Anda di halaman 1dari 50

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI UMUM TENTANG SSB KOTA SURAKARTA


Di Surakarta sendiri pada dasarnya memiliki ± 11 Sekolah Sepakbola (SSB)
tetapi tidak memiliki murid-murid yang permanen maksudnya murid-murid akan
dikumpulkan ± 3 bulan sebelum mengikuti pertandingan, jadi jika ada pertandingan
barulah murid-murid dikumpulkan. Sedangkan yang namanya Sekolah sepakbola
pastinya memiliki struktur organisasi yang baik, manajemen yang baik, dan juga
pembinaan prestasi yang baik, dan semua ini tidak bisa di wujudkan cuma dalam waktu
3 bulan.
Kenyataan di lapangan cuma ada beberapa Sekolah Sepakbola yang sudah
berdiri secara mandiri selama bertahun-tahun lamanya. Keberadaannya sudah tidak
diragukan lagi, apalagi prestasi yang sudah diraihnya, contohnya : SSB New Pelita Solo
dan SSB Ksatria Solo
Di Surakarta juga banyak memiliki Klub-klub pembinaan sepakbola usia dini
tetapi selalu saja tidak bisa bertahan lama berdirinya, ada juga yang di sebut dengan
Pendidikan Sepakbola (PSB), ini pun pada dasarnya masuk klub tetapi dalam
pembinaannya lebih kepada semi SSB. Perbedaannya cuma ada di kurikulum, jika SSB
menggunakan kurikulum tetapi PSB cuma menggunakan buku panduan yang dibuat
sendiri oleh pendirinya, contohnya : PSB Bonansa Solo.
Hasil penelitian tentang Pembinaan sepakbola usia dini di sekolah sepakbola
Kota Surakarta diliat juga aspek organisasinya, manajemennya, dan juga pembinaan
prestasinya akan dijabarkan seperti di bawah ini :

1. Sejarah Pendirian PSB Bonansa


Berawal dari keprihatinan beliau terhadap kondisi sepakbola Indonesia.
Sepakbola merupakan olahraga paling populer di Indonesia. Ironisnya sejak
tahun 1970-an hingga kini prestasi Tim Nasional Sepakbola Indonesia (PSSI),
belum mampu mendongkrak prestasi yang membanggakan di tingkat Asia.
Bahkan di kawasan Asia Tenggara saja prestasi PSSI masih timbul-tenggelam.

51
52

Gonta-ganti pelatih, bongkar-pasang pemain PSSI, dan gelontoran dana ratusan


milyar rupiah belum mampu mendongkrak prestasi sepakbola Indonesia
(berpenduduk 240 juta orang dan terbesar ke-4 di dunia) di ajang Internasional.
Masalah utama sepakbola di Indonesia adalah pada mentalitas pengurus
organisasi sepakbola (PSSI), pelatihan yang kurang berlandaskan pada ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang tidak diiringi dengan pembentukan karakter
mulia.
Keprihatinan terhadap keadaan ini mendorong Bapak Soekatamsi saat itu
dosen Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (JPOK) FKIP UNS
Surakarta, untuk mendirikan Laboratorium Pendidikan Sepakbola sejak Usia
Dini. Banyak pihak yang menyarankan beliau untuk mengambil gelar Profesor
dan tawaran untuk memperpanjang masa tugas sebagai dosenpun beliau tolak
(mengajar di UNS dan UTP). Beliau memilih pensiun agar bisa mencurahkan
waktu, pikiran dan tenaga beliau untuk mendidik anak-anak sebagai tunas masa
depan bangsa Indonesia melalui sepakbola.
Ide dan keinginan beliau didukung penuh oleh keluarga dan JPOK FKIP
UNS. Untuk itu beliau memutuskan untuk mendirikan Pendidikan sepakbola
(PSB) Bonansa UNS Solo. konsepnya pun berbeda dengan Sekolah Sepakbola
(SSB) yang sudah banyak berdiri di Kota Solo dan sekitarnya.
PSB BONANSA UNS Solo diresmikan pada tanggal 19 Juni
1998 oleh Rektor UNS Prof. Dr. Haris Mudjiman, PhD. di Kampus JPOK FKIP
UNS Manahan, Surakarta.

2. Sejarah Pendirian SSB New Pelita Solo


Sekolah sepakbola (SSB) New Pelita Solo didirikan pada tahun 1999
lebih tepatnya tanggal 9 Agustus 1999, atas prakarsa Bapak L. Agus Saparno,
KH. Ali Pono, H. Firman Subechi, dan Ny. Sri Sumarni Didik. SSB ini
merupakan milik perseorangan, yaitu Bapak L. Agus Saparno dan dalam
operasionalnya dibantu oleh Pengurus SSB dan Panguyuban orang Tua siswa
New Pelita Solo.
Dasar dan gagasan mendirikan Sekolah sepakbola (SSB) ini sendiri
berdasarkan pemikiran Bapak L. Agus Saparno, bahwa usia anak-anak adalah
53

masa yang paling mengasikan dari keasyikan bermain, dimana anak-anak ingin
berbuat banyak untuk senantiasa member arti dalam kehidupan anak-anak
Indonesia ini. Dalam hal ini Bapak L. Agus Saparno menyuport anak-anak
Indonesia khususnya Surakarta yang mempunyai bakat bermain sepakbola dan
ingin menjadi pemain sepakbola professional, dengan mendirikan Sekolah
Sepakbola yang bernama SSB New Pelita Solo.
Nama New Pelita sendiri dulunya terinspirasi oleh nama klub sepakbola
yang berasal dari Jakarta yaitu Pelita Jaya, klub ini kemudian bermarkas di Solo
dan berganti nama menjadi Pelita Solo, dimana semasa jayanya cukup
diperhitungkan diantara klub-klub sepakbola yang ada di Indonesia. Sayangnya
beberapa tahun kemudian Pelita Solo bubar. Dengan bubarnya Pelita Solo
kemudian ada salah satu pengurus klub Pelita Solo yang ada di Jakarta
memberikan ide dan mengajukan untuk membentuk suatu Sekolah Sepakbola di
Solo, dengan dasar itu Bapak L. Agus Saparno bersama tim membentuk sebuah
sekolah sepakbola dan diberi nama New Pelita Solo. Nama Pelita Solo
mengambil dari nama klub sepakbola Pelita Solo, yang kemudian ditambahkan
„New‟ dari bahasa Inggris yang berarti baru . diharapkan dengan nama SSB New
Pelita Solo, bisa menjadi Pelita Solo yang baru yang bisa menyamai prestasi
klub Sepakbola Pelita Solo di masa jaya-jayanya.
Sekolah sepakbola New Pelita Solo didaftarkan ke PSSI Pengda Jawa
Tengah di Semarang pada tanggal 19 Agustus 1999, kemudian diresmikan oleh
tokoh-tokoh sepakbola di Solo dan pada awal didirikannya, Sekolah Sepakbola
ini mempunyai 700an siswa, dan tempat latihannya berada di Stadion Sriwedari.

3. Sejarah Pendirian SSB Ksatria Solo


Sekolah sepakbola Ksatria Solo berdiri sejak tahun 1987, tepatnya pada
tanggal 17 November 1987. Pada waktu itu SSB Ksatria Solo masih bernama
Diklat ARSETO/SSB ARSETO Solo. Di jaman era Arseto dulu SSB ini menjadi
sekolah sepakbola yang dijadikan oleh para siswa-siswi untuk belajar sepakbola.
Karena untuk menimba ilmu bermain bola disini sangat memungkinkan untuk
menjadi pemain Arseto senior, sebab telah melalui beberapa tahap dan seleksi
ketat, pemain-pemain yang bagus dapat direkrut Arseto senior berlaga di Divisi
54

Utama Liga Indonesia. Namun pada tahun 1998 Arseto senior bubar karena
sesuatu hal. Pada tahun 1998 ini awalnya berdirinya SSB Ksatria Surakarta
sebagai ganti dari Diklat Arseto Solo, nama Ksatria sendiri dipilih melalui
beberapa voting dari pengurus dan para anggota dan siswa-siswanya.
Berdirinya SSB Ksatria Solo ini di bentuk oleh Bapak Alm. Halim
Perdana dan juga menjabati sebagai direktur SSB Ksatria Surakarta sampai
tahun 2013, dan setelah Beliau meninggal direktur SSB Ksatria Surakarta di
gantikan sementara oleh Bapak Chaidir Ramli dipilih oleh istri Almarhum
karena belum ada rapat pemilihan direktur yang baru.

B. HASIL PENELITIAN

1. Sistem Organisasi Pembinaan Sepakbola Usia Dini di Sekolah Sepakbola


Kota Surakarta
Sistem organisasi pembinaan sepakbola usia dini di sekolah sepakbola
kota Surakarta dalam penerapannya dapat di bagi menjadi 4 bagian yaitu surat
keputusan pendirian PSB/SSB Kota Surakarta, anggaran dasar/anggaran rumah
tangga PSB/SSB Kota Surakarta, struktur organisasi PSB/SSB Kota Surakarta,
dan visi dan misi PSB/SSB Kota Surakarta, dari keempat bagian ini akan
dibahas satu persatu sebagai berikut :
a. Surat Keputusan Pendirian PSB/SSB Kota Surakarta
Dalam penelitian untuk surat SK pendirian dan juga peresmian PSB
Bonansa peneliti tidak menemukan dokument konkritnya. Tetapi PSB
BONANSA UNS Solo diresmikan pada tanggal 19 Juni 1998 oleh Rektor
UNS Prof. Dr. Haris Mudjiman, PhD. di Kampus JPOK FKIP UNS
Manahan, Surakarta.
Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan Direktur PSB
Bonansa Ibu Srihati Waryanti Soekatamsi di kediaman beliau :
“PSB Bonansa, setelah itu diresmikan oleh rektor UNS waktu itu
Pak Haris Mujiman. Waktu itu ketua puslitbangnya Pak Muchsin
dan sekretarisnya Pak. Furqon. Waktu itu diresmikan di kampus
JPOK Manahan, yang hadir waktu itu ada dr. Muchsin, Pak
Giyanto, dan Ketua Koni.”
55

Hal ini juga peneliti menemukan di SSB New Pelita Solo. SSB ini
untuk Surat Keputusan Pendirian peneliti juga tidak menemukan
dokumentnya secara konkrit. Tetapi dalam hasil wawancara peneliti
menemukan hasil yang berbeda .
Hasil wawancara dengan Direktur SSB New Pelita Solo di Lapangan
Kota Barat :
“Sekolah sepakbola New Pelita Solo didaftarkan ke PSSI Pengda
Jawa Tengah di Semarang pada tanggal 19 Agustus 1999,
kemudian diresmikan oleh tokoh-tokoh sepakbola di Solo.”

Lain halnya dengan SSB Ksatria Solo yang memiliki Surat


Keputusan pendiriannya. Di SSB Ksatria Solo ini dari awal berdirinya waktu
masih bernama Diklat Arseto Solo sudah memiliki surat keputusan (SK)
pendirian yang diberikan langsung oleh PSSI Jawa Tengah.
Hal ini di perkuat dengan hasil wawancara dengan Direktur SSB
Ksatria Solo di ruang kerjanya :
“Ada mbak, jadi SK ini didulunya dibuat oleh Koni Jawa tengah
itu tahun 1998.”

Dilihat dari hasil observasi dan wawancara ini menggambarkan


bahwa dari 3 tempat penelitian ini hanya satu PSB/SSB saja yang memiliki
SK pendirian. Yang lainnya ada yang yang hanya diresmikan begitu saja
tanpa dibuatkan Surat Keputusan Pendirian dan yang lainnya mengatakan
memiliki tetapi peneliti tidak menemukan dokument konkritnya sehingga
peneliti tidak dapat memaparkannya.
Dari hasil penelitian ini dan penjelasan di atas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa tidak semua PSB/SSB di Kota Surakarta memiliki SK
pendirian tetapi lebih banyak yang hanya di resmikan begitu saja. Hal ini
menggambarkan bahwa sebuah SK pendirian bukanlah hal yang penting bagi
PSB/SSB ini melainkan acara peresmiannya saja.
56

b. Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga AD/ART PSB/SSB Kota


Surakarta.
Dalam Penelitian Untuk dokument Anggaran Dasar/Anggaran
Rumah Tangga AD/ART, peneliti tidak menemukan secara konkrit karena
PSB Bonansa memang tidak memiliki AD/ART.
Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara Direktur PSB Bonansa di
kediamannya :
“Oh tidak ada mbak, begini mbak kami disini tidak membuatnya
ya karena kita kan kerjanya sukarela semua jadi intinya kita dapat
membina mental anak melalui sepakbola, ya sudah begitu saja.”

Sedangkan di SSB New Pelita Solo dalam penelitian untuk dokument


AD/ART, peneliti tidak menemukan secara konkrit. Tetapi dari hasil
wawancara peneliti menemukan hasil yang berbeda.
Hasil wawancara dengan Direktur SSB New Pelita Solo di lapangan
Kota Barat :
“Ada mbak, tapi saat ini sedang dipinjam mahasiswa UTP yang
kemarin KKL di sini mbak dan belum dikembalikan.”

Hal lain di SSB Ksatria Solo dalam penelitian ini, peneliti


menemukan bahwa dalam SSB Ksatria Surakarta Solo untuk saat ini sedang
mengalami ketidak jelasan keberadaan arsip-arsip dan dokumen-dokumen
penting salah satulah keberadaan AD/ART. Hal ini dikarenakan jabatan
direktur baru saja dipindah tangankan kepada direktur yang baru dan juga
sekretariat sebagai tempat penyimpanan belum dibenahi sehingga sampai
saat ini keberadaan arsip-arsip tersebut masih belum jelas. Tetapi pada
dasarnya SSB Ksatria Solo ini memang memiliki AD/ART. Hal ini sudah
diterapkan dari masanya Alm.Bapak Halim Perdana dan nama SSB ini masih
bernama Diklat Arseto Solo.
Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara Direktur SSB Ksatria di
ruang kerjanya :
“ Sebenarnya kami memiliki AD/ART tetapi karena saya baru
menjabat sebagai direktur menggantikan Alm. Bapak Halim
Perdana sehingga saya belum tahu pasti keberadaan arsip-arsip
penting tersebut.”
57

Dari hasil observasi dan wawancara di atas menggambarkan bahwa


dari 3 PSB/SSB ini tidak semuanya memiliki AD/ART karena ada yang
melihatnya bahwa hal ini tidak terlalu penting untuk dimiliki dan ada juga
yang memiliki tetapi tidak di jaga baik-baik sehingga keberadaannya tidak
bisa diketahui.
Dari hasil penelitian ini dan penjelasan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa tidak semua PSB/SSB memiliki AD/ART karena masih
menganggap hal ini tidak terlalu penting sehingga sekalipun memiliki tetapi
keberadaannya tidak dapat diketahui. Hal ini menggambarkan juga bahwa
hal-hal kecil seperti ini bukanlah sesuatu yang penting untuk dijaga sehingga
jika keberadaannya tidak diketahui pun belum ada usaha yang dilakukan
untuk pengadaan kembali.

c. Struktur Organisasi PSB/SSB Kota Surakarta.


Struktur organisasi yang dijabarkan dalam penelitian ini peneliti
menemukan bahwa struktur organisasi yang dimiliki PSB Bonansa ini
sangatlah lengkap karena hampir memiliki semua bagian-bagian yang cukup
sangat menunjang dalam kelancaran kemajuan PSB Bonansa. Hal ini juga
sangat ditunjang karena PSB Bonansa memiliki orang-orang professional di
bidangnya masing-masing. Kerja sama PSB Bonansa dengan pihak UNS
juga sangat cukup membantu, karena kebanyakan dalam struktur Organisasi
yang ada di PSB Bonansa adalah orang-orang hebat yang ada di UNS
terutama dari pihak keolahragaannya . Susunan struktur organisasinya
dimulai dengan pelindung, penasehat, direktur, wakil direktur, sekretaris dan
humas, bendahara, iptek, medis, pembinaan, wasit, dokumentasi dan
website, dan perlengkapan. Bagian-bagian dalam struktur dipilih sesuai
dengan kebutuhan PSB Bonansa. Struktur organisasinya tidak digambarkan
dalam bentuk bagan tetapi ditulis dengan susunan kebawah.
58

Tabel 4 : Susunan Pengurus PSB Bonansa UNS SOLO


Pelindung Rektor UNS : Prof. Dr. H. Ravik Karsidi, M.S.
Penasehat Dekan FKIP UNS
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
Ketua Jurusan POK FKIP UNS
Drs. H. Mulyono, M.M.
Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes.
Dr. Sapta Kunta Purnama, M.Pd.
Drs. Winanto Adi, M.Sc.
Direktur Dra. Srihati Waryati Soekatamsi.
Wakil Direktur Islahuzzaman Nuryadin, S.Pd., M.Or.
Sekretaris & Humas Yogi Windya U.
Bendahara Khartini Shanti Herbawani, S.Pd.
Ratna K, S.Pd., M.Or.
Iptek Ir. Sridana Windya
Medis/ Sport Research Prof. Dr. dr. Muchsin Doewes, P.Fark., MARS., AIFO.
Pembinaan Drs. Mamin Suparmin, M.Kes.
Drs. Eko Supriyanto
Muh. Nurhadi "Memet" El Hamid, S.Pd.
Pomo Warih Adi, S.Pd., M.Or.
Wasit Rumi Iqbal Doewes, S.Pd., M.Or.
Dokumentasi & Website YWU
Perlengkapan Aji Winata Utama

Struktur organisasi yang akan dijabarkan lagi lain halnya dengan


SSB New Pelita Solo memiliki struktur organisasi dengan garis komando
vertikal dan horizontal. Dengan keputusan tertinggi di pegang oleh direktur.
Dengan penentuan bidang-bidang didalamnya disesuaikan dengan kebutuhan
dari SSB ini sendiri. Susunan struktur organisasi dimulai dengan Penasehat,
Direktur, Sekretaris dan juga menjabat sebagai bendahara, dan seksi-seksi
yang dimulai dari seksi perlengkapan, seksi humas, seksi koordinator
panguyuban orang tua, seksi kepelatihan. Gambar struktur organisasi SSB
New Pelita dapat dilihat seperti di bawah ini :
59

PENASEHAT

KH. Ali Pono


M. Taufiq, SH
Punjung Ariwibowo, SH
Jumadi

DIREKTUR
L. Agus Saparno

SEKRETARIS/BENDAHARA
Sri Sumarni Didik

SEKSI SEKSI HUMAS SEKSI KOORDINATOR SEKSI


PERLENGKAPAN BANGUYUBAN KEPELATIHAN
Didik Udianto ORANGTUA
Wahyu Rianawati Ngadinu Suyitno CK
Dwi Sri Harjanto Bambang
Sukowiyono, SH Nugroho Ano
Didik Udianto Suhardi
Tri Gindung
Budiawan
Chaidir Ramli
Koesbiantoro
Sudarno
Suyamto
Gambar 9 : Struktur SSB New Pelita

Begitu juga di SSB Ksatria Solo Dalam penelitian ini peneliti


menemukan Struktur organisasi yang digunakan oleh SSB Ksatria Surakarta
adalah berbentuk garis, dimana struktur organisasi dengan garis atau lini
tersebut maka pimpinan dapat melakukan komunikasi secara langsung dan
melakukan pengawasan langsung terhadap kinerja bawahannya.
60

PELINDUNG

Sigit
Ismet Tahir

DIREKTUR
Chaidir Ramli

BIDANG PEMBINAAN
BENDAHARA SEKRETARIS
Cipto Diharjo Chaidir Ramli
Nasrul Kotto
Jamado

PEMBANTU UMUM

Paimin

Gambar 10 : Struktur Organisasi SSB Ksatria

Dengan penentuan bidang-bidang didalamnya disesuaikan dengan


kebutuhan dari SSB ini sendiri. Di dalam organisasi semua anggota
merangkap sebagai pelatih, dimana setiap pengurus bidang organisasi di SSB
Ksatria tersebut juga berprofesi sebagai pelatih. Dengan penjelasan tugas
sebagai berikut :

1) Pelindung
Sebagai pelindung SSB sewaktu-waktu ada permasalahan didalam
maupun diluar SSB. Tetapi permasalahan tersebut tidak jauh-jauh dari
lingkup SSB Ksatria Solo.
61

2) Direktur
Memimpin SSB Ksatria Solo dalam menyelanggarakan kegiatan-
kegiatan yang dilakukan seluruh siswa SSB Ksatria Solo baik dalam
kompetisi maupun waktu latihan.
3) Sekretaris
Mengurusi tentang surat masuk dan keluar sekaligus mendata siswa-
siswa yang ada di SSB Ksatria Solo.
4) Bendahara
Mengurusi keluar masuk uang kas SSB maupun uang iuran perbulannya.
5) Bidang Pembinaan
Bagian ini bertugas membina siswa-siswa dalam hal ini adalah melatih
siswanya. Bidang pembinaan ini merupakan bidang tugas yang
dirangkap oleh masing-masing bagian, dimana setiap pengurus SSB
Ksatria Solo tersebut berprofesi sebagai pelatih.
6) Pembantu Umum
Bagian ini bertugas untuk menyediakan berbagai perlengkapan
pembinaan yang digunakan untuk latihan siswa-siswa.

d. Visi dan Misi Organisasi PSB/SSB Kota Surakarta.


Dalam penelitian ini peneliti menemukan bahwa PSB Bonansa
memiliki. Visi : Terciptanya anak Indonesia yang sholeh, berakhlak mulia,
terampil dan mampu mengaktualisasikan diri dan kehidupan bermasyarakat.
Misi : 1). Melakukan pembinaan akhlak dan budi pekerti anak melalui
pendidikan sepakbola. 2). Menyelenggarakan proses pembelajaran dan
pelatihan sepakbola yang berorientasi pada pengembangan ilmu pengetahuan
dan keterampilan yang dilandasi sikap kepribadian dan pengabdian. 3).
Membantu mencetak pemain sepakbola yang berkarakter baik. Dengan
tujuan umumnya adalah memdidik mental anak melalui sepakbola sehingga
anak akan memiliki mental yang baik.
Lain halnya dengan SSB New Pelita Solo dalam penelitian, peneliti
menemukan visi dan misi dari SSB New Pelita Solo adalah sebagai berikut ,
62

Visi : ASAH, ASIH, ASUH, dengan Misi : a. Menampung kegiatan dalam


kompetisi berprestasi, b. Menggalang moralitas sportifitas dikalangan
siswa/anak didik ke depan lebih baik. c. Memupuk mentalitas juara
dikalangan siswa. d. Membangun solidaritas melalui kerjasama tim. e.
Membentuk anak-anak berjiwa sportif dan disiplin serta tidak sombong pada
kawan maupun lawan dan selalu hormat kepada orang tua maupun Pelatih.
Dengan tujuan umum dari organisasi ini adalah untuk memajukan pemuda-
pemuda Indonesia terutama dibidang olahraga sepakbola.
Di SSB Ksatria juga memiliki Visi dan misi yang menjadi ciri khas
SSB ini. Visi : menyalurkan bakat-bakat siswa SSB Ksatria Surakarta untuk
bermain di klub-klub sepakbola di Indonesia, paling tidak diharapkan siswa-
siswa SSB Ksatria Surakarta dapat bermain dikompetisi Divisi satu maupun
dua Persis Solo, misi : SSB Ksatria dapat berprestasi di tingkat Daerah,
Nasional, maupun tingkat Internasional. Dengan tujuan umum dari
organisasi ini adalah mencetak siswa-siswa SSB Ksatria Solo pemain
sepakbola profesional di tingkat Nasional dan Internasional.

2. Manajemen Pembinaan Sepakbola Usia Dini di Sekolah Sepakbola Kota


Surakarta
Manajemen pembinaan sepakbola usia dini di sekolah sepakbola Kota
Surakarta dalam penerapannya dapat di bagi menjadi 4 bagian yaitu Planning,
Organizing, Coordinating, dan Controlling, dari keempat bagian ini akan dibahas
satu persatu sebagai berikut :
a. Planning
1) Surat Kontrak Kerja Staf dan pelatih PSB/SSB Kota Surakarta.
Di tiga tempat pembinaan ini tidak ditemukan adanya surat
kontrak kerja yang dibuat untuk setiap pengurus. Semua pengurus hanya
bekerja secara suka rela sehingga tidak diikat dengan surat kontrak kerja.
Hal ini di perkuat dengan hasil wawancara dengan Direktur-Direktur
SSB dan PSB ini.
Hasil wawancara dengan Direktur PSB Bonansa UNS Solo di
kediaman Beliau :
63

“Disini semuanya kerja suka rela tidak ada yang namanya


honorarium. Semuanya menyadari bahwa kita semua dari
olahraga, sehingga kita harus ikut andil dalam pembinaan
sepakbola sehingga dapat lebih maju, kerja dengan iklas tanpa
memikirkan imbalan. Kami disini juga tidak mengikat pelatih dan
pegawai sehingga mereka bebas jika mau keluar dari Bonansa,
apalagi untuk kemajuan masa depan mereka. Dan saya selalu
berpesan kepada mereka untuk selalu tekun dalam mengerjakan
hal apapun.”

Hasil wawancara dengan Direktur SSB New Pelita Solo di


lapangan Kota Barat :
” Ya istilahnya orang jawa itu sak dele, tergantung pelatihnya
pengen mau keluar ya silakan kalau masih bertahan untuk melatih
ya silakan, kita bebas dan tidak mengikat.”

Hasil wawancara dengan Direktur SSB Ksatria Solo di ruang


kerja Beliau :
“Seluruh staf disini pada dasarnya bekerja secara sukarela karena
rasa memiliki kami kepada SSB ini, kami tidak melihat jumlah
gaji yang kami terima karena semua anak-anak kami juga
menempuh pembinaan sepakbola di sekolah ini. Dan juga mbak,
semua staf disini juga sebagai pelatih jadi kerjanya rangkap dan
kalau begini kan rasa memilikinya lebih tinggi.”

Dari hal observasi dan wawancara menggambarkan bahwa di 3


PSB/SSB ini semuanya tidak membuat surat kontrak kerja untuk para
staf dan pelatih tetapi para staf dan pelatih diberikan kebebasan
sepenuhnya untuk melatih tanpa harus terikat dan jika ingin keluarpun
diberikan kebebasan sepenuhnya. Para staf dan pelatih semuanya bekerja
lebih kepada sikap suka rela dan rasa memiliki terhadap PSB/SSB ini.
Dari hasil penelitian ini dan penjelasan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa di PSB/SSB ini tidak mengikat sama sekali terhadap
para staf dan pelatih sehingga tidak perlu dibuatkan dalam surat kontrak
kerja karena yang dituntut dari para staf dan pelatih adalah sikap suka
rela dalam bekerja dan juga rasa memiliki terhadap PSB/SSB ini.
64

2) Program Kerja PSB/SSB Kota Surakarta.


Untuk program kerja sendiri di PSB Bonansa dan SSB New Pelita
Solo tidak membuatnya karena sistem kerjanya yang melihat pada
kebutuhan dilapangan saja. Hal ini yang membuat kedua organisasi ini
tidak memiliki jadwal kerja yang tetap dan juga jadwal evaluasi yang
tetap. Tetapi untuk SSB New Pelita Solo, dalam hasil wawancara dengan
Direkturnya menuturkan hal yang berbeda.
Kutipan wawancara dengan Direktur SSB New Pelita Solo di
Lapangan Kota Barat :
“Setiap 6 bulan sekali kita rapat kerja dan biasanya langsung
dengan evaluasi kerja dilapangan.”

SSB Ksatria Solo menerapkan rapat program kerja setiap


Triwulan tetapi seperti yang telah di jelaskan dari awal dikarenakan
pengalihan jabatan sementara dan arsip-arsip dokumen-dokumen masih
berceceran sehingga dokumen program kerja yang ditetapkan dalam
rapat-rapat program kerja sebelumnya belum jelas keberadaannya.
Ketidakjelasan semua arsip-arsip dan juga masil dalam tahap
pembenahan sehingga untuk mengatasi hal tersebut direktur SSB Ksatria
Solo mengambil keputusan bahwa rapat program kerja tetap
dilaksanakan tiap 3 bulan sekali tetapi untuk sementara tidak dicatatkan
tetapi dalam proses kerjanya akan dikontrol langsung oleh staf inti dan
jika memungkinkan setiap bulan akan di adakan rapat evaluasi untuk
mengetahui hasil dari program kerja yang sudah dijadwalkan.
Hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara Direktur SSB
Ksatria di ruang kerjanya :
“Di SSB ini kami biasanya melakukan rapat kerja setiap triwulan,
hal ini sudah dilaksakan dari dulu dan biasanya memang selalu
kami arsipkan, tetapi karena baru pengalihan jabatan sementara
sehingga kami belum berbenah-benah arsip-arsip. Tapi untuk
rapat kerja masih tetap kita laksanakan setiap triwulan, dan untuk
mengetahui kerja masing-masing biasanya selalu ada control
langsung dari staf inti, dan jika memang diperlukan kita biasanya
evaluasi setiap bulan, atau setiap triwulan.”
65

Dari hasil observasi dan wawancara ini menggambarkan bahwa


di ketiga PSB/SSB memiliki program kerja tetapi tidak dibuat dalam
bentuk dokumen yang dapat diarsipkan tetapi model program kerjanya
hanya dilihat dari kebutuhan dilapangan barulah dikonsepkan apa yang
perlu dilakukan. Begitupun dengan evaluasi kerja dilakukan tetapi tidak
memiliki jadwal sendiri. Program kerja dan evaluasi diadakan setiap 6
bulan sekali dan 3 bulan sekali untuk melihat kebutuhan dilapangan dan
juga evaluasi kerjanya, tetapi untuk evaluasi juga kadang-kadang
dilakukan setiap bulan jika memang dibutuhkan. Sedangkan ada juga
yang program kerja dan evaluasi yang di memiliki arsip tetapi karena
masalah internal SSB sehingga dokumen tersebut belum jelas
keberadaannya.
Dari hasil penelitian ini dan penjelasan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa PSB/SSB ini mengganggap penting dalam
melakukan program kerja dan evaluasi tetapi tidak mengarsipkannya
dalam bentuk dokumen. Hal ini mengakibatkan tidak adanya revisi-revisi
dari hasil kerja yang dilakukan selama ini. Hal ini dapat mengakibatkan
kesalahan yang sudah dibuat kemarin akan terjadi lagi ataupun kinerja
kerja yang telah dilakukan tidak akan dapat perbaikan untuk dapat
bekerja dengan baik lagi demi hasil yang lebih baik pula.

b. Organizing
1) Pelatih PSB/SSB Kota Surakarta.
Di PSB dan SSB ini semuanya belum ada yang pelatih yang
seluruhnya sudah memiliki sertifikat pelatih. Untuk sertifikat pelatih ada
beberapa pelatih yang punya dan ada beberapa yang tidak punya
sertifikat.
Kalau di PSB Bonansa para pelatih yang belum memiliki
sertifikat biasanya dibantu untuk mendapat sertifikat dengan didaftarkan
untuk mengikuti pelatihan pelatih ataupun jika memungkinkan secara
individu pelatih tersebut akan mencari cara sendiri untuk mendapat
sertifikat pelatih.
66

SSB New Pelita Solo mempunyai pandangan berbeda tentang


sertifikat pelatih, jadi sertifikat pelatih akan menjadi patokan honorarium
seorang pelatih. Maksudnya semakin tinggi lisensi seorang pelatih maka
semakin besar pula gaji yang akan didapat. Pelatih yang ada di SSB New
Pelita Solo memiliki berbagai macam lisensi dan yang paling bagus yaitu
pelatih dengan lisensi C.
Hal ini diperkuat juga dengan hasil wawancara bersama Direktur
SSB New Pelita di lapangan Kota Barat :
“Ia ada pelatih yang punya lisensi dan ada yang tidak, kita
mengajipun mengikuti lisensi yang dimiliki, jadi kalau punya
lisensi yang bagus ya gajinya besar, tetapi kalau nggak punya ya
standar. Yang standar ya 300rb tetapi setiap bulan dapat
tunjangan bensin 30rb.”

Untuk SSB Ksatria Solo pun sama ceritanya dengan SSB New
Pelita dan PSB Bonansa. Sekalipun setiap pelatih tidak semuanya
memiliki sertifikat pelatih tetapi di SSB ini setiap pelatih didukung untuk
mendapat sertifikat dengan mencari informasi tentang pelatihan pelatih
dan menginformasikannya kepada setiap pelatih yang ada di SSB ini.
Pemberian gaji setiap pelatihpun dilihat dari sertifikat dan lisensi yang
dimiliki. Jadi semakin tinggi lisensi yang didapat seorang pelatih maka
semakin tinggi juga gaji yang di dapat seorang pelatih.
Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan Direktur SSB
Ksatria di ruang kerja beliau :
“Ada yang punya, ada yang tidak mbak. Jadi begini mbak kita
disini juga tidak berpangku tangan untuk masalah sertifikat
pelatih. Jadi biasanya kita cari informasi tentang pelatihan itu lalu
kita infokan kepada pelatih, kalau mereka mau ikut ya silakan,
tidak pun tidak apa-apa kan kalau ikut dan dapat sertifikat gaji
mereka naik. Karena jujur saja untuk membantu membiayai kami
belum sanggup.”

Dari hasil observasi dan wawancara ini menggambarkan bahwa


di ketiga PSB/SSB ini tidak semua pelatihnya memiliki sertifikat pelatih.
Walaupun ada sertifikat yang dimiliki hanya berstandar lisensi C.
67

kebanyakan pelatih hanya melatih mengandalkan pengalaman latihan


sebagai pemain dan ada juga pelatih yang melatih mengandalkan
pengalaman ataupun ilmu yang didapat dari bangku kuliah dengan
jurusan Olahraga Kepelatihan.
Dari hasil penelitian ini dan penjelasan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa tidak semua pelatih yang melatih di PSB/SSB ini
memiliki sertifikat pelatih melainkan melatih dari pengalaman yang
didapat sebagai pemain maupun sebagai mahasiswa Olahraga
Kepelatihan. Sekalipun memiliki sertifikat tetapi hanya berstandar lisensi
C. Hal ini ini sungguh sangat memprihatinkan karena kemauan pelatih
untuk memiliki sertifikat sangatlah sedikit. Sedangkan dalam melatih
seharusnya para pelatih memiliki sertifkat sehingga dalam eksistensinya
sebagai seorang pelatih tidak diragukan lagi.

2) Direktur PSB dan SSB Kota Surakarta


Di PSB dan SSB Kota Surakarta dipimpin oleh direktur yang
juga sebagai pemilik PSB dan SSB tersebut, hal ini ter jadi karena pada
dasarnya PSB dan SSB yang ada di Kota surakarta ini adalah organisasi
milik perseorangan. Maksudnya adalah ide dan niat hati seseorang yang
mempunyai kecintaan tinggi terhadap sepakbola dan mendambakan
pembinaan sepakbola yang dimuali sejak dini akirnya hal ini terealisasi
dengan bantuan berbagai pihak tetapi dalam hal lainnya semua keputusan
kembali kepada pemilik atau direktur PSB dan SSB.
Semua ini dikuatkan juga dengan hal wawancara yang di lakukan
kepada setiap direktur PSB dan SSB yang ada di surakarta.
Hasil wawancara dengan direktur PSB Bonansa di kediaman beliau :
“ PSB Bonansa ini sebenarnya milik sendiri mbak, milik Alm.
Pak katamsi, tetapi karena Beliau juga dosen UNS dan waktu itu
di ajak oleh Pak Muchin Doewes untuk bekerja sama dengan
UNS sehingga sekarang menjadi PSB Bonansa UNS.”

Hasil wawancara dengan direktur SSB New Pelita di lapangan tempat


latihan :
68

“New pelita itu milik sendiri, jadi saya pemiliknya dan saya
mengangkat kawan-kawan yang gila bola dan berani tombok itu
untuk membantu.”

Hasil wawancara dengan direktur SSB Ksatria di ruang kerja beliau :


“ SSB Ksatria ini awalnya milik Arseto tetapi karena dulu sempat
bubar dalam perjalanannya sehingga melalui ideAlm. Pak Halim
Perdana sehingga diklat ini di bentuk lagi tetapi diganti nama
dengan Ksatria, sehingga secara tidak langsung SSB ini milik
Alm. Pak Halim Perdana. Kami pun dipilih dan dipanggil oleh
Alm. Pak Halim untuk membantu dalam prosesnya sampai
sekarang ini. “

Dari hasil wawancara dan observasi di atas menggambarkan


bahwa dalam kepemilikan atas PSB dan SSB adalah milik perseorangan
yaitu dimiliki oleh direkturnya sendiri. Jadi para direktur ditidak dipilih
oleh siapapun.
Dari penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
memang pada dasarnya PSB dan SSB yang ada di Kota Surakarta adalah
organisasi milik perseorangan dan bukan milik salah satu lembaga atau
milik PERSIS Solo, Tetapi dalam sistemnya setiap PSB dan SSB ini
tetap masuk dalam sistem PERSIS Solo dalam bagian pembinaan
sepakbola usia dini jadi dalam prosesnya lebih kepada saling
melengkapi, membutuhkan, dan juga kerja sama yang tidak terikat
sehingga direktur yang memimpin PSB dan SSB bukanlah seseorang
yang diangkat melalui pemilihan atau ditunjuk dari lembaga lainnya.

3) Siswa PSB dan SSB Kota Surakarta


Dalam perekrutan siswa-siswa yang masuk dalam setiap PSB dan
SSB Kota Surakarta tidak ada kriteria khusus ataupun tahap seleksi yang
diterapkan dalam proses perekrutannya. Proses penerimaan siswa yang
masuk hanyalah mendaftar dengan identitas yang lengkap dan juga
senang dalam bermain bola, karena nanti dalam proses latihan maka
dengan sendirinya ada seleksi alam yang terjadi. Proses itu akan
kelihatan sekitar 2 – 3 bulan setelah dalam proses latihan, siswa yang
69

memang memiliki bakat dan kecintaan tinggi dalam sepakbola akan terus
bertahan dalam latihan sampai kelas lanjutan, dan untuk siswa-siswa
yang hanya menganggap sepakbola sebagai sebuah permainan semata
dengan sendirinya akan mengundurkan diri dan mencari cabang olahraga
lainnya yang sesuai dengan jiwanya.
Untuk memperkuat hasil observasi di atas peneliti juga
melakukan wawancara dengan direktur PSB dan SSB yang akan
dijabarakan seperti dibawah ini.
Hasil wawancara dengan direktur PSB Bonansa di kediaman beliau :
“ Kami tidak melakukan seleksi apapun untuk siswa yang ingin
mendaftar mbak, siapapun yang ingin mendaftarkan anaknya di
Bonansa pasti kami terima, intinya anak tersebut memiliki
identitas diri yang jelas dan lengkap karena dalam formulir
pendaftaran kami meminta tanda tangan dari kedua orangtua atau
wali.”
Hasil wawancara dengan direktur SSB New Pelita di lapangan tempat
latihan :
“ Kami tidak mempunyai kriteria khusus ataupun seleksi dalam
meneriwa siswa mbak, pokoknya siapa saja yang datang
mendaftar kami langsung terima, tapi dalam proses latihan akan
terjadi seleksi alam dengan sendirinya. Akan sangat kelihatan
mana anak yang benar-benar serius latihan dan juga yang hanya
main-main saja, karena biasanya 3 bulan awal pasti banyak anak-
anak yang akan mengundurkan diri.”

Hasil wawancara dengan direktur SSB Ksatri di ruang kerja beliau :


“ Di SSB ini tidak ada seleksi dalam penerimaan siswa mbak,
jadi siapapun yang datang mendaftar ya langsung kami terima.
Intinya orang tua mengisi formulir pendaftaran.”

Dari hasil observasi dan wawancara di atas menggambarkan


dengan sangat jelas bahwa di PSB dan SSB yang ada di Surakarta tidak
melakukan tahap seleksi dalam proses penerimaan siswa karena mereka
kebanyakan tidak mau membatasi keinginan anak-anak yang ingin
latihan sepakbola, tetapi dalam proses pembinaannya dengan sendirinya
maka akan terjadi seleksi alam, dimana anak-anak yang memang
memiliki bakat dan kemauan keras untuk mendalami sepakbola akan
70

tetap bertahan sampai merai prestasi yang gemilang tetapi anak-anak


yang pada dalam latihannya hanya ingin bermain saja maka akan merasa
jenuh dan memilih untuk keluar. Semuanya ini jelas terlihat pada PSB
dan SSB yang ada di Kota Surakarta.
Lewat penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
PSB dan SSB yang ada di Kota Surakarta dalam proses perekrutan siswa
tidak melakukan seleksi karena mereka lebih membiarkan dalam proses
pembinaan nanti akan terjadi seleksi alam. Anak-anak yang memiliki
keinginan untuk mengikuti latihan semuanya diterima dengan ketentuan
mengisi data diri secara lengkap. Proses pembinaanlah yang akan
menjadi ajang seleksi alam secara tidak langsung, karena dalam tahap itu
akan kelihatan anak-anak yang memang memiliki bakat dan keinginan
yang tinggi dalam sepakbola akan bertahan dan dapat merai prestasi yang
baik, dan untuk anak-anak yang menganggap proses pembinaan ini
hanyalah ajang bermain maka dengan berjalannya waktu akan merasa
jenuh dan memilih untuk keluar.

c. Coordinating
Proses koordinasi antara direktur dan staf serta pelatih itu semua terjadi
dalam proses pembinaan baik di lapangan maupun di luar lapangan, dalam
proses koordinasi masing-masing PSB dan SSB berbeda satu sama lainnya.
Proses koordinasi selalu terjadi sebagai bentuk kerja sama antara atasan
dan bawahan untuk mengetahui kendala-kendala yang terjadi di lapangan dan
dalam prosesnya akan terjadi rapat koordinasi yang dilakukan tiap minggunya.
Penjelasan di atas dapat di perkuat dengan hasil wawancara bersama
para direktur tiap PSB dan SSB.
Hasil wawancara bersama direktur PSB Bonansa di kediaman beliau :
“ Ada koordinasi yang dilakukan mbak, biasanya para pelatih setelah
latihan datang kerumah saya untuk membahasnya bersama, atau saya
melakukan koordinasi melalui telepon untuk mengetahui perkembangan
yang terjadi. Biasanya jika diperlukan kita melakukan rapat koordinasi. “
71

Hasil wawancara bersama direktur SSB New Pelita di tempat latihan :


“Proses koordinasi yang saya terapkan ya seperti ini mbak, saya selalu
sempatkan untuk datang kelapangan setiap latihan, kecuali saya
berhalangan baru tidak bisa datang, sehingga saya dapat melakukan
koosdinasi langsung dengan para staf ataupun pelatih di lapangan, dan
jika mengalami kendala biasanya langsung melakukan rapat koordinasi
untuk menyelesaikannya.”

Hasil wawancara bersama direktur SB Ksatria di ruang kerja beliau :


“Proses koordinasi yang dilakukan biasanya kami melakukan rapat
koordinasi setiap minggu sehingga dapat mengetahui perkembangan
yang terjadi dan juga kendala apa saja yang dihadapi di lapangan. “

Hasil wawancara di atas menggambarkan bahwa dalam proses


koordinasi selalu di lakukan oleh para direktur terhadap para staf dan juga para
pelatih untuk mengetahui perkembangan dan kendala-kendala yang dihadapi
dilapangan. Proses koordinasinya pun beragam tetapi tetap melakukan rapat
koordinasi sebagai bentuk menjawab secara langsung kebutuhan yang terjadi
dilapangan.
Penjelasan dan hasil wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
di setiap PSB dan SSB menerapkankan sistem koordinasi sebagai jalur untuk
mengetahui perkembangan yang terjadi dalam proses pembinaan dan juga untuk
mengetahui kendala apa saja yang terjadi di lapangan dan untuk menjawabnya
biasanya para direktur akan melakukan rapat koordinasi. Koordinasi yang
dilakukan tidak hanya melalui pertemuan langsung antara direktur dengan para
staf ataupun pelatih tetapi juga melalui alat komunikasi seperti telepon, hal ini
dimaksudkan agar proses koordinasi tidak hanya berpatokan pada satu cara saja
tetapi juga dapat melalui cara lainnya. Intinya mau bagaimanapun caranya
intinya proses koordinasi tetap berjalan.

d. Controlling
PSB dan SSB di Kota Surakarta dalam proses pembinaannya juga
melakukan proses kontrol kerja oleh setiap direktur. Proses ini dimaksudkan
agar dalam proses pembinaan tidaklah melenceng dari maksud yang ditujukan
ataupun menghindari segala sesuatu yang tidak diinginkan terjadi di lapangan.
72

Proses kontrol biasanya dilakukan oleh direktur terhadap para staf dalam
proses berkerja maupun para pelatih dalam proses pembinaan. Proses kontrol
yang dilakukan tidak hanya melalui pertemuan langsung tetapi juga melalui alat
komunikasi lainnya, sehingga tidak hanya berpatokan dengan pertemuan
langsung saja.
Semua penjelasan di atas juga dikuatkan dengan hasil wawancara yang
dilakukan bersama para direktur setiap PSB dan SSB.
Hasil wawancara bersama direktur PSB Bonansa di kediaman Beliau :
“ Saya biasanya melakukan kontrol kerja melalui diskusi bersama para
staf ataupun para pelatih, jadi kami biasanya banyak melakukan diskusi
ringan di rumah saya ini, apalagi beberapa pelatih kan juga tinggal di
rumah saya mbak jadi setiap malam ada saja waktu yang kami
sempatkan untuk membahas hasil pembinaan di lapangan. proses control
bukan hanya saya saja yang melakukan tetapi kami saling control satu
sama lainnya, begitu juga dengan para orang tua murid yang sudah kami
anggap keluarga sendiri”

Hasil wawancara bersama direktur SSB New Pelita tempat latihan :


“ Proses kontroling yang saya lakukan adalah saya turun langsung
kelapangan mbak, jadi dapat mengontrol secara langsung segala sesuatu
yang terjadi di lapangan, jadi segala sesuatu perkembangan dalam proses
pembinaan yang kami terapkan saya selalu mengikuti secara langsung
seperti ini mbak. “
Hasil wawancara bersama direktur SSB Ksatria di ruang kerja beliau :
“ Disini mbak saya lebih mempercayai para staf, pelatih dan orang tua
yang mengontrol proses pembinaan yang terjadi, dan tinggal saya
melakukan kontroling melalui para staf, pelatih dan orang tua murid
sendiri, kan disini ada panguyuban orang tua, jadi untuk proses control
ya lebih di embankan kepada pangunyuban orang tua mbak. “

Hasil wawancara di atas menggambarkankan bahwa proses kontroling


yang dilakukan oleh para direktur dapat melalui banyak cara dan itu sangat
membantu sekali dalam proses pembinaan. Proses kontroling tidak hanya
dilakukan oleh para direktur tetapi juga oleh sesama staf, pelatih dan juga orang
tua murid. Proses ini sangatlah baik untuk perkembangan proses pembinaan
yang diterapkan oleh PSB dan SSB ini.
Hasil wawancara dan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
di PSB dan SSB yang ada di Kota Surakarta dalam proses pembinaannya juga
73

menerapkan sistem kontroling sebagai proses kerja sama yang menjawab


kebutuhan bersama untuk mencapai tujuan bersama. Proses kontroling bukan
hanya dilakukan oleh para direktur saja tetapi juga oleh sesame staf, pelatih dan
juga oleh para orang tua murid, sehingga dapat diketahui apa yang dibutuhkan
atau yang masih menjadi kendala dilapangan dan juga menghindari segala
sesuatu yang akan menjadi halangan didalam proses tersebut.
3. Sumber daya penunjang Pembinaan Sepakbola Usia Dini di Sekolah
Sepakbola Kota Surakarta
Sumberdaya Penunjang sepakbola usia dini di sekolah sepakbola Kota
Surakarta dalam penerapannya dapat di bagi menjadi 7 bagian yaitu gedung
sekretariat PSB/SSB Kota Surakarta, lapangan PSB/SSB Kota Surakarta, bola
PSB/SSB Kota Surakarta, peluit dan stopwatch PSB/SSB Kota Surakarta, kun
PSB/SSB Kota Surakarta, gawang dan tongkat PSB/SSB Kota Surakarta,
kostum PSB/SSB Kota Surakarta dari ketujuh bagian ini akan dibahas satu
persatu sebagai berikut :

a. Gedung Sekretariat
Di PSB Bonansa memiliki tempat sebagai sekretariat, satu ruangan
sekretariat dan satu ruangan perlengkapan di gedung stadion UNS dan di
rumahnya direktur. Karena PSB Bonansa kerja samanya dengan UNS
sehingga mendapat ruangan di gedung stadion UNS , tetapi ruangan itu
hanya digunakan untuk menyimpan sebagian arsip-arsip dan kadang-kadang
sebagai tempat pertemuan staf, orang tua, dan direktur. Ada juga ruangan
lain yang disediakan di gedung stadion itu, adalah ruangan penyimpanan
perlengkapan latihan.
Kalau untuk SSB New Pelita Solo, Gedung secretariat belum milik
SSB sendiri tetapi masih berpusat di rumah salah satu pengurus . Dalam
sekretariat ini peneliti juga menemukan banyak piala-piala hasil prestasi
siswa-siswa New Pelita Solo dimulai dari piala yang Cuma di pajang biasa
sampai piala yang di bungkus dengan kaca, dari piala yang ukuran pendek
sampai piala yang ukuran tinggi. Dalam gedung secretariat ini juga peneliti
menemukan banyak foto-foto pajangan yang secara tidak langsung
74

menceritakan kisah perjalanan prestasi dan sepak terjang SSB New Pelita
Solo dari dalam dan luar Negeri.
Lain halnya dengan SSB Ksatria Solo, di Gedung ini terdapat satu
ruang kantor kesekretariatan. Ada pula lorong-lorong, kamar-kamar dimana
pada tahun 1987 dipakai untuk mess pemain-pemain Arseto Solo. Tetapi
karena tidak dirawat sehingga sudah tidak bisa digunakan lagi dan sekarang
jadi bangunan kosong yang hanya ditinggali beberapa orang saja dan juga
digunakan sebagai kantor atau base camp SSB Ksatria. Di ruang sekretariat
sendiri berjejer pula piala-piala dan juga foto-foto yang menceritakan kisah
perjalanan SSB Ksatria dan juga SK pendirian yang dibingkai dan di pajang
di dinding ruangan tersebut. Ada juga poster besar dengan foto Alm. Bapak
Halim Perdana.

b. Lapangan
Di PSB Bonansa memiliki 4 tempat latihan, satunya di Stadion UNS
Kentingan, Lapangan Sumber, lapangan banyuanyar, lapangan JPOK UNS
Manahan.
Lapangan-lapangan ini bukan milik sendiri tetapi PSB ini masih
menyewa lapangan, terutama lapangan sumber dan banyuanyar. Tetapi untuk
lapangan stadion UNS kentingan dan lapangan JPOK Manahan memang
tidak menyewa tetapi PSB Bonansa harus membagi waktu pemakaian
dengan kegiatan olahraga mahasiswa UNS sehingga menggunaan lapangan
ini menjadi kurang efektif. Kondisi lapangan sumber dan banyuanyar yang
cukup tidak memadai ini jugalah menjadi salah satu penghambat proses
latihan, kondisi lapangan yang kurang terurus, dengan rumput yang tinggi ,
kondisi ini sangatlah tidak bagus untuk proses pembinaan anak-anak.
Untuk stadion UNS kentingan dan lapangan JPOK Manahan,
lapangan ini cukup memadai karena memiliki tribun sebagai tempat bertedu,
memiliki bentuk lapangan yang baik, tetapi tidak memiliki rumput yang
terawat, rumput hanya akan tumbuh dimusim hujan, dan jika dimusim panas
rumput-rumput menjadi layu dan permukaan lapangan memiliki banyak
75

batu-batu kerikil ditambah lagi dengan waktu penggunaan lapangan yang


kurang ckup membuat proses pembinaan cukup terhambat.
Kalau di SSB New Pelita Solo, ada dua (2) lapangan tempat latihan
SSB New Pelita Solo yaitu di lapangan Kota Barat dan Stadion Sriwedari
yang mempunyai lokasi strategis yaitu berada di jantung Kota Solo sehingga
mudah dijangkau. Fasilitas yang ada dikedua lapangan tersebut cukup
memadai, dari segi lapangan mempunyai rumput yang dijaga dan dirawat
dengan baik pada musim kemarau maupun musim penghujan, mempunyai
tribun yang nyaman untuk beristirahat dan bertedu saat sebelum dan sesudah
latihan, selain itu juga memiliki tempat parkir yang luas dan mempunyai
kantin.
Sedangkan di SSB Ksatria Solo, SSB ini menggunakan lapangan
sepakbola, yang dulunya bekas lapangan rumah sakit Kadipolo tetapi
dimodifikasi pada jaman Arseto dan sekarang digunakan sendiri oleh SSB
Ksatria solo, lapangan ini pada dasarnya cukup baik untuk latihan tetapi jika
pada musim hujan, lapangan ini tergenang air sehingga cukup menghambat
proses latihan, rumput dilapangan ini pun hanya akan tumbuh di musim
hujan, jadi jika pada musim kemarau lapangan ini tidak memiliki rumbut.
Tapi pada kenyataannya keadaan lapangan ini tidak menghambat semangat
siswa-siswa untuk berlatih walau dalam musim hujan sekalipun.

c. Bola
Di PSB bonansa memiliki 50 buah bola yang disimpan di gudang alat
yang akan diambil pada saat latihan. Untuk merawat bola-bola ini disimpan
didalam keranjang-keranjang bola atau di dalam karung dan di amankan
dalam gudang alat. Sehingga bola-bola ini terjamin kedaannya. Ada juga
beberapa bola yang disimpan dirumah direktur yang digunakan jika latihan
perpusat di lapangan sumber. Hal ini dikarenakan jarak tempuh yang jauh
jika proses pengambilan alat-alat latihan harus semuanya berpusat di gudang
alat gedung stadion UNS.
Sedangkan di SSB New Pelita Solo, setiap murid diberikan bola
masing-masing satu (1) pada saat mendaftar, dengan pertimbangan bahwa
76

bola itu dipakai oleh siswa saat latihan dan membawa pulang bola. Untuk
bola tidak didesain secara khusus untuk menggambarkan SSB New Pelita
Solo.
SSB New Pelita mengajarkan siswa-siswanya untuk memiliki rasa
tanggung jawab terhadap alat-alat yang digunakan. Rasa kepemilikan
terhadap alat-alat yang digunakan akan menimbulkan rasa saying, sehingga
alat-alat tersebut akan dirawat dengan baik. Hal ini membuat setiap siswa
akan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi. Kepemilikian setiap siswa
dengan bolanya masing-masing juga menggampangkan dalam proses latihan,
sehingga siswa tidak harus menunggu giliran untuk menggunakan alat-alat
pokok yang ada.
Lain halnya lagi di SSB Ksatria Solo, setiap anak wajib memiliki
masing-masing satu bola tetapi tidak diberikan dari sekolah melainkan
diadakan sendiri oleh para murid. Cara inilah yang digunakan SSB ini untuk
menangani sumber daya penunjang yang digunakan dalam proses latihan.

d. Peluit dan Stopwatch


Di PSB Bonansa, untuk peluit yang digunakan oleh para pelatih
adalah di swadaya sendiri oleh pelatih,tetapi ada juga 4 peluit yang dimiliki
PSB ini, peluit ini disediakan untuk keadaan-keadaan penting dan tidak
digunakan dalam setiap kali latihan. Sekalipun setiap pelatih memiliki
sendiri peluit tidak menutup kemungkinan untuk PSB Bonansa tidak
menyiapkannya juga. Begitu juga dengan stopwatch yang digunakan oleh
para pelatih adalah di swadaya sendiri oleh pelatih,tetapi ada juga 2
stopwatch yang dimiliki PSB ini, stopwatch ini disediakan untuk keadaan-
keadaan penting dan tidak digunakan dalam setiap kali latihan.
Sedangkan untuk SSB New Pelita dan SSB Ksatria, untuk peluit dan
Stopwatch yang digunakan oleh pelatih dalam proses pembinaan itu
semuanya disediakan sendiri oleh pelatih sebagai senjata di lapangan dalam
proses mengajar dan tidak disediakan oleh SSB – SSB ini.
77

e. Kun
Di PSB Bonansa, Kun yang dimiliki PSB ini memiliki beberapa
model kun diantaranya ada kun dengan model fiber, tebal 22mm, dengan
dimensi : diameter dalam 9cm, dimensi luar 24cm, dengan tinggi 7 cm.
model kun seperti ini yang dimiliki sebanyak 50 kun. Untuk model kun
dengan model fiber, tebal 1×2mm, dengan dimensi : diameter dalam
13×5cm, dimensi luar 12×5 cm2, tinggi 23cm. jenis kun ini yang dimiliki
sebanyak 20 kun jadi jumlah kun yang di miliki 70 buah kun. Tidak semua
kun disimpan di ruang gudang alat di stadion UNS tetapi ada juga kun yang
disimpan di rumah direktur karena mengingat semua latihan tidak berpusat
di stadion UNS sehingga akan susah jaraknya jika harus mengambil alat-alat
di stadion UNS dan membawanya ke lapangan sumber. Hal ini dikarenakan
jarak yang sangat jauh antara gudang alat dengan lapangan sumber.
Sehingga untuk memperpendek jarak tempuh maka sebagian kun ini
disimpan dirumah direktur.
Sedangkan untuk SSB New Pelita Solo, Kun yang dimiliki SSB ini
memiliki beberapa model kun diantaranya ada kun dengan model fiber,tebal
22mm,dengan dimensi : diameter dalam 9cm, dimensi luar 24cm, dengan
tinggi 7 cm. model kun seperti ini yang dimiliki sebanyak 40 kun . Untuk
model kun dengan model fiber, tebal 1×2mm, dengan dimensi : diameter
dalam 13×5cm, dimensi luar 12×5 cm2, tinggi 23cm. jenis kun ini yang
dimiliki sebanyak 20 kun, jadi jumlah kun yang dimiliki 60 buah kun. Setiap
kelas umur biasanya memiliki 12 – 14 kun setiap kali latihan di bagi sesuai
kebutuhan latihan saat itu. Kun ini juga tidak didesain secara khusus.
Pengambilan alat-alat ini dari sekretariat ke lapangan untuk digunakan
biasanya di bawa oleh pelatih atau oleh direkturnya sendiri.
Dan untuk SSB Ksatri sendiri, Kun yang dimiliki SSB ini memiliki
beberapa model kun diantaranya ada kun dengan model fiber,tebal
22mm,dengan dimensi : diameter dalam 9cm, dimensi luar 24cm, dengan
tinggi 7 cm. model kun seperti ini yang dimiliki sebanyak 20 kun. Untuk
model kun dengan model fiber, tebal 1×2mm, dengan dimensi : diameter
dalam 13×5cm, dimensi luar 12×5 cm2, tinggi 23cm. jenis kun ini yang
78

dimiliki sebanyak 20 kun, jadi jumlah kun yang dimiliki 40 buah kun.
Penyimpanan kun ini di sekretariat saja dan sekretariat sama lokasinya
dengan lapangan sehingga tidak susah pengambilannya jika akan digunakan
dilapangan.

f. Gawang dan Tongkat


Untuk gawang hanya dimiliki oleh PSB Bonansa dan SSB Ksatria
saja sedangkan untuk tongkat lompatan hanya dimiliki oleh PSB Bonansa
saja. Untuk SSB New Pelita tidak memiliki alat penunjang lainnya selain
bola dan kun.
Di PSB Bonansa memiliki 28 buah gawang dan 20 tongkat lompatan
yang dimodifikasi sendiri oleh Pak Sukatamsi. Gawang ini ada dua jenisnya
yang satu gawang kecil yang digunakan untuk latihan lompat gawang pada
saat latihan fisik dan juga gawang besar yang digunakan untuk latihan
tendang gawang atau biasa dipakai untuk pertandingan ujicoba dengan satu
lapangan dibagi menjadi dua area. Sedangkan untuk tongkat ada berbagai
macam ukuran, dan biasanya digunakan pada saat latihan lompat-lompat
dalam latihan fisik yang menggunakan alat.
Di SSB Ksatria ini memiliki 16 buah gawang-gawang kecil sebagai
penunjang latihan fisik. Ada 2 bentuk gawang yang dimiliki sesuai tinggi
gawang, 12 gawang dengan tinggi 60cm, dan ada 4 gawang dengan tinggi
20cm. gawang ini disimpan disekretariat dengan kondisi yang sudah
memprihatinkan tetapi masih bisa digunakan untuk penunjang latihan fisik.

g. Kostum
Di PSB Bonansa memiliki beberapa warna untuk Kostum . Untuk
pemain, ada 3 warna yang dimiliki, yang pertama warna merah kombinasi
hijau dan putih dengan depan kaos memiliki logo PSB dan dibagian
belakang kaos memiliki nomor punggung anak. Yang kedua kostum dengan
warna biru tua kombinasi dengan warna biru muda, dengan bagian depan
kaos memiliki logo PSB dan bagian belakang kaos memiliki nomor
punggung anak. Yang ketiga kostum dengan warna merah kombinasi hijau
79

dengan garis-garis putih, dengan depan kaos memiliki logo PSB dan
bertuliskan Bonansa, dengan belakang kaos memiliki nomor punggung anak
dan nama anak. Logo PSB dan tulisan Bonansa yang dipasang di depan baju
sebagai identitas organisasi sedangkan nama dan nomor punggung yang ada
di belakang baju sebagai identitas anak.
Di PSB Bonansa bukannya hanya pemain yang memiliki kostum
sendiri tetapi setiap pelatih juga memiliki kostumnya sendiri dengan desain
khusus juga sehingga jika dilapangan akan tampak serasi melihat anak-anak
dan pelatihnya dengan kostum mereka masing-masing. Pelatih memiliki
kostum sendiri ada 2 warna untuk kostum pelatih, yang pertama kaos dengan
kombinasi warna biru dan dilengan baju memiliki motif batik, dengan depan
kaos memiliki Logo PSB, yang kedua kaos dengan warna putih kombinasi
merah, dengan depan kaos memiliki logo PSB dan bertuliskan Bonansa. Hal
inilah yang dapat menggambarkan betapa kompak dan serasinya setiap
pelatih dan anak didikannya dilapangan.
Sedangkan di SSB New Pelita Solo, setiap murid diberikan kostum 3
pcs/org masing-masing pada saat mendaftar, dengan pertimbangan bahwa
kostum itu dipakai oleh siswa saat latihan dan membawa pulang kostum.
Untuk kostum memang didesain secara khusus untuk menggambarkan ciri
khas SSB New Pelita Solo. Kostum SSB New Pelita Solo berwarna merah
dan memiliki garis hitam dan biru di samping kiri dan kanan baju dengan
logo SSB dibagian depan tengah, untuk bagian belakang baju terdapat nomor
punggung dan nama siswa, dan untuk celana terdapat nomor dibagian kiri
bawah.
Dan untuk SSB Ksatria, untuk kostum memang diberikan dari
sekolah dengan setiap anak memiliki 3 pasang kostum dengan warna kostum
dikombinasi warna orange dan dibadukan dengan warna putih. Pada bagian
depannya mempunyai tulisan SSB KSATRIA, dengan logo SSB di bagian
depan kiri atas baju, sedangkan dibagian belakang baju ada nomor punggung
siswa dan nama siswa. Untuk celananya berwarna sama dengan baju tetapi
tidak memiliki tulisan apapun.
80

Lewat kostum inilah secara tidak langsung PSB dan SSB-SSB ini
menampakan identitas mereka di tengah masyarakat luas. Hal ini dibuktikan
dengan kostum yang gambarnya di desain secara khusus untuk menyatakan
diri selain nomor punggung dan nama siswa sebagai identitas individu setiap
siswa.
Inilah yang selalu menarik sebagai sorotan utama untuk menjelaskan
identitas PSB dan SSB-SSB ini.

4. Pembinaan prestasi Sepakbola Usia Dini di Sekolah Sepakbola Kota


Surakarta
Sumberdaya Penunjang sepakbola usia dini di sekolah sepakbola Kota
Surakarta dalam penerapannya dapat di bagi menjadi 7 bagian yaitu buku
panduan PSB/SSB Kota Surakarta, kurikulum PSB/SSB Kota Surakarta,
program latihan PSB/SSB Kota Surakarta, jadwal latihan PSB/SSB Kota
Surakarta, jadwal latihan simulasi/uji coba pertandingan PSB/SSB Kota
Surakarta, piala, piagam, dan sertifikat hasil prestasi PSB/SSB Kota Surakarta,
catatan siswa PSB/SSB Kota Surakarta yang masuk PERSIS dan PSSI dari
ketujuh bagian ini akan dibahas satu persatu sebagai berikut :

a. Buku Panduan Sepakbola Usia Dini di Sekolah Sepakbola Kota Surakarta.


Untuk Buku panduan hanya PSB Bonansa dan SSB Ksatria saja yang
memiliki buku-buku yang dipakai sebagai buku panduan sedangkan untuk
SSB New pelita prosesnya lebih diutamakan pengetahuan pelatih waktu
menjadi pemain dan juga materi-materi yang di dapat dari pelatihan pelatih
dan semuanya itu berpusat pada pelatih, sedangkan untuk SSBnya sendiri
belum sampai pada upaya memperkaya diri dengan sumber-sumber lainnya.
Di PSB Bonansa ini memiliki banyak buku-buku yang dijadikan
panduan. Buku-buku ini bukanya hanya dari dalam negeri saja tetapi juga
dari luar negeri. Buku-buku ini didatangkan dari berbagai negeri oleh salah
satu anak Pak Sukatamsi yaitu Winanto Adi untuk membantu memperkaya
pengetahuan. Dari buku-buku ini maka dibuatlah satu buku panduan yang
81

ditulis oleh Alm. Drs. Sukatamsi dengan Judul Teknik Dasar Bermain
Sepakbola. Beliau ini adalah pendiri PSB Bonansa.
Dan untuk SSB Ksatria, memiliki banyak literature buku-buku
sepakbola usia dini. Ada banyak buku diantaranya : Kurikulum Sepakbola
penulis Paul Gunandi, dkk; Mahir Sepakbola penulis Andi Nugraha;
sepakbola untuk pemain muda U12-U16 tahun penulis Malcolm Cook, dan
masih banyak lagi.

b. Kurikulum Sepakbola Usia Dini di Sekolah Sepakbola Kota Surakarta.


Untuk kurikulum yang mengunakan kurikulum hanyalah Sekolah
Sepakbola (SSB) sedangkan untuk Pendidikan Sepakbola (PSB) tidak
menggunakan kurikulum tetapi menggunakan buku panduan saja.
Di SSB New Pelita solo dalam temuannya untuk kurikulum tidak
ditemukan dokumen konkritnya tetapi dalam wawancara penjabarannya
tidak sama dengan temuan dilapangan.
Hasil wawancara dengan Direktur SSB New Pelita di lapangan Kota
Barat :
“Ada kurikulumnya mbak dan kita mencontek dari kurikulum
yang dipunyai PSSI.”

Sedangkan untuk SSB Ksatria memiliki Kurikum sendiri yang


disusun sendiri juga oleh para staf yang juga pelatih. Kurikulum yang
disusun dibagi berdasarkan kelas tingkatan umur. Kurikulum ini
diperbaharui setiap satu tahun sekali mengikuti literature baru yang didapat.
Kurikulum ini dalam proses susunannya juga mencoba menjawab setiap
kebutuhan yang diperlukan dilapangan dan juga dalam susunannya
disesuaikan dengan tingkatan umur setiap murid dan porsi latihan yang tepat.
Dari hasil observasi dan wawancara ini menggambarkan bahwa dari
ketiga PSB/SSB ini yang memiliki kurikulum hanyalah satu yaitu SSB
Ksatria, SSB ini menyadari akan pentingnya kurikulum sebagai acuan dasar
dalam pembinaan prestasi. Ditambah dengan kurikulum ini disusun sendiri
oleh staf yang juga pelatih dan dikembangkan dari literature yang dimliki
inilah yang membuat SSB ini memiliki kurikulum yang lengkap untuk
82

semua kelas tingkatan umur. sedangkan untuk PSB tidak menggunakan


kurikulum karena dia bukanlah mutlak sekolah sepakbola sehingga yang
digunakan hanyalah Buku panduan.
Dari hasil penelitian dan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan
bahwa yang menggunakan kurikulum hanyalah SSB sedangkan PSB
menggunakan buku panduan saja. Diantara SSB New Pelita dan Ksatria,
hanya SSB Ksatria saja yang menggunakan kurikulum. Sedangkan SSB New
Pelita kesadaran untuk memiliki kurikulum sebagai suatu acuan atau
pedoman materi masihlah sangat diabaikan. Sedangkan sebuah sekolah
sepakbola seharusnya memiliki kurikulum sendiri sebagai pedoman materi
latihan.

c. Program Latihan Sepakbola Usia Dini di Sekolah Sepakbola Kota Surakarta.


Di PSB Bonansa setiap pelatihnya memiliki program latihan.
Program latihan disusun dari berbagai macam buku panduan yang ada, dan
juga dari modul pelatihan yang di dapat oleh setiap pelatih dari dunia
perkuliahan karena kebanyakan pelatihnya adalah mahasiswa olahraga
jurusan kepelatihan dan juga modul-modul dari pelatihan-pelatihan yang di
dapatkan oleh pelatih. Program latihan yang dibuat biasanya berlaku setiap 1
bulan, tetapi jika dalam satu bulan itu akan diikutkan pertandingan maka
program latihannya akan dirubah lagi sesuai kebutuhan akan pertandingan.
Dalam program latihan ini setiap materi yang didapat dibagi menjadi 75%
latihan teknik dasar, 25% taktik, dan 25% fisik.
Hal ini juga didukung dengan hasil wawancara bersama pelatih PSB
Bonansa di Lapangan UNS Kentingan :
“Kalau untuk program latihan itu saya punya perbulan mbak, tapi
kalau mendekati pertandingan begitu biasanya program latihannya
diganti lagi mbak.”
Sedangkan di SSB New Pelita tidak memiliki dokument program
latihannya secara konkrit, tetapi dalam proses wawancaranya ditemukan
kenyataan yang berbeda.
Hasil wawancara dengan Direktur SSB New Pelita Solo di lapangan
Kota Barat :
83

“Untuk program latihan dibuat sendiri oleh pelatih, jadi setiap pelatih
memiliki program latihan masing-masing setiap harinya dan memang
susunannya berpatokan pada kurikulum yang dimiliki.”

Hasil lain lagi didapat dengan hasil wawancara dengan para pelatih di
SSB New Pelita.
Hasil wawancara dengan salah satu pelatih New Pelita Solo di
lapangan Sriwedari :
“Kalau program latihan saya punya tetapi itu saya buat sudah dari 2
tahun yang lalu, itu yang saya pakai terus mbak. Saya pakai buku
materi yang saya dapat dari pelatihan pelatih.”

Hasil wawancara dengan pelatih yang lainnya SSB New Pelita di


lapangan Kota Barat :
“Sebenarnya tidak juga mbak, karena program latihannya tidak
saya tuliskan, mungkin karena sudah lama melatih, dan juga
sudah banyak ikut pelatihan sehingga saya mengkonsepkannya
didalam kepala saja apa saja yang akan saya lakukan dalam
proses latihan.”

Dan kalau di SSB Ksatria untuk program latihan memang tidak


dibuat untuk sekarang-sekarang ini karena kondisi yang belum
memungkinkan karena belum ada rapat direksi lagi sehingga pelatih-pelatih
masih bingung program latihan yang dibuat masih mengikuti kurikulum
yang ada sekarang atau harus menunggu pembaharuan kurikulum dulu.
Tetapi dalam proses latihannya setiap pelatih masih berpatokan pada
kurikulum yang ada.
Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan pelatih SSB
Ksatria di Lapangan Kadipolo :
” Ia saya punya tetapi masih program latihan lama menyesuaikan
dengan kurikulum sekarang, karena sampai saat ini belum ada lagi
rapat untuk memperbaharui kurikulum dan program latihan karena
saat ini masih dalam tahap penyesuaian direktur.”

Dari hasil observasi dan wawancara di atas menggambarkan bahwa


para pelatih memang memiliki program latihan tetapi dengan konsep yang
berbeda dan cara memilikinya pun beda. Ada pelatih yang memang
84

membuat dalam bentuk dokumen dan tidak perna di revisi dan ada pelatih
yang memiliki dalam bentuk dokumen yang selalu diperbaharui tetapi ada
juga pelatih yang hanya mengkonsepkannya dalam kepala. Program latihan
seharusnya di susun oleh tim pelatih setiap tingkatan umur karena pada
dasarnya program latihan setiap umur berbeda porsinya sehingga program
latihan yang disusun harus menjawab kebutuhan dan kemampuan siswa
disetiap kelas tingkatan umur.
Dari hasil penelitian dan penjelasan di atas maka dapat diambil
kesimpulan bahwa dari ketiga PSB/SSB ini yang pelatihnya memiliki
program latihan hanyalah PSB Bonansa, yang program latihannya selalu di
perbaharui sesuai kebutuhan. Sedangkan untuk SSB New Pelita dan SSB
Ksatria setiap pelatihnya tidak memiliki program latihannya sendiri yang
seharusnya di susun oleh tim pelatih setiap tingkatan umur karena pada
dasarnya program latihan setiap umur berbeda porsinya sehingga program
latihan yang disusun harus menjawab kebutuhan dan kemampuan siswa
disetiap kelas tingkatan umur. Sekalipun memiliki kurikulum tetapi
seharusnya pelatih bisa membuat program latihan yang dikembangkan dari
kurikulum yang sudah dimiliki.

d. Jadwal Latihan Sepakbola Usia Dini di Sekolah Sepakbola Kota Surakarta.


Di PSB Bonansa ini memiliki jadwal latihan yang dibagi dengan 2
kelompok yaitu wilayah timur dan wilayah barat. Dengan pembagian
Wilayah Timur (Usia 13-16 tahun) : Selasa, Jam :14.30 - 16.30 WIB.
Tempat : Stadion UNS Kentingan, Surakarta. Kamis, Jam : 14.30 - 16.30
WIB. Tempat : Stadion UNS Kentingan, Surakarta. Sabtu, Jam : 15.00 -
17.00 WIB. Tempat : Stadion UNS Kentingan, Surakarta. Wilayah
Barat (Usia 6 -12 tahun): Rabu , Jam : 15.00 - 17.00 WIB. Tempat :
Lapangan Sumber, Surakarta. Jum'at , Jam : 15.00 - 17.00 WIB. Tempat :
Lapangan Sumber, Surakarta. Minggu (Latihan Fisik), Jam : 07.00 - 09.00
WIB. Tempat : Kampus JPOK FKIP UNS Manahan, Surakarta.
Senin (Tambahan untuk usia 10-12tahun), Jam :15.00 - 17.00 WIB. Tempat :
Lapangan Banyuanyar, Surakarta.
85

Sedangkan untuk SSB New Pelita, untuk jadwal latihan yang


diterapkan di SSB New Pelita Solo adalah hari senin, rabu, jumad setiap
pukul 14.00 WIB - 17.00 WIB dan minggu pukul 08.00 WIB - 10.00 WIB.
Jadwal latihan ini berlaku untuk semua kelas setiap tahun kelahiran.
Dan untuk SSB Ksatria, memiliki jadwal latihan yang penuh setiap
harinya tetapi dibagi untuk setiap kelas tingkatan umur. Untuk hari senin
jadwal latihan U8-U9, untuk hari selasa kelas U10-U11, rabu kelas U12-
U13, kamis kelas U14-U15, jumad kelas gabungan U8-U9 dan U10-U11,
sabtu kelas gabungan U12-U13 dan kelas U14-U15 tahun, dan minggu
seluruh kelas lebih kepada latihan fisik.

e. Jadwal latihan simulasi/ uji coba pertandingan Sepakbola Usia Dini di


Sekolah Sepakbola Kota Surakarta.
Untuk jadwal latihan simulasi/ uji coba pertandingan PSB dan SSB-
SSB ini tidak memiliki jadwal yang tetap tetapi latihan simulasi/ uji coba
pertandingan akan diadakan jika menjelang pertandingan. Jadwal ini akan
dibuat dengan melakukan koordinasi dengan SSB lainnya atau dengan klub-
klub sepakbola usia dini lainnya untuk melakukan latihan simulasi/ uji coba
pertandingan.
Dan ketiga organisasi selama ini sudah melakukan latihan simulasi/
uji coba pertandingan dengan berbagai SSB dan juga Klub-Klub sepakbola
usia dini lainnya yang berdomisili di Surakarta. Hal ini juga dimaksudkan
selain melakukan persiapan pertandingan tetapi juga meningkatkan
kedekatan pada sesama organisasi sepakbola usia dini yang berdomisili di
Kota Surakarta.

f. Piala, Piagam, dan Sertifikat Hasil Prestasi Sepakbola Usia Dini di Sekolah
Sepakbola Kota Surakarta.
Di PSB Bonansa banyak piala yang sudah didapat dari hasil prestasi
di tingkat Daerah, Nasional, sampai tingkat Internasional. Piala-piala yang
dimiliki ada berbagai macam ukuran sesuai peringkat prestasi yang didapat
dari setiap pertandingan, jumlah piala ± 90 buah, dan untuk piagam
86

penghargaan sendiri mengikuti jumlah piala yang ada, untuk sertifikat hasil
prestasi tidak disimpan di sekretariat tetapi dibawah pulang oleh para murid.
Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa di PSB Bonansa setiap
orang tua murid selalu menduplikat setiap piala yang ada untuk dipajang
dirumah masing-masing, sebagai bentuk rasa bangga akan prestasi yang
didapat oleh anaknya.
Untuk SSB New Pelita juga banyak piala yang sudah didapat dari
hasil prestasi SSB New Pelita Solo, dari tingkat Daerah, Nasional, sampai
tingkat Internasional. Piala-piala yang dimiliki ada berbagai macam ukuran
sesuai peringkat prestasi yang didapat dari setiap pertandingan, jumlah piala
± 80 buah, dan untuk piagam penghargaan sendiri mengikuti jumlah piala
yang ada, untuk sertifikat hasil prestasi tidak disimpan di sekretariat tetapi
dibawah pulang oleh para murid.
Dan untuk SSB Ksatria ini memiliki banyak sekali piala dan piagam
penghargaan baik untuk tingkat daerah, nasional, dan internasional, jumlah
piala yang dimiliki ± 120 buah. Piala disimpan di sekretariat disusun rapih
di atas lemari arsip-arsip dan juga dirak-rak yang dibuat khusus sebagai
tempat penyimpanan piala. Untuk piagam penghargaan dibuatkan bingkai
dan di gantung rapih di dinding-dinding dalam ruang sekretariat begitu juga
foto-foto yang menggambarkan rekam jejak perjalanan SSB Ksatria Solo
dari awal berdiri sampai sekarang.

g. Catatan Siswa-Siswa Sekolah Sepakbola Kota Surakarta Yang Sudah Masuk


Dalam PERSIS dan PSSI.
Di PSB Bonansa selalu mencatat setiap prestasi yang sudah di dapat
oleh anak-anak asuhannya teutama juga anak-anak yang sudah masuk untuk
memperkuat PERSIS dan PSSI. Semuanya dicatat di dalam website yang di
miliki PSB Bonansa. Jumlah anak yang sudah perna memperkuat tim
Indonesia adalah 14 anak yang berada di kelompok umur yang berbeda.
PSB Bonansa bukan hanya memanfaatkan teori-teori yang ada dalam
proses pembinaan aja tetapi juga memanfaatkan media sosial sebagai tempat
mencatat setiap rekap jejak perkembangan PSB dan juga sebagai media ajak
87

promosi prestasi sehingga dapat menarik minat anak-anak kecil yang punya
kecintaan terhadap sepakbola untuk dapat disalurkan. Dan dari hasil catatan
prestasi setiap anak-anak dapat menggambarkan bahwa PSB Bonansa sudah
cukup menyumbang dalam mendukung kemajuan dunia persepakbolaan.
Sedangkan di SSB New Pelita dan SSB Ksatria daftar nama siswa-
siswa yang sudah masuk dalam PERSIS dan juga PSSI tidak dicatat
namanya dalam dokumen pencatatan, sehingga peneliti tidak bisa
menemukan nama-nama siswa-siswa tersebut untuk dijabarkan dalam
penelitian ini.

5. Kendala Yang Dihadapi Dalam Pembinaan Sepakbola Usia Dini di Sekolah


Sepakbola Kota Surakarta
Kendala Dalam Pembinaan Sepakbola Usia Dini di Sekolah Sepakbola
Kota Surakarta dalam penelitian ini akan dibahas satu persatu dari setiap kendala
yang ada dimasing-masing PSB dan SSB, seperti yang ada di bawah ini :

a. PSB Bonansa
Di PSB Bonansa kendala besar yang dialami adalah masalah
lapangan yang dalam proses penggunaannya masih belum efektif. Dari 4
lapangan yang dipakai dalam proses pembinaan semuanya masih belum
memenuhi kebutuhan PSB Bonansa.
Hal ini dikarenakan karna untuk lapangan UNS Kentingan dan
lapangan UNS JPOK Manahan, PSB Bonansa harus membagi waktu
penggunannya dengan kegiatan mahasiswa sehingga dalam penggunaan
waktunya kurang efektif. Sedangkan untuk lapangan sumber dan banyuanyar
kondisi lapangannya yang kurang mendukung proses pembinaan. Kondisi
lapangan yang kurang kondusif inilah yang membuat proses latihan cukup
terhambat.
Dan sampai saat ini PSB Bonansa belum menemukan lapangan yang
baik yang dapat memenuhi kriteria lapangan yang diinginkan untuk proses
pembinaan oleh PSB Bonansa.
88

Hal ini juga di dukung oleh hasil wawancara dengan Direktur PSB
Bonansa dirumah kediaman Beliau :
“Lapangan mbak yang masih menjadi kendala, kita belum punya
lapangan, kita sewa-sewa dan kondisi lapangannya pun kurang
baik sebenarnya untuk latihan. Tapi kalau lapangan di UNS itu
kita minta ijin menggunakan lapangan. dan kita tidak mau
menutup mata jadi paling kita kasih sedikit dana untuk yang
bagian jaga dan bersih-bersih itu karena kitakan juga dapat
ruangan sendiri untuk secretariat dan gudang alat jadi bisa di
perhatikan oleh yang tukang jaga stadion.”

Kendala kecil lainnya yang dialami oleh PSB Bonansa adalah


keinginan orang tua setiap murid yang menginginkan anaknya mengikuti
setiap pertandingan yang akan diikuti oleh PSB Bonansa. Sedangkan murid
yang dibawa untuk ikut pertandingan adalah murid-murid pilihan dengan
proses seleksi yang panjang. Sedangkan orang tua terkadang tidak melihat
hal ini yang mereka inginkan hanyalah anaknya ikut dalam setiap
pertandingan. Kadang hal ini cukup memojokan setiap pelatih. Padahal
tujuannya sama yaitu saat anak bertanding maka prestasi yang diharapkan
baik atau menjadi pemenangnya.
Dari hasil observasi dan wawancara di atas dapat menggambarkan
bahwa PSB ini masih mengalami kendala dalam proses pembinaan prestasi
karena lapangan yang seharusnya menjadi pusat proses pembinaan masihlah
belum dapat memenuhi kebutuhan dari PSB Bonansa. Sekalipun PSB
Bonansa menggunakan 4 lapangan sebagai tempat proses pembinaan tetapi
dari keempat lapangan tersebut masing-masing masih memiliki kekurangan-
kekurangan sehingga dalam proses melatih menjadi terhambat. Hal lainnya
lagi adalah keinginan orang tua yang selalu menekan untuk anaknya dapat
mengikuti setiap pertandingan, sedangkan tim yang diturunkan untuk
mengikuti pertandingan adalah anak-anak yang sudah dipersiapkan secara
matang oleh pelatih.
Dari hasil penelitian ini dan penjelasan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa sekalipun PSB Bonansa menggunakan empat lapangan
sebagai tempat proses pembinaan tetapi lapangan-lapangan tersebut
sebenarnya belum dapat memenuhi kriteria lapangan ideal bagi PSB
89

Bonansa dan sampai sekarang PSB Bonansa masih belum menemukan


lapangan yang tepat untuk dijadingan tempat proses pembinaan. Hal lain
yang masih menjadi kendala adalah masalah internal dengan orang tua murid
yang menginginkan anak-anaknya mengikuti setiap pertandingan.

b. SSB New Pelita


Di SSB New Pelita kendala besar yang dialami adalah penunggakan
pembayaran iuran oleh para murid sehingga membuat pelatihpun terlambat
menerima gaji. Hal ini sangat cukup mempengaruhi proses pembinaan juga
karena jika pelatih terlambat terima gaji kadang-kadang pelatih malas-
malasan dalam melatih.
Hal ini juga diungkapkan oleh Direktur SSB New Pelita di Lapangan
Kota Barat :
“ Paling sulit itu adalah kesadaran untuk membayar SPP tepat
waktu. Pelatih gajian tanggal 18 tiap bulan, tanggal 18 belum
gajian itu pelatih udah uring-uringan, anehnya mbak, jika ada
pertandingan diluar kota dan biayanya besar orang tua berani buat
bayar, tetapi untuk SPP tiap bulan itu susahnya minta ampun.
Kadang udah dikasih orang tua buat bayar SPP, tapi anak-
anaknya tidak berikan kepada bendahara malah dipake buat maen
game”

Dari hasil observasi dan wawancara di atas menggambarkan bahwa


kendala yang dialami oleh SSB New Pelita adalah masalah keuangan.
Karena sumber pendapatan hanya di dapat dari iuran murid-murid sehingga
jika mengalami keterlambatan maka proses pembinaan pun ikut macet.
Dari hasil penelitian dan penjelasan di atas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa di SB New Pelita mengalami kendala dalam ketepatan
murid-murid membayar iuran sehingga gaji para pelatihpun ikut terlambat.
Hal ini dikarenakan pusat pemasukan dana hanya berasal dari iuran para
murid.

c. SSB Ksatria
Di SSB Ksatria, kendala paling besar adalah dana untuk proses
perbaikan lapangan dan penunjang lainnya seperti sekretariat dan gawang-
90

gawang. Dan juga kendala yang selalu menjadi masalah utama di setiap SSB
adalah keterlambatan dalam pembayaran iuran oleh orang tua murid,
sehingga dampaknya adalah dari pihak SSB Ksatria juga terlambat
membayar gaji para pelatih. Hal ini memang paling sering terjadi di SSB dan
salah satunya SSB Ksatria.
Hal ini diungkapkan dalam wawancara dengan Direktur SSB Ksatria
di ruang kerjanya :
“ ya SPP mbak paling menjadi kendala utama, orang tua murid
suka telat bayar SPP, sehingga kami juga jadinya telat bayar
pelatih. Dan juga lapangan yang kondisinya sudah
memprihatinkan, ditambah lagi alat-alat untuk latihan fisik yang
sudah butuh perbaikan mbak.”

Dari hasil observasi dan wawancara di atas menggambarkan bahwa


kendala yang dialami oleh SSB Ksatria adalah masalah keuangan. Masalah
keuangan ini sangat berdampak pada ketidakmampuan SSB Ksatria dalam
memperbaiki sumber daya penunjangnya sehingga dalam proses pembinaan
sangat mengalami hambatan. Sedangkan sumber dana yang didapat sampai
saat ini baru dari iuran murid-murid dan dana tersebut hanya cukup untuk
membayar gaji para pelatih.
Dari hasil penelitian dan penjelasan di atas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa SSB Ksatria terkendala dalam masalah keuangan
sehingga sampai saat ini masih belum bisa memperbaiki sumber daya
penunjangnya. Sedangkan sumber dana hanya berpusat pada iuran murid-
murid yang hanya cukup untuk membayar gaji para pelatih.

6. Usaha yang dilakukan Dalam Pembinaan Sepakbola Usia Dini di Sekolah


Sepakbola Kota Surakarta
Usaha yang dilakukan dalam pembinaan sepakbola usia dini di sekolah
sepakbola Kota Surakarta untuk menjawab kendala yang telah paparkan di atas
dalam penelitian ini akan dibahas satu persatu dari setiap kendala yang ada
dimasing-masing PSB dan SSB, seperti yang ada di bawah ini :
91

a. PSB Bonansa
Untuk meminimalisir kendala yang dialami di PSB Bonansa, dari
pihak direktur sendiri hanya bisa membayar lapangan sewaan dan juga jika
membuat pertandingan pihak PSB Bonansa akan mendekati kerabat-kerabat
Bonansa dan juga mencari sponsor untuk membantu membayar harga sewa
lapangan.
Hal ini juga di ungkapkan oleh direktur PSB Bonansa dalam
wawancaranya di kediaman beliau :
“Ya itu kita sewa dengan uang iuran dari anak-anak. Kadang jika
kita buat pertandingan kita cari sumbangan-sumbangan dari
orang-orang terdekatnya Bonansa.”

Kalau untuk masalah keinginan orang tua dalam mengikutsertakan


anaknya dalam setiap pertandingan, dari pihak Bonansa biasanya melakukan
pertemuan dengan orang tua murid untuk memberikan pengarahan dan
penjelasan sehingga para orang tua dapat menerima hasil keputusan itu.

b. SSB New Pelita


Untuk memilimalisir kendala yang dialami di SSB New Pelita,
direktur bekerja sama dengan pelatih untuk memberitahukan kepada murid
tersebut untuk memberitahukan orangtuanya, jika sampai tiga bulan tidak
ada tanggapan langsung biasanya murid tersebut akan dihukum dengan tidak
mengikuti proses latihan melainkan akan berdiri di samping gawang selama
proses latihan. Dan untuk menutupi keterlambatan pembayaran tersebut
biasanya direktur akan menggunakan dana pribadi.
Hal ini juga diungkapkan direktur SSB New Pelita dalam
wawancaranya di lapangan Kota Barat :
“Ya, kalau sudah 3 bulan belum lunasi kita biasanya menghukum
anak tersebut dengan berdiri di samping gawang selama proses
latihan, jika ada orang tua yang Tanya baru kita bilang kalau
belum bayar SPP. Dan untuk menutupi keterlambatan itu
biasanya saya pakai , kebetulan saya juga bekerja di RRI pro 1 –
pro 3 frekuensi 83, jadi gajinya cukup jika harus menutupi
kekurangan gaji pelatih.”
92

c. SSB Ksatria
Untuk memilimalisir kendala tersebut direktur SSB Ksatria
sementara mencari sponsor untuk dapat memperbaiki kerusak tersebut dan
juga untuk untuk masalah iuran biasanya direktur akan membicarakannya
dengan ketua panguyuban untuk mencari jalan keluarnya.
Hal ini juga diungkapkan oleh direktur SSB Ksatria dalam
wawancaranya di ruang kerja beliau :
“Kalau untuk masalah SPP biasanya ya saya bicarakan dengan
ketua paguyuban orang tua sehingga gaji pelatih dapat terbayar,
karena yang pegang masalah SPP itu adalah setiap bendahara
paguyuban. Kalau untuk lapangan dan alat-alat latihan fisik kami
masih mengumpulkan dana untuk memperbaikinya dan juga
masih mencari para sponsor.”

C. PEMBAHASAN

1. Sistem Organisasi Pembinaan Sepakbola Usia Dini di Sekolah Sepakbola Kota


Surakarta.
Di PSB Bonansa sistem organisasinya masihlah belum lengkap karena
sekalipun memiliki struktur organisasi yang lengkap tetapi dalam sistem kerjanya
tidak memiliki dasarnya seperti anggaran dasar/ anggaran rumah tangga (AD/ART)
. di PSB ini juga dalam pendirinya tidak dibuatkan surat keputusan (SK) pendirian
PSB Bonansa sekalipun dalam kenyataannya PSB Bonansa pendiriannya diresmikan
langsung oleh rektor UNS. Pendirian PSB Bonansa ini semuanya didasari sadar
akan kebutuhan untuk terlibat dalam proses pembinaan sepakbola terutama usia
dini. Sehingga dalam proses pembinaannya berpatokan pada visi dan misi yang
dibuat untuk mencerminkan tujuan yang ingin dicapai. PSB Bonansa memiliki visi
dan misi yang lebih mengutamakan pada tujuan menciptakan anak yang memiliki
akhlak mulia melalui pembinaan sepakbola karena PSB Bonansa menyadari bahwa
menghasilkan anak yang berakhlak mulia dan berprestasi itulah yang lebih utama.
Visi dan misi inilah yang menjadi acuan dalam proses pembinaan yang
diterapkan di PSB Bonansa.
93

Sedangkan di SSB New Pelita juga sistem organisasinya masihlah kurang


baik, karena masih banyak prosedur-prosedur yang tidak dijalankan secara
profesional oleh SSB ini sebagai organisasi yang telah berdiri secara resmi.
Misalnya tidak adanya surat keputusan yang dibuat untuk setiap staf dan
pelatih yang ada. Tetapi peneliti melihat bahwa dalam pemilihan orang-orang yang
masuk dalam kepengurusan SSB New Pelita Solo ini dilakukan melalui kebersedian
secara pribadi dari orang-orang tersebut dalam kepeduliannya dengan sepakbola
terutama pada usia dini dan juga terutama dapat bekerja dengan sepenuh hati tanpa
melihat imbalan dari hasil kerja tetapi melainkan berani berkorban secara waktu,
tenaga, dan keuangan.
Peneliti juga menemukan bahwa didalam organisasi SSB New Pelita Solo
memiliki struktur organisasi yang penentuan setiap bidang disesuaikan dengan
kebutuhan SSB New pelita Solo sendiri. Dan dalam kerjanya setiap bidang
mempunyai tugas untuk melakukan yang terbaik buat SSB New Pelita Solo.
Dan di SSB Ksatria untuk sistem organisasinya masihlah belum baik karena
masih banyak prosedur-prosedur yang belum di terapkan di SSB ini, misalnya tidak
adanya surat kontrak kerja yang diberikan kepada staf dan pelatih. Tetapi di SSB ini
juga peneliti menemukan bahwa dalam memilih staf-staf untuk bekerja di SSB ini
tidak dilihat dari kebersediaannya untuk bekerja tanpa melihat imbalan yang didapat
tetapi lebih kepada bekerja secara sukarela untuk ketercapaian tujuan bersama.
Dalam penelitian ini juga menemukan bahwa semua staf yang bekerja di
dalam struktur organisasi jugalah berperan sebagai pelatih, ini bukanlah sebuah hal
yang kebetulan tetapi di SSB ini lebih menerapkan bekerja praktis sehingga setiap
pelatih yang dimiliki di SSB inilah yang di rekrut sebagai staf sehingga semakin
membuat setiap staf memiliki rasa yang lebih dalam kepemilikan terhadap SSB ini

2. Manajeman organisasi Pembinaan Sepakbola Usia Dini di Sekolah Sepakbola


Kota Surakarta.
Sebagai sebuah organisasi dalam dunia olahraga PSB Bonansa dalam
manajemennya masihnya kurang karena sekalipun memiliki banyak staf yang
bekerja tetapi setiap staf tidak memiliki surat kontrak kerja dan juga jadwa kerja dan
jadwal evaluasi kerja yang tetap. Karena manajemen kerja yang diterapkan di PSB
94

Bonansa adalah kesediannya setiap individu bekerja tanpa melihat imbalan yang
didapat dengan kata lain bekerja secara sukarela. Sekalipun seperti itu PSB Bonansa
tetap memperhatikan kualitas kerja setiap individu, hal ini terlihat dari upaya PSB
Bonansa untuk mengambil setiap staf yang bekerja sesuai dengan kemampuannya
masing-masing. Jadi dalam penempatan setiap individu dalam bidang struktur
organisasi berpatokan pada kemuampuan atau profesi individu itu sendiri. Dalam
kerjanya juga setiap staf tidak memiliki program kerja sehingga pekerjaan yang
akan dilakukan disesuikan dengan kebutuhan dilapangan saja.
Untuk pelatihpun seperti itu hal ini dapat dilihat bahwa setiap pelatih yang
dimiliki di PSB Bonansa adalah setiap individu dengan latar belakang pendidikan
olahraga khususnya jurusan kepelatihan. Dan bukan itu saja tetapi setiap pelatih
secara perlahan-lahan didorong untuk memiliki surat legalitas sebagai pelatih
ditandai dengan sertifikat pelatih. Dan jika memungkinkan setiap pelatih yang ingin
mengambil lisensi pelatih akan di danai oleh PSB Bonansa sendiri ataupun di danai
secara pribadi oleh individu pelatih itu sendiri.
Sedangkan manajeman yang diterapkan di SSB New Pelita ini masihlah
belum sempurna karena masih banyak dokumen-dokumen penting yang tidak
diarsipkan sebagai bentuk bukti nyata proses perjalanan perkembangan SSB ini
sendiri hingga sampai saat ini. Misalnya program kerja setiap bidang yang tidak
jelas. Setiap staf hanya bekerja sesuai kebutuhan yang ada dilapang. Maksudnya
kerja setiap bidang akan diatur jika dilapangan mengalami hambatan. Terutama
rapat kerja akan terjadi bila ada pertandingan yang akan diikuti, atau proses promosi
untuk perekrutan siswa baru.
Hal lain yang ditemukan dilapangan adalah jadwal evaluasi yang ditentukan
3 bulan sekali, hal ini yang juga akan menjadi penentu program kerja lanjutan.
Maksudnya jika dalam proses evaluasi tersebut ditemukan suatu kendala atau
masalah dalam prose di lapangan barulah ditentukan program kerja apa yang akan
dilakukan kedepannya.
Dan juga di SSB Ksatria Solo juga mempunyai manajemen dalam mengatur
jalannya SSB ini. SSB Ksatria Solo melakukan rapat penetapan program kerja setiap
3 bulan sekali tetapi masih terkendala dalam masalah pengarsipan sehingga
dokumen-dokumen belum dapat diarsipkan untuk sementara waktu, tetapi dalam
95

proses kerjanya selalu ada control kerja langsung dari staf ini, dan jika diperlukan
biasanya program kerja dievaluasi tiap bulan atau langsung pada triwulan untuk
mengetahui hasil dari program kerja.
Hal ini diakibatkan oleh berpindahtangannya kepemimpinan di SSB Ksatria
Solo sendiri yang tidak direncakan sehingga dibutuhkan pembenahan ulang semua
segi termasuk manajemen yang ada di SSB ini.

3. Sumber Daya Penunjang Pembinaan Sepakbola Usia Dini di Sekolah


Sepakbola Kota Surakarta
Untuk sumber daya penunjang di PSB Bonansa cukup lengkap karena
memiliki Berbagai macam sumber daya penunjang yang membantu proses
pembinaan prestasi anak didik, misalnya : memiliki bola yang cukup banyak, kun
dengan berbagai macam ukuran, gawang dengan berbagai macam ukuran, tongkat
dengan berbagai macam ukuran, dan juga lapangan di berbagai tempat walaupun
masih menyewa.
Sumber daya penunjang yang disebutkan ada beberapa yang memang di
modifikasi sendiri oleh pak sukatamsi dan juga ada yang dibeli dengan uang iuran
anak didik atau juga swadaya orang tua murid dan sumbangan-sumbangan dari
beberapa kalangan. Tetapi untuk lapangan sendiri PSB Bonansa menggunakan
lapangan di Stadion UNS Kentingan dan lapangan di Kampus PJOK UNS Manahan,
kedua lapangan ini PSB Bonansa mendapat waktu sendiri dalam penggunaannya.
Tetapi untuk lapangan sumber dan lapangan banyuanyar PSB Bonansa
menggunakannya dalam bentuk menyewa.
Dari 4 lapangan yang digunakan ini sebenarnya belum ada satu lapanganpun
yang memenuhi kebutuhan latihan PSB Bonansa karena untuk 2 lapangan milik
UNS sendiri PSB Bonansa harus berbagi waktu dengan aktifitas mahasiswa UNS
sehingga dalam penggunaannya kurang efektif dan untuk lapangan sumber dan
banyuanyar kondisi lapangannya sangatlah kondusif untuk digunakan sebagai
latihan. Di PSB Bonansa juga memiliki ruangan sendiri untuk dijadikan sekretariat
untuk menjalankan organisasi dan gudang alat untuk menyimpan alat-alat yang
digunakan dalam proses pembinaan. Kedua ruangan ini diberikan oleh UNS yang
96

bertempat di stadion UNS Kentingan, jadi dari satu gedung stadion ini UNS
memberikan 2 ruangan sendiri untuk digunakan oleh PSB Bonansa.
Sedangkan di SSB New Pelita ini untuk sumber daya penunjang yang ada di
SSB ini pada dasarnya baik, untuk sumber daya penunjang pokok seperti lapangan,
bola, kun, peluit, stopwatch. Disaat proses latihan pelatih hanya mengandalkan bola
dan kun saja tanpa ada suatu alat bantu lain sebagai penunjang proses latihan.
Pelatih masih perpatokan pada sumber daya penunjang yang pokok-pokok
saja tanpa ada usaha memodifikasi alat-alat yang lainnya sehingga hasil dari ini
semuapun biasa-biasa saja. Untungnya semuanya ini dapat ditutupi dengan
semangat siswa dan rasa ingin mencoba dari siswa yang membuat SSB ini tidak
ketinggalan dalam prestasi.
Lain halnya dengan SSB Ksatria ini memiliki berbagai macam sumber daya
penunjang yang cukup baik. Misalnya: misalnya lapangan, bola, kun,gawang, dll.
Yang masih cukup memprihatinkan adalah kondisi lapangan yang kurang
terawat inilah yang membuat proses latihan menjadi terhambat apa lagi jika pada
musim hujan. Air tergenang dimana-mana sehingga tidak semua sudut lapangan
dapat digunakan untuk latihan.
Dalam penelitian ini juga menemukan bahwa di SSB ini memiliki gawang-
gawang kecil dan ban-ban mobil yang dimodifikasi sebagai alat latihan fisik. Hal ini
sudah cukup baik tetapi karena kurang terawat sehingga kondisinya juga sangat
memprihatinkan.

4. Pembinaan Prestasi Sepakbola Usia Dini di Sekolah Sepakbola Kota Surakarta


Di PSB Bonansa untuk pembinaan prestasinya sudah cukup baik karena di
PSB ini memiliki berbagai macam referensi dari dalam dan luar negeri yang dibuat
dalam buku panduan. Dari buku panduan tersebut dan dari referensi-referensi yang
ada setiap pelatih dituntut untuk memiliki program latihan masing-masing. Program
latihan yang disusun oleh setiap pelatih tidak hanya diambil dari buku panduan yang
ada atau juga dari referensi yang ada tetapi pelatih-pelatih di PSB ini mengambil
juga dari materi-materi kuliah yang di dapat karena kebanyakan pelatih yang
dimiliki oleh PSB Bonansa adalah mahasiswa dari olahraga UNS jurusan
kepelatihan dan juga materi-materi yang di dapat dari pelatihan pelatih yang diikuti
97

oleh setiap pelatih. Program latihan yang dimiliki biasanya akan diperbaharui setiap
1 bulan sekali kecuali pada masa menjelang pertandingan maka program latihannya
akan mengalami perubahan.
Dari program latihan yang ada dibuatlah jadwal latihan yang tetap oleh PSB
Bonansa yang di bagi menjadi dua kelompok yaitu wilayah barat dan timur.
Pembagian jadwal latihan ini sekaligus pembagian pelatih dan juga tempat latihan.
Sedangkan untuk latihan simulasi/ uji coba pertandingan PSB Bonansa tidak
memiliki jadwal khusus tetapi biasanya uji coba pertandingan ini akan dilakukan
pada saat menjelang pertandingan. Dari proses pembinaan yang dilakukan maka
PSB Bonansa ini sudah menghasilkan juara di berbagai macam juara di berbagai
tingkat dari tingkat daerah sampai tingkat internasional dan juga PSB ini sudah
menghasilkan anak-anak yang berprestasi sehingga dapat menyumbangkan
tenaganya untuk memperkuat Tim Nasional Indonesia dalam berbagai turnamen.
Atlet yang disumbangkkan dari PSB Bonansa untuk Timnas Indonesia sampai saat
ini ada 14 anak dengan tingkatan umur yang berbeda.
Sedangkan proses pembinaan prestasi yang di terapkan di SSB New Pelita
ini pada dasarnya baik, karena di SSB ini memiliki jadwal latihan yang tetap dan
berkesinambunga sehingga siswa yang dibinapun memiliki waktu latihan yang tetap.
Tetapi masih banyak kekurangan yang sangat tidak penunjang. Misalnya:
tidak adanya kurikulum sebagai pedoman standar, ataupun program latihan yang
seharusnya dimiliki para pelatih.
Proses latihan yang terjadi hanyalah berpatokan dari pengalaman setiap
pelatih. Pelatih yang memiliki lisensi pun tidak memiliki kesadaran untuk
berkewajiban membuat program latihan, apalagi pelatih yang tidak memiliki lisensi.
Semuanya hanyalah proses latihan yang berpatokan dari pengalaman para pelatih.
Sehingga yang diterapkanpun pola latihan yang mereka dapat dulu tanpa ada niatnya
mengembangankan pola latihan tersebut.
Proses pembinaan prestasi yang di terapkan di SSB Ksatria ini pada dasarnya
baik, karena di SSB ini memiliki jadwal latihan yang tetap dan berkesinambungan
sehingga siswa yang dibinapun memiliki waktu latihan yang tetap. Ditambah lagi di
SSB ini memiliki kurikulum yang lengkap untuk semua kelas tingkatan umur yang
disusun dari berbagai literature.
98

Tetapi masih banyak kekurangan yang sangat tidak penunjang. Misalnya:


tidak adanya program latihan yang seharusnya dimiliki para pelatih.
Proses latihan yang terjadi hanyalah berpatokan dari pengalaman setiap
pelatih. Pelatih yang memiliki lisensi pun tidak memiliki kesadaran untuk
berkewajiban membuat program latihan, apalagi pelatih yang tidak memiliki lisensi.
Semuanya hanyalah proses latihan yang berpatokan dari pengalaman para pelatih.
Sehingga yang diterapkan adalah pola latihan yang mereka dapat dulu tanpa
ada niatnya mengembangankan pola latihan tersebut. Padahal dengan adanya
kurikulum yang sudah dimiliki seharusnya itu menjadi acuan tolak ukur dalam
membuat program latihan.

5. Kendala yang dihadapi dalam Pembinaan Sepakbola Usia Dini di Sekolah


Sepakbola Kota Surakarta.
Di PSB Bonansa kendala yang dialami adalah pencarian lapangan yang
sesuai dengan kebutuhan PSB Bonansa sendiri dan memang diusahakan untuk jika
bisa ingin memiliki lapangan sendiri sehingga dalam pemakaiannya tidak harus
berbagi dengan lainnya. Hal ini dimaksudkan agar latihan dapat berpusat di satu
tempat saja dengan waktu yang lebih efektif.
Kendala lainnya yang di alami PSB Bonansa adalah keinginan orang tua
murid untuk mengikutsertakan anaknya dalam setiap pertandingan. Hal ini cukup
membuat kewalahan untuk pelatih sendiri dan juga tim direksi, karena dalam setiap
pertandingan yang akan diikuti tidak semua anak siap untuk mengikutinya dan tim
yang diikutsertakan adalah kumpulan anak-anak yang memang dipilih karena sudah
siap secara mental dan fisik. Pemilihan anak-anak yang ikut dalam pertandinganpun
diseleksi ketat karena hasil yang diinginkan bukan hanya prestasi yang baik tetapi
juga mental yang baik. Para orang terkadang tidak melihat akan hal itu dan selalu
menjadi perbincangan panjang dan serius jika PSB Bonansa akan memulai
mengikuti pertandingan. Hal ini cukup menjadi pengganggu konsentrasi pelatih
sendiri khususnya karena cukup mendapat tekanan dari orang tua murid.
Sedangkan di SSB New Pelita, mengalami kendala yang hampir dialami
semua SSB dan juga klub-klub sepakbola lainnya yang ada di Kota Solo, yaitu
penunggakan pembayaran SPP. Penunggakan ini berdampak pada pelatih khususnya
99

karena jika murid-murid menunggak SPP atau telat membayar SPP maka gaji
pelatihpun ikut terlambat dibayar. Dan kadang-kadang di beberapa pelatih jika gaji
sudah terlambat dibayar akan berpengaruh dalam proses latihan. Hal inilah yang
masih menjadi kendala utama dan paling besar yang dialami di SSB New Pelita,
terlepas dari hal itu belum ada kendala lainnya yang menguras perhatian lebih dari
dewan direksi SSB New Pelita.
Sedangkan di SSB Ksatria mengalami kendala komplit, karena yang hampir
sama kendala yang di PSB Bonansa dan SSB New Pelita. Kendala yang dialami di
SSB Ksatria adalah kekurangan biaya dalam proses untuk memperbaiki lapangan
dan sekretariat yang keadaannya sudah sangat memprihatinkan, sedangkan pusat
kegiatan SSB Ksatria seluruhnya berpusat pada area tersebut. Kondisi lapangan
yang sudah tidak kondusif untuk dipakai latihan cukup menjadi hambatan dalam
proses pembinaan prestasi. Begitu juga kondisi secretariat yang sudah sangat
memprihatinkan, sedangkan pusat semua kegiatan dan penyimpanan dokumen-
dokumen penting berpusat di sekretariat tersebut.
Kendala lainnya yang dialami di SSB Ksatria juga adalah masalah
keterlambatan pembayaran SPP. Masalah ini sama dengan yang terjadi di SSB New
Pelita. Keterlambatan pembayaran SPP ini juga berdampak pada kelancaran proses
pembinaan prestasi.

6. Usaha yang dilakukan dalam Pembinaan Sepakbola Usia Dini di Sekolah


Sepakbola Kota Surakarta.
Dari kendala lapangan yang dialami di PSB Bonansa, dari dewan direksi
menyiasati dengan membayar sewa lapangan dari iuran anak-anak dan jika
melakukan pertandingan maka dari pihak Bonansa akan mendekati kerabat-kerabat
Bonansa atau mencari sponsor dari luar. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir
kendala yang ada sekalipun lapangan yang disewa masih belum memenuhi
kebutuhan PSB Bonansa.
Sedangkan untuk masalah keinginan orang tua murid, dewan direksi
menyiasati dengan mengundang orang tua murid tersebut untuk bertemu dan
diberikan penjelasan-penjelasan atau juga mengajak untuk berdiskusi secara
musyawarah untuk mencapai tujuan bersama tanpa ada kekeliruan lagi atau
100

menimbulkan ketersinggungan lagi antar pihak orang tua, pelatih, dan dewan direksi
karena semua yang bergabung di PSB Bonansa sudah di anggap keluarga sendiri.
Dan di SSB New Pelita Solo untuk mengatasi kendala keterlambatan
pembayaran SPP tersebut, dari pihak direksi sepakat untuk bertemua orang tua
murid tersebut dan membicarakannya tetapi jika dalam kurun waktu 3 bulan murid
tersebut tidak membayar iuran maka diambil sikap tegas dengan menghukum murid
tersebut dengan berdiri disamping gawang selama proses latihan dan tidak
diperbolehkan mengikuti latihan sampai masa pelunasan itu terjadi. Hal ini
dilakukan untuk memperingati setiap orang tua murid bahwa murid tersebut belum
melunasi uang iuran. Cara ini sekalipun sedikit keras tetapi SSB New Pelita
sebenarnya hanya mengajarkan bahwa hak dan kewajiban itu harus seimbang.
Lain halnya lagi di SSB Ksatria, untuk menyiasati kendala dana perbaikan
sekretariat, lapangan, dan sumber daya penunjang tersebut, pihak direksi mencoba
untuk mencari sponsor dan mengumpulkan dana dari sumbangan orang tua murid.
Sedangkan untuk masalah keterlambatan pembayaran iuran, pihak direksi
akan membicarakannya dengan dewan panguyuban yang di bentuk dari orang tua
murid sendiri. Kelompok panguyuban yang dibentuk dari orang tua murid ini
dimaksudkan agar orang tua murid juga memiliki rasa kepemilikan terhadap SSB
Ksatria dan bersama bergandengtangan bahu-membahu untuk bekerja sama dalam
mencapai tujuan bersama.

Anda mungkin juga menyukai