber data yang digunakan yaitu data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari pihak Usaha Kuliner Sate
Madura seperti data dari hasil wawancara dan data berupa informasi biaya-
biaya produksi yang dikeluarkan. Data sekunder diperoleh dari buku, jurnal,
internet atau media lain yang mendukung penelitian ini.
Pada hasil akhir nilai kondisi varian sate akan mengalami Undercost
dan Overcost, menurut perhitungan metode Activity based costing biaya harga
pokok produksi per unit atas sate ayam sebesar Rp 604, sate sapi sebesar Rp
816 dan sate sate kambing sebesar Rp 667, sedangkan dengan metode
tradisional yang digunakan perusahan keseluruhan varian sate memiliki biaya
per unit harga pokok produksi yang sama, yaitu sebesar Rp 674. Perbedaan ini
terjadi karena adanya perbedaan pembebanan biaya overhead pabrik dan
tenaga kerja langsung pada masing-masing produk. Metode tradisional
membagi rata total biaya overhead pabrik dan tenaga kerja langsung pada
seluruh produk, sedangkan metode Activity based costing biaya overhead dan
tenaga kerja langsung dibagi pada masing-masing produk sesuai dengan
proporsinya. Hasil penelitian ini menunjukkan metode Activity based costing
mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap produk secara tepat
berdasarkan konsumsi aktivitas.

Kata Kunci : Harga Pokok Produksi dan Activity Based Costing.


BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Pada era new normal pasca mewabahnya COVID-19 saat ini,

perusahaan-perusahaan semakin dituntut untuk menampilkan performa

terbaik yang mereka miliki demi memasarkan suatu produk di dalam

ketatnya persaingan global. Tingkat persaingan bisnis ini menuntut

untuk menata kembali strategi persaingannya dengan berfokus terhadap

tujuan strategis itu sendiri, karena hal tersebut juga berkaitan dengan

tumbuh kembang perekonomian suatu Negara.

Salah satu peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi di

Indonesia adalah dengan adanya UMKM (Usaha Mikro Kecil

Menengah). UMKM merupakan kegiatan usaha independen yang

bergerak dalam bidang ekonomi sehingga dapat memperluas lapangan

pekerjaan dan memberikan pelayanan kepada masyarakat,

meningkatkan pendapatan masyarakat, membantu pertumbuhan

ekonomi, mengurangi tingkat pengangguran serta berperan

mewujudkan stabilitas nasional.2

Harga pokok mempunyai peranan yang sangat penting dalam

menentukan harga jual. Dengan penetapan harga pokok produksi yang

2
Neneng Salmiah, “Analisis Penerapan Akuntansi Dan Kesesuaian Dengan Standar
Akuntansi Keuangan Entiltas Tanpa Akuntabilitas Public”, Jurnal Akuntan, Vol. 3, No. 2 (Juli-
Desember, 2015), 6.
tepat dan terperinci akan memunculkan harga pokok produksi yang

akurat. Hal ini demi kemaslahatan bersama antara produsen dan

konsumen, sebagaimana yang tertera dalam al-Qur’an surat al-Baqarah

ayat 282 yang berbunyi:

‫ِت‬ ‫ِب ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِذ‬


‫َيا َأُّيَه ا اَّل يَن آَم ُنوا َذا َتَد اَيْنُتْم َد ْيٍن ىَل َأَج ٍل ُمَس ًّم ى َفاْك ُتُبوُه َو ْلَيْك ُتْب َبْيَنُك ْم َك ا ٌب‬

‫ِباْل ْد ِل‬
‫َع‬

( ۲۸۲ : ‫)البقرة‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman! Apabila kamu
bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah
seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar.
(QS. Al-Baqarah, 2:282)”.3

Oleh karena itu , di dalam masalah mengenai harga pokok

produksi suatu perusahaan dituntut untuk benar-benar bisa

menanganinya dengan baik dan benar.

Ada dua metode perhitungan pokok produksi yaitu metode

Tradisional dan metode Activity based costing (ABC). Metode

tradisional dalam perhitungan harga pokok produknya menelusuri

hanya biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung ke

setiap unit (output).4

Selama ini UMKM dalam menentukan harga pokoknya masih

menggunakan metode tradisional. Penentuan harga pokok ini belum

3
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Surabaya: Halim, 2014),
48.
4
William Carter,K. Akuntansi Biaya, Edisi 14, Buku 1, (Jakarta : Salemba
Empat,2006), 528.
mencerminkan aktivitas yang spesifik karena banyaknya kategori biaya

yang bersifat tidak langsung. Distorsi tersebut mengakibatkan

kesalahan pengambilan keputusan dalam hal penentuan harga pokok

produk dan kelangsungan UMKM sehingga perlu diterapkannya sistem

penentuan harga pokok produk berdasarkan aktivitasnya (activity

based) atau lebih dikenal dengan nama Activity based costing (ABC).

Metode ABC (activity based costing) merupakan metode

akuntansi yang digunakan oleh perusahaan untuk mengumpulkan data

tentang biaya operasional mereka. Biaya-biaya operasional perusahaan

terdiri dari biaya perencanaan, biaya produksi, biaya pemasaran, biaya

penjualan dan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan produk dan

jasa.5 Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi pengkalkulasian biaya

produk yang terlalu rendah (undercosting) atau pengkalkulasian biaya

produk yang terlalu tinggi (overcosting) dalam penentuan harga pokok.6

Selama pandemi virus corona (COVID-19), diantara 2000

sektor UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) yang telah terdata

resmi oleh dinas koperasi dan UMKM Bandung yang terdampak oleh

wabah tersebut, sektor UMKM dalam bidang kuliner dan fesyen disebut

lebih relatif tangguh.7 Salah satu faktor yang menyebabkan usaha

kuliner berpeluang menjanjikan dalam masa pandemi adalah karena

5
Thomas Sumarsan, Sistem Pengendalian Manajemen, (Permata Puri Media: Jakarta,
2013), 153.
6
Wiwik Lestari, Dhyka Bagus Permana, Akuntansi Biaya Dalam Perspektif
Manajerial (Depok: Rajawali Pers, 2020), 215.
7
Azzis Zilkhairil, “Deretan UMKM Yang Bertahan Di Bandung Ditengah Wabah
Covid-19”, Dalam Https://Jabar.Idntimes.Com/News/Jabar/3 (Di Akses Tanggal 23 Mei 2022).
masyarakat membutuhkan pasokan makan dan minum dalam kondisi

apapun bahkan kondisi serba sulit sekalipun.

Dengan demikian, usaha kuliner tidak akan pernah surut dan

kehilangan konsumen. Tak hanya itu, bisnis kuliner juga dianggap

membutuhkan modal yang relatif kecil, tenaga kerja yang tak terlalu

banyak, namun dengan margin laba yang besar dan perputaran arus kas

yang cepat. Beberapa faktor tersebut membuat bisnis kuliner sulit

menjadi ‘korban’ dari krisis besar.

Salah satu dari sekian banyaknya sektor UMKM bidang kuliner

di wilayah Bandung adalah usaha Sate Madura yang didirikan oleh

Bapak hodri sejak 20 tahun silam. Sate Madura merupakan salah satu

makanan unggulan Indonesia sekaligus kebanggaan masyarakat Madura

dalam rantauannya. Selain sudah menjadi tradisi turun-temurun bagi

masyarakat Madura, proses usaha ini pun bisa dibilang ekonomis

karena tidak membutuhkan modal yang cukup besar. Usaha ini

didirikan perseorangan dengan 9 karyawan. Sate Madura yang setiap

harinya memproduksi 3.500 tusuk sate dengan varian ayam, sapi dan

kambing ini berlokasi di Jl. Babakan Tanjung, RT.04/ RW.04 Bojong,

Majalaya, Bandung, serta memiliki 5 cabang yang tersebar di daerah

Majalaya. Sate Madura dengan cita rasa khasnya juga selalu berusaha

memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen melalui hidangan


berkualitas kaya akan gizi serta kehalalan segala sesuatu yang

bersangkutan dengan proses produksi sampai pada penjualannya.8

Perhitungan harga pokok produksi merupakan pertimbangan

utama dalam menentukan harga jual agar dapat bersaing dan

memperoleh laba (profit). Dengan sangat pentingnya perhitungan harga

pokok produksi menggunakan metode ABC (activity based costing)

yang tepat, penulis akan membahas permasalahan tersebut dengan judul

“ Implementasi Harga Pokok Produksi pada Usaha Kuliner

Menggunakan Metode Activity based costing ( di Usaha Kuliner

“Sate Madura” Majalaya, Bandung )”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka terdapat dua hal

fokus kajian dalam penelitian ini yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi harga pokok produksi yang diterapkan

pada usaha kuliner “Sate Madura” Majalaya Bandung?

2. Bagaimana implementasi harga pokok produksi berdasarkan

metode Activity based costing pada usaha kuliner “Sate Madura”

Majalaya Bandung?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

8
Wawancara terhadap pemilik usaha sate Madura wilayah Majalaya Bandung (Hodri
Yadi), pada tanggal 05 Mei 2022.
Berdasarkan uraian rumusan masalah peneliti tersebut, maka

tujuan dan manfaat penelitian ini meliputi:

1. Tujuan penelitian

Tujuan dalam penelitian ini pembahasannya mengarah untuk

menjawab permasalahan yang terjadi pada rumusan masalah yaitu

sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui implementasi harga pokok produksi pada

usaha kuliner “Sate Madura” Majalaya Bandung.

b. Untuk mengimplementasikan harga pokok produksi

menggunakan metode Activity based costing pada usaha kuliner

“Sate Madura” Majalaya Bandung.

2. Kegunaan penelitian

Kegunaan atau manfaat penelitian merupakan dampak dari

pencapaian tujuan penelitian,9sehingga dapat memberikan

konstribusi baik secara teoritis maupun praktis. Di antara kegunaan

tersebut adalah:

a. Secara teoritis

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah ilmu

pengetahuan dan wawasan peneliti serta dapat memperluas

khazanah keilmuan terutama yang berkaitan dengan kajian

akuntansi biaya khususnya dalam hal perhitungan harga pokok

produksi ditinjau dari segi aktivitas produksi.

b. Secara Praktis
9
Nawawi, Metodologi Penelitian Hukum Islam, (Malang: Genius Media, 2014), 67.
1) Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan

pertimbangan untuk meningkatkan motivasi mahasiswa dan

seluruh civitas akademika dalam berwirausaha khususnya

dalam hal harga pokok produksi. Selain itu, hasil penelitian

ini juga sebagai informasi dan referensi untuk penelitian

berikutnya terutama mengenai harga pokok produksi.

2) Bagi Perusahaan,

Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam

mengambil langkah-langkah dan kebijakan, terutama yang

berkenan dengan harga pokok produksi sebagai dasar

penentuan harga jual suatu produk.

3) Bagi Peneliti

Sebagai bahan untuk menambah khazanah keilmuan

peneliti dan sebagai bahan untuk membandingkan antara teori

dan praktik mengenai implementasi harga pokok produksi

sebagai dasar untuk menentukan harga jual suatu produk.

4) Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan

pengetahuan baru bagi pembaca karena dapat memberikan

ide atau gagasan yang dapat digunakan saat melakukan

penelitian pada bidang yang sama dan dapat memberikan

sumbangan pemikiran untuk mempelajari akuntansi biaya.


D. Kajian Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa karya ilmiah yang berupa laporan hasil

penelitian tentang perhitungan harga pokok produksi berdasarkan

Metode Activity based costing di antara karya ilmiah yang berkaitan

dengan penelitian yang penulis lakukan sebagai berikut:

1. Penelitian yang ditulis oleh Metha Relina, Friska Yulianti,

Mentari Dwi Aristi tahun 2020 yang berjudul “Analisis

Menentukan Harga Pokok Produksi Menggunakan Activity

based costing Pada Warung Bunda” dari Universitas

Muhammadiyah. Jurnal penelitian ini bertujuan untuk

membanding hasil perhitungan harga pokok produksi dengan

metode tradisisonal dan activity based costing sehingga

menghasilkan HPP yang lebih akurat dan tepat, sehingga dapat

mengambil keputusan yang tepat. Hasil perhitungan harga pokok

produksi dengan metode tradisional dan activity based costing

(ABC) menghasilkan HPP yang berebeda. Pada hasil nilai kondisi

beberapa menu makanan mengalami undercost dan overcost.

Persamaan penelitian ini terletak pada metode perhitungan pokok

produksi dengan menggunakan metode Activity based costing.

Sedangkan perbedaan antara penelitian ini adalah berbeda

imstansi, produk yang dihasilkan serta metode penelitian yang

digunakan oleh Metha Relina dkk adalah kuantitatif, sedangkan


metode yang digunakan peneliti kali ini adalah metode

kualitatif.10

2. Penelitian yang ditulis oleh Nopiana tahun 2020 dengan judul

“Analisis Harga Pokok Produksi Dengan Metode Activity

based costing Guna Meningkatkan Laba Usaha”, Sebuah

skripsi dari Universitas Tribhuwana Tunggadewi. Metode

penelitian ini menggunakan kualitatif interpretative. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui HPP menggunakan metode UMKM

Konveksi Ness Clothes maupun dengan metode Activity based

costing dan untuk mengetahui peran HPP dalam meningkatkan

laba usaha. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan

antara metode yang dilakukan Konveksi Ness Clothes dan metode

activity based costing. HPP per unit UMKM Konveksi Ness

Clothes yaitu sebesar Rp58.493 sedangkan dengan ABC

Rp56.825. Perbedaan harga antara metode ABC dan UMKM

disebabkan karena perhitungan metode ABC hanya menghitung

aktivitas yang terjadi dalam proses pembuatan produk jadi,

sedangkan metode yang dilakukan UMKM menghitung biaya

secara keseluruhan. Persamaan penelitian ini dengan peneliti yaitu

sama-sama menggunakan metode kualitatif dan menggunakan

metode Activity based costing. Sedangkan perbedaannya adalah

fokus dari penelitian ini adalah apakah metode Activity based


10
Metha Relina, Friska Yulianti dkk, “ Analisis Menentukan Harga Pokok Produksi
Menggunakan Activity Based Costing Pada Warung Bunda”, dalam
https://journal.yrpipku.com/index.php/raj/article/view/93 (diakses tanggal 05 November 2021).
costing dapat meningkatkan laba usaha di instansi yang telah

diteliti.11

3. Penelitian yag ditulis oleh Nur Romlah tahun 2020 yang berjudul

“Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode

Activity based costing (ABC) (Studi Kasus UMKM Jaya Abadi

di Desa Banraas Dungkek Sumenep)”, Skripsi dari Universitas

Ibrahimy Sukorejo Situbondo. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis bagaimana perhitungan harga pokok produksi yang

diterapkan di UMKM Jaya Abadi dan bagaimana jika metode

metode Activity based costing diterapkan di UMKM Jaya Abadi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perhitugan harga pokok

produksi yang diterapkan di UMKM Jaya Abadi masih

menggunakan metode tradisional, yaitu dengan menjumlahkan

semua elemen biaya produksi, baik biaya bahan baku, biaya

tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Kemudian untuk

menentukan harga per unit dibagi dengan jumlah produk yang

dihasilkan. Persamaan antara kedua penelitian ini adalah sama-

sama mengenai harga pokok produksi dengan menggunakan

metode Activity based costing, juga sama-sama menggunakan

metode kualitatif. Sedangkan perbedaannya adalah berbeda objek

dan instansi yang diteliti begitu juga produksi yang dihasilkan.12


11
Nopiana, “analisis harga pokok produksi dengan metode activity based costing guna
meningkatkan laba usaha” (Skripsi—Universitas Tribhuwana Tunggadewi, Malang, 2020).
Dalam http://jurnal.UIN Maulana Malik Ibrahim.ac.id (diakses tanggal 10 November 2021).
12
Nur Romlah, “Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Activity based
costing (ABC) (Studi Kasus UMKM Jaya Abadi Di Desa Banraas Dungkek Sumenep)”
(Skripsi—Universitas Ibrahimy Sukorejo Situbondo, 2020).
E. Definisi Operasional

Judul skripsi ini adalah “Implementasi harga pokok produksi

pada usaha kuliner menggunakan metode activity based costing (di

usaha kuliner “sate madura” Majalaya Bandung)”. Guna mendapatkan

gambaran yang lebih jelas, dan agar tidak terjadi kesalahpahaman di

dalam memahami arti dan maksud judul di atas, maka perlu dijelaskan

arti kata sebagai berikut:

1. Harga Pokok Produksi (Cost of Goods Manufactured)

Harga pokok produksi adalah total biaya barang-barang

produksi yang telah selesai dikerjakan dan ditransfer ke dalam

persediaan barang jadi selama satu periode. Jumlah ini sama

dengan biaya dari pembelian bersih pada jadwal harga pokok

penjualan untuk peritel.13

2. Activity Based Costing (ABC)

Activity based costing adalah suatu pendekatan terhadap

sistem akuntansi yang memfokuskan pada aktivitas yang dilakukan

untuk memproduksi produk, dimana aktivitas tersebut merupakan

titik akumulasi biaya yang mendasar.14

F. Sistematika Pembahasan

13
Cecily A. Raiborn dan Michael R. Kinnery, Akuntansi Biaya, Edisi 7, (Jakarta:
Salemba Empat, 2011), 56.
14
Nyoman Mariantha, Manajemen Biaya (Cost Management), (Makassar: Celebes
Media Perkasa, 2018), 24.
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan untuk

mempermudah dalam memahami skripsi ini maka akan dikemukakan

pokok-pokok pikiran isi skripsi. Dengan sistematika pembahasan yang

meliputi lima bab, dan masing-masing bab tersebut di bagi menjadi

beberapa sub bab:

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini berisi konteks penelitian tentang implementasi

harga pokok produksi menggunakan metode Activity based costing,

kemudian dilanjutkan dengan fokus penelitian, tujuan dan kegunaan

penelitian, kajian penelitian terdahulu, definisi operasional dan

sistematika pembahasan.

Bab II Kajian Teori

Bab ini menjelaskan tentang landasan teori meliputi berbagai

pembahasan yaitu tentang pengertian akuntansi biaya, pengertian biaya,

jenis-jenis biaya, harga pokok produksi dan metode Activity based

costing.

Bab III Metode Penelitian

Pada bab III ini, peneliti akan menjelaskan dan mendeskripsikan

secara komprehensif, jelas dan detail mengenai metode penelitian yang

peneliti gunakan dalam pengumpulan data. Hasil dari penelitian

lapangan ini yang tidak terkontaminasi dari opini ataupun buah pikiran
dari peneliti yang mencakup pembahasan mengenai pendekatan dan

jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data,

teknik pengumpulan data, teknik analisis data, teknik pengecekan

keabsahan data dan tahap-tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti

dalam melakukan penelitian.

Bab IV Paparan Data Dan Pembahasan

Bab ini berisi penyajian data sesuai dengan fokus penelitian dan

berisi penafsiran atas data-data dan hasil implementasi yang telah

ditemukan dengan komposisi menggunakan prinsip fakta, teori dan

opini sesuai dengan fokus penelitian yaitu mengenai implementasi

harga pokok produksi menggunakan metode Activity based costing

pada usaha kuliner.

Bab V Penutup

Bab ini merupakan kesimpulan dan saran dimana peneliti

menyimpulkan dari isi pembahasan yang telah peneliti uraikan,

dilanjutkan dengan saran-saran kepada pihak yang diteliti, ini

diharapkan akan memberi manfaat bagi unit usaha yang menjadi objek

penelitian.

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Akuntansi Biaya
Pada awalnya akuntansi biaya dianggap hanya berlaku untuk

operasi pabrikase, tetapi dalam dunia ekonomi saat ini, setiap jenis

organisasi dari berbagai ukuran dapat mengambil manfaat dari

penggunaan konsep dan teknik akuntansi biaya.

1. Pengertian Akuntansi Biaya

Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, peringkasan dan

penyajian biaya pembuatan dan biaya penjualan produk atau jasa

dengan cara-cara tertentu, serta menafsirkan terhadap suatu objek.15

Menurut Abdul Halim, akuntansi biaya adalah akuntansi

yang membahas tentang penentuan harga pokok (cost) dari suatu

produk yang diproduksi (dijual di pasar) baik untuk memenuhi

pesanan maupun untuk menjadi persediaan barang dagangan yang

akan di jual.16

Dari dua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

akuntansi biaya merupakan penyajian informasi bagi pimpinan

dalam mengambil keputusan, oleh karena itu akuntansi biaya

mempunyai hubungan yang sangat erat dengan manajerial dalam

merencanakan dan pengontrolan serta mengevaluasi kegiatan suatu

perusahaan.

2. Tujuan Akuntansi Biaya

Akuntansi Biaya bertujuan untuk:

15
Mulyadi, Akuntansi Biaya, (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN,
2010), 7.
16
Abdul Halim, Akuntansi Biaya, edisi-4, cetakan ke-3, (Yogyakarta: BEF, UGM,
2015), 3.
a. Merencanakan dan mengendalikan biaya

b. Menentukan harga pokok produk atau jasa yang dihasilkan

perusahaan dengan tepat dan teliti

c. Pengambilan keputusan oleh manajemen

d. Menyediakan informasi biaya bagi manajemen guna

membantu mereka dalam mengelola perusahaan. Penentuan

harga pokok produksi juga merupakan tujuan dari perusahaan

pabrikase yang hanya dapat dilakukan jika diadakan

pemisahan antara biaya produksi dan biaya nonproduksi.17

3. Manfaat Akuntansi Biaya

Pada awalnya akuntansi biaya secara umum dianggap

sebagai perhitungan terhadap nilai persediaan yang terdapat pada

laporan di neraca serta nilai harga pokok penjualan yang terdapat

pada neraca laba rugi. Adapun manfaat akuntansi biaya adalah

menyediakan informasi yang diperlukan oleh manajemen dalam

mengelola perusahaan.18

B. Biaya

1. Pengertian Biaya

Terdapat perbedaan pandangan para ahli mengenai pengertian

biaya:

17
Supriyono, Akuntansi Biaya, Perencanaan dan Pengendalian Biaya, Serta
Pengambilan Keputusan, (Yogyakarta: BPFE, UGM, 2011), 14.
18
Edy Suryadi dan Panca Yanuardi, Koperasi Pegawai Logistic (Kopel), Jurnal Divre,
Kalimantan Barat, 2008, 82.
a. Mulyadi dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Biaya

mengemukakan pendapatnya mengenai biaya, biaya adalah

pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang

yang telah terjadi, sedang terjadi atau kemungkinan akan terjadi

untuk kemungkinan tertentu.19

b. Supriyono dalam mendefinisikan biaya sebagai harga perolehan

yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh

penghasilan atau revenue yang akan dipakai sebagai pengurang

penghasilan.20

c. Dadan Ramadhani dalam bukunya yang berjudul Akuntansi

Biaya (konsep dan implementasi di industri manufaktur)

mengertikan biaya sebagai pengorbanan sumber ekonomis yang

diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan

terjadi untuk tujuan tertentu.21

d. Henry Simamora juga mengemukakan pendapatnya dalam

bukunya yang berjudul Akuntansi Manajemen mengenai biaya,

yaitu kas atau setara kas yang dikorbankan untuk barang atau

jasa yang diharapkan dapat memberi manfaat pada saat ini atau

di masa mendatang bagi suatu organisasi.22

e. Thomas Sumarsan dalam bukunya yang berjudul system

pengendalian manajemen juga berpendapat mengenai

19
Mulyadi, Akuntansi Biaya Edisi Ke-6 (Yogyakarta: STIE YKPN, 2001), 18.
20
Supriyono, Akuntansi Biaya, (Yogyakarta: BPFE, 1999), 16.
21
Dadan Ramadhani, Merida Dkk, Akuntansi Biaya (Konsep Dan Implementasi di
Industri Manufaktur), (Yogyakarta: CV. Markumi, 2020), 3.
22
Henry Simamora, Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2002), 3.
pengertian biaya, biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis

yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau

kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan-tujuan

organisasi, termasuk harga pokok yang dikorbankan di dalam

usaha untuk memperoleh penghasilan.23

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa

biaya merupakan kas atau senilai kas yang dikorbankan untuk

mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat

saat ini atau di masa depan bagi organisasi.

Biaya dikatakan setara kas karena sumber nonkas dapat

ditukar dengan barang atau jasa yang diinginkan. Mengurangi

biaya yang dibutuhkan untuk mencapai manfaat tertentu berarti

membuat perusahaan menjadi lebih efisien dengan mengelola biaya

secara strategis.

2. Klasifikasi Biaya

Macam-macam pengelompokan biaya atau yang biasa

disebut dengan klasifikasi biaya.

a. Klasifikasi biaya yang berhubungan dengan volume produksi

23
Thomas Sumarsan, Sistem Pengendalian Manjemen (Sidoarjo: Zifatama Publisher,
2017), 7.
1) Biaya tetap (fixed cost)

Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap

konstan, tidak dipengaruhi perubahan volume kegiatan atau

aktivitas sampai tingkat tertentu.24 Biaya yang secara

keseluruhan tidak berubah saat aktivitas bisnis meningkat

maupun turun. Total biaya tetap tersebut berbeda dari satu

periode ke periode lain. Perbedaan tersebut disebabkan oleh

perubahan volume produksi dalam jangkauan kisaran

tertentu.

2) Biaya variable (variable cost)

Biaya variable merupakan biaya yang jumlah totalnya

berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan

atau aktivitas.25 Biaya dengan jumlah total berubah sebanding

dengan perubahan volume kegiatan, namun biaya perunitnya

relatif konstan, tidak dipengaruhi oleh perubahan kegiatan.

Semakin tinggi biaya volume kegiatan, maka semakin tinggi

pula total biaya variable, begitupula sebaliknya. Biaya

variable besarnya dipengaruhi oleh perubahan aktivitas.

3) Biaya semi variable

Biaya semi variable adalah elemen biaya yang

berubah dengan arah yang sama dengan unit yang diproduksi

namun kurang proporsional, atau dengan kata lain tidak

24
Slamet Riyadi, Akuntansi Manajemen, (Sidoarjo: Zifatama Publisher, 2017), 7.
25
Ibid, hal 7.
linier. Seperti biaya-biaya pemeliharaan, tenaga kerja

langsung dan biaya pengawas.26 Biaya semi variable harus

dipisahkan ke dalam elemen biaya tetap dan biaya variable

untuk tujuan perencanaan dan pembuatan keputusan. Biaya

ini jumlahnya berubah dalam hubungannya dengan

perubahan kuantitas yang diproduksi namun perubahan

tersebut tidak propoorsional.27

b. Klasifikasi biaya yang berhubungan dengan produk

1) Biaya manufaktur

Biaya manufaktur merupakan biaya konversi dari bahan

baku menjadi barang jadi melalui usaha para pekerja dan

penggunaan alat produksi. Biaya manufaktur terdiri dari 3

unsur, yaitu bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan

overhead.28

2) Biaya non manufaktur

a) Biaya pemasaran

26
Siswanto, Operation Research (Yogyakarta: Erlangga, 2007), 11.
27
Dadan Ramdhani, Merida dkk, Akuntansi Biaya (Konsep dan Implementasinya di
Industri Manufaktur), (Yogyakarta: CV. Markumi,2020), 21 –22.
28
Ibid , 22
Biaya pemasaran adalah biaya yang diperlukan untuk

menangani pesanan konsumen dan memperoleh produk

atau jasa untuk disampaikan kepada konsumen.

b) Biaya administrasi

Biaya administrasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk

mengarahkan , mengendalikan dan mengoperasikan

suatu produk.29

C. Harga Pokok Produksi

1. Pengertian harga pokok produksi

Harga pokok produksi adalah biaya barang yang dibeli untuk

diproses sampai selesai, baik sebelum maupun selama periode

akuntansi berjalan. Semua biaya produk yang dianggap sebagai

aktiva dalam neraca ketika terjadi dan selanjutnya menjadi harga

pokok penjualan ketika produk itu dijual. Harga pokok penjualan

mencakup semua biaya produksi yang terjadi untuk membuat suatu

barang yang hendak dijual.30

Harga pokok produksi atau product cost merupakan elemen

penting untuk menilai keberhasilan dari suatu perusahaan baik

perusahaan dagang maupun perusahaan manufaktur. Harga pokok

produksi mempunyai kaitan erat dengan indikator-indikator tentang

suksesnya perusahaan seperti: laba kotor penjualan dan laba bersih.31


29
Ibid, hal 22
30
Sampurno Wibowo Dan Yani Meilani, Akuntansi Biaya, (Bandung: Politeknik
Telkom, 2009), 4-2.
31
Dwi Suprajitno, Penerapan Harga Pokok Produksi Untuk Menentukan Harga Jual
Produk Dengan Menggunakan Metode Full Costing Pada Cv. Sumber Jaya Abadi,
(Kebumen: Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Keuangan, 2014), 18.
2. Unsur-unsur harga pokok produksi

Untuk menentukan harga pokok produk yang mutlak diperlukan

sebagai dasar penilaian persediaan dan penentuan laba rugi periodik,

terdapat tiga unsur pokok biaya produksi, yakni:

a. Biaya Bahan Baku

Bahan baku merupakan bahan yang dikeluarkan untuk

mendapatkan bahan baku hingga menjadi produk jadi yang siap

digunakan, termasuk untuk biaya angkut, penyimpanan dan

operasional. Bahan baku ini dapat diidentifikasi dengan produk

atau pesanan tertentu dengan nilai yang relatif besar. Misalnya

dalam penelitian ini, bahan baku adalah daging (ayam, sapi dan

kambing). Biaya yang timbul akibat pemakaian bahan baku

disebut biaya bahan baku.

Biaya bahan baku merupakan biaya yang dipakai untuk

memperoleh semua bahan baku yang akan digunakan untuk

proses produksi dan dapat dikalkulasikan secara langsung ke

dalam biaya produksi. Besarnya kisaran biaya bahan baku

ditentukan oleh biaya perolehannya, yakni melalui pembelian

sampai pada biaya yang digunakan dalam proses produksi.

Biaya bahan baku adalah unsur utama dalam biaya

produksi yang umumnya menjadi komponen biaya terbesar dalam

pembuatan produk jadi.

b. Biaya Tenaga kerja langsung


Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang

dikeluarkan sebagai upah atas pemanfaatan tenaga kerja dalam

melakukan aktivitas produksi. Biaya tenaga kerja langsung

dikeluarkan untuk penggunaan tenaga kerja langsung dalam

pengolahan suatu produk dari bahan baku menjadi produk jadi.

c. Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik merupakan keseluruhan biaya

produksi yang tidak terklasifikasikan dalam biaya satuan bahan

baku, biaya tenaga kerja langsung dan tidak dapat ditelusuri pada

unit produksi individual. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja

langsung merupakan biaya utama dari suatu produk, namun biaya

overhead pabrik juga harus turut dikaitkan dalam penentuan

biaya suatu produk.32

Harga pokok produksi (cost of goods manufactured)

mencerminkan total biaya barang yang diselesaikan selama

periode berjalan. Jika harga pokok produksi adalah untuk produk

tunggal, maka biaya rata-rata per unit dapat dihitung dengan

membagi harta pokok produksi dengan unit yang diproduksi.

3. Manfaat informasi harga pokok produksi

Tujuan penentuan harga pokok produksi adalah untuk

menentukan secara tepat jumlah biaya per unit produk jadi, hal ini

dapat dimanfaatkan untuk menentukan harga jual yang wajar pada


32
Nur Romlah,” analisis perhitungan harga pokok produksi dengan metode activity
based costing (ABC) (studi kasus UMKM Jaya Abadi di desa banraas dungkek sumenep)”
(skripsi—Universitas Ibrahimy Sukorejo Situbondo, 2020).
suatu produk. Mulyadi33 menjelaskan manfaat dari harga pokok

produksi secara garis besar adalah sebagai berikut:

a. Menentukan harga jual produk. Perusahaan yang berproduksi

massa memproses produknya untuk memenuhi persediaan di

gudang, dengan demikian biaya produksi dihitung dalam jangka

waktu tertentu untuk menghasilkan informasi biaya produksi per

satuan produk. Dalam penentuan harga jual produk, biaya

produksi per unit merupakan salah satu data yang

dipertimbangkan disamping data biaya lain dan data non biaya.

b. Memantau realisasi biaya produksi. Manajemen memerlukan

informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan di

dalam pelaksanaan rencana produksi tersebut. Oleh karena itu

akuntansi biaya digunakan untuk mengumpulkan informasi

biaya produksi yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu

untuk memantau apakah proses produksi menggunakan total

biaya produksi sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya.

c. Menghitung laba atau rugi bruto periode tertentu. Untuk

mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran

perusahaan dalam periode tertentu mampu menghasilkan laba

bruto atau mengakibatkan rugi bruto, manajemen memerlukan

informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk

memproduksi produk dalam periode tertentu. Informasi laba


33
Mifta Maghfirah dan Fazli Syam, Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi
Dengan Penerapan Metode Full Costing Pada UMKM Kota Banda Aceh, (Aceh: JIMEKA,
2016), 63
atau rugi bruto periodik diperlukan untuk mengetahui kontribusi

produk dalam menutup biaya nonproduksi dan menghasilkan

laba atau rugi.

d. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk

dalam proses yang disajikan dalam neraca. Pada saat manajemen

dituntut untuk membuat pertanggungjawaban keuangan

periodik, manajemen harus menyajikan laporan keuangan

berupa neraca dan laporan laba rugi. Dalam neraca, manajemen

harus menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan harga

pokok yang pada tanggal neraca masih dalam proses.

D. Activity Based Costing

1. Pengertian ABC

Activity Based Costing adalah suatu pendekatan terhadap

sistem akuntansi yang memfokuskan pada aktivitas yang dilakukan

untuk memproduksi produk, dimana aktivitas tersebut merupakan

titik akumulasi biaya yang mendasar.34

2. Konsep dasar ABC

Penyebab terjadinya biaya adalah aktivitas yang dikelola.

Melalui pengelolaan terhadap aktivitas yang menjadi penyebab

terjadinya biaya, personil perusahaan dapat memengaruhi biaya.

34
Nyoman Mariantha, Manajemen Biaya (cost management), (Makassar: Celebes
media perkasa, 2018), 24.
Sedangkan pengelolaan terhadap aktivitas memerlukan berbagai

informasi tentang aktivitas.35

3. Kondisi penyebab perlunya Activity Based Costing

a. Jumlah biaya tidak langsung yang signifikan dialokasikan

menggunakan satu atau dua kelompok biaya saja.

b. Semua atau kebanyakan biaya tidak langsung merupakan biaya

pada tingkat unit produksi (yakni hanya sedikit biaya tidak

langsung yang berada pada tingkatan biaya kelompok

produksi, biaya pendukung produk atau biaya pendukung

fasilitas)

c. Produk yang dibuat dan dipasarkan perusahaan menunjukkan

keuntungan yang rendah, sementara produk yang kurang sesuai

untuk dibuat dan dipasarkan perusahaan justru memiliki

keuntungan yang tinggi.36

4. Tujuan dan manfaat ABC

a. Tujuan ABC

Tujuan ABC adalah untuk mengalokasikan biaya dari

aktivitas yang dilaksanakan dalam suatu organisasi dan

kemudian mengalokasikan biaya tersebut secara tepat ke

produk sesuai dengan pemakaian aktivitas setiap produk.37

b. Manfaat ABC

35
Mulyadi, Akuntansi Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2003), 52.
36
Horngren, Caharles dkk, Akuntansi Biaya Penekanan Manajerial ) Jakarta: PT
Indeks Media, 2005), 184.
37
Mulyadi, Activity Based Cost System (Yogyakarta: UPP AMPYKPN, 2003), 94.
Manfaat ABC diantaranya menyediakan informasi

berlimpah tentang aktivitas yang digunakan oleh perusahaan

untuk menghasilkan produk dan jasa bagi konsumen,

menyediakan informasi untuk menyusun dengan cepat

anggaran berbasis aktivitas (activity based budget) serta

menyediakan informasi biaya untuk memantau implementasi

rencana pengurangan biaya.38

5. Kelebihan ABC

Diantara kelebihan ABC adalah dapat menetapkan harga

pokok yang lebih akurat terhadap produk atau jasa yang dihasilkan,

pelanggan yang dilayani dan saluran distribusi produk atau jasa

yang digunakan dan hanya menggunakan biaya satuan unit bukan

hanya menggunakan dan metode ini pun mudah dipahami oleh

setiap orang.39

6. Kekurangan ABC

a. Memerlukan lebih banyak waktu mengumpulkan data

b. Masalah keamanan data-data perusahaan tidak terjamin

c. Metode ABC menyita waktu para tim pelaksana dan masing-

masing pimpinan pusat biaya.40

38
Ibid, 95.
Sofia Prima Dewi dan Septian Bayu K., Akuntansi Biaya Edisi 2 (Bogor: IN Media,
2014), 64.
Ibid, 64.
39
Sofia Prima Dewi dan Septian Bayu Kristanto, Akuntansi Biaya Edisi 2 (Bogor: IN
Media, 2014), 64.
40
Ibid, 65.
7. Perbedaan antara ABC dan metode penentuan harga pokok

tradisional (tradisional costing)

Perbedaan kedua metode ini adalah pada cara

pengalokasian biaya-biaya tidak langsung kepada kepada objek

biaya. Untuk biaya langsung, seperti bahan baku langsung dan

tenaga kerja langsung, dapat dilakukan dengan cara pembebanan

langsung dapat ditelusuri dengan mudah dan ekonomis ke objek

biaya. Untuk biaya tidak langsung, seperti bahan baku tidak

langsung, tenaga kerja tidak langsung dan biaya-biaya tidak

langsung lainnya, tidak mungkin dilakukan dan sulitnya

menemukan hubungan sebab-akibat antara biaya tidak langsung

dengan objek biaya.41

Table 2.1
Perbedaan Tradisional Costing VS ABC Costing

41
Himawan Pradipta, Modul Akuntansi Manajemen, (Jember: t.p, 2018), 89.
No. Tradisional ABC

1. Biasanya seluruh biaya tidak Seluruh biaya tidak langsung


langsung akan dukumpulkan akan dikumpulkan dalam
dalam satu pengelompokkan beberapa pengelompokkan
biaya (cost pool). Seluruh biaya sesuai aktivitas masing-
total biaya tidak langsung masing yang berhubungan.
dialokasikan dengan satu Kemudian masing-masing
dasar pengalokasian kepada kelompok biaya tersebut
suatu objek biaya. Pemilihan dihubungkan dengan masing-
dasar pengalokasian biasanya masing aktivitas dan
berdasarkan pada hubungan dialokasikan ke objek biaya
sebab akibat yang paling berdasarkan aktivitas masing-
mewakili sebagian besar masing. Pemilihan kelompok
biaya tidak langsung. biasanya berdasrkan aktivitas
yang sesuai dengan hierarki
biaya dan hampir sama
kegiatannya. Sementara
untuk pemilihan dasar alokasi
adalah jumlah aktivitas dalam
setiap kelompok biaya
tersebut.

2. Semua produk dibebani biaya Beberapa biaya produksi


produksi, meskipun produk dikeluarkan atau tidak
tertentu tidak mengkonsumsi dimasukkan sebagai biaya
biaya produksi tersebut. produksi barang tertentu, jika
produksi tersebut muncul
bukan karena memproduksi
barang tertentu tersebut atau
dengan kata lain, biaya
produksi barang tertentu
hanya dibebani biaya yang
timbul karena memproduksi
barang tersebut.

3. Tarif BOP ditentukan Tarif alokasi biaya


didepan berdasarkan biaya didasarkan pada tingkat
yang dianggarkan atau aktivitas sesungguhnya,
tingkatan aktivitas yang bukan aktivitas yang
diharapkan dianggarkan atau diharapkan.

Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa ABC dapat

menghasilkan informasi biaya yang lebih akurat dan dapat dipercaya

dibandingkan dengan perhitungan penentuan biaya sebelumnya, oleh

karena sistem ABC menggunakan jenis pemicu biaya yang terkait

dengan aktivitas sehingga dapat mengukur secara lebih tepat sumber

daya yang dikonsumsi oleh sebuah produk.

8. Proses Implementasi ABC

a. Memeriksa ulang seluruh informasi keuangan perusahaan

b. Menentukan tujuan penerapan sistem ABC

c. Menetapkan aktivitas utama yang menyebabkan perubahan pada

biaya tidak langsung atau biaya overhead


d. Menghubungkan biaya tidak langsung dengan aktivitas sehingga

dapat dihitung tarif biaya tidak langsung per unit untuk setiap dasar

alokasi yang digunakan untuk membebankan biaya tidak langsung

e. Menghitung biaya tidak langsung yang dibebankan pada setiap

objek biaya

f. Menghitung total biaya untuk setiap objek biaya

Total biaya dari objek biaya = biaya langsung + biaya tidak langsung

Biaya per unit = total biaya/ unit yang dihasilkan

g. Menggunakan hasil perhitungan ABC tersebut untuk melakukan

perbaikan dan pengambilan keputusan yang relevan.42

E. Produksi Dalam Islam

Islam telah memperingatkan agar umatnya jangan sampai ada

yang menjadi pengangguran sehingga masuk kedalam jurang

kemisikinan, karena dengan kemiskinan tersebut seseorang

dikhawatirkan akan menghalalkan segala cara untuk memenuhi

kebutuhan pribadinya dengan tak memperdulikan sekalipun jalan yang

ditempuh berpotensi merugikan orang lain.

Islam sebagai agama yang sempurna memerintahkan umatnya

agar mampu memanfaatkan semua potensi yang ada guna mencari,

menciptakan dan menekuni pekerjaan. Muhammad Al Bahi,

sebagaimana yang telah dikutip oleh mursi mengatakan bahwa ada tiga

42
Ibid, 92.
unsur penting untuk menjadikan kehidupan yang positif dan produktif,

yaitu:

1. Mendayagunakan seluruh potensi yang telah dianugerahkan oleh

Allah Azza Wa Jalla kepada kita kita untuk bekerja, melaksanakan

gagasan dan memproduksi.

2. Bertawakkal kepada Allah Azza Wa Jalla, berlindung dan meminta

pertolongan kepada-Nya ketika melakukan suatu pekerjaan.

3. Percaya kepada Allah Azza Wa Jalla bahwa Dia mampu menolak

bahaya, kesombongan dan kediktatoran yang memasuki lapangan

pekerjaan. 43

Dalam kaitannya dengan bidang pekerjaan yang harus dipilih,

Islam mendorong umatnya untuk berproduksi dan menekuni aktivitas

ekonomi dalam segala bentuk seperti: pertanian, industri, perdagangan

dan lain-lain.

Produksi adalah bagian terpenting dari ekonomi islam

disamping konsumsi, distribusi dan redistribusi. Produksi merupakan

kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang kemudian

dimanfaatkan oleh konsumen. Adapun Siddiqi mendefinisikan kegiatan

produksi sebagai penyediaan barang dan jasa dengan memperhatikan

nilai keadilan dan kebajikan/kemanfaatan (maslahah) bagi

masyarakat.44

F. Pengertian UMKM
43
Khairina Tambunan, Diktat Ekonomi Pembangunan, (Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam,UIN Sumatera Utara),25.
44
Isnaini Harahap, et al., Hadits Ekonomi,(Jakarta: KENCANA, 2015), 49.
Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang usaha

mikro, kecil dan menengah menjelaskan usaha mikro merupakan usaha

produktif milik perorangan dari atau badan usaha milik perorangan

yang memenuhi kriteria.

Berikut kriteria UMKM berdasarkan aset dan omzet:45

Tabel 2.2

Kriteria UMKM

No Uraian Aset Omzet

1. Usaha Mikro Maks Rp. 500 juta Maks Rp. 300 juta

2. Usaha Kecil >Rp.500juta-500juta >Rp.300jt-2,5 M

3. Usaha menengah >Rp.500juta-<1 M >Rp.2,5 M- 50 M

Usaha mikro maupun kecil sering didefinisikan sebagai kegiatan

ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun

suatu badan yang bertujuan untuk memproduksi barang atau jasa

dengan tujuan untuk diperniagakan secara komersial serta mempunyai

omzet penjualan bersih sebesar satu miliar rupiah atau kurang.46

G. Kerangka Konseptual

Suatu penelitian agar lebih mudah dipahami maka dibuatlah

gambar kerangka konseptual untuk menjelaskan alur pemikiran

45
M. Azrul Tanjung, Koperasi dan UKM, 90.
46
Ibid, 91.
penelitian sebagai berikut: konseptual untuk menjelaskan alur

pemikiran penelitian:

Gambar 2.1
Kerangka konseptual

Analisis perhitungan harga pokok


produksi dengan metode Activity based
costing (ABC)

Metode Tradisional Metode ABC


Perhitungan harga pokok produksi Perhitungan harga pokok produksi
disesuaikan dengan total biaya disesuaikan dengan aktivitas
oprasinal produksi produksi yang berlangsung

Usaha kuliner “Sate Madura”

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam

sebuah penelitian. Bahkan dapat dikatakan bahwa nilai keberhasilan sebuah


penelitian ditentukan oleh metode yang digunakan. Urgensi metode dalam

penelitian ini adalah untuk mempermudah memperoleh data yang valid dan

dapat membantu ketajaman analisis data. Adapun elemen-elemen penting

dalam metode penelitian ini antara lain:

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi kasus dengan

pendekatan kualitatif. peneliti menggunakan jenis metode ini bertujuan

untuk pengujian secara rinci terhadap suatu latar atau satu orang atau

satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu. Peneliti

studi kasus terfokus pada program, kejadian, atau kegiatan yang

melibatkan individu dan bukan merupakan kelompok. Studi kasus

merupakan eksplorasi mendalam tentang sistem terbatas berdasarkan

pengumpulan data yang luas.47

Penelitian kualitatif adalah suatu metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat positivisme yang bertujuan untuk

mendapatkan pemahaman tentang kenyataan melalui proses berfikir

induktif. Melalui penelitian ini peneliti dapat mengenali objek,

merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.48

B. Kehadiran Peneliti

47
Amir hamzah, metode penelitian dan pengembangan, (malang: CV. Literasi
Nusantara Abadi), 2019, 166.
48
Sumadi suyabata, metode penelitian, (jakarta: PT. Raja grafindo), 2013, 76
Kehadiran penelitian dalam penelitian kualitatif merupakan hal

yang perlu dilakukan karena dalam penelitian ini seorang peneliti

dituntut untuk berinteraksi secara langsung dengan sumber data.

kehadiran peneliti diinstansi yang menjadikan objek penelitian sangat

dibutuhkan untuk berinteraksi dengan informan atau subjek penelitian

secara intern agar mudah dalam mendapatkan data yang dibutuhkan.

C. Lokasi Penelitian

Adapun Lokasi penelitian dalam penelitian ini usaha kuliner

Sate Madura yang beralamat di Jalan Babakan Tanjung, RT. 04 RW.

04 (Gang UP), Desa Bojong, Kecamatan Majalaya, Kabupaten

Bandung, Kode Pos 40382.

D. Sumber Data

Sumber data penelitian kualitatif adalah tampilan yang berupa

kata-kata lisan atau tulisan yang dicermati oleh peneliti dan benda-

benda yang diamati sampai detailnya agar ditangkap makna yang

tersirat dalam dokumen atau bendanya 49. Untuk memperoleh data yang

jelas dan akurat, maka sumber data yang digunakan oleh peneliti pada

penelitian ini diambil dari data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

49
Lex J. Melong, metodelogi penelitian kualitatif, (bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2016), 157.
Data primer merupakan sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data.50 Adapun data primer

adalah data yang diperoleh dari sumber pertama di lokasi atau objek

penelitian dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara

lisan, atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat

dipercaya, dalam hal ini adalah subjek penelitian (informan) yang

berkenaan dengan variable yang diteliti.51 Adapun data primer yang

diperlukan peneliti yakni :

a. Gambaran umum usaha kuliner Sate Madura

b. Proses perhitungan harga pokok produksi Sate Madura

c. Hasil wawancara dengan pemilik usaha Sate Madura

d. Harga pokok produksi yang ditentukan oleh usaha kuliner Sate

Madura

2. Data Skunder

Data sekunder merupakan data primer yang diolah lebih

dalam dan disajikan baik oleh pengumpul data primer atau oleh

pihak lainnya.52 Data sekunder juga bisa disebut data yang

bersumber secara tidak langsung memberi data kepada pengumpul

data.53 Data ini berupa data yang diperoleh dari riset kepustakaan

dengan membaca, mengumpulkan serta memahami buku, artikel,

50
Nawawi, pendekatan dan metode penelitian fiqh dan ekonomi syariah, (Surabaya:
Pustaka Radja, 2018), 147.
51
Sugiono, metodelogi penelitian bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2008), 7.
52
Amir hamzah, metode penelitian dan pengembangan, (malang: CV. Literasi
Nusantara Abadi), 2019, 103.
53
Boedi Abdullah, metode Penelitian Ekonomi Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia,
2014), 204.
jurnal, majalah maupun data dari internet yang berkaitan dengan

penelitian ini.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data disini menggunakan tekhnik sebagai

berikut:

1. Wawancara

Wawancara pada dasarnya merupakan percakapan, namun

percakapan yang mempunyai sebuah tujuan.54 Wawancara ialah

suatu proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan

informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan

atau subjek penelitian dengan kemajuan teknologi informasi dan

komunikasi, wawancara dilakukan tanpa tatap muka yakni melalui

media telekomunikasi. Pada hakikatnya wawancara merupakan

kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang

sebuah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian atau proses

pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang telah diperoleh

lewat teknik yang lain sebelumnya.55

Teknik wawancara pada penelitian ini menggunakan teknik

bebas terpimpin. Menjelaskan bahwa wawancara bebas terpimpin

adalah wawancara yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan

54
Uhar Saputra, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitati Dan Tindakan, (Bandung:
PT Refika Aditama, 2008), 213
55
Amir hamzah, metode penelitian dan pengembangan (malang: CV. Literasi
Nusantara Abadi), 184.
secara bebas namun masih tetap berada pada pedoman wawancara

yang sudah dibuat.56 Pada penelitian ini, metode yang digunakan

adalah metode tatap muka dan menggunakan metode via telepon.

Tanya jawab dilakukan bersama dengan pemilik usaha Sate Madura

selaku yang mengetahui secara detail terkait biaya-biaya pengeluaran

atas produk usahanya. Adapun informan dalam penelitian ini adalah:

a. Bapak Hodri Yadi selaku pemilik usaha

b. Ibu Hodri selaku bendahara usaha

2. Observasi

Observasi merupakan kegiatan dengan menggunakan

pancaindera, bias penciuman , penglihatan, ataupun pendengaran

untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab

masalah dalam penelitian. Hasil dari observasi tersebut berupa

aktivitas, peristiwa, kejadian, objek kondisi atau suasana tertentu dan

perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk memperoleh

gambaran riil atau realita suatu peristiwa untuk menjawab

pertanyaan penelitian.57 Adapun data yang akan diperoleh dari

observasi penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui secara langsung lokasi penelitian

b. Untuk mengetahui secara langsung bagaimana penerapan harga

pokok produksi di usaha kuliner Sate Madura

3. Dokumentasi
56
Suharsimi arikunto, prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. (Jakarta: Rineka
Cipta, 2013). 143.
57
ibid, 186.
Selain melakukan wawancara dan observasi, informasi juga

bisa diperoleh melalui fakta yang tersimpan dalam bentuk catatan

harian, surat, arsip foto, jurnal kegiatan dan lain sebagainya.

Dokumen adalah sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam

bahan yang berbentuk dokumentasi.58 Adapun data yang akan

diperoleh dari pengumpulan data dengan menggunakan tehnik

dokumentasi ini adalah sebagai berikut:

a. Sejarah berdirinya usaha kuliner Sate Madura

b. Visi dan misi usaha kuliner Sate Madura

c. Data tentang penerapan harga pokok produksi usaha kuliner Sate

Madura.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data

dalam periode tertentu. Langkah-langkah analisis data yaitu:

1. Data reduction (reduksi data)

Data reduction ialah data yang diperoleh dari lapangan

jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti

dan rinci.

2. Data display (penyajian data)

58
Amir hamzah, metode penelitian dan pengembangan (malang: CV. Literasi
Nusantara Abadi), 187.
Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Kalau dalam penelitian kualitatif pnyajian data

ini dapat dilakukan bentuk table, grafik dan sejenisnya.

3. Conclucian drawing/ verification (kesimpulan)

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan

baru yang sebenarnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa

deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih

remang-remang atau gelap sehingga setalah diteliti menjadi jelas.59

G. Teknik Pengecekan Keabsahan Data

Pengujian keabsahan data merupakan kegiatan akhir pada

penelitian kualitatif, namun, bukan berarti peneliti tidak kembali ke

lapangan. Jika diperlukan data baru untuk memperkuat temuan, maka

peneliti dapat kembali untuk pengambilan data yang dibutuhkan.

Pengujian keabsahan data dilakukan untuk memastikan hasil analisa

dan interprestasi data dapat dipercaya. Uji keabsahan data dalam

penelitian kualitatif meliputi:

1. Meningkatkan ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan

secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut

maka kepastian data dan peristiwa akan dapat direkam secara pasti

dan sistematis. Dengan meningkatkan ketekunan itu, maka peneliti


59
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, ( Bandung;
Alfabeta, 2017), 247.
dapat melakukan pengecekan kembali apakah yang telah ditemukan

salah atau tidak misalnya, peneliti membaca berbagai referensi buku,

hasil penelitian, dan dokumentasi yang terkait dengan yang diteliti.60

2. Triangulasi

Triangulasi merupakan mengecek keabsahan data dengan

memanfaatkan berbagai sumber di luar data sebagai bahan

perbandingan. Di luar data itu untuk keperluan pengecekat atau

sebagai pembanding terhadap data itu. Tehnik triangulasi yang

paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber

lainnya.61

3. Menggunakan bahan referensi

Yang dimaksud dengan bahan referensi disini adalah adanya

pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh

peneliti. Sebagai contoh data hasil wawancara perlu didukung

dengan adanya rekaman wawancara.62

4. Member checking (mengadakan member chek)

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh

peneliti kepada pemberi data, dengan tujuan untuk mengetahui

seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan

oleh pemberi data.63

60
Nawawi, Metodologi Penelitian Hukum Islam, (sumbersekar dan malang: genius
media, 2014), 114.
61
Nawawi, pendekatan dan metode penelitian, (Surabaya, pustaka radja, 2018), 96.
62
Ibid, 116.
63
Sugiono, metode penelitian kualitatif, 276.
H. Tahap-Tahap Penelitian

Adapun langkah-langkah penelitian yang akan ditempuh peneliti

secara runtut ada 3 langkah antara lain :

1. Tahap pra lapangan

Pada tahap ini, ada berapa yang harus dilakukan oleh

peneliti sebagai tahap awal penelitian yaitu menyusun rancangan

penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan

lapangan.

2. Tahap pra kerja

Dalam tahap ini, peneliti memahami latar penelitian dan

persiapan diri memasuki lapangan untuk bertujuan mengumpulkan

data dilapangan.

3. Tahap analisa data

Untuk tahap yang terakhir ini, peneliti melakukan

serangkaian analisis data dengan melakukan analisis berdasarkan

rumusan data teori dalam usaha membahas permasalahan yang ada

untuk menarik kesimpulan.

BAB IV

PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN

A. Paparan Data

1. Gambaran Umum Objek Penelitian


a. Sejarah Singkat Usaha

Indonesia merupakan Negeri yang kaya akan varian

sate. Berbagai jenis daging dapat disajikan dengan mudah

dalam wujud sate. Setiap daerah Indonesia pun memiliki sate

juara masing-masing. Kendati demikian, Sate Madura lebih

populer di seluruh Indonesia, karena kewirausahaan

masyarakat Madura yang merantau ke seluruh pelosok

Nusantara dan mempertahankan hidup mereka dengan

berjualan sate.

Usaha kuliner Sate Madura Majalaya merupakan usaha

perseorangan yang didirikan oleh Bapak Hodri Yadi sejak

tahun 2002 silam. Beliau adalah perantau asli Madura,

tepatnya Kabupaten Bangkalan yang telah sukses mengadu

nasib ke salah satu daerah metropolitan yakni Bandung. Atas

modal tekad dan tujuan utama adalah ikhtiar mengais rezeki,

usaha sate ini akhirnya mendapat respon baik dari masyarakat

sekitar khususnya wilayah kecamatan Majalaya, yang mana

daerah ini merupakan salah satu kota kecamatan paling ramai

dan padat penduduk di Kabupaten Bandung.

Menjadi pedagang sate merupakan tradisi turun-

temurun masyarakat Madura yang paling fenomenal dalam

rantauannya. Selain modal yang dibutuhkan ekonomis, usaha


ini cukup menjanjikan, karena cita rasanya sesuai dengan lidah

masyarakat manapun.

Suatu ketika peneliti melakukan observasi ke beberapa

tempat yang menjual Sate Madura, ternyata antara pedagang

sate satu dengan yang lain saling mengenal, kekerabatan yang

cepat terjalin ketika seorang perantau bertemu perantau lain

yang ternyata satu asal dalam 1 wilayah rantauan yang sama.

Bahkan setelah ditelusuri ketika seorang pedagang Sate

Madura sukses menjalankan usahanya, maka ia akan memberi

saran kepada kerabatnya untuk turut menjalankan bisnis

tersebut di daerah-daerah yang telah direkomendasikan.

Berkat totalitas dalam menjalani usahanya, Sate

Madura milik pak Hodri Yadi kini memiliki 6 cabang yang

sudah tersebar di beberapa titik daerah majalaya, dengan

karyawan sebanyak 9 orang yang mayoritas warga Madura

asli.64

b. Alamat lokasi
Usaha Kuliner Sate Madura Majalaya berlokasi di Jl.
Babakan Tanjung, RT.04 RW.04, Desa Bojong, Kecamatan
Majalaya, Kabupaten Bandung, Kode Pos 40382.

c. Tujuan usaha

64
Hodri Yadi, Wawancara, lokasi usaha kuliner Sate Madura, 29 mei 2022..
Tujuan pemilik dalam mendirikan usaha ini adalah

untuk memenuhi keinginan masyarakat dengan memproduksi

kuliner halalan thoyyiban berupa sate khas dari Madura yang

memiliki kualitas unggul dan ekonomis.65

d. Struktur Organisasi

Gambar 4.1

Struktur Organisasi Usaha Kuliner Sate Madura Majalaya

Pemilik

Bendahara Produksi &


penjualan

Tugas:

1) Pemilik usaha

a) Bertanggung jawab penuh terhadap kelangsungan

hidup perusahaan.

b) Memberikan pedoman kerja kepada karyawan.

65
Telaah Dokumentasi Usaha Kuliner Sate Madura Majalaya.
c) Mengangkat atau memberhentikan karyawan.

d) Memberikan gaji karyaawan.

e) Menentukan jumlah dari macam barang yang

diproduksi.

2) Bendahara

a) Melakukan pencatatan atas semua transaksi

b) Bertanggung jawab atas seluruh aktivitas arus kas

3) Produksi dan penjualan

a) Bertanggung jawab atas kualitas dan kehigenisan

pembuatan sate.

b) Bertanggung jawab atas penyediaan bahan baku dan

bahan penolong yang dibutuhkan dalam produksi sate.

c) Bertanggung jawab dalam pelayanan yang baik dalam

proses penjualan sate.66

e. Produk Perusahaan

Sebagai UMKM yang bergerak di bidang kuliner,

produk yang dihasilkan usaha kuliner Sate Madura ini adalah

beragam varian sate diantaranya: sate ayam, sate sapi dan sate

kambing.

2. Penentuan Biaya Produksi Produk Usaha Kuliner Sate Madura

Tabel 4.1

Produksi Sate Per Hari

66
Hodri Yadi, Pemilik usaha, Wawancara, Majalaya, 29 mei 2022.
Jenis Sate Jumlah Produksi

Sate Ayam 2.000

Sate Sapi 1.000

Sate Kambing 500

Jumlah 3.500

Sumber: Data Hasil Wawancara

Tabel di atas menunjukkan bahwa usaha kuliner Sate Madura

memproduksi 3.500 tusuk sate setiap harinya.

Selanjutnya adalah beberapa elemen yang dapat

mempengaruhi penentuan biaya suatu produksi pada usaha kuliner

Sate Madura, yaitu:

a. Pemakaian Bahan Baku

Biaya bahan baku adalah bahan yang membentuk

bagian yang menyeluruh dari produk jadi. Bahan baku ini dapat

diidentifikasikan dengan produk atau pesanan tertentu dengan

nilainya yang relatif besar. Misalnya dalam usaha sate, bahan

baku adalah daging.67 Adapun bahan baku yang digunakan

dalam produksi Sate Madura per harinya di sajikan pada tabel

berikut:

Tabel 4.2
67
Lihat Bab II, Hal. 21.
Pemakaian Bahan Baku Semua Varian Sate Per Hari

Bahan Baku Jumlah Harga @ Hari

Daging ayam 10 kg Rp 40.000 Rp 400.000

Daging sapi 3 kg Rp 135.000 Rp 405.000

Daging 1 kg Rp 135.000 Rp 135.000


kambing

TOTAL Rp 940.000

Sumber: Data Hasil Wawancara

Berdasarkan tabel 4.2 di atas jumlah pemakaian bahan

baku atas keseluruhan varian sate pada usaha kuliner Sate

Madura tiap harinya menyerap biaya sebesar Rp 940.000.

b. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang

dikeluarkan sebagai upah atas pemanfaatan tenaga kerja dalam

melakukan aktivitas produksi. Biaya tenaga kerja langsung

dikeluarkan untuk penggunaan tenaga kerja langsung dalam

pengolahan suatu produk dari bahan baku menjadi produk

jadi.68

Biaya tenaga kerja langsung merupakan kompensasi

atas seluruh tenaga kerja yang dapat ditelusuri pada objek biaya

dengan cara ekonomis. Gaji atau tunjangan yang dibayarkan

68
Lihat Bab II, Hal. 22.
kepada tenaga kerja bagian produksi dan pemasaran merupakan

contoh biaya tenaga kerja langsung.

Tabel 4.3

Biaya Tenaga Kerja Langsung Sate Madura Per Hari

Biaya Tenaga Kerja Biaya / Hari

Gaji 8 pegawai 8 x 80.000 = 640.000

Sumber: Data Hasil Wawancara

Biaya tenaga kerja langsung usaha kuliner Sate Madura

selama satu hari untuk 8 pegawai adalah Rp 640.000.

c. Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik merupakan keseluruhan biaya

produksi yang tidak terklasifikasikan dalam biaya satuan bahan

baku, biaya tenaga kerja langsung dan tidak dapat ditelusuri

pada unit produksi individual. Biaya bahan baku dan biaya

tenaga kerja langsung merupakan biaya utama dari suatu

produk, namun biaya overhead pabrik juga harus turut dikaitkan

dalam penentuan biaya suatu produk.69

Tabel 4.4

Biaya Overhead Usaha Kuliner Sate Madura

Jenis Biaya Biaya / hari

Kacang Rp 200.000

69
Lihat Bab II, Hal. 22.
Bawang putih Rp 30.000

Bawang merah Rp 30.000

Minyak Rp 25.000

Kecap Rp 200.000

Cabe Rp 120.000

Jeruk nipis Rp 8.000

Biaya tusuk sate Rp 10.000

Biaya arang Rp 66.000

Biaya plastik Rp 8.000

Biaya kresek Rp 8.000

Biaya isi stapler Rp 5.000

Biaya listrik Rp 8.000

Biaya tenaga kerja tidak Rp 60.000


langsung

Total Rp 778.000

Sumber: Data Hasil Wawancara

Berdasarkan data produksi usaha kuliner Sate Madura yang

telah diuraikan pada beberapa tabel di atas yaitu biaya bahan baku,

tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, maka dapat


diketahui besaran biaya produksi usaha kuliner Sate Madura

sebagai berikut:

Tabel 4.5

Biaya Produksi Usaha Kuliner Sate Madura

No Keterangan Jumlah (Rp)

1. Biaya Bahan Baku Rp 940.000

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 640.000

3. Biaya Overhead Pabrik Rp 778.000

Jumlah Biaya Produksi Rp 2.358.000

Sumber: Data Hasil Olahan,2022

Biaya produksi adalah biaya keseluruhan yang

digunakan dan dikeluarkan dalam memproduksi produk. Biaya

produksi usaha kuliner Sate Madura setiap harinya yaitu senilai

Rp 2.358.000, diantaranya terdapat biaya bahan baku, biaya

tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

3. Perhitungan Harga Pokok Produksi yang Diterapkan di Usaha

Kuliner Sate Madura

Sebagaimana yang telah dipaparkan bahwa suartu

perusahaan harus memperhatikan setiap biaya yang keluar dalam

kegiatan produksi, hal demikian untuk menunjukkan berapa


besarnya harga pokok produksi yang telah dihasilkan. Berdasarkan

data yang telah diperoleh peneliti bahwa perhitungan harga pokok

produksi yang diterapkan di usaha kuliner Sate Madura tersebut

masih menggunakan perhitungan tradisional, yaitu dengan

menjumlahkan semua jenis biaya yang telah dikeluarkan dalam

memproduksi suatu produk, sebagaimana yang telah dipaparkan

oleh pemilik usaha kuliner Sate Madura:

“Di usaha kuliner Sate Madura ini masih menggunakan


perhitungan HPP secara tradisional dik, yakni dengan
menjumlahkan semua modal yang kami keluarkan dalam
proses pembuatan sate, mulai dari pembelian bahan baku,
gaji karyawan dan juga biaya-biaya yang lain seperti biaya
listrik per bulannya, sedangkan untuk harga per unitnya
langsung dibagi dengan jumlah hasil produksi”.70

Hal ini sesuai dengan hasil wawncara yang disampaikan

oleh ibu Hodri selaku istri yang merangkap menjadi bendahara

usaha, yaitu:

“Biasanya disini kita memakai metode perhitungan dengan


menjumlahkan semua biaya yang telah dikeluarkan saat
memproduksi, mulai dari biaya bahan mentah, biasanya
bapak Hodri (Pemilik) memasrahkan kepada karyawan 1
untuk menghubungi pemasok, yang kedua gaji karyawan,
untuk masalah ini bapak Hodri sendiri yang menangani
sedangkan biaya-biaya yang lain seperti pembayaran listrik
setiap bulannya saya sendiri yang diberi amanah penuh”.71

Dalam menentukan harga pokok produksi, usaha kuliner

sate madura menggunakan metode tradisional dengan

menjumlahkan seluruh biaya produksi, yakni biaya bahan baku,


70
Hodri Yadi, Pemilik usaha, Wawancara, Majalaya, 29 mei 2022.
71
Ibu Hodri, Bendahara usaha kuliner Sate Madura, Majalaya, 16 Juli 2022.
biaya tenaga kerja langsung dan overhead pabrik yang

kemudian dibagi pada jumlah unit yang diproduksi setiap

harinya. Sebagaimana rumus berikut:

Rp 2.358 .000
biaya per tusuk sate=
3.500 unit

Sehingga biaya per tusuk sate dari seluruh varian adalah sebesar

Rp 674.

4. Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode ABC di

Usaha Kuliner Sate Madura

Berikut merupakan perhitungan harga pokok produksi

dengan metode Activity Based Costing:

a. Mengidentifikasi Aktivitas dan Cost Driver

Dalam hal ini biaya produksi tidak langsung (overhead)

hanya dikelompokkan ke dalam satu aktivitas, yaitu aktivitas

berlevel unit. Ini di karenakan aktivitas berlevel unit yang sangat

berpengaruh terhadap proses produksi Sate Madura. Hasil

klasifikasinya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6

Klasifikasi Aktivitas dan Cost Driver Setiap Aktivitas


Tingkat Biaya yang
Cost Driver Biaya Overhead
Aktivitas dianggarkan

Biaya kacang Rp 200.000

Biaya bawang Rp 60.000

Biaya minyak Rp 25.000

Biaya kecap Rp 200.000

Biaya cabe Rp 120.000


Unit
Biaya jeruk nipis Rp 8.000

Biaya tusuk sate Rp 10.000

Biaya arang Rp 66.000


Unit
Biaya plastik Rp 8.000
produksi

Biaya kresek Rp 8.000

Biaya isi stapler Rp 5.000

Biaya listrik Rp 8.000

Biaya tenaga kerja Rp 60.000


tidak langsung

Total Rp 778.000

Sumber: Data Hasil Olahan,2022

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat kita lihat bahwa total

biaya overhead yang dikeluarkan oleh usaha kuliner sate


Madura untuk membuat 3.500 tusuk sate per harinya sebesar Rp

778.000. Untuk perhitungan biaya overhead tidak ada perbedaan

antara perhitungan yang dilakukan oleh usaha kuliner sate

Madura dengan perhitungan yang sesuai dengan kaidah

akuntansi biaya.

b. Mengidentifikasi Pemicu Biaya (Cost Driver) dalam

Produksi Sate

Tabel di bawah ini menunjukkan aktivitas yang menjadi

pemicu biaya dalam produksi sate. Cost Driver yang digunakan

dalam penelitian ini adalah unit produksi

Tabel 4.7

Jumlah Kegiatan dan Cost Driver Per Menu

Cost Driver Jenis Produk Jumlah Unit Satuan

Sate ayam 2.000

Unit produksi Sate sapi 1.000


tusuk
Sate kambing 500

Jumlah 3.500
Sumber: Data Hasil Olahan,2022

Dari hasil observasi yang telah peneliti lakukan dapat

disimpulkan bahwa usaha kuliner sate Madura dalam pembuatan

produknya hanya memiliki satu aktivitas yang sama, karena

seluruh karyawan saling bahu-membahu dalam menuntaskan

pekerjaannya tanpa adanya pengklasifikasian pekerjaan.

Sehingga dalam hal ini menentukan bahwa terdapat satu cost

driver dalam sistem produksi yang ada di usaha kuliner sate

Madura.

c. Menentukan Tarif Per Unit Cost Driver

Tarif per unit cost driver dapat dihitung menggunakan

rumus berikut:

Tarif Per Unit Cost Driver


Jumlah unit
¿ x 100 %
Total unit

Perhitungan tarif cost driver dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8

Tarif Unit Cost Driver

Tarif
Cost Jumlah Total
Jenis produk unit cost
driver unit unit
driver
Sate Ayam 2.000 57%
Unit Sate Sapi 1.000 3.500 29%
produksi
Sate Kambing 500 14%

Sumber: Data Hasil Olahan,2022

Dalam menentukan tarif unit cost driver sebagaimana

yang telah dirumuskan sebelumnya menghasilkan 57% untuk

produksi sate ayam, 29% untuk sate sapi dan 14% untuk sate

kambing.

d. Pembebanan Biaya Overhead Pabrik dan Biaya Tenaga

Kerja Langsung ke Produk

Biaya produksi tidak langsung (overhead) dan biaya

tenaga kerja langsung kemudian dibebankan pada produk

berdasarkan konsumsi cost driver sesungguhnya pada tiap-tiap

produk dengan rumus berikut:

jumlah unit (Rp)


Alokasi pembebanan produk=
tarif unit cost driver

Hasil perhitungan ini dapat memperlihatkan pembebanan

biaya produksi tidak langsung (overhead) dan biaya tenaga kerja

langsung untuk masing-masing jenis produk.

Tabel 4.9

Pembebanan BTKL

Jenis Jenis Jumlah Tarif Alokasi


Biaya produk unit unit cost BTKL ke
(Rp) driver masing-
masing
produk
Sate Ayam 57% 364.800

BTKL Sate Sapi 640.000 29% 185.600

Sate 14% 89.600


Kambing
Sumber: Data Hasil Olahan,2022

Dari tabel 4.9 di atas dapat kita ketahui bahwa

pembebanan biaya tenaga kerja langsung atas produk sate

Madura menyerap biaya sebesar Rp 364.800, untuk produk sate

sapi menyerap biaya sebesar Rp 185.600 dan untuk produk sate

kambing menyerap biaya sebesar Rp 89.600.

Tabel 4.10
Pembebanan BOP
Jenis Jenis Jumlah Tarif Alokasi BOP
Biaya produk unit unit cost ke masing-
(Rp) driver masing
produk
BOP Sate Ayam 778.000 57% 443.460

Sate Sapi 29% 225.620


Sate 14% 108.920
Kambing
Sumber: Data Hasil Olahan,2022

Data di atas menjelaskan bahwa pembebanan biaya

overhead atas produk sate ayam menyerap biaya sebesar Rp

443.460, untuk produk sate sapi menyerap biaya sebesar Rp

225.620 dan untuk produk sate kambing menyerap biaya sebesar

Rp 108.920.

e. Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode

Activity Based Costing

Harga pokok produksi merupakan penjumlahan biaya

bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead

pabrik dibagi sesuai jumlah aktivitas yang dikonsumsi tiap

produk.

BBB + BTKL+ BOP


Biaya per unit =
Unit per produk

Perhitungan biaya per unit produk dapat disajikan melalui tabel

berikut:

Tabel 4.11

Perhitungan Harga Pokok Produksi Sistem Activity Based

Costing (ABC)

Jenis BBB BTKL BOP HPP Unit HPP


Per
Sate
Unit
Sate 400.000 364.800 443.460 1.208.260 2.000 604
ayam
Sate 405.000 185.600 225.620 816.220 1.000 816
sapi
Sate 135.000 89.600 108.920 333.520 500 667
kambin
g
Sumber: Data Hasil Olahan,2022

Berdasarkan tabel 4.11 di atas terlihat total harga pokok

produksi 2.000 tusuk sate ayam sebesar Rp 1.208.260 per hari,

jika dihitung per tusuk maka harga pokok produksi untuk 1

tusuk sate sebesar Rp 604. Untuk total harga pokok produksi

1.000 tusuk sate sapi sebesar Rp 816.220 per hari, jika dihitung

per tusuk sate sapi maka harga pokok produksi untuk 1 tusuk

sate sapi sebesar Rp 816. Sedangkan total harga pokok produksi

500 tusuk sate kambing sebesar Rp 333.520, jika dihitung per

tusuk maka harga pokok produksi untuk 1 tusuk sate kambing

sebesar Rp 667.

f. Perbandingan Perhitungan HPP Usaha Kuliner Sate

Madura Dengan Metode ABC

Berikut ini adalah tabel perbandingan perhitungan harga

pokok produksi antara metode tradisional dengan sistem ABC

Tabel 4.12
Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produksi Usaha

Kuliner Sate Madura dengan Metode ABC

Jenis Sate Tradisional ABC Selisih Biaya Per Unit


Antara Metode
Tradisional dan ABC

Sate Ayam 674 604 (70)

Sate sapi 674 816 142

Sate 674 667 (7)


Kambing

Sumber: Data Hasil Olahan,2022

Berdasarkan tabel 4.12 di atas terdapat perbedaan hasil

perhitungan antara harga pokok produksi metode tradisional dengan

harga pokok produksi metode ABC. Hasil di atas menunjukkan

bahwa biaya per unit atas produk sate ayam dan sate kambing

mengalami nilai kondisi overcost, sedangkan untuk produk sate sapi

mengalami nilai kondisi undercost.

B. Pembahasan

1. Penentuan Harga Pokok Produksi dengan Metode Tradisional

pada Usaha Kuliner Sate Madura


Dari temuan penelitian yang dilakukan terlihat bahwa

metode tradisional yang sedang digunakan oleh usaha kuliner Sate

Madura memuat perhitungan harga pokok produksi dengan

menjumlah semua biaya, baik biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

dan biaya Overhead pabrik. Namun perhitungan biaya yang

dihitung perusahaan menghasilkan distorsi biaya. Sebagaimana

yang tercantum pada halaman 52 bahwa Metode tradisional

membagi rata total biaya overhead pabrik dan tenaga kerja

langsung pada seluruh produk

Tidak akuratnya perhitungan harga pokok produksi yang

digunakan oleh usaha kuliner sate madura mengakibatkan nilai

kondisi overcost terhadap biaya produksi sate ayam dan biaya

produksi sate kambing, begitupula kondisi nilai undercost terhadap

biaya produksi sate sapi.

Perhitungan dengan metode tradisional yang digunakan

perusahaan menunjukkan kesetaraan biaya per unit yang dihasilkan

untuk masing-masing produk sate. Hasil perhitungan harga pokok

produksi yang dilakukan dengan metode usaha kuliner Sate Madura

untuk produk sate ayam senilai Rp 674/ biji, untuk produk sate sapi

senilai Rp 674/ biji dan untuk produk sate kambing juga senilai Rp

674/ biji.72

72
Lihat Bab IV, Hal. 51.
Harga pokok produksi yang terlalu rendah (undercost) dan

harga pokok produksi yang terlalu tinggi (overcost) pada akhirnya

akan berdampak pada harga jual semua produk yang terlalu tinggi

dan terlalu rendah pula. Perbedaan perhitungan harga pokok

produksi tersebut disebabkan oleh pembebanan biaya overhead

pabrik pada masing-masing produk.

2. Penentuan Harga Pokok Produksi dengan metode Activity

based costing pada Usaha Kuliner Sate Madura

Metode Activity Based Costing (ABC) merupakan metode

yang akurat dalam menentukan harga pokok produksi, oleh karena

itu metode ini mampu untuk meningkatkan kinerja suatu usaha.

Dalam menentukan harga pokok produksinya, metode ABC sangat

memperhitungkan terhadap aktivitas pemicu usahanya.

Sebagaimana pendapat Nyoman Mariantha dalam bukunya yang

berjudul Manajemen Biaya, “Activity Based Costing adalah suatu

pendekatan terhadap sistem akuntansi yang memfokuskan pada

aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi produk, dimana

aktivitas tersebut merupakan titik akumulasi biaya yang

mendasar.”73

Dari hasil perhitungan atas pembebanan biaya overhead dan

biaya tenaga kerja langsung terhadap masing-masing produk

menghasilkan hasil yang berbeda dengan perhitungan tradisional,


73
Lihat di bab II, halaman 24.
sebagaimana yang terlihat pada tabel 4.9 dan tabel 4.10 diketahui

dalam perhitungan harga pokok produksi metode Activity Based

Costing untuk produk sate ayam senilai Rp 604/ biji, untuk produk

sate sapi senilai Rp 816/ biji dan untuk sate kambing terhitung

senilai Rp 667/ biji. Hal ini disebabkan saat menggunakan metode

activity based costing biaya overhead dan tenaga kerja langsung

dibagi pada masing-masing produk sesuai dengan proporsinya74.

Oleh karena itu Activity Based Costing mampu menentukan

hasil perhitungan yang lebih baik, lebih akurat, terperinci dan tidak

menimbulkan distorsi biaya. Selain itu Activity Based Costing

dapat digunakan untuk mengendalikan biaya, pengambilan

keputusan tertentu atau untuk mengelola aktivitas yang ada di suatu

perusahaan.

Hasil dari uraian tersebut dapat menunjukkan bahwa

metode Activity Based Costing dapat diterapkan pada usaha kuliner

Sate Madura karena memiliki peranan penting dalam meningkatkan

keefektifitasan penentuan biaya-biaya yang dibutuhkan selama

proses produksi perusahaan.

Dari deskripsi diatas maka peneliti memberikan solusi bagi

usaha kuliner Sate Madura dalam meningkatkan laba dengan

memasukkan komponen unsur produksi yang harus dihitung dalam

metode Activity Based Costing. Dengan ini semoga usaha kuliner

74
Lihat Bab IV, Hal. 55.
Sate Madura dapat terus berkembang dan mengalami kenaikan laba

usaha yang diinginkan oleh perusahaan.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan

mengenai perhitungan harga pokok produksi pada usaha kuliner Sate

Madura dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Implementasi harga pokok produksi yang diterapkan di usaha kuliner

Sate Madura masih menggunakan metode tradisional, yakni dengan

menjumlahkan seluruh elemen biaya produksi kemudian untuk

menentukan harga per unit, dibagi dengan jumlah produk yang

dihasilkan.

2. Metode Activity Based Costing dapat diimplementasikan di usaha

kuliner Sate Madura, dikarenakan perhitungan harga pokok produksi

menggunakan metode Activity Based Costing dapat menghitung

biaya menjadi lebih akurat dan terperinci, yakni dengan cara biaya

overhead dan tenaga kerja langsung dibagi pada masing-masing

produk sesuai dengan proporsinya. Hal ini menunjukkan bahwa

metode activity based costing mampu mengalokasikan biaya

aktivitas ke setiap produk secara tepat berdasarkan konsumsi

aktivitas.
B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas dan keterbatasan penelitian yang

telah dibahas terdapat beberapa saran bagi usaha kuliner Sate Madura

dan juga bagi peneliti selanjutnya yakni sebagai berikut:

1. Usaha kuliner Sate Madura sebaiknya dapat meninjau kembali

sistem pembebanan biayanya dalam menentukan harga pokok

produksi, karena harga pokok produksi dapat mempengaruhi posisi

produk di pasar seperti terlihat pada hasil akhir dimana nilai kondisi

produk mengalami undercost dan overcost.

2. Sebaiknya usaha kuliner Sate Madura mempertimbangkan

penerapan Activity Based Costing (ABC) dalam membebankan

biaya overhead karena perhitungan dapat dilakukan lebih rinci dan

lebih akurat, hal ini untuk mendapatkan hasil penentuan harga

pokok produksi yang lebih baik.

3. Dalam bertransaksi hendaknya usaha kuliner Sate Madura dapat

melakukan pencatatan yang baik dan objektif untuk menghindari

adanya riba dan perselisihan di kemudian hari.

4. Bagi peneliti selanjutnya, peneliti menyarankan agar dapat

memperluas cakupan penelitian dengan menggunakan objek

penelitian lainnya. Selain peneliti juga menyarankan untuk dapat

menggunakan variable dan metode lain agar dapat menunjukan

hasil penelitian yang lebih beragam.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Boedi. Metode Penelitian Ekonomi Islam. Bandung: CV Pustaka

Setia, 2014.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta, 2013.

Bayu K.,Sofia Prima Dewi dan Septian. Akuntansi Biaya Edisi 2. Bogor: IN

Media, 2014.

Caharles dkk, Horngren. Akuntansi Biaya Penekanan Manajerial. Jakarta: PT

Indeks Media, 2005.

Carter, K William. Akuntansi Biaya Edisi 14, Buku 1. Jakarta : Salemba

Empat,2006.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Surabaya: Halim,

2014.

Halim, Abdul. Akuntansi Biaya, edisi-4, cetakan ke-3. Yogyakarta: BEF,

UGM, 2015.

Hamzah, Amir. Metode Penelitian dan Pengembangan. Malang: CV. Literasi

Nusantara Abadi.

Harahap, Isnaini. Hadits Ekonom. Jakarta: KENCANA, 2015.

Kinnery, Cecily A. Raiborn dan Michael R. Akuntansi Biaya, Edisi 7. Jakarta:

Salemba Empat, 2011.

Kristanto, Sofia Prima Dewi dan Septian Bayu Akuntansi Biaya Edisi 2. Bogor:

IN Media, 2014.
Mariantha, Nyoman. Manajemen Biaya (Cost Management). Makassar:

Celebes Media Perkasa, 2018.

Meilani, Sampurno Wibowo dan Yani Akuntansi Biaya. Bandung: Politeknik

Telkom, 2009.

Melong,Lex J. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2016.

Merida dkk, Dadan Ramadhani. Akuntansi Biaya. (Konsep dan Implementasi di

Industri Manufaktur).Yogyakarta: CV. Markumi, 2020.

Mulyadi, Activity Based Cost System.Yogyakarta: UPP AMPYKPN, 2003.

_______, Akuntansi Biaya Edisi Ke-6. Yogyakarta: STIE YKPN, 2001.

_______, Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen

YKPN, 2010.

_______, Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat, 2003.

Nawawi, Metodologi Penelitian Hukum Islam. Malang: Genius Media, 2014.

_______, Pendekatan dan Metode Penelitian Fiqh dan Ekonomi Syariah.

Surabaya: Pustaka Radja, 2018.

_______, Pendekatan Dan Metode Penelitian. Surabaya, pustaka radja, 2018.

Nopiana, “analisis harga pokok produksi dengan metode activity based costing

guna meningkatkan laba usaha”. Skripsi—Universitas Tribhuwana

Tunggadewi, Malang, 2020. Dalam http://jurnal.UIN Maulana Malik

Ibrahim.ac.id (diakses tanggal 10 November 2021).

Pradipta, Himawan. Modul Akuntansi Manajemen, Jember: t.p, 2018.

Riyadi, Slamet. Akuntansi Manajemen. Sidoarjo: Zifatama Publisher, 2017.


Romlah, Nur. ” Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode

Activity Based Costing (ABC) (Studi Kasus UMKM Jaya Abadi Di

Desa Banraas Dungkek Sumenep)”. Skripsi—Universitas Ibrahimy

Sukorejo Situbondo, 2020.

Salmiah, Neneng. “Analisis Penerapan Akuntansi dan Kesesuaian dengan

Standar Akuntansi Keuangan Entiltas Tanpa Akuntabilitas Publik”.

Jurnal Akuntan, Vol. 3, No. 2 Juli-Desember, 2015.

Saputra,Uhar. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitati dan Tindakan.

Bandung: PT. Refika Aditama, 2008.

Simamora, Henry. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat, 2002.

Siswanto. Operation Research. Yogyakarta: Erlangga, 2007.

Sugiono, metode penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2010.

_______, metodelogi penelitian bisnis. Bandung: Alfabeta, 2008.

_______, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung;

Alfabeta, 2017.

Sumarsan, Thomas. Sistem Pengendalian Manjemen. Sidoarjo: Zifatama

Publisher, 2017.

Suprajitno, Dwi. Penerapan Harga Pokok Produksi Untuk Menentukan Harga

Jual Produk Dengan Menggunakan Metode Full Costing Pada Cv.

Sumber Jaya Abadi. Kebumen: Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan

Keuangan, 2014.

Supriyono. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: BPFE, 1999.


_______, Akuntansi Biaya, Perencanaan dan Pengendalian Biaya, Serta

Pengambilan Keputusan. Yogyakarta: BPFE, UGM, 2011.

Suyabata,Sumadi. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Raja grafindo, 2013.

Syam, Mifta Maghfirah dan Fazli. Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi

dengan Penerapan Metode Full Costing Pada UMKM Kota Banda

Aceh, (Aceh: JIMEKA, 2016).

Tambunan, Khairina. Diktat Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam,UIN Sumatera Utara.

Tanjung,M. Azrul, Koperasi dan UKM.

Wiwik Lestari. Dhyka Bagus Permana, Akuntansi Biaya dalam Perspektif

Manajerial. Depok: Rajawali Pers, 2020.

Yanuardi, Edy Suryadi dan Panca. Koperasi Pegawai Logistic (Kopel). Jurnal

Divre, Kalimantan Barat, 2008.

Yulianti dkk, Metha Relina, Friska. “ Analisis Menentukan Harga Pokok

Produksi Menggunakan Activity Based Costing Pada Warung Bunda”,

dalam https://journal.yrpipku.com/index.php/raj/article/view/93

(diakses tanggal 05 November 2021).

Zilkhairil, Azzis. “Deretan UMKM yang Bertahan di Bandung di tengah

Wabah Covid-19”, Https://Jabar.Idntimes.Com/News/Jabar/3 (Di Akses

Tanggal 23 Mei 2022).


TRANSKIP WAWANCARA

IMPLEMENTASI HARGA POKOK PRODUKSI PADA USAHA


KULINER MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING
(DI USAHA KULINER SATE MADURA MAJALAYA, BANDUNG)

Informan: Bapak Hodri Yadi (Pemilik usaha kuliner Sate Madura)

1. Kapan berdirinya usaha kuliner Sate Madura?


Jawab : usaha ini sudah berdiri sejak 20 tahun yang lalu
2. Apa tujuan didirikannya usaha Sate Madura ini?
Jawab : Tujuan kami dalam mendirikan usaha ini adalah untuk memenuhi
keinginan masyarakat dengan memproduksi kuliner halalan thoyyiban
berupa sate khas dari Madura yang memiliki kualitas unggul dan
ekonomis.
3. Bagaimana struktur organisasi usaha kuliner Sate Madura?
Jawab : struktur organisasi kami tidak terlalu formal, dimana jabatan
tertinggi dipimpin oleh saya sendiri selaku pemilik usaha, kemudian di
bawahnya ada bendahara dan karyawan yang bertugas di bagian produksi
sampai pada penjualannya.
4. Berapa banyak produksi yang dilakukan dalam sehari?
Jawab : dalam sehari kami memproduksi 3.500 tusuk sate, dengan
ketentuan 2.000 tusuk sate ayam, 1.000 tusuk sate sapi dan 500 tusuk sate
kambing.
5. Apakah penjualan Sate Madura juga di jajakan via online?
Jawab : untuk saat ini kami masih menjual di pinggir-pinggir jalan, namun
setelahnya kami akan membuka layanan online melalui Gofood dan
Shopee food.
6. Berapa banyak bahan baku yang dihabiskan dalam sekali produksi?
Jawab : untuk produksi 2.000 tusuk sate ayam menghabiskan 10 kg daging
ayam dengan jumlah harga Rp 400.000, untuk sate sapi menghabiskan 3
kg daging sapi dengan jumlah harga Rp 405.000 sementara untuk sate
kambing menghabiskan 1 kg daging kambing saja dengan jumlah harga Rp
135.000.
7. Berapa jumlah karyawan, serta di bidang apa saja?
Jawab : total ada 9 karyawan, bagian produksi sampai pada penjualannya 8
orang, 1 orang bagian cleaning service.
8. Berapa gaji tenaga kerja langsung dan tidak langsung dan bagaimana
sistem penggajiannya?
Jawab : sistem perhitungan gaji perhari dengan ketentuan gaji untuk tenaga
kerja langsung sebesar Rp 80.000 sedangkan untuk gaji tenaga kerja tidak
langsung sebesar Rp 60.000.
9. Selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja, biaya apa saja yang
dikeluarkan untuk proses produksi?
Jawab : biaya overhead pabrik sebesar Rp 778.000, itu sudah termasuk
biaya listrik per harinya.
10. Bagaimana usaha kuliner Sate Madura dalam menetapkan harga pokok
produksinya?
Jawab : di usaha kuliner Sate Madura ini masih menggunakan
perhitungan HPP secara tradisional dik, yakni dengan menjumlahkan
semua modal yang kami keluarkan dalam proses pembuatan sate, mulai
dari pembelian bahan baku, gaji karyawan dan juga biaya-biaya yang lain
seperti biaya listrik per bulannya, sedangkan untuk harga per unitnya
langsung dibagi dengan jumlah hasil produksi.
11. Adakah kendala dalam menjalankan usaha ini?
Jawab : tentunya ada ya, seperti harga bahan baku yang cenderung
fluktuatif, jadi kami harus mampu menciptakan harga yang bisa bersaing
di pasar dengan tetap mengedepankan kualitas produk. Selain itu tentunya
semakin banyaknya penjual sate yang bermunculan juga menjadi
tantangan tersendiri bagi kami, bagaimana supaya pelanggan-pelanggan
kami tetap setia pada produk kami.
DOKUMENTASI

Proses tusuk sate

Persediaan barang produksi


Sate yang siap di sajikan
BIODATA PENULIS

ANNISHA DIVA NURIZZAH SADIQ, mahasiswi


kelahiran Bandung, 13 Juli 2000 ini merupakan putri
sulung dari pasangan Ibu Tuti Widiastuti dan Ayah
Muhammad Sadiq. Hidup yang keras dan penuh
juang adalah semangatnya dalam meraih segala asa,
menurutnya hidup yang tak bermasalah tanda bahwa
kita sedang bermasalah pada Sang Pemberi
sekaligus Penuntas Masalah. Motto dalam hidupnya
hanya satu yaitu:

‫بسم هّللا و الحمد هلل و الخير و الّش ّر بمشيئة هللا‬


“Dengan nama Allah, segala puji atas-Nya. Bahwa segala kebaikan dan
segala keburukan pun terserah Allah”. Skripsi merupakan tantangan atas
peraihan gelar sarjana setiap mahasiswa, maka nikmati setiap pahit dan
linangan air mata prosesnya. Ingat bahwa Tuhan tak pernah diam dan tak
pernah salah menilai segala ikhtiar dan niat baik setiap hamba-Nya.

Riwayat Pendidikan:

 TK PERTIWI (Lulus tahun 2006)


 SDN CURAHLELE 01 (Lulus tahun 2012)
 SMP PLUS ABDUL AZIZ (Lulus tahun 2015)
 SMK MHI BANGSALSARI, Jurusan Alfamart class (Lulus tahun 2018)
 UNIVERSITAS IBRAHIMY, Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam,
Program Studi Akuntansi Syari’ah (ON GOING!! Lulus tahun 2022).
Penulis juga aktif di berbagai kepengurusan organisasi diantaranya:
Sekretaris Daerah BEM FSEI (masa bakti 2020 - 2021), Anggota PSDS
IKSASS JABODETABEK (masa bakti 2021 - 2023), Bendahara IKSASS
JAWA BARAT.

Anda mungkin juga menyukai