Anda di halaman 1dari 2

AKSARA JAWA

Aksara Jawa sendiri merupakan sebuah turunan dari aksara Brahmani yang berasal dari India. Aksara
ini sudah ada dari jaman kerajaan hindu-budha dengan sedikit penyesuaian dari bahasa sanskerta.

Aksara Jawa aktif digunakan dalam sastra maupun tulisan sehari-hari masyarakat Jawa sejak
pertengahan abad ke-15 hingga pertengahan abad ke-20 sebelum fungsinya berangsur-angsur
tergantikan dengan huruf Latin. Aksara Jawa adalah sistem tulisan abugida yang terdiri dari sekitar
20 hingga 33 aksara dasar, tergantung dari penggunaan bahasa yang bersangkutan. Arah penulisan
aksara Jawa adalah kiri ke kanan. Secara tradisional aksara ini ditulis tanpa spasi antarkata namun
umum diselingi dengan sekelompok tanda baca yang bersifat dekoratif. Dalam penulisan aksara Jawa
atau hanacaraka sendiri ada beberapa tata cara untuk menulis, unsur-unsur, dan aturan yang lain.
Pemberian sedikit penjelasan secara perlahan-lahan tentang huruf dan aturan-aturan tersebut akan
memudahkan kalian untuk memahami aksara ini.

Penulisan angka atau bilangan dalam aksara Jawa pada dasarnya sama dengan aksara Jawa lainnya.
Aksara angka jawa memiliki bentuk yang mirip dengan karakter huruf aksara Nglagena.

Aturannya adalah setiap penulisan angka jawa haruslah didahului dan diakhiri sandangan pada
pangkat atau disimbolkan dengan ‘ ꧇ ‘.

Namun, jika angka jawa setelah angka jawa ada tanda koma atau titik maka, sandhangan pada
pangkat cukup ditulis sekali sebagai pemisah.

Sebagai contoh bilangan kawan dasa gangsal (45) jika ditulis angka akan menjadi ꧇꧔꧕꧇.

Contoh :

 Senin, 19 Januari 2019:

ꦱꦺꦤꦶꦤ꧀꧈꧇꧑꧙꧇ꦗꦤꦸꦮꦫꦶ꧇꧒꧐꧑꧙꧇

 Nomer 17

 Cacahe siswa 168.

Anda mungkin juga menyukai