Artikel ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Kelas
Dosen Pengampu:
Kelompok 02
Disusun oleh :
1. Muhammad Sulton Akbar ( 202191260011 )
2. Nur Andini Sofi Hartika ( 202191260033 )
3. Sitti Mamluatur Rahma ( 202191260039 )
4. Umiyanti ( 202191260040 )
Abstrak : Education centered on the learning process in the classroom. The success in
achieving educational goals depends on classroom management conducted by the teacher.
Classroom management is an activity carried out by teachers to create a conducive learning
environment, so that learning objectives can be achieved properly. Class is inhabited by a
variety of different characters from each student, which can lead to various types of conflicts
that could interfere with learning activities. In this case, a teacher must be able to control class
conditions with various approaches, including authoritarian approaches, intimidation
approach,permissive approach, recipe approach, behaviour change approach, socio-
emotional approach, group approach, and electrical or pluralistic approach, in order to allow
the learning process carried out as expected, therefore learning objectives could be achieved.
PENDAHULUAN
Pengelolaan kelas merupakan berbagai jenis kegiatan yang sengaja dilakukan oleh guru
dengan tujuan menciptakan kondisi yang optimal bagi proses terjadinya belajar mengajar
dikelas. Pengelolaan kelas sangat berkaitan dengan upaya – upaya untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (penghentian perilaku
peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas
oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif, didalamnya
mencakup pengaturan orang peserta didik dan fasilitas yang ada).
Kegiatan guru didalam kelas meliputi dua hal pokok, yaitu mengajar dan mengelola
kelas. Kegiatan mengajar dimaksudkan secara langsung menggiatkan siswa mencapai tujuan
seperti menelaah kebutuhan siswa, menyusun rencana pembelajaran, menyajikan bahan
pelajaran kepada siswa, menilai kemajuan siswa adalah contoh kengiatan mengajar. Kegiatan
mengelola kelas bermaksud menciptakan dan mempertahankan suasana kelas agar kegiatan
mengajar tersebut dapat berlangsung secara efektif dan efesien. Memberganjaran dengan
segera, mengembangkan hubungan yang baik antara guru dan peserta didik, mengembangkan
aturan permainan dalam kegiatan kelompok adalah contoh kegiatan mengelola kelas.
Dalam kenyataan sehari – hari kedua jenis kegiatan tersebut menyatu dalam kegiatan
atau tingkah laku guru sehingga sukar dibedakan. Namun demikian, pembedaan seperti itu
sangat perlu, terutama apabila kita ingin menanggulangin secara cepat tepat permasalahannya
yang berkaitan dengan kelas.
Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam
menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Karena secara prinsip, guru memegang dua
tugas sekaligus masalah pertama, yakni pengajaran dimaksudkan segala usaha untuk
membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sebaliknya, masalah
pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi
sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efesien.
Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan tidak
mampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu seperti prestasi belajar peserta
didik rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan. Karena itu,
pengelolan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat penting. Usman dalam satu bukunya
mengemukakan bahwa suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu
mengatur peserta didik dan sarana pembelajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang
menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran.
Disini jelas sekali betapa pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak
bagi terciptanya proses belajar mengajar yang efektif juga. Berdasarkan pendapat diatas, jelas
betapa sangat pentingnya pengelolan kelas guna menciptakan suasana kelas yang kondusif
demi meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini berarti setiap guru dituntut secara
profesional mengelola kelas sehingga terciptanya suasana kelas yang kondusif. Setidaknya ada
tujuh pendekatan yang bisa dilakukan oleh guru untuk pengelolaan kelas.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendekatan Dan Pengelolaan Kelas
Kata pendekatan sering disinonimkan dengan kata approach yang berasal dari
bahasa inggris. Pendekatan sendiri secara bahasa berasal dari kata dekat yang berarti
pendek, tidak jauh, hampir, akrab, dan menjelang. Sementara pendekatan secara istilah
dapat diartikan sebagai proses atau cara pembuatan mendekati. Memang secara bahasa,
pendekatan merupakan proses atau cara pembuatan mendekati. Akan tetapi secara istilah
pendekatan bersifat aksiomatis dan menyatukan suatu pendirian, filsafat, keyakinan, atau
paradigma terhadap subject matter. Jadi, pada dasarnya dapat dikatakan bahwa pendekatan
merupakan cara pandang seseorang terhadap suatu subjek.
Dari deskripsi diatas, pendekatan dalam pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai
cara pandang seorang guru dalam kegiatan pengelolaan kelas.
Guru sebagai pekerja profesional sesuai dengan undang – undang guru dan dosen
nomor 14 tahun 2005 diwajibkan memiliki seperangkat kompetensi, antara lain kompetensi
kepribadian, sosial, profesional, dan pedagogik. Kompetensi kepribadian berhubungan
dengan bagaimana akhlak, kedewasaan, dan kewibawaan yang dimiliki oleh seorang guru.
Sedangkan sosial berhubungan dengan bagaimana kemampuan seorang guru dalam
menjalin hubungan dengan peserta didik, wali peserta didik, teman sejawatnya, dan juga
masyarakat. Sementara profesional berhubungan dengan kemampuan guru terhadap
penguasaan materi pelajaran yang diampuninya. Sedangkan pedagogik berhubungan
dengan cara atau metodologi bagaimana guru mengajar.
Kemampuan guru dalam mengelola kelas termasuk salah satu dari perwujudan
kompetensi pedagogik. Keterampilan pertama yang harus dikuasai oleh guru untuk
mengelola kelas adalah keterampilan dalam memahami, memilih, dan menggunakan
berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas.
B. Tujuan Pengelolaan Kelas
Pengelolaan yang dilakukan oleh seorang guru di dalam kelas memiliki tujuan agar
terciptanya suasana belajar yang kondusif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai
dengan optimal. Guru yang melakukan pengelolaan kelas dengan baik akan mencapai
tujuan dengan baik, sebaliknya guru yang melakukan pengelolaan kelas dengan kurang
baik akan mencapai tujuan dengan kurang baik juga. Pengelolaan kelas dengan baik akan
mengantarkan peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi
mengerti, dan dari tidak berilmu menjadi berilmu.
Pengelolaan kelas adalah untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif serta
nyaman untuk tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, kegiatan
tersebut akan dapat berjalan dengan efektif dan terarah, sehingga cita – cita pendidikan
dapat tercapai demi terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas.
1. Setiap anak terus bekerja, tidak macet, artinya tidak ada anak yang terhenti karena tidak
tahu ada tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan
kepadanya.
2. Setiap anak terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu, artinya setiap anak
akan bekerja secepatnya supaya lekas menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya.
Apabila ada anak yang walaupun tahu dan dapat melaksanakan tugasnya, tetapi
mengerjakannya kurang bergairah dan mengulur waktu bekerja, maka kelas tersebut
dikatakan tidak tertib.
Dengan demikian, beda antara (1) dan (2) adalah pada : (1) anak tidak tahu akan
tugas atau tidak dapat melakukan tugasnya, dan pada (2) anak tahu dan dapat
melakukannya tetapi kurang bergairah bekerja. Dengan kata lain, indikator
keberhasilan dari kegiatan pengelolaan kelas adalah :
1. Bila sesudah itu setiap anak mampu untuk terus belajar dan bekerja. Peserta didik
tidak mudah menyerah dan pasif manakala mereka merasa tidak tahu atau kurang
memahami tugas yang harus dikerjakan. Setidaknya, peserta didik masih
menunjukkan semangat dan gairahnya untuk terus mencoba dan belajar, meskipun
mereka menghadapi hambatan dan problem yang sulit sekalupin.
2. Bila setiap peserta didik mampu untuk terus melakukan pekerjaan tanpa membuang
– buang waktu dengan percuma, astinya setiap peserta didik akan bekerja
secepatnya supaya ia segera dapat menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya.
Hal ini akan membuat peserta didik mampu mempergunakan waktunya untuk
belajar secara efektif dan efesien.
Dengan demikian tujuan dari pengelolaan kelas adalah :
1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun
sebagai kelompok belajar yang memungkinkan peserta didik untuk
mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalagi terwujudnya
interaksi belajar mengajar.
3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan
memungkinkan peserta didik belajar sesuai dengan lingkungan sosial,
emosional, dan intelektual, peserta didik didalam kelas.
4. Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi,
budaya, serta sifat – sifat individunya.
Dapat disimpulkan bahwa, tujuan pengelolaan kelas adalah untuk menciptakan
proses pembelajaran yang efektif sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
C. Jenis – Jenis Pendekatan Dan Pengelolaan Kelas
1) Pendekatan Kekuasaan
Kekuasaan berasal dari kata kuasa yang berarti kemampuan, atau kesanggupan,
kekuatan, wewenang atas sesuatu atau untuk menentukan orang yang diserahi wewenang.
Sementara kekuasaan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyuruh, memerintah,
atau mengatur. Dalam konteks pengelolaan kelas, kekuasaan tersebut melalui kemampuan
guru dalam mengatur peserta didik untuk taat dan patuh terhadap norma atau aturan yang
terdapat didalam kelas. Berdasarkan paparan tersebut, pendekatan otoriter pengelolaan
kelas adalah kegiatan guru untuk mengontrol tingkah laku siswa, guru berperan
menciptakan dan memelihara aturan kelas melalui penerapan disiplin secara ketat. Tujuan
utamanya adalah untuk mendisiplinkan peserta didik. Jadi, pendekatan kekuasaan dapat
diartikan sebagai cara pandang guru yang meyakinin bahwa kelas kondusif dapat dibentuk
melalui berbagai upaya penegakan aturan didalam kelas dan dapat menjadika peserta didik
disiplin diri.
2) Pendekatan Ancaman
Pendekatan ancaman dalam pengelolaan kelas merupakan salah satu pendekatan
untuk mengontrol perilaku pesera didik didalam kelas. Ancaman berasal dari kata ancam,
kata kerjanya adalah ancaman. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, mengancam diartikan
sebagai menyatakan maksud untuk melakukan sesuatu yang merugikan orang serta
memberikan pertanda kemungkinan malapetaka atau akibat yang akan terjadi. Jadi, dalam
konteks pengelolaan kelas, pendekatan ancaman dapat didefinisikan sebagai cara pandang
guru bahwa perbuatan mengancam dapat dijadikan sebagai metode untuk menciptakan
kelas yang kondusif.
Pendekatakan ini dapat dilakukan oleh guru jika kondisi kelas benar – benar sudah
tidak dapat dikendalikan lagi, jika guru masih mampu mengendalikan kondisi kelas dengan
pendekatan lain, sebaiknya tidak menggunakan pendekatan acaman ini.
Pendapat senada juga dikemukakan oleh bahri dikutip dalam zahro (2015:183),
menjelaskan bahwa : “ guru perlu memberi ancaman seperti penanggungan nilai,
pemberian tugas tambahan, serta memberikan tugas lain yang sifatnya mendidik bagi
mereka. Ancaman dalam bentuk imtimidasi yang berlebihan, seperti mengejek,
membanding – bandingkan, memukul, dan memaksa, sebaiknya dipikirkan ulang sebelum
diterapkan. Sebab ancaman seperti itu sangat mungkin dapat melukai perasaan peserta
didik serta menyebabkan mereka semakin bertindak represif didalam kelas. Sindiran halus
juga dapat dilakukan oleh guru terhadap peserta didik yang kurang menaati aturan.”
3) Pendekatan kebebasan
Makna dari kata kebebasan artinya suatu keadaan bebas. Pada pendekatan ini arti
kebebasan yang dimaksud adalah dapat memberikan keleluasaan untuk melakukan
aktivitas. Sehingga dalam konteks pendekatan pengelolaan dengan kebebasan didefinisikan
sebagai suatu cara pandang guru untuk memberikan kebebasan kepada peserta didik di
dalam kelas, dan guru hanya berpesan sebagai manajer di kelas. Istilah lain dari pendekatan
kebebasan di dalam pengelolaan kelas ada yang menyebutkan sebagai pendekatan permisif
yang mengartikan pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru untuk
memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk melakukan berbagai aktivitas sesuai
dengan yang mereka inginkan. Dan fungsi guru adalah bagaimana menciptakan kondisi
peserta didik merasa aman untuk melakukan aktivitas di dalam kelas.
Sejalan dengan pernyataan tersebut menurut setiani, & priansa, (2015:77),
menyatakan bahwa: “pendekatan kebebasan dalam pengelolaan kelas perlu difahami
sebagai suatu proses untuk membantu peserta didik agar merasa memiliki kebebasan untuk
mengerjakan sesuatu sesuai dengan apa yang ia fahami dan ia inginkan, tanpa dibatasi oleh
waktu dan tempat. Peranan guru dalam pendekatan pengelolaan kelas yang satu ini adalah
mengusahakan dengan semaksimal mungkin bahwa kebebasan peserta didik merupakan
prioritas dalam proses belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas.”
Namun demikian, pendekatan kebebasan harus dalam arahan yang tepat dan ketat
dari guru agar proses pembelajaran yang dilalui sesuai dengan apa yang diharapkan dan
diterapkan dalam tujuan belajar dan pembelajaran. Selain itu, dalam pendekatan kebebasan,
belajar dan pembelajaran dapat dilaksanakan secara fleksibel tanpa harus dibatasi adanya
ruang kelas yang selama ini rutin dipergunakan.
Menurut Wiyani (2013:110), mengatakan bahwa ada beberapa batasan dalam
pendekatan kebebasan antara lain : “1) peserta didik dapat bergerak bebas melakukan
berbagai kegiatan di dalam kelas yang terkait dengan kegiatan belajar. 2) peserta didik
diperbolehkan melakukan apa saja di dalam kelas selama apa yang dilakukan tidak
menyimpang aturan kelas yang telah disepakati bersama. 3) peserta didik boleh berekpresi
dengan cara apapun dalam menerima materi pelajaran dari guru selama ekspresi tersebut
tidak mengganggu teman dan juga keberlangsungan kegiatan belajar mengajar didalam
kelas.”
Jika dengan kekuasaan seorang guru terlalu mengekang siswa hal itu dapat
menjadikan peserta didik tidak merasa nyaman di dalam kelas dan tertekan, sedangkan jika
seorang guru terlalu membebaskan peserta didik di dalam kelas hal itu dapat menjadikan
siswa meremehkan kegiatan belajar mengajar.
Terkadang, peserta didik tidak nyaman apabila ada seorang guru yang terlalu over-
protectif sehingga peserta didik tidak leluasa melakukan eksperimennya. Jika memberikan
tugas kepada peserta didik untuk menuliskan beberapa pengalaman, maka berilah mereka
kebebasan untuk menceritakan apa saja yang mereka tuliskan. Jangan membuat ketentuan
– ketentuan yang terlalu ketat yang karenanya dapat mengekang kebebasan peserta didik
untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitasnya.
4) Pendekatan Resep
Resep dapat diartikan keterangan dokter tentang obat serta takarannya. Jika dikaitan
dengan makanan resep dapat diartikan sebagai bahan dan cara memasak makanan. Jadi,
dalam konteks pengelolaan kelas resep dapat diartikan sebagai keterangan tentang cara
bagaimana mengelola suatu kelas. Resep tersebut terwujud dalam berbagai aturan kelas
yang dibuat dan disepakati secara bersama – sama.
Aturan terkait erat dengan kesepakatan. Aturan merupakan pegangan bagi setiap
orang dalam suatu komunitas. Guru sebagai manajer kelas dapat membuat aturan kelas
bersama peserta didik. Tujuannya agar peraturan yang dibuat dapat memunculkan
kesadaran dan tanggung jawab siswa. Di samping itu, akan sangat baik jika guru meminta
peserta didik untuk mengemukakan hal – hal yang mereka sukai dari proses pembelajaran.
Semua komentar peserta didik hendaknya diperhatikan baik – baik, untuk kemudian
diaplikasikan dalam tindakan nyata.
Secara lebih detail, menurut Wiyani (2013:114), mengatakan bahwa “guru sebagai
manajer kelas dapat melakukan sepuluh langkah untuk membuat aturan kelas yaitu sebagai
berikut.”
1) Guru mengadakan pertemuan kelas untuk mendiskusikan aturan yang akan dibuat.
2) Guru membagikan kertas dan membagikan kepada peserta didik untuk menuliskan
tiga aturan.
3) Guru membuat daftar aturan dari semua kertas, kemudian menyusun prioritas
aturan.
4) Setelah daftar akhir di terapkan, guru meminta kesepakatan kepada peserta didik
untuk mendukung aturan tersebut.
5) Guru mengadakan pertemuan kelas yang kedua untuk mendiskusikan konsekuensi
pelanggaran aturan.
6) Guru memberitahu peserta didik mengenai konsejuensi yang di terapkan di sekolah.
7) Guru membagi kertas kepada siswa untuk menuliskan tiga konsekuensi.
8) Guru menuliskan konsekuensi tersebut di papan tulis.
9) Setelah konsekuensi diterapkan mintalah kepada peserta didik untuk menyatakan
bahwa mereka mengerti dan menyetujuinya.
10) Foto copy dan bagikan daftar aturan dan konsekuensi kepada peserta didik.
5) Pendekatan Pengajaran
Pengajaran dapat diartikan sebagai proses, cara, perbuatan mengajar atau
mengajarkan. Jadi, dalam konteks pengelolaan kelas, pendekatan pengajaran dapat
diartikan sebagai cara pandang yang beranggapan bahwa kelas yang kondusif dapat
dicapai. Sebelum mengajar guru harus membuat perencanaan pengajaran yang yang
matang sebelum masuk kelas.
Sejalan dengan pernyataan tersebut menurut Setiani & Priansa, (2015:77),
menyatakan bahwa “pendekatan pengajaran dalam pengelolaan kelas di dasarkan atas
suatu anggapan bahwa pengajaran yang baik akan mampu mencegah munculnya
masalah yang disebabkan oleh peserta didik di dalam kelas”. Sehingga pada intinya
pendekatan pengajaran ini menganjurkan guru untuk bertingkah laku sebagai pengajar
pembelajaran dalam rangka mencegah dan menghentikan tingkah laku peserta didik
yang kurang baik di dalam kelas. Peranan guru adalah merencanakan dan
mengimplementasikan pelajaran yang baik sehingga peserta didik mampu untuk belajar
dengan baik di dalam kelas.
Pengajaran yang terarah dengan dengan penuh persiapan yang sistematis tentu
dapat membuat peserta didik terhindar dari pembelajaran yang membosankan dan
monoton, karena mereka sudah dipersiapkan untuk melalui pembelajaran secara
bertahap. Jika pembelajaran yang diberikan tanpa melalui sistematika yang terencana
tentu akan memberikan dampak negatif terhadap peserta didik seperti peserta didik
cepat lelah, peserta didik bingung akan arah pembelajaran yang akan di bawa oleh guru
sehingga akan berdampak besar terhadap hasil belajar yang akan di dapatkan oleh
peserta didik, dan tentunya tujuan pembelajaran yang ingin disampaikan pun menjadi
tidak terencana bahkan belum tercapai.
Hal ini lah yang menjadi perhatian penuh bagi para guru sebelum melakukan
pembelajaran di dalam kelas. Agar tujuan pembelajaran dan harapan dari hasil
pembelajaran serta kenyamanan siswa dalam mengikuti pembelajaran menjadi unsur
yang sangat penting di perhatikan oleh guru sebelum melakukan pembelajaran.
Pendekatan dalam pengelolaan kelas tidak hanya dilakukan oleh guru sebagaimana
pelaksanaan pengajaran, namun pihak sekolah pun harus ikut memperhatikan dan mendukung
tercapainya kondisi belajar peserta didik yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rohani. Pengelolaan Pengajaran. (Jakarta: Rineka Cipta 2014).
Nurmalasari, N. (2019). Pendekatan dalam pengelolaan kelas. Jurnal Pendidikan Islam Al-Ilmi,
2(1).
Zahroh, Lailatu. "Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas." Jurnal Keislaman 1.2 (2018): 186-
201.
Nugraha, Muldiyana. "Manajemen kelas dalam meningkatkan proses pembelajaran." Tarbawi:
Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan 4.01 (2018): 27-44.
Erwinsyah, Alfian. "Manajemen kelas dalam meningkatkan efektifitas proses belajar
mengajar." TADBIR: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 5.2 (2017): 87-105
Rofiq, Aunur. "Pengelolaan kelas." Malang: Direktorat Jendral PMPTK (2009).
Djamarah, Syaiful Bahri Dan Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Faruqi, D. (2018). Upaya Meningkatkan Kemampuan Belajar Siswa Melalui
Pengelolaan Kelas. Evaluasi: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 2(1), 294-310.
Febrianto, A. (2013). Pengaruh Keterampilan Mengelola Kelas Dan Gaya Mengajar Guru
Terhadap Keaktifan Belajar Siswa Kelas Xi Materi Pembelajaran Pembangunan
Ekonomi Sma Negeri 2 Slawi. Economic Education Analysis Journal, 2(3).
Fitri, F. F., Rosita, A., & Rusno, R. (2017). Pengaruh Keterampilan Pengelolaan Kelas, Metode
Mengajar Guru Dan Keaktifan Siswa Terhadap Hasil Belajar Ips Terpadu. Jurnal Riset
Pendidikan Ekonomi, 2(2).
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat
Ketenagaan. 2006
Martinis Yamin dan Maisah. Manajemen Pembelajaran Kelas. Jakarta: Gaung Persada
Press. 2009