Anda di halaman 1dari 105

SKRIPSI

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PRODUKSI LENTO DI

DESA SIDOWUNGU KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK

PROPOSAL PENELITIAN

PROGAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

Di Ajukan Oleh:

RIZALDI HIMAWAN FITRANTA

NBI: 1232000063

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA

2023

i
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PRODUKSI LENTO DI

DESA SIDOWUNGU KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK

SKRIPSI

Di Ajaukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna

Mendapatkan Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Di Ajukan Oleh:

RIZALDI HIMAWAN FITRANTA

NBI: 1232000063

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA

2023

i
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL

Nama Lengkap : Rizaldi Himawan Fitranta

NBI : 1232000063

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Produksi Lento Di Desa Sidowungu

Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik

Surabaya, ………………..2023

Mengetahui/Menyetujui

Pembimbing,

Drs. Joko Priyono, M.M.

i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Dipertahankan di depan sidang Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya dan dinyatakan diterima untuk memenuhi syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada tanggal ......, ………………., 202...

TIM PENGUJI:
1. .

2. .

3. .

Mengesahkan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Dekan,

Dr. H. Slamet Riyadi, M. Si., Ak., CA.

ii
SURAT ANTI PLAGIAT
Saya, yang bertanda tangan di bawah ini:

1. Nama Lengkap (KTP) : Rizaldi Himawan Fitranta

2. NBI : 1232000063

3. Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

4. Program Studi : Ekonomi Pembangunan

5. NIK (KTP) : 3525

6. Alamat (KTP) : Ds. Sidowungu RT 01/RW 01

Dengan ini menyatakan skripsi yang berjudul “ANALISIS KELAYAKAN USAHA

PRODUKSI LENTO DI DESA SIDOWUNGU KECAMATAN MENGANTI

KABUPATEN GRESIK” adalah benar-benar hasil rancangan, tulisan dan pemikiran saya

sendiri, dan bukan merupakan hasil plagiat atau menyalin atau menyalur dari karya tulis ilmiah

orang lain baik berupa Artikel, Skripsi, Tesis, maupun Disertasi.

Demikiran surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, jika kemudian hari ternyata

terbukti bahwa skripsi yang saya tulis adalah hasil plagiat maka saya bersedia menerima sangsi

apapun atas perbuatan saya dan bertanggung jawab secara mandiri tanpa adanya sangkut

pautnya dengan Dosen Pembimbing dan Kelembagaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untag

Surabaya.

Surabaya, ………………. 2023

Yang Membuat

(……………………………………..)

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas karunia, rahmat serta hidayah -

Nya dan junjungan besar Nabi Muhammad SAW sehingga skripsi dengan judul “Analisis

Kelayakan Usaha Produksi Lento di Desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten

Gresik” bisa terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Skripsi ini merupakan salah satu syarat

kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi. Tidak lupa penulis megucapkan terima

kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan membimbing penulis dalam

menyelesaikan pendidikan dan menyelesaikan penulis skripsi ini. Ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya penulis tunjukan kepada:

1. Kepada bapak dan ibu saya yang telah memberikan segala dukungan, kasih sayang,

motivasi dan doa yang tulus sehingga saya dapat mencapai titik ini dan membuat

bangga dapat melihat anaknya menjadi seorang sarjana.

2. Kepada kakak saya yang telah memberikan segala dukungan, arahan, motivasi, dan doa

sehingga saya mencapai titik ini.

3. Dr. Mulyanto Nugroho, MM., CMA., CPAL Selaku Rektor Universitas 17 Agustus

1945, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menuntut ilmu dan

menempuh pendidikan sarjana Ekonomi Pembangunan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.

4. Prof. Dr. H. Slamet Riyadi, M.si., Ak., CA Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, yang telah memberikan kesempatan kepada

saya untuk menuntut ilmuu dan menyelesaikan pendidikan sarjana Ekonomi

Pembangunan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.

5. Dr. I Made Suparta, MM selaaku Kepala Program Studi Ekonomi Pembangunan,

Universitas 17 A gustus 1945 Surabaya yang saya hormati, yang telah memberikan

iv
kesempatan kepada saya untuk melaksanakan penelitian ini. Terima kasih juga saya

ucapkan karena telah banyak membantu kelancaran proses perkuliahan saya.

6. Drs. Joko Priyono, MM. selaku dosen pembimbing skripsi saya yang hormati dan

sayangi serta tidak pernah lelah dalam meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran selama

proses bimbingan hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

yang telah memberikan banyak ilmu yang bermanfaat kepada saya selama saya berada

di bangku perkuliahan.

8. Seluruh Staf dan Karyawan tata usaha di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas 17

Agustus 1945 Surabaya, yang telah banyak mendukung dan membantu dari awal

perkuliahan hingga ujian skripsi ini.

9. Seluruh informan dalam penelitian saya Mas Rangga, Ibu Ceni, Mas Jakfar, Ibu Kartini,

Ibu Sayati yang telah meluangkan waktu, membantu dan bersedia memberikan

informasi.

10. Seluruh teman-teman saya yang tidak dapat saya tuliskan satu persatu selalu menemani,

saling membantu, dan sama-sama saling bertukar pikiran dalam penyusuan skripsi ini

dari awal hingga akhir

v
ABSTRAK

vi
ABSTRACK

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL................................................................. i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ......................................................................... 1
1.2 Pertanyaan Penelitian ................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
1.4.1 Manfaat Teoritis................................................................................. 5
1.4.2 Manfaat Praktisi ................................................................................. 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................................... 6
2.1 Landasan Teori .......................................................................................... 6
2.1.1 Lento .................................................................................................. 6
2.1.2 Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) .......................................... 6
2.1.3 Biaya Produksi ................................................................................. 11
2.1.4 Penerimaan ...................................................................................... 12
2.1.5 Keuntungan (Laba) .......................................................................... 13
2.1.6 Kelayakan Usaha ............................................................................. 14
2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 21
2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 25
3.1 Desain Penelitian..................................................................................... 25
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 26
3.3 Jenis Dan Sumber Data ........................................................................... 26
3.3.1 Jenis Data ......................................................................................... 26
3.3.2 Sumber Data .................................................................................... 26
3.4 Informan Penelitian ................................................................................. 27
3.5 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 28
3.6 Definisi Variabel dan Definisi Operasional ............................................ 29
3.6.1 Definisi Variabel .............................................................................. 29
3.6.2 Definisi Operasional ........................................................................ 30

viii
3.7 Proses Pengolahan Data .......................................................................... 31
3.8 Metode Analisa Data ............................................................................... 32
3.8.1 Analisa Deskriptif ............................................................................ 32
3.8.2 Analisa Pendapatan Produksi Lento ................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 84
LAMPIRAN ............................................................................................................. i

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Nama Pembuat Lento .......................................................................................... 3

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Berfikir......................................................................................... 24

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. 1 Lembar Kuisioner Penelitian............................................................. i


Lampiran 1. 2 Penggunaan Biaya Operasional Tidak Tetap ....................................ii
Lampiran 1. 3 Penggunaan Biaya Operasional Tetap ............................................ iii
Lampiran 1. 4 Pendapatan Usaha ........................................................................... iv
Lampiran 1. 5 Lembar Kartu Bimbingan ................................................................ v

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Setiap negara pasti memiliki budaya kulinernya sendiri, yang berkontribusi

pada keragaman negara tersebut (Utami, 2018). Makanan merupakan ruang

budaya dan sosial dalam kehidupan sehari-hari yang sangat dipengaruhi oleh

peristiwa terkini. Makanan mengekspresikan identitas sosial dan menghubungkan

manusia dengan semua makhluk hidup. Makanan dibuat dengan mengekspresikan

identitas budaya, yang dapat menyebabkan perpecahan sosial budaya (Weichart,

2004). Kuliner Indonesia itu beragam, mencakup hampir seluruh nusantara dan

menempati tempat-tempat yang strategis. Makanan yang berasal dari Indonesia

banyak mendapat pengakuan internasional, karena memiliki cita rasanya dari

makanan yang khas dan beraneka ragam.

Makanan khas daerah merupakan menu masakan yang khas dari suatu

daerah tertentu, biasanya memiliki cita rasa yang berbeda, sehingga dapat

membuatnya populer di kalangan penduduk setempat. Makanan tradisional

umumnya sangat erat kaitannya dengan budaya, dan semuanya terasa natural

dalam penyajiannya. Setiap makanan tradisional Indonesia memiliki cerita dan

filosofi tersendiri di balik bahan dan cara pembuatannya (krisnawati, 2022).

Di Indonesia, terdapat banyak jenis makanan yang sering dikonsumsi oleh

masyarakat, salah satunya adalah gorengan. Gorengan adalah makanan yang

paling banyak dikonsumsi di Indonesia, karena rasanya yang gurih dan renyah,

serta kalori yang besar (Hanum, 2016).

1
Kacang tunggak merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang

menjadi sumber protein nabati. Kacang ini bahkan mengandung protein tertinggi

kedua setelah kacang kedelai (Ismayanti & Harijono, 2015). Namun kacang

tunggak tidak popular seperti kacang kedelai, sebab cara mengkonsumsi kacang

ini masih sangat terbatas (Ratnaningsih et al. 2009).

Usaha mikro, kecil, dan menengah merupakan kegiatan usaha yang

mampu memperluas lapangan kerja serta dapat memberikan pelayanan ekonomi

secara luas kepada masyarakat, sehingga dapat berperan dalam proses pemerataan

dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan

berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu, usaha mikro, kecil,

dan menengah adalah salah satu pilar utama ekonomi nasional yang harus

memperoleh kesempatan utama, dukungan, perlindungan, dan pengembangan

seluas-luasnya sebagai wujud keberpihakan yang tegas kepada kelompok usaha

ekonomi rakyat, tanpa mengabaikan peranan usaha besar dan Badan Usaha Milik

Negara (Lathifa & Noorman, 2018).

Desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik memiliki sebuah

usaha rumahan atau UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) pengolahan kacang

tunggak yaitu Lento Mboro, lento ini merupakan makanan tradisional yang terbuat

dari kacang tunggak/kacang tolo sebagai bahan utamanya yang ditumbuk atau

digiling menggunakan mesin penggiling sampai kacang tersebut agak hancur yang

kemudian dicampur dengan bumbu dan dikepal–kepal agar bentuknya agak oval

seperti telur, kemudian digoreng sampai warnanya coklat kehitaman.

2
Tabel 1.1 Nama Pembuat Lento

No Nama Usaha Lama Berdiri Alamat

1. Rangga 6 tahun Desa Sidowungu RT 02

2. Bu Ceni 12 tahun Desa Sidowungu RT 02

3. Jakfak 12 tahun Desa Sidowungu RT 06

4. Bu Kartini 6 tahun Desa Sidowungu RT 03

5. Bu Sayati 10 tahun Desa Sidowungu RT 14


Sumber: Hasil Observasi

Berdasarkan Tabel 1.1 data pengusaha lento yang terdapat di Desa

Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik yang masih berproduksi

hingga saat ini adalah sebanyak 5 pengusaha. Menurut pelaku usaha ini, mereka

tergolong usaha yang cukup lama atau usaha yang turun-temurun di Desa

Sidowungu.

Makanan ini termasuk kedalam golongan makanan gorengan atau bisa juga

digunakan sebagai lauk makan. Akan tetapi usaha rumahan ini belum banyak

mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat, sehingga produksi mereka juga

terbatas biaya operasional, untuk pemasaran dan penjualannya hanya di

lingkungan sekitar dan desa-desa tetangga.

Apabila makanan tradisional khas dari Desa Sidowungu ini mendapapatkan

perhatian lebih, tidak menutup kemungkinan juga makanan ini dikenal banyak

orang dan mendapat pasar penjualan yang luas. Sehingga bisa lebih

mensejahterakan masyarakat Desa Sidowungu. Berdasarkan latar belakang

permasalahan di atas maka penulis memilih judul “Analisis Kelayakan Usaha

3
Produksi Lento di Desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten

Gresik”.

1.2 Pertanyaan Penelitian

Oleh karena itu, menganalisis kelayakan usaha dari aspek finansial

produksi lento perlu dilakukan untuk menghindari kerugian dari para pelaku

produksi lento. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan

masalah yang dapat diambil sebagai berikut:

1. Bagaimana pendapatan pelaku produksi lento di Desa Sidowungu

Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik?

2. Bagaimana kelayakan dari usaha produksi lento di Desa Sidowungu

Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebgai berikut:

1. Untuk menganalisis pendapatan dari produsen lento di Desa Sidowungu

Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.

2. Untuk menganalisis kelayakan usaha dari produsen lento di Desa

Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.

4
1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

pengembangan dalam ilmu ekonomi, khususnya dalam bidang study

kelayakan usaha.

1.4.2 Manfaat Praktisi

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

masukan bagi pelaku usaha produsksi lentodalam meningkatkan pendapatan

dan kesejahteraan mereka.

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Lento

Di Indonesia, terdapat banyak jenis makanan yang sering dikonsumsi

oleh masyarakat, salah satunya adalah gorengan. Gorengan adalah makanan

yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia, karena rasanya yang gurih dan

renyah, serta kalori yang besar (Hanum, 2016). Lento termasuk kedalam

jajanan gorengan yang terbuat dari kacang–kacangan yang ditumbuk atau

digiling agar teksturnya agak hancur yang kemudian dicampurkan dengan

bumbu yang sudah digiling seperti bawang merah, bawang putih, cabe merah

besar/kecil, dan bahan-bahan lainya. Pada saat akan digoreng adonan lento

tersebut dikepal–kepal agar adonannya tidak hancur, kemudian digoreng

sampai warnanya agak coklat–kehitaman, dan disajikan dengan cabai hijau

kecil sebagai pelengkapnya.

2.1.2 Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

2.1.2.1 Pengertian Usaha Kecil Menengah (UMKM)

Selain itu, usaha mikro, kecil, dan menengah adalah salah satu pilar

utama ekonomi nasional yang harus memperoleh kesempatan utama,

dukungan, perlindungan, dan pengembangan seluas-luasnya sebagai wujud

6
keberpihakan yang tegas kepada kelompok usaha ekonomi rakyat, tanpa

mengabaikan peranan usaha besar dan Badan Usaha Milik Negara (Lathifa

& Noorman, 2018)

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan ekonomi

rakyat yang memiliki lingkup kecil yang berdiri sendiri dan dikelola oleh

perorangan atau kelompok. Pengembangan UMKM di Indonesia

merupakan salah satu prioritas penting dalam pembangunan ekonomi

nasional, yang ditujukan tidak hanya untuk mengurangi masalah

kesenjangan antar golongan pendapatan dan antar pelaku usaha, juga dapat

memberikan kontribusi yang signifikan dalam mempercepat perubahan

structural ekonomi dari suatu negara. Kontribusi tersebut adalah

meningkatnya perekonomian daerah dan ketahanan ekonomi nasional.

Sedangkan menurut Udang-Undang Nomor 20 tahun 2008 pasal 1

tentang UMKM menyatakan bahwa:

a) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau

badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro

sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang ini.

b) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai, ataupun menjadi bagian baik langsung maupun tidak

7
langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi

kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

c) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih

atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-

Undang ini.

d) Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh

badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan

tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha

nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing

yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.

2.1.2.2 Kriteria Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 pasal 6 tentang

UMKM, terdapat beberapa klasifikasi kriteria UMKM yaitu sebagai

berikut:

a) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;

8
atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak

Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

b) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima

ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;

atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

c) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00

(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari

Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai

dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar

rupiah).

2.1.2.3 Peran Berdirinya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

a) Pengurangan kemiskinan dan kesenjangan sosial: UMKM

memberikan kesempatan kepada individu dari lapisan ekonomi

rendah untuk menciptakan penghidupan yang lebih baik. Dengan

mempekerjakan penduduk lokal dan mempromosikan keterlibatan

9
perempuan dan kelompok marginal, UMKM dapat mengurangi

kemiskinan dan kesenjangan.

b) Pemberdayaan ekonomi: UMKM memberikan peluang kepada

individu untuk menjadi wirausaha dan memulai usaha sendiri. Hal ini

mendorong pemberdayaan ekonomi di kalangan masyarakat. Dengan

memiliki usaha sendiri, individu dapat mengendalikan pendapatan

mereka sendiri, meningkatkan kemandirian ekonomi, dan mengurangi

ketergantungan pada pekerjaan formal.

c) Pertumbuhan ekonomi lokal: UMKM sering kali beroperasi di tingkat

lokal atau regional. Keberadaan UMKM yang sukses dapat

mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dengan meningkatkan

permintaan akan bahan baku, produk dan jasa lokal. Hal ini berpotensi

menciptakan efek multiplier, di mana pertumbuhan satu UMKM akan

mendorong pertumbuhan UMKM lainnya serta mendukung sektor-

sektor ekonomi terkait.

d) Peningkatan pendapatan dan konsumsi: Melalui usaha yang sukses,

UMKM dapat meningkatkan pendapatan dan daya beli masyarakat.

Kesejahteraan ekonomi individu dan keluarga meningkat ketika

pendapatan dan konsumsi mereka meningkat. Hal ini berdampak

positif pada peningkatan standar hidup dan kualitas hidup masyarakat.

10
2.1.3 Biaya Produksi

Biaya produksi pada dasarnya adalah dana atau modal yang harus

dikeluarkan oleh suatu perusahaan selama untuk mengolah bahan baku

untuk menghasilkan sesuatu yang akan dipasarkan atau dijual. Biaya yang

dikeluarkan ini nantinya akan dijadikan sebagai bahan patokan dalam

menentukan harga jual. Selain itu, biaya produksi juga bisa digunakan untuk

menganalisis dan evaluasi keuntungan maupun kerugian dari penjualan

suatu produk ataupun jasa.

Biaya produksi adalah biaya-biaya yang dianggap melekat pada

produk, meliputi biaya, baik langsung maupun tidak langsung dapat

didenifisikan dengan kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk jadi

(Muhammad & Rosa, 2020).

Biaya produksi terbagi atas biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya

produksi yang besarnya tidak berubah atau tidak dipengaruhi oleh volume

produksi barang/jasa dan biaya variabel (variable cost) yaitu biaya produksi

yang besarnya berubah-ubah sesuai dengan jumlah produksinya. Biaya total

(total cost) adalah jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan perusahaan

untuk memproduksi barang/jasa. yaitu:

1. Biaya Tetap (fixed cost) merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh

suatu perusahaan persatuan waktu tertentu untuk keperluan

pembayaran semua input tetap dan besarnya tidak bergantung dari

jumlah produk yang dihasilkan.

11
2. Biaya Variabel (variable cost) adalah kewajiban yang harus dibayar

oleh suatu perusahaan pada waktu tertentu umtuk pembayaran semua

input variabel yang digunakan dalam proses produksi. Jenis biaya

variabel dalam perusahaan batu bata ini adalah biaya bahan baku, bahan

bakar, dan tenaga kerja.

3. Total Biaya (total cost) merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan

biaya variabel dalam proses produksi.

Secara matematis biaya total produksi dapat ditulis sebagai berikut:

TC = TFC + TVC

Keterangan:

TC = Total Biaya

TFC = Total Fixed Cost (Biaya Total)

TVC = Total Variable Cost (Biaya Variabel)

2.1.4 Penerimaan

Menurut Nurdin (2010) menyatakan bahwa penerimaan total pada

umumnya dapat didefinisikan sebagai hasil penerimaan dari penjualan suatu

barang. Penerimaan atau revenue, adalah penghasilan dari penjualan barang-

barang atau barang-barang dagangan. Penerimaan total atau total revenue

pada umumnya dapat didefinisikan sebagai penerimaan dari penjualan

barang-barang yang diperoleh penjual. Penerimaan total adalah sama

banyaknya dengan satuan barang yang terjual dikalikan dengan harga

penjualan tiap satuan.

12
Untuk menghitung penerimaan total (Total Revenue) dapat dilakukan

dengan mengalikan tingkat harga yang berlaku untuk barang tersebut (P)

dengan jumlah barang yang dijual (Q). Pernyataan ini dapat dirumuskan

sebagai berikut:

TR = P × Q

Keterangan:

TR = Total Revenue (Penerimaan hasil)

P = Price (Harga jual)


Q = Output (Produksi yang diperoleh)

2.1.5 Keuntungan (Laba)

2.1.5.1 Pengertian Keuntungan (Laba)

Menurut Subramanyam & Wild (2010) selisih antara nilai masukan.

Secara ringkasannya merupan hasil bersih aktivitas operasi usaha dalam

kurun waktu tertentu yang dinyatakan dalam istilah keuangan.

π = TR – TC

Keterangan:

Π = Keuntungan dari produksi lento (Rp)

TR = Total pendapatan dari produksi lento (Rp)

TC = Total biaya dari produksi lento (Rp)

13
2.1.5.2 Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba Bersih

Pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1 Besarnya Perusahaan Semakin besar suatu perusahaan, maka

ketepatan pertumbuhan laba diharapkan semakin tinggi.

2 Umur Perusahaan Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki

pengalaman dalam meningkatkan laba, sehingga ketepatanya masih

rendah.

3 Tingkat Leverage Perusahaan yang memiliki tingkat hutang yang

tinggi, maka manajer cenderung memanipulasi data sehingga

mengurangi ketepatan pertumbuhan laba.

4 Tingkat Penjualan Tingkat penjualan di masa lalu yang semakin tinggi

membuat pertumbuhan laba semakin tinggi.

5 Perubahan Laba Masa Lalu Perubahan laba di masa lalu jika semakin

besar, semakin tidak pasti laba yang diperoleh di masa yang akan

datang.

2.1.6 Kelayakan Usaha

2.1.6.1 Pengertian Kelayakan Usaha

Menurut Harahap (2018) Studi Kelayakan dapat dilakukan untuk

menilai kelayakan investasi baik pada suatu proyek maupun bisnis yang

sedang berjalan. Studi kelayakan yang dilakukan untuk menilai kelayakan

14
sebuah proyek yang akan dijalankan disebut studi kelayakan proyek,

sedangkan studi kelayakan yang dilakukan untuk menilai kelayakan dalam

pengembangan sebuah usaha disebut studi kelayakan bisnis.

1. Revenue Cost Ratio (R/C)

Untuk mengetahui layak tidaknya suatu bisnis, digunakan rumus R/C

ratio yaitu dengan cara membandingkan tingkat pendapatan yang diperoleh

dengan modal yang harus dikeluarkan. Layak tidaknya bisnis, biasanya

dihitung dengan standar seperti rumus dibawah ini.

R/C ratio > 1

TR
R/C Ratio =
TC

Maka analisis kelayakan dari R/C ratio adalah:

R/C > 1 = Layak / Untung

R/C = 1 = BEP

R/C < 1 = Tidak Layak /Rugi

2. Benefit Cost Ratio (B/C)

Benefit Cost Ratio (B/C) merupakan perbandingan antara total

penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan, dilakukan analisis

berdasarkan kriteria kelayakan usaha (Hasnidar et al. 2017). Secara umum

B/C ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:

15
Π
B/C =
TC

Dimana:

B/C = Benefit Cost Ratio

π = Keuntungan

TC = Total biaya (Total Cost)

Adapun kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

1. Jika B/C ratio ˃ 0, maka usaha produksi lento layak dijalankan

2. Jika B/C ratio < 0, maka usaha produksi lento tidak layak untuk

dijalankan.

3. Break Even point atau BEP

Break Even point atau BEP adalah suatu analisis untuk menentukan

dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen

pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta

mendapatkan keuntungan/profit. Berikut rumus untuk menghitung BEP.

𝑇C
Break event (BEP) Produksi =
𝑝

𝑇C
Break event (BEP) Harga =
Q

16
Kriteria BEP Produksi adalah sebagai berikut:

1 Jika BEP Produksi < Jumlah Produksi, maka usaha berada pada posisi

menguntungkan.

2 Jika BEP Produksi = Jumlah Produksi, maka usaha berada pada posisi

titik impas atau tidak laba/tidak rugi.

3 Jika BEP Produksi >Jumlah Produksi

maka usaha berada pada posisi yang tidak menguntungkan.

Sementara untuk BEP Harga kriterianya adalah sebagai berikut:

1. Jika BEP Harga < Harga Jual, maka usaha berada pada posisi yang

menguntungkan.

2. Jika BEP Harga = Harga Jual, maka usaha berada pada posisi titik

impas atau tidak laba/tidak rugi.

3. Jika BEP Harga > Harga Jual, maka usaha berada pada posisi yang

tidak menguntungkan.

2.1.6.2 Tujuan Studi Kelayakan Bisnis

Seperti yang sudah dijelaskan, studi kelayakan bisnis sangat penting

dilakukan sebelum atau sesudah proyek dijalankan, oleh karena itu tujuan

studi kelayakan bisnis sebagai berikut:

17
a) Menghindari risiko kerugian

Untuk mengatasi risiko kerugian dimasa yang akan datang, karena

dimasa yang akan datang ada semacam kondisi ketidakpastian. Dalam

hal ini fungsi studi kelayakan adalah untuk meminimalisir resiko yang

tidak kita inginkan, baik resiko yang dapat dikendalikan maupun yang

tidak dapat dikendalikan.

b) Memudahkan Perencanaan

Jika sudah dapat meramalkan apa yang akan terjadi dimasa yang akan

datang, maka akan mempermudah kita dalam melakukan perencanaan

dan hal–hal apa saja yang perlu direncanakan. Perencanaan meliputi

beberapa jumlah dana yang diperlukan, kapan usaha atau proyek akan

dibangun, siapa saja yang akan melaksanakannya, bagaimana cara

menjalankannya, berapa besar keuntungan yang akan diperoleh serta

bagaimana mengawasinya jika terjadi penyimpangan. Yang jelas dalam

perencanaan sudah terdapat jadwal pelaksanaan usaha, mulai dari usaha

dijalankan sampai waktu tertentu.

c) Memudahkan pelaksanaan pekerjaan

Dengan memudahkan berbagai rencana yang sudah disusun akan sangat

memudahkan pelaksanaan bisnis. Para pelaksana yang mengerjakan

bisnis tersebut telah memiliki pedoman yang harus diikuti. Kemudian

pengerjaan usaha dapat dilakukan secara sistematik, sehingga tepat

sasaran dan sesuai dengan rencana yang sudah disusun.

18
d) Memudahkan pengawasan

Dengan telah dilaksanakannya suatu usaha atau proyek sesuai dengan

rencana yang sudah disusun, maka akan memudahkan perusahaan

untuk melakukan usaha tidak melenceng dari rencana yang telah

disusun. Pelaksana pekerjaan dapat sungguh–sungguh melakukan

pekerjaan karena merasa ada yang mengawasi sehingga pelaksana

pekerjaan tidak terhambat oleh hal yang tidak perlu.

e) Memudahkan pengendalian

Apabila pelaksanaan pekerjaan telah dilakukan pengawasan, jika terjadi

suatu penyimpangan akan mudah terdeteksi, sehingga akan dapat

dilakukan pengendalian atas penyimpangan tersebut. Tujuan

pengendalian adalah untuk mengendalikan pelaksanaan pekerjaan tidak

melenceng dari rel yang sesungguhnya, sehingga pada akhirnya tujuan

perusahaan akan tercapai.

2.1.6.3 Manfaat Kelayakan Usaha

1. Pihak Investor

Sebelum menanamkan modalnya di perusahaan yang akan dijalankan

investor akan mempelajari laporan studi kelayakan bisnis yang telah

dibuat, karena investor memiliki kepentingan langsung tentang

keuntungan yang akan diperoleh dan jaminan modal yang akan

ditanamkan.

19
2. Pihak Kreditor

Sebelum memberikan kredit pihak bank perlu mengkaji studi kelayakan

bisnis dan mempertimbangkan bonafiditas dan tersedianya agunan

yang dimilliki.

3. Pihak Manajemen Perusahaan

Sebagai leader manajemen perusahaan juga memerlukan studi

kelayakan bisnis untuk mengetahui dana yang dibutuhkan, berapa yang

dialokasikan dari modal sendiri, rencana pendanaan dari investor dan

kreditor.

4. Pihak Pemerintah dan Masyarakat

Perusahaan yang akan berdiri harus memperhatikan kebijakan-

kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah agar dapat diprioritaskan

untuk dibantu oleh pemerintah.

5. Bagi Tujuan Pembangunan Ekonomi

Penyusunan studi kelayakan bisnis perlu dianalisis manfaat yang akan

didapat dan biaya yang ditimbulkan proyek terhadap perekonomian

nasional, karena sedapat mungkin proyek dibuat demi tercapainya

tujuan-tujuan nasional.

2.1.6.4 Aspek Kelayakan Usaha

Aspek keuangan menganalisis besarnya biaya investasi dan modal

kerja serta tingkat pengembalian investasi dari bisnis yang akan

dijalankan. Selain itu menganalisis juga pada perihal darimana saja sumber

20
investasi dan pembiayaan bisnis tersebut yang dihitung dengan rumusan

penilaian investasi.

2.1.6.5 Indikator Kelayakan Usaha

Indikator dari analisis kelayakan usaha pada penelitian ini ditentukan

dari aspek finansial usaha yang meliputi biaya produksi, penerimaan,

keuntungan dan analisis kelayakan usaha dengan menggunakan alat analisis

R/C ratio, B/C ratio, dan BEP yang memiliki kriteria pada masing-masing

alat analisisnya. Sehingga, peneliti dapat menentukan layak atau tidaknya

usaha yang diteliti melalui aspek finansial.

2.2 Penelitian Terdahulu

Sebuah penelitian yang sudah dilakukan oleh para peneliti lain sehingga

dapat dijadikan sebagai referensi untuk melakukan penelitian dengan tema yang

kurang lebih sama. Berikut beberapa penelitian terdahulu:

1 Penelitian yang dilakukan oleh Asnidar & Asrida (2017) yang berjudul

“Analisis Kelayakan Usaha Home Industry Kerupuk Opak di Desa Paloh

Meunasah Dayah Kecamatan Muara Satu Kabupaten Aceh Utara”

menyatakan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan

usaha home industri kerupuk, jenis penelitian ini adalah berupa studi kasus

terhadap 20 responden dari 100 pelaku usaha, data dalam penelitian ini

dianalisis dengan menggunakan rumus dari analisis biaya, pendapatan, dan

keuntungan. Untuk menghitung kelayakan usahanya menggunakan rumus:

21
Revenue Cost Ratio (R/C) dan Return On Investment (ROI). Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa rata-rata keuntungan yang diterima oleh pengusaha

kerupuk sebesar Rp 13.099.252/tahun, berdasarkan perhitungan R/C

diperoleh nilai 1,42 dan nilai ROI 42,3%. Kesimpulannya menyatakan bahwa

usaha home industry kerupuk ini layak untuk diusahakan.

2 Penelitian ini dilaksanakan pada agroindustri keripik UD. Mawar di

Gampong Batee Ie Liek Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Kelayakan usaha keripik UD.

Mawar di Gampong Batee Ie Liek Kecamatan Samalanga Kabupaten

Bireuen. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan rumus analisis biaya dan keuntungan. Sementara untuk

menghitung Kelayakann Usaha, rumus yang digunakan adalah, Revenue Cost

(R/C), Benefit Cost Ratio (B/C), dan Return On Investment (ROI). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa Rata-rata penerimaan pada agroindustri

keripik UD. Mawar adalah Rp. 60.750.000,00/bulan dengan biaya produksi

yang dikeluarkan sebesar Rp. 38.508.054,00/bulan. Biaya produksi tersebut

terdiri dari biaya tetap sebesar Rp. 628.054,00 dan biaya variabel sebesar Rp.

37.880.000,00/ bulan. Dari hasil analisa data, didapatkan bahwa keuntungan

yang diperoleh pada agroindustri keripik UD. Mawar sebesar Rp.

22.241.946,00/ bulan. Berdasarkan perhitungan kelayakan usaha (R/C) Ratio

yaitu perbandingan antara penerimaan dengan total biaya diperoleh nilai

(R/C) Ratio 1,57 atau 1,57 > 1. (B/C) Ratio yaitu perbandingan keuntungan

22
dengan total biaya produksi yang lebih besar dari nol yaitu memiliki angka

perbandingan 0,57 atau 0,57 > 0. Berdasarkan perbandingan laba dan modal

produksi diperoleh nilai ROI sebesar 57%. Maka dapat disimpulkan bahwa

usaha agroindustri UD. Mawar dapat dikatakan menguntungkan dan layak

dijalankan (Sajari et al. 2017).

3 Penelitian yang dilakukan oleh Utami et al. (2021) yang berjudul Usaha

kerupuk tapioka Pak Rasianto di Kecamatan Jorong merupakan usaha mikro

yang perlu dinilai kelayakan usahanya karena usaha perlu berkembang

didukung oleh lokasi yang strategis yang dapat membuka peluang kerja baru

dan meningkatkan penghasilan serta peraturan dan kebijakan pemerintah

untuk mendukung pembangunan usaha kecil di Indonesia. Oleh karena itu,

analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan meminimalkan hambatan

yang muncul di kemudian hari. Menganalisis harga pokok produksi (HPP)

dan kelayakan industri rumah tangga UKT Jorong merupakan tujuan dari

penelitian ini. Metode full costing merupakan metode untuk menetapkan

harga pokok produksi dan untuk analisis kelayakan usaha menggunakan

metode perhitungan Break Even Point (BEP), Revenue Cost Ratio (R/C),

Payback Period (PBP), dan Net Present Value (NPV). Hasil perhitungan HPP

untuk produk kerupuk mentah adalah Rp. 29.846/kg dimana nilai ini lebih

tinggi dari harga jual dan untuk produk kerupuk matang Rp. 1.261 / bungkus.

Hasil analisis kelayakan unit BEP dan nilai BEP rupiah negative.

23
2.3 Kerangka Berpikir

Usaha Lento

Biaya Tetap Harga

Biaya Produksi Penerimaan

Biaya Variabel Produksi

Pendapatan

Kelayakan Usaha
1. R/C Ratio
2. B/C Ratio
3. BEP (Break Event
Point)

Layak Tidak

Gambar 2. 1 Kerangka Berfikir

24
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode

penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistic karena

penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah, karena data yang terkumpul

dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan

pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang

alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah

instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi

(gabungan) analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2013)

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis serta

mengetahui kelayakan dari usaha produksi lento. Data dalam penelitian ini

diambil dengan cara melakukan wawancara bersama 5 informan dari pemilik

usaha produksi lento di Desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten

Gresik, selain melakukan wawancara dalam mendapatkan data atau informasi,

juga dilakukan observasi dan dokumentasi. Data yang telah dikumpulkan akan

diolah dengan melalui tahap: mereduksi data, perhitungan data kemudian

dilakukan penarikan kesimpulan. Dalam menganalisis data di dalam penelitian

25
ini menggunakan tahap: menganalisis secara deskriptif kemudian menganalisis

biaya dan menganalisis kelayakan usaha yang di mana kelayakan usaha dalam

penelitian ini menggunakan perhitungan R/C Ratio, B/C Ratio, dan BEP (Break

Event Point).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yang di ambil berada di Desa Sidowungu Kecamatan

Menganti Kabupaten Gresik terhadap UMKM produksi lento dan penelitian ini

dilakukan dari bulan Oktober–Desember 2023.

3.3 Jenis Dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

1 Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat

dan gambaran yang biasanya berhubungan dengan nilai. Misalnya

tinggi-rendah, besar-kecil. Jenis data kualitatif adalah jenis data yang

dinyatakan dalam bentuk kata-kata atau kalimat.

2 Data kuantitatif adalah data yang menggunakan statistik dalam

penyajian data, kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

3.3.2 Sumber Data

1 Sumber data primer adalah sumber-sumber yang memberikan data

langsung dari tangan pertama. diperoleh dari hasil wawancara, yang

26
menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah pelaku

produksi lendo yang berda di Desa Sidowungu Kecamatan Menganti

Kabupaten Gresik.

2 Sumber data skunder adalah sumber mengutip dari sumber lain atau

sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul

data, seperti dari orang lain atau dokumen-dokumen. Data sekunder

bersifat data yang mendukung keperluan data primer. Data sekunder

yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen jurnal.

3.4 Informan Penelitian

Pengertian informan adalah seseorang yang memberikan informasi lebih

banyak tentang orang lain dan hal yang berkaitan dengannya dari pada tentang

dirinya yang dilakukan dengan melakukan wawancara selama runtutan peristiwa

itu adalah bagian dari metoda observasi partisipasi (Zuchri, 2021). Teknik

sampling yang digunakan adalah puporsive sampling. Adapun yang dimaksud

dengan purposive sampling adalah tehnik pengambilan sampel sumber data

dengan pertimbangan tertentu, pertimbangan tertentu ini, misalnya orang

tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia

sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi

sosial yang diteliti. Pengambilan sampel ini harus didasarkan pada ciri, sifat dan

karakteristik tertentu yang menjadi ciri utama populasi.

1. Subjek yang diambil sebagai sampel adalah subjek yang paling sesuai

dengan karakteristik yang terdapat pada populasi (key subjectis).

27
2. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi

pendahuluan.

Informan yang peneliti tentukan merupakan orang-orang yang memiliki

usaha produksi lento. Penulis menentukan informan dalam penelitian ini

berjumlah 5 orang yang melakukan produksi lento di Desa Sidowungu

Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik, alasan peneliti mengambil informan

sebanyak 5 pelaku produkso lento adalah, karena berdasarkan hasil survei

lapangan yang dilakukan langsung oleh peneliti, bahwa yang dapat memberikan

informasi data secara detail dan memiliki kriteria sesuai yang dibutuhkan

peneliti berasal dari 5 informan. Kriterianya sebagai berikut:

1. Lama Usaha Minimal 2 Tahun

2. Produksi Menggunakan Mesin Penggiling

3. Jumlah Produksi Minimal 400 pcs

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah metode yang digunakan untuk

mengumpulkan bahan nyata yang digunakan dalam penelitian. Teknik ini perlu

langkah yang strategis dan sistematis guna mendapatkan data valid dan sesuai

dengan kenyataan.

1. Observasi

Observasi merupakan bentuk pengamatan yang dilakukan secara teliti dan

cermat terhadap suatu objek penelitian. Hasil observasi yang telah dilakukan

28
akan menjadi data pendukung yang relevan dengan kumpulan informasi-

informasi lainnya, peneliti dapat mencatat hasil dari pengamatan atau

observasi yang dilakukan. Peneliti melakukan kegiatan observasi dengan

mengunjungi lokasi penelitian yang terletak di Desa Sidowungu Kecamatan

Menganti Kabupaten Gresik.

2. Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan komunikasi berupa tanya jawab antara

peneliti dengan informan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi

secara detail. Pada penelitian pendekatan kualitatif wawancara merupakan

metode dari pengumpulan data yang paling inti dikarenakan melalui

wawancara secara mendalam akan diperoleh data yang jelas. Pada saat

proses wawancara berlangsung peneliti dapat mencatat hasil jawaban dari

para informan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data, menganalisis data,

melalui sumber data yang diperoleh dengan cara mengambil foto dari lokasi

penelitian.

3.6 Definisi Variabel dan Definisi Operasional

3.6.1 Definisi Variabel

1. Produksi adalah kegiatan yang terjadi untuk mengolah bahan mentah

untuk menjadi bahan jadi yang siap untuk dijual.

29
2. Penerimaan adalah nilai uang yang diterima dari penjualan lento.

3. Keuntungan merupakan selisih antara harga yang dibayarkan dengan

baiaya yang dikeluarkan dalam masa produksi.

4. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang harus tetap berapapun tingkat

output yang dihasilkan seperti alat - alat produksi.

5. Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang dapat berubah nilainya

sesuai dengan produksi yang dihasilkan.

6. Biaya total (Total cost) adalah biaya hasil penjumlahan antara biaya

tetap dan biaya variable dari produksi lento.

7. Kelayakan usaha merupakan kegiatan menganalisis tentang suatu usaha

atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau

tidaknya usaha dijalankan.

3.6.2 Definisi Operasional

1. Produksi yang dihasilkan berupa lento selama 1 bulan.

2. Penerimaan merupakan jumlah produksi lento yang dihasilkan dalam

kurun waktu 1 bulan, dikalikan dengan harga penjualan lento dalam

satuan rupiah (Rp).

3. Keuntungan adalah pendapatan yang diperoleh dari penjualan lento

yang digunakan untuk berbagai kepentingan yang menunjang

kelangsungan usahanya, yang diukur dengan satuan rupiah (Rp).

4. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang harus tetap total jumlahnya

berapapun tingkat volume yang dihasilkan.

30
5. Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang dapat berubah nilainya

sesuai dengan produksi yang dihasilkan.

6. Biaya total (Total cost) adalah biaya hasil penjumlahan antara biaya

tetap dan biaya variable yang dihitung dengan satuan rupiah (Rp).

7. Kelayakan usaha dalam penelitian ini menggunakan metode

pengukuran R/C Ratio, B/C Ratio, BEP (Benefit Cost Ratio).

3.7 Proses Pengolahan Data

Dalam penelitian ini untuk mengolah data melalui beberapa tahapan yakni:

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan proses data-data informasi yang sudah

didapatkan dari wawancara, observasi dan dokumentasi yang dimana

data-data tersebut sudah relevan dengan permasalahan atau fenomena

dalam penelitian. Data-data yang telah terkumpul berupa foto, video,

rekaman suara wawancara, catatan, data pendukung lainnya akan

disatukan guna mempermudah peneliti.

2. Reduksi Data

Menurut Reduksi data merupakan upaya mengumpulkan data-data

kemudian mengelompokkan dan menyortir data ke dalam satu golongan

tertentu, konsep tertentu, kategori tertentu, dan juga tema tertentu.

Reduksi data ini dilakukan dengan tujuan agar peneliti lebih mudah untuk

mendapatkan data utama yang berkaitan dengan penelitian.

31
3. Perhitungan Data

Dalam penelitian ini data-data yang dapat dihitung yaitu yang berkaitan

dengan hal pendapatan, keuntungan dan biaya dari usaha telur asin

tersebut. Untuk memudahkan peneliti menggunakan excel untuk

melakukan perhitungan.

4. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan yang dibentuk atas dasar pada data hasil reduksi dan yang

telah diperhitungkan. Penarikan kesimpulan ini dapat menjawab

rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya.

3.8 Metode Analisa Data

3.8.1 Analisa Deskriptif

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif yang terbagi atas kualitatif dan kuantitatif. (1) Analisis deskriptif

kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan mengenai

keadaan riil yang ada di lapangan dan juga mengenai pengetahuan tentang

produksi lento yang berada di Desa Sidowungu Kecamatan Menganti

Kabupaten Gresik. Analisis ini juga digunakan untuk mendeskripsikan

data-data secara detail yang tidak bisa dijelaskan secara kuantitatif. (2)

Analisis deskriptif kuantitatif dipakai untuk data yang berbentuk angka.

Analisis tersebut berupa tabulasi data persentase dan rata-rata mengenai

32
biaya, penerimaan, pendapatan, analisis R/C ratio, analisis B/C ratio di

Desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.

3.8.2 Analisa Pendapatan Produksi Lento

1 Biaya Produksi

Biaya produksi adalah biaya-biaya yang dianggap melekat pada

produk, meliputi biaya, baik langsung maupun tidak langsung dapat

didenifisikan dengan kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk

jadi (Muhammad & Rosa, 2020).

Biaya produksi terbagi atas biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya

produksi yang besarnya tidak berubah atau tidak dipengaruhi oleh

volume produksi barang/jasa dan biaya variabel (variable cost) yaitu

biaya produksi yang besarnya berubah-ubah sesuai dengan jumlah

produksinya. Biaya total (total cost) adalah jumlah keseluruhan biaya

yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi barang/jasa yaitu:

1. Biaya Tetap (fixed cost) merupakan kewajiban yang harus dibayar

oleh suatu perusahaan persatuan waktu tertentu untuk keperluan

pembayaran semua input tetap dan besarnya tidak bergantung dari

jumlah produk yang dihasilkan. Jenis-jenis biaya tetap dalam

perusahaan ini adalah lahan, biaya pendirian dapur, instalasi listrik,

dan peralatan kilang.

33
2. Biaya Variabel (variable cost) adalah kewajiban yang harus

dibayar oleh suatu perusahaan pada waktu tertentu umtuk

pembayaran semua input variabel yang digunakan dalam proses

produksi. Jenis biaya variabel dalam perusahaan batu bata ini

adalah biaya bahan baku, bahan bakar, dan tenaga kerja.

3. Total Biaya (total cost) merupakan penjumlahan dari biaya tetap

dan biaya variabel dalam proses produksi.

Secara matematis biaya total produksi dapat ditulis sebagai berikut:

TC = TFC + TVC

Keterangan:

TC = Total Biaya

TFC = Total Fixed Cost (Biaya Total)

TVC = Total Variable Cost (Biaya Variabel)

2. Penerimaan

Menurut Nurdin (2010) menyatakan bahwa penerimaan total

pada umumnya dapat didefinisikan sebagai hasil penerimaan dari

penjualan suatu barang. Penerimaan atau revenue, adalah penghasilan

dari penjualan barang-barang atau barang-barang dagangan. Penerimaan

total atau total revenue pada umumnya dapat didefinisikan sebagai

penerimaan dari penjualan barang-barang yang diperoleh penjual.

34
Untuk menghitung penerimaan total (Total Revenue) dapat

dilakukan dengan mengalikan harga yang berlaku untuk barang tersebut

(P) dengan jumlah barang yang dijual (Q). Pernyataan ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

TR = P × Q

Keterangan:

TR = Total Revenue (Penerimaan hasil)

P = Price (Harga jual)

Q = Output (Produksi yang diperoleh)

3. Keuntungan (Laba)

Menurut Subramanyam & Wild (2010) selisih antara nilai

masukan. Secara ringkasannya merupan hasil bersih aktivitas operasi

usaha dalam kurun waktu tertentu yang dinyatakan dalam istilah

keuangan.

π = TR – TC

Keterangan:

Π = Keuntungan dari produksi lento (Rp)

TR = Total pendapatan dari produksi lento (Rp)

TC = Total biaya dari produksi lento (Rp)

35
4. Kelayakan Usaha

Menurut Harahap (2018) Studi Kelayakan dapat dilakukan untuk

menilai kelayakan investasi baik pada suatu proyek maupun bisnis yang

sedang berjalan. Studi kelayakan yang dilakukan untuk menilai

kelayakan sebuah proyek yang akan dijalankan disebut studi kelayakan

proyek, sedangkan studi kelayakan yang dilakukan untuk menilai

kelayakan dalam pengembangan sebuah usaha disebut studi kelayakan

bisnis.

Menurut Kasmir & Jakfar (2016) studi kelayakan bisnis

merupakan sebuah ilmu yang mempelajari secara mendalam mengenai

suatu bisnis atau usaha yang akan di jalankan, guna untuk mengetahui

layak atau tidak usaha tersebut.

1. Revenue Cost Ratio (R/C)

Untuk mengetahui layak tidaknya suatu bisnis, digunakan rumus

R/C ratio yaitu dengan cara membandingkan tingkat penerimaan yang

diperoleh dengan modal yang harus dikeluarkan. Layak tidaknya bisnis,

biasanya dihitung dengan standar seperti rumus dibawah ini.

R/C ratio > 1

TR
R/C ratio =
TC

36
Maka analisis kelayakan dari R/C ratio adalah:

R/C > 1 = Layak / Untung

R/C = 1 = BEP

R/C < 1 = Tidak Layak /Rugi

2. Benefit Cost Ratio (B/C)

Benefit Cost Ratio (B/C) merupakan perbandingan antara

total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan, dilakukan

analisis berdasarkan kriteria kelayakan usaha (Hasnidar et al. 2017).

Secara umum B/C ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:

π
B/C =
TC

Dimana:

B/C = Benefit Cost Ratio

π = Keuntungan

TC = Total biaya (Total Cost)

Adapun kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

1. Jika B/C ratio ˃ 0, maka usaha produksi lento layak dijalankan.

2. Jika B/C ratio < 0, maka usaha produksi usaha tidak layak untuk
dijalankan,

37
3. Break Even point atau BEP

Break Even point atau BEP adalah suatu analisis untuk

menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual

kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang

timbul serta mendapatkan keuntungan/profit. Berikut rumus untuk

menghitung BEP.

𝑇C
Break event Point (BEP) Produksi =
P

𝑇C
Break event Point (BEP) Harga=
Q

Kriteria BEP Produksi adalah sebagai berikut:

1 Jika BEP Produksi < Jumlah Produksi, maka usaha berada pada

posisi menguntungkan.

2 Jika BEP Produksi = Jumlah Produksi, maka usaha berada pada

posisi titik impas atau tidak laba/tidak rugi.

3 Jika BEP Produksi >Jumlah Produksi

maka usaha berada pada posisi yang tidak menguntungkan.

38
Sementara untuk BEP Harga kriterianya adalah sebagai berikut:

1. Jika BEP Harga < Harga Jual, maka usaha berada pada posisi

yang menguntungkan.

2. Jika BEP Harga = Harga Jual, maka usaha berada pada posisi titik

impas atau tidak laba/tidak rugi.

3. Jika BEP Harga > Harga Jual, maka usaha berada pada posisi

yang tidak menguntungkan.

39
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Gambar 4.1 Peta Kecamatan Menganti

Desa Sidowungu merupakan sebuah desa yang berada di Kecamatan

Menganti Kabupaten Gresik bagian selatan yang memiliki wilayah yang

terbilang cukup luas yaitu 2,77km2 . Desa Siduwungu ini terbagai menjadi 2

Dusun, 6 RW, dan 25 RT yaitu:

1. Dusun Sidowungu 4 RW dengan 16 RT

2. Dusun Balong Dinding 2 RW dengan 8 RT

Desa sidowungu memiliki letak geografis yang cukup strategis berada

diketinggian ±11 meter di atas permukaan laut. Jarak antara desa dengan pusat

pemerintahan Kabupaten Gresik ±22 km, sedangkan untuk jarak dari desa ke

pusat pemerintah Provinsi ±23 km dan ±2 km ke pusat pemerintahan

Kecamatan Menganti.

40
4.1.1 Keadaan Geografis Desa Sidowungu

Tabel 4.1 Batas Wilayah Desa Sidowungu

No Batas Wilayah Keterangan


1 Sebelah Utara Desa Randupadangan
2 Sebelah Timur Desa Setro
3 Sebelah Selatan Kecamatan Driyorejo
4 Sebelah Barat Desa Hulaan
Sumber: Buku Profil Desa Sidowungu

Desa Sidowungu ini berada di wilayah Kabupaten Gresik bagian

Selatan dengan jarak ±2 km dengan perbatasan Kota Surabaya.

Berdasarkan tabel 4.1 Desa Sidowungu ini di sebelah utara berbatasan

dengan Desa Randupadangan, sebelah timur berbatasan dengan Desa

Setro, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Driyorejo, dan untuk

sebelah barat berbatasan dengan Desa Hulaan.

4.1.2 Jumlah Penduduk Desa Sidowungu

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti

mendapatkan identitas penduduk Desa Sidowungu berdasarkan jenis

kelamin yang dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Desa Sidowungu

No Jenis Kelamin Jumlah

1. Laki-laki 3.960

2. Perempuan 3.893

Jumlah 7.853
Sumber: BPS Kabupaten Gresik

41
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat perbandingan antara penduduk

laki-laki dan perempuan di Desa Sidowungu yaitu, laki-laki 3.960 jiwa

sedangkan untuk perempuan 3.893 jiwa. Jadi jumlah perbandingan

penduduk tersebut adalah 7.853 jiwa.

4.1.3 Mata Pencaharian Penduduk Desa Sidowungu

Dalam upaya pemenuhan kebutuhan ekonomi, para penduduk di

Desa Sidowungu memiliki beberapa pekerjaan sebagai berikut:

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah
1. PNS 40
2. TNI/Polri 5
3. Karyawan Swasta 1.760
4. Wiraswasta 2.180
Sumber: BPS Kabupaten Gresik

Berdasarkan tabel 4.3 terlihat pekerjaan yang paling mendominasi di

Desa Sidowungu adalah para wiraswasta, dengan 2.180 penduduk yang

berkerja sebagai pedagang.

42
4.1.4 Kondisi Keagamaan Desa Sidowungu

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah
1. Islam 7.826
2. Protestan 18
3. Katolik 9
4. Hindu -
5. Budha -
6. Khong-hucu -
Sumber: BPS Kabupaten Gresik

Dapat dilihat pada tabel 4.4 bahwa mayoritas penduduk di Desa


Sidowungu ± 90% beragama islam dengan 7.826 jiwa.

4.2 Deskripsi hasil Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan data primer, yang Dimana data primer

ini didapatkan dengan cara melakukan wawancara langsung terhadap 5

informan. Para informan ini merupakan pemilik atau pelaku usaha lento di

Desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik. Nama-nama dari

para informan yang telah membantu memberikan jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.5 Nama Informan Pemilik Usaha Lento

No Nama Pemilik Nama Usaha


1 Mas Rangga Lento Rangga
2 Ibu Ceni Lento Bu Ceni
3 Mas Jakfar Lento Kriyuk
4 Ibu Kartini Lento Uti Kartini
5 Ibu Sayati Lento Bu Sayati
Sumber: Data Primer

43
Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 informan pelaku usaha lento,

didapatkanlah gambaran karakteristik dari usaha tersebut seperti yang ada pada

tabel 4.5 diatas.

4.2.1 Karakteristik Informan Berdasarkan Usia

Tabel 4.6 Jumlah dan Persentase Usia Informan

Usia Jumlah Informan Presentase (%)


30-38 2 40
39-48 1 20
49-60 2 40
Total 5 100
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui usia dari para informan usaha lento

di Desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik yang dominan di

rentang usia 30-38 tahun terdapat 2 orang dengan persentase 40% dan di rentang

usia 49-60 tahun terdapat 2 orang dengan persentase 40%. Untuk rentang usia

39-48 tahun terdapat 1 orang dengan persentase sebesar 20%.

4.2.2 Karakteristik Informan Berdasarkan Pendidikan

Tabel 4.7 Jumlah dan Persentase Menurut Tingkat Pendidikan Informan

Tingkat Pendidikan Jumlah Informan Persentase (%)


SD 1 20
SMP 2 40
SMA 1 20
S1 1 20
Total 5 100
Sumber: data primer

44
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui pendidikan dari para pelaku

usaha lento di Desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik

yaitu SD terdapat 1 orang dengan persentase 20%, SMP terdapat 2 orang

dengan persentase 40%, untuk SMA terdapat 1 orang dengan persentase

20%, dan S1 terdapat 1 orang dengan persentase 20%.

4.2.3 Karakteristik Informan Berdasarkan Lama Usaha

Lama usaha merupakan jangka waktu seseorang dalam melakukan

suatu usaha atau produksi yang dijalankan dalam kurun waktu tahunan,

seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.8 Jumlah dan Presentase Lama Usaha Informan

Lama Usaha Jumlah Informan Presentase (%)

1-6 Tahun 2 40

7-12 Tahun 3 60
Total 5 100
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui berapa lama usaha para

infoman produksi lento yang berada di Desa Sidowungu Kecamatan

Menganti Kabupaten Gresik, dari hasil penelitian tersebut rentang lama

usaha 7-12 tahun yang paling banyak yaitu 3 orang dengan persentase

60%.

45
4.2.4 Karakteristik Informan Berdasarkan Jumlah Anggota

Keluarga

Tanggungan keluarga merupakan jumlah anggota keluarga baik itu

kepala rumah tangga, istri, anak, atau bahkan saudara yang berada dalam

satu rumah tersebut.

Tebel 4.9 Jumlah dan Persentase Menurut Tanggungan Keluarga

Jumlah Keluarga Jumlah Informan Presentase (%)


1-3 Orang 4 90
4-6 Orang 1 10
Total 5 100
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa tanggungan keluarga

dari informan produksi lento di Desa Sidowungu Kecamatan Menganti

Kabupaten Gresik yaitu rentang 1-3 orang anggota keluarga dengan

jumlah 4 informan dan persentasenya adalah 90%. Untuk rentang 4-6

orang anggota keluarga terdapat 1 informan dengan persentase 10%.

4.3 Analisis Data

4.3.1 Analisis Biaya Variabel

Biaya variabel adalah komponen biaya dalam operasional

perusahaan yang berfluktuasi sejalan dengan volume produksi atau

aktivitas usaha. Biaya variabel bisa naik atau turun tergantung pada

volume produksi usaha lento dan dapat dihitung sebagai jumlah biaya

marginal dari semua unit yang diproduksi lento di Desa Sidowungu

46
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik. Berikut ini adalah tabel rincian

biaya variabel dari masing-masing pelaku produksi lento:

Tabel 4.10 Biaya tidak tetap dalam produksi lento di Desa Sidowungu
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.
Mas Rangga (Lento Rangga)
Harga Total Harga
No Keterangan Jumlah Satuan
Satuan (Rp) Perbulan (Rp)
Biaya Bahan Baku
1 Kacang Tunggak 400 Kg Rp 27.000 Rp 10.800.000
2 Bawang Merah 30 Kg Rp 30.000 Rp 900.000
3 Bawang Putih 30 Kg Rp 22.000 Rp 660.000
4 Cabai Rawit 8 Kg Rp 90.000 Rp 720.000
Cabai Rawit
5 15 Kg Rp 60.000 Rp 900.000
Hijau
6 Tepung Terigu 100 Kg Rp 12.000 Rp 1.200.000
7 Rempah-Rempah 15 Kg Rp 50.000 Rp 750.000
8 Penyedap Rasa 20 Pcs Rp 2.000 Rp 40.000
Biaya Operasional
1 Minyak Goreng 20 Liter Rp 14.000 Rp 280.000
2 Gas LPG 9 Tabung Rp 18.000 Rp 162.000
Biaya Tenaga
3 1 Pekerja Rp 30.000 Rp 30.000
Kerja
4 Biaya Transpotasi 10 Liter Rp 10.000 Rp 100.000
5 Kantong Plastik 4 Pak Rp 9.500 Rp 38.000
6 Kertas Makanan 4 Pak Rp 36.000 Rp 144.000
7 Air 10 M³ Rp 5.000 Rp 50.000
8 Listrik 120 kWh Rp 1.700 Rp 204.000
Total Biaya Rp 16.978.000

Sumber: Data Primer diolah

Berdasarkan tabel 4.10 yaitu analisis biaya tidak tetap (variabel)

yang meliputi biaya bahan baku dan biaya operasional terhadap usaha

produksi lento Mas Rangga yang berada di Desa Sidowungu Kecamatan

Menganti Kabupaten Gresik sebesar Rp 16.978.000.

47
Tabel 4.11 Biaya tidak tetap dalam produksi lento di Desa Sidowungu
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.
Ibu Ceni (Lento Mboro Bu Ceni)
Harga Total Harga
No Keterangan Jumlah Satuan
Satuan (Rp) Perbulan (Rp)
Biaya Bahan Baku
1 Kacang Tunggak 500 Kg Rp 25.000 Rp 12.500.000
2 Bawang Merah 30 Kg Rp 30.000 Rp 900.000
3 Bawang Putih 30 Kg Rp 20.000 Rp 600.000
4 Cabai Rawit 10 Kg Rp 90.000 Rp 900.000
5 Cabai Rawit Hijau 15 Kg Rp 55.000 Rp 825.000
6 Tepung Terigu 100 Kg Rp 10.000 Rp 1.000.000
7 Rempah-Rempah 15 Kg Rp 50.000 Rp 750.000
8 Penyedap Rasa 25 Pcs Rp 1.500 Rp 37.500
Biaya Operasional
1 Minyak Goreng 25 Liter Rp 14.000 Rp 350.000
2 Gas LPG 11 Tabung Rp 18.000 Rp 198.000
3 Biaya Tenaga Kerja 1 Pekerja Rp 50.000 Rp 50.000
4 Biaya Transpotasi 10 Liter Rp 10.000 Rp 100.000
5 Kantong Plastik 4 Pack Rp 10.000 Rp 40.000
6 Kertas Makanan 4 Pack Rp 30.500 Rp 122.000
7 Air 15 M³ Rp 5.000 Rp 75.000
8 Listrik 120 kWh Rp 1.400 Rp 168.000
Total Biaya Rp 18.615.500
Sumber: Data Primer diolah

Berdasarkan tabel 4.11 yaitu analisis biaya tidak tetap (variabel)

yang meliputi biaya bahan baku dan biaya operasional terhadap usaha

produksi lento Ibu Ceni yang berada di Desa Sidowungu Kecamatan

Menganti Kabupaten Gresik sebesar Rp 18.615.500.

48
Tabel 4.12 Biaya tidak tetap dalam produksi lento di Desa Sidowungu
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.
Mas Jakfar (Lento Kriuk)
Harga Total Harga
No Keterangan Jumlah Satuan
Satuan (Rp) Perbulan (Rp)
Biaya Bahan Baku
1 Kacang Tunggak 400 Kg Rp 25.000 Rp 10.000.000
2 Bawang Merah 30 Kg Rp 30.000 Rp 900.000
3 Bawang Putih 30 Kg Rp 24.000 Rp 720.000
4 Cabai Rawit 10 Kg Rp 90.000 Rp 900.000
5 Cabai Rawit Hijau 15 Kg Rp 60.000 Rp 900.000
6 Tepung Terigu 100 Kg Rp 12.000 Rp 1.200.000
7 Rempah-Rempah 15 Kg Rp 50.000 Rp 750.000
8 Penyedap Rasa 10 Pcs Rp 1.500 Rp 15.000
Biaya Operasional
1 Minyak Goreng 20 Liter Rp 14.000 Rp 280.000
2 Gas LPG 9 Tabung Rp 18.000 Rp 162.000
3 Biaya Tenaga Kerja 1 Pekerja Rp 30.000 Rp 30.000
4 Biaya Transpotasi 10 Liter Rp 10.000 Rp 100.000
5 Kantong Plastik 3 Pack Rp 10.000 Rp 30.000
6 Kertas Makanan 4 Pack Rp 35.000 Rp 140.000
7 Air 15 M³ Rp 5.000 Rp 75.000
8 Listrik 120 kWh Rp 1.400 Rp 168.000
Total Biaya Rp 16.370.000
Sumber: Data Primer diolah

Berdasarkan tabel 4.12 yaitu analisis biaya tidak tetap (variabel)

yang meliputi biaya bahan baku dan biaya operasional terhadap usaha

produksi lento Mas Jakfar yang berada di Desa Sidowungu Kecamatan

Menganti Kabupaten Gresik sebesar Rp 16.370.000.

49
Tabel 4.13 Biaya tidak tetap dalam produksi lento di Desa Sidowungu
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.
Ibu Kartini (Lento Uti Kartini)
Harga Total Harga
No Keterangan Jumlah Satuan
Satuan (Rp) Perbulan (Rp)
Biaya Bahan Baku
1 Kacang Tunggak 600 Kg Rp 24.000 Rp 14.400.000
2 Bawang Merah 40 Kg Rp 30.000 Rp 1.200.000
3 Bawang Putih 40 Kg Rp 24.000 Rp 960.000
4 Cabai Rawit 10 Kg Rp 90.000 Rp 900.000
5 Cabai Rawit Hijau 15 Kg Rp 55.000 Rp 825.000
6 Tepung Terigu 200 Kg Rp 10.000 Rp 2.000.000
7 Rempah-Rempah 15 Kg Rp 50.000 Rp 750.000
8 Penyedap Rasa 15 Pcs Rp 1.500 Rp 22.500
Biaya Operasional
1 Minyak Goreng 30 Liter Rp 14.000 Rp 420.000
2 Gas LPG 12 Tabung Rp 18.000 Rp 216.000
3 Biaya Tenaga Kerja 1 Pekerja Rp 50.000 Rp 50.000
4 Biaya Transpotasi 10 Liter Rp 10.000 Rp 100.000
5 Kantong Plastik 5 Pack Rp 9.000 Rp 45.000
6 Kertas Makanan 4 Pack Rp 33.000 Rp 132.000
7 Air 15 M³ Rp 5.000 Rp 75.000
8 Listrik 150 kWh Rp 1.700 Rp 255.000
Total Biaya Rp 22.350.500
Sumber: Data Primer diolah

Berdasarkan tabel 4.13 yaitu analisis biaya tidak tetap (variabel)

yang meliputi biaya bahan baku dan biaya operasional terhadap usaha

produksi lento Ibu Kartini yang berada di Desa Sidowungu Kecamatan

Menganti Kabupaten Gresik sebesar Rp 22.350.500.

50
Tabel 4.14 Biaya tidak tetap dalam produksi lento di Desa Sidowungu
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.
Ibu Sayati (Lento Bu Sayati)
Harga Total Harga
No Keterangan Jumlah Satuan
Satuan (Rp) Perbulan (Rp)
Biaya Bahan Baku
1 Kacang Tunggak 400 Kg Rp 25.000 Rp 10.000.000
2 Bawang Merah 30 Kg Rp 30.000 Rp 900.000
3 Bawang Putih 30 Kg Rp 22.000 Rp 660.000
4 Cabai Rawit 8 Kg Rp 90.000 Rp 720.000
5 Cabai Rawit Hijau 10 Kg Rp 60.000 Rp 600.000
6 Tepung Terigu 100 Kg Rp 12.000 Rp 1.200.000
7 Rempah-Rempah 10 Kg Rp 50.000 Rp 500.000
8 Penyedap Rasa 10 Pcs Rp 2.000 Rp 20.000
Biaya Operasional
1 Minyak Goreng 20 Liter Rp 14.000 Rp 280.000
2 Gas LPG 10 Tabung Rp 18.000 Rp 180.000
3 Biaya Tenaga Kerja 1 Pekerja Rp 30.000 Rp 30.000
4 Biaya Transpotasi 10 Liter Rp 10.000 Rp 100.000
5 Kantong Plastik 4 Pak Rp 10.000 Rp 40.000
6 Kertas Makanan 4 Pak Rp 33.000 Rp 132.000
7 Air 10 M³ Rp 5.000 Rp 50.000
8 Listrik 120 kWh Rp 1.400 Rp 168.000
Total Biaya Rp 15.580.000
Sumber: Data Primer diolah

Berdasarkan tabel 4.14 yaitu analisis biaya tidak tetap (variabel)

yang meliputi biaya bahan baku dan biaya operasional terhadap usaha

produksi lento Ibu Sayati yang berada di Desa Sidowungu Kecamatan

Menganti Kabupaten Gresik sebesar Rp 15.544.400.

51
Tabel 4.15 Total penggunaan biaya tidak tetap dalam produksi lento di
Desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.

No Nama Pemilik Biaya Tidak Tetap

1 Mas Rangga Rp 16.978.000


2 Ibu Ceni Rp 18.615.500
3 Mas Jakfar Rp 16.370.000
4 Ibu Kartini Rp 22.350.500
5 Ibu Sayati Rp 15.580.000
Sumber: Data Primer diolah

Berdasarkan hasil lampiran rincian biaya tidak tetap dan total

penggunaan biaya tidak tetap pada tabel 4.15 dari produsen lento yang

berada di Desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik dalam

1 bulan produksi adalah produksi lento Ibu Kartini yang paling besar yaitu

sebesar Rp 22.350.500 dan untuk penggunaan biaya tidak tetap paling

kecil adalah produksi lento Ibu Sayati yaitu Rp 15.580.000.

4.3.2 Analisis Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah seiring perubahan

dalam tingkat produksi atau penjualan suatu produk atau jasa. Biaya ini

akan tetap pada jumlah tertentu, meskipun volume produksi atau penjualan

berfluktuasi. Biaya tetap selalu ada dalam bisnis apa pun, terlepas dari

seberapa banyak barang atau jasa yang dihasilkan atau dijual. Dalam

mengelola biaya tetap, suatu bisnis sering kali dihadapkan pada tantangan

keefiseinsi dan optimalisasi penggunaan sumber dayanya. Meskipun biaya

tetap akan konstan dalam jangka waktu tertetu, tetapi strategi dalam

pengelolaan yang cermat dapat membantu bisnis mengidentifikasi peluang

52
pemborosan dan peningkatan produktivitas. Berikut adalah data rincian

biaya tetap usaha produksi lento di Desa Sidowungu Kecamatan Menganti

Kabupaten Gresik:

Tabel 4.16 Biaya tetap dalam produksi lento di Desa Sidowungu


Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.
Mas Rangga (Lento Rangga)
Umur
Total Harga Biaya
No Keterangan Jumlah Satuan Ekonomis
(Rp) Perbulan (Rp)
(Tahun)
Biaya Alat-Alat
1 Mesin Penggiling 1 Unit Rp 6.600.000 6 Rp 91.667
2 Wajan 2 Unit Rp 300.000 5 Rp 5.000
3 Spatula/Sutil 1 Unit Rp 15.000 2 Rp 625
4 Saringan Penggorengan 2 Unit Rp 24.000 2 Rp 1.000
5 Pisau 2 Unit Rp 120.000 1 Rp 10.000
6 Penjepit Makanan 1 Unit Rp 10.000 3 Rp 278
7 Kompor 2 Unit Rp 500.000 4 Rp 10.417
8 Baskom 4 Unit Rp 44.000 3 Rp 1.222
9 Keranjang Kue Jinjing 2 Unit Rp 120.000 2 Rp 5.000
10 Blander 2 Unit Rp 280.000 2 Rp 11.667
Biaya Implisit
1 Biaya Tempat Produksi 1 Unit Rp 300.000.000 20 Rp 1.250.000
Total Rp 308.013.000 Rp 1.386.875
Sumber: Data Primer diolah

Berdasarkan tabel 4.16 hasil analisi terhadap biaya tetap pada


usaha produksi lento Mas Rangga yang berada di Desa Sidowungu
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik yang memulai produksinya dari
jam 05.00 sampai jam 08.00 sebesar Rp 1.386.875. biaya tersebut
digunakan dalam seluruh rangkaian produksinya, mulai dari tahap
persiapan bahan baku, hingga ke tahapan produksi semua dihitung dalam
penggunaan biaya tetap.

53
Tabel 4.17 Biaya tetap dalam produksi lento di Desa Sidowungu
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.
Ibu Ceni (Lento Mboro Bu Ceni)

Umur
Total Harga Biaya
No Keterangan Jumlah Satuan Ekonomis
(Rp) Perbulan (Rp)
(Tahun)
Biaya Alat-Alat
1 Mesin Penggiling 1 Unit Rp 5.600.000 9 Rp 51.852
2 Wajan 2 Unit Rp 260.000 4 Rp 5.417
3 Spatula/Sutil 1 Unit Rp 13.000 2 Rp 542
4 Saringan Penggorengan 3 Unit Rp 39.000 2 Rp 1.625
5 Pisau 3 Unit Rp 135.000 3 Rp 3.750
6 Penjepit Makanan 2 Unit Rp 24.000 3 Rp 667
7 Kompor 2 Unit Rp 500.000 5 Rp 8.333
8 Baskom 2 Unit Rp 22.000 3 Rp 611
9 Keranjang Kue Jinjing 3 Unit Rp 151.500 3 Rp 4.208
10 Blander 1 Unit Rp 210.000 3 Rp 5.833
Biaya Implisit
1 Biaya Tempat Produksi 1 Unit Rp 250.000.000 20 Rp 1.041.667
Total Rp 256.954.500 Rp 1.124.505
Sumber: Data Primer diolah

Berdasarkan tabel 4.17 hasil analisi terhadap biaya tetap pada


usaha produksi lento Ibu Ceni yang berada di Desa Sidowungu Kecamatan
Menganti Kabupaten Gresik yang memulai produksinya dari jam 15.00
sampai jam 17.00 sebesar Rp 1.124.505. biaya tersebut digunakan dalam
seluruh rangkaian produksinya, mulai dari tahap persiapan bahan baku,
hingga ke tahapan produksi semua dihitung dalam penggunaan biaya tetap.

54
Tabel 4.18 Biaya tetap dalam produksi lento di Desa Sidowungu
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.
Mas Jakfar (Lento Kriuk)

Umur
Total Harga Biaya
No Keterangan Jumlah Satuan Ekonomis
(Rp) Perbulan (Rp)
(Tahun)
Biaya Alat-Alat
1 Mesin Penggiling 1 Unit Rp 4.800.000 10 Rp 40.000
2 Wajan 2 Unit Rp 260.000 7 Rp 3.095
3 Spatula/Sutil 1 Unit Rp 16.000 2 Rp 667
4 Saringan Penggorengan 2 Unit Rp 30.000 2 Rp 1.250
5 Pisau 2 Unit Rp 80.000 2 Rp 3.333
6 Penjepit Makanan 1 Unit Rp 13.000 5 Rp 217
7 Kompor 2 Unit Rp 460.000 5 Rp 7.667
8 Baskom 2 Unit Rp 20.000 2 Rp 833
9 Keranjang Kue Jinjing 2 Unit Rp 100.000 3 Rp 2.778
10 Blander 1 Unit Rp 180.000 2 Rp 7.500
Biaya Implisit
1 Biaya Tempat Produksi 1 Unit Rp 300.000.000 20 Rp 1.250.000
Total Rp 305.959.000 Rp 1.317.340
Sumber: Data Primer diolah

Berdasarkan tabel 4.18 hasil analisi terhadap biaya tetap pada


usaha produksi lento Mas Jakfar yang berada di Desa Sidowungu
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik yang memulai produksinya dari
jam 05.00 sampai jam 08.00 sebesar Rp 1.317.340. biaya tersebut
digunakan dalam seluruh rangkaian produksinya, mulai dari tahap
persiapan bahan baku, hingga ke tahapan produksi semua dihitung dalam
penggunaan biaya tetap.

55
Tabel 4.19 Biaya tetap dalam produksi lento di Desa Sidowungu
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.
Ibu Kartini (Lento Uti Kartini)

Umur
Total Harga Biaya
No Keterangan Jumlah Satuan Ekonomis
(Rp) Perbulan (Rp)
(Tahun)
Biaya Alat-Alat
1 Mesin Penggiling 1 Unit Rp 5.600.000 6 Rp 77.778
2 Wajan 2 Unit Rp 260.000 6 Rp 3.611
3 Spatula/Sutil 2 Unit Rp 30.000 4 Rp 625
4 Saringan Penggorengan 2 Unit Rp 30.000 2 Rp 1.250
5 Pisau 2 Unit Rp 100.000 4 Rp 2.083
6 Penjepit Makanan 2 Unit Rp 20.000 5 Rp 333
7 Kompor 2 Unit Rp 460.000 5 Rp 7.667
8 Baskom 3 Unit Rp 30.000 2 Rp 1.250
9 Keranjang Kue Jinjing 3 Unit Rp 150.000 2 Rp 6.250
10 Blander 2 Unit Rp 400.000 5 Rp 6.667
Biaya Implisit
1 Biaya Tempat Produksi 1 Unit Rp 300.000.000 20 Rp 1.250.000
Total Rp 307.080.000 Rp 1.357.514
Sumber: Data Primer diolah

Berdasarkan tabel 4.19 hasil analisi terhadap biaya tetap pada


usaha produksi lento Ibu Kartini yang berada di Desa Sidowungu
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik yang memulai produksinya dari
jam 06.00 sampai jam 09.00 sebesar Rp 1.357.514. biaya tersebut
digunakan dalam seluruh rangkaian produksinya, mulai dari tahap
persiapan bahan baku, hingga ke tahapan produksi semua dihitung dalam
penggunaan biaya tetap.

56
Tabel 4.20 Biaya tetap dalam produksi lento di Desa Sidowungu
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.
Ibu Sayati (Lento Bu Sayati)

Umur
Total Harga Biaya
No Keterangan Jumlah Satuan Ekonomis
(Rp) Perbulan (Rp)
(Tahun)
Biaya Alat-Alat
1 Mesin Penggiling 1 Unit Rp 5.600.000 10 Rp 46.667
2 Wajan 2 Unit Rp 260.000 5 Rp 4.333
3 Spatula/Sutil 1 Unit Rp 15.000 3 Rp 417
4 Saringan Penggorengan 2 Unit Rp 30.000 3 Rp 833
5 Pisau 2 Unit Rp 100.000 4 Rp 2.083
6 Penjepit Makanan 1 Unit Rp 10.000 5 Rp 167
7 Kompor 2 Unit Rp 460.000 5 Rp 7.667
8 Baskom 3 Unit Rp 30.000 2 Rp 1.250
9 Keranjang Kue Jinjing 2 Unit Rp 100.000 2 Rp 4.167
10 Blander 2 Unit Rp 400.000 5 Rp 6.667
Biaya Implisit
1 Biaya Tempat Produksi 1 Unit Rp 250.000.000 20 Rp 1.041.667
Total Rp 257.005.000 Rp 1.115.917
Sumber: Data Primer diolah

Berdasarkan tabel 4.20 hasil analisi terhadap biaya tetap pada

usaha produksi lento Ibu Sayati yang berada di Desa Sidowungu

Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik yang memulai produksinya dari

jam 06.00 sampai jam 08.30 sebesar Rp 1.115.917. biaya tersebut

digunakan dalam seluruh rangkaian produksinya, mulai dari tahap

persiapan bahan baku, hingga ke tahapan produksi semua dihitung dalam

penggunaan biaya tetap.

57
Tabel 4.21 Total penggunaan biaya tetap dalam produksi lento di Desa

Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.

No Nama Pemilik Biaya Tetap


1 Mas Rangga Rp 1.386.875
2 Ibu Ceni Rp 1.124.505
3 Mas Jakfar Rp 1.317.340
4 Ibu Kartini Rp 1.357.514
5 Ibu Sayatai Rp 1.115.917
Sumber: Data Primer diolah

Berdasarkan hasil lampiran rincian biaya tetap dan total

penggunaan biaya tetap pada tabel 4.21 dari produsen lento yang berada di

Desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik dalam 1 bulan

produksi adalah produksi lento Ibu Kartini yang paling besar yaitu sebesar

Rp 1.357.514 dan untuk penggunaan biaya tetap paling kecil adalah

produksi lento Ibu Sayati yaitu Rp 1.115.917.

4.3.3 Analisis Total Biaya

Total biaya merupakan penjumlahan dari total biaya tetap dan total

biaya variabel secara sistematis perhitungannya ditulis sebagai berikut:

TC = TFC + TVC

Keterangan:

TC = Total Biaya

TFC = Total Fixed Cost (Biaya Total)

TVC = Total Variable Cost (Biaya Variabel)

58
1. Total Biaya Produksi Lento Mas Rangga

TC = Rp 16.978.000 + Rp 1.386.875

TC = Rp 18.364.875

Berdasarkan perhitungan dari Biaya Tetap dan Biaya Variabel

produksi lento Mas Rangga, total biaya yang dikeluarkan untuk

produksinya sebesar Rp 18.364.875.

2. Total Biaya Produksi Lento Ibu Ceni

TC = Rp 18.615.500 + Rp 1.124.505

TC = Rp 19.740.005

Berdasarkan perhitungan dari Biaya Tetap dan Biaya Variabel produksi

lento Ibu Ceni, total biaya yang dikeluarkan untuk produksinya sebesar

Rp 19.740.005.

3. Total Biaya Produksi Lento Mas Jakfar

TC = Rp 16.370.000 + Rp 1.317.340

TC = Rp 17.687.340

Berdasarkan perhitungan dari Biaya Tetap dan Biaya Variabel produksi

lento Mas Jakfar, total biaya yang dikeluarkan untuk produksinya sebesar

Rp 17.687.340.

4. Total Biaya Produksi Lento Ibu Kartini

TC = Rp 22.350.500 + Rp 1.357.514

TC = Rp 23.708.014

59
Berdasarkan perhitungan dari Biaya Tetap dan Biaya Variabel produksi

lento Ibu Kartini, total biaya yang dikeluarkan untuk produksinya sebesar

Rp 23.708.014.

5. Total Biaya Produksi Lento Ibu Sayati

TC = Rp 15.580.000 + Rp 1.115.917

TC = Rp 16.695.917

Berdasarkan perhitungan dari Biaya Tetap dan Biaya Variabel produksi

lento Ibu Sayati, total biaya yang dikeluarkan untuk produksinya sebesar

Rp 18.364.875.

Tabel 4.22 total biaya dari produksi lento di Desa Sidowungu


Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.

No Nama Pemilik Biaya Variabel Biaya Tetap Biaya Total

1 Mas Rangga Rp 16.978.000 Rp 1.386.875 Rp 18.364.875

2 Bu Ceni Rp 18.615.500 Rp 1.124.505 Rp 19.740.005

3 Mas Jakfar Rp 16.370.000 Rp 1.317.340 Rp 17.687.340

4 Bu Kartini Rp 22.350.500 Rp 1.357.514 Rp 23.708.014

5 Bu Sayatai Rp 15.580.000 Rp 1.115.917 Rp 16.695.917


Sumber: Data Primer diolah

Berdasarkan tabel 4.22 perhitungan dari biaya tidak tetap (variabel)

dan biaya tetap para informan usaha produksi lento yang berada di Desa

Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik, dapat diketahui total

biaya yang paling besar adalah produksi Ibu Kartini sebesar Rp 23.708.014

dan yang paling kecil adalah Ibu Sayati sebesar Rp 16.695.917.

60
4.3.4 Analisis Penerimaan

Penerimaan adalah harga lento per 1 kantong plastik dikalikan

penjuan lento selama 1 bulan, sistematis perhitungan sebagai berikut:

TR = P × Q

Keterangan:

TR = Total Revenue (Penerimaan hasil)

P = Price (Harga jual)

Q = Output (Produksi yang diperoleh)

1. Penerimaan Produksi Lento Mas Rangga

TR = Rp 9.500 × 4.500 pcs

TR = Rp 42.750.000

Berdasarkan hasil perhitungan harga jual lento 1 dikalikan jumlah

lento selama 1 bulan produksi Mas Rangga sebesar Rp 42.750.000.

2. Penerimaan Produksi Lento Ibu Ceni

TR = Rp 10.000 × 4.500 pcs

TR = Rp 45.000.000

Berdasarkan hasil perhitungan harga jual lento 1 dikalikan jumlah

lento selama 1 bulan produksi Ibu Ceni sebesar Rp 45.000.000.

61
3. Penerimaan Produksi Lento Mas Jakfar

TR = Rp 9.000 × 5.000 pcs

TR = Rp 45.000.000

Berdasarkan hasil perhitungan harga jual lento 1 dikalikan jumlah

lento selama 1 bulan produksi Mas Jakfar sebesar Rp 45.000.000.

4. Penerimaan Produksi Lento Ibu Kartini

TR = Rp10.000 × 6.700

TR = Rp 67.000.000

Berdasarkan hasil perhitungan harga jual lento 1 dikalikan jumlah

lento selama 1 bulan produksi Ibu Kartini sebesar Rp 67.000.000.

5. Penerimaan Produksi Lento Ibu Sayati

TR = Rp 9.000 × 5.000 Rp45.000.000

TR = Rp 42.750.000

Berdasarkan hasil perhitungan harga jual lento 1 dikalikan jumlah

lento selama 1 bulan produksi Ibu Sayati sebesar Rp 42.750.000.

62
Tabel 4.23 total penerimaan produksi lento di Desa Sidowungu
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.

No Nama Pemilik Harga Jual 1 Jumlah Produksi Penerimaan


Kantong Plastik Lento 1 bulan
1 Mas Rangga Rp 9.500 4.500 pcs Rp 42.750.000
2 Bu Ceni Rp 10.000 4.500 pcs Rp 45.000.000
3 Mas Jakfar Rp 9.000 5.000 pcs Rp 45.000.000
4 Bu Kartini Rp 10.000 6.700 pcs Rp 67.000.000
5 Bu Sayatai Rp 9.000 4.500 pcs Rp 40.500.000
Sumber: Data Primer diolah

Berdasarkan tabel 4.23 Usaha produksi lento yang berada di Desa

Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik total penerimaan yang

terbesar adalah produksi Ibu Kartini sebesar Rp 67.000.000 dan total penerimaan

yang terkecil adalah produksi dari Ibu Sayati yaitu sebesar Rp 40.500.000.

4.3.5 Analisis Keuntungan

Analisis keuntungan merupakan hasil dari total penjualan lento

dikurangi total biaya produksi, secara sistematis ditulis sebagai berikut:

π = TR – TC

Keterangan:

π = Keuntungan dari produksi lento (Rp)

TR = Total pendapatan dari produksi lento (Rp)

TC = Total biaya dari produksi lento (Rp)

1. Keuntungan Produksi Lento Mas Rangga

π = Rp 42.750.001 – Rp 18.364.875

π = Rp 24.385.126

63
Berdasarkan hasil perhitungan keuntungan diatas, maka dapat

diketahui keuntungan dari usaha produksi lento Mas Rangga sebesar Rp

24.385.126 dalam 1 bulan produksi.

2. Keuntungan Produksi Lento Ibu Ceni

π = Rp 45.000.000 – Rp 19.740.005

π = Rp 25.259.995

Berdasarkan hasil perhitungan keuntungan diatas, dapat diketahui

keuntungan dari usaha produksi lento Ibu Ceni sebesar Rp 25.259.995

dalam 1 bulan produksi.

3. Keuntungan Produksi Lento Mas Jakfar

π = Rp 45.000.000 – Rp 17.687.340

π = Rp 27.312.660

Berdasarkan hasil perhitungan keuntungan diatas, dapat diketahui

keuntungan dari usaha produksi lento Mas Jakfar sebesar Rp 27.312.660

dalam 1 bulan produksi.

4. Keuntungan Produksi Lento Ibu Kartini

π = Rp 67.000.000 – Rp 23.708.014

π = Rp 43.291.986

Berdasarkan hasil perhitungan keuntungan diatas, dapat diketahui

keuntungan dari usaha produksi lento Ibu Kartini sebesar Rp 43.291.986

dalam 1 bulan produksi.

64
5. Keuntungan Produksi Lento Ibu Sayati

π = Rp 40.500.000 – Rp 16.695.917

π = Rp 23.804.083

Berdasarkan hasil perhitungan keuntungan diatas, dapat diketahui

keuntungan dari usaha produksi lento Ibu Sayati sebesar Rp 23.804.083

dalam 1 bulan produksi.

Tabel 4.24 keuntungan produksi lento di Desa Sidowungu


Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.

No Nama Pemilik Total Penerimaan Biaya Total Keuntungan


1 Mas Rangga Rp 42.750.001 Rp 18.364.875 Rp 24.385.126
2 Bu Ceni Rp 45.000.000 Rp 19.740.005 Rp 25.259.995
3 Mas Jakfar Rp 45.000.000 Rp 17.687.340 Rp 27.312.660
4 Bu Kartini Rp 67.000.000 Rp 23.708.014 Rp 43.291.986
5 Bu Sayatai Rp 40.500.000 Rp 16.695.917 Rp 23.804.083
Sumber: Data Primer diolah

Berdasarkan tabel 4.24 Usaha produksi lento yang berada di Desa

Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik keuntungan yang terbesar

adalah produksi Ibu Kartini sebesar Rp 43.291.986 dan keuntungan yang terkecil

adalah produksi dari Ibu Sayati yaitu sebesar Rp 23.804.083.

4.3.6 Analisis Revenue Cost Ratio (R/C)

R/C ratio yaitu dengan cara membandingkan tingkat penerimaan

yang diperoleh dengan modal yang harus dikeluarkan, sistematika

perhitungannya sebagai berikut:

65
R/C ratio > 1

TR
R/C ratio =
TC

Keterangan:

TR = Total Penerimaan

TC = Total Biaya

1. R/C Ratio Produksi Lento Mas Rangga

Rp 42.750.001
R/C Ratio =
Rp 18.364.875

R/C Ratio = 2,33

Berdasarkan hasil perhitungan produksi lento dari Mas Rangga,

R/C Ratio usahanya adalah 2,33 atau lebih dari 1 (2,33>1). Berarti usaha

produksi ini menguntungkan jadi layak diusahakan.

2. R/C Ratio Produksi Lento Ibu Ceni

Rp 45.000.000
R/C Ratio =
Rp 19.740.005

R/C Ratio = 2,28

Berdasarkan hasil perhitungan produksi lento dari Ibu Ceni, R/C

Ratio usahanya adalah 2,28 atau lebih dari 1 (2,28>1). Berarti usaha

produksi ini menguntungkan jadi layak diusahakan.

66
3. R/C Ratio Produksi Lento Mas Jakfar

Rp 45.000.000
R/C Ratio =
Rp17.687.340

R/C Ratio = 2,54

Berdasarkan hasil perhitungan produksi lento dari Mas Jakfar,

R/C Ratio usahanya adalah 2,54 atau lebih dari 1 (2,54>1). Berarti usaha

produksi ini menguntungkan jadi layak diusahakan.

4. R/C Ratio Produksi Lento Ibu Kartini

Rp 67.000.000
R/C Ratio =
Rp 23.708.014

R/C Ratio = 2,83

Berdasarkan hasil perhitungan produksi lento dari Ibu Kartini,

R/C Ratio usahanya adalah 2,83 atau lebih dari 1 (2,83>1). Berarti usaha

produksi ini menguntungkan jadi layak diusahakan.

5. R/C Ratio Produksi Lento Ibu Sayati

Rp 42.750.001
R/C Ratio =
Rp 18.364.875

R/C Ratio = 2,43

Berdasarkan hasil perhitungan produksi lento dari Ibu Sayati, R/C

Ratio usahanya adalah 2,43 atau lebih dari 1 (2,43>1). Berarti usaha

produksi ini menguntungkan jadi layak diusahakan.

67
Tabel 4.25 R/C Ratio produksi lento di Desa Sidowungu
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.

No Nama Pemilik R/C Ratio Keterangan

1 Mas Rangga 2,33 Layak Diusahakan


2 Ibu Ceni 2,28 Layak Diusahakan
3 Mas Jakfar 2,54 Layak Diusahakan
4 Ibu Kartini 2,83 Layak Diusahakan
5 Ibu Sayatai 2,43 Layak Diusahakan
Sumber: Data Primer diolah

Berdasarkan tabel 4.25 dapat diketahui usaha produksi lento di

Desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik yang memiliki

nilai R/C Ratio terbesar yaitu produksi dari Ibu Kartini 2,83 dan produksi

lento yang memiliki nilai R/C Ratio terkecil yaitu Ibu Ceni 2,28.

4.3.7 Analisis Benefit Cost Ratio (B/C)

Benefit Cost Ratio (B/C) merupakan perbandingan antara total

penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. B/C ratio dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Π
B/C =
TC

Dimana:

π = Keuntungan

TC = Total biaya (Total Cost)

68
1. B/C Ratio Produksi Lento Mas Rangga

Rp 24.385.126
B/C =
Rp 18.364.875

B/C = 1,33

Berdasarkan hasil perhitungan produksi lento dari Mas Rangga,

B/C Ratio usahanya adalah 1,33 atau lebih dari 0 (1,33>0). Berarti usaha

produksi ini menguntungkan jadi layak diusahakan.

2. B/C Ratio Produksi Lento Ibu Ceni

Rp 25.259.995
B/C =
Rp 19.740.005

B/C = 1,28

Berdasarkan hasil perhitungan produksi lento dari Mas Rangga,

B/C Ratio usahanya adalah 1,28 atau lebih dari 0 (1,28>0). Berarti usaha

produksi ini menguntungkan jadi layak diusahakan.

3. B/C Ratio Produksi Lento Mas Jakfar

Rp 27.312.660
B/C =
Rp 17.687.340

B/C = 1,54

Berdasarkan hasil perhitungan produksi lento dari Mas Rangga,

B/C Ratio usahanya adalah 1,54 atau lebih dari 0 (1,54>0). Berarti usaha

produksi ini menguntungkan jadi layak diusahakan.

69
4. B/C Ratio Produksi Lento Ibu Kartini

Rp 43.291.986
B/C =
Rp 23.708.014

B/C = 1,83

Berdasarkan hasil perhitungan produksi lento dari Mas Rangga,

B/C Ratio usahanya adalah 1,83 atau lebih dari 0 (1,83>0). Berarti usaha

produksi ini menguntungkan jadi layak diusahakan.

5. B/C Ratio Produksi Lento Ibu Sayati

Rp 23.804.083
B/C =
Rp 16.695.917

B/C = 1,43

Berdasarkan hasil perhitungan produksi lento dari Mas Rangga,

B/C Ratio usahanya adalah 1,43 atau lebih dari 0 (1,43>0). Berarti usaha

produksi ini menguntungkan jadi layak diusahakan.

Tabel 4.26 B/C Ratio produksi lento di Desa Sidowungu


Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.

No Nama Pemilik B/C Ratio Keterangan


1 Mas Rangga 1,33 Layak Diusahakan
2 Ibu Ceni 1,28 Layak Diusahakan
3 Mas Jakfar 1,54 Layak Diusahakan
4 Ibu Kartini 1,83 Layak Diusahakan
5 Ibu Sayati 1,43 Layak Diusahakan
Sumber: Data Primer diolah

70
Berdasarkan tabel 4.26 dapat diketahui usaha produksi lento di

Desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik yang memiliki

nilai B/C Ratio terbesar yaitu produksi dari Ibu Kartini 1,83 dan produksi

lento yang memiliki nilai R/C Ratio terkecil yaitu Ibu Ceni 1,28.

4.3.8 Analisis Break Event Point (BEP)

Analisis break event point (BEP) merupakan teknik analisis

kelayakan usaha yang menggunakan 2 metode yaitu BEP produksi dan

BEP harga. Sistematika penulisannya sebagai berikut:

1. BREAK EVENT POINT PRODUKSI

𝑇C
Break Event Point (BEP) Produksi =
P

Keterangan:

TC = Total Biaya

P = Price (Harga jual)

1. BEP Produksi Lento Mas Rangga

Rp 18.364.875
BEP (Produksi) =
Rp 9.500

BEP (Produksi) = 1933/Unit

Berdasarkan hasil perhitungan BEP Produksi pada lento Mas

Rangga di Desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik

adalah 1933/unit. Maka nilai tersebut berada pada titik impas, yang artinya

usaha tersebut layak diusahakan.

71
2. BEP Produksi Lento Ibu Ceni

Rp 19.740.005
BEP (Produksi) =
Rp 10.000

BEP (Produksi) = 1974/Unit

Berdasarkan hasil perhitungan BEP Produksi pada lento Ibu Ceni di Desa

Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik adalah 1974/unit.

Maka nilai tersebut berada pada titik impas, yang artinya usaha tersebut

layak diusahakan.

3. BEP Produksi Lento Mas Jakfar

Rp 17.687.340
BEP (Produksi) =
Rp 9.000

BEP (Produksi) = 1965/Unit

Berdasarkan hasil perhitungan BEP Produksi pada lento Mas Jakfar

di Desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik adalah

1965/unit. Maka nilai tersebut berada pada titik impas, yang artinya usaha

tersebut layak diusahakan.

4. BEP Produksi Lento Ibu Kartini

Rp 23.708.014
BEP (Produksi) =
Rp 10.000

BEP (Produksi) = 2371/Unit

Berdasarkan hasil perhitungan BEP Produksi pada lento Ibu Kartini

di Desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik adalah

2371/unit. Maka nilai tersebut berada pada titik impas, yang artinya usaha

tersebut layak diusahakan.

72
5. BEP Produksi Lento Ibu Sayati

Rp 16.695.917
BEP (Produksi) =
Rp 9.000

BEP (Produksi) = 1855/Unit

Berdasarkan hasil perhitungan BEP Produksi pada lento Ibu Sayati

di Desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik adalah

1855/unit. Maka nilai tersebut berada pada titik impas, yang artinya usaha

tersebut layak diusahakan.

2. Break Event Point Harga

𝑇C
Break Event Point (BEP) Harga =
Q

Keterangan:

TC = Total Biaya

Q = Output (Produksi yang diperoleh)

1. BEP Harga Lento Mas Rangga

Rp18.364.875
BEP (Harga) =
4.500

BEP (Harga) = Rp 4.081

Berdasarkan hasil perhitungan BEP Harga pada lento Mas Rangga

di Desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik adalah Rp

4.081. Untuk penerimaan produksi lento Mas Rangga sebesar

Rp42.750.000 dalam 1 bulan produksi, nilai tersebut melebihi pada titik

impas, yang artinya usaha tersebut layak diusahakan.

73
2. BEP Harga Lento Ibu Ceni

Rp 19.740.005
BEP (Harga) =
4.500

BEP (Harga) = Rp 4.387

Berdasarkan hasil perhitungan BEP Harga pada lento Mas Rangga

di Desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik adalah Rp

4.387. Untuk penerimaan produksi lento Ibu Ceni sebesar Rp 45.000.000

dalam 1 bulan produksi, nilai tersebut melebihi pada titik impas, yang

artinya usaha tersebut layak diusahakan.

3. BEP Harga Lento Mas Jakfar

Rp 17.687.340
BEP (Harga) =
5000

BEP (Harga) = Rp 3.537

Berdasarkan hasil perhitungan BEP Harga pada lento Mas Rangga

di Desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik adalah Rp

3.537. Untuk penerimaan produksi lento Mas Jakfar sebesar Rp

45.000.000 dalam 1 bulan produksi, nilai tersebut melebihi pada titik

impas, yang artinya usaha tersebut layak diusahakan.

4. BEP Harga Lento Ibu Kartini

Rp 23.708.014
BEP (Harga) =
6.700

BEP (Harga) = Rp 3.710

Berdasarkan hasil perhitungan BEP Harga pada lento Mas Rangga

di Desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik adalah Rp

74
3.539. Untuk penerimaan produksi lento Ibu Kartini sebesar Rp

67.000.000 dalam 1 bulan produksi, nilai tersebut melebihi pada titik

impas, yang artinya usaha tersebut layak diusahakan.

5. BEP Harga Lento Ibu Sayati

Rp 16.695.917
BEP (Harga) =
4.500

BEP (Harga) = Rp 3.710

Berdasarkan hasil perhitungan BEP Harga pada lento Mas Rangga

di Desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik adalah Rp

3.710. Untuk penerimaan produksi lento Ibu Sayati sebesar Rp 40.500.000

dalam 1 bulan produksi, nilai tersebut melebihi pada titik impas, yang

artinya usaha tersebut layak diusahakan.

Tabel 4.27 BEP usaha produksi lento di Desa Sidowungu


Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.
No Nama Pemilik BEP Produksi BEP Harga Keterangan
1 Mas Rangga 1933 Rp 4.081 Layak Diusahakan
2 Ibu Ceni 1974 Rp 4.387 Layak Diusahakan
3 Mas Jakfar 1965 Rp 3.537 Layak Diusahakan
4 Ibu Kartini 2371 Rp 3.539 Layak Diusahakan
5 Ibu Sayati 1855 Rp 3.710 Layak Diusahakan
Sumber: Data Primer diolah

Berdasarkan tabel 4.27 dapat diketahui BEP Produksi dan BEP

Harga terhadap masing-masing informan usaha produksi lento di Desa

Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik. Dengan melakukan

75
perhitungan diatas dapat diketahui bahwa usaha produksi lento ini layak

untuk diusahakan.

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

Pada hasil penelitian yang saya lakukan di Desa Sidowungu

Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik yang memiliki populasi penduduk

sebesar 7.853, dengan 3.960 penduduk laki-laki dan 3.893 penduduk

Perempuan. Desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik ini

dikenal sebagai desa dengan mayoritas penduduknya bekerja sebagai

wiraswasta, salah satunya sebagai pembuat lento akan tetapi produksi lento ini

belom banyak diusahakan meskipun usaha ini menjanjikan.

4.4.1 Kelayakan Usaha Produksi Lento

Dalam menentukan kelayakan usaha terhadap usaha produksi lento

di Desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik dengan

menggunakan 4 aspek rumus B/C Ratio (Benefit Cost Ratio), R/C Ratio

(Revenue Cost ratio), dan BEP (Break Even Point).

76
Tabel 4.28 Biaya Total, Penerimaan, Keuntungan usaha produksi lento di
Desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.
Keuntungan
No Nama Pemilik Biaya Total Penerimaan
(π)
1 Mas Rangga Rp 18.364.875 Rp 42.750.000 Rp 24.385.126
2 Ibu Ceni Rp 19.740.005 Rp 45.000.000 Rp 25.259.995
3 Mas Jakfar Rp 17.687.340 Rp 45.000.000 Rp 27.312.660
4 Ibu Kartini Rp 23.708.014 Rp 67.000.000 Rp 43.291.986
5 Ibu Sayati Rp 16.695.917 Rp 40.500.000 Rp 23.804.083
Sumber: Data Primer diolah

Berdasarkan tabel 4.28 dapat diketahui biaya total, peneriman, dan

keuntungan dari para informan usaha produksi lento di Desa Sidowungu

Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.

1. Mas Rangga

Dalam melakukan usaha produksi lento tersebut total biaya yang

dikeluarkan oleh Mas Rangga selama 1 bulan Produksi sebesar Rp

18.364.875, dari usaha ini Mas Rangga memperoleh penerimaan sebesar Rp

42.750.000, dan memperoleh keuntungan sebesar Rp 24.385.126 selama 1 bulan

produksi.

2. Ibu Ceni

Dalam melakukan usaha produksi lento tersebut total biaya yang

dikeluarkan oleh Ibu Ceni selama 1 bulan Produksi sebesar Rp 19.740.005,

dari usaha ini Ibu Ceni memperoleh penerimaan sebesar Rp 45.000.000,

dan memperoleh keuntungan sebesar Rp 25.259.995 selama 1 bulan

produksi.

77
3. Mas Jakfar

Dalam melakukan usaha produksi lento tersebut total biaya yang

dikeluarkan oleh Mas Jakfar selama 1 bulan Produksi sebesar Rp

17.687.340, dari usaha ini Mas Jakfar memperoleh penerimaan sebesar Rp

45.000.000, dan memperoleh keuntungan sebesar Rp 27.312.660 selama 1

bulan produksi.

4. Ibu Kartini

Dalam melakukan usaha produksi lento tersebut total biaya yang

dikeluarkan oleh Ibu Kartini selama 1 bulan Produksi sebesar Rp

23.708.014, dari usaha ini Ibu Kartini memperoleh penerimaan sebesar Rp

67.000.000, dan memperoleh keuntungan sebesar Rp 43.291.986 selama 1

bulan produksi.

5. Ibu Sayati

Dalam melakukan usaha produksi lento tersebut total biaya yang

dikeluarkan oleh Ibu Kartini selama 1 bulan Produksi sebesar Rp

23.708.014, dari usaha ini Ibu Kartini memperoleh penerimaan sebesar Rp

67.000.000, dan memperoleh keuntungan sebesar Rp 43.291.986 selama 1

bulan produksi.

78
Tabel 4.29 Biaya Total, Penerimaan, Keuntungan usaha produksi lento di
Desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.
R/C B/C BEP
No Nama Pemilik BEP Harga
Ratio Ratio Produksi
1 Mas Rangga 2,33 1,33 1933 Rp 4.081
2 Ibu Ceni 2,28 1,28 1974 Rp 4.387
3 Mas Jakfar 2,54 1,54 1965 Rp 3.537
4 Ibu Kartini 2,83 1,83 2371 Rp 3.539
5 Ibu Sayatai 2,43 1,43 1855 Rp 3.710
Sumber: Data Primer diolah

1. Mas Rangga

Berdasarkan perhitungan rumus kelayakan usaha terhadap usaha

produksi lento Mas Rangga dapat diketahui nilai R/C Ratio sebesar 2,33,

B/C Ratio 1,33, BEP Produksi 1933, dan BEP Harga Rp 4.081. berdasarkan

hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha ini layak

dijalankan.

2. Ibu Ceni

Berdasarkan perhitungan rumus kelayakan usaha terhadap usaha

produksi lento Ibu Ceni dapat diketahui nilai R/C Ratio sebesar 2,28, B/C

Ratio 1,28, BEP Produksi 1974, dan BEP Harga Rp 4.387. berdasarkan

hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha ini layak

dijalankan.

3. Mas Jakfar

Berdasarkan perhitungan rumus kelayakan usaha terhadap usaha

produksi lento Mas Rangga dapat diketahui nilai R/C Ratio sebesar 2,54,

B/C Ratio 1,54, BEP Produksi 1965, dan BEP Harga Rp 3.537. berdasarkan

79
hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha ini layak

dijalankan.

4. Ibu Kartini

Berdasarkan perhitungan rumus kelayakan usaha terhadap usaha

produksi lento Mas Rangga dapat diketahui nilai R/C Ratio sebesar 2,83,

B/C Ratio 1,83, BEP Produksi 2371, dan BEP Harga Rp 3.539. berdasarkan

hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha ini layak

dijalankan.

5. Ibu Sayati

Berdasarkan perhitungan rumus kelayakan usaha terhadap usaha

produksi lento Mas Rangga dapat diketahui nilai R/C Ratio sebesar 2,43,

B/C Ratio 1,43, BEP Produksi 1855, dan BEP Harga Rp 3.710. berdasarkan

hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha ini layak

dijalankan.

4.5 Implikasi Penelitian

Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi, bahan

referensi, dan bahan masukan bagi pihak-pihak yang ingin mengembangkan

usahanya khususnya bagi pelaku usaha produksi lento. Karena dari hasil

penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai perhitungan tentang

kelayakan usaha.

80
4.6 Keterbatasan Penelitian

Saat melakukan penelitian ini, penelitian menghadapi keterbatasan dan

rintangan. Beberapa di antaranya antara lain:

1. Peneliti menyadari bahwa adanya batasan waktu dan kemampuan yang

membatasi penelitian ini untuk mengevaluasi kelayakan usaha dengan fokus

penelitian pada asepk finansial. Sementara itu, mungkin masih terdapat

berberapa aspek lain yang masih memungkinkan untuk diteliti dalam

konteks kelayakan usaha.

2. Data dalam melakukan penelitian ini data yang diperoleh melalui proses

wawancara dengan informan yang merupakan pemilik usaha produksi lento

di Desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik. Para informan

Ketika memberikan jawaban dengan memperkiraan baik itu jumlah, dan

hasil produksi terhadap beberapa pertanyaan dari peneliti.

81
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada usaha produksi lento

di Desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik, diketahui bahwa

permasalahan usaha yang muncul pada usaha produksi lento ini adalah

kurangnya mendapat perhatian dari pemerintah desa setempat, pasar penjualan

yang terbatas, harga bahan baku, serta kualitas produk yang harus di

pertimbangkan oleh para produsen dalam menjaga keberlanjutan usaha

mereka. Untuk menghasilkan lento dengan kualitas yang enak produsen harus

menerapkan peningkatan kualitas produk, pemasaran yang lebih insentif dan

pengembangan distribusi pasar dengan dibantu dari pihak pemerintah desa

setempat agar tetap mempertahankan usaha tersebut.

Dalam penelitian mengenai analisis kelayaka usaha produksi lento di

Desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik menggunakan 3

perhitungan aspek finansial, yaitu Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), Revenue

Cost Ratio (R/C Ratio), dan Break Even Point (BEP). Dari hasil perhitungan

tersebut, B/C Ratio mempunyai indikator lebih dari 0, R/C Ratio mempunyai

indicator lebih dari 1, dan perhitungan BEP yang mempunyai dua jenis

perhitungan yaitu BEP Produksi dan BEP Rupiah. Kedua hasil perhitungan ini

menunjukkan bahwa usaha tahu ini mampu melebihi nilai titik impas (BEP).

Dengan demikian, berdasarkan analisis dengan menggunakan rumus

82
perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha produksi lento di Desa

Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik layak untuk diusahakan.

5.2 Saran

Berdasarkan analisis yang dilakukan, penulis dapat memberikan saran sebagai

berikut:

1. Para pemilik usaha lento di Desa Sidowungu Kecamatan Menganti,

Kabuapten Gresik agar tetap menjaga dan mengingkatkan kualitas

produksinya dan juga memperhatikan aspek keuangan dengan merinci

setiap transaksinya agar mengetahui pengeluaran-pemasukan usahanya.

2. Para pemerintah desa setempat agar lebih memperhatikan usaha rumahan

ini karena dari hasil perhitungan diatas cukup menjanjikan, dengan

membuatkan kelompok usaha, agar usaha ini dapat lebih berkembang dan

mempunyai pasar yang luas sehingga dapat dikenal banyak orang.

83
DAFTAR PUSTAKA

Asnidar & Asrida. (2017). Analisis Kelayakan Usaha Home Industry Kerupuk
Opak Di Desa Paloh Meunasah Dayah Kecamatan Muara Satu Kabupaten
Aceh Utara. Jurnal S. Pertanian, 1(1), 39–47.
Hanum, Y. (2016). Dampak Bahaya Makanan Gorengan Bagi Jantung. Jurnal
Keluarga Sehat Sejahtera, 14(28), 103–114.
Harahap, S. (2018). STUDI KELAYAKAN BISNIS Pendekatan Integratif. In
FEBI UIN-SU Press.
Hasnidar, M, N. T., & Elfiana. (2017). ANALISIS KELAYAKAN USAHA
IKAN HIAS DI GAMPONG PAYA CUT KECAMATAN PEUSANGAN
KABUPATEN BIREUEN. S. Pertanian, 1(2), 97–105.
http://www.journal.umuslim.ac.id/index.php/jsp/article/view/1739
Ismayanti, M., & Harijono. (2015). Formulasi Mpasi Berbasis Tepung Kecambah
Kacang Tunggak dan Tepung Jagung dengan Metode Linear Programming.
Jurnal Pangan Dan Agroindustri, 3(3), 996–1005.
krisnawati, I. (2022). Nasi Liwet Solo, Kuliner Tradisional dengan Keunikan
Sejarah, Budaya dan filosofi. Jurnal Hospitaliti Dan Pariwisata, 3(2), 102–
111.
Lathifa dan Noorman. (2018). UMKM (Usaha Mikro, Kecil, & Menengah) &
Bentuk-Bentuk Usaha. In Hak cipta dilindungi Undang-undang All Rights
Reserved. https://journal.uir.ac.id/index.php/kiat
Muhammad, & Rosa, I. D. (2020). Analisis Biaya Produksi di UD. Berkat Jaya
Mandiri Desa Simpang Jernih Kecamatan Simpang Jernih. Jurnal Samudra
Ekonomika, 4(1), 1–11.
Nurdin, H. S. (2010). Analisis Penerimaan Bersih Usaha Tanaman pada Petani
Nenas di Desa Palaran Samarinda. Jurnal Eksis, 6(1), 1267–1266.
http://www.karyailmiah.polnes.ac.id
Ratnaningsih, N., Nugraheni, M., & Rahmawati, F. (2009). Pengaruh Jenis
Kacang Tolo, Proses Pembuatan dan Jenis Inokulum terhadap Perubahan
Zat-zat Gizi pada Fermentasi Tempe Kacang Tolo. Saintek, 14, 97–128.
Sajari, I., Elfiana, & Martina. (2017). Analisis Kelayakan Usaha Keripik pada
UD. Mawar di Gampong Batee Ie Liek Kecamatan Samalanga Kabupaten
Bireuen. Jurnal S. Pertanian, 1(2), 116–124.
Subramanyam, & Wild. (2010). Analisis Laporan Keuangan: Financial Statements
Analysis Buku 2. In Salemba Empat.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (1st ed.).
Utami. (2018). Kuliner Sebagai Identitas Budaya: Perspektif Komunikasi Lintas

84
Budaya. Journal of Strategic Communication, 8(2), 36–44.
Utami, F. N. A., Amalia, R. R., & Ningsih, Y. (2021). Analisis Kelayakan Usaha
Kerupuk Tapioka Pak Rasianto di Kecamatan Jorong. Jurnal Teknologi
Agro-Industri, 8(2), 154–164. https://doi.org/10.34128/jtai.v8i2.147
Weichart, G. (2004). Identitas Minahasa. Jurnal Antropologi Indonesia, 74, 61.
Zuchri, A. (2021). Metode Penelitian Kualitatif (1st ed.). CV. Syakir Media Press.

85
LAMPIRAN

Lampiran 1. 1 Lembar Kuisioner Penelitian


KUESIONER USAHA PRODUKSI LENTO
DI DESA SIDOWUNGU KABUPATEN GRESIK
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
Informasi Umum
Nama Responden :
Usia :
Nama Usaha :
Alamat Usaha :
Tahun Berdirinya Usaha :
Nomor Telepon/Email :
Pendidikan Terakhir :
Lama Usaha :
Sumber Pendapatan Lain :
Jumlah Anggota Keluarga :
Umum
Dalam 1 minggu berapa pcs jumlah Produksi dalam usaha anda?
Jawaban:
Berapa jumlah penjualan lento anda dalam seminggu?
Jawaban:
Berapa modal awal yang anda keluarkan saat akan memulai usaha?
Jawaban:

i
Lampiran 1. 2 Penggunaan Biaya Operasional Tidak Tetap

Pembelian/ Pengeluaran
No Keterangan Satuan Harga (Rp)
bulan perbulan (Rp)
1. Kacang Tunggak
2. Bawang Merah
3. Bawang Putih
Cabai Merah
4.
Besar
5. Cabai Rawit
6. Tepung Tapioka
Rempah-
7.
Rempah
8. Penyedap Rasa

Penggunaan Biaya Operasional Tidak Tetap Bahan Penolong


1. Minyak Goreng
2. Gas LPG
Biaya Tenaga
3.
Kerja
4. Sewa Tempat
5. Plastik Kemasan
6. Kertas Makanan
6. Air
7. Listrik

ii
Lampiran 1. 3 Penggunaan Biaya Operasional Tetap

Biaya perbulan Biaya pertahun


No Keterangan Satuan Harga (Rp)
(Rp) (Rp)
1. Mesin Penggiling
2. Wajan (Alat
Penggoreng)
3. Spatula
4. Saringan
Penggorengan
5. Penjepit Makanan
6. Kompor
7. Baskom
8. Blander

iii
Lampiran 1. 4 Pendapatan Usaha

No Nama Pembuat Lento Penjualan Perhari Harga (Rp)


1. Rangga
2. Bu Ceni
3. Jakfar
4. Bu Kartini
5. Bu Sayati

iv
Lampiran 1. 5 Lembar Kartu Bimbingan

v
vi

Anda mungkin juga menyukai