Anda di halaman 1dari 16

PENGELOLAAN PRIORITAS BELANJA DANA DESA ABUNG KABUPATEN

HULU SUNGAI TENGAH


PRIORITY MANAGEMENT OF ABUNG VILLAGE FUND EXPENDITURES,
HULU SUNGAI TENGAH

Jepriansyah*, Muhammad Saleh


“Jurusan Ilmu Ekonomi & Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis”
“Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin”
*@gmail.com

Abstract
This study aims to (1) determine the preferences of the criteria for determining the
priority of village spending on the Abung village fund, HST Regency. (2) the determine
preferences of the criteria for determining the priority of village spending on the Abung
village fund, HST Regency.
This research was conducted in Abung Village, Hulu Sungai Tengah Regency by
taking as many as 6 respondents as respondents who influenced the determination of
village funds in the Abung Village.
So the results of this study are the most dominant criteria in the priority of village
fund spending, namely Village problems: 0.54 or 54%, then the RPJMDes criteria: 0.30
or 30%, and the third or last one is the village potential criteria: 0.16 or 16%.
Meanwhile, the priority of spending on village funds in Abung village is Community
Empowerment at 37.28%, followed by Village Development at 36.80%, followed by
Community Development at 18.92%, and the last one is Village Administration at 7%.
Keywords : Village Fund Expenditure, AHP Method

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui kriteria apa yang menentukan
prioritas belanja dana desa di desa Abung Kabupaten Hulu Sungai Tengah, (2) Untuk
mengetahui prioritas belanja dana desa di desa Abung Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Penelitian ini dilakukan di desa Abung Kabupaten Hulu Sungai Tengah dengan
mengambil responden sebanyak 6 orang yang berpengaruh terhadap penentuan dana
desa di Desa Abung tersebut.
Maka hasil dari penelitian ini adalah kriteria yang paling dominan pada prioritas
belanja dana desa yaitu Permasalahan desa: 0,54 atau sebesar 54%, selanjutnya yaitu
kriteria RPJMDes: 0,30 atau 30%, dan yang ketiga atau yang terakhir yaitu kriteria
Potensi desa: 0,16 atau 16%. Sedangkan prioritas belanja dana desa pada desa Abung
yaitu Pemberdayaan Masyarakat 37,28%, yang dikuti oleh Pembangunan Desa sebesar
36,80%, yang dikuti Pembinaan Masyarakat sebesar 18,92%, dan yang terakhir adalah
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebesar 7%.
Kata Kunci : Belanja Dana Desa, Metode AHP
PENDAHULUAN
Berdasarkan pasal 71 UndangUndang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa
menyebutkan bahwa “keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat
dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang
berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa.” Desa dapat menjalankan
otonomi yang lebih luas untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Hal ini berarti setiap desa diberikan
hak, kewajiban dan wewenang untuk mengelola apa yang dimiliki oleh desa tersebut
demi tercapainya kesejahteraan masyarakat (Darmiasih, 2015).
Pada dasarnya, setiap desa mendapatkan Alokasi Dana Desa sesuai dengan porsi
masing-masing. Penyaluran Alokasi Dana Desa ini, disalurkan dengan perhitungan
dimana 90% berdasarkan pemerataan (Alokasi Dasar) dan sebesar 10% (Alokasi
Formula) berdasarkan variabel jumlah penduduk desa sebesar 25%, angka kemiskinan
desa 35%, luas wilayah desa 10%, dan tingkat kesulitan geografis desa sebesar 30%.
(PMK.49/PMK.07/2016).
Desa Abung adalah salah satu desa di wilayah Kecamatan Limpasu, Kabupaten
Hulu Sungai Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan yang memiliki anggaran dana desa
yang luar biasa dalam membangun desa, berikut data anggaran dana desa Abung :

Tabel 1
Dana desa Abung Kab. HST

Tahun Dana Desa


2016 Rp 592.174.000
2017 Rp 755.970.000
2018 Rp 662.791.000
2019 Rp 739.832.000
2020 Rp 719.043.000
Sumber : Sekdes Abung Kab. HST
Gambar 1
Laporan Dana desa Abung Kec.
Limpasu Kab.HST Tahun 2020
ANGGARAN REALISASI
NOMOR URAIAN SISA (Rp)
(Rp) (Rp)
1 2 6 7 8
1. PENDAPATAN
1.2 Pendapatan Transfer 719,043,000 719,043,000
1.2.1.1 Dana Desa 719,043,000 719,043,000
JUMLAH PENDAPATAN 719,043,000 719,043,000
2. BELANJA DESA
2.1.02 BIDANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DESA 434,026,181 380,795,299 53,230,882
2.1.02.1 Sub Bidang Pendidikan 75,193,010 75,141,728 51,282
Penyelenggaraan PAUD/TK/TPA/TPQ 30,994,982 30,960,000 34,982
Pembangunan/Rehabilitasi/Pengadaan Sarana 44,198,028 44,191,728 6,300
2.1.02.2 Sub Bidang Kesehatan 121,344,600 99,455,000 21,889,600
Penyelenggaraan Pos Kesehatan Desa/Polindes 23,730,000 17,355,000 6,375,000
Penyelenggaraan Posyandu 93,714,600 79,700,000 14,014,600
Penyelenggaraan Desa Siaga Kesehatan 3,900,000 2,400,000 1,500,000
2.1.02.3 Sub Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 113,949,003 113,906,703 42,300
Pemeliharaan Prasarana Jalan Desa 2,515,970 2,515,970 0
Pembangunan/Rehabilitasi/Pengerasan Jalan 111,433,033 111,390,733 42,300
2.1.02.4 Sub Bidang Kawasan Pemukiman 92,369,568 92,291,868 77,700
Pemeliharaan Sanitasi Pemukiman 92,369,568 92,291,868 77,700
2.1.02.5 Sub Bidang Perhubungan, Komunikasi dan Informatika 31,170,000 0 31,170,000
Pembuatan dan Pengelolaan Jaringan 31,170,000 0 31,170,000
2.2.02 BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA 316,190,000 314,990,000 1,200,000
2.2.02.1 Sub Bidang Penanggulangan Bencana 51,590,000 51,590,000 0
Kegiatan Penanggulangan Bencana 51,590,000 51,590,000 0
2.2.02.1 Sub Bidang Keadaan Mendesak 264,600,000 263,400,000 1,200,000
Penanganan Keadaan Mendesak 264,600,000 263,400,000 1,200,000
JUMLAH BELANJA DESA 750,216,181 695,785,299 54,430,882
SURPLUS/DEFISIT -31,173,181 23,257,701 -54,430,882

Sumber : Sekdes Abung Kab. HST

Dapat dilihat pada data diatas bahwa penggunaan dana desa hanya terfokus

pada pembangunan desa, sedangkan pada bidang-bidang lain seperti pemberdayaan

masyarakat dan pembinaan masyarakat masih belum terlihat. Oleh karena itu

penelitian ini bertujuan untuk mencari prioritas belanja dana desa yang seharusnya

dilakukan desa Abung kabupaten Hulu Sungai Tengah dibantu dengan metode

Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan teknik yang dikembangkan oleh


profesor di Wharston School Of Business pada tahun 1970-an (M. Firdaus,

Harmini, & M.A, 2011).

TINJAUAN PUSTAKA
Desa
Berdasarkan UU No. 6 tahun 2014 Bab 1 pasal 1 tentang desa, desa adalah desa
dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU No. 6 Tahun 2014).
Desa menurut H.A.W. Widjaja (2003) adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yangbersifat istimewa.
Landasan
pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah keanekaragaman, partisipasi,
otononi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.

Alokasi Dana Desa


Alokasi Dana Desa merupakan dana yang dialokasikan oleh Pemerintah
Kabupaten atau Kota untuk desa, yang bersumber dari bagian dana perimbangan
keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten atau Kota (PP No. 72 Tahun
2005 Pasal 1 ayat 11).
Alokasi Dana Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yaitu dana
perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota yang
dalam pembagiannya untuk tiap desa dibagikan secara proporsional. Dalam pengelolaan
keuangan desa, pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan mewakili
pemerintah desa dalam kepemilikan kekayaan milik desa yang dipisahkan adalah
Kepala Desa. Kepala Desa bertugas untuk menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan
APB Desa,
menetapkan PTPKD (Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa), menetapkan
petugas pemungutan penerimaan desa, menyetujui pengeluaran yang ditetapkandalam
APB Desa, melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaranatas beban APB Desa
(Permendagri No. 113 Tahun 2014).

Analytcal Herarchy Process (AHP)

Metode Analytcal Herrchy Process (AHP) dkembangkan oleh Prof. Thomas Lore Saaty
dar Wharton Busness School d awal tahun 1970, yang dgunakan untuk mencar rangkng
atau urutan prortas dar berbaga alternatf dalam pemecahan suatu permasalahan. Dalam
kehdupan sehar-har, seseorang senantasa dhadapkan untuk melakukan plhan dar
berbaga alternatf. Dsn dperlukan penentuan prortas dan uj konsstens terhadap plhan-
plhan yang telah dlakukan. Dalam stuas yang kompleks, pengamblan keputusan tdak
dpengaruh oleh satu faktor saja melankan multfaktor dan mencakup berbaga jenjang
maupun kepentngan.

Penelitian Terdahulu
Tabel 2
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Hasil
PENGELOLAAN DANA DESA
menunjukkan bahwa Pengelolaan Dana
DALAM UPAYA MENINGKATKAN
Desa menurut Banyuates
M. Agus PEMBANGUNAN DI DESA
1 Pemerintahan Desa baik secara teknis
Salim, 2018 BANYUATES KECAMATAN
maupun administratif sudah berjalan
BANYUATES
sesuai dengan regulasi yang ada.
KABUPATEN SAMPANG
ANALISIS PENGELOLAAN DANA Menunjukkan bahwa pengelolaan dana
DESA PADA PEMERINTAH DESA desa yang dilakukan oleh dua nagari,
Muhammad (STUDI KASUS PADA DESA DI yaitu Nagari Sikucur dan Nagari
2 Rinaldi KECAMATAN V KOTO KAMPUNG Campago cukup baik, yaitu mulai dari
Aulia, 2016 DALAM KABUPATEN PADANG perencanaan sampai dengan pertangung
PARIAMAN TAHUN ANGGARAN jawabannya.
2015)
Realisasi kegiatan Program ADD yang
EFEKTIVITAS REALISASI PROGRAM dilakukan di Desa Gelampang Wih
Irfan ALOKASI DANA DESA (ADD) DI Tenang Uken yaitu pembangunan
3 Hidayat, DESA GELAMPANG WIH TENANG berbentuk fisik diantaranya
2018 UKEN KECAMATAN PERMATA pembangunan rabat beton, drainase,
KABUPATEN BENER MERIAH turap kantor desa dan pembanguanan
jalan pemukiman/aspal lapen.
PEMANFAATAN DANA DESA
Pemanfaatan Dana Desa Dalam
Risma DALAM PEMBANGUNAN DESA
4 Pembangunan Desa Mangilu Kecamatan
Hafid, 2017 MANGILU KECAMATAN BUNGORO
Bungoro Kabupaten Pangkep efektif.
KABUPATEN PANGKEP TAHUN 2016
5 Riska PENGELOLAAN ALOKASI DANA pengelolaan ADD di desa Ngombakan
Apriliana, DESA DALAM secara garis besar telah akuntabel,
2017 MEWUJUDKAN GOOD transparan, dan partisipatif. Namun,
GOVERNANCE secara teknis masih terdapat kendala.
Kendala tersebut merupakan kendala
dari kabupaten yang terlambat dalam
membuat Peraturan Bupati mengenai
peraturan tentang ADD dan
pengelolaannya. Hal ini berdampak pada
keterlambatan pelaporan terkait
pengelolaan ADD di desa Ngombakan
Sumber : Data di olah

KERANGKA KONSEPTUAL

Penulis ingin mengetahui alternatif apa yang dapat dijadikan sebagai prioritas
belanja desa di Desa Abung dengan memasukkan beberapa kriteria alternatif seperti:
RPJMDes, potensi desa dan permasalahan desa. Berikut bagan kerangka konseptual
nya.

Gambar 2
Bagan kerangka Konseptual

PRIORITAS BELANJA

RPJMDES Potensi Desa Permasalahan

Penyelenggaraan Pembangunan Pemberdayaan Pembinaan


Pemerintahan Desa Desa Masyarakat Masyarakat

Pembangunan desa di pengaruhi oleh tiga penentu indikator pembangunan desa


secara penyelengaraan pemerintahan desa, pembangunan desa, pemberdayaan
masyarakat, pembinaan masyarakat. Tiga penentu tersebut menjadi kriteria diantaranya
yaitu RPJMDes, potensi desa dan permasalahan desa. Bagan tersebut sesuai dengan
teknik analisis data yang akan dipakai yaitu ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
(AHP). Jadi untuk mencapai prioritas pembangunan desa harus menghitung ketiga
kriteria tersebut dengan pertimbangan 4 alternatif diatas.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitianvdeskriptif kualitatif yang menggambarkan
pengelolaan ADD berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun
2014 secara umum dan Peraturan Bupati HST No. 9 Tahun 2018 secara khusus tentang
Pengelolaan Keuangan Desa di Desa Abung Kabupaten HST.Pengelolaan ADD yang
dimaksud adalah keseluruhan tahap kegiatan yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan,
dan laporanpertanggungjawaban ADD. Penelitian ini dilakukan melalui pengamatan
langsung di lapangan yakni desa yang telah dipilih oleh peneliti dengan carapurposive
sampling, yaitu sampel yang telah ditetapkan oleh peneliti dengan alasan dan tujuan
khusus. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi maksimal mengenai unsur-
unsur yang diteliti.

Populasi dan Sampel


Pada peneltian ini menggunakan pengambilan sampel Non-Probablty sampling
dengan teknik Purposve Sampling. Penelti mengambil sampel 6 responden yaitu kepala
desa serta tokoh-tokoh masyarakat desa yang didasarkan menggunakan metode Saaty
yang dimana responden ialah orang yang ahli atau berpengaruh di Desa Abung.

Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi (Pengamatan)
Yaitu teknik pengumpulan data yang tidak terbatas pada orang, tetapi juga
pada obyek-obyek alam yang lain. Teknik ini digunakan bila penelitian berkenaan
dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden
yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2012).
2. Interview (Wawancara)
Merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti apabila
ingin mengetahui hal-hal atau informasi dari responden yang lebih mendalam dan
jumlah respondennya relatif lebih sedikit/kecil (Sugiyono, 2012). Peneliti
melakukan tanya jawab serta percakapan secara langsung dan mendalam (indepth
interview) kepada informan yang kompeten dalam pengelolaan Alokasi Dana
Desa.
3. Dokumentasi
Yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui pengkajian dan penelaahan
terhadap catatan tertulis maupun dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti. Dokumen yang digunakan bisa berbentuk gambar, tulisan,
peraturan, kebijakan, dan dokumen lain yang dapat mendukung penelitian yang
dilakukan oleh peneliti. Dalam penelitian ini dokumen yang digunakan antara lain
Ringkasan APBDes, SPP, Kwitansi, Nota Pesanan, Buku Kas Umum, dan
beberapa dokumen penting lainnya

Teknik Analisis Data


Pada penelitian ini menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process)
merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L.
Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau
multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, menurut Saaty (2008), hirarki
didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks
dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level
faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari
alternatif.

HASIL DAN ANALISIS


Pengelolaan Prioritas Alokasi Belanja Dana Desa Abung Kabupaten HST
Tabel 3
Rata-rata Geometriks Kriteria
Potensi Permasalahan
Responden RPJMDes
Desa Desa
1 9 6 7
2 5 7 8
3 9 7 8
4 7 6 9
5 5 7 8
6 8 6 7
Jumlah 113400 74088 225792
Rata-rata 6.957216 6.48074 7.803416
Pembulatan 7 6 8

Dari 6 narasumber rata-rata kriteria alternatif yang memiliki nilai tertinggi adalah
permasalahan desa, dalam hal ini menurut pendapat narasumber yang diperoleh peneliti
dari lapangan permasalahan desa dianggap sebuah hal yang sangat penting dalam
membangun sebuah desa.
Tabel 4
Matrik Yang di Normalkan
Potensi Permasalahan
KRITERIA RPJMDes
Desa Desa
RPJMDes 1 2 0.5
Potensi Desa 0.5 1 0.33
Permasalahan
2 3 1
Desa
Jumlah 3.5 6 1.83

Perbandingan antara RPJMDes dengan potensi desa bernilai 2 yang berarti bahwa
kriteria potemsi desa memiliki prioritas yang hampir sama penting dengan kriteria
RPJMDes tetapi kriteria RPJMDes sedikit lebih penting daripada kriteria potensi desa.

Tabel 5
Matrik Yang di Normalkan
Rata-rata
RPJMDe Potensi Permasalahan Jumlah (Vektor
KRITERIA
s Desa Desa baris Prioritas
)
RPJMDes 0.2857 0.3333 0.2727 0.8918 0.297
Potensi Desa 0.1429 0.1667 0.1818 0.4913 0.164
Permasalahan
0.5714 0.5 0.5455 1.6169 0.539
Desa
10,000

Persentase prioritas atau preferensi untuk kriteria alternatif RPJMDes: 0,297 atau
sebesar 30%, kriteria Potensi desa: 0,164 atau 16%, kriteria Permasalahan desa: 0,539
atau 54%.Untuk kriteria prefensi permasalahan desa lebih tinggi dibandingkan dengan
potensi desa dan RPJMDes.

Tabel 6
Rasio Konsistensi

Potensi Permasalahan Jumlah


KRITERIA RPJMDes
Desa Desa baris

0.32756
RPJMDes 0.297258 0.269481 0.8943
1
0.16378
Potensi Desa 0.148629 0.179654 0.492063
1
Permasalahan 0.49134
0.594517 0.538961 1.62482
Desa 2

0.894300 0.297258 4.01


0.492063 : 0.163781 = 4.00
1.624820 0.538961 4.01

Mencari Nilai Eigen Maks


Mencari nilai eigen Amaks dengan
perhitungan berikut
Amaks = 4,01 + 4,00 + 4,01 = 4,01
4

Menghitung nilai konsistensi indeks (CI)


CI = Amaks - n = 4,01 - 4 = 0,01= 0,0050
n-1 4–1 3

Potensi Permasalahan Jumlah


KRITERIA RPJMDes
Desa Desa baris
RPJMDs 3,01
0.3333 0.2727 0.8918
Potnsi Desa 3,00
0.1667 0.1818 0.4913
Permaslaha
3,01
n Desa 0.5000 0.5455 1.6169
9,02
Eigen
3,01 0,01
Maks
CI 0,0050
CR 0,0086
Dapat diterima karena kurang dari 10%

Prioritas keputusan yang diambil adalah: Pemberdayaan Masyarakat (Preferensi


0,3728 atau 37,28%), dan yang kedua adalah Pembangunan Desa (preferensi 0,3680
atau 36,80%), yang ketiga adalah Pembinaan Masyarakat (Preferensi 0,1892 atau
18,92%), yang keempat atau yang terakhir adalah penyelenggaraan Pemerintahan Desa
(Preferensi 0,0700 atau 7%). Dengan demikian bidang yang dipilih untuk dijadikan
sebagai sektor prioritas untuk belanja desa pada dana Desa Abung adalah
Pemberdayaan Masyarakat 37,28%, yang dikuti oleh Pembangunan Desa sebesar
36,80%, yang dikuti Pembinaan Masyarakat sebesar 18,92%, dan yang terakhir adalah
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebesar 7%.

Tabel 7
Hitungan Rata-Rata Geometrik Alternatif
RPJMDes
Penyelenggaraan Pembangunan Pemberdayaan Pembinaan
Responden
Pemerintah Desa Desa Masyarakat Masyarakat
1 3 9 8 7
2 7 3 6 5
3 4 8 7 6
4 3 5 9 7
5 3 6 9 7
6 3 6 7 9
Jumlah 2268 38880 190512 92610
Rata-rata 3.6247148 5.820421 7.5855497 6.7263012
Pembulatan 4 6 8 7

Potensi Desa
Penyelenggaraan Pembangunan Pemberdayaan Pembinaan
Responden
Pemerintah Desa Desa Masyarakat Masyarakat
1 3 9 8 7
2 7 3 6 5
3 4 8 7 6
4 3 5 9 7
5 3 6 9 7
6 3 6 7 9
Jumlah 2268 38880 190512 92610
Rata-rata 3.6247148 5.820421 7.5855497 6.7263012
Pembulatan 4 6 8 7

Permasalahan Desa
Penyelenggaraan Pembangunan Pemberdayaan Pembinaan
Responden
Pemerintah Desa Desa Masyarakat Masyarakat
1 3 9 8 7
2 7 3 6 5
3 4 8 7 6
4 3 5 9 7
5 3 6 9 7
6 3 6 7 9
Jumlah 2268 38880 190512 92610
Rata-rata 3.6247148 5.820421 7.5855497 6.7263012
Pembulatan 4 6 8 7

Kriteria alternatif potensi desa, rata-rata geometrik tertinggi yaitu pemberdayaan


masyarakat dengan rata-rata geometrik sebesar: 7,56 apabila dibulatkan menjadi 8,
Pembinaan Masyarakat memiliki rata-rata geometrik sebesar: 6,72 apabila dibulatkan
menjadi 7, pembangunan desa memiliki rata-rata geometrik sebesar: 5,82 apabila
dibulatkan menjadi 6, dan penyelenggaraan pemerintahan desa memiliki rata-rata
geometrik sebesar: 3,64 apabila dibulatkan menjadi 4.

Tabel 8
Perbandingan Prioritas (RPJMDes)
KRITERIA Penyelenggaraan Pembangunan Pemberdayaan Pembinaan
RPJMDES Pemerintah Desa Desa Masyarakat Masyarakat

1 1 0.25 0.20 0.33

2 4 1 0.5 2

3 5 2 1 3

4 3 0.50 0.33 1

JUMLAH 13.00 3.75 2.03 6.33

Matriks Yang Di Normalkan (RPJMDes)


Penyelenggaraan RATA2
KRITERIA Pembangunan Pemberdayaan Pembinaan JUMLAH
Pemerintah (VEKTOR
RPJMDES Desa Masyarakat Masyarakat BARIS
Desa PRIORITAS)
1 0.077 0.067 0.098 0.053 0.295 0.07
2 0.308 0.267 0.246 0.316 1.136 0.28
3 0.385 0.533 0.492 0.474 1.883 0.47
4 0.231 0.133 0.164 0.158 0.686 0.17
1,00
Perbandingan Prioritas (Potensi Desa)

KRITERIA Penyelenggaraan Pembangunan Pemberdayaan Pembinaan


POTENSI DESA Pemerintah Desa Desa Masyarakat Masyarakat

1 1 0.33 0.20 0.25

2 3 1 0.33 0.5

3 5 3 1 2

4 4 2 0.5 1

JUMLAH 13.00 6.33 2.03 3.75

Penyelenggaraan RATA2
KRITERIA Pembangunan Pemberdayaan Pembinaan JUMLAH
Pemerintah (VEKTOR
POTENSI DESA Desa Masyarakat Masyarakat BARIS
Desa PRIORITAS)
1 0.08 0.05 0.10 0.07 0.29 0.07

2 0.23 0.16 0.16 0.13 0.69 0.17

3 0.38 0.47 0.49 0.53 1.88 0.47

4 0.31 0.32 0.25 0.27 1.14 0.28

1,00
Matriks Yang Di Normalkan (Potensi Desa)

KRITERIA
Penyelenggaraan Pembangunan Pemberdayaan Pembinaan
PERMASALAHAN
Pemerintah Desa Desa Masyarakat Masyarakat
DESA

1 1 0.20 0.25 0.33

2 5 1 2 3

3 4 0.5 1 2

4 3 0.33 0.50 1

JUMLAH 13.00 2.03 3.75 6.33


Perbandingan Prioritas (Permasalahan Desa)
KRITERIA Penyelenggaraan RATA2
Pembangunan Pemberdayaan Pembinaan JUMLAH
PERMASALAHAN Pemerintah (VEKTOR
Desa Masyarakat Masyarakat BARIS
DESA Desa PRIORITAS)
Penyelenggaraan
Pemerintah Desa 0.0769 0.0984 0.0667 0.0526 0.29458 0.07
Pembangunan Desa 0.3846 0.4918 0.5333 0.4737 1.88344 0.47
Pemberdayaan
Masyarakat 0.3077 0.2459 0.2667 0.3158 1.13605 0.28
Pembinaan
Masyarakat 0.2308 0.1639 0.1333 0.1579 0.68593 0.17
1,00
Matriks Yang Di Normalkan (Permasalahan Desa)

Perangkingan Alternatif (Hasil Penjumlahan Dari Perkalian Setiap Bobot Alternatif


Dengan Bobot Kriteria Yang Bersesuaian)

POTENSI PERMASALAHAN
RPJMDES
DESA DESA
Penyelenggaraan 0.070
0.07 0.07 0.07 0.30
Pemerintah Desa 0
Pembangunan 0.368
0.29 0.17 0.47 0.16
Desa 0
X =
Pemberdayaan 0.372
0.47 0.47 0.29
Masyarakat 8
0.54
Pembinaan 0.189
0.17 0.29 0.17
Masyarakat 2

1,000

Prioritas keputusan yang diambil adalah: Pemberdayaan Masyarakat (Preferensi 0,3728 atau
37,28%), dan yang kedua adalah Pembangunan Desa (preferensi 0,3680 atau 36,80%), yang ketiga
adalah Pembinaan Masyarakat (Preferensi 0,1892 atau 18,92%), yang keempat atau yang terakhir
adalah penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Preferensi 0,0700 atau 7%).

PENUTUP
Kesimpulan
1. Dari hasil penelitian ini menunjukkan preferensi bahwa dari ketiga kriteria hasil
perhitungan menggunakan metode AHP yang paling dominan berpengaruh
terhadap penentuan prioritas belanja desa adalah Permasalahan desa: 0,54 atau
sebesar 54%, selanjutnya yaitu kriteria RPJMDes: 0,30 atau 30%, dan yang ketiga
atau yang terakhir yaitu kriteria Potensi desa: 0,16 atau 16%.
2. Dari ketiga faktor atau kriteria: RPJMDes, potensi desa, permasalahan desa tersebut
maka hasil data penelitian menunjukkan pemilihan prioritas belanja dana desa yaitu
Pemberdayaan Masyarakat 37,28%, yang dikuti oleh Pembangunan Desa sebesar
36,80%, yang dikuti Pembinaan Masyarakat sebesar 18,92%, dan yang terakhir
adalah Penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebesar 7%.
Bibliography
Apriliana, Riska (2017). Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Mewujudkan Good
Governance. Retrieved from file:///D:/BAHAN SKRIPSI/Riska Apriliana
Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. (2015). Pokok-
pokok Kebijakan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2016. 20 Oktober
Firdaus, I. H., Abdillah, G., & Renaldi, F. (2016). Sistem Pendukung Keputusan
Penentuan Karyawan Terbaik. Seminar Nasional Teknologi Informasi Dan
Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016), 2016(Sentika), 440–445.
https://doi.org/10.1111/gcb.13996
Firdaus, M., Harmini, & M.A, F. (2011). Aplikasi Metode Kuantitatif Untuk
Manajemen Dan Bisnis. Bogor: PT. Penerbit IPB Press.
Hafid, Risma (2017). Pemanfaatan Desa Dalam Pembangunan Desa Mangilu
Kecamatan Bungoro Kabupaten Tangkep Tahun 2016. Retrieved from
file:///D:/BAHAN SKRIPSI/SKRIPSI RISMA 135
Kessa, Wahyudin. (2015). Perencanaan Pembangunan Desa, Cetakan Pertama, Jakarta,
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia, 2015, Hal 19
Republik Indonesia. (2007). Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 37 Pasal 1 Ayat (3)
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa. Jakarta
Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 113 Tentang
Pengelolaan Keuangan Desa. Jakarta.
Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 114 Tentang
Pedoman Pembangunan Desa. Jakarta.
Republik Indonesia. (2014). Peraturan Pemerintah No. 60 Tentang Dana Desa yang
Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. (2016). Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi No. 22 Tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa
Tahun 2017. Jakarta.
Republik Indonesia. (2014). Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Jakarta.

Rosalina, Okta (2014). Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Dalam Menunjang
Pembangunan Pedesaan. Retrieved from file:///D:/BAHAN SKRIPSI/ 1209-2377-
1-SM
Saaty, T. L. (2008). Decision Making With The Analytic Hierarchy Process, Int. J.
Services Sciences, Vol. 1, No. 1, 2008

Anda mungkin juga menyukai