Anda di halaman 1dari 12

Aksara Jawa

Aksara Jawa, dikenal juga sebagai Hanacaraka but. Penulisan aksara Jawa dilakukan tanpa spasi (scriptio
( ) dan Carakan ( ),[1] adalah salah satu continua)[3] , dan karena itu pembaca harus paham dengan
aksara tradisional Nusantara yang digunakan untuk me- teks bacaan untuk dapat membedakan tiap kata. Selain
nulis bahasa Jawa dan sejumlah bahasa daerah Indonesia itu, dibanding dengan alfabet Latin, aksara Jawa juga ke-
lainnya seperti bahasa Sunda dan bahasa Sasak[2] Tulisan kurangan tanda baca dasar, seperi titik dua, tanda kutip,
ini berkerabat dekat dengan aksara Bali. tanda tanya, tanda seru, dan tanda hubung.
Dalam sehari-hari, penggunaan aksara Jawa umum di- Aksara Jawa dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan
gantikan dengan huruf Latin yang pertama kali dikenalk- fungsinya. Aksara dasar terdiri dari 20 suku kata yang di-
an Belanda pada abad ke-19.[1] Aksara Jawa resmi dima- gunakan untuk menulis bahasa Jawa modern, sementara
sukkan dalam Unicode versi 5.2 sejak 2009. Meskipun jenis lain meliputi aksara suara, tanda baca[4] , dan ang-
begitu, kompleksitas aksara Jawa hanya dapat ditampilk- ka Jawa[2] . Setiap suku kata dalam aksara Jawa memili-
an dalam program dengan teknologi Graphite SIL, seper- ki dua bentuk, yang disebut nglegena (aksara telanjang),
ti browser Firefox dan beberapa prosesor kata open sour- dan pasangan (ini adalah bentuk subskrip yang digunakan
ce, sehingga penggunaannya tidak semudah huruf Latin. untuk menulis gugus konsonan).
Kesulitan penggunaan aksara Jawa dalam media digital Kebanyakan aksara selain aksara dasar merupakan kon-
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kurang sonan teraspirasi atau retrofleks yang digunakan dalam
populernya aksara tersebut selain di kalangan preserva- bahasa Jawa Kuno karena dipengaruhi bahasa Sanskerta.
sionis. Selama perkembangan bahasa dan aksara Jawa, huruf-
huruf ini kehilangan representasi suara aslinya dan beru-
bah fungsi.
1 Ciri-ciri
Sejumlah tanda diakritik yang disebut sandhangan ber-
fungsi untuk mengubah vokal (layaknya harakat pada
abjad Arab), menambahkan konsonan akhir, dan menan-
dakan ejaan asing[3] . Beberapa tanda diakritik dapat di-
gunakan bersama-sama, namun tidak semua kombinasi
diperbolehkan.

2 Sejarah

Suku kata /ka/ ditulis dengan satu aksara. Tanda baca dapat
mengubah, menambahkan, atau menghilangkan vokal suku kata
tersebut. Aksara memiliki beberapa bentuk untuk menulis nama,
pengejaan asing, dan konsonan bertumpuk
Aksara Jawa sedang diajarkan pada sekolah periode kolonial.
Aksara Jawa adalah sistem tulisan Abugida yang ditulis
dari kiri ke kanan. Setiap aksara di dalamnya melam- Tulisan Jawa dan Bali adalah perkembangan modern
bangkan suatu suku kata dengan vokal /a/ atau /ɔ/, yang aksara Kawi, salah satu turunan aksara Brahmi yang ber-
dapat ditentukan dari posisi aksara di dalam kata terse- kembang di Jawa. Pada masa periode Hindu-Buddha, ak-

1
2 3 AKSARA

sara tersebut terutama digunakan dalam literatur keaga- rupakan aksara dasar. Jika begitu, aksara tersebut
maan dan terjemahan Sanskerta yang biasa ditulis dalam dibaca dengan vokal /a/.
naskah daun lontar.[2] Selama periode Hindu-Buddha,
bentuk aksara Kawi berangsur-angsur menjadi lebih Ja- Ketika ditransliterasikan ke dalam alfabet Latin, sebuah
wa, namun dengan ortografi yang tetap. Pada abad ke-17, aksara ditransliterasikan menjadi suku kata, bukan huruf.
tulisan tersebut telah berkembang menjadi bentuk mo-
dernnya dan dikenal sebagai Carakan[5] atau hanacaraka Terdapat 34 aksara konsonan dan 11 aksara suara (vokal)
berdasarkan lima aksara pertamanya. dalam aksara Jawa (di luar aksara tambahan), namun ti-
dak semuanya digunakan dalam penulisan modern. Ta-
Carakan terutama digunakan oleh penulis dalam ling- bel berikut menunjukkan aksara Jawa dengan bunyi as-
kungan kraton kerajaan seperti Surakarta dan Yogyakarta linya yang digunakan untuk menulis bahasa Jawa Kuno
untuk menulis naskah berbagai subjek, di antaranya dan Sanskerta:
cerita-cerita (serat), catatan sejarah (babad), tembang
kuno (kakawin), atau ramalan (primbon). Subjek yang
populer akan berkali-kali ditulis ulang.[6] Naskah umum
dihias dan jarang ada yang benar-benar polos. Hiasan da-
^1 Hanya ditemukan dalam bentuk pasangan (lihat di bawah).
pat berupa tanda baca yang sedikit dilebih-lebihkan atau
Bentuk aslinya sudah tidak diketahui lagi[2]
pigura halaman (disebut wadana) yang rumit dan kaya
^2 Ḍa dan ṭa lebih umum ditulis dha dan tha. Penulisan ini
warna.
digunakan untuk membedakan dha (ɖa) dan tha (ʈa) retroflex
Pada tahun 1926, sebuah lokakarya di Sriwedari, dalam bahasa Jawa modern dengan dha (d̪ ha) dan tha (t̪ha)
Surakarta menghasilkan Wewaton Sriwedari (Ketetapan teraspirasi dalam bahasa Jawa kuno.
Sriwedari), yang merupakan landasan awal standarisasi ^3 Sebenarnya konsonan alveolar, namun diklasifikasikan se-
ortografi aksara Jawa.[7] Setelah kemerdekaan Indone- bagai dental (gigi).
sia, banyak panduan mengenai aturan dan ortografi baku ^4 Dapat dibaca tanpa bunyi /h/, misalnya (/ɔnɔ/, transliterasi:
aksara Jawa yang dipublikasikan, di antaranya Patokan ana, arti: ada)
Panoelise Temboeng Djawa oleh Kementrian Pendidik-
an dan Kebudayaan pada 1946,[7] dan sejumlah panduan
yang dibuat oleh Kongres Bahasa Jawa (KBJ) antara 1991 3.1 Konsonan
sampai 2006.[8][9] KBJ juga berperan dalam implemen-
tasi aksara Jawa di Unicode. Ortografi Jawa modern mengabaikan pelafalan asli se-
jumlah aksara konsonan yang kemudian dialihfungsik-
Namun dari itu, penggunaan aksara Jawa telah menurun
an. Dari 34 bunyi di atas, 20 bunyi menjadi aksara dasar
sejak ortografi Jawa berbasis huruf latin ditemukan pada
(nglegéna) sementara aksara lainnya dikategorikan seba-
1926,[1] dan sekarang lebih umum menggunakan huruf
gai murda dan mahaprana, dengan “bunyi” yang sama
latin untuk menulsi bahasa Jawa. Hanya beberapa maja-
dengan aksara nglegenanya.
lah dan koran yang masih mencetak dalam aksara Jawa,
seperti Jaka Lodhang. Aksara Jawa masih diajarkan se- Beberapa istilah dalam aksara Jawa menurut aturan ba-
bagai muatan lokal pada sekolah dasar dan sekolah me- hasa Jawa modern:
nengah di provinsi yang berbahasa Jawa.
• Aksara nglegéna ( ) adalah aksara
dasar untuk menulis bahasa Jawa modern.
3 Aksara • Aksara murda ( ) atau aksara gedé digu-
nakan pada penulisan suatu nama, umumnya nama
Sebuah aksara ( ), adalah satuan terkecil yang me- tempat atau orang yang dihormati. Seperti terlihat
representasikan suku kata terbuka (Konsonan-Vokal) de- dalam tabel di atas, tidak semua aksara mempunyai
ngan vokal /a/ atau /ɔ/ tergantung dari posisinya.[3] Na- bentuk murda, karena itu apabila suku kata perta-
mun vokal juga tergantung dari dialek pembicara; dialek ma suatu nama tidak memiliki bentuk murda, maka
Jawa Barat cenderung menggunakan /a/ sementara dia- suku kata kedua yang menggunakan murda. Apabi-
lek Jawa Timur lebih cenderung menggunakan /ɔ/. Atur- la suku kata kedua juga tidak memiliki bentuk mu-
an baku penentuan vokal aksara dideskripsikan dalam rda, maka suku kata ketiga yang menggunakan mu-
Wewaton Sriwedari sebagai berikut: rda, begitu seterusnya. Nama yang sangat dihormati
dapat ditulis seluruhnya dengan murda apabila me-
1. Sebuah aksara dibaca dengan vokal /ɔ/ apabila ak- mungkinkan. Misal, "Pakubuwana" ditulis dengan
sara sebelumnya mengandung sandhangan swara. pa, ka, ba, dan na murda ( ). Aksara murda
2. Sebuah aksara dibaca dengan vokal /a/ apabila ak- tidak boleh diberi pangkon dan tidak perlu digunak-
sara setelahnya mengandung sandhangan swara. an pada awal kalimat.
3. Aksara pertama sebuah kata umumnya dibaca de- • Aksara mahaprana ( ) adalah aksa-
ngan vokal /ɔ/, kecuali dua aksara setelahnya me- ra yang secara harfiah berarti “dibaca dengan nafas
3

berat”. Mahaprana jarang muncul dalam penulisan laupun demikian aksara suara dapat diberi sandhangan
aksara Jawa modern, oleh karena itu seringkali tidak wignyan, layar, dan cecak.
dibahas dalam buku mengenai aksara Jawa.[2] ^1 Dalam teks tua, aksara swara i digunakan untuk /i:/ pan-
jang, sementara /i/ pendek menggunakan sebuah huruf yang se-
karang dikenal sebagai i kawi .
^2 Menjadi sebuah diftong.
[2]
^1 Awalnya jnya, namun pada perkembangannya men-
jadi huruf mandiri.
4 Sandhangan
3.2 Konsonan tambahan
Sandhangan ( ) adalah sejenis aksara yang ti-
Terdapat beberapa aksara yang dalam perkembangan- dak dapat berdiri sendiri, melainkan merupakan tanda
nya dianggap sebagai konsonan. Pa cerek, nga lelet, dan diakritik yang selalu digunakan bersama dengan aksara
nga lelet raswadi awalnya adalah konsonan-vokalik /r̥/, dasar. Ada tiga macam sandhangan, yaitu sandhangan
/l̥/, dan /l̥:/ yang muncul pada perkembangan awal ak- suara yang berfungsi untuk mengubah vokal huruf dasar,
sara Jawa karena pengaruh bahasa Sanskerta. Ortografi layaknya harakat pada abjad Arab, sandhangan sesigeg
kontemporer mengelompokkan ketiganya sebagai aksara ( , sandhangan akhir suku kata), dan
konsonan[2] yang bernama ganten atau “pengganti”, de- sandhangan wyanjana ( , sandhang-
ngan bunyi masing-masing /ɽə/, /ɭə/, dan /ɭɤ/. Aksara an tengah suku kata).[7]
ini didefinisikan sebagai aksara dengan vokal tetap yang
menggantikan setiap kombinasi ra+pepet ( menjadi ),
4.1 Suara
la+pepet ( menjadi ), dan la+pepet+tarung ( men-
[10]
jadi ). Karena sudah memiliki vokal tetap, ketiga ak-
Sandhangan swara ( ) atau sandhangan
sara tersebut tidak dapat dipasangkan dengan tanda baca
vokal merupakan sandhangan yang paling umum. Ter-
vokal.
dapat sembilan sandhangan swara, namun vokal tertentu
Konsonanan tambahan lain meliputi ka sasak dan ra perlu ditulis dengan lebih dari satu sandhangan, kondi-
agung. Ka sasak merupakan penulisan tradisional bunyi si ini terutama umum terjadi pada sandhangan tarung.
/qa/ yang digunakan dalam bahasa Sasak, sedangkan ra Sandhangan swara dapat digunakan bersama sandhangan
agung pernah digunakan oleh sejumlah penulis untuk na- wyanjana.
ma orang yang dihormati, terutama anggota kerajaan.[2]
^1 Pasangan ka, ta, dan la, yang menempel dengan suku dan
Kebanyakan bunyi yang asing dalam bahasa Jawa ditulis suku mendhut berubah bentuknya menjadi aksara dasar.
dengan tanda baca cecak telu () di atas aksara yang bu- ^2 Aksara 'ra' dan 'la' tidak dapat dipasangkan dengan pepet
nyinya mendekati.[2][4] Aksara semacam itu disebut seba- (lihat bagian konsonan tambahan).
gai aksara rekan atau “aksara rekaan”, yang diklasifikan ^3 Hanya digunakan pada penulisan Sunda.[10]
berdasarkan bahasa asalnya. Rekan paling umum berasal ^4 Menjadi sebuah diftong.
dari bahasa Arab dan bahasa Belanda. Terdapat pula dua
jenis rekan lainnya yang digunakan untuk menulis bahasa
Sunda dan kata serapan bahasa Tionghoa. 4.2 Sesigeg
Sandhangan sesigeg panyangga, cecak, dan wignyan
3.3 Vokal memiliki fungsi yang sama seperti halnya karakter
Devanagari candrabindu, anuswara, dan wisarga.[2] San-
Vokal murni umumnya ditulis dengan aksara ha sebagai dhangan sesigeg boleh digunakan bersama dengan san-
konsonan kosong dengan tanda baca yang sesuai. dhangan suara.
Selain cara tersebut, terdapat juga aksara-aksara yang ^1 Panyangga umumnya hanya digunakan untuk simbol suci
merepresentasikan vokal murni bernama aksara swara Hindu Om.[10]
( ) atau “aksara suara” yang digunakan un- ^2 Posisi sedikit berubah apabila digunakan bersama dengan
tuk menandakan sebuah nama, seperti halnya aksara mu- wulu dan pepet. Cecak berada di sebelah kanan wulu dan ditulis
rda. Sebagai contoh, kata sifat “ayu” (cantik) ditulis de- di dalam pepet
ngan huruf ha ( ). Namun untuk menulis seseorang
yang bernama Ayu, aksara suara digunakan untuk men-
cegah kerancuan ( ). Aksara suara juga digunakan un-
tuk mengeja istilah bahasa asing, misalnya elemen Argon 4.3 Wyanjana
( ).[10][7] Aksara suara tidak dapat dijadikan se-
bagai aksara pasangan sehingga aksara sigegan yang ter- Sandhangan wyanjana cakra, cakra keret, dan pengkal
dapat di depannya harus dimatikan dengan pangkon. Wa- berfungsi untuk membentuk gugus konsonan -ra, -re, dan
4 7 TANDA BACA

-ya (misalnya “kra”, “kre”, dan “kya”). Ketiga sandhang- 6 Aksara numeral
an ini awalnya adalah pasangan dari aksara ra, pa cerek,
dan ya sebelum dikhususkan menjadi sandhangan tersen- Sistem angka Jawa mempunyai numeralnya sendiri, yang
diri dalam ortografi Jawa moderen. hanya terdiri dari angka 0–9 sebagai berikut:
Sebagai sebuah pasangan, sandhangan wyanjana ber- Lebih dari separuh angka Jawa memiliki bentuk yang mi-
samaan dengan pasangan wa memiliki sifat panjingan rip dengan karakter silabel Jawa, yaitu 1 dengan ga ,
( ), yaitu pasangan yang dapat menempel pada 2 dengan nga lelet , 6 dengan Aksara E , 7 de-
pasangan lain membentuk tiga tumpuk aksara. ngan la , 8 dengan pa murda , dan 9 dengan ya .
^1 Cakra aslinya terpisah dari aksara, namun lebih umum ditu- Untuk menghindari kerancuan, angka yang muncul da-
lis menyambung dengan bagian depan aksara seperti pada con- lam teks diapit dengan penanda angka yang disebut pa-
toh diatas. da pangkat ( ). Misal, “Selasa 19 Maret 2013” ditulis
dengan: supaya tidak dibaca
“Selasa gaya Maret 2013”
Untuk menulis angka yang lebih besar dari 9, gabungkan
5 Pangkon dan pasangan dua angka atau lebih di atas seperti halnya angka Arab.
Misal, 21 ditulis dengan menggabungkan 2 dan 1 menja-
di; . Dengan cara kerja yang sama, 90 ditulis de-
Pangkon ( ) memiliki fungsi yang sama seperti ngan .[3]
halnya virama dalam aksara Brahmi lain, yakni memben-
Terkadang, pada lungsi digunakan sebagai penanda
tuk konsonan akhir dengan menghilangkan vokal inheren
angka.[10] Dewasa ini angka Jawa hampir selalu digan-
suatu huruf dasar. Namun pangkon tidak boleh digunak-
tikan dengan angka Arab untuk menghindari kemiripan
an untuk konsonan akhir -r, -h, dan -ng karena ketiganya
dan mempermudah penghitungan matematika.
dapat ditulis dengan tanda baca tersendiri. Misal, kon-
sonan akhir -r ditulis dengan layar, tidak boleh dengan
ra dan pangkon.
7 Tanda baca
Pangkon juga hanya boleh dipakai di akhir kalimat, dan
apabila aksara mati terjadi di tengah kalimat, aksara ter-
sebut perlu ditempeli dengan pasangan. Misal, aksara Dalam aksara Jawa, tanda baca yang tersedia hanya
na yang dipasangkan dengan pasangan da, akan diba- koma, titik, dan pengapit (berfungsi sebagai tanda ku-
ca nda ( ).[2] Pasangan dianggap sebagai varian da- rung atau tanda petik, dengan perbedaan aturan penulis-
ri glif aksara dasar, karena itu suatu aksara dan pasang-an). Dibanding dengan alfabet Latin, aksara Jawa tidak
annya memiliki kode unicode yang sama. Pasangan akan memiliki tanda seru, tanda tanya, tanda hubung, garis mi-
terbentuk apabila aksara didahului oleh pangkon, misal- ring, titik dua, titik koma, petik tunggal maupun simbol-
nya “pasangan da” diketik dengan menulis “pangkon+da” simbol matematika umum, seperti tambah, kurang, sama
( menjadi ◌ ) dengan. Namun aksara Jawa memiliki tanda baca-tanda
baca khusus yang tidak terdapat dalam sistem penulisan
Pasangan dapat diberi sandhangan, seperti halnya aksara lainnya.
dasar, dengan beberapa pengecualian pada penempatan.
Sandhangan yang berada di atas diletakkan di atas aksara Secara sederhana, tanda baca dapat dibedakan menjadi
dasar, sementara sandhangan yang berada di bawah dile- dua: umum dan khusus. Tanda baca umum digunakan di
takkan di bawah pasangan. Sandhangan yang berada se- penulisan biasa, sementara tanda baca khusus digunakan
belum dan/atau sesudah aksara dipasang segaris dengan dalam penulisan karya sastra (puisi, dll.)
aksara. Sebuah aksara hanya boleh ditempel dengan satu ^1 Terdapat dua peraturan khusus mengenai penggunaan
pasangan, atau satu pasangan dengan satu panjingan. koma.[3]
Tatacara penulisan Jawa Hanacaraka tidak mengenal spa-
si (''Scriptio continua''), sehingga penggunaan pasangan a. Koma tidak ditulis setelah kata yang berujung
dapat memperjelas kluster kata. pangkon.
b. Koma menjadi titik apabila tetap ditulis setelah
pangkon.

^2 Lihat aksara numeral di atas.


^3 Fungsinya mirip seperti simbol 2 atau 2 dalam ortografi ba-
^1 Ada dua pendapat mengenai pasangan nga-lelet. Pendapat hasa Indonesia lama yang menandakan kata berulang[10] , misal
pertama: pasangan nga lelet adalah nga lelet yang diletakkan di pada kata “orang2 " (orang-orang). Karakter ini pada dasarnya
bawah aksara nglegena, sehingga menyerupai aksara yang ber- adalah angka Arab dua (٢), namun tidak memiliki fungsi angka
tumpuk tiga (nga dan pasangan na). Pendapat kedua: pasangan dalam aksara Jawa. Karakter tersebut diproposalkan sebagai
nga lelet adalah pasanga la yang diberi pepet (◌ ) karakter independen karena sifat dwi-arah angka Arab.[2]
8.3 Hanacaraka yang diperluas 5

^4 Tanda baca khusus memiliki banyak varian karena sifatnya hingga memiliki paralel dengan urutan aksara-aksara In-
yang ornamental, dihias berdasarkan selera dan kemampuan dia lainnya. Urutan ini dipakai dengan mengacu pada
penulis.[2] aksara-aksara Jawa Kuno pada periode Hindu-Buddha,
dan sekarang dipakai sebagai urutan aksara Jawa dalam
Unicode. Dengan urutan ini, setiap aksara dapat mewa-
7.1 Tanda baca arkais kili bunyi unik yang digunakan dalam bahasa Jawa kuno.
Urutannya sebagai berikut:
Tirta tumétés dan Isèn-isèn adalah semacam tanda koreksi
yang berguna untuk menandakan salah tulis.[10] Namun
dalam penulisan digital, kedua karakter ini sudah tidak
dipergunakan lagi. Dalam penulisan manuskrip, apabi-
la terjadi kesalahan penulisan, maka penyalin mengorek- 8.3 Hanacaraka yang diperluas
si bagian yang salah dengan menulis tanda tersebut se-
banyak tiga kali. Tirta tumétés digunakan oleh penulis Kalangan neo-konservatif Jawa juga mengemukakan
Yogyakarta, sementara Isèn-isèn digunakan oleh penu- urutan alternatif yang dengan ciri kedua urutan di atas.
lis Surakarta. Sebagai contoh, seorang penyalin naskan Aksara disusun berdasarkan urutan hanacaraka, namun
ingin menulis pada luhur namun salah tulis menjadi pa- aksara murda dan mahaprana diikutsertakan beserta bu-
da wu..., maka penyalin akan melanjutkan dengan me- nyi aslinya sebagaimana dalam urutan kaganga. Hal ini
nulis pada wu---luhur. Penyalin dari Yogyakarta menu- dianggap memudahkan pelafalan dan berguna untuk me-
lis: , sementara penyalin dari Surakarta akan nulis bahasa asing bahkan bahasa Sanskerta yang masih
[2]
menulis: banyak digunakan terutama untuk motto kesatuan, orga-
nisasi bahkan motto NKRI. Berikut urutan ke-36 aksara
Jawa sesuai bunyi abjad fonetis internasional (IPA) :
8 Urutan aksara

8.1 Hanacaraka
Aksara Jawa umum diurutkan dengan urutan Hanaca- 9 Penggunaan
raka, yaitu mengacu pada lima aksara pertama[11] . Urut-
an tersebut membentuk sebuah puisi atau pangram 4 ba-
it yang menceritakan tentang tokoh Aji Saka dan legenda
terciptanya aksara Jawa[12] . Puisi tersebut diceritakan se-
bagai berikut:


Hana caraka
Terdapat dua utusan/pembawa pesan.

Data sawala
Mereka berbeda pendapat.

Padha jayanya
Mereka berdua sama kuatnya.
• Aksara Jawa yang dipakai pada papan nama jalan di Surakarta.
Maga bathanga
Inilah mayat mereka. Aksara Jawa sampai sekarang masih diajarkan di
sekolah-sekolah wilayah berbahasa Jawa[13] seperti Jawa
Namun dari itu, pengurutan ini tidak menjelaskan posisi Tengah, Jawa Timur, dan DI Yogyakarta, sebagai bagi-
[14]
aksara lainnya, terutama murda dan mahaprana. Selain an dari muatan lokal kelas 3 hingga 5 SD. Walaupun
itu, pengurutan ini berbeda jauh dengan urutan asli aksara demikian, penggunaan sehari-hari, seperti dalam media
Jawa yang mengikuti kaidah bahasa Sanskerta. cetak atau televisi, masih sangat terbatas dan terdesak
oleh penggunaan aksara Latin yang lebih mudah diak-
ses. Beberapa surat kabar dan majalah lokal memiliki ko-
8.2 Kaganga lom yang menggunakan aksara Jawa. Namun selain itu,
usaha-usaha revivalisasi hanya bersifat simbolik dan ti-
Aksara Jawa juga dapat disusun dengan urutan Ka- dak fungsional, seperti pada penulisan nama jalan. Salah
ganga yang mengikuti kaidah Sanskerta Panini[2] , se- satu penghambatnya adalah tidak adanya pengembangan
6 12 AKSARA REKAAN ARAB

ortografi dan tipografi aksara[14] , serta digitalisasi kom- Yogyakarta dan sekitarnya. Kata dari bahasa asing ditu-
puter yang sulit dilakukan karena kompleksitas aksara Ja- lis sebagaimana kata tersebut diucap, bukan berdasark-
wa. an pengejaannya. Sebagai contoh, “Solo Grand Ma-
ll” ditransliterasikan menjadi yang
secara harfiah ditransliterasikan kembali menjadi “solo
10 Penggunaan di luar bahasa Ja- gren mol”.
wa
11 Font
10.1 Bahasa Sunda
• dengan sampel teks baris pertama Pernyataan
Aksara Jawa juga dapat digunakan untuk menulis bahasa
Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia dalam ba-
Sunda. Namun aksara dimodofikasi dan dikenal dengan
hasa Jawa.
nama Cacarakan. Salah satu perbedaan terlihat dari ti-
dak digunakannya huruf dha dan tha, sehingga konsonan
dasarnya hanya terdiri dari 18 huruf. Perbedaan juga ter-
Pada tahun 2013, terdapat sejumlah font pendukung ak-
lihat dari penggunaan kombinasi tanda baca pepet-tarung
sara Jawa yang beredar luas: Hanacaraka/Pallawa oleh
(◌ ) untuk vokal /ɤ/,[10] , penyederhanaan vokal /o/ men-
Teguh Budi Sayoga,[16] Adjisaka oleh Sudarto HS/Ki
jadi tanda baca tunggal tolong ( ),[10] dan bentuk huruf
Demang Sokowanten,[17] JG Aksara Jawa oleh Jason
“nya” yang berbeda[10] . Glavy,[18] Carakan Anyar oleh Pavkar Dukunov,[19] dan
Tuladha Jejeg oleh R.S. Wihananto,[20] yang berbasisk-
an teknologi Graphite (SIL). Font lain yang edaran terba-
10.2 Bahasa Bali tas termasuk Surakarta yang dibuat oleh Matthew Ar-
ciniega pada 1992 untuk screen font Mac,[21] dan Tja-
Aksara Bali pada dasarnya hanyalah varian tipografik. rakan yang dikembangkan AGFA Monotype sekitar ta-
Seperti Sunda, Bali juga tidak menggunakan huruf dha hun 2000.[22] Terdapat juga font berbasis symbol berna-
dan tha. Namun karakter yang tidak digunakan lagi ma Aturra yang dikembangkan Aditya Bayu sejak 2012-
di Jawa masih digunakan untuk menulis kata serapan 2013.[23]
Sanskerta dan Jawa Kuno.[15]
Karena kompleksitas aksara Jawa, banyak font aksara Ja-
wa menggunakan metode input non-konvensional diban-
ding aksara Brahmi lain, dan memiliki sejumlah masa-
10.3 Bahasa Sasak lah. Semisal, penggunaan JG Aksara Jawa dapat menim-
bulkan konflik dengan tulisan lain karena font tersebut
10.4 Bahasa Madura menggunakan kode berbagai tulisan selain Jawa.[24]
Secara teknis, dapat dikatakan bahwa font Tuladha Je-
10.5 Bahasa Indonesia dan bahasa asing
jeg adalah yang paling lengkap. Font tersebut mampu
menampilkan bentuk kompleks dan mendukung semua
karakter Jawa dengan basis Unicode. Hal ini dicapai de-
ngan penggunaan teknologi teknologi Graphite SIL. Na-
mun karena tidak banyak tulisan yang butuh dukung-
an sekompleks Jawa, penggunaan terbatas pada program
yang mendukung Graphite, seperti browser Firefox, dan
Thunderbird email client. Font ini juga digunakan untuk
tampilan aksara Jawa di situs-situs Wikimedia Founda-
tion, seperti situs Wikipedia.[10]

12 Aksara rekaan Arab


Aksara Rekaan Arab adalah aksara jawa yang diubah un-
Sebuah mall di Surakarta, Jawa Tengah.
tuk menuliskan Bahasa Arab. Abjad ini digunakan seba-
gai transliterasi Bahasa Arab terutama untuk keperluan
Karena sifatnya yang fonetis, aksara Jawa dapat dipa- religius.
kai untuk menulis bahasa Indonesia dan kata serapan ba- Beberapa bukti penggunaan Aksara Rekaan Arab teruta-
hasa asing. Hal ini dapat dilihat pada tempat-tempat ma pada terjemahan Kitab Suci Al-Quran yang berjudul
umum di wilayah berbahasa Jawa, terutama di Surakarta, Kuran Jawi yang dibuat oleh R.M. Bagus Ngarpah (R.M.
7

Bagus 'Arfah) pada tahun 1905 Masehi terutama digu- 15 Lihat pula
nakan pada kata-kata Bahasa Arab yang tidak terdapat
pada Bahasa Jawa walaupun sebelum itu Aksara Rekaan • Aksara rekaan Arab
Arab sudah digunakan dalam upaya pada awal penyebar-
an Agama Islam secara intens terutama sejak masa Ke- • Aksara rekaan Inggris
khalifahan Demak dan kerajaan-kerajaan islam di tanah
• Aksara Nusantara
jawa setelah periodenya.
• Pegon

13 Unicode • Keyboard komputer

• Keyboard layout
Aksara Jawa resmi dimasukkan ke dalam Unicode se-
jak Oktober, 2009, dengan dirilisnya Unicode versi 5.2. • Unicode, Huruf Unicode
Blok Unicode aksara Jawa terletak pada kode U+A980– • Huruf komputer
U+A9DF. Terdapat 91 kode yang mencakup 53 huruf,
19 tanda baca, 10 angka, dan 9 vokal. Sel abu-abu me- • Bahasa Jawa dan Aksara Jawa
nunjukkan titik kode yang belum terpakai.
• Bahasa Rejang dan Aksara Kaganga
• Lihat pula Tabel alternatif Unicode aksa- • Bahasa Sunda dan Aksara Sunda Baku
ra Jawa yang diurutkan berdasarkan ha-
nacaraka • Bahasa Bali dan Aksara Bali

• Bahasa Makassar, Bahasa Bugis, Bahasa Mandar


dan Aksara Lontara
14 Galeri
• Bahasa Batak, Surat Batak
• Nama KA Gajah Wong dalam bentuk Aksara Jawa. • Bahasa Khmer, Aksara Khmer
• Gambar figur wayang dalam Serat Bratayudha • Bahasa Tagalog, Aksara Baybayin
• Halaman pembuka Serat Selarasa • Bahasa Myanmar, Aksara Burma
• Naskah terjemahan Kisah Tiga Negara yang ditulis • Bahasa Laos, Aksara Lao
tangan

• Raden Sagara dengan bahasa Madura dan aksara


tercetak 16 Catatan kaki
• Pengaruh Eropa pada sebuah buku yang dicetak di [1] AGFA Monotype: Javanese. Info aksara Jawa
Semarang, 1898
[2] Proposal pengkodean aksara Jawa dalam UCS
• Papan nama jalan di Surakarta dengan huruf latin
dan aksara Jawa [3] Soemarmo, Marmo. “Javanese Script.” Ohio Working
Papers in Linguistics and Language Teaching 14.Winter
• Papan nama bank dengan aksara Jawa (1995): 69-103.

[4] Daniels, Peter T and William Bright. The World’s Writing


• Prasasti beraksara Jawa di Gresik
Systems. Ed. Peter T Daniels and William Bright. New
• Plakat berbahasa Portugis dan Jawa di Tamansari, York: Oxford University Press, 1996.
Yogyakarta [5] Campbell, George L. Compendium of the World’s Langu-
ages. Vol. 1. New York: Routledge, 2000.
• Prasasti Pakubowono X, 1938
[6] Gallop, Annabel T. Golden Letters: Writing Traditions
• Salah satu puisi-puisi tembok Leiden, Serat Kalati- of Indonesia. Jakarta: Lontar Foundation, 2012. (baca
dha, dengan aksara Jawa online di sini)

• Lambang DI Yogyakarta menggunakan aksara Jawa [7] Pemerintahan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Da-
erah Tingkat I Jawa Tengah, dan Daerah Tingkat I Jawa
• Aksara yang dibentuk pada lambang Kesultanan Tengah. Pedoman Penulisan Aksara Jawa. Yogyakarta:
Yogyakarta Yayasan Pustaka Nusantara, 2003. (baca online di sini)

• Kaligrafi Jawa kontemporer [8] Makalah dari KBJ I


8 17 PRANALA LUAR

[9] Makalah dari KBJ III sudah menggunakan Javascript khusus. (baca:
mw:Universal Language Selector/id dan mw:
[10] Wihananto, R.S. Panduan Fonta Unicode Aksara Jawa
Help:Extension:UniversalLanguageSelector/Input
(download PDF di sini)
methods#Javanese)
[11] Bandingkan kata "alfabet" yang mengacu pada dua hu-
ruf pertama Yunani (alfa dan beta), dan "kaganga" yang • http://www.reocities.com/jglavy/asian.html
mengacu pada tiga aksara pertama)
• http://www.kangmusa.com/2009/01/
[12] “Javanese Characters and Aji Saka”. Joglosemar. Diakses free-download-font-hanacaraka.html
29 March 2012.
• Southeast Asian Unicode fonts for Windows com-
[13] Bahasa Jawa? Ih, “Boring” Banget. Kompas daring 25- puters
09-2006. Diakses 6-5-2009.
• http://www.adjisaka.com/ Situs Web Aksara Jawa
[14] Abdul Wahab. Masa depan bahasa, sastra, dan aksara da-
erah. Nawala. • download HANACARAKA v.1.0 Latin and Java-
nese converter download FONT Aksara Jawa
[15] Ida Bagus Adi Sudewa (14 May 2003). “The Balinese
Alphabet, v0.6”. Yayasan Bali Galang. Diakses 9 No- • Transliterasi Aksara Jawa-Latin, Latin-Aksara Jawa
vember 2013.
• http://www.sastra.org/huruf-jawa Sastra Jawa Pro-
[16] Teguh Budi Sayoga (September 2004). “Hanacaraka”. gram Digitalisasi Sastra Daerah
Diakses 9 November 2013.
• http://unicode-table.com Unicode character table
[17] Ki Demang Sokowanten (1 November 2009). “Adjisaka”. Javanese A980—A9DF
Diakses 9 November 2013.
• Tata Tulis Aksara Jawa
[18] Jason Glavy (16 December 2006). “JG Aksara Jawa”. Di-
akses 9 November 2013. • Wewaton Sriwedari versi PDF
[19] Pavkar Dukunov (Nov 25, 2011). “Carakan Anyar”. Ha- • Belajar Bahasa Jawa Bagi Pemula
nang Hundarko. Diakses 9 November 2013.
• Wewaton Sriwedari versi web
[20] R.S. Wihananto. “Tuladha Jejeg, Javanese Unicode font”.
Diakses 9 November 2013. • Tabel Unicode Aksara Jawa
[21] Matthew Arciniega’s page • Bantuan membaca Aksara Jawa
[22] AGFA Monotype: Javanese. Glyph repertoire • Kacamaya Basa Jawa
[23] Aditya Bayu Perdana (1 September 2013). “Aturra, font
for Javanese”. Diakses 9 November 2013.

[24] Pitulung: Aksara Jawa

17 Pranala luar
• Tabel Unicode aksara Jawa Hanacaraka

• Hanacaraka di Omniglot

• Tuladha Jejeg, Unicode Font of Javanese script


Download font, support Wikipedia Anda dapat
mendownload dan menginstal font dan keyboard
khusus font ini. Untuk mencobanya gunakan
Open Office atau Libre Office (MS Word tidak
bisa, pasangan tidak terbentuk), untuk mengganti
font antara huruf Latin dan aksara Jawa, aktifkan
dulu ikon bahasa “IN” (Indonesia) di language
bar di bawah kiri layar komputer. Untuk melihat
keyboard aktif anda, klik tombol Start menu,
pilih “run” ketikkan “on screen keyboard” atau
“osk” kemudian ok. Khusus di situs-situs Wiki-
pedia, Anda tidak perlu keyboard khusus, karena
9

18 Text and image sources, contributors, and licenses


18.1 Text
• Aksara Jawa Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Aksara%20Jawa?oldid=9040618 Kontributor: Meursault2004, Hayabusa future,
*drew, Bennylin, Kisti, Borgx, Kembangraps, Sentausa, ATW, Arisdp, Borgxbot, Wie146, Ricky Setiawan, Dragunova, Mimihitam, Al-
bertus Aditya, VolkovBot, Ndrasen, M. Adiputra, AlleborgoBot, Aldo samulo, NoiX180, Alecs.bot, Hysocc, CarsracBot, Santyanis, Relly
Komaruzaman, Empu, Xqbot, Rubinbot, Tjmoel, MastiBot, Kenrick95Bot, NextJi, EmausBot, Wagino 20100516, RedBot, Courcelles,
Aldnonymous, ArdBot, WikitanvirBot, Suronokarti, CSiedjan, Mahali syarifuddin, Anashir, Rezabot, JohnThorne, Pai Walisongo, Andre-
as Sihono, Botrie, Suhadi jogja, Makecat-bot, Aladdin Ali Baba, Gilang Bayu Rakasiwi, Natuur12, Alteaven, IrSoesilanto, AhmadMCer
dan Pengguna anonim: 35

18.2 Images
• Berkas:Aksara_Jawa.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/6/6a/Aksara_Jawa.png Lisensi: CC BY-SA 3.0
Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: using Tuladha Jejeg font by R.S. Wihananto
• Berkas:Aksarajawa-small2.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/8/85/Aksarajawa-small2.png Lisensi: CC-
BY-SA-3.0 Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: M. Adiputra
• Berkas:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Naaischool_te_Bangsaredja_op_Java_TMnr_10000683.jpg Sumber:
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/9/9d/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Naaischool_te_Bangsaredja_op_Java_
TMnr_10000683.jpg Lisensi: CC BY-SA 3.0 Kontributor: Tropenmuseum <a href='//commons.wikimedia.org/wiki/Institution:
Tropenmuseum' title='Link back to Institution infobox template'><img alt='Link back to Institution infobox templa-
te' src='//upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/73/Blue_pencil.svg/15px-Blue_pencil.svg.png' width='15' he-
ight='15' srcset='//upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/73/Blue_pencil.svg/23px-Blue_pencil.svg.png 1.5x,
//upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/73/Blue_pencil.svg/30px-Blue_pencil.svg.png 2x' data-file-width='600' data-
file-height='600' /></a> <a href='//www.wikidata.org/wiki/Q1131589' title='wikidata:Q1131589'><img alt='wikidata:Q1131589'
src='//upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/ff/Wikidata-logo.svg/20px-Wikidata-logo.svg.png' width='20' hei-
ght='11' srcset='//upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/ff/Wikidata-logo.svg/30px-Wikidata-logo.svg.png 1.5x,
//upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/ff/Wikidata-logo.svg/40px-Wikidata-logo.svg.png 2x' data-file-width='1050'
data-file-height='590' /></a> Pembuat asli: tak diketahui
• Berkas:Ciri_aksara_jawa.jpg Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/4e/Ciri_aksara_jawa.jpg Lisensi: CC BY-
SA 3.0 Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Commons-logo.svg Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/4a/Commons-logo.svg Lisensi: Public domain
Kontributor: This version created by Pumbaa, using a proper partial circle and SVG geometry features. (Former versions used to be slightly
warped.) Pembuat asli: SVG version was created by User:Grunt and cleaned up by 3247, based on the earlier PNG version, created by
Reidab.
• Berkas:Crystal_Clear_app_xmag.svg Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/ec/Crystal_Clear_app_xmag.svg Li-
sensi: LGPL Kontributor:
• Crystal_Clear_app_xmag.png Pembuat asli: Crystal_Clear_app_xmag.png: Everaldo Coelho and YellowIcon
• Berkas:Ganten_nga_lelet.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/48/Ganten_nga_lelet.png Lisensi: CC BY-
SA 3.0 Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Ganten_pa_cerek.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/e3/Ganten_pa_cerek.png Lisensi: CC BY-
SA 3.0 Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Hanacaraka-bali.svg Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/07/Hanacaraka-bali.svg Lisensi: Public do-
main Kontributor: Uploader’s own work. Based on a font by Jason Glavy. Pembuat asli: Tasnu Arakun
• Berkas:Hanacaraka-jawa.svg Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/3/35/Hanacaraka-jawa.svg Lisensi: Public do-
main Kontributor: Uploader’s own work. Based on a font by Jason Glavy. Pembuat asli: Tasnu Arakun
• Berkas:Javanese_ha.svg Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/bb/Javanese_ha.svg Lisensi: OFL Kontributor:
Self made, using Tuladha Jejeg font by R.S. Wihananto Pembuat asli: Bennylin (yes?)
• Berkas:Mahaprana_dha.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/3/33/Mahaprana_dha.png Lisensi: CC BY-SA
3.0 Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Mahaprana_ja.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/0d/Mahaprana_ja.png Lisensi: CC BY-SA 3.0
Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Mahaprana_sa.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/9/9b/Mahaprana_sa.png Lisensi: CC BY-SA 3.0
Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Mahaprana_tha.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/5/5a/Mahaprana_tha.png Lisensi: CC BY-SA
3.0 Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Murda_ba.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/c/c9/Murda_ba.png Lisensi: CC BY-SA 3.0 Kontribu-
tor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Murda_ga.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/7/73/Murda_ga.png Lisensi: CC BY-SA 3.0 Kontribu-
tor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Murda_ka.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/f8/Murda_ka.png Lisensi: CC BY-SA 3.0 Kontribu-
tor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Murda_na.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/e5/Murda_na.png Lisensi: CC BY-SA 3.0 Kontribu-
tor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
10 18 TEXT AND IMAGE SOURCES, CONTRIBUTORS, AND LICENSES

• Berkas:Murda_nya.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/4e/Murda_nya.png Lisensi: CC BY-SA 3.0 Kon-


tributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Murda_pa.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/3/39/Murda_pa.png Lisensi: CC BY-SA 3.0 Kontri-
butor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Murda_sa.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/e0/Murda_sa.png Lisensi: CC BY-SA 3.0 Kontribu-
tor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Murda_ta.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/04/Murda_ta.png Lisensi: CC BY-SA 3.0 Kontribu-
tor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Nglegena_ba.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/0a/Nglegena_ba.png Lisensi: CC BY-SA 3.0
Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Nglegena_ca.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/3/37/Nglegena_ca.png Lisensi: CC BY-SA 3.0 Kon-
tributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Nglegena_da.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/4c/Nglegena_da.png Lisensi: CC BY-SA 3.0
Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Nglegena_dha.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/15/Nglegena_dha.png Lisensi: CC BY-SA 3.0
Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Nglegena_ga.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/7/7c/Nglegena_ga.png Lisensi: CC BY-SA 3.0 Kon-
tributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Nglegena_ha.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/f5/Nglegena_ha.png Lisensi: CC BY-SA 3.0 Kon-
tributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Nglegena_ja.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/7/78/Nglegena_ja.png Lisensi: CC BY-SA 3.0 Kon-
tributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Nglegena_ka.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/e9/Nglegena_ka.png Lisensi: CC BY-SA 3.0
Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Nglegena_la.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/a/a9/Nglegena_la.png Lisensi: CC BY-SA 3.0 Kon-
tributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Nglegena_ma.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/8/85/Nglegena_ma.png Lisensi: CC BY-SA 3.0
Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Nglegena_na.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/6/68/Nglegena_na.png Lisensi: CC BY-SA 3.0
Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Nglegena_nga.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/05/Nglegena_nga.png Lisensi: CC BY-SA 3.0
Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Nglegena_nya.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/f8/Nglegena_nya.png Lisensi: CC BY-SA 3.0
Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Nglegena_pa.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/5/5d/Nglegena_pa.png Lisensi: CC BY-SA 3.0
Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Nglegena_ra.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/17/Nglegena_ra.png Lisensi: CC BY-SA 3.0 Kon-
tributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Nglegena_sa.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/41/Nglegena_sa.png Lisensi: CC BY-SA 3.0 Kon-
tributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Nglegena_ta.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/8/8c/Nglegena_ta.png Lisensi: CC BY-SA 3.0 Kon-
tributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Nglegena_tha.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/d/d8/Nglegena_tha.png Lisensi: CC BY-SA 3.0
Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Nglegena_wa.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/a/a0/Nglegena_wa.png Lisensi: CC BY-SA 3.0
Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Nglegena_ya.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/7/7b/Nglegena_ya.png Lisensi: CC BY-SA 3.0
Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Pada_adeg-adeg.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/a/ab/Pada_adeg-adeg.png Lisensi: CC BY-SA
3.0 Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Pada_adeg2.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/a/a1/Pada_adeg2.png Lisensi: CC BY-SA 3.0 Kon-
tributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Pada_guru1.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/3/3a/Pada_guru1.png Lisensi: CC BY-SA 3.0 Kon-
tributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Pada_lingsa1.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/46/Pada_lingsa1.png Lisensi: CC BY-SA 3.0
Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Pada_lungsi1.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/f5/Pada_lungsi1.png Lisensi: CC BY-SA 3.0
Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Pada_pancak1.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/6/6f/Pada_pancak1.png Lisensi: CC BY-SA 3.0
Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Pada_pangkat1.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/a/a0/Pada_pangkat1.png Lisensi: CC BY-SA 3.0
Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
18.2 Images 11

• Berkas:Pada_surat_andhap.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/8/86/Pada_surat_andhap.png Lisensi: CC


BY-SA 3.0 Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Pada_surat_luhur.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/d/d1/Pada_surat_luhur.png Lisensi: CC BY-
SA 3.0 Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Pada_surat_madya.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/b6/Pada_surat_madya.png Lisensi: CC
BY-SA 3.0 Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Pada_tembang_madya.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/25/Pada_tembang_madya.png Lisensi:
CC BY-SA 3.0 Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Pada_tembang_purwa.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/23/Pada_tembang_purwa.png Lisensi:
CC BY-SA 3.0 Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Pada_tembang_wasana.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/f3/Pada_tembang_wasana.png Lisen-
si: CC BY-SA 3.0 Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Ratan_Gajah_Mada.jpg Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/f9/Ratan_Gajah_Mada.jpg Lisensi: CC
BY 2.5 Kontributor: ? Pembuat asli: ?
• Berkas:Sample_Adjisaka.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/22/Sample_Adjisaka.png Lisensi: Public
domain Kontributor: http://www.adjisaka.com/ Pembuat asli: Sudarto HS/Ki Demang Sokowanten
• Berkas:Sample_Aturra.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/f0/Sample_Aturra.png Lisensi: CC BY-SA 3.0
Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Aditya Bayu
• Berkas:Sample_JG_Aksara_Jawa.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/6/61/Sample_JG_Aksara_Jawa.png
Lisensi: Public domain Kontributor: JG Aksara Jawa font Pembuat asli: Jason Glavy
• Berkas:Sample_Tuladha_Jejeg.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/6/64/Sample_Tuladha_Jejeg.png Li-
sensi: OFL Kontributor: https://sites.google.com/site/jawaunicode/main-page / https://sites.google.com/site/jawaunicode/download Pem-
buat asli: R.S. Wihananto
• Berkas:Sandangan_cakra.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/9/9a/Sandangan_cakra.png Lisensi: CC BY-
SA 3.0 Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Sandangan_cecak.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/06/Sandangan_cecak.png Lisensi: CC BY-
SA 3.0 Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Sandangan_keret.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/eb/Sandangan_keret.png Lisensi: CC BY-
SA 3.0 Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Sandangan_layar.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/07/Sandangan_layar.png Lisensi: CC BY-
SA 3.0 Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Sandangan_pangkon.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/3/3d/Sandangan_pangkon.png Lisensi:
CC BY-SA 3.0 Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Sandangan_pengkal.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/9/96/Sandangan_pengkal.png Lisensi: CC
BY-SA 3.0 Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Sandangan_pepet.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/ee/Sandangan_pepet.png Lisensi: CC BY-
SA 3.0 Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Sandangan_suku.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/7/75/Sandangan_suku.png Lisensi: CC BY-SA
3.0 Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Sandangan_taling-tarung.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/fb/Sandangan_taling-tarung.png
Lisensi: CC BY-SA 3.0 Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Sandangan_taling.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/9/95/Sandangan_taling.png Lisensi: CC BY-
SA 3.0 Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Sandangan_tarung.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/b3/Sandangan_tarung.png Lisensi: CC
BY-SA 3.0 Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Sandangan_wignyan.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/d/d8/Sandangan_wignyan.png Lisensi: CC
BY-SA 3.0 Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Sandangan_wulu.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/d/dd/Sandangan_wulu.png Lisensi: CC BY-
SA 3.0 Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Solo_Grand_Mall_2011_Bennylin_01.jpg Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/48/Solo_Grand_Mall_
2011_Bennylin_01.jpg Lisensi: CC BY-SA 3.0 Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Bennylin
• Berkas:Vowel_aikara.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/9/9b/Vowel_aikara.png Lisensi: CC BY-SA 3.0
Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Vowel_akara.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/6/6b/Vowel_akara.png Lisensi: CC BY-SA 3.0
Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Vowel_aukara.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/5/5c/Vowel_aukara.png Lisensi: CC BY-SA 3.0
Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Vowel_ekara.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/43/Vowel_ekara.png Lisensi: CC BY-SA 3.0
Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Vowel_ikara.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/a/ac/Vowel_ikara.png Lisensi: CC BY-SA 3.0 Kon-
tributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
12 18 TEXT AND IMAGE SOURCES, CONTRIBUTORS, AND LICENSES

• Berkas:Vowel_okara.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/9/97/Vowel_okara.png Lisensi: CC BY-SA 3.0


Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Vowel_ukara.png Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/3/3b/Vowel_ukara.png Lisensi: CC BY-SA 3.0
Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Alteaven
• Berkas:Wiki_letter_w.svg Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/6/6c/Wiki_letter_w.svg Lisensi: CC-BY-SA-3.0
Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Jarkko Piiroinen
• Berkas:Wikibooks-logo.svg Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/fa/Wikibooks-logo.svg Lisensi: CC BY-SA 3.0
Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: User:Bastique, User:Ramac et al.

18.3 Content license


• Creative Commons Attribution-Share Alike 3.0

Anda mungkin juga menyukai