Anda di halaman 1dari 18

KELOMPOK 5

HUMAN DIGNITY
Harga Diri Manusia

Bernardinus Evan Agung


Fillia Meydiana Putri
Hasbi Farhan Armanda
Mirza Dias Samudra
Nahidl Iqbalul Anam
KELOMPOK 5
Bernardinus Evan A.

Fillia Meydiana P.
17/411975/FI/04346
Hasbi Farhan A.
18/429615/FI/04526

Nahidl Iqbalul A.
20/458573/FI/04809
Mirza Dias S.
01
PENDAHULUAN
Martabat atau harga diri manusia dapat
mengacu pada status luar biasa spesies
manusia, kapasitas khusus yang terkait
dengan kemanusiaan atau hak alami
individu. Ini memiliki banyak asosiasi dengan
konsep seperti kesucian, individualitas,
kepribadian, berkembang, dan harga diri.
Ini juga dapat digunakan untuk
mengungkapkan komitmen fundamental
filosofi politik liberal serta tugas berbasis
tugas untuk diri sendiri dan orang lain.
Harga diri manusia adalah klaim tentang
status manusia yang dimaksudkan untuk
menyatukan tradisi etika, hukum, dan politik
kita.
02
LATAR
BELAKANG
KONSEP
Hak "berasal dari persamaan hakiki manusia," menurut
Preamble of the International Covenant on Civil and
Political Rights (1966). Integritas manusia dapat berfungsi
sebagai penghubung antara berbagai ide dan nilai,
seperti demokrasi, kebebasan, dan perdamaian.
Terdapat istilah "Interstitial Human Dignity" (IHD) untuk
merujuk pada gagasan tentang harga diri manusia yang
memiliki kaitan erat dengan kebebasan, dan posisi dasar
individu.
Seruan hak asasi manusia mendorong seseorang untuk
mempertimbangkan jenis kemanusiaan yang sedang
bekerja. Integritas manusia dapat merujuk pada
kemampuan, dan kebutuhan langsung untuk
menggunakan kemampuan tertentu, serta teleologi untuk
kemanusiaan.
03
TEMA
HUKUM
Pengakuan Integritas Intrumen
Manusia Interpretatif

01 02 03

04 05 06

Prinsip Sistem Hukum Status Hukum


Liberal
ETIKA

UMUM ANTROPOLOGI PERDEBATAN


Isu mengenai Spesifikasi formal
Perdebatan
pentingnya dan substantif
mengenai
manusia tentang
perlindungan
dibandingkan pentingnya umat
kehidupan manusia
dengan spesies manusia dalam
bukan manusia budaya-budaya
POLITIK
Koalisi Human Dignity yang terdiri dari beberapa
filsuf konservatif dan progresif telah menggunakan
konsep kehormatan yang mirip dengan kesucian.
Wacana harga diri manusia menjadi militan dan
berfokus pada pembebasan dalam debat politik
abad kedua puluh.

Prinsip harga diri manusia, seperti yang ada dalam


hukum internasional pascaperang, dimaksudkan
sebagai momen politik, bukan hanya hukum, dan
momen penting. Definisi tersebut terkait dengan
janji "tidak akan pernah lagi", yang berarti bahwa
pembantaian seperti yang dilakukan selama PD II
tidak akan pernah terjadi lagi.
04
ANALISIS
KONSEPTUAL
FITUR KONSEPTUAL HARGA DIRI MANUSIA
Menarik kesimpulan yang lebih umum tentang harga diri manusia
sebagai prinsip dan sebagai bagian dari wacana moral
adalah hal yang diinginkan, tetapi tidak sederhana. Mungkin
saja istilah 'harga diri manusia' mencakup pandangan yang
secara tradisional berlawanan dan antagonis, dan ada
definisi martabat yang tumpang tindih. Akibatnya, studi meta
aplikasi Human Dignity mengalami kesulitan untuk
memberikan studi konklusif tentang praanggapan dan tujuan
konsep tersebut.
KREDIBILITAS KONSEP
PENGANTARA
Hukum, moral, dan politik masingmasing memberikan definisi fokus
yang terpisah. Konsep posisi absolut individu dapat dipegang
untuk secara rasional membingkai aktivitas normatif kita.
Menurut John Rawls dan Habermas, konsep politik sebagai praktik
anomik sulit dipertahankan karena hukum dan politik berada
dalam hubungan ko-konstitusional yang produktif, dengan
politik yang membuat hukum dan sistem hukum merevisi isi
undang-undang tersebut dan mengatur praktik politik itu
sendiri.
Harga diri manusia diperkuat oleh hubungan antara hak asasi
manusia dan harga diri manusia. Filsafat deontologis, yang
memberikan nilai moral tertinggi kepada manusia, adalah
alasan yang paling mungkin untuk jaminan semacam itu.
IMPLIKASI
DARI KONSEP
PENGANTARA
Harga diri manusia adalah istilah yang ada di persimpangan
bidang normatif, menghubungkan dan mengkondisikannya. Tidak
jelas apakah harga diri manusia harus diberi nama, norma eksplisit
dalam konstitusi. Menurut Roussell, hak sipil dan kesetaraan
memainkan peran penting dalam struktur sosial dan tradisi kita.

Menurut David Wheeler, ada himbauan untuk penjelasan yang


jauh lebih komprehensif tentang HAM, institusi, dan kebaikan. Sifat
tradisional, substansi, dan konsekuensi normatif IHD tidak harus
mengesampingkan kemungkinan tugas terkait diri yang muncul
dari kepribadian individu seseorang.
05
KESIMPULAN
Tantangan dalam menggunakan integritas manusia
dalam pemikiran metafisik dan etis disorot dalam
analisis sebelumnya. Definisi itu sendiri penuh teka-
teki, dan salah satu penerapan modern yang populer
memiliki masalah untuk berusaha menjadi interstisial
di dalam dan di antara bidang normatif yang
bertentangan dengan gagasan konsep semacam itu.
Meskipun demikian, terdapat argumen yang kuat
agar definisi yang begitu luas menjadi pusat
pemikiran kita, dan sebagai akibatnya, mengingat
kekurangannya, integritas manusia kemungkinan
besar akan tetap menjadi bagian dari perdebatan
normatif.
TERIMA KASIH
SUMBER
Human Dignity
https://iep.utm.edu/hum-dign/

Düwell, M. 2014 ‘Human dignity: concepts, discussions,


philosophical perspectives’, in The Cambridge
Handbook of Human Dignity. Cambridge University
Press.

McCrudden, C., 2008 ‘Human Dignity and Judicial


Interpretation of Human Rights, European Journal of
International Law.

Anda mungkin juga menyukai