Dokumen Tanpa Judul
Dokumen Tanpa Judul
*Gielbran : menindak lanjuti konsol sebelumnya tajuk “Bencana Demografi , Indonesia Darurat
Demok
rasi . Punya bahasan lanjutan dari isu sebeumnya soal kebebasan berpendapat , isu pendidikan
, UMP .
*Ganta (apatis) : Jangan sampai di tataran aksi saja . Persoalan biaya pendidikan mahal relate
dgn demokrasi karena akses pendidikan.
*Stev : Isu pendidikan bkn tanggung jawab aliansi saja tapi seluruh . Isu tetap harus diangkat .
Tujuan gerakan harus dikonkritkan biar marwah gerakan tidak redup . Harus tembak target .
*Imam : bisa coba sama” langsung konkritkan mau ditargetkan kemana apakah aksi atau
audiensi .
*mas yoyok : ciptakan momentum . Situasi serba mendekati pemilu selalu menderet ke
pembahasan pilpres . Harus bisa menentukan momentum untuk membangkitkan gerakan.
*Mas Vian (LBH Yogya) : menata kembali pola gerakan . Tidak hanya mengawal diawal harus
jga menentukan pasca aksi ngpain . Karena dari sebelumnya juga cuma berhenti diakhir .
Kajian strategis tetap diperlukan terutama utk pembahasan seperti pendidikan bsa dari apatis .
*gielbran : perkuat militansi perlu utk membuat momentum sehingga gerakan yang vakum
kembali hidup
*Mas Yogog : memungkinkan tidak seperti memblokade jalan tapi perlu target momentum pas
dan konsisten .
*Perlu konfirmasi ulang apakah utk jangka pendek apa panjang . Nanti membuat evaluasi .
*Imam :
Mas Yoyok :
Tentukan target, kita mau ngapain? Mau pendidikan gratis atau sekedar demo supaya viral
saja?
Gielbran :
Oke, mungkin bisa dari aliansi pendidikan gratis bisa menanggapi
Alp :
Belum ada
Ganta :
Yang penting membangun imajinasi tentang pendidikan gratis dahulu di benak masyarakat
Gielbran :
Kalau aku boleh saran, mungkin target kita bisa ke DPR, bisa berupa petisi atau gugatan ke
komisi X, agar hal yang kita susun ngga hanya melebur menjadi angin saja, tapi bisa sampai
kepara stakeholder
Yoyok :
Yang perlu kita tentukan adalah, gerakan kita ini, bagaimana caranya gerakan kita ini bisa
tersambung, entah dengan cara membentuk aliansi. Isu pendidikan ini sudah di bawa sejak aku
Maba bahkan, dan sekarang ngga pernah kesampaian. Banyak aliansi sudah dibentuk, namun
semuanya hilang, banyak ketua ketua BEM yang pun sudah merapat ke timses. Kita berharap
tidak ada politik dinasti, kita berharap parpol berpihak pada rakyat, namun kan tidak ada. Maka
dari itu diperlukan ada nya pengawalan, ada nya keberlanjutan, menjaga agar hal hal tersebut
bisa selalu terjaga. Masalah teknis aksi dan sebagainya itu kita urusi nanti, perlu ada hal yang
merekatkan kita.
Stevanus :
Dalam hal ini kita berharap aksi aksi yang pernah gencar dahulu, yang rata-rata mulai dari
Jogja, maka kita perlu menciptakan langkah langkah konkrit. Maka dari itu kita perlu Berdiskusi
bagaimana cara untuk membakar semangat kita, cara agar gerakan kita lebih konkrit, dan
bagaimana gerakan ini bisa lebih keluar lagi.
Moderator :
Menyimpulkan, gerakan kita ini akan kita jadikan aksi yang seperti apa? Kemana? Target nya
apa?
Sebaiknya apa dan bagaimana, contoh hal hal konkrit seperti apakah kita kembali seperti
dahulu, 48 jam kuasai Gejayan. Gerakan gerakan buruh pun sekarang sedang mencari
kesempatan untuk menyampaikan aspirasi nya, namun tertutup oleh gimmick gimmick.
Gielbran :
Menanggapi hal ini, cuma ada satu kata, yakni "militansi" kita buat momentum, momentum yang
lebih besar, yang kemudian akan menjadi cikal bakal, saranku seminimal minimalnya adalah
perkuat militansi kita, dan ciptakan momentum. Harapannya ini bisa merevitalisasi
gerakan-gerakan besar dahulu.
Ganta :
Ini maksudnya momentum untuk menjahit simupul gitu ya?
Gielbran :
Ya benar
Jadi bayangan saya itu, kita bisa membuat, suatu momentum untuk bisa menyatukan
keseluruhan pemuda seperti sumpah pemuda pada 1928, saya membayangkan kita bisa
menciptakan momentum melalui kolektivitas. Hegemoni yang harus kita bangun adalah
membangun garis demokrasi dengan para elit yang sekarang menguasai.
Yoyok :
Mungkin gak, semisal kita mogok kampus, atau mogok UAS? Disini kita coba mengimajinasikan
momentum, atau juga semisal menggerakkan semua kampus, pada zaman dahulu misal para
aktivis meludahkan bareng bareng Belanda, hingga tenggelam tuh Belanda
Usulku adalah, sebaiknya jangka pendek dulu saja, target nya adalah pelaksanaan evaluasi,
sehingga nantinya akan ada kemungkinan untuk dilaksanakan Jangka Panjang. Karna kita ga
bisa memaksakan kesadaran kita, memaksakan militansi kita ke orang-orang. Tinggal kita
bahas teknis nya.
Usulku adalah, aksi dan evaluasi. Karena supaya tahu apa yang menjadi bolong nya dari
pengadaan suatu kegiatan
Pemuda harus lebih semangat, lebih liar, karena ini urusannya dengan masa depan kawan
kawan, masa depan kawan kawan yang masih panjang, aku mengajak teman teman untuk
membuat imajinasi yang lebih sesuai dengan zaman sekarang. Omnibus law kita tolak, tapi
tetep jalan terus. Ini Haris dan Fatia, kalau sekiranya nanti mereka tertangkap, artinya ini kita ya
lemah banget, bukan berarti kita lemah juga, tapi kita kuat, namun ngga mau menggunakan
kekuatan kita. Kita aksi begini tapi ga banyak yang berguna, kita bisa pikirkan gerakan gerakan
yang besar, harapan harapan untuk menciptakan ke gerakan yang masif.
Stevanus, : artinya ini kan tujuannya udah jelas banget ya, maka dari itu tujuannya bisa kotakita
flearclear kan , kalau pkitaIta punya keresahan keresahan bersama, maka dari itu sebaiknya
kita lngsungangsung ke teknis nya saja
*lanjut bahas
*ikhsan : saran tanggal 15 aksi momentum pasca uas UGM dan menjelang uas kampus lain.
*jaringan : mas gielbran , ilham (semi seringkat) , tegar ( imm) , rehan (uii) , aldino (uny) ,
yudistira (atmajaya) , mas ardi ( semesta)