2 PDF - 86401
2 PDF - 86401
Instrumen Penilaian
Berbasis Literasi
Sains
021-7696033
direktorat.sma@kemdikbud.go.id
ii
Kata Pengantar
Salah satu ciri bangsa yang maju adalah bangsa yang mempersiapkan generasi penerus sebagai
elemen penting penerus cita-cita bangsa. Penyiapan generasi muda atau sumber daya manusia sangat
penting dan menjadi prioritas karena dunia mengalami perubahan yang sangat cepat dalam segala lini
kehidupan. Perubahan ini perlu diantisipasi dengan mempersiapkan generasi penerus yang memiliki
kompetensi atau keterampilan berpikir kritis (Critical Thinking), kreativitas (Creativity), komunikasi
(Communcation), dan kolaborasi (Collaborative).
Salah satu upaya yang harus dilakukan dalam peningkatan ke empat kompetensi atau keterampilan
di atas adalah melalui penguatan literasi. Literasi adalah kemampuan untuk memaknai informasi secara
kritis sehingga setiap orang dapat mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai upaya dalam
meningkatkan kualitas hidupnya. Terdapat 6 (enam) literasi dasar yaitu literasi baca tulis, literasi numerasi,
literasi sains, literasi digital, literasi finansial, literasi budaya dan kewargaan. Pada tahun 2021, pemerintah
mulai menyelenggarakan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) sebagai penilaian kompetensi mendasar
yang diperlukan oleh semua peserta didik untuk mampu mengembangkan kapasitas diri dan berpartisipasi
positif pada masyarakat. Terdapat dua kompetensi mendasar yang diukur pada AKM yaitu literasi membaca
dan literasi numerasi.
Buku ini disusun untuk membahas pengembangan instrumen penilaian berbasis literasi sains, yang
masih dominan pada pengembangan instrumen penilaian pengetahuan yang mengukur level kognitif untuk
seluruh mata pelajaran di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Pembahasan pada buku ini didesain
untuk menumbuhkembangkan praktik baik literasi yang tidak hanya berhenti di level kognitif tingkat
rendah tetapi juga mendorong kemampuan literasi level tinggi (Higher Order Thinking Skills) sehingga
memicu penumbuhan karakter baik dan terciptanya iklim pembelajaran untuk meningkatnya kompetensi
peserta didik secara maksimal. Instrumen penilaian yang disusun dalam buku ini adalah hasil inspirasi dari
praktik baik yang telah dikembangkan dan dikaitkan dengan pengolahan hasil dan tindak lanjut penilaian
berbasis literasi sains
Terima kasih kepada pihak yang terlibat dalam penyusunan dan pembahasan buku ini. Semua pihak
diharapkan dapat memberikan kritik, saran, dan masukan, sehingga buku ini lebih bermanfaat untuk
digunakan sesuai dengan kebutuhan.
Jakarta, November
2021 Direktur,
iv
Daftar Gambar dan Tabel
Daftar Gambar
Gambar 3.1. Strategi penilaian kompetensi berbasis literasi sains ................... 13
Gambar 3.2. Alur pengembangan penilaian berbasis literasi sains ................... 10
Daftar Tabel
Tabel 2.1. Aspek penetapan literasi sains berdasarkan PISA ............................. 6
Tabel 2.2. Level kognitif literasi sains................................................................. 8
Tabel 2.3. Tingkat kompetensi literasi ............................................................... 11
v
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan abad ke-21 tergolong kompetitif dan bergerak dengan sangat dinamis.
Untuk itu, pendidikan harus dapat menyiapkan peserta didik agar mampu bertahan
hidup dan berkontribusi aktif dalam berbagai hal. Pendidikan sudah selayaknya
memberikan bekal kepada peserta didik dengan tiga komponen kecakapan mendasar
sebagai berikut:
1. Literasi Dasar (sebagai cara bagi peserta didik untuk menerapkan keterampilan
berliterasi dalam kehidupan sehari-hari) yang terdiri dari Literasi Baca dan Tulis,
Literasi Numerasi, Literasi Sains, Literasi Digital, Literasi Finansial, serta Literasi
Budaya dan Kewargaan.
2. Kompetensi (sebagai cara bagi peserta didik dalam menyikapi tantangan yang
kompleks) berupa empat kompetensi atau lebih dikenal sebagai 4 C yaitu critical
thinking and problem solving (berfikir kritis dan terampil menyelesaikan masalah),
creativity (kreativitas), collaboration (kolaborasi), dan communication
(komunikasi).
3. Karakter (sebagai cara bagi peserta didik dalam menyikapi perubahan lingkungan
mereka) yang dalam konteks pendidikan nasional lebih dikenal sebagai Profil
Pelajar Pancasila yaitu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong royong, dan berkebinekaan global
(Permendikbud No. 22 Tahun 2020).
Literasi adalah komponen prasyarat agar peserta didik mampu memiliki empat
kompetensi hidup (4 C) yang mendorong tumbuhnya karakter baik sesuai dengan Profil
Pelajar Pancasila. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mendorong literasi
sejak tahun 2016 dengan menyelenggarakan berbagai kegiatan Gerakan Literasi Sekolah
sebagai bagian dari implementasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.
Pada tahun 2021, pemerintah mulai menyelenggarakan Asesmen Nasional (AN)
yang bertujuan memotret mutu sekolah dengan menggunakan tiga instrumen yaitu
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.
Ketiganya didesain untuk menumbuh-kembangkan praktik baik literasi yang tidak saja
berhenti pada level kognitif tingkat rendah, namun juga mendorong kemampuan literasi
level tinggi (higher order thinking skills), sehingga memicu penumbuhan karakter baik
dan terciptanya iklim pembelajaran bagi tumbuhkembangnya kompetensi peserta didik
yang maksimal.
1
AKM mengacu pada tolok ukur yang termuat dalam Programme for International
Student Assessment (PISA) dan Trends in International Mathematics and Science
Study (TIMSS) yang meliputi asesmen pada literasi membaca (kemampuan bernalar
menggunakan bahasa) dan literasi numerasi (kemampuan bernalar menggunakan
matematika). Kedua jenis literasi tersebut merupakan kemampuan atau keterampilan
yang mendasar dan diperlukan oleh semua peserta didik dalam menguasai kompetensi
di seluruh mata pelajaran.
Pemahaman pendidik terhadapkonsep literasi, pengembangan, dan
implementasinya masih menjadi tantangan hingga saat ini, ditambah dengan
munculnya AKM yang harus diakui sebagai hal yang belum dibiasakan hadir dalam
proses penilaian. Soal-soal AKM disusun oleh pemerintah, namun penting kiranya bagi
pendidik untuk mengenal konsep AKM, komponen, dan tindak lanjut dari yang
dihasilkan. Hal ini dimaksudkan agar pendidik terinspirasi dan tergerak untuk mampu
menyusun instrumen penilaian berbasis literasi membaca dan numerasi dalam praktik
penilaian formatif dan sumatif di satuan pendidikan.
Buku ini didesain sebagai inspirasi untuk pendidik dalam menyusun instrumen
berbasis literasi membaca yang erat kaitannya dengan literasi numerasi dan sains.
Pemerintah, dalam hal ini Direktorat SMA, memfasilitasi pendidik untuk
mengembangkan instrumen berbasis literasi membaca yang pada akhirnya dapat
memberikan informasi dan pijakan terhadap perbaikan mutu pembelajaran pada tahap
berikutnya di seluruh mata pelajaran.
B. Tujuan
1. Memberikan gambaran umum mengenai konsep literasi yang diterapkan dalam
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di satuan pendidikan dan hubungannya dengan
Asesmen Nasional.
2. Memberikan inspirasi praktik baik pengembangan intrumen penilaian berbasis
literasi membaca yang ditujukan kepada pendidik untuk dikembangkan dan
dimodifikasi sesuai kebutuhan.
3. Memberikan inspirasi praktik baik pengolahan hasil dan tindak lanjut penilaian
berbasis literasi membaca.
2
C. Landasan Yuridis
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 53 Tahun 2015 tentang
Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar
dan Pendidikan Menengah.
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 tentang
Standar Penilaian Pendidikan.
5. Kepmendikbud Nomor 719/P/2O2O tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum
pada Satuan Pendidikan Dalam Kondisi Khusus.
6. Surat Edaran Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021
tentang Peniadaan Ujian Nasional dan Ujian Kesetaraan serta Pelaksanaan Ujian
Sekolah Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease.
7. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
D. Prinsip
1. Umum dan menyeluruh mencakup kompetensi dasar di seluruh mata pelajaran;
2. Kontekstual sesuai dengan kekhasan di semua mata pelajaran; dan
3. Selaras dengan kurikulum 2013.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengembangan instrumen penilaian berbasis literasi membaca
adalah sebagai berikut.
1. Dikhususkan pada aspek instrumen penilaian pengetahuan yang mengukur level
kognitif untuk seluruh mata pelajaran pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA).
2. Instrumen penilaian yang disusun adalah hasil inspirasi dari praktik baik yang telah
dikembangkan dan dikaitkan dengan pengolahan hasil dan tindak lanjut penilaian
berbasis literasi membaca.
3
BAB 2
KONSEP PENGEMBANGAN PENILAIAN
BERBASIS LITERASI SAINS
A. Komponen Literasi Sains
1. Literasi Sains
Literasi sains merupakan kemampuan menginterpretasikan sains dalam kehidupan
sehari-hari, bukan sekadar memahami teori saja, namun bisa melakukan dan
memberikan solusi dari permasalahan yang dihadapi (Haryadi, 2015). Literasi Sains
dapat diterjemahkan sebagai kemampuan untuk memahami pengetahuan kecakapan
ilmiah dengan mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru
menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil kesimpulan berdasarkan fakta,
memahami karakter sains, kesadaran bagaimana teknolgi membentuk lingkungan alam,
intelektual dan buda serta kemampuan untuk terlibat dan peduli terhadap isu-isu yang
terkait sains (OECD 2016). Isi bacaan pada konteks saintifik ini dapat berupa ilmu ruang
angkasa, ilmu medis/ obat-obatan, kandungan gizi, ilmu fisika, cuaca/iklim, gejala alam,
ilmu biologi,dan lain- lain yang terkait dengan ilmiah dan teknolgi.
Pada konteks ini siswa diharapkan memiliki kemampuan literasi membaca dalam
memahami pengetahuan yang berkaitan dengan masalah sains, kemudian kemampuan
menggunakan pemikiran sains tersebut hingga tahap merefleksikan beragam informasi
penting yang diperolehnya untuk berpartisipasi dalam lingkungan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Seseorang disebut literat terhadap sains, jika memiliki kompetensi yang baik dalam:
1) menjelaskan fenomena sains;
2) mengevaluasi dan mendesain pengetahuan dan keterampilan sains secara mandiri;
3) menginterpretasi data dan bukti sains.
5
Tabel 2.1. Aspek penetapan literasi sains berdasarkan PISA
6
3. Konten Literasi Sains
Pada penjelasan sebelumnya, dijelaskan bahwa ada empat komponen yang harus diper-
hatikan dalam pengembangan pembelajaran dan penilaian literasi sains, yang salah sa-
tunya adalah konten. Dalam pengembangan konten, ada dua hal yang harus dipertim-
bangkan. Kedua hal tersebut adalah sebagai berikut.
a. Pengetahuan Sains
Mengajak peserta didik untuk mengolah dan mengevaluasi informasi dengan
menemukan konsep kunci untuk dapat memahami alam dan perubahan yang
terjadi pada tema atau domain literasi sains. Contoh konten pengetahuan sains
dapat dilihat dalam aktivitas berikut.
b. Kompetensi Sains
Kompetensi sains merupakan konten yang mengajak peserta didik untuk
menyusun pertanyaan yang diajukan dalam rangka mencari pemecahan masalah
dengan melakukan kegiatan kolaboratif yang menggabungkan konsep-konsep
fisika, kimia, biologi, ilmu bumi, dan antariksa).
7
B. Proses Kognitif Literasi Sains
Pada literasi sains, terdapat lima level proses kognitif domain yang ingin dicapai
dan diujikan. Lima level proses tersebut meliputi (1) pengetahuan konsep, (2)
penggunaan pengetahuan sains dalam menganalisis teks/artikel, (3) menggunakan
konsep-konsep atau pengetahuan secara bermakna, (4) mengnalisis dan mengevaluasi
data atau Peristiwa, serta (5) memecahkan masalah.
Tabel 2.2. Level kognitif literasi sains
8
1. Tes Tertulis
Bentuk pengembangan soal tes tertulis yang berbasis literasi sains sangat
bervariasi, di antaranya sebagai berikut.
a. Pilihan Ganda
Soal pilihan ganda terdiri atas pokok soal dengan beberapa pilihan jawaban. Siswa
diminta menjawab soal dengan memilih satu jawaban yang dianggap benar dari
beberapa pilihan jawaban yang disediakan. Jumlah pilihan jawaban untuk soal
kelas 1 sampai dengan kelas 3 sebanyak tiga pilihan (A, B, C); kelas 4 sampai
dengan kelas 9 sebanyak empat pilihan (A, B, C, dan D); serta kelas 10 sampai kelas
12 sebanyak lima pilihan (A, B, C, D, dan E).
c. Menjodohkan
Bentuk soal menjodohkan dimaksudkan untuk mengukur kemampuan peserta tes
dalam mencocokkan, menyesuaikan, dan menghubungkan antardua pernyataan
yang disediakan.
d. Isian Singkat
Soal isian dan jawaban singkat adalah soal yang menuntut peserta tes untuk
memberikan jawaban secara singkat, bisa berupa kata, frasa, angka, atau simbol.
Perbedaannya adalah soal isian disusun dalam bentuk kalimat berita, sementara
itu soal jawaban singkat disusun dalam bentuk pertanyaan.
e. Uraian
Soal uraian adalah soal yang jawabannya menuntut siswa untuk mengingat dan
mengorganisasikan gagasan-gagasan dengan cara mengemukakan atau mengeks-
presikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis. Pada soal uraian
disediakan pedoman penskoran yang merupakan acuan dalam pemberian skor.
Jawaban siswa akan diskor berdasarkan kompleksitas jawaban.
Skor penuh atau skor tertinggi diberikan pada jawaban yang memenuhi semua
kriteria/kunci jawaban benar. Skor sebagian diberikan pada jawaban yang kurang
memenuhi kriteria/kunci jawaban benar. Jawaban salah diberi skor 0, sedangkan tidak
menjawab atau kosong diberi kode 9.
9
Pemberian skor baik soal pilihan ganda, pilihan ganda kompleks, menjodohkan,
maupun isian singkat dilakukan secara objektif. Sementara itu, untuk soal uraian,
penskoran dilakukan oleh penskor dengan mengacu pada pedoman penskoran.
2. Eksperimen
Terdapat tiga aspek dari komponen kompetensi/proses sains dalam penilaian
berbasis sains, yang meliputi (1) mengidentifikasi pertanyaan ilmiah, (2) menjelaskan
fenomena secara ilmiah, dan (3) menggunakan bukti ilmiah. Langkah operasional
penilaian berbasis sains dalam kegiatan eksperimen dapat dilakukan melalui langkah-
langkah sebagai berikut.
1. Menentukan tema;
2. Melakukan observasi;
3. Merancang dan merencanakan;
4. Menguji hasil;
5. Mengukur/menghitung/kualifikasi output;
6. Mengkomunikasikan hasil.
3. Laporan Sikap
Tujuan utama pendidikan sains adalah untuk membantu siswa agar dapat
mengembangkan minat siswa dalam bidang sains dan mendukung penyelidikan ilmiah.
Sikap-sikap yang berhubungan dengan sains berperan penting dalam keputusan siswa
untuk mengembangkan pengetahuan sains lebih lanjut, mengejar karier dalam sains,
dan menggunakan konsep, dan metode ilmiah dalam kehidupan mereka. Dengan
begitu, kemampuan sains tidak hanya berhubungan dengan kecakapan dalam sains,
tetapi juga sifat mereka terhadap sains. Kemampuan sains seseorang di dalamnya
memuat sikap- sikap tertentu, seperti kepercayaan, motivasi, pemahaman diri, dan
nilai-nilai.
Langkah operasional penilaian berbasis sains dengan membuat format laporan
sikap berupa jurnal atau lembar observasi yang melibatkan kebiasaan siswa dalam
memecahkan permasalahan dan meningkatkan kualitas kehidupan, sehingga
memberikan kontribusi yang konkret pada pembentukan life skill.
Tingkat
Kompetensi Deskripsi
Perlu Murid pada tingkat ini memiliki penguasaan konsep matematika yang sangat
Intervensi minimal. Murid perlu didampingi mulai dari pencatatan data serta dilakukan
Khusus diskusiuntuk memvalidasi hasil pencatatan data. Diskusi dapat dilakukan dengan
teman yang kompetensi numerasinya cakap ataupun mahir.
Dasar Murid pada tingkat ini sudah menguasai konsep dasar, namun masih kesulitan
untuk menerapkan dalam situasi yang relevan. Murid perlu diberi contoh cara
menyajikan data atau menuangkan data hasil catatannya ke dalam bentuk penyajian
yang tepat dan akurat. Interpretasi holistik mengenai data sebelum menarik
kesimpulan dapat dilakukan dengan kegiatan diskusi bersama.
Cakap Murid pada tingkat ini sudah memahami konsep dan mampu menerapkan
konsepnya, namun perlu diasah kemampuan bernalarnya untuk mengetahui
adanya kesalahan pada data atau anomali data. Murid dapat ditugaskan
untuk membandingkan datanya dengan data kelompok lainnya, kemudian
membuat simpulan umum hasil penelitian dalam satu kelas. Murid dibimbing dalam
menjustifikasi data yang sifatnya anomali.
Mahir Murid pada tingkat ini mampu menerapkan konsep matematika yang dimiliki dalam
beragam konteks serta bernalar untuk menyelesaikan masalah. Murid ini dapat
ditugaskan untuk membandingkan data dirinya, data kelompok lainnya, dan data
dari sumber lainnya (misal, jurnal ilmiah yang relevan) kemudian membuat generalisasi
hasil percobaan yang dilakukan dengan menganalisis beragam data.
11
BAB 3
STRATEGI PENILAIAN BERBASIS
LITERASI SAINS
Buku ini berfokus pada desain instrumen penilaian berbasis literasi sains sebagai
dasar dari pencapaian seluruh mata pelajaran. Namun perlu dipahami bahwa instrumen
penilaian tidak lepas dari proses pembelajaran berbasis literasi sains. Itulah sebabnya,
format pengembangan instrumen literasi sains didesain sesuai proses pembelajaran dan
didorong terjadinya integrasi dengan literasi sains dan pendekatan kompetensi dasar
khas dari mata pelajaran serta kolaborasi sejumlah mata pelajaran.
A. Tahap Perencanaan
Literasi Sains sebagai kecakapan mendasar dalam tahap-tahap perencanaan dapat
dilakukan dengan langkah-langkah, yaitu (1) mengidentifikasi isu-isu sains dari tema
aktivitas; (2) menggunakan konteks/wacana/tema hasil identifikasi isu-isu sains; (3)
mengakomodasi pengukuran domain pengetahuan, keterampilan/proses, dan sikap; (4)
menetapkan Kompetensi Dasar (KD) yang relevan sesuai dengan tema aktivitas; dan (5)
menetapkan pendekatan asesmen yang digunakan dalam aktivitas pembelajaran dan
desain penilaian.
13
1). Melaksanakan aktivitas pembelajaran dengan aktivitas pembelajaran yang
didesain sedekat mungkin dengan dunia nyata; dan refleksi hasil belajar.
2). Hasil penilaian pencapaian pengetahuan peserta didik disampaikan dalam bentuk
angka dan/atau Ketika menggunakan tes tertulis, pendidik diharapkan tidak hanya
menggunakan bentuk soal pilihan ganda, namun dapat juga memperbanyak atau
memfokuskan bentuk soal lain seperti uraian, sehingga bisa mengukur
keterampilan berpikir yang lebih tinggi seperti menganalisis dan mengevaluasi.
Pemilihan bentuk tes tertulis hendaknya disesuaikan dengan karakteristik
pengetahuan, kognitif, konten, dan konteks yang ada dalam kompetensi sesuai
kurikulum yang berlaku serta mekanisme penilaian.
Mekanisme penilaian hasil belajar oleh pendidik meliputi:
3). melaksanakan strategi penilaian oleh pendidik dilakukan pada saat penyusunan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus. Dalam hal ini,
termasuk penentuan bentuk penilaian yang sesuai dengan kompetensi dasar yang
ada di dalam kurikulum.
4). menyiapkan instrumen penilaian mengikuti langkah-langkah pengembangan
instrumen yang standar, yaitu menentukan tujuan, menyusun kisi-kisi, menyusun
soal, analisis kualitatif, uji coba, dan analisis kuantitatif.
5). melaksanakan penilaian oleh pendidik dan hasilnya ditafsirkan sebagai bahan
laporan.
Penilaian yang dilakukan oleh pendidik dan satuan pendidikan idealnya mengukur
bukan hanya aspek pengetahuan saja, namun aspek sikap dan keterampilan sehingga
penilaian yang dilakukan menjadi lebih komperehensif dalam mencerminkan seluruh
aspek kompetensi peserta didik. Bahasan pada bab ke-3 terfokus pada aspek
pengetahuan yang mengukur level kognitif dengan menggunakan instrumen tes yang
menggunakan berbagai bentuk dan teknik penilaian tertulis yang hasil penilaiannya
tetap otentik dan bermakna.
14
b. Mendesain pembelajaran dengan menggunakan alat bantu grafis, yang artinya
guru wajib memberikan pendampingan pada peserta didik, misalkan dengan
menuntun siswa menyusun peta konsep/mind map agar siswa terbiasa dengan
pola berpikir yang sistematis dan logis.
c. Pemanfaatan ICT dalam pembelajaran agar terpenuhi enam kecakapan dasar literasi.
Catatan :
Aktivitas Pengembangan Instrumen Penilaian Berbasis Literasi Sains dan
pelaksanaannya dapat dilihat pada lampiran yang berisi “Praktik Baik inspiratif” dalam
proses pembelajaran di sekolah.
15
BAB 4
PENUTUP
Buku ini memilki tujuan luas, salah satunya mempromosikan literasi sains pada
siswa mengenai segala sesuatu yang mempengaruhi kehidupannya agar dalam
kehidupannya nyata siswa mampu memberikan keputusan berdasarkan pemahaman
yang mereka peroleh, kemudian tujuan selanjutnya adalah membangun teknologi
dengan mempersiapkan tenaga kerja di masa yang akan datang dengan dibekali ilmu
pengetahuan dan keterampilan. Perlu kita ketahui bahwa kemajuan sebuah pendidikan
sains sangat bergantung pada pembelajaran yang digunakan di setiap negara. Negara
maju telah mengembangkan literasi sains sejak lama, yang dalam pelaksanaannya
diintegrasikan dalam pembelajaran.
Peran guru sangat penting dalam mengatasi berbagai masalah yang dilakukan
dalam pembelajaran khusunya dalam membiasakan pola literasi pada pembelajaran.
Guru seharusnya melakukan pemetaan siswa sehingga menjadikan siswa sebagai
individu yang belajar. Dukungan orang tua juga sangat penting terkait pemenuhan
fasilitas dalam melakukan pembelajaran, di mana orang tua perlu menyediakan waktu
untuk mendampingi anak dalam kegiatan pembelajaran.
17
DAFTAR
PUSTAKA
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 719/P/2020
Tahun 2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum Pada Satuan Pendidikan Dalam
Kondisi Khusus
Asyhari, Ardian, and Gita Putri, ‘Pengaruh Pembelajaran Levels of Inquiry Terhadap
Kemampuan Literasi Sains Siswa Pembelajaran Yang Berorientasi Inkuiri . Wenning
(2005) Menerangkan Bahwa Hierarki Semula Ada Pada Guru Menjadi Kepada Siswa
. Dilakukan Di Kelas Dalam Mengembangkan Keteram’, Scientae Educatia: Jurnal
Pendidikan Sains, 6 (2017).
Adawiyah, Robi, and Asih Widi Wisudawati, ‘Pengembangan Instrumen Tes Berbasis
Literasi Sains: Menilai Pemahaman Fenomena Ilmiah Mengenai Energi’, Indonesian
Journal of Curriculum and Educational Technology Studies, 5 (2017).
Word Economic Forum. 2016. “What are the 21st-century skills every student
needs?”. dalam https://www.weforum.org/ agenda/2016/03/21st-century-skills-
future-jobs- students/, 10 March 2016.
Wiedarti, P. & Leksono, K. (2018) Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Nisa Wulandari and Hayat Sholihin (2016), ‘Analisis Kemampuan Literasi Sains Pada
Aspek Pengetahuan Dan Kompetensi Sains Siswa SMP, Edusains, 8.1,
Evi sapinatul Bahriah (2015), ‘Peningkatan Literasi Sains Calon Guru Kimia Pada Aspek
Konteks Aplikasi Dan Proses Sains’, Edusains, 7.1.
http://uis.unesco.org/en/glossary-term/literacy
Wiedarti, Pangesti dan Kisyani-Laksono (ed.). 2016. Desain Induk Gerakan Literasi
Sekolah. Jakarta: Dikdasmen, Kemdikbud.
19
Hartati, Marni and Ario, Foy and Nurhafni, Nurhafni and Imayanti, Rina and Adrian,
Yusuf (2020) Panduan gerakan literasi sekolah di SMA tahun 2020, edisi revisi.
Manual. Direktorat Sekolah Menengah Atas, Jakarta.
http://repositori.kemdikbud.go.id/20561/
20
21
LAMPIRAN 1
PENGEMBANGAN ASESMEN BENTUK SOAL TEST TULIS
BERBASIS LITERASI SAINS
Oleh: Muhammad Firdaus - SMAN 1 INDRALAYA UTARA
A. Tahap Perencanaan
1. Menetapkan Kompetensi Dasar (KD) yang relevan sesuai dengan tema aktivitas
atau soal.
2. Melihat permasalahan yang terintegrasi dari tema aktivitas atau soal:
3. Menganalisis domain dan proses kognitif, konten, dan konteks sains dari tema
aktivitas atau soal tersebut.
Domain Literasi Sains Proses Kognitif Literasi Sains Konteks
Kompetensi Sains Penggunaan Pengetahuan Sains Fisika
dalam menganalisis Teks/Artikel
23
B. Tahap Pengembangan Pembelajaran dan Penilaian Berbasis
Literasi Sains
1. Menentukankan Kompetensi Dasar (KD) yang relevan dengan tema aktivitas.
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas :
MIPA
3.5 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor yang meliputi karakteristik thermal
suatu bahan, kapasitas dan konduktivitas kalor dalam kehidupan sehari-hari.
4.5 Merancang dan melakukan percobaan tentang karakteristik thermal suatu bahan
terutama terkait dengan Kapasitas dan konduktivitas kalor beserta presentasi hasil
percoaan dan pemanfaatannya
C. Tahap Penilaian
1. Menganalisis proses kognitif Literasi sains, konten dan konteks yang sesuai aktivitas
Domain Proses Kognitif Konten Level Pendekatan Bentuk soal
Literasi sains Literasi Sains Soal Asesmen
Kompetensi Mengidentifikasi Pengetahuan L 3 Penilaian Pilihan
Sains Permasalahan Sains saat proses Ganda
Secara Ilmiah pembelajaran Benar/ Salah
Penilaian
setelah proses
pembelajaran
24
2. Merancang kisi-kisi soal berbasis literasi sains :
Domain Proses Kognitif
Literasi Literasi sains Level Bentuk No
Konten Kompetensi Indikator
sains Soal Soal soal
Pengetahuan Konsep Kalor Memahami L2 Pilihan 1—5 Diberikan stimulus/ teks Artikel berupa gambar
Penge Konsep Konsep Kalor Ganda dari fenomena es mencair di cangkir teh. Siswa
tahuan dengan benar dapat menjawab pertanyaan yang diajukan
Sains pada tiap butir soal berdasarkan teks tersebut.
Menggunakan Perpindahan Mengana- L3 Pilihan 9-12 Diberikan stimulus berupa teks aktivitas
Kompe- Konsep atau Kalor lisis perpin- Ganda berlari saat cuaca panas, siswa dapat
tensi pengetahuan dahan kalor menjawab pertanyaan yang diajukan pada
Sains secara dengan cara tiap butir soal berdasarkan teks tersebut.
bermakna. konduksi,
konveksi, dan
radiasi
Perbedaan kalor Menganali L3 Pilihan 13-15
yang dilepas perubahan Ganda
dan diserap kalor
terhadap
wujud benda
Kompe- Penggunaan Kalor Menyele- L2 Benar - 16-20 Diberikan stimulus/teks berupa tabel
tensi pengetahuan saikan Salah dari aktivitas pengrajin pandai besi,
Sains sains dalam masalah siswa dapat menyatakan benar atau
menganalisis konteks- salah dari permasalahan dan atau
teks/artikel tual yang pertanyaan yang
berkaitan diajukan pada tiap butir soal berdasarkan
dengan kalor teks tersebut.
25
3. Teknis Penilaian dilakukan dengan menggunakan fitur kuis dengan soal kombinasi
(multiple choice, Short answer, true/false) pada alamat tautan: www.Exam.
sman1indralayautara.sch.id. Agar nilai dari masing-masing soal assessment
bisa dihitung secara otomatis. Dalam hal ini, langkah yang harus dilakukan adalah
melakukan pengaturan pada bagian gradebook. Ketika semua assessment sudah
selesai dilakukan, maka semua nilai sudah ada pada gradebook. Gradebook bisa
diekspor, lalu dijadikan file excel untuk keperluan-keperluan lain di luar fasilitas
exam SMAN 1 Indralaya Utara.
4. Menentukan tingkatan level kognitif yang sesuai dengan bentuk tipe soal yang
diserangkaikan. Adapun tingkatan proses kognitif dari analisis jawaban soal pilihan
ganda dan soal dengan pilihan benar atau salah, maka dapat ditetapkan sebagai
berikut.
a. Jika nilai siswa < 25, maka termasuk ke dalam level PIK atau Perlu Intervensi
Khusus;
b. Jika nilai siswa 25 ≤ x < 50, maka termasuk ke dalam level dasar dengan
indikator siswa sudah mampu mencari informasi dalam teks sains yang
disajikan, namun masih perlu pembimbingan dalam memilih informasi yang
relevan saat memahami konsep kalor ketika akan mencari kebenaran konsep
yang ditanyakan;
c. Jika nilai siswa 50 ≤ x < 75, maka termasuk ke dalam level cakap dengan
indikator bahwa siswa sudah mempunyai kemampuan memahami teks secara
literal dan dapat menyelesaikan permasalahan konsep kalor tersebut dengan
baik tanpa harus dibimbing.
d. Jika nilai siswa 75 < x ≤ 100, maka termasuk ke dalam level mahir dengan
indikator bahwa siswa ini sudah memiliki kemampuan merefleksi isi wacana
untuk pengambilan keputusan mengenai konsep kalor dengan sangat baik,
sehingga tanpa dibimbing, siswa mampu menyelesaikan permasalahan yang
disajikan dengan lancar.
26
Analisis Soal Fisika Terintegrasi Literasi Sains
Kelas : XI IPA 1
Mata Pelajaran : Fisika
Kompetensi Dasar : 3.5 Menganalisis Pengaruh Kalor dan Perpindahan Kalor yang Meliputi Karakteristik Thermal suatu Bahan, Kapasitas
dan Konduktivitas Kalor dalam Kehidupan Sehari-Hari
Nomor soal / Score / Kunci Jawaban
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Nilai Level
No Nama 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 Kognitif
. A D C A A B D B C D B A C D B B B S S B
1 A. Dani A C B A A A B C B C D A B A C S S B B S 20.00 Perlu
Irsyah Interfen-
si Khusus
2. Alia B D A A A B D B C B B A C B B B S S S B 75.00 Level
Ariyanti Mahir
3. Alya Rahma C C A A B A B B D B B B B B B S B B B S 25.00 Level
Dasar
4. Athirah A D B A A A D A C D B A C D C B B S B B 75.00 Level
Batrisyah Mahir
5. Atri E E A B A B B B B B B B B B B S B B B S 30.00 Level
Alhamdy Dasar
6. Digo A A A A A A B A B B B A C D C B B B B B 50.00 Level
Rikardo Cakap
7. Dwi Restu B A B A C B B B B B B B B B B B B B B S 35.00 Level
Mavareza Dasar
8. Erli Andira A A A A A A A B A B B B C B B B B B S B 55.00 Level
Cakap
9. Fauziah A B A B A A B C B C B A C D C B B B B S 40.00 Level
Dasar
10. Ghaitsyah A D C A A B A B A D B B C D B B B B B B 75.00 Level
Syafira Mahir
11. Hayatul B D A A A B D B B D B A C D C B B S B B 75.00 Level
Hakim Mahir
12. Indah A B C B C C C B C C C B C C C B S B B B 35.00 Level
Melinda Dasar
13. Ivan A B B A B B B A B A B A A C B B B B B S 40.00 Level
Fahrillah Dasar
27
14. Julia C C A A A B B B B B B B B B B S B B B S 35.00 Level
Andhira Dasar
15. Kharimam A C C A A B D B C B B B C D C B B B S B 75.00 Level
Adiwiyata Mahir
16. M. Tamim A B A A A A B C B B B A C A C B S B B S 35.00 Level
Kahaya Dasar
17. M. Radja C A A C A C B B B B B B B B C B B B B S 20.00 Perlu
Abdhi Interfen-
si Khusus
18. Mayumi A A A A A A A A A B B B C B C B B B B B 40.00 Level
Eksa Dasar
19. Muhamma A A A B A B B C B B B B B B B S B B B S 30.00 Level
d Naufal Dasar
20. Nabila D B A C A C B B C B B C D C B B B B S 30.00 Level
Dasar
21. Nadine A A A A A C C B B B B B C B C B B B B B 45.00 Level
Iltsari Dasar
22. Qomaruzza D E A B A B B B B B B A C D C S S B B S 35.00 Level
man Dasar
23. Rahmi A D A A A B D A C B B A C B B B B B S B 75.00 Level
Ufairah Mahir
Jumlah siswa 14 5 3 16 19 11 5 13 5 3 21 10 15 8 10 17 18 3 4 11
menjawab benar
% Ketuntasan per 60, 21 13 69.5 82.6 47.8 21.7 56.5 21.7 13. 91.3 43.4 65.2 34.7 43.4 73.9 78.2 13. 17.3 47.8
soal 8 .7
Mengetahui, Indralaya Utara, November 2020
Kepala SMA Negeri 1 Indralaya Utara, Guru Mata Pelajaran,
28
D. Tahap Tindak Lanjut
1 Hasil telaah Penilaian Level Kognitif :
a. Dari telaah Level Kognitif dengan capaian rata-rata kelas, dari data hanya
mencapai 41,57 %,
b. Menyikapi hasil tersebut diperlukan pola pembelajaran, dalam melatih nalar siswa
untuk menelaah permasalahan Literasi sains dengan tema Kalor.
c. Mendesain pembelajaran berbasis penyelidikan dengan pola terapan. Dengan
langkah-langkah sebagai berikut dengan memberikan studi kasus terkait dengan tema
dan dituntun ke dalam aktivitas pembelajaran berbasis Literasi sains yang disajikan
menggunakan aplikasi virtual:
29
Siswa diberikan data dari orang yang berlari saat cuaca panas,
Baik/Cakap dimana variabel awal yang diberikan tidak lengkap untuk
mempengaruhi kondisi variabel selanjutnya. Siswa diminta
menjabarkan kemungkinan kondisi orang yang berlari tersebut pada
aplikasi virtual.
Siswa diminta mengestimasi kemungkinan kondisi orang yang berlari
Mahir saat cuaca panas berdasarkan penjabaran dari pengaruh setiap
variabel datanya pada aplikasi virtual.
Merefleksikan pengalaman belajar melalui tautan: https://forms.gle/vmfQpkfrsm9
30
31
LAMPIRAN 2
PENGEMBANGAN PENILAIAN
PRAKTIKUM BERBASIS LITERASI
SAINS
Oleh: Herry Setyawan, S.Pd., M.SI. - SMAN 2 SAROLANGUN JAMBI
Kompetensi Dasar
3.10 Menerapkan konsep dan prinsip gelombang bunyi dan cahaya dalam
teknologi.
4.10 Melakukan percobaan tentang gelombang bunyi dan/atau cahaya, berikut
presentasi hasil percobaan dan makna fisisnya misalnya sonometer dan
kisi difraksi.
A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat memahami konsep terjadinya Difraksi Cahaya secara utuh
2. Siswa dapat memahami konsep terjadinya Interferensi Cahaya secara utuh
B. Materi Pembelajaran
1. Difraksi Cahaya
Perhatikan gambar berikut ini dengan saksama!
33
2. Interferensi Cahaya
Perhatikan gambar berikut ini dengan saksama!
3. Kisi Difraksi
Perhatikan gambar berikut ini dengan saksama!
Kisi difraksi merupakan alat yang sangat berguna untuk menganalisis sumber-
sumber cahaya. Kisi terdiri dari banyak celah sejajar berjarak sama. Sebuah kisi dibuat
dengan cara membuat goresan garis sejajar pada sekeping kaca dengan menggunakan
tekhnik mesin presisi. Celah di antara goresan adalah situasi transparasi terhadap
cahaya dan bertindak sebagai celah-celah yang terpisah.
34
4. Pedoman Pelaksanaan Penilaian
Pada saat proses pembelajaran, guru bisa melakukan penilaian sikap pada saat
kegiatan diskusi dengan memberikan tanda cek list pada nama siswa yang aktif/pasif
saat berdiskusi. Selain itu, guru melakukan penilaian unjuk kerja di saat kegiatan latihan,
guru bisa mengambil nilai keterampilan. Indikator untuk pencapaian keterampilan
dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat dan diukur, antara
lain sebagai berikut.
35
Mencatat dan mengolah data dengan tepat 3
Mencatat atau mengolah data dengan tepat 2
Mencatat dan mengolah data tidak tepat 1
Tidak mencatat dan mengolah data 0 Hasil
(Skor Maks = 6)
Simpulan Tepat 3
Simpulan kurang tepat 2
Simpulan tidak tepat 1
Tidak membuat simpulan 0
Skor Maksimum 16
36
7. Praktikum Difraksi dan Interferensi Cahaya
A. Tujuan Praktikum:
1) Mengetahui konsep terjadinya fenomena Difraksi Cahaya;
2) Mengetahui konsep terjadinya fenomena Interferensi Cahaya;
3) Membandingkan nilai panjang gelombang (λ) yang diperoleh dari hasil
praktikum dengan nilai panjang gelombang sesungguhnya.
4) Membandingkan tetapan kisi (d) pada CD dan DVD dari hasil praktikum
dengan nilai tetapan kisi (d) pada CD dan DVD sesungguhnya.
37
d. Amati dengan seksama, dan ukur jarak antara terang pusat ke pita gelap ke n yang
tampak pada layar (pn) dengan menggunakan penggaris. Lakukan untuk n yang
berbeda. Masukkan pada kolom data n dan pn!
e. Lakukan perhitungan untuk mencari nilai panjang gelombang λ untuk setiap
percobaan berdasarkan data yang telah diperoleh dengan menggunakan
persamaan difraksi celah tunggal
f. Bandingkan nilai rata-rata panjang gelombang λ yang diperoleh dari hasil
praktikum dengan nilai panjang gelombang λ yang tertera ada laser mainan!
Tabel A. Data Hasil Praktikum Difraksi Celah Tunggal
N
No. d ℓ (Konstruktif / pn Persamaan λ
Destruktif)
1.
2.
3.
4.
5.
Rata-rata
nilai panjang
gelombang (λ)
sinar laser yang
digunakan
38
Tabel B. Data Hasil Praktikum Interferensi Celah Ganda
N
No. d ℓ (Konstruktif / pn Persamaan λ
Destruktif)
1.
2.
3.
4.
5.
Rata-rata nilai panjang gelombang (λ) sinar laser yang digunakan
g. Tarik kesimpulan dari praktikum yang telah Anda lakukan sesuai dengan tujuan
praktikum tentang Difraksi Cahaya dan Interferensi Cahaya!
h. Untuk percobaan difraksi pada kisi (CD dan DVD) dapat digunakan rerata panjang
gelombang (λ) pada tabel percobaan A dan B.
Tabel C. Data Hasil Praktikum Difraksi pada Kisi (CD)
N
No. λ ℓ (Konstruktif / pn Persamaan d
Destruktif)
1.
2.
3.
4.
5.
Rata-rata nilai tetapan kisi (d) pada CD yang digunakan
N
No. λ ℓ (Konstruktif / pn Persamaan d
Destruktif)
1.
2.
3.
4.
5.
Rata-rata nilai tetapan kisi (d) pada CD yang digunakan
i. Setiap kelompok melakukan pemaparan beserta kesimpulan dari hasil praktikum.
39
9. Hasil Penilaian Literasi Sains pada Eksperimen “Difraksi dan Interferensi Cahaya”
di Kelas XI MIPA
40
Keterangan :
Nilai Kompetensi =
KKM KD ≥ 50
Tabel : Rentang Nilai Kompetensi
41
LAMPIRAN 3
PENGEMBANGAN ASESMEN EKSPERIMEN
VIRTUAL BERBASIS LITERASI SAINS
Oleh: Nur Risnawati Kusuma - SMA NEGERI 3 MAKASSAR
43
2. Indikator Pencapaian Kompetensi
4.7.1. Menyajikan data hasil eksperimen uji protein pada zat makanan
44
2) Prosedur Kerja
a) Tentukan jumlah tabung reaksi yang akan digunakan dengan menekan
tombol tabung reaksi!
b) Tentukan senyawa yang akan digunakan untuk menguji dengan menekan
tombol senyawa!
c) Tentukan zat makanan dari setiap tabung!
d) Menekan tombol volume jumlah senyawa yang akan di tambahkan (tetes
larutan senyawa)!
e) Tekan tombol aduk dan mencatat perubahan warna yang terjadi!
f) Lakukan hal tersebut berulang kali dengan mengganti variabel atau
zat makanan yang diujikan dan mencatat perubahan warna dari setiap
perlakuan!
g) Jika setelah menambahkan senyawa CuSO 4 dan NaOH pada zat makanan
berubah menjadi warna ungu berarti terdapat kandungan protein!
h) Catat hasil pengamatannya sesuai dengan LKPD yang telah dibagikan pada
kantong tugas pada teams Microsoft Office 365!
i) Buatlah kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan, sesuai dengan
tujuan praktikum mengenai uji kandungan protein pada zat makanan!
j) Lakukan pemaparan hasil praktikum yang telah diperoleh!
Tabel Hasil Pengamatan Uji Kandungan Protein
No. Jenis Makanan Perubahan Warna Hasil Uji Makanan Protein (Ya/
Setelah Pemberian Tidak)
CUSO4 + NaOH
45
No. Domain Proses Kognitif Kompetensi dasar Langkah Eksperimen
Literasi Literasi Sains Terintegrasi Sains
Sains
Aspek Menggunakan 3.7 Menganalisis 1. Menentukan variabel
Pengeta- Konsep atau hubungan antara uji protein zat
huan Sains pengetahuan struktur jaringan makanan sesuai Tema
secara penyusun organ pada Literasi Sains
bermakna sistem pencernaan 2. Menentukan zat
dalam kaitannya makanan yang akan
dengan nutrisi, diuji
bioproses dan 3. Mencatat data
gangguan fungsi yang 4. Analisis hasil eksperimen
dapat terjadi pada 5. Keterampilan
sistem pencernaan memanfaatkan
manusia laboratorium maya
6. Meyimpulkan hasil
4.7 Menyajikan laporan praktikum
hasil uji zat makanan 7. Mengomunikasikan hasil
yang terkandung
dalam berbagai jenis
bahan makanan
dikaitkan dengan
kebutuhan energi
setiap individu serta
teknologi pengolahan
pangan dan keamanan
pangan
D. Rubrik Penilaian
Kriteria Skor Indikator
2 Pemilihan variabel ekperimen tepat
Persiapan 1 Pemilihan variabel ekperimen tidak tepat
(Sko Maks = 0 Tidak mampu memilih variabel eksperimen
2)
2 Memanfaatkan virtual maya dengan tepat
1 Memanfaatkan virtual maya dengan tidak
0 tepat Tidak mampu memanfaatkan virtual
Pelaksanaan maya
(Sko Maks = 2
4) 1 Langkah kerja dan waktu pelaksanaan tepat
0 Langkah kerja atau waktu pelaksanaan tepat
Langkah kerja dan waktu pelaksanaan tidak tepat
46
3 Mencatat dan Mengolah data dengan tepat
2 Mencatat atau Mengolah data dengan tepat
1 Mencatat dan Mengolah data tidak tepat
Hasil 0 Tidak mencatat dan mengolah data
(Sko Maks = 6)
3 Simpulan Tepat
2 Simpulan kurang tepat
1 Simpulan tidak tepat
0 Tidak membuat simpulan
Skor Maksimum 12
48
49
LAMPIRAN 4
PENGEMBANGAN ASESMEN PENILAIAN PRODUK
BERBASIS LITERASI SAINS
Oleh: Nelly Afrianty, S.Si., M.Pd - SMA NEGERI 1 KERINCI
3. Tujuan Pembelajaran
Dengan menggunakan pembelajaran blanded learning, siswa mampu menganalisis
proses pembentukan ikatan ion dan ikatan kovalen serta interaksi antar partikel (atom,
ion, molekul) materi dan hubungannya dengan sifat fisik materi.
51
B. Pengembangan Instrumen Penilaian Literasi Sains
Kisi-kisi Penilaian Produk Literasi Sains pada Materi Ikatan Kimia
Produk berupa poster yang berjudul Ikatan Kimia. Poster tersebut dapat berupa
poster yang terbuat dari karton dengan tempelan konten literasi sains atau dapat juga
berupa poster digital.
52
Tabel Tingkat Kompetensi Literasi Sains
Tingkat Rentang
Kompetensi Deskripsi Skor
Siswa ditingkat ini memiliki penguasaan konsep ikatan
kimia yang sangat minimal. Siswa perlu didampingi
Intervensi Khusus mulai dari memahami konten, mengumpulkan
informasi yang tepat untuk dimuat pada poster, <70
memilih gambar penunjang yang sesuai dan kreativitas
dalam mendesain
sebuah poster. Serta perlu dibimbing dalam memaparkan
hasil analisis materi.
Siswa ditingkat ini sudah menguasai konsep dasar ikatan
Dasar kimia, namun masih perlu bimbingan untuk 70—80
menentukan informasi yang layak dimuat pada sebuah
poster.
Kreativitas mendesain sebuah poster sudah mulai terlihat,
namun masih perlu dibimbing dalam memaparkan hasil
analisis materi.
Siswa ditingkat kompeten sudah memahami konsep
ikatan kimia dan mampu memilih informasi yang akan
Cakap dimuat pada sebuah poster. Kemampuan mendesain 81—90
sebuah poster yang menarik sudah dimiliki, namun
kemampuan bernalarnya masih perlu diasah agar mampu
mengembangkan literasi sains dalam memaparkan materi.
53
HASIL PENILAIAN LITERASI SAINS
Mata Pelajaran : Kimia
Materi Pokok : Ikatan Kimia
Kelas/Semester : X MIPA 3/I (satu)
Tahun Pelajaran : 2020/2021
Hasil Penilaian
Total Tingkat
No Nama Tim Konten Nilai
Desain Presentasi Skor Kompetensi
Poster
ALSYA TITNIA
1. 100 100 100 300 100 Sangat Kompeten
DESRIKA
2. AMI RATU AFIFAH 100 95 80 275 92 Sangat Kompeten
Hidrogen
ANGGUN ATIKA
3. 75 90 80 245 82 Kompeten
HAKSA
4. ANTONI 75 80 65 220 73 Cukup Kompeten
54
Keterangan :
Nilai Kompetensi =
KKM KD ≥ 70
Tabel : Rentang Nilai Kompetensi
Rentang Nilai Kompetensi Keterangan
< 70,00 Belum Kompeten
70,00 – 80,00 Cukup Kompeten
81,00 – 90 Kompeten
91,00 – 100,0 Sangat Kompeten
55