Abstract
This study aims to (1) determine the preferences of the criteria for determining the
priority of village spending on the Abung village fund, HST Regency. (2) the determine
preferences of the criteria for determining the priority of village spending on the Abung
village fund, HST Regency.
This research was conducted in Abung Village, Hulu Sungai Tengah Regency by
taking as many as 6 respondents as respondents who influenced the determination of
village funds in the Abung Village.
So the results of this study are the most dominant criteria in the priority of village
fund spending, namely Village problems: 0.54 or 54%, then the RPJMDes criteria: 0.30
or 30%, and the third or last one is the village potential criteria: 0.16 or 16%.
Meanwhile, the priority of spending on village funds in Abung village is Community
Empowerment at 37.28%, followed by Village Development at 36.80%, followed by
Community Development at 18.92%, and the last one is Village Administration at 7%.
Keywords : Village Fund Expenditure, AHP Method
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui kriteria apa yang menentukan
prioritas belanja dana desa di desa Abung Kabupaten Hulu Sungai Tengah, (2) Untuk
mengetahui prioritas belanja dana desa di desa Abung Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Penelitian ini dilakukan di desa Abung Kabupaten Hulu Sungai Tengah dengan
mengambil responden sebanyak 6 orang yang berpengaruh terhadap penentuan dana
desa di Desa Abung tersebut.
Maka hasil dari penelitian ini adalah kriteria yang paling dominan pada prioritas
belanja dana desa yaitu Permasalahan desa: 0,54 atau sebesar 54%, selanjutnya yaitu
kriteria RPJMDes: 0,30 atau 30%, dan yang ketiga atau yang terakhir yaitu kriteria
Potensi desa: 0,16 atau 16%. Sedangkan prioritas belanja dana desa pada desa Abung
yaitu Pemberdayaan Masyarakat 37,28%, yang dikuti oleh Pembangunan Desa sebesar
36,80%, yang dikuti Pembinaan Masyarakat sebesar 18,92%, dan yang terakhir adalah
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebesar 7%.
Kata Kunci : Belanja Dana Desa, Metode AHP
PENDAHULUAN
Berdasarkan pasal 71 UndangUndang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa
menyebutkan bahwa “keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat
dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang
berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa.” Desa dapat menjalankan
otonomi yang lebih luas untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Hal ini berarti setiap desa diberikan
hak, kewajiban dan wewenang untuk mengelola apa yang dimiliki oleh desa tersebut
demi tercapainya kesejahteraan masyarakat (Darmiasih, 2015).
Pada dasarnya, setiap desa mendapatkan Alokasi Dana Desa sesuai dengan porsi
masing-masing. Penyaluran Alokasi Dana Desa ini, disalurkan dengan perhitungan
dimana 90% berdasarkan pemerataan (Alokasi Dasar) dan sebesar 10% (Alokasi
Formula) berdasarkan variabel jumlah penduduk desa sebesar 25%, angka kemiskinan
desa 35%, luas wilayah desa 10%, dan tingkat kesulitan geografis desa sebesar 30%.
(PMK.49/PMK.07/2016).
Desa Abung adalah salah satu desa di wilayah Kecamatan Limpasu, Kabupaten
Hulu Sungai Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan yang memiliki anggaran dana desa
yang luar biasa dalam membangun desa, berikut data anggaran dana desa Abung :
Tabel 1
Dana desa Abung Kab. HST
Dapat dilihat pada data diatas bahwa penggunaan dana desa hanya terfokus
masyarakat dan pembinaan masyarakat masih belum terlihat. Oleh karena itu
penelitian ini bertujuan untuk mencari prioritas belanja dana desa yang seharusnya
dilakukan desa Abung kabupaten Hulu Sungai Tengah dibantu dengan metode
TINJAUAN PUSTAKA
Desa
Berdasarkan UU No. 6 tahun 2014 Bab 1 pasal 1 tentang desa, desa adalah desa
dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU No. 6 Tahun 2014).
Desa menurut H.A.W. Widjaja (2003) adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yangbersifat istimewa.
Landasan
pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah keanekaragaman, partisipasi,
otononi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.
Metode Analytcal Herrchy Process (AHP) dkembangkan oleh Prof. Thomas Lore Saaty
dar Wharton Busness School d awal tahun 1970, yang dgunakan untuk mencar rangkng
atau urutan prortas dar berbaga alternatf dalam pemecahan suatu permasalahan. Dalam
kehdupan sehar-har, seseorang senantasa dhadapkan untuk melakukan plhan dar
berbaga alternatf. Dsn dperlukan penentuan prortas dan uj konsstens terhadap plhan-
plhan yang telah dlakukan. Dalam stuas yang kompleks, pengamblan keputusan tdak
dpengaruh oleh satu faktor saja melankan multfaktor dan mencakup berbaga jenjang
maupun kepentngan.
Penelitian Terdahulu
Tabel 2
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Hasil
PENGELOLAAN DANA DESA
menunjukkan bahwa Pengelolaan Dana
DALAM UPAYA MENINGKATKAN
Desa menurut Banyuates
M. Agus PEMBANGUNAN DI DESA
1 Pemerintahan Desa baik secara teknis
Salim, 2018 BANYUATES KECAMATAN
maupun administratif sudah berjalan
BANYUATES
sesuai dengan regulasi yang ada.
KABUPATEN SAMPANG
ANALISIS PENGELOLAAN DANA Menunjukkan bahwa pengelolaan dana
DESA PADA PEMERINTAH DESA desa yang dilakukan oleh dua nagari,
Muhammad (STUDI KASUS PADA DESA DI yaitu Nagari Sikucur dan Nagari
2 Rinaldi KECAMATAN V KOTO KAMPUNG Campago cukup baik, yaitu mulai dari
Aulia, 2016 DALAM KABUPATEN PADANG perencanaan sampai dengan pertangung
PARIAMAN TAHUN ANGGARAN jawabannya.
2015)
Realisasi kegiatan Program ADD yang
EFEKTIVITAS REALISASI PROGRAM dilakukan di Desa Gelampang Wih
Irfan ALOKASI DANA DESA (ADD) DI Tenang Uken yaitu pembangunan
3 Hidayat, DESA GELAMPANG WIH TENANG berbentuk fisik diantaranya
2018 UKEN KECAMATAN PERMATA pembangunan rabat beton, drainase,
KABUPATEN BENER MERIAH turap kantor desa dan pembanguanan
jalan pemukiman/aspal lapen.
PEMANFAATAN DANA DESA
Pemanfaatan Dana Desa Dalam
Risma DALAM PEMBANGUNAN DESA
4 Pembangunan Desa Mangilu Kecamatan
Hafid, 2017 MANGILU KECAMATAN BUNGORO
Bungoro Kabupaten Pangkep efektif.
KABUPATEN PANGKEP TAHUN 2016
5 Riska PENGELOLAAN ALOKASI DANA pengelolaan ADD di desa Ngombakan
Apriliana, DESA DALAM secara garis besar telah akuntabel,
2017 MEWUJUDKAN GOOD transparan, dan partisipatif. Namun,
GOVERNANCE secara teknis masih terdapat kendala.
Kendala tersebut merupakan kendala
dari kabupaten yang terlambat dalam
membuat Peraturan Bupati mengenai
peraturan tentang ADD dan
pengelolaannya. Hal ini berdampak pada
keterlambatan pelaporan terkait
pengelolaan ADD di desa Ngombakan
Sumber : Data di olah
KERANGKA KONSEPTUAL
Penulis ingin mengetahui alternatif apa yang dapat dijadikan sebagai prioritas
belanja desa di Desa Abung dengan memasukkan beberapa kriteria alternatif seperti:
RPJMDes, potensi desa dan permasalahan desa. Berikut bagan kerangka konseptual
nya.
Gambar 2
Bagan kerangka Konseptual
PRIORITAS BELANJA
Dari 6 narasumber rata-rata kriteria alternatif yang memiliki nilai tertinggi adalah
permasalahan desa, dalam hal ini menurut pendapat narasumber yang diperoleh peneliti
dari lapangan permasalahan desa dianggap sebuah hal yang sangat penting dalam
membangun sebuah desa.
Tabel 4
Matrik Yang di Normalkan
Potensi Permasalahan
KRITERIA RPJMDes
Desa Desa
RPJMDes 1 2 0.5
Potensi Desa 0.5 1 0.33
Permasalahan
2 3 1
Desa
Jumlah 3.5 6 1.83
Perbandingan antara RPJMDes dengan potensi desa bernilai 2 yang berarti bahwa
kriteria potemsi desa memiliki prioritas yang hampir sama penting dengan kriteria
RPJMDes tetapi kriteria RPJMDes sedikit lebih penting daripada kriteria potensi desa.
Tabel 5
Matrik Yang di Normalkan
Rata-rata
RPJMDe Potensi Permasalahan Jumlah (Vektor
KRITERIA
s Desa Desa baris Prioritas
)
RPJMDes 0.2857 0.3333 0.2727 0.8918 0.297
Potensi Desa 0.1429 0.1667 0.1818 0.4913 0.164
Permasalahan
0.5714 0.5 0.5455 1.6169 0.539
Desa
10,000
Persentase prioritas atau preferensi untuk kriteria alternatif RPJMDes: 0,297 atau
sebesar 30%, kriteria Potensi desa: 0,164 atau 16%, kriteria Permasalahan desa: 0,539
atau 54%.Untuk kriteria prefensi permasalahan desa lebih tinggi dibandingkan dengan
potensi desa dan RPJMDes.
Tabel 6
Rasio Konsistensi
0.32756
RPJMDes 0.297258 0.269481 0.8943
1
0.16378
Potensi Desa 0.148629 0.179654 0.492063
1
Permasalahan 0.49134
0.594517 0.538961 1.62482
Desa 2
Tabel 7
Hitungan Rata-Rata Geometrik Alternatif
RPJMDes
Penyelenggaraan Pembangunan Pemberdayaan Pembinaan
Responden
Pemerintah Desa Desa Masyarakat Masyarakat
1 3 9 8 7
2 7 3 6 5
3 4 8 7 6
4 3 5 9 7
5 3 6 9 7
6 3 6 7 9
Jumlah 2268 38880 190512 92610
Rata-rata 3.6247148 5.820421 7.5855497 6.7263012
Pembulatan 4 6 8 7
Potensi Desa
Penyelenggaraan Pembangunan Pemberdayaan Pembinaan
Responden
Pemerintah Desa Desa Masyarakat Masyarakat
1 3 9 8 7
2 7 3 6 5
3 4 8 7 6
4 3 5 9 7
5 3 6 9 7
6 3 6 7 9
Jumlah 2268 38880 190512 92610
Rata-rata 3.6247148 5.820421 7.5855497 6.7263012
Pembulatan 4 6 8 7
Permasalahan Desa
Penyelenggaraan Pembangunan Pemberdayaan Pembinaan
Responden
Pemerintah Desa Desa Masyarakat Masyarakat
1 3 9 8 7
2 7 3 6 5
3 4 8 7 6
4 3 5 9 7
5 3 6 9 7
6 3 6 7 9
Jumlah 2268 38880 190512 92610
Rata-rata 3.6247148 5.820421 7.5855497 6.7263012
Pembulatan 4 6 8 7
Tabel 8
Perbandingan Prioritas (RPJMDes)
KRITERIA Penyelenggaraan Pembangunan Pemberdayaan Pembinaan
RPJMDES Pemerintah Desa Desa Masyarakat Masyarakat
2 4 1 0.5 2
3 5 2 1 3
4 3 0.50 0.33 1
2 3 1 0.33 0.5
3 5 3 1 2
4 4 2 0.5 1
Penyelenggaraan RATA2
KRITERIA Pembangunan Pemberdayaan Pembinaan JUMLAH
Pemerintah (VEKTOR
POTENSI DESA Desa Masyarakat Masyarakat BARIS
Desa PRIORITAS)
1 0.08 0.05 0.10 0.07 0.29 0.07
1,00
Matriks Yang Di Normalkan (Potensi Desa)
KRITERIA
Penyelenggaraan Pembangunan Pemberdayaan Pembinaan
PERMASALAHAN
Pemerintah Desa Desa Masyarakat Masyarakat
DESA
2 5 1 2 3
3 4 0.5 1 2
4 3 0.33 0.50 1
POTENSI PERMASALAHAN
RPJMDES
DESA DESA
Penyelenggaraan 0.070
0.07 0.07 0.07 0.30
Pemerintah Desa 0
Pembangunan 0.368
0.29 0.17 0.47 0.16
Desa 0
X =
Pemberdayaan 0.372
0.47 0.47 0.29
Masyarakat 8
0.54
Pembinaan 0.189
0.17 0.29 0.17
Masyarakat 2
1,000
Prioritas keputusan yang diambil adalah: Pemberdayaan Masyarakat (Preferensi 0,3728 atau
37,28%), dan yang kedua adalah Pembangunan Desa (preferensi 0,3680 atau 36,80%), yang ketiga
adalah Pembinaan Masyarakat (Preferensi 0,1892 atau 18,92%), yang keempat atau yang terakhir
adalah penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Preferensi 0,0700 atau 7%).
PENUTUP
Kesimpulan
1. Dari hasil penelitian ini menunjukkan preferensi bahwa dari ketiga kriteria hasil
perhitungan menggunakan metode AHP yang paling dominan berpengaruh
terhadap penentuan prioritas belanja desa adalah Permasalahan desa: 0,54 atau
sebesar 54%, selanjutnya yaitu kriteria RPJMDes: 0,30 atau 30%, dan yang ketiga
atau yang terakhir yaitu kriteria Potensi desa: 0,16 atau 16%.
2. Dari ketiga faktor atau kriteria: RPJMDes, potensi desa, permasalahan desa tersebut
maka hasil data penelitian menunjukkan pemilihan prioritas belanja dana desa yaitu
Pemberdayaan Masyarakat 37,28%, yang dikuti oleh Pembangunan Desa sebesar
36,80%, yang dikuti Pembinaan Masyarakat sebesar 18,92%, dan yang terakhir
adalah Penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebesar 7%.
Bibliography
Apriliana, Riska (2017). Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Mewujudkan Good
Governance. Retrieved from file:///D:/BAHAN SKRIPSI/Riska Apriliana
Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. (2015). Pokok-
pokok Kebijakan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2016. 20 Oktober
Firdaus, I. H., Abdillah, G., & Renaldi, F. (2016). Sistem Pendukung Keputusan
Penentuan Karyawan Terbaik. Seminar Nasional Teknologi Informasi Dan
Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016), 2016(Sentika), 440–445.
https://doi.org/10.1111/gcb.13996
Firdaus, M., Harmini, & M.A, F. (2011). Aplikasi Metode Kuantitatif Untuk
Manajemen Dan Bisnis. Bogor: PT. Penerbit IPB Press.
Hafid, Risma (2017). Pemanfaatan Desa Dalam Pembangunan Desa Mangilu
Kecamatan Bungoro Kabupaten Tangkep Tahun 2016. Retrieved from
file:///D:/BAHAN SKRIPSI/SKRIPSI RISMA 135
Kessa, Wahyudin. (2015). Perencanaan Pembangunan Desa, Cetakan Pertama, Jakarta,
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia, 2015, Hal 19
Republik Indonesia. (2007). Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 37 Pasal 1 Ayat (3)
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa. Jakarta
Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 113 Tentang
Pengelolaan Keuangan Desa. Jakarta.
Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 114 Tentang
Pedoman Pembangunan Desa. Jakarta.
Republik Indonesia. (2014). Peraturan Pemerintah No. 60 Tentang Dana Desa yang
Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. (2016). Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi No. 22 Tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa
Tahun 2017. Jakarta.
Republik Indonesia. (2014). Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Jakarta.
Rosalina, Okta (2014). Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Dalam Menunjang
Pembangunan Pedesaan. Retrieved from file:///D:/BAHAN SKRIPSI/ 1209-2377-
1-SM
Saaty, T. L. (2008). Decision Making With The Analytic Hierarchy Process, Int. J.
Services Sciences, Vol. 1, No. 1, 2008