Anda di halaman 1dari 18

“HUBUNGAN ANTARA KANTOR PUSAT DAN CABANG – MASALAH

KHUSUS

KELOMPOK 3

MUHAMMAD RIYADI B1C118163

ST.MUTMAINNAH B1C118164

RIZKA AMALIA B1C118174

WD.UMI KALSUM B1C118178

AMASHA NUN SYAHWA B1C118181

TUTY HAJRIATI B1C118197

VIKY RAHMAWATI B1C118203

INANG VERLANI B1C118207

JURUSAN AKUTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................2

KATA PENGANTAR.................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................4

A. LATAR BELAKANG ........................................................................................4

B. RUMUSAN MASALAH ...................................................................................4

C. TUJUAN.............................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................5

A. PENGIRIMAN UANG KAS ANTAR CABANG .............................................5

B. PENGIRIMAN BARANG DAGANGAN ANTAR CABANG ........................5

C. LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN APABILA BARANG DIFAKTUR


DENGAN JUMLAH YANG LAIN DARIPADA HARGA POKOK ........................10

BAB III PENUTUP....................................................................................................17

A. KESIMPULAN ................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................18
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan taufik-Nya
makalah ini dapat disusun dengan baik. Makalah ini merupakan materi tentang “Hubungan
Antara Kantor Pusat dan Cabang-masalah khusus” yang disusun agar lebih mudah dimengerti
oleh para pembaca. Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami sampaikan banyak terimakasih kepada
segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini.

Diluar itu, kami sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi.
Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, kami selaku penyusun menerima segala kritik dan
saran yang membangun dari pembaca. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah
ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat bagi pembaca.

Kendari, 26 maret 2021

Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada era saat ini, perkembangan dunia usaha telah mengalami peningkatkan yang pesat.
Perkembangan usaha menuntut bagi para pelaku usaha untuk melakukan perluasan operasi
usaha. Pemilik usaha besar ataupun yang sedang berkembang selalu ingin meningkatkan volume
penjualan atas barang atau jasanya. Usaha yang dilakukan oleh pusat untuk meningkatkan
volume penjualanatas barang dan jasanya dengan cara membentuk kantor cabang. akan tetapi
dalam praktiknya penjualan suatu usaha atau jasa pada perusahaan besar ataupun yang tengah
berkembang tidak semua dijalankan olehpusat. Pusat hanya akan berada pada satu titik lokasi
yang dianggap memiliki rodaperputaran ekonomi yang menguntungkan. Untuk selebihnya selain
dengandibentuk kantor cabang, kantor pusat juga membentuk suatu kantor agen.
Usaha cabang tersebut diberikan wewenang yang sama dalam mengelola usaha yang
dilakukan. Hal ini diharapkan agar tujuan pengembangan usaha dapat tercapai sesuai dengan
yang telah direncanakan oleh pemilik usaha (pusat).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengiriman uang kas antar cabang ?
2. Bagaimana pengiriman barang dagangan antar cabang ?

C. TUJUAN
1. Untuk dapat mengetahui tentang akuntansi cabang
2. Untuk dapat mengetahui cara mengkonsolidasikan laporan keuangan cabangdan kantor pusat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGIRIMAN UANG KAS ANTAR CABANG


Kegiatan cabang biasanya terbatas pada transaksi dengan kantor pusat dan denganpihak
luar. Akan tetapi, dalam kejadian tertentu, kantor pusat dapat memberikan perintah pengriman
aktivatertentu dari cabang yang satu ke cabang yang lain. Sebagai pengganti pembukaan
perkiraan khusus dengan cabang, biasanya cabang menetapkan pengiriman seperti ini, melalui
perkiraan kantor pusat. Sebagai contoh diasumsikan bahwa atas pemerintah dari kantor pusat,
cabang no 1 mengirimkan yang kas sebesar $1.000 ke cabang no.2

B. PENGIRIMAN BARANG DAGANGAN ANTAR CABANG


Apabila barang dagangan disediakan dan disalurkan oleh kantor pusat kepada cabangnya,
maka dalam hal tertentu, kantor pusat dapat memberikan perintah pengiriman barangdari cabang
yang satu ke cabang yang lain. Seperti halnya dengqan uang kas antar cabang, pengiriman
barang dagangan antar cabang juga ditetapkan melalui kegunaan perkiraan kantor pusat dan
bukan lewat penggunaan perkiraan khusus cabang.
Dalam kasus pengiriman barang dagangan antar cabang , timbul masalah khusus yang
menyangkut biaya pengiriman. Cabang layak dibebar I dengan biaya pengangkutan atas barang
diterimanya .unutuk menetapkan harga pokok persediaan barang dagangan akhir periode, biaya
pengangkutan layak ditetapkan sebgai bagian dari harga pokok persediaan akhir barang
dagangan ini. Tetapi cabang tidak harus dibebani dengan biaya pengangkutan yang berlebihan
apabila, karena rute pengiriman yang tak langsung menyenbabkan biaya pengangkutan yang
besar jumlahnya.Dalam hal-hal seperti ini cabang yang menerima barang harus dibebani tidak
lebih daripada biaya pengangkutan normal sebagai pengiriman biaya.Kantor pusat langsung
memerintahkan pengiriman antar cabang dan bertanggung jawab atas kelebihan biaya ini yang
dianggap sebagai beban.
Untuk mengilustrasikan prosedur ini, di asumsikan mengirimkan barang ke cabang no.5
dengan manufatur cabang ini untuk barang itu sebesar $4.500 ditambah biaya oengangkutan
yang dikeluarkan sebesar $600. Pada tanggal berikutnya, kantor pusat memerintahkan kepada
cabang no.5. membayar biaya pengangkutan atas pengiriman barang iniu sebesar $450. Jika
pengiriman ini dilakukan langsung oleh kantor pusat ke cabang no.8 maka biaya
pengangkutannya akan sebesar $650 ayat-ayat jurnal untuk mencatat pengiriman barang
dagangan antar cabang ini dalam buku kantor pusat, cabang no.5 dan cabang no.8 berbunyi
sebagai berikut:
Buku kantor pusat
Panglr imar sem' ıla b*faflg san peml aöanon C0bang N a. 5 .. .......
h arga poüok !›arang sarta biaya pen‹angkut• Pengirirnc n Ba•ang Dagangar
ila Ca »ang t1a5 ...... 64.600
anpadaCaba gNO5.
600

a
Kntor g u sat m zrnerintâ k an pengir iı tan be- Panglrlm‹ n Barang Dagangan
rang dar i C a deng No. 5 k8 Câban \ No.g: Ka Ca »ang t4o.5 g4.500
Cebang No.B dibebani dengsn h an. pokok Pengir man Barang O agang-
barang dan biaY• pengangîcu ten ncrm‹ıt; an Ke Cabeng No.6 $4.600
Cabang No.5 dik redit unN k beban semul a
dltam bW bia le pc ngangku tan eta: pentjl- Caba•ig h o.B ........
riman barang se C aiaang No. 8. Kel eblha Eiieye Pengangku tan
Atas Panglrlman Barang
Dagar gan #,ntar Cabang . . 4C‹0
Cabar g No. 5 ........

Dalam menyusun perhitungan rugi laba kantor pusat, kelebihan biaya pengangkutan
dapat dilaporkan sebagai pengurangan dari ikhtisar pendapatan cabang disebelah bawah
perhitungan rugi-laba ini. Dalam perhitungan rugi-laba gabungan, kelebihan biaya pengangkutan
ini dilaporkan dalam harga pokok penjualan, beban penjualan, atau dalam seksi beban umum dan
administrasi , tergantung pada divisi perushaan yang bertanggung jawab atas pengiriman seperti
ini.
Dalam contoh diatas, diasumsikan bahwa tidak satupun cabang yang bertanggung jawab
akun kelebihan biaya pengangkutan ini dan dengan demikian, kelebihan ini dilaporkan dalam
buku kantor pusat. Jika kelebihan biaya pengangkut ini timbul dari kesalahan cabang dalam
memenuhi pemerintah pengiriman barang atau dari kesalahan cabang yang lain, maka kelebihan
biaya pengangkutan ini harus ditanggung oleh cabang dan harus dilaporkan dalam bukunya.
Pembuatan faktur kepada cabang dengan jumlah yang lain daripada harga pokok Apabila kantor
pusat memfaktur cabang untuk barang dagangan dengan angka yang lain daripada harga pokok,
maka pembuaan faktur ini biasanya dilakukan dengan angka manapun di atas harga pokok atau
dengan harga jual eceran
a. Pembuatan faktur dengan angka diu atas harga pokok
Pembuatan faktur oleh kantor pusat dapat dilakukan dengan angka tertentu di atas harga
pokok, dengan maksud agar para pemimipincabang tidak memperoleh informasi lengkap
mengenai laba actual dari hasil operasi cabang. Kebijakan ini, dalam hal-hal lainnya diikut
sebagai carapembebanan untuk perolehan dan penanganan barang serta untuk biaya khusus yang
berkaitan dengan hubungan antara kantor pusat-cabang.
Atas perolehan barang kantor pusat,cabang memcatat beban yang tercantum dalam faktur
yang menyertai barang ini. Jika pembuatan faktur kepada cabang dilakukan dengan angka yang
melebihi harga pokok, maka laba yang ditetapkan oleh cabang akan lebih kecil daripada laba
aktualnya; persediaan yang dilaporkan oleh cabang dengan akan fakturnya akan melebihi harga
pokok.
Asumsi bahwa barang dengan harga pokok $10.000 dikirimkan oleh kantor pusat,dan cabang
yang dimaksud difaktur untuk barang ini dengan angka 20% di atas harga pokok, atatu sebesar
$12.000. pengiriman ini dapat dicatat sebagai berikut:
Cabang mencatat barang yang diterimanya dari kantor pusat dengan harga faktur kantor
pusat membuat ayat jurnal sebagai berikut: perkiraan “cabang no.1” didebet sbesar jumlah faktur
“perkiraan barang dagangan dengan ke cabang no.1 “di kredit sebesar harga pokok actual barang
dagang yang dikirimkan dan perkiraan laba persediaan antar perushaan yang tidak direalisasi di
kredit sebesar selisih antara harga faktur dan harga pokok barang yang dikirimkan. Kemudian,
perkiraan cabang dan perkiraan kantor pusat menjadi bersilangan. Pengiriman barang dagangan
yang dilaporkan dengan harga pokok dapat dikurangkan dari jumlah persediaan awal dan
pembelian, untuk memperoleh harga pokok barang dagangan yang tersedia untuk dijual oleh
kantor pusat saldo dalam perkiraan “laba persediaan antar perusahan yang tidak direalisasi”
layak ditetapkan sebagai imbangan terhadap perkiraan di cabang.
Apabila cabang menjual barang yang diperoleh dari kantor pusat dan sebesar selisih
antara harga faktur fiktir dan hargab jual, maka selisih antar harga pokok dan harga faktur
dilaporkan oleh kantor pusat dalam perkiraan laba yang tidak direalisasi dan selisih ini layal:
ditetapkan sebagai laba kantor pusat biasanya menanggungkan laba seperti ini sampai akhir
periode fiscal. Pada waktu itu perkiraan “laba yang tidak direalisasi dikurangi dalam persediaan
cabang, dan jumlah pengurangan ini ditambahkan pada laba yang dilaporkan oleh cabang.
Untuk memperoleh gambaran yang jelas , kita kembali ke contoh yang diatas . laba yang
tidak direalisasi sebesar $2.000 dicatat dalam buku kantor pusat pada waktu oengiriman barang
dengan harga pokok $10.00 dan harga faktur $12.00. pada akhir periode, abang melaporkan
persediaan sebesar &7.000 ($8.400: 1.20) saldo laba yang tidak di realisasi adalah sebesar
$2.000 dan jumlah ini harus dikurangi menjadi sebesar $1.400 dalam menentukan laba bersih,
cabang menetapkan harga pokok penjualan sebesar $3.600 (%12.00-$8.400). harga pokok
sebenarnta barang yang dijual oleh cabang adalah sebesar $3.000 ($3.600:1,20) laba yang
dilaporkan oleh cabang ditetapkan terlalu rendah dan harus ditambah denga $600 dengan asumsi,
bahwa buku cabang melaporkan laba bersih sebesar $5.000 maka ayat-ayat jurnal untuk
mengikhtisarkan kegiatan cabang dibuat dalam buku cabang dalam buku kantor pusat sebagai
berikut:

Apabila persediaan cabang terdiri dari barang-barang yang diperoleh dari kantor pusat
dengan harga faktur fiktif dan juga yang diberi dari pihak luar dengan harga pokok , maka kedua
macam barang ini harus dipisahkan agar kantor pusat dapat menetapkan penilaian yang terlalu
tinggi dalam nbagian persediaan cabang yang diperoleh dari kantor pusat.
b. Pembuatan factor dengan harga jual eceran
Kantor pusat dapat memfaktur cabang barang dagangan yang dikirimkan ke cabang ini
dengan harga jual eceran, tidak hanya untuk merahasiakan dari para pemimpin kantor cabang
informasi mengenai pendapatan cabang, tetapi juga untuk memungkinkan pengendalian yang
lebih efektif atas barang dagangan yang ditangani oleh cabang dan mengetahui hasil penjualan
cabang pada periode yang berjalan, maka kantor pusat dapat meneyelenggarakan catatan yang
kontinu mengenai brang yang ada di cabang; posisi persediaan dihitung dengan jalan
menguangkan hasil penjualan sampai dengan tanggal itu dari harga jual eceran barang yang
tersedia bagi cabang. Pada akhir periode, persediaan fisik cabang dengan harga jual eceran harus
sama dengan selisih harga faktur barang yang tersedia untuk dijual dan hasil penjualan bersih
untuk periode itu. Jika persediaan yang dilaporkan oleh cabang tidak sama dengan selisih ini,
maka ini harus diselidiki dan dijelaskan kepada kantor pusat.
Jika cabang difaktur untuk barang dengan harga jual, maka harga pokok barang yang di jual
oleh cabang jelas akan sama dengan hasil penjualan dan kegiatan cabang akan menunjukkan rugi
operasi yang sama dengan biaya operasi. Perkiraan cabang dapat disesuaikan dan ditutup dengan
cara yang sama pada akhir periode fiscal, dan perkiraan kantor pusat akan didebet sebesar
kerugian yang dilaporkan.
Di dalam akuntansi untuk pengiriman barang yang difaktur dengan harga jual, kantor pusat
dapat menempuh prosedur yang sama dengan prosedur yang digunakan untuk pengiriman barang
dagangan dengan harga tertentu diatas harga pokok. Kantor pusat menyelenggarakan akan
catatan memorandum, yang menunjukkan baik harga pokok maupun harga faktur untuk semua
barang yang dikirimkan ke cabang. Pada pengiriman barang ke cabang, perkiraan laba
persediaan antar perusahaan yang tidak direalisasi dikredit sebesar selisih antar harga pokok dan
harga faktur. Kantor pusat, pada tiap akhir periode menerima ikhtisar yang rinci mengenai
barang yang ada pada akhir periode itu dari cabang. Dengan menunjukkan pada catatan
memorandum mengenai pengiriman barang, pos-pos barang dagangan yang terdapat dalam
persediaan dapat diubah harganya dari harga jual menjadi harga pokok untuk masing-masing
barang atau jenis barang dapat dihindari jika harga jual semua barang gangan ditetapkan dengan
menerapkan pementase penaikan harga jual yang seragam atas harga pokoknya kemudian harga
pokok persediaan dapat dihitung seperti yang telah di ilustrasikan dalam bagian muka.

C. LAPORAN KEUANGAN GABUNGAN APABILA BARANG DIFAKTUR DENGAN


JUMLAH YANG LAIN DARIPADA HARGA POKOK

Apabila unit-unit afiliasi mencatat pengiriman barang antar kantor dengan harga pokok,
maka penyusunan laporan keuangan gabungan relative mudah. Saldo perkiraan silang kantor
pusat cabang dihapuskan dan data-data neraca kemudian digabungkan. Saldo pendapatan dan
biaya kantor yang bersilangan dihapuskan dan data-data perhitunganrugi-laba digabungkan.

Apabila penyusunan laporan keuangan gabungan membutuhkan penilaian-kembali perkiraan


nominal serta eliminasi perkiraan siang. Maka pada umumnya dikehendaki untuk
mengembangkan ikhtisar seperti itu melalui penyusunan neraca lajur, yang meliputi data-data
neraca dan perhitungan rugi-laba. Sebagai dasar untuk: mengilustrasikan neraca lajur. Berikut
ini disusun neraca tersendiri dan gabungan untuk rodger corporation per 31 desember 1980.
Transaksi kantor pusat dan cabang 1987 didaftardan dicatat seperti berikut:
Transaksi yang ditunjukkan menghasilkan laba yang tidak direalisasikan kantor pusat sebagai
beriku:
Dalam pengembangan laporan keuanghan (saldo dalam perkiraan $108.500) gabungan, unit-
unit afiliasi ditetapkan sebagai kesatuan usaha tunggal. Perkiraan kantor pusat dan cabang harus
dinilai kembali sehingga. Apabila ia digabungkan kedua perkiraan ini akan menunjukkan saldo
yang akan timbul jika transaksi antara kedua kesatuan usaha ini dicatat dalam seperangkat buku
tunggal. Dalam proses ini setiap perkiraan neraca, yang melaporkan debet dan kredit antara
kantor-dan yang tidak mempunyai arti apa-apa bila unit-unit bersangkutan yang ditetapkan
sebagai satu kesatuan usaha tunggal , dihapuskan. Penyesuaian dan eliminasi yang dibuat dalam
neraca lajur untuk perusahaan contoh kita, rodger corperation dan cabangnya, dilakukan untuk
memperoleh ikhtisar kegiatan dari kedua kesatuan usaha ini dan diuraikan sebagai berikut.
Perlu dijelaskan bahwa penyesuaian dan penghapusan yang diuraikan di atas ini hanya
dilakukan dalam neraca lajur.perkiraan serta buku besar kantor pusat dan cabang tidak
terpengaruh. Kedua perkiraan ini ditutup dengan cara biasa. Transaksi pada periode berikutnya
terus dicatat dalam buku kantor pusat dan cabang, sesuai dengan ketentuan khusus yang harus
dipenuhi dalam penggunaan catatan tersendiri yang berimbang atau yang berdiri sendiri, untuk
masing-masing kesatuan usaha yang bersangkutan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Setiap Hubungan Kantor Pusat dan Cabang, akan ada persoalan-persoalan khusus di dalam
akuntansi yang terjadi di perusahaan tersebut. Dan persoalan-persoalan yang terjadi didalam
akuntansi akan dicatat dalam pembukuan dengan menggunakan Sistem Desentralisasi yang
artinya setiap susunan dan klasifikasi rekening-rekening pembukuan pada tiap-tiap kantor cabang
mengikuti dan sesuai dengan susunan & klasifikasi yang dipakai pada kantor pusatnya.
DAFTAR PUSTAKA

Martani, Dwi, dkk. 2014. Akutansi Keuangan Lanjutan Buku 1. Jakarta, Salemba Empat

Putra, W, M. (2011) Modul Akutansi Keuangan Lanjutan 2, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai