Anda di halaman 1dari 8

Aksara Sunda Baku

"Aksara Sunda" beralih ke halaman ini. Untuk kegunaan lain, lihat Aksara Sunda (disambiguasi).
Aksara Sunda baku (ᮃᮊ᮪ᮞᮛ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ ᮘᮊᮥ) merupakan
sistem penulisan hasil penyesuaian aksara Sunda kuno yang Aksara Sunda Baku
digunakan untuk menuliskan bahasa Sunda kontemporer. ᮃᮊ᮪ᮞᮛ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ ᮘᮊᮥ
Saat ini aksara Sunda baku juga lazim disebut dengan istilah
aksara Sunda.

Daftar isi Jenis Abugida

Sejarah aksara

Penggunaan Bahasa Sunda


Periode sekitar abad ke-17 hingga
Aksara Sunda baku vs. kuno
sekarang
Daftar aksara
Vokal Silsilah Abjad Proto-Sinaitik
Konsonan Abjad Fenisia
Rarangkén (ᮛᮛᮀᮊᮦᮔ᮪)
Abjad Aramea
Angka Sunda (ᮃᮀᮊ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ)
Tanda baca Aksara Brahmi

Baris Unicode Aksara Pallawa


Lihat pula
Aksara Kawi
Referensi
Aksara Sunda Kuno
Sumber
Pranala luar Aksara Sunda Baku
ᮃᮊ᮪ᮞᮛ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ ᮘᮊᮥ

Sejarah Aksara
kerabat
Bali
Batak
Lihat pula: Aksara Sunda Kuno Baybayin
Buhid
Hanunó'o
Jawa
Kaganga (Rejang)
Kulitan
Lontara (Bugis)
Tabel konsonan dalam aksara Sunda Rencong
kuno, dari ka sampai ha Sunda Kuno
Tagbanwa (Tagalog)

Setidaknya sejak Abad XII masyarakat Sunda telah lama Arah Kiri-ke-kanan
mengenal aksara untuk menuliskan bahasa yang mereka penulisan
gunakan. Namun pada awal masa kolonial, masyarakat ISO Sund, 362
Sunda dipaksa oleh penguasa dan keadaan untuk 15924
meninggalkan penggunaan Aksara Sunda Kuno yang Nama Sundanese
Unicode
merupakan salah satu identitas budaya Sunda. Keadaan yang
berlangsung hingga masa kemerdekaan ini menyebabkan Rentang U+1B80–U+1BBF (http://www.unic
Unicode ode.org/charts/PDF/U1B80.pdf)
punahnya Aksara Sunda Kuno dalam tradisi tulis
masyarakat Sunda.

Pada akhir Abad XIX sampai pertengahan Abad XX, para peneliti berkebangsaan asing (misalnya K. F. Holle
dan C. M. Pleyte) dan bumiputra (misalnya Atja dan E. S. Ekadjati) mulai meneliti keberadaan prasasti-
prasasti dan naskah-naskah tua yang menggunakan Aksara Sunda Kuno. Berdasarkan atas penelitian-penelitian
sebelumnya, pada akhir Abad XX mulai timbul kesadaran akan adanya sebuah Aksara Sunda yang merupakan
identitas khas masyarakat Sunda. Oleh karena itu Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat menetapkan Perda
No. 6 tahun 1996 tentang Pelestarian, Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Sastra, dan Aksara Sunda yang
kelak digantikan oleh Perda No. 5 tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah.

Pada tanggal 21 Oktober 1997 diadakan Lokakarya Aksara Sunda di Kampus Unpad Jatinangor yang
diselenggarakan atas kerja sama Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Barat dengan Fakultas Sastra Universitas
Padjadjaran. Kemudian hasil rumusan lokakarya tersebut dikaji oleh Tim Pengkajian Aksara Sunda. Dan
akhirnya pada tanggal 16 Juni 1999 keluar Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat
Nomor 343/SK.614-Dis.PK/99 yang menetapkan bahwa hasil lokakarya serta pengkajian tim tersebut
diputuskan sebagai Aksara Sunda Baku.

Penggunaan
Saat ini Aksara Sunda Baku mulai diperkenalkan di kepada umum
antara lain melalui beberapa acara kebudayaan daerah yang diadakan
di Bandung. Selain itu, Aksara Sunda Baku juga digunakan pada papan
nama Museum Sri Baduga, Kampus Yayasan Atikan Sunda dan Kantor
Dinas Pariwisata Daerah Kota Bandung. Langkah lain juga diambil
oleh Pemerintah Daerah Kota Tasikmalaya yang menggunakan Aksara
Sunda Baku pada papan nama jalan-jalan utama di kota tersebut.

Namun, setidaknya hingga


Sebuah papan nama jalan di Kota
Bogor yang menggunakan dua akhir tahun 2008 Dinas
aksara dalam tampilan tulisannya Pendidikan Nasional Provinsi
(Latin dan Sunda). Jawa Barat belum juga
mewajibkan para siswa untuk
mempelajari Aksara Sunda
Baku sebagaimana para siswa tersebut diwajibkan untuk mempelajari
bahasa Sunda. Langkah memperkenalkan aksara daerah mungkin akan
dapat lebih mencapai sasaran jika Aksara Sunda Baku dipelajari
Papan nama Dinas Pariwisata dan
bersamaan dengan bahasa Sunda. Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Kebudayaan Provinsi Jawa Barat
Lampung dan Provinsi Jawa Tengah telah jauh-jauh hari menyadari hal menggunakan aksara Sunda dan
ini dengan mewajibkan para siswa Sekolah Dasar yang mempelajari Latin
bahasa daerah untuk juga mempelajari aksara daerah.

Hampir seluruh papan nama jalan di Kota Bogor dan Kota Bandung juga menggunakan bahasa Sunda dengan
aksara Sunda baku di bawah nama dalam bahasa Indonesia/alfabet Latin.[1][2][3]

Aksara Sunda baku vs. kuno


Sebagaimana diungkapkan di atas, Aksara Sunda Baku merupakan
hasil penyesuaian Aksara Sunda Kuno yang digunakan untuk
menuliskan bahasa Sunda kontemporer. Penyesuaian itu antara lain
didasarkan atas pedoman sebagai berikut:

bentuknya mengacu pada Aksara Sunda Kuno sehingga


keasliannya dapat terjaga,
bentuknya sederhana agar mudah dituliskan,
sistem penulisannya berdasarkan pemisahan kata demi
kata,
ejaannya mengacu pada bahasa Sunda mutakhir agar
mudah dibaca.
Dalam pelaksanaannya, penyesuaian tersebut meliputi penambahan
huruf (misalnya huruf va dan fa), pengurangan huruf (misalnya huruf
re pepet dan le pepet), dan perubahan bentuk huruf (misalnya huruf na
dan ma).
Perbandingan aksara Kawi, aksara
Sunda kuno, dan aksara Sunda baku
Daftar aksara

Vokal
Dalam bahasa Sunda, kelompok huruf
vokal ini disebut sebagai aksara swara
(ᮃᮊ᮪ᮞᮛ ᮞᮭᮛ)

Representasi grafis

a é i o u e eu

Konsonan
Dalam bahasa Sunda, kelompok huruf konsonan ini disebut sebagai aksara ngalagena (ᮃᮊ᮪ᮞᮛ ᮍᮜᮌᮨ ᮔ) bila
tidak diberi rarangkén.
Representasi grafis

Tempat pelafalan nirsuara bersuara sengau semivokal sibilan celah

velar
ka ga nga ha

palatal
ca ja nya ya

retrofleks
ra

dental
ta da na la sa

labial
pa ba ma wa

Aksara yang lain

fa va qa xa za kha sya

Rarangkén (ᮛᮛᮀᮊᮦᮔ᮪)
Berdasarkan letak penulisannya, 13 rarangkén dikelompokkan sebagai berikut:

rarangkén di atas huruf = 5 macam


rarangkén di bawah huruf = 3 macam
rarangkén sejajar huruf = 5 macam
Rarangkén di atas huruf

panghulu, membuat vokal aksara Ngalagena dari [a] menjadi [i].

Contoh: = ka → = ki.

pamepet, membuat vokal aksara Ngalagena dari [a] menjadi [ə].

Contoh: = ka → = ke.

paneuleung, membuat vokal aksara Ngalagena dari [a] menjadi [ɤ].

Contoh: = ka → = keu.

panglayar, menambah konsonan [r] pada akhir suku kata.

Contoh: = ka → = kar.

panyecek, menambah konsonan [ŋ] pada akhir suku kata.

Contoh: = ka → = kang.

Rarangkén di bawah huruf

panyuku, membuat vokal aksara Ngalagena dari [a] menjadi [u].

Contoh: = ka → = ku.

panyakra, menambah konsonan [r] di tengah suku kata.

Contoh: = ka → = kra.

panyiku, menambah konsonan [l] di akhir suku kata.

Contoh: = ka → = kla.

Rarangkén sejajar huruf


panéléng, membuat vokal aksara Ngalagena dari [a] menjadi [ɛ].

Contoh: = ka → = ké.

panolong, membuat vokal aksara Ngalagena dari [a] menjadi [ɔ].

Contoh: = ka → = ko.

pamingkal, menambah konsonan [j] di tengah suku kata.

Contoh: = ka → = kya.

pangwisad, menambah konsonan [h] di akhir suku kata.

Contoh: = ka → = kah.

patén atau pamaéh, meniadakan vokal pada suku kata.

Contoh: = ka → pamaeh = k.

Angka Sunda (ᮃᮀᮊ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ)

Sunda Latin Bahasa Sunda

0 enol

1 hiji

2 dua

3 tilu

4 opat

5 lima

6 genep

7 tujuh

8 dalapan

9 salapan

Dalam teks, angka diapit oleh dua tanda pipa | ... |.


Contoh: | | = 240

Tanda baca
Pada masa sekarang gigi basit aksara Sunda menggunakan tanda baca Latin. Contohnya: koma, titik, titik
koma, titik dua, tanda seru, tanda tanya, tanda kutip, tanda kurung, tanda kurung siku, dsb.

Baris Unicode
Sundanese[1]
Official Unicode Consortium code chart (http://www.unicode.org/charts/PDF/U1B80.pdf) (PDF)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 A B C D E F

U+1B8x ᮀ ᮁ ᮂ ᮃ ᮄ ᮅ ᮆ ᮇ ᮈ ᮉ ᮊ ᮋ ᮌ ᮍ ᮎ ᮏ

U+1B9x ᮐ ᮑ ᮒ ᮓ ᮔ ᮕ ᮖ ᮗ ᮘ ᮙ ᮚ ᮛ ᮜ ᮝ ᮞ ᮟ

U+1BAx ᮠ ᮡ ᮢ ᮣ ᮤ ᮥ ᮦ ᮧ ᮨ ᮩ ᮪ ᮫ ᮬ ᮭ ᮮ ᮯ

U+1BBx ᮰ ᮱ ᮲ ᮳ ᮴ ᮵ ᮶ ᮷ ᮸ ᮹ ᮺ ᮻ ᮼ ᮽ ᮾ ᮿ
Keterangan

1.^Per versi 9.0.

Lihat pula
Aksara Nusantara
Aksara Jawa
Aksara Kaganga
Aksara Bali
Aksara Lontara
Surat Batak

Referensi
1. ^ "Nama Jalan di Bogor Ditulis Dengan Aksara Sunda". Poskota News (dalam bahasa Inggris).
2012-11-13. Diakses tanggal 2019-07-14.
2. ^ "Terkait Papan Nama Jalan Beraksara Sunda, DBMP Punya Dua Opsi". Tribun Jabar. Diakses
tanggal 2019-07-14.
3. ^ "Sukarno Jadi Soekaarano, Satu Contoh Salah Papan Nama Jalan Beraksara Sunda". Tribun
Jabar. Diakses tanggal 2019-07-14.

Sumber
Juniarso Ridwan: Perda Kebudayaan yang Terkesan Chauvinistik, Pikiran Rakyat 4 Desember
2003.
Tedi Permadi: Aksara Sunda dan Soal Lainnya, Pikiran Rakyat 15 Februari 2004.
Atep Kurnia: Jasa Tuan Hola Buat Sunda, Kompas (Edisi Jawa Barat) 10 November 2007.
Djasepudin: Memasyarakatkan Aksara Sunda, Kompas (Edisi Jawa Barat) 07 April 2007.

Pranala luar
Proposal pengkodean karakter aksara Sunda (http://std.dkuug.dk/jtc1/sc2/wg2/docs/n3022.pdf)
http://unicode-table.com/en/sections/sundanese/

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Aksara_Sunda_Baku&oldid=16688016"

Halaman ini terakhir diubah pada 12 Maret 2020, pukul 14.07.

Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi-BerbagiSerupa Creative Commons; ketentuan tambahan mungkin berlaku. Lihat
Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.

Anda mungkin juga menyukai