51
52
masa yang paling mengasikan dari keasyikan bermain, dimana anak-anak ingin
berbuat banyak untuk senantiasa member arti dalam kehidupan anak-anak
Indonesia ini. Dalam hal ini Bapak L. Agus Saparno menyuport anak-anak
Indonesia khususnya Surakarta yang mempunyai bakat bermain sepakbola dan
ingin menjadi pemain sepakbola professional, dengan mendirikan Sekolah
Sepakbola yang bernama SSB New Pelita Solo.
Nama New Pelita sendiri dulunya terinspirasi oleh nama klub sepakbola
yang berasal dari Jakarta yaitu Pelita Jaya, klub ini kemudian bermarkas di Solo
dan berganti nama menjadi Pelita Solo, dimana semasa jayanya cukup
diperhitungkan diantara klub-klub sepakbola yang ada di Indonesia. Sayangnya
beberapa tahun kemudian Pelita Solo bubar. Dengan bubarnya Pelita Solo
kemudian ada salah satu pengurus klub Pelita Solo yang ada di Jakarta
memberikan ide dan mengajukan untuk membentuk suatu Sekolah Sepakbola di
Solo, dengan dasar itu Bapak L. Agus Saparno bersama tim membentuk sebuah
sekolah sepakbola dan diberi nama New Pelita Solo. Nama Pelita Solo
mengambil dari nama klub sepakbola Pelita Solo, yang kemudian ditambahkan
„New‟ dari bahasa Inggris yang berarti baru . diharapkan dengan nama SSB New
Pelita Solo, bisa menjadi Pelita Solo yang baru yang bisa menyamai prestasi
klub Sepakbola Pelita Solo di masa jaya-jayanya.
Sekolah sepakbola New Pelita Solo didaftarkan ke PSSI Pengda Jawa
Tengah di Semarang pada tanggal 19 Agustus 1999, kemudian diresmikan oleh
tokoh-tokoh sepakbola di Solo dan pada awal didirikannya, Sekolah Sepakbola
ini mempunyai 700an siswa, dan tempat latihannya berada di Stadion Sriwedari.
Utama Liga Indonesia. Namun pada tahun 1998 Arseto senior bubar karena
sesuatu hal. Pada tahun 1998 ini awalnya berdirinya SSB Ksatria Surakarta
sebagai ganti dari Diklat Arseto Solo, nama Ksatria sendiri dipilih melalui
beberapa voting dari pengurus dan para anggota dan siswa-siswanya.
Berdirinya SSB Ksatria Solo ini di bentuk oleh Bapak Alm. Halim
Perdana dan juga menjabati sebagai direktur SSB Ksatria Surakarta sampai
tahun 2013, dan setelah Beliau meninggal direktur SSB Ksatria Surakarta di
gantikan sementara oleh Bapak Chaidir Ramli dipilih oleh istri Almarhum
karena belum ada rapat pemilihan direktur yang baru.
B. HASIL PENELITIAN
Hal ini juga peneliti menemukan di SSB New Pelita Solo. SSB ini
untuk Surat Keputusan Pendirian peneliti juga tidak menemukan
dokumentnya secara konkrit. Tetapi dalam hasil wawancara peneliti
menemukan hasil yang berbeda .
Hasil wawancara dengan Direktur SSB New Pelita Solo di Lapangan
Kota Barat :
“Sekolah sepakbola New Pelita Solo didaftarkan ke PSSI Pengda
Jawa Tengah di Semarang pada tanggal 19 Agustus 1999,
kemudian diresmikan oleh tokoh-tokoh sepakbola di Solo.”
PENASEHAT
DIREKTUR
L. Agus Saparno
SEKRETARIS/BENDAHARA
Sri Sumarni Didik
PELINDUNG
Sigit
Ismet Tahir
DIREKTUR
Chaidir Ramli
BIDANG PEMBINAAN
BENDAHARA SEKRETARIS
Cipto Diharjo Chaidir Ramli
Nasrul Kotto
Jamado
PEMBANTU UMUM
Paimin
1) Pelindung
Sebagai pelindung SSB sewaktu-waktu ada permasalahan didalam
maupun diluar SSB. Tetapi permasalahan tersebut tidak jauh-jauh dari
lingkup SSB Ksatria Solo.
61
2) Direktur
Memimpin SSB Ksatria Solo dalam menyelanggarakan kegiatan-
kegiatan yang dilakukan seluruh siswa SSB Ksatria Solo baik dalam
kompetisi maupun waktu latihan.
3) Sekretaris
Mengurusi tentang surat masuk dan keluar sekaligus mendata siswa-
siswa yang ada di SSB Ksatria Solo.
4) Bendahara
Mengurusi keluar masuk uang kas SSB maupun uang iuran perbulannya.
5) Bidang Pembinaan
Bagian ini bertugas membina siswa-siswa dalam hal ini adalah melatih
siswanya. Bidang pembinaan ini merupakan bidang tugas yang
dirangkap oleh masing-masing bagian, dimana setiap pengurus SSB
Ksatria Solo tersebut berprofesi sebagai pelatih.
6) Pembantu Umum
Bagian ini bertugas untuk menyediakan berbagai perlengkapan
pembinaan yang digunakan untuk latihan siswa-siswa.
b. Organizing
1) Pelatih PSB/SSB Kota Surakarta.
Di PSB dan SSB ini semuanya belum ada yang pelatih yang
seluruhnya sudah memiliki sertifikat pelatih. Untuk sertifikat pelatih ada
beberapa pelatih yang punya dan ada beberapa yang tidak punya
sertifikat.
Kalau di PSB Bonansa para pelatih yang belum memiliki
sertifikat biasanya dibantu untuk mendapat sertifikat dengan didaftarkan
untuk mengikuti pelatihan pelatih ataupun jika memungkinkan secara
individu pelatih tersebut akan mencari cara sendiri untuk mendapat
sertifikat pelatih.
66
Untuk SSB Ksatria Solo pun sama ceritanya dengan SSB New
Pelita dan PSB Bonansa. Sekalipun setiap pelatih tidak semuanya
memiliki sertifikat pelatih tetapi di SSB ini setiap pelatih didukung untuk
mendapat sertifikat dengan mencari informasi tentang pelatihan pelatih
dan menginformasikannya kepada setiap pelatih yang ada di SSB ini.
Pemberian gaji setiap pelatihpun dilihat dari sertifikat dan lisensi yang
dimiliki. Jadi semakin tinggi lisensi yang didapat seorang pelatih maka
semakin tinggi juga gaji yang di dapat seorang pelatih.
Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan Direktur SSB
Ksatria di ruang kerja beliau :
“Ada yang punya, ada yang tidak mbak. Jadi begini mbak kita
disini juga tidak berpangku tangan untuk masalah sertifikat
pelatih. Jadi biasanya kita cari informasi tentang pelatihan itu lalu
kita infokan kepada pelatih, kalau mereka mau ikut ya silakan,
tidak pun tidak apa-apa kan kalau ikut dan dapat sertifikat gaji
mereka naik. Karena jujur saja untuk membantu membiayai kami
belum sanggup.”
“New pelita itu milik sendiri, jadi saya pemiliknya dan saya
mengangkat kawan-kawan yang gila bola dan berani tombok itu
untuk membantu.”
memang memiliki bakat dan kecintaan tinggi dalam sepakbola akan terus
bertahan dalam latihan sampai kelas lanjutan, dan untuk siswa-siswa
yang hanya menganggap sepakbola sebagai sebuah permainan semata
dengan sendirinya akan mengundurkan diri dan mencari cabang olahraga
lainnya yang sesuai dengan jiwanya.
Untuk memperkuat hasil observasi di atas peneliti juga
melakukan wawancara dengan direktur PSB dan SSB yang akan
dijabarakan seperti dibawah ini.
Hasil wawancara dengan direktur PSB Bonansa di kediaman beliau :
“ Kami tidak melakukan seleksi apapun untuk siswa yang ingin
mendaftar mbak, siapapun yang ingin mendaftarkan anaknya di
Bonansa pasti kami terima, intinya anak tersebut memiliki
identitas diri yang jelas dan lengkap karena dalam formulir
pendaftaran kami meminta tanda tangan dari kedua orangtua atau
wali.”
Hasil wawancara dengan direktur SSB New Pelita di lapangan tempat
latihan :
“ Kami tidak mempunyai kriteria khusus ataupun seleksi dalam
meneriwa siswa mbak, pokoknya siapa saja yang datang
mendaftar kami langsung terima, tapi dalam proses latihan akan
terjadi seleksi alam dengan sendirinya. Akan sangat kelihatan
mana anak yang benar-benar serius latihan dan juga yang hanya
main-main saja, karena biasanya 3 bulan awal pasti banyak anak-
anak yang akan mengundurkan diri.”
c. Coordinating
Proses koordinasi antara direktur dan staf serta pelatih itu semua terjadi
dalam proses pembinaan baik di lapangan maupun di luar lapangan, dalam
proses koordinasi masing-masing PSB dan SSB berbeda satu sama lainnya.
Proses koordinasi selalu terjadi sebagai bentuk kerja sama antara atasan
dan bawahan untuk mengetahui kendala-kendala yang terjadi di lapangan dan
dalam prosesnya akan terjadi rapat koordinasi yang dilakukan tiap minggunya.
Penjelasan di atas dapat di perkuat dengan hasil wawancara bersama
para direktur tiap PSB dan SSB.
Hasil wawancara bersama direktur PSB Bonansa di kediaman beliau :
“ Ada koordinasi yang dilakukan mbak, biasanya para pelatih setelah
latihan datang kerumah saya untuk membahasnya bersama, atau saya
melakukan koordinasi melalui telepon untuk mengetahui perkembangan
yang terjadi. Biasanya jika diperlukan kita melakukan rapat koordinasi. “
71
d. Controlling
PSB dan SSB di Kota Surakarta dalam proses pembinaannya juga
melakukan proses kontrol kerja oleh setiap direktur. Proses ini dimaksudkan
agar dalam proses pembinaan tidaklah melenceng dari maksud yang ditujukan
ataupun menghindari segala sesuatu yang tidak diinginkan terjadi di lapangan.
72
Proses kontrol biasanya dilakukan oleh direktur terhadap para staf dalam
proses berkerja maupun para pelatih dalam proses pembinaan. Proses kontrol
yang dilakukan tidak hanya melalui pertemuan langsung tetapi juga melalui alat
komunikasi lainnya, sehingga tidak hanya berpatokan dengan pertemuan
langsung saja.
Semua penjelasan di atas juga dikuatkan dengan hasil wawancara yang
dilakukan bersama para direktur setiap PSB dan SSB.
Hasil wawancara bersama direktur PSB Bonansa di kediaman Beliau :
“ Saya biasanya melakukan kontrol kerja melalui diskusi bersama para
staf ataupun para pelatih, jadi kami biasanya banyak melakukan diskusi
ringan di rumah saya ini, apalagi beberapa pelatih kan juga tinggal di
rumah saya mbak jadi setiap malam ada saja waktu yang kami
sempatkan untuk membahas hasil pembinaan di lapangan. proses control
bukan hanya saya saja yang melakukan tetapi kami saling control satu
sama lainnya, begitu juga dengan para orang tua murid yang sudah kami
anggap keluarga sendiri”
a. Gedung Sekretariat
Di PSB Bonansa memiliki tempat sebagai sekretariat, satu ruangan
sekretariat dan satu ruangan perlengkapan di gedung stadion UNS dan di
rumahnya direktur. Karena PSB Bonansa kerja samanya dengan UNS
sehingga mendapat ruangan di gedung stadion UNS , tetapi ruangan itu
hanya digunakan untuk menyimpan sebagian arsip-arsip dan kadang-kadang
sebagai tempat pertemuan staf, orang tua, dan direktur. Ada juga ruangan
lain yang disediakan di gedung stadion itu, adalah ruangan penyimpanan
perlengkapan latihan.
Kalau untuk SSB New Pelita Solo, Gedung secretariat belum milik
SSB sendiri tetapi masih berpusat di rumah salah satu pengurus . Dalam
sekretariat ini peneliti juga menemukan banyak piala-piala hasil prestasi
siswa-siswa New Pelita Solo dimulai dari piala yang Cuma di pajang biasa
sampai piala yang di bungkus dengan kaca, dari piala yang ukuran pendek
sampai piala yang ukuran tinggi. Dalam gedung secretariat ini juga peneliti
menemukan banyak foto-foto pajangan yang secara tidak langsung
74
menceritakan kisah perjalanan prestasi dan sepak terjang SSB New Pelita
Solo dari dalam dan luar Negeri.
Lain halnya dengan SSB Ksatria Solo, di Gedung ini terdapat satu
ruang kantor kesekretariatan. Ada pula lorong-lorong, kamar-kamar dimana
pada tahun 1987 dipakai untuk mess pemain-pemain Arseto Solo. Tetapi
karena tidak dirawat sehingga sudah tidak bisa digunakan lagi dan sekarang
jadi bangunan kosong yang hanya ditinggali beberapa orang saja dan juga
digunakan sebagai kantor atau base camp SSB Ksatria. Di ruang sekretariat
sendiri berjejer pula piala-piala dan juga foto-foto yang menceritakan kisah
perjalanan SSB Ksatria dan juga SK pendirian yang dibingkai dan di pajang
di dinding ruangan tersebut. Ada juga poster besar dengan foto Alm. Bapak
Halim Perdana.
b. Lapangan
Di PSB Bonansa memiliki 4 tempat latihan, satunya di Stadion UNS
Kentingan, Lapangan Sumber, lapangan banyuanyar, lapangan JPOK UNS
Manahan.
Lapangan-lapangan ini bukan milik sendiri tetapi PSB ini masih
menyewa lapangan, terutama lapangan sumber dan banyuanyar. Tetapi untuk
lapangan stadion UNS kentingan dan lapangan JPOK Manahan memang
tidak menyewa tetapi PSB Bonansa harus membagi waktu pemakaian
dengan kegiatan olahraga mahasiswa UNS sehingga menggunaan lapangan
ini menjadi kurang efektif. Kondisi lapangan sumber dan banyuanyar yang
cukup tidak memadai ini jugalah menjadi salah satu penghambat proses
latihan, kondisi lapangan yang kurang terurus, dengan rumput yang tinggi ,
kondisi ini sangatlah tidak bagus untuk proses pembinaan anak-anak.
Untuk stadion UNS kentingan dan lapangan JPOK Manahan,
lapangan ini cukup memadai karena memiliki tribun sebagai tempat bertedu,
memiliki bentuk lapangan yang baik, tetapi tidak memiliki rumput yang
terawat, rumput hanya akan tumbuh dimusim hujan, dan jika dimusim panas
rumput-rumput menjadi layu dan permukaan lapangan memiliki banyak
75
c. Bola
Di PSB bonansa memiliki 50 buah bola yang disimpan di gudang alat
yang akan diambil pada saat latihan. Untuk merawat bola-bola ini disimpan
didalam keranjang-keranjang bola atau di dalam karung dan di amankan
dalam gudang alat. Sehingga bola-bola ini terjamin kedaannya. Ada juga
beberapa bola yang disimpan dirumah direktur yang digunakan jika latihan
perpusat di lapangan sumber. Hal ini dikarenakan jarak tempuh yang jauh
jika proses pengambilan alat-alat latihan harus semuanya berpusat di gudang
alat gedung stadion UNS.
Sedangkan di SSB New Pelita Solo, setiap murid diberikan bola
masing-masing satu (1) pada saat mendaftar, dengan pertimbangan bahwa
76
bola itu dipakai oleh siswa saat latihan dan membawa pulang bola. Untuk
bola tidak didesain secara khusus untuk menggambarkan SSB New Pelita
Solo.
SSB New Pelita mengajarkan siswa-siswanya untuk memiliki rasa
tanggung jawab terhadap alat-alat yang digunakan. Rasa kepemilikan
terhadap alat-alat yang digunakan akan menimbulkan rasa saying, sehingga
alat-alat tersebut akan dirawat dengan baik. Hal ini membuat setiap siswa
akan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi. Kepemilikian setiap siswa
dengan bolanya masing-masing juga menggampangkan dalam proses latihan,
sehingga siswa tidak harus menunggu giliran untuk menggunakan alat-alat
pokok yang ada.
Lain halnya lagi di SSB Ksatria Solo, setiap anak wajib memiliki
masing-masing satu bola tetapi tidak diberikan dari sekolah melainkan
diadakan sendiri oleh para murid. Cara inilah yang digunakan SSB ini untuk
menangani sumber daya penunjang yang digunakan dalam proses latihan.
e. Kun
Di PSB Bonansa, Kun yang dimiliki PSB ini memiliki beberapa
model kun diantaranya ada kun dengan model fiber, tebal 22mm, dengan
dimensi : diameter dalam 9cm, dimensi luar 24cm, dengan tinggi 7 cm.
model kun seperti ini yang dimiliki sebanyak 50 kun. Untuk model kun
dengan model fiber, tebal 1×2mm, dengan dimensi : diameter dalam
13×5cm, dimensi luar 12×5 cm2, tinggi 23cm. jenis kun ini yang dimiliki
sebanyak 20 kun jadi jumlah kun yang di miliki 70 buah kun. Tidak semua
kun disimpan di ruang gudang alat di stadion UNS tetapi ada juga kun yang
disimpan di rumah direktur karena mengingat semua latihan tidak berpusat
di stadion UNS sehingga akan susah jaraknya jika harus mengambil alat-alat
di stadion UNS dan membawanya ke lapangan sumber. Hal ini dikarenakan
jarak yang sangat jauh antara gudang alat dengan lapangan sumber.
Sehingga untuk memperpendek jarak tempuh maka sebagian kun ini
disimpan dirumah direktur.
Sedangkan untuk SSB New Pelita Solo, Kun yang dimiliki SSB ini
memiliki beberapa model kun diantaranya ada kun dengan model fiber,tebal
22mm,dengan dimensi : diameter dalam 9cm, dimensi luar 24cm, dengan
tinggi 7 cm. model kun seperti ini yang dimiliki sebanyak 40 kun . Untuk
model kun dengan model fiber, tebal 1×2mm, dengan dimensi : diameter
dalam 13×5cm, dimensi luar 12×5 cm2, tinggi 23cm. jenis kun ini yang
dimiliki sebanyak 20 kun, jadi jumlah kun yang dimiliki 60 buah kun. Setiap
kelas umur biasanya memiliki 12 – 14 kun setiap kali latihan di bagi sesuai
kebutuhan latihan saat itu. Kun ini juga tidak didesain secara khusus.
Pengambilan alat-alat ini dari sekretariat ke lapangan untuk digunakan
biasanya di bawa oleh pelatih atau oleh direkturnya sendiri.
Dan untuk SSB Ksatri sendiri, Kun yang dimiliki SSB ini memiliki
beberapa model kun diantaranya ada kun dengan model fiber,tebal
22mm,dengan dimensi : diameter dalam 9cm, dimensi luar 24cm, dengan
tinggi 7 cm. model kun seperti ini yang dimiliki sebanyak 20 kun. Untuk
model kun dengan model fiber, tebal 1×2mm, dengan dimensi : diameter
dalam 13×5cm, dimensi luar 12×5 cm2, tinggi 23cm. jenis kun ini yang
78
dimiliki sebanyak 20 kun, jadi jumlah kun yang dimiliki 40 buah kun.
Penyimpanan kun ini di sekretariat saja dan sekretariat sama lokasinya
dengan lapangan sehingga tidak susah pengambilannya jika akan digunakan
dilapangan.
g. Kostum
Di PSB Bonansa memiliki beberapa warna untuk Kostum . Untuk
pemain, ada 3 warna yang dimiliki, yang pertama warna merah kombinasi
hijau dan putih dengan depan kaos memiliki logo PSB dan dibagian
belakang kaos memiliki nomor punggung anak. Yang kedua kostum dengan
warna biru tua kombinasi dengan warna biru muda, dengan bagian depan
kaos memiliki logo PSB dan bagian belakang kaos memiliki nomor
punggung anak. Yang ketiga kostum dengan warna merah kombinasi hijau
79
dengan garis-garis putih, dengan depan kaos memiliki logo PSB dan
bertuliskan Bonansa, dengan belakang kaos memiliki nomor punggung anak
dan nama anak. Logo PSB dan tulisan Bonansa yang dipasang di depan baju
sebagai identitas organisasi sedangkan nama dan nomor punggung yang ada
di belakang baju sebagai identitas anak.
Di PSB Bonansa bukannya hanya pemain yang memiliki kostum
sendiri tetapi setiap pelatih juga memiliki kostumnya sendiri dengan desain
khusus juga sehingga jika dilapangan akan tampak serasi melihat anak-anak
dan pelatihnya dengan kostum mereka masing-masing. Pelatih memiliki
kostum sendiri ada 2 warna untuk kostum pelatih, yang pertama kaos dengan
kombinasi warna biru dan dilengan baju memiliki motif batik, dengan depan
kaos memiliki Logo PSB, yang kedua kaos dengan warna putih kombinasi
merah, dengan depan kaos memiliki logo PSB dan bertuliskan Bonansa. Hal
inilah yang dapat menggambarkan betapa kompak dan serasinya setiap
pelatih dan anak didikannya dilapangan.
Sedangkan di SSB New Pelita Solo, setiap murid diberikan kostum 3
pcs/org masing-masing pada saat mendaftar, dengan pertimbangan bahwa
kostum itu dipakai oleh siswa saat latihan dan membawa pulang kostum.
Untuk kostum memang didesain secara khusus untuk menggambarkan ciri
khas SSB New Pelita Solo. Kostum SSB New Pelita Solo berwarna merah
dan memiliki garis hitam dan biru di samping kiri dan kanan baju dengan
logo SSB dibagian depan tengah, untuk bagian belakang baju terdapat nomor
punggung dan nama siswa, dan untuk celana terdapat nomor dibagian kiri
bawah.
Dan untuk SSB Ksatria, untuk kostum memang diberikan dari
sekolah dengan setiap anak memiliki 3 pasang kostum dengan warna kostum
dikombinasi warna orange dan dibadukan dengan warna putih. Pada bagian
depannya mempunyai tulisan SSB KSATRIA, dengan logo SSB di bagian
depan kiri atas baju, sedangkan dibagian belakang baju ada nomor punggung
siswa dan nama siswa. Untuk celananya berwarna sama dengan baju tetapi
tidak memiliki tulisan apapun.
80
Lewat kostum inilah secara tidak langsung PSB dan SSB-SSB ini
menampakan identitas mereka di tengah masyarakat luas. Hal ini dibuktikan
dengan kostum yang gambarnya di desain secara khusus untuk menyatakan
diri selain nomor punggung dan nama siswa sebagai identitas individu setiap
siswa.
Inilah yang selalu menarik sebagai sorotan utama untuk menjelaskan
identitas PSB dan SSB-SSB ini.
ditulis oleh Alm. Drs. Sukatamsi dengan Judul Teknik Dasar Bermain
Sepakbola. Beliau ini adalah pendiri PSB Bonansa.
Dan untuk SSB Ksatria, memiliki banyak literature buku-buku
sepakbola usia dini. Ada banyak buku diantaranya : Kurikulum Sepakbola
penulis Paul Gunandi, dkk; Mahir Sepakbola penulis Andi Nugraha;
sepakbola untuk pemain muda U12-U16 tahun penulis Malcolm Cook, dan
masih banyak lagi.
“Untuk program latihan dibuat sendiri oleh pelatih, jadi setiap pelatih
memiliki program latihan masing-masing setiap harinya dan memang
susunannya berpatokan pada kurikulum yang dimiliki.”
Hasil lain lagi didapat dengan hasil wawancara dengan para pelatih di
SSB New Pelita.
Hasil wawancara dengan salah satu pelatih New Pelita Solo di
lapangan Sriwedari :
“Kalau program latihan saya punya tetapi itu saya buat sudah dari 2
tahun yang lalu, itu yang saya pakai terus mbak. Saya pakai buku
materi yang saya dapat dari pelatihan pelatih.”
membuat dalam bentuk dokumen dan tidak perna di revisi dan ada pelatih
yang memiliki dalam bentuk dokumen yang selalu diperbaharui tetapi ada
juga pelatih yang hanya mengkonsepkannya dalam kepala. Program latihan
seharusnya di susun oleh tim pelatih setiap tingkatan umur karena pada
dasarnya program latihan setiap umur berbeda porsinya sehingga program
latihan yang disusun harus menjawab kebutuhan dan kemampuan siswa
disetiap kelas tingkatan umur.
Dari hasil penelitian dan penjelasan di atas maka dapat diambil
kesimpulan bahwa dari ketiga PSB/SSB ini yang pelatihnya memiliki
program latihan hanyalah PSB Bonansa, yang program latihannya selalu di
perbaharui sesuai kebutuhan. Sedangkan untuk SSB New Pelita dan SSB
Ksatria setiap pelatihnya tidak memiliki program latihannya sendiri yang
seharusnya di susun oleh tim pelatih setiap tingkatan umur karena pada
dasarnya program latihan setiap umur berbeda porsinya sehingga program
latihan yang disusun harus menjawab kebutuhan dan kemampuan siswa
disetiap kelas tingkatan umur. Sekalipun memiliki kurikulum tetapi
seharusnya pelatih bisa membuat program latihan yang dikembangkan dari
kurikulum yang sudah dimiliki.
f. Piala, Piagam, dan Sertifikat Hasil Prestasi Sepakbola Usia Dini di Sekolah
Sepakbola Kota Surakarta.
Di PSB Bonansa banyak piala yang sudah didapat dari hasil prestasi
di tingkat Daerah, Nasional, sampai tingkat Internasional. Piala-piala yang
dimiliki ada berbagai macam ukuran sesuai peringkat prestasi yang didapat
dari setiap pertandingan, jumlah piala ± 90 buah, dan untuk piagam
86
penghargaan sendiri mengikuti jumlah piala yang ada, untuk sertifikat hasil
prestasi tidak disimpan di sekretariat tetapi dibawah pulang oleh para murid.
Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa di PSB Bonansa setiap
orang tua murid selalu menduplikat setiap piala yang ada untuk dipajang
dirumah masing-masing, sebagai bentuk rasa bangga akan prestasi yang
didapat oleh anaknya.
Untuk SSB New Pelita juga banyak piala yang sudah didapat dari
hasil prestasi SSB New Pelita Solo, dari tingkat Daerah, Nasional, sampai
tingkat Internasional. Piala-piala yang dimiliki ada berbagai macam ukuran
sesuai peringkat prestasi yang didapat dari setiap pertandingan, jumlah piala
± 80 buah, dan untuk piagam penghargaan sendiri mengikuti jumlah piala
yang ada, untuk sertifikat hasil prestasi tidak disimpan di sekretariat tetapi
dibawah pulang oleh para murid.
Dan untuk SSB Ksatria ini memiliki banyak sekali piala dan piagam
penghargaan baik untuk tingkat daerah, nasional, dan internasional, jumlah
piala yang dimiliki ± 120 buah. Piala disimpan di sekretariat disusun rapih
di atas lemari arsip-arsip dan juga dirak-rak yang dibuat khusus sebagai
tempat penyimpanan piala. Untuk piagam penghargaan dibuatkan bingkai
dan di gantung rapih di dinding-dinding dalam ruang sekretariat begitu juga
foto-foto yang menggambarkan rekam jejak perjalanan SSB Ksatria Solo
dari awal berdiri sampai sekarang.
promosi prestasi sehingga dapat menarik minat anak-anak kecil yang punya
kecintaan terhadap sepakbola untuk dapat disalurkan. Dan dari hasil catatan
prestasi setiap anak-anak dapat menggambarkan bahwa PSB Bonansa sudah
cukup menyumbang dalam mendukung kemajuan dunia persepakbolaan.
Sedangkan di SSB New Pelita dan SSB Ksatria daftar nama siswa-
siswa yang sudah masuk dalam PERSIS dan juga PSSI tidak dicatat
namanya dalam dokumen pencatatan, sehingga peneliti tidak bisa
menemukan nama-nama siswa-siswa tersebut untuk dijabarkan dalam
penelitian ini.
a. PSB Bonansa
Di PSB Bonansa kendala besar yang dialami adalah masalah
lapangan yang dalam proses penggunaannya masih belum efektif. Dari 4
lapangan yang dipakai dalam proses pembinaan semuanya masih belum
memenuhi kebutuhan PSB Bonansa.
Hal ini dikarenakan karna untuk lapangan UNS Kentingan dan
lapangan UNS JPOK Manahan, PSB Bonansa harus membagi waktu
penggunannya dengan kegiatan mahasiswa sehingga dalam penggunaan
waktunya kurang efektif. Sedangkan untuk lapangan sumber dan banyuanyar
kondisi lapangannya yang kurang mendukung proses pembinaan. Kondisi
lapangan yang kurang kondusif inilah yang membuat proses latihan cukup
terhambat.
Dan sampai saat ini PSB Bonansa belum menemukan lapangan yang
baik yang dapat memenuhi kriteria lapangan yang diinginkan untuk proses
pembinaan oleh PSB Bonansa.
88
Hal ini juga di dukung oleh hasil wawancara dengan Direktur PSB
Bonansa dirumah kediaman Beliau :
“Lapangan mbak yang masih menjadi kendala, kita belum punya
lapangan, kita sewa-sewa dan kondisi lapangannya pun kurang
baik sebenarnya untuk latihan. Tapi kalau lapangan di UNS itu
kita minta ijin menggunakan lapangan. dan kita tidak mau
menutup mata jadi paling kita kasih sedikit dana untuk yang
bagian jaga dan bersih-bersih itu karena kitakan juga dapat
ruangan sendiri untuk secretariat dan gudang alat jadi bisa di
perhatikan oleh yang tukang jaga stadion.”
c. SSB Ksatria
Di SSB Ksatria, kendala paling besar adalah dana untuk proses
perbaikan lapangan dan penunjang lainnya seperti sekretariat dan gawang-
90
gawang. Dan juga kendala yang selalu menjadi masalah utama di setiap SSB
adalah keterlambatan dalam pembayaran iuran oleh orang tua murid,
sehingga dampaknya adalah dari pihak SSB Ksatria juga terlambat
membayar gaji para pelatih. Hal ini memang paling sering terjadi di SSB dan
salah satunya SSB Ksatria.
Hal ini diungkapkan dalam wawancara dengan Direktur SSB Ksatria
di ruang kerjanya :
“ ya SPP mbak paling menjadi kendala utama, orang tua murid
suka telat bayar SPP, sehingga kami juga jadinya telat bayar
pelatih. Dan juga lapangan yang kondisinya sudah
memprihatinkan, ditambah lagi alat-alat untuk latihan fisik yang
sudah butuh perbaikan mbak.”
a. PSB Bonansa
Untuk meminimalisir kendala yang dialami di PSB Bonansa, dari
pihak direktur sendiri hanya bisa membayar lapangan sewaan dan juga jika
membuat pertandingan pihak PSB Bonansa akan mendekati kerabat-kerabat
Bonansa dan juga mencari sponsor untuk membantu membayar harga sewa
lapangan.
Hal ini juga di ungkapkan oleh direktur PSB Bonansa dalam
wawancaranya di kediaman beliau :
“Ya itu kita sewa dengan uang iuran dari anak-anak. Kadang jika
kita buat pertandingan kita cari sumbangan-sumbangan dari
orang-orang terdekatnya Bonansa.”
c. SSB Ksatria
Untuk memilimalisir kendala tersebut direktur SSB Ksatria
sementara mencari sponsor untuk dapat memperbaiki kerusak tersebut dan
juga untuk untuk masalah iuran biasanya direktur akan membicarakannya
dengan ketua panguyuban untuk mencari jalan keluarnya.
Hal ini juga diungkapkan oleh direktur SSB Ksatria dalam
wawancaranya di ruang kerja beliau :
“Kalau untuk masalah SPP biasanya ya saya bicarakan dengan
ketua paguyuban orang tua sehingga gaji pelatih dapat terbayar,
karena yang pegang masalah SPP itu adalah setiap bendahara
paguyuban. Kalau untuk lapangan dan alat-alat latihan fisik kami
masih mengumpulkan dana untuk memperbaikinya dan juga
masih mencari para sponsor.”
C. PEMBAHASAN
Bonansa adalah kesediannya setiap individu bekerja tanpa melihat imbalan yang
didapat dengan kata lain bekerja secara sukarela. Sekalipun seperti itu PSB Bonansa
tetap memperhatikan kualitas kerja setiap individu, hal ini terlihat dari upaya PSB
Bonansa untuk mengambil setiap staf yang bekerja sesuai dengan kemampuannya
masing-masing. Jadi dalam penempatan setiap individu dalam bidang struktur
organisasi berpatokan pada kemuampuan atau profesi individu itu sendiri. Dalam
kerjanya juga setiap staf tidak memiliki program kerja sehingga pekerjaan yang
akan dilakukan disesuikan dengan kebutuhan dilapangan saja.
Untuk pelatihpun seperti itu hal ini dapat dilihat bahwa setiap pelatih yang
dimiliki di PSB Bonansa adalah setiap individu dengan latar belakang pendidikan
olahraga khususnya jurusan kepelatihan. Dan bukan itu saja tetapi setiap pelatih
secara perlahan-lahan didorong untuk memiliki surat legalitas sebagai pelatih
ditandai dengan sertifikat pelatih. Dan jika memungkinkan setiap pelatih yang ingin
mengambil lisensi pelatih akan di danai oleh PSB Bonansa sendiri ataupun di danai
secara pribadi oleh individu pelatih itu sendiri.
Sedangkan manajeman yang diterapkan di SSB New Pelita ini masihlah
belum sempurna karena masih banyak dokumen-dokumen penting yang tidak
diarsipkan sebagai bentuk bukti nyata proses perjalanan perkembangan SSB ini
sendiri hingga sampai saat ini. Misalnya program kerja setiap bidang yang tidak
jelas. Setiap staf hanya bekerja sesuai kebutuhan yang ada dilapang. Maksudnya
kerja setiap bidang akan diatur jika dilapangan mengalami hambatan. Terutama
rapat kerja akan terjadi bila ada pertandingan yang akan diikuti, atau proses promosi
untuk perekrutan siswa baru.
Hal lain yang ditemukan dilapangan adalah jadwal evaluasi yang ditentukan
3 bulan sekali, hal ini yang juga akan menjadi penentu program kerja lanjutan.
Maksudnya jika dalam proses evaluasi tersebut ditemukan suatu kendala atau
masalah dalam prose di lapangan barulah ditentukan program kerja apa yang akan
dilakukan kedepannya.
Dan juga di SSB Ksatria Solo juga mempunyai manajemen dalam mengatur
jalannya SSB ini. SSB Ksatria Solo melakukan rapat penetapan program kerja setiap
3 bulan sekali tetapi masih terkendala dalam masalah pengarsipan sehingga
dokumen-dokumen belum dapat diarsipkan untuk sementara waktu, tetapi dalam
95
proses kerjanya selalu ada control kerja langsung dari staf ini, dan jika diperlukan
biasanya program kerja dievaluasi tiap bulan atau langsung pada triwulan untuk
mengetahui hasil dari program kerja.
Hal ini diakibatkan oleh berpindahtangannya kepemimpinan di SSB Ksatria
Solo sendiri yang tidak direncakan sehingga dibutuhkan pembenahan ulang semua
segi termasuk manajemen yang ada di SSB ini.
bertempat di stadion UNS Kentingan, jadi dari satu gedung stadion ini UNS
memberikan 2 ruangan sendiri untuk digunakan oleh PSB Bonansa.
Sedangkan di SSB New Pelita ini untuk sumber daya penunjang yang ada di
SSB ini pada dasarnya baik, untuk sumber daya penunjang pokok seperti lapangan,
bola, kun, peluit, stopwatch. Disaat proses latihan pelatih hanya mengandalkan bola
dan kun saja tanpa ada suatu alat bantu lain sebagai penunjang proses latihan.
Pelatih masih perpatokan pada sumber daya penunjang yang pokok-pokok
saja tanpa ada usaha memodifikasi alat-alat yang lainnya sehingga hasil dari ini
semuapun biasa-biasa saja. Untungnya semuanya ini dapat ditutupi dengan
semangat siswa dan rasa ingin mencoba dari siswa yang membuat SSB ini tidak
ketinggalan dalam prestasi.
Lain halnya dengan SSB Ksatria ini memiliki berbagai macam sumber daya
penunjang yang cukup baik. Misalnya: misalnya lapangan, bola, kun,gawang, dll.
Yang masih cukup memprihatinkan adalah kondisi lapangan yang kurang
terawat inilah yang membuat proses latihan menjadi terhambat apa lagi jika pada
musim hujan. Air tergenang dimana-mana sehingga tidak semua sudut lapangan
dapat digunakan untuk latihan.
Dalam penelitian ini juga menemukan bahwa di SSB ini memiliki gawang-
gawang kecil dan ban-ban mobil yang dimodifikasi sebagai alat latihan fisik. Hal ini
sudah cukup baik tetapi karena kurang terawat sehingga kondisinya juga sangat
memprihatinkan.
oleh setiap pelatih. Program latihan yang dimiliki biasanya akan diperbaharui setiap
1 bulan sekali kecuali pada masa menjelang pertandingan maka program latihannya
akan mengalami perubahan.
Dari program latihan yang ada dibuatlah jadwal latihan yang tetap oleh PSB
Bonansa yang di bagi menjadi dua kelompok yaitu wilayah barat dan timur.
Pembagian jadwal latihan ini sekaligus pembagian pelatih dan juga tempat latihan.
Sedangkan untuk latihan simulasi/ uji coba pertandingan PSB Bonansa tidak
memiliki jadwal khusus tetapi biasanya uji coba pertandingan ini akan dilakukan
pada saat menjelang pertandingan. Dari proses pembinaan yang dilakukan maka
PSB Bonansa ini sudah menghasilkan juara di berbagai macam juara di berbagai
tingkat dari tingkat daerah sampai tingkat internasional dan juga PSB ini sudah
menghasilkan anak-anak yang berprestasi sehingga dapat menyumbangkan
tenaganya untuk memperkuat Tim Nasional Indonesia dalam berbagai turnamen.
Atlet yang disumbangkkan dari PSB Bonansa untuk Timnas Indonesia sampai saat
ini ada 14 anak dengan tingkatan umur yang berbeda.
Sedangkan proses pembinaan prestasi yang di terapkan di SSB New Pelita
ini pada dasarnya baik, karena di SSB ini memiliki jadwal latihan yang tetap dan
berkesinambunga sehingga siswa yang dibinapun memiliki waktu latihan yang tetap.
Tetapi masih banyak kekurangan yang sangat tidak penunjang. Misalnya:
tidak adanya kurikulum sebagai pedoman standar, ataupun program latihan yang
seharusnya dimiliki para pelatih.
Proses latihan yang terjadi hanyalah berpatokan dari pengalaman setiap
pelatih. Pelatih yang memiliki lisensi pun tidak memiliki kesadaran untuk
berkewajiban membuat program latihan, apalagi pelatih yang tidak memiliki lisensi.
Semuanya hanyalah proses latihan yang berpatokan dari pengalaman para pelatih.
Sehingga yang diterapkanpun pola latihan yang mereka dapat dulu tanpa ada niatnya
mengembangankan pola latihan tersebut.
Proses pembinaan prestasi yang di terapkan di SSB Ksatria ini pada dasarnya
baik, karena di SSB ini memiliki jadwal latihan yang tetap dan berkesinambungan
sehingga siswa yang dibinapun memiliki waktu latihan yang tetap. Ditambah lagi di
SSB ini memiliki kurikulum yang lengkap untuk semua kelas tingkatan umur yang
disusun dari berbagai literature.
98
karena jika murid-murid menunggak SPP atau telat membayar SPP maka gaji
pelatihpun ikut terlambat dibayar. Dan kadang-kadang di beberapa pelatih jika gaji
sudah terlambat dibayar akan berpengaruh dalam proses latihan. Hal inilah yang
masih menjadi kendala utama dan paling besar yang dialami di SSB New Pelita,
terlepas dari hal itu belum ada kendala lainnya yang menguras perhatian lebih dari
dewan direksi SSB New Pelita.
Sedangkan di SSB Ksatria mengalami kendala komplit, karena yang hampir
sama kendala yang di PSB Bonansa dan SSB New Pelita. Kendala yang dialami di
SSB Ksatria adalah kekurangan biaya dalam proses untuk memperbaiki lapangan
dan sekretariat yang keadaannya sudah sangat memprihatinkan, sedangkan pusat
kegiatan SSB Ksatria seluruhnya berpusat pada area tersebut. Kondisi lapangan
yang sudah tidak kondusif untuk dipakai latihan cukup menjadi hambatan dalam
proses pembinaan prestasi. Begitu juga kondisi secretariat yang sudah sangat
memprihatinkan, sedangkan pusat semua kegiatan dan penyimpanan dokumen-
dokumen penting berpusat di sekretariat tersebut.
Kendala lainnya yang dialami di SSB Ksatria juga adalah masalah
keterlambatan pembayaran SPP. Masalah ini sama dengan yang terjadi di SSB New
Pelita. Keterlambatan pembayaran SPP ini juga berdampak pada kelancaran proses
pembinaan prestasi.
menimbulkan ketersinggungan lagi antar pihak orang tua, pelatih, dan dewan direksi
karena semua yang bergabung di PSB Bonansa sudah di anggap keluarga sendiri.
Dan di SSB New Pelita Solo untuk mengatasi kendala keterlambatan
pembayaran SPP tersebut, dari pihak direksi sepakat untuk bertemua orang tua
murid tersebut dan membicarakannya tetapi jika dalam kurun waktu 3 bulan murid
tersebut tidak membayar iuran maka diambil sikap tegas dengan menghukum murid
tersebut dengan berdiri disamping gawang selama proses latihan dan tidak
diperbolehkan mengikuti latihan sampai masa pelunasan itu terjadi. Hal ini
dilakukan untuk memperingati setiap orang tua murid bahwa murid tersebut belum
melunasi uang iuran. Cara ini sekalipun sedikit keras tetapi SSB New Pelita
sebenarnya hanya mengajarkan bahwa hak dan kewajiban itu harus seimbang.
Lain halnya lagi di SSB Ksatria, untuk menyiasati kendala dana perbaikan
sekretariat, lapangan, dan sumber daya penunjang tersebut, pihak direksi mencoba
untuk mencari sponsor dan mengumpulkan dana dari sumbangan orang tua murid.
Sedangkan untuk masalah keterlambatan pembayaran iuran, pihak direksi
akan membicarakannya dengan dewan panguyuban yang di bentuk dari orang tua
murid sendiri. Kelompok panguyuban yang dibentuk dari orang tua murid ini
dimaksudkan agar orang tua murid juga memiliki rasa kepemilikan terhadap SSB
Ksatria dan bersama bergandengtangan bahu-membahu untuk bekerja sama dalam
mencapai tujuan bersama.