Bismillahhh Revisi
Bismillahhh Revisi
PROPOSAL PENELITIAN
Di Ajukan Oleh:
NBI: 1232000063
2023
i
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PRODUKSI LENTO DI
SKRIPSI
Di Ajukan Oleh:
NBI: 1232000063
2023
i
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL
NBI : 1232000063
Surabaya, ………………..2023
Mengetahui/Menyetujui
Pembimbing,
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Dipertahankan di depan sidang Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya dan dinyatakan diterima untuk memenuhi syarat guna
TIM PENGUJI:
1. .
2. .
3. .
Mengesahkan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Dekan,
ii
SURAT ANTI PLAGIAT
Saya, yang bertanda tangan di bawah ini:
2. NBI : 1232000063
KABUPATEN GRESIK” adalah benar-benar hasil rancangan, tulisan dan pemikiran saya
sendiri, dan bukan merupakan hasil plagiat atau menyalin atau menyalur dari karya tulis ilmiah
Demikiran surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, jika kemudian hari ternyata
terbukti bahwa skripsi yang saya tulis adalah hasil plagiat maka saya bersedia menerima sangsi
apapun atas perbuatan saya dan bertanggung jawab secara mandiri tanpa adanya sangkut
pautnya dengan Dosen Pembimbing dan Kelembagaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untag
Surabaya.
Yang Membuat
(……………………………………..)
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas karunia, rahmat serta hidayah -
Nya dan junjungan besar Nabi Muhammad SAW sehingga skripsi dengan judul “Analisis
Gresik” bisa terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Skripsi ini merupakan salah satu syarat
kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi. Tidak lupa penulis megucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan membimbing penulis dalam
menyelesaikan pendidikan dan menyelesaikan penulis skripsi ini. Ucapan terima kasih yang
1. Kepada bapak dan ibu saya yang telah memberikan segala dukungan, kasih sayang,
motivasi dan doa yang tulus sehingga saya dapat mencapai titik ini dan membuat
2. Kepada kakak saya yang telah memberikan segala dukungan, arahan, motivasi, dan doa
3. Dr. Mulyanto Nugroho, MM., CMA., CPAL Selaku Rektor Universitas 17 Agustus
1945, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menuntut ilmu dan
4. Prof. Dr. H. Slamet Riyadi, M.si., Ak., CA Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas 17 A gustus 1945 Surabaya yang saya hormati, yang telah memberikan
iv
kesempatan kepada saya untuk melaksanakan penelitian ini. Terima kasih juga saya
6. Drs. Joko Priyono, MM. selaku dosen pembimbing skripsi saya yang hormati dan
sayangi serta tidak pernah lelah dalam meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran selama
7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
yang telah memberikan banyak ilmu yang bermanfaat kepada saya selama saya berada
di bangku perkuliahan.
8. Seluruh Staf dan Karyawan tata usaha di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas 17
Agustus 1945 Surabaya, yang telah banyak mendukung dan membantu dari awal
9. Seluruh informan dalam penelitian saya Mas Rangga, Ibu Ceni, Mas Jakfar, Ibu Kartini,
Ibu Sayati yang telah meluangkan waktu, membantu dan bersedia memberikan
informasi.
10. Seluruh teman-teman saya yang tidak dapat saya tuliskan satu persatu selalu menemani,
saling membantu, dan sama-sama saling bertukar pikiran dalam penyusuan skripsi ini
v
ABSTRAK
vi
ABSTRACK
vii
DAFTAR ISI
viii
3.7 Proses Pengolahan Data .......................................................................... 31
3.8 Metode Analisa Data ............................................................................... 32
3.8.1 Analisa Deskriptif ............................................................................ 32
3.8.2 Analisa Pendapatan Produksi Lento ................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 84
LAMPIRAN ............................................................................................................. i
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
budaya dan sosial dalam kehidupan sehari-hari yang sangat dipengaruhi oleh
2004). Kuliner Indonesia itu beragam, mencakup hampir seluruh nusantara dan
Makanan khas daerah merupakan menu masakan yang khas dari suatu
daerah tertentu, biasanya memiliki cita rasa yang berbeda, sehingga dapat
umumnya sangat erat kaitannya dengan budaya, dan semuanya terasa natural
paling banyak dikonsumsi di Indonesia, karena rasanya yang gurih dan renyah,
1
Kacang tunggak merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang
menjadi sumber protein nabati. Kacang ini bahkan mengandung protein tertinggi
kedua setelah kacang kedelai (Ismayanti & Harijono, 2015). Namun kacang
tunggak tidak popular seperti kacang kedelai, sebab cara mengkonsumsi kacang
secara luas kepada masyarakat, sehingga dapat berperan dalam proses pemerataan
berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu, usaha mikro, kecil,
dan menengah adalah salah satu pilar utama ekonomi nasional yang harus
ekonomi rakyat, tanpa mengabaikan peranan usaha besar dan Badan Usaha Milik
usaha rumahan atau UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) pengolahan kacang
tunggak yaitu Lento Mboro, lento ini merupakan makanan tradisional yang terbuat
dari kacang tunggak/kacang tolo sebagai bahan utamanya yang ditumbuk atau
digiling menggunakan mesin penggiling sampai kacang tersebut agak hancur yang
kemudian dicampur dengan bumbu dan dikepal–kepal agar bentuknya agak oval
2
Tabel 1.1 Nama Pembuat Lento
hingga saat ini adalah sebanyak 5 pengusaha. Menurut pelaku usaha ini, mereka
tergolong usaha yang cukup lama atau usaha yang turun-temurun di Desa
Sidowungu.
Makanan ini termasuk kedalam golongan makanan gorengan atau bisa juga
digunakan sebagai lauk makan. Akan tetapi usaha rumahan ini belum banyak
perhatian lebih, tidak menutup kemungkinan juga makanan ini dikenal banyak
orang dan mendapat pasar penjualan yang luas. Sehingga bisa lebih
3
Produksi Lento di Desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten
Gresik”.
produksi lento perlu dilakukan untuk menghindari kerugian dari para pelaku
4
1.4 Manfaat Penelitian
kelayakan usaha.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.1 Lento
yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia, karena rasanya yang gurih dan
renyah, serta kalori yang besar (Hanum, 2016). Lento termasuk kedalam
bumbu yang sudah digiling seperti bawang merah, bawang putih, cabe merah
besar/kecil, dan bahan-bahan lainya. Pada saat akan digoreng adonan lento
Selain itu, usaha mikro, kecil, dan menengah adalah salah satu pilar
6
keberpihakan yang tegas kepada kelompok usaha ekonomi rakyat, tanpa
mengabaikan peranan usaha besar dan Badan Usaha Milik Negara (Lathifa
rakyat yang memiliki lingkup kecil yang berdiri sendiri dan dikelola oleh
kesenjangan antar golongan pendapatan dan antar pelaku usaha, juga dapat
b) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
7
langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih
Undang ini.
nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing
berikut:
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
8
atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak
ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
rupiah).
9
perempuan dan kelompok marginal, UMKM dapat mengurangi
individu untuk menjadi wirausaha dan memulai usaha sendiri. Hal ini
permintaan akan bahan baku, produk dan jasa lokal. Hal ini berpotensi
10
2.1.3 Biaya Produksi
Biaya produksi pada dasarnya adalah dana atau modal yang harus
untuk menghasilkan sesuatu yang akan dipasarkan atau dijual. Biaya yang
menentukan harga jual. Selain itu, biaya produksi juga bisa digunakan untuk
Biaya produksi terbagi atas biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya
produksi yang besarnya tidak berubah atau tidak dipengaruhi oleh volume
produksi barang/jasa dan biaya variabel (variable cost) yaitu biaya produksi
1. Biaya Tetap (fixed cost) merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh
11
2. Biaya Variabel (variable cost) adalah kewajiban yang harus dibayar
variabel dalam perusahaan batu bata ini adalah biaya bahan baku, bahan
3. Total Biaya (total cost) merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan
TC = TFC + TVC
Keterangan:
TC = Total Biaya
2.1.4 Penerimaan
12
Untuk menghitung penerimaan total (Total Revenue) dapat dilakukan
dengan mengalikan tingkat harga yang berlaku untuk barang tersebut (P)
dengan jumlah barang yang dijual (Q). Pernyataan ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
TR = P × Q
Keterangan:
π = TR – TC
Keterangan:
13
2.1.5.2 Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba Bersih
rendah.
5 Perubahan Laba Masa Lalu Perubahan laba di masa lalu jika semakin
besar, semakin tidak pasti laba yang diperoleh di masa yang akan
datang.
menilai kelayakan investasi baik pada suatu proyek maupun bisnis yang
14
sebuah proyek yang akan dijalankan disebut studi kelayakan proyek,
TR
R/C Ratio =
TC
R/C = 1 = BEP
15
Π
B/C =
TC
Dimana:
π = Keuntungan
2. Jika B/C ratio < 0, maka usaha produksi lento tidak layak untuk
dijalankan.
Break Even point atau BEP adalah suatu analisis untuk menentukan
dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen
𝑇C
Break event (BEP) Produksi =
𝑝
𝑇C
Break event (BEP) Harga =
Q
16
Kriteria BEP Produksi adalah sebagai berikut:
1 Jika BEP Produksi < Jumlah Produksi, maka usaha berada pada posisi
menguntungkan.
2 Jika BEP Produksi = Jumlah Produksi, maka usaha berada pada posisi
1. Jika BEP Harga < Harga Jual, maka usaha berada pada posisi yang
menguntungkan.
2. Jika BEP Harga = Harga Jual, maka usaha berada pada posisi titik
3. Jika BEP Harga > Harga Jual, maka usaha berada pada posisi yang
tidak menguntungkan.
dilakukan sebelum atau sesudah proyek dijalankan, oleh karena itu tujuan
17
a) Menghindari risiko kerugian
hal ini fungsi studi kelayakan adalah untuk meminimalisir resiko yang
tidak kita inginkan, baik resiko yang dapat dikendalikan maupun yang
b) Memudahkan Perencanaan
Jika sudah dapat meramalkan apa yang akan terjadi dimasa yang akan
beberapa jumlah dana yang diperlukan, kapan usaha atau proyek akan
18
d) Memudahkan pengawasan
e) Memudahkan pengendalian
1. Pihak Investor
ditanamkan.
19
2. Pihak Kreditor
yang dimilliki.
kreditor.
tujuan-tujuan nasional.
dijalankan. Selain itu menganalisis juga pada perihal darimana saja sumber
20
investasi dan pembiayaan bisnis tersebut yang dihitung dengan rumusan
penilaian investasi.
R/C ratio, B/C ratio, dan BEP yang memiliki kriteria pada masing-masing
Sebuah penelitian yang sudah dilakukan oleh para peneliti lain sehingga
dapat dijadikan sebagai referensi untuk melakukan penelitian dengan tema yang
1 Penelitian yang dilakukan oleh Asnidar & Asrida (2017) yang berjudul
usaha home industri kerupuk, jenis penelitian ini adalah berupa studi kasus
terhadap 20 responden dari 100 pelaku usaha, data dalam penelitian ini
21
Revenue Cost Ratio (R/C) dan Return On Investment (ROI). Hasil penelitian
diperoleh nilai 1,42 dan nilai ROI 42,3%. Kesimpulannya menyatakan bahwa
Bireuen. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
(R/C), Benefit Cost Ratio (B/C), dan Return On Investment (ROI). Hasil
terdiri dari biaya tetap sebesar Rp. 628.054,00 dan biaya variabel sebesar Rp.
(R/C) Ratio 1,57 atau 1,57 > 1. (B/C) Ratio yaitu perbandingan keuntungan
22
dengan total biaya produksi yang lebih besar dari nol yaitu memiliki angka
perbandingan 0,57 atau 0,57 > 0. Berdasarkan perbandingan laba dan modal
produksi diperoleh nilai ROI sebesar 57%. Maka dapat disimpulkan bahwa
3 Penelitian yang dilakukan oleh Utami et al. (2021) yang berjudul Usaha
didukung oleh lokasi yang strategis yang dapat membuka peluang kerja baru
dan kelayakan industri rumah tangga UKT Jorong merupakan tujuan dari
metode perhitungan Break Even Point (BEP), Revenue Cost Ratio (R/C),
Payback Period (PBP), dan Net Present Value (NPV). Hasil perhitungan HPP
untuk produk kerupuk mentah adalah Rp. 29.846/kg dimana nilai ini lebih
tinggi dari harga jual dan untuk produk kerupuk matang Rp. 1.261 / bungkus.
Hasil analisis kelayakan unit BEP dan nilai BEP rupiah negative.
23
2.3 Kerangka Berpikir
Usaha Lento
Pendapatan
Kelayakan Usaha
1. R/C Ratio
2. B/C Ratio
3. BEP (Break Event
Point)
Layak Tidak
24
BAB III
METODE PENELITIAN
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah, karena data yang terkumpul
pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
(gabungan) analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
mengetahui kelayakan dari usaha produksi lento. Data dalam penelitian ini
juga dilakukan observasi dan dokumentasi. Data yang telah dikumpulkan akan
25
ini menggunakan tahap: menganalisis secara deskriptif kemudian menganalisis
biaya dan menganalisis kelayakan usaha yang di mana kelayakan usaha dalam
penelitian ini menggunakan perhitungan R/C Ratio, B/C Ratio, dan BEP (Break
Event Point).
Menganti Kabupaten Gresik terhadap UMKM produksi lento dan penelitian ini
1 Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat
26
menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah pelaku
Kabupaten Gresik.
2 Sumber data skunder adalah sumber mengutip dari sumber lain atau
banyak tentang orang lain dan hal yang berkaitan dengannya dari pada tentang
itu adalah bagian dari metoda observasi partisipasi (Zuchri, 2021). Teknik
tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia
sosial yang diteliti. Pengambilan sampel ini harus didasarkan pada ciri, sifat dan
1. Subjek yang diambil sebagai sampel adalah subjek yang paling sesuai
27
2. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi
pendahuluan.
lapangan yang dilakukan langsung oleh peneliti, bahwa yang dapat memberikan
informasi data secara detail dan memiliki kriteria sesuai yang dibutuhkan
mengumpulkan bahan nyata yang digunakan dalam penelitian. Teknik ini perlu
langkah yang strategis dan sistematis guna mendapatkan data valid dan sesuai
dengan kenyataan.
1. Observasi
cermat terhadap suatu objek penelitian. Hasil observasi yang telah dilakukan
28
akan menjadi data pendukung yang relevan dengan kumpulan informasi-
2. Wawancara
wawancara secara mendalam akan diperoleh data yang jelas. Pada saat
para informan.
3. Dokumentasi
melalui sumber data yang diperoleh dengan cara mengambil foto dari lokasi
penelitian.
29
2. Penerimaan adalah nilai uang yang diterima dari penjualan lento.
4. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang harus tetap berapapun tingkat
5. Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang dapat berubah nilainya
6. Biaya total (Total cost) adalah biaya hasil penjumlahan antara biaya
atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau
4. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang harus tetap total jumlahnya
30
5. Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang dapat berubah nilainya
6. Biaya total (Total cost) adalah biaya hasil penjumlahan antara biaya
tetap dan biaya variable yang dihitung dengan satuan rupiah (Rp).
Dalam penelitian ini untuk mengolah data melalui beberapa tahapan yakni:
1. Pengumpulan Data
2. Reduksi Data
Reduksi data ini dilakukan dengan tujuan agar peneliti lebih mudah untuk
31
3. Perhitungan Data
Dalam penelitian ini data-data yang dapat dihitung yaitu yang berkaitan
dengan hal pendapatan, keuntungan dan biaya dari usaha telur asin
melakukan perhitungan.
4. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan yang dibentuk atas dasar pada data hasil reduksi dan yang
deskriptif yang terbagi atas kualitatif dan kuantitatif. (1) Analisis deskriptif
keadaan riil yang ada di lapangan dan juga mengenai pengetahuan tentang
data-data secara detail yang tidak bisa dijelaskan secara kuantitatif. (2)
32
biaya, penerimaan, pendapatan, analisis R/C ratio, analisis B/C ratio di
1 Biaya Produksi
Biaya produksi terbagi atas biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya
33
2. Biaya Variabel (variable cost) adalah kewajiban yang harus
TC = TFC + TVC
Keterangan:
TC = Total Biaya
2. Penerimaan
34
Untuk menghitung penerimaan total (Total Revenue) dapat
(P) dengan jumlah barang yang dijual (Q). Pernyataan ini dapat
TR = P × Q
Keterangan:
3. Keuntungan (Laba)
keuangan.
π = TR – TC
Keterangan:
35
4. Kelayakan Usaha
menilai kelayakan investasi baik pada suatu proyek maupun bisnis yang
bisnis.
suatu bisnis atau usaha yang akan di jalankan, guna untuk mengetahui
TR
R/C ratio =
TC
36
Maka analisis kelayakan dari R/C ratio adalah:
R/C = 1 = BEP
π
B/C =
TC
Dimana:
π = Keuntungan
2. Jika B/C ratio < 0, maka usaha produksi usaha tidak layak untuk
dijalankan,
37
3. Break Even point atau BEP
menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual
menghitung BEP.
𝑇C
Break event Point (BEP) Produksi =
P
𝑇C
Break event Point (BEP) Harga=
Q
1 Jika BEP Produksi < Jumlah Produksi, maka usaha berada pada
posisi menguntungkan.
38
Sementara untuk BEP Harga kriterianya adalah sebagai berikut:
1. Jika BEP Harga < Harga Jual, maka usaha berada pada posisi
yang menguntungkan.
2. Jika BEP Harga = Harga Jual, maka usaha berada pada posisi titik
3. Jika BEP Harga > Harga Jual, maka usaha berada pada posisi
39
BAB IV
terbilang cukup luas yaitu 2,77km2 . Desa Siduwungu ini terbagai menjadi 2
diketinggian ±11 meter di atas permukaan laut. Jarak antara desa dengan pusat
pemerintahan Kabupaten Gresik ±22 km, sedangkan untuk jarak dari desa ke
Kecamatan Menganti.
40
4.1.1 Keadaan Geografis Desa Sidowungu
1. Laki-laki 3.960
2. Perempuan 3.893
Jumlah 7.853
Sumber: BPS Kabupaten Gresik
41
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat perbandingan antara penduduk
No Pekerjaan Jumlah
1. PNS 40
2. TNI/Polri 5
3. Karyawan Swasta 1.760
4. Wiraswasta 2.180
Sumber: BPS Kabupaten Gresik
42
4.1.4 Kondisi Keagamaan Desa Sidowungu
No Agama Jumlah
1. Islam 7.826
2. Protestan 18
3. Katolik 9
4. Hindu -
5. Budha -
6. Khong-hucu -
Sumber: BPS Kabupaten Gresik
Pada penelitian ini menggunakan data primer, yang Dimana data primer
informan. Para informan ini merupakan pemilik atau pelaku usaha lento di
43
Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 informan pelaku usaha lento,
didapatkanlah gambaran karakteristik dari usaha tersebut seperti yang ada pada
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui usia dari para informan usaha lento
rentang usia 30-38 tahun terdapat 2 orang dengan persentase 40% dan di rentang
usia 49-60 tahun terdapat 2 orang dengan persentase 40%. Untuk rentang usia
44
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui pendidikan dari para pelaku
suatu usaha atau produksi yang dijalankan dalam kurun waktu tahunan,
1-6 Tahun 2 40
7-12 Tahun 3 60
Total 5 100
Sumber: Data Primer
usaha 7-12 tahun yang paling banyak yaitu 3 orang dengan persentase
60%.
45
4.2.4 Karakteristik Informan Berdasarkan Jumlah Anggota
Keluarga
kepala rumah tangga, istri, anak, atau bahkan saudara yang berada dalam
aktivitas usaha. Biaya variabel bisa naik atau turun tergantung pada
volume produksi usaha lento dan dapat dihitung sebagai jumlah biaya
46
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik. Berikut ini adalah tabel rincian
Tabel 4.10 Biaya tidak tetap dalam produksi lento di Desa Sidowungu
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.
Mas Rangga (Lento Rangga)
Harga Total Harga
No Keterangan Jumlah Satuan
Satuan (Rp) Perbulan (Rp)
Biaya Bahan Baku
1 Kacang Tunggak 400 Kg Rp 27.000 Rp 10.800.000
2 Bawang Merah 30 Kg Rp 30.000 Rp 900.000
3 Bawang Putih 30 Kg Rp 22.000 Rp 660.000
4 Cabai Rawit 8 Kg Rp 90.000 Rp 720.000
Cabai Rawit
5 15 Kg Rp 60.000 Rp 900.000
Hijau
6 Tepung Terigu 100 Kg Rp 12.000 Rp 1.200.000
7 Rempah-Rempah 15 Kg Rp 50.000 Rp 750.000
8 Penyedap Rasa 20 Pcs Rp 2.000 Rp 40.000
Biaya Operasional
1 Minyak Goreng 20 Liter Rp 14.000 Rp 280.000
2 Gas LPG 9 Tabung Rp 18.000 Rp 162.000
Biaya Tenaga
3 1 Pekerja Rp 30.000 Rp 30.000
Kerja
4 Biaya Transpotasi 10 Liter Rp 10.000 Rp 100.000
5 Kantong Plastik 4 Pak Rp 9.500 Rp 38.000
6 Kertas Makanan 4 Pak Rp 36.000 Rp 144.000
7 Air 10 M³ Rp 5.000 Rp 50.000
8 Listrik 120 kWh Rp 1.700 Rp 204.000
Total Biaya Rp 16.978.000
yang meliputi biaya bahan baku dan biaya operasional terhadap usaha
47
Tabel 4.11 Biaya tidak tetap dalam produksi lento di Desa Sidowungu
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.
Ibu Ceni (Lento Mboro Bu Ceni)
Harga Total Harga
No Keterangan Jumlah Satuan
Satuan (Rp) Perbulan (Rp)
Biaya Bahan Baku
1 Kacang Tunggak 500 Kg Rp 25.000 Rp 12.500.000
2 Bawang Merah 30 Kg Rp 30.000 Rp 900.000
3 Bawang Putih 30 Kg Rp 20.000 Rp 600.000
4 Cabai Rawit 10 Kg Rp 90.000 Rp 900.000
5 Cabai Rawit Hijau 15 Kg Rp 55.000 Rp 825.000
6 Tepung Terigu 100 Kg Rp 10.000 Rp 1.000.000
7 Rempah-Rempah 15 Kg Rp 50.000 Rp 750.000
8 Penyedap Rasa 25 Pcs Rp 1.500 Rp 37.500
Biaya Operasional
1 Minyak Goreng 25 Liter Rp 14.000 Rp 350.000
2 Gas LPG 11 Tabung Rp 18.000 Rp 198.000
3 Biaya Tenaga Kerja 1 Pekerja Rp 50.000 Rp 50.000
4 Biaya Transpotasi 10 Liter Rp 10.000 Rp 100.000
5 Kantong Plastik 4 Pack Rp 10.000 Rp 40.000
6 Kertas Makanan 4 Pack Rp 30.500 Rp 122.000
7 Air 15 M³ Rp 5.000 Rp 75.000
8 Listrik 120 kWh Rp 1.400 Rp 168.000
Total Biaya Rp 18.615.500
Sumber: Data Primer diolah
yang meliputi biaya bahan baku dan biaya operasional terhadap usaha
48
Tabel 4.12 Biaya tidak tetap dalam produksi lento di Desa Sidowungu
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.
Mas Jakfar (Lento Kriuk)
Harga Total Harga
No Keterangan Jumlah Satuan
Satuan (Rp) Perbulan (Rp)
Biaya Bahan Baku
1 Kacang Tunggak 400 Kg Rp 25.000 Rp 10.000.000
2 Bawang Merah 30 Kg Rp 30.000 Rp 900.000
3 Bawang Putih 30 Kg Rp 24.000 Rp 720.000
4 Cabai Rawit 10 Kg Rp 90.000 Rp 900.000
5 Cabai Rawit Hijau 15 Kg Rp 60.000 Rp 900.000
6 Tepung Terigu 100 Kg Rp 12.000 Rp 1.200.000
7 Rempah-Rempah 15 Kg Rp 50.000 Rp 750.000
8 Penyedap Rasa 10 Pcs Rp 1.500 Rp 15.000
Biaya Operasional
1 Minyak Goreng 20 Liter Rp 14.000 Rp 280.000
2 Gas LPG 9 Tabung Rp 18.000 Rp 162.000
3 Biaya Tenaga Kerja 1 Pekerja Rp 30.000 Rp 30.000
4 Biaya Transpotasi 10 Liter Rp 10.000 Rp 100.000
5 Kantong Plastik 3 Pack Rp 10.000 Rp 30.000
6 Kertas Makanan 4 Pack Rp 35.000 Rp 140.000
7 Air 15 M³ Rp 5.000 Rp 75.000
8 Listrik 120 kWh Rp 1.400 Rp 168.000
Total Biaya Rp 16.370.000
Sumber: Data Primer diolah
yang meliputi biaya bahan baku dan biaya operasional terhadap usaha
49
Tabel 4.13 Biaya tidak tetap dalam produksi lento di Desa Sidowungu
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.
Ibu Kartini (Lento Uti Kartini)
Harga Total Harga
No Keterangan Jumlah Satuan
Satuan (Rp) Perbulan (Rp)
Biaya Bahan Baku
1 Kacang Tunggak 600 Kg Rp 24.000 Rp 14.400.000
2 Bawang Merah 40 Kg Rp 30.000 Rp 1.200.000
3 Bawang Putih 40 Kg Rp 24.000 Rp 960.000
4 Cabai Rawit 10 Kg Rp 90.000 Rp 900.000
5 Cabai Rawit Hijau 15 Kg Rp 55.000 Rp 825.000
6 Tepung Terigu 200 Kg Rp 10.000 Rp 2.000.000
7 Rempah-Rempah 15 Kg Rp 50.000 Rp 750.000
8 Penyedap Rasa 15 Pcs Rp 1.500 Rp 22.500
Biaya Operasional
1 Minyak Goreng 30 Liter Rp 14.000 Rp 420.000
2 Gas LPG 12 Tabung Rp 18.000 Rp 216.000
3 Biaya Tenaga Kerja 1 Pekerja Rp 50.000 Rp 50.000
4 Biaya Transpotasi 10 Liter Rp 10.000 Rp 100.000
5 Kantong Plastik 5 Pack Rp 9.000 Rp 45.000
6 Kertas Makanan 4 Pack Rp 33.000 Rp 132.000
7 Air 15 M³ Rp 5.000 Rp 75.000
8 Listrik 150 kWh Rp 1.700 Rp 255.000
Total Biaya Rp 22.350.500
Sumber: Data Primer diolah
yang meliputi biaya bahan baku dan biaya operasional terhadap usaha
50
Tabel 4.14 Biaya tidak tetap dalam produksi lento di Desa Sidowungu
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.
Ibu Sayati (Lento Bu Sayati)
Harga Total Harga
No Keterangan Jumlah Satuan
Satuan (Rp) Perbulan (Rp)
Biaya Bahan Baku
1 Kacang Tunggak 400 Kg Rp 25.000 Rp 10.000.000
2 Bawang Merah 30 Kg Rp 30.000 Rp 900.000
3 Bawang Putih 30 Kg Rp 22.000 Rp 660.000
4 Cabai Rawit 8 Kg Rp 90.000 Rp 720.000
5 Cabai Rawit Hijau 10 Kg Rp 60.000 Rp 600.000
6 Tepung Terigu 100 Kg Rp 12.000 Rp 1.200.000
7 Rempah-Rempah 10 Kg Rp 50.000 Rp 500.000
8 Penyedap Rasa 10 Pcs Rp 2.000 Rp 20.000
Biaya Operasional
1 Minyak Goreng 20 Liter Rp 14.000 Rp 280.000
2 Gas LPG 10 Tabung Rp 18.000 Rp 180.000
3 Biaya Tenaga Kerja 1 Pekerja Rp 30.000 Rp 30.000
4 Biaya Transpotasi 10 Liter Rp 10.000 Rp 100.000
5 Kantong Plastik 4 Pak Rp 10.000 Rp 40.000
6 Kertas Makanan 4 Pak Rp 33.000 Rp 132.000
7 Air 10 M³ Rp 5.000 Rp 50.000
8 Listrik 120 kWh Rp 1.400 Rp 168.000
Total Biaya Rp 15.580.000
Sumber: Data Primer diolah
yang meliputi biaya bahan baku dan biaya operasional terhadap usaha
51
Tabel 4.15 Total penggunaan biaya tidak tetap dalam produksi lento di
Desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.
penggunaan biaya tidak tetap pada tabel 4.15 dari produsen lento yang
1 bulan produksi adalah produksi lento Ibu Kartini yang paling besar yaitu
dalam tingkat produksi atau penjualan suatu produk atau jasa. Biaya ini
akan tetap pada jumlah tertentu, meskipun volume produksi atau penjualan
berfluktuasi. Biaya tetap selalu ada dalam bisnis apa pun, terlepas dari
seberapa banyak barang atau jasa yang dihasilkan atau dijual. Dalam
mengelola biaya tetap, suatu bisnis sering kali dihadapkan pada tantangan
tetap akan konstan dalam jangka waktu tertetu, tetapi strategi dalam
52
pemborosan dan peningkatan produktivitas. Berikut adalah data rincian
Kabupaten Gresik:
53
Tabel 4.17 Biaya tetap dalam produksi lento di Desa Sidowungu
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.
Ibu Ceni (Lento Mboro Bu Ceni)
Umur
Total Harga Biaya
No Keterangan Jumlah Satuan Ekonomis
(Rp) Perbulan (Rp)
(Tahun)
Biaya Alat-Alat
1 Mesin Penggiling 1 Unit Rp 5.600.000 9 Rp 51.852
2 Wajan 2 Unit Rp 260.000 4 Rp 5.417
3 Spatula/Sutil 1 Unit Rp 13.000 2 Rp 542
4 Saringan Penggorengan 3 Unit Rp 39.000 2 Rp 1.625
5 Pisau 3 Unit Rp 135.000 3 Rp 3.750
6 Penjepit Makanan 2 Unit Rp 24.000 3 Rp 667
7 Kompor 2 Unit Rp 500.000 5 Rp 8.333
8 Baskom 2 Unit Rp 22.000 3 Rp 611
9 Keranjang Kue Jinjing 3 Unit Rp 151.500 3 Rp 4.208
10 Blander 1 Unit Rp 210.000 3 Rp 5.833
Biaya Implisit
1 Biaya Tempat Produksi 1 Unit Rp 250.000.000 20 Rp 1.041.667
Total Rp 256.954.500 Rp 1.124.505
Sumber: Data Primer diolah
54
Tabel 4.18 Biaya tetap dalam produksi lento di Desa Sidowungu
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.
Mas Jakfar (Lento Kriuk)
Umur
Total Harga Biaya
No Keterangan Jumlah Satuan Ekonomis
(Rp) Perbulan (Rp)
(Tahun)
Biaya Alat-Alat
1 Mesin Penggiling 1 Unit Rp 4.800.000 10 Rp 40.000
2 Wajan 2 Unit Rp 260.000 7 Rp 3.095
3 Spatula/Sutil 1 Unit Rp 16.000 2 Rp 667
4 Saringan Penggorengan 2 Unit Rp 30.000 2 Rp 1.250
5 Pisau 2 Unit Rp 80.000 2 Rp 3.333
6 Penjepit Makanan 1 Unit Rp 13.000 5 Rp 217
7 Kompor 2 Unit Rp 460.000 5 Rp 7.667
8 Baskom 2 Unit Rp 20.000 2 Rp 833
9 Keranjang Kue Jinjing 2 Unit Rp 100.000 3 Rp 2.778
10 Blander 1 Unit Rp 180.000 2 Rp 7.500
Biaya Implisit
1 Biaya Tempat Produksi 1 Unit Rp 300.000.000 20 Rp 1.250.000
Total Rp 305.959.000 Rp 1.317.340
Sumber: Data Primer diolah
55
Tabel 4.19 Biaya tetap dalam produksi lento di Desa Sidowungu
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.
Ibu Kartini (Lento Uti Kartini)
Umur
Total Harga Biaya
No Keterangan Jumlah Satuan Ekonomis
(Rp) Perbulan (Rp)
(Tahun)
Biaya Alat-Alat
1 Mesin Penggiling 1 Unit Rp 5.600.000 6 Rp 77.778
2 Wajan 2 Unit Rp 260.000 6 Rp 3.611
3 Spatula/Sutil 2 Unit Rp 30.000 4 Rp 625
4 Saringan Penggorengan 2 Unit Rp 30.000 2 Rp 1.250
5 Pisau 2 Unit Rp 100.000 4 Rp 2.083
6 Penjepit Makanan 2 Unit Rp 20.000 5 Rp 333
7 Kompor 2 Unit Rp 460.000 5 Rp 7.667
8 Baskom 3 Unit Rp 30.000 2 Rp 1.250
9 Keranjang Kue Jinjing 3 Unit Rp 150.000 2 Rp 6.250
10 Blander 2 Unit Rp 400.000 5 Rp 6.667
Biaya Implisit
1 Biaya Tempat Produksi 1 Unit Rp 300.000.000 20 Rp 1.250.000
Total Rp 307.080.000 Rp 1.357.514
Sumber: Data Primer diolah
56
Tabel 4.20 Biaya tetap dalam produksi lento di Desa Sidowungu
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.
Ibu Sayati (Lento Bu Sayati)
Umur
Total Harga Biaya
No Keterangan Jumlah Satuan Ekonomis
(Rp) Perbulan (Rp)
(Tahun)
Biaya Alat-Alat
1 Mesin Penggiling 1 Unit Rp 5.600.000 10 Rp 46.667
2 Wajan 2 Unit Rp 260.000 5 Rp 4.333
3 Spatula/Sutil 1 Unit Rp 15.000 3 Rp 417
4 Saringan Penggorengan 2 Unit Rp 30.000 3 Rp 833
5 Pisau 2 Unit Rp 100.000 4 Rp 2.083
6 Penjepit Makanan 1 Unit Rp 10.000 5 Rp 167
7 Kompor 2 Unit Rp 460.000 5 Rp 7.667
8 Baskom 3 Unit Rp 30.000 2 Rp 1.250
9 Keranjang Kue Jinjing 2 Unit Rp 100.000 2 Rp 4.167
10 Blander 2 Unit Rp 400.000 5 Rp 6.667
Biaya Implisit
1 Biaya Tempat Produksi 1 Unit Rp 250.000.000 20 Rp 1.041.667
Total Rp 257.005.000 Rp 1.115.917
Sumber: Data Primer diolah
57
Tabel 4.21 Total penggunaan biaya tetap dalam produksi lento di Desa
penggunaan biaya tetap pada tabel 4.21 dari produsen lento yang berada di
produksi adalah produksi lento Ibu Kartini yang paling besar yaitu sebesar
Total biaya merupakan penjumlahan dari total biaya tetap dan total
TC = TFC + TVC
Keterangan:
TC = Total Biaya
58
1. Total Biaya Produksi Lento Mas Rangga
TC = Rp 16.978.000 + Rp 1.386.875
TC = Rp 18.364.875
TC = Rp 18.615.500 + Rp 1.124.505
TC = Rp 19.740.005
lento Ibu Ceni, total biaya yang dikeluarkan untuk produksinya sebesar
Rp 19.740.005.
TC = Rp 16.370.000 + Rp 1.317.340
TC = Rp 17.687.340
lento Mas Jakfar, total biaya yang dikeluarkan untuk produksinya sebesar
Rp 17.687.340.
TC = Rp 22.350.500 + Rp 1.357.514
TC = Rp 23.708.014
59
Berdasarkan perhitungan dari Biaya Tetap dan Biaya Variabel produksi
lento Ibu Kartini, total biaya yang dikeluarkan untuk produksinya sebesar
Rp 23.708.014.
TC = Rp 15.580.000 + Rp 1.115.917
TC = Rp 16.695.917
lento Ibu Sayati, total biaya yang dikeluarkan untuk produksinya sebesar
Rp 18.364.875.
dan biaya tetap para informan usaha produksi lento yang berada di Desa
biaya yang paling besar adalah produksi Ibu Kartini sebesar Rp 23.708.014
60
4.3.4 Analisis Penerimaan
TR = P × Q
Keterangan:
TR = Rp 42.750.000
TR = Rp 45.000.000
61
3. Penerimaan Produksi Lento Mas Jakfar
TR = Rp 45.000.000
TR = Rp10.000 × 6.700
TR = Rp 67.000.000
TR = Rp 42.750.000
62
Tabel 4.23 total penerimaan produksi lento di Desa Sidowungu
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.
terbesar adalah produksi Ibu Kartini sebesar Rp 67.000.000 dan total penerimaan
yang terkecil adalah produksi dari Ibu Sayati yaitu sebesar Rp 40.500.000.
π = TR – TC
Keterangan:
π = Rp 42.750.001 – Rp 18.364.875
π = Rp 24.385.126
63
Berdasarkan hasil perhitungan keuntungan diatas, maka dapat
π = Rp 45.000.000 – Rp 19.740.005
π = Rp 25.259.995
π = Rp 45.000.000 – Rp 17.687.340
π = Rp 27.312.660
π = Rp 67.000.000 – Rp 23.708.014
π = Rp 43.291.986
64
5. Keuntungan Produksi Lento Ibu Sayati
π = Rp 40.500.000 – Rp 16.695.917
π = Rp 23.804.083
adalah produksi Ibu Kartini sebesar Rp 43.291.986 dan keuntungan yang terkecil
65
R/C ratio > 1
TR
R/C ratio =
TC
Keterangan:
TR = Total Penerimaan
TC = Total Biaya
Rp 42.750.001
R/C Ratio =
Rp 18.364.875
R/C Ratio usahanya adalah 2,33 atau lebih dari 1 (2,33>1). Berarti usaha
Rp 45.000.000
R/C Ratio =
Rp 19.740.005
Ratio usahanya adalah 2,28 atau lebih dari 1 (2,28>1). Berarti usaha
66
3. R/C Ratio Produksi Lento Mas Jakfar
Rp 45.000.000
R/C Ratio =
Rp17.687.340
R/C Ratio usahanya adalah 2,54 atau lebih dari 1 (2,54>1). Berarti usaha
Rp 67.000.000
R/C Ratio =
Rp 23.708.014
R/C Ratio usahanya adalah 2,83 atau lebih dari 1 (2,83>1). Berarti usaha
Rp 42.750.001
R/C Ratio =
Rp 18.364.875
Ratio usahanya adalah 2,43 atau lebih dari 1 (2,43>1). Berarti usaha
67
Tabel 4.25 R/C Ratio produksi lento di Desa Sidowungu
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.
nilai R/C Ratio terbesar yaitu produksi dari Ibu Kartini 2,83 dan produksi
lento yang memiliki nilai R/C Ratio terkecil yaitu Ibu Ceni 2,28.
Π
B/C =
TC
Dimana:
π = Keuntungan
68
1. B/C Ratio Produksi Lento Mas Rangga
Rp 24.385.126
B/C =
Rp 18.364.875
B/C = 1,33
B/C Ratio usahanya adalah 1,33 atau lebih dari 0 (1,33>0). Berarti usaha
Rp 25.259.995
B/C =
Rp 19.740.005
B/C = 1,28
B/C Ratio usahanya adalah 1,28 atau lebih dari 0 (1,28>0). Berarti usaha
Rp 27.312.660
B/C =
Rp 17.687.340
B/C = 1,54
B/C Ratio usahanya adalah 1,54 atau lebih dari 0 (1,54>0). Berarti usaha
69
4. B/C Ratio Produksi Lento Ibu Kartini
Rp 43.291.986
B/C =
Rp 23.708.014
B/C = 1,83
B/C Ratio usahanya adalah 1,83 atau lebih dari 0 (1,83>0). Berarti usaha
Rp 23.804.083
B/C =
Rp 16.695.917
B/C = 1,43
B/C Ratio usahanya adalah 1,43 atau lebih dari 0 (1,43>0). Berarti usaha
70
Berdasarkan tabel 4.26 dapat diketahui usaha produksi lento di
nilai B/C Ratio terbesar yaitu produksi dari Ibu Kartini 1,83 dan produksi
lento yang memiliki nilai R/C Ratio terkecil yaitu Ibu Ceni 1,28.
𝑇C
Break Event Point (BEP) Produksi =
P
Keterangan:
TC = Total Biaya
Rp 18.364.875
BEP (Produksi) =
Rp 9.500
adalah 1933/unit. Maka nilai tersebut berada pada titik impas, yang artinya
71
2. BEP Produksi Lento Ibu Ceni
Rp 19.740.005
BEP (Produksi) =
Rp 10.000
Berdasarkan hasil perhitungan BEP Produksi pada lento Ibu Ceni di Desa
Maka nilai tersebut berada pada titik impas, yang artinya usaha tersebut
layak diusahakan.
Rp 17.687.340
BEP (Produksi) =
Rp 9.000
1965/unit. Maka nilai tersebut berada pada titik impas, yang artinya usaha
Rp 23.708.014
BEP (Produksi) =
Rp 10.000
2371/unit. Maka nilai tersebut berada pada titik impas, yang artinya usaha
72
5. BEP Produksi Lento Ibu Sayati
Rp 16.695.917
BEP (Produksi) =
Rp 9.000
1855/unit. Maka nilai tersebut berada pada titik impas, yang artinya usaha
𝑇C
Break Event Point (BEP) Harga =
Q
Keterangan:
TC = Total Biaya
Rp18.364.875
BEP (Harga) =
4.500
73
2. BEP Harga Lento Ibu Ceni
Rp 19.740.005
BEP (Harga) =
4.500
dalam 1 bulan produksi, nilai tersebut melebihi pada titik impas, yang
Rp 17.687.340
BEP (Harga) =
5000
Rp 23.708.014
BEP (Harga) =
6.700
74
3.539. Untuk penerimaan produksi lento Ibu Kartini sebesar Rp
Rp 16.695.917
BEP (Harga) =
4.500
dalam 1 bulan produksi, nilai tersebut melebihi pada titik impas, yang
75
perhitungan diatas dapat diketahui bahwa usaha produksi lento ini layak
untuk diusahakan.
wiraswasta, salah satunya sebagai pembuat lento akan tetapi produksi lento ini
menggunakan 4 aspek rumus B/C Ratio (Benefit Cost Ratio), R/C Ratio
76
Tabel 4.28 Biaya Total, Penerimaan, Keuntungan usaha produksi lento di
Desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.
Keuntungan
No Nama Pemilik Biaya Total Penerimaan
(π)
1 Mas Rangga Rp 18.364.875 Rp 42.750.000 Rp 24.385.126
2 Ibu Ceni Rp 19.740.005 Rp 45.000.000 Rp 25.259.995
3 Mas Jakfar Rp 17.687.340 Rp 45.000.000 Rp 27.312.660
4 Ibu Kartini Rp 23.708.014 Rp 67.000.000 Rp 43.291.986
5 Ibu Sayati Rp 16.695.917 Rp 40.500.000 Rp 23.804.083
Sumber: Data Primer diolah
1. Mas Rangga
produksi.
2. Ibu Ceni
produksi.
77
3. Mas Jakfar
bulan produksi.
4. Ibu Kartini
bulan produksi.
5. Ibu Sayati
bulan produksi.
78
Tabel 4.29 Biaya Total, Penerimaan, Keuntungan usaha produksi lento di
Desa Sidowungu Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.
R/C B/C BEP
No Nama Pemilik BEP Harga
Ratio Ratio Produksi
1 Mas Rangga 2,33 1,33 1933 Rp 4.081
2 Ibu Ceni 2,28 1,28 1974 Rp 4.387
3 Mas Jakfar 2,54 1,54 1965 Rp 3.537
4 Ibu Kartini 2,83 1,83 2371 Rp 3.539
5 Ibu Sayatai 2,43 1,43 1855 Rp 3.710
Sumber: Data Primer diolah
1. Mas Rangga
produksi lento Mas Rangga dapat diketahui nilai R/C Ratio sebesar 2,33,
B/C Ratio 1,33, BEP Produksi 1933, dan BEP Harga Rp 4.081. berdasarkan
dijalankan.
2. Ibu Ceni
produksi lento Ibu Ceni dapat diketahui nilai R/C Ratio sebesar 2,28, B/C
Ratio 1,28, BEP Produksi 1974, dan BEP Harga Rp 4.387. berdasarkan
dijalankan.
3. Mas Jakfar
produksi lento Mas Rangga dapat diketahui nilai R/C Ratio sebesar 2,54,
B/C Ratio 1,54, BEP Produksi 1965, dan BEP Harga Rp 3.537. berdasarkan
79
hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha ini layak
dijalankan.
4. Ibu Kartini
produksi lento Mas Rangga dapat diketahui nilai R/C Ratio sebesar 2,83,
B/C Ratio 1,83, BEP Produksi 2371, dan BEP Harga Rp 3.539. berdasarkan
dijalankan.
5. Ibu Sayati
produksi lento Mas Rangga dapat diketahui nilai R/C Ratio sebesar 2,43,
B/C Ratio 1,43, BEP Produksi 1855, dan BEP Harga Rp 3.710. berdasarkan
dijalankan.
Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi, bahan
usahanya khususnya bagi pelaku usaha produksi lento. Karena dari hasil
kelayakan usaha.
80
4.6 Keterbatasan Penelitian
2. Data dalam melakukan penelitian ini data yang diperoleh melalui proses
81
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
permasalahan usaha yang muncul pada usaha produksi lento ini adalah
yang terbatas, harga bahan baku, serta kualitas produk yang harus di
mereka. Untuk menghasilkan lento dengan kualitas yang enak produsen harus
perhitungan aspek finansial, yaitu Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), Revenue
Cost Ratio (R/C Ratio), dan Break Even Point (BEP). Dari hasil perhitungan
tersebut, B/C Ratio mempunyai indikator lebih dari 0, R/C Ratio mempunyai
indicator lebih dari 1, dan perhitungan BEP yang mempunyai dua jenis
perhitungan yaitu BEP Produksi dan BEP Rupiah. Kedua hasil perhitungan ini
menunjukkan bahwa usaha tahu ini mampu melebihi nilai titik impas (BEP).
82
perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha produksi lento di Desa
5.2 Saran
berikut:
membuatkan kelompok usaha, agar usaha ini dapat lebih berkembang dan
83
DAFTAR PUSTAKA
Asnidar & Asrida. (2017). Analisis Kelayakan Usaha Home Industry Kerupuk
Opak Di Desa Paloh Meunasah Dayah Kecamatan Muara Satu Kabupaten
Aceh Utara. Jurnal S. Pertanian, 1(1), 39–47.
Hanum, Y. (2016). Dampak Bahaya Makanan Gorengan Bagi Jantung. Jurnal
Keluarga Sehat Sejahtera, 14(28), 103–114.
Harahap, S. (2018). STUDI KELAYAKAN BISNIS Pendekatan Integratif. In
FEBI UIN-SU Press.
Hasnidar, M, N. T., & Elfiana. (2017). ANALISIS KELAYAKAN USAHA
IKAN HIAS DI GAMPONG PAYA CUT KECAMATAN PEUSANGAN
KABUPATEN BIREUEN. S. Pertanian, 1(2), 97–105.
http://www.journal.umuslim.ac.id/index.php/jsp/article/view/1739
Ismayanti, M., & Harijono. (2015). Formulasi Mpasi Berbasis Tepung Kecambah
Kacang Tunggak dan Tepung Jagung dengan Metode Linear Programming.
Jurnal Pangan Dan Agroindustri, 3(3), 996–1005.
krisnawati, I. (2022). Nasi Liwet Solo, Kuliner Tradisional dengan Keunikan
Sejarah, Budaya dan filosofi. Jurnal Hospitaliti Dan Pariwisata, 3(2), 102–
111.
Lathifa dan Noorman. (2018). UMKM (Usaha Mikro, Kecil, & Menengah) &
Bentuk-Bentuk Usaha. In Hak cipta dilindungi Undang-undang All Rights
Reserved. https://journal.uir.ac.id/index.php/kiat
Muhammad, & Rosa, I. D. (2020). Analisis Biaya Produksi di UD. Berkat Jaya
Mandiri Desa Simpang Jernih Kecamatan Simpang Jernih. Jurnal Samudra
Ekonomika, 4(1), 1–11.
Nurdin, H. S. (2010). Analisis Penerimaan Bersih Usaha Tanaman pada Petani
Nenas di Desa Palaran Samarinda. Jurnal Eksis, 6(1), 1267–1266.
http://www.karyailmiah.polnes.ac.id
Ratnaningsih, N., Nugraheni, M., & Rahmawati, F. (2009). Pengaruh Jenis
Kacang Tolo, Proses Pembuatan dan Jenis Inokulum terhadap Perubahan
Zat-zat Gizi pada Fermentasi Tempe Kacang Tolo. Saintek, 14, 97–128.
Sajari, I., Elfiana, & Martina. (2017). Analisis Kelayakan Usaha Keripik pada
UD. Mawar di Gampong Batee Ie Liek Kecamatan Samalanga Kabupaten
Bireuen. Jurnal S. Pertanian, 1(2), 116–124.
Subramanyam, & Wild. (2010). Analisis Laporan Keuangan: Financial Statements
Analysis Buku 2. In Salemba Empat.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (1st ed.).
Utami. (2018). Kuliner Sebagai Identitas Budaya: Perspektif Komunikasi Lintas
84
Budaya. Journal of Strategic Communication, 8(2), 36–44.
Utami, F. N. A., Amalia, R. R., & Ningsih, Y. (2021). Analisis Kelayakan Usaha
Kerupuk Tapioka Pak Rasianto di Kecamatan Jorong. Jurnal Teknologi
Agro-Industri, 8(2), 154–164. https://doi.org/10.34128/jtai.v8i2.147
Weichart, G. (2004). Identitas Minahasa. Jurnal Antropologi Indonesia, 74, 61.
Zuchri, A. (2021). Metode Penelitian Kualitatif (1st ed.). CV. Syakir Media Press.
85
LAMPIRAN
i
Lampiran 1. 2 Penggunaan Biaya Operasional Tidak Tetap
Pembelian/ Pengeluaran
No Keterangan Satuan Harga (Rp)
bulan perbulan (Rp)
1. Kacang Tunggak
2. Bawang Merah
3. Bawang Putih
Cabai Merah
4.
Besar
5. Cabai Rawit
6. Tepung Tapioka
Rempah-
7.
Rempah
8. Penyedap Rasa
ii
Lampiran 1. 3 Penggunaan Biaya Operasional Tetap
iii
Lampiran 1. 4 Pendapatan Usaha
iv
Lampiran 1. 5 Lembar Kartu Bimbingan
v
vi