Anda di halaman 1dari 17

M A K A LA H

INDUK DAN ANAK CABANG PERUSAHAAN


(An Introduction to Corporate Standard on Tax)

Tugas ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Pajak Lanjutan


Dosen Pengampu : Drs. Sumiharti

Disusun oleh :

Eko Budi Nurdianto (123012001035)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PASCASARJANA MASGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS TRISAKRI JAKARTA
2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Akutansi
mengenaiSistem Akutansi Kantor Cabang, Anak Perusahaan dan induk perusahaan.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jakarta, 5 April 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN......................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG..................................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................. 5
C. TUJUAN.......................................................................................................................... 5
D. MANFAAT......................................................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN
A. Akuntansi Cabang........................................................................................................... 7
B. Sistem Akuntansi Kantor Cabang................................................................................. 7
C. Rekening Timbal Balik Rekening timbal balik............................................................ 8
D. Alternatif Memfakturkan Barang Dagang................................................................ 10

BAB III : DEPARTMENT/ INDUK DAN ANAK PERUSAHAAN


A. Perusahaan Kelompok (Induk dan Anak Perusahaan)...............................................11
B. Keuntungan dan Kerugian dari Perusahaaan Induk..................................................12
C. Pengertian Konsolidasi Perusahaan..............................................................................12
D. PENGERTIAN KONSOLIDASI PERUSAHAAN......................................................13
E. KOMPONEN DALAM SUSUNAN LAPORAN KEUANGAN.................................13

BAB IV : PENUTUP................................................................................................................ 16
A. Kesimpulan.................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ 17

B.

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perusahaan-perusahaan besar atau yang sedang berkembang, selalu berusaha
meningkatkanvolume penjualannya. Aspek pemasaran merupakan aspek penting dalam usaha
pencapaian tujuan ini. Oleh karena itu, bagian pemasaran merupakan ujung tombak keberhasilan
suatu perusahaan. Dalam rangka memperluas daerah pemasaran, perusahaan melakukan
pemetaan wilayah sehingga dapat diketahui pasar potensialbagi produk atau jasa yang
dihasilkan/ditawarkan. Dengan cara ini dapat diketahui market share (bagian pasar yang dapat
dimasuki) dari produk atau jasa yang dihasilkan atau ditawarkan perusahaan. Beberapa cara yang
dapat digunakan untuk menangkap peluang dari market share yang sudah diketahui ini antara
lain dengan cara membuka kantor agen dan kantor cabang. Pada dasarnya kantor agen berbeda
dengan kantor cabang. Kantor agen hanya berfungsi mencarikan pembeli atau memperoleh
order. Penjualan kepada konsumen dilakukan langsung oleh kantor pusat, pembayarannya juga
diterima langsung dari konsumen ke kantor pusat. Sedangkan kantor cabang mempunyai
wewenang yang lebih luas dibandingkan kantor agen, karena selain berfungsi mencari pembeli
kantor cabang dapat melakukan transaksi penjualan secara langsung kepada konsumen.
Wewenang yang lebih besar lagi adalah kantor cabang dapat membeli barang dagangan dari luar.
Akuntansi kantor cabang membagi sistem akuntansi perusahaan secara terpisah antara kantor
pusat dan kantor cabang. Kantor pusat terdiri dari unit akuntansi pusat untuk perusahaan,
sedangkan kantor cabang terdiri dari tambahan sistem akuntansiuntuk mencatat kegiatan setiap
cabang.
Kantor cabang mempunyai kewenangan dalam melakukan transaksi penjualan. Oleh
karena itu, kantor cabang melaksanakan pembukuan tersendiri. Jadi baik kantor pusat maupun
kantor cabang menyelenggarakan pencatatan akuntansi sendiri-sendiri. Pencatatan ini hanya
berguna untuk pihak intern kantor pusat maupun kantor cabang. Tujuan dibuatnya kantor cabang
yakni agar kemampuan perusahaan dalam penjualan meningkat. Biasanya kantor cabang
dibawahi oleh seorang manajer cabang yang bertanggung jawab langsung kepada top manajer di
kantor pusat. Manajer cabang harus melaporkan informasi tentang volume aktivitas dan hasil
usaha cabang kepada kantor pusat. Walaupun kantor cabang merupakan unit usaha yang berdiri

4
sendiri namun dia tetap dalam pengawasan kantor pusat. Garis besarnya suatu cabang diberi
modal kerja oleh kantor pusat, cabang bisa membeli stok barang sendiri untuk memenuhi
permintaan pelanggan. Apabila kantor pusat tidak sanggup memenuhi permintaan tersebut maka
alternatifnya cabang mengolah usahanya secara terpisah dari rekening kantor pusat.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan sesuai dengan latar belakang maka dapat dirumuskan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Akutansi Cabang ?
2. Bagaimana memfakturkan Barang Dagang ?
3. Bagaimana perlakuan atas selisih harga faktur dan harga pokok ?
4. Apa yang dimaksud dengan Induk perusahaan dan Anak Perusahaan?
5. Bagaimana hubungan hukum antara induk dengan anak perusahaan ?
6. Apa yang dimaksud dengan konsilidasi perusahaan ?
7. Apa komponen dalam susunan laporan keuangan ?

C. TUJUAN
Berdasarkan sesuai dengan latar belakang maka dapat dirumuskan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Akutansi Cabang
2. untuk mengetahui memfakturkan Barang Dagang
3. Untuk mengetahui perlakuan atas selisih harga faktur dan harga pokok
4. Untuk mengetahui dengan Induk perusahaan dan Anak Perusahaan
5. Untuk mengetahui hubungan hukum antara induk dengan anak perusahaan
6. Untuk mengetahui dengan konsilidasi perusahaan
7. Untuk mengetahui komponen dalam susunan laporan keuangan

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Akuntansi Cabang
Kantor cabang adalah bagian entitas yang memiliki lokasi sendiri yang melakukan
pencatatan akuntansi secara terpisah. Akuntansi kantor cabang membagi sistem akuntansi
perusahaan secara terpisah antara kantor pusat dan kantor cabang. Kantor pusat terdiri dari unit
akuntansi pusat untuk perusahaan, sedangkan kantor cabang terdiri dari tambahan sistem
akuntansi untuk mencatat kegiatan setiap cabang. Kantor cabang mempunyai kewenangan dalam
melakukan transaksi penjualan. Oleh karena itu, kantor cabang melaksanakan pembukuan
tersendiri. Jadi baik kantor pusat maupun kantor cabang menyelenggarakan pencatatan akuntansi
sendiri-sendiri. Pencatatan ini hanya berguna untuk pihak intern kantor pusat maupun kantor
cabang. Untuk kepentingan pihak ekstern kantor pusat menyiapkan laporan konsolidasi yaitu
laporan keuangan yang berisi kinerja keuangan gabungan dari kantor pusat dan kantor cabang.
Berbeda dengan investasi kantor pusat di kantor agen yang hanya berupa modal kerja awal saja,
investasi yang ditanamkan oleh kantor pusat ke kantor cabang meliputi semua kebutuhan awal
kantor cabang. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kantor pusat bertindak sebagai Investor
(pihak penyandang dana) dan kantor cabang sebagai Investee (pihak penerima dana). Oleh
karena itu, diperlukan rekening yang bersifat Resiprokal (timbal balik) antara kantor pusat dan
kantor cabang untuk menampung transaksi yang bersifat resiprokal ini, kantor pusat
menggunakan nama rekening kantor cabang, sebaliknya kantor cabang menggunakan rekening
kantor pusat. Rekening kantor cabang merupakan hak kantor pusat sedangkan rekening kantor
pusat merupakan kewajiban kantor cabang. Dalam membuat laporan konsolidasi rekening
resiprokal harus dieleminasi.
B. Sistem Akuntansi Kantor Cabang
Penerapan kegiatan akuntansi pada sebuah kantor cabang tergantung pada kebijaksanaan
perusahaan. Sistem akuntansi kantor cabang pada dasarnya dapat dilaksanakan menurut sistem
sentralisasi, desentralisasi atau kombinasi keduanya.
a. Sistem Sentralisasi
Apabila sistem sentralisasi dilaksanakan maka pembukuan terhadap transaksi-transaksi
yang terjadi di kantor cabang diselenggarakan sepenuhnya oleh kantor pusat. Dicatat
dalam buku harian kantor pusat dan buku besar atau seperangkat catatan yang terpisah.

6
Data diberikan oleh cabang dalam bentuk dokumen asli yang membuktikan transaksi
cabang didukung oleh voucher asli. Pada prinsipnya sama dengan untuk agen penjualan
dimana kantor cabang membuat dokumen-dokumen dasar seperti faktur penjualan,
catatan waktu kerja, dan bukti- bukti pendukung transaksi lainnya yang tembusannya atau
aslinya dikirimkan ke kantor pusat untuk dicatat di dalam buku jurnal dan buku besar
kantor pusat.
b. Sistem Desentralisasi
Jika menggunakan sistem desentralisasi maka setiap cabang dan kantor pusat
menyelenggarakan pembukuan atas transaksi yang terjadi pada cabang dan pusat
bersangkutan secara lengkap. Pada cara ini, setiap cabang membuat pembukuan atas
transaksi-transaksi yang terjadi pada kantor cabang secara lengkap yang meliputi jurnal,
buku besar dan buku-buku pembantu. Laporan keuangan disiapkan secara tahunan oleh
kantor cabang dan dikirimkan ke kantor pusat. Prinsip-prinsip akuntansi, sistem
pengendalian internal, format dan isi laporan keuangan ditentukan oleh kantor pusat.
Laporan keuangan yang terpisah antara kantor cabang dan kantor pusat digabungkan
menjadi laporan keuangan tunggal untuk tujuan pelaporan eksternal.
c. Sistem Kombinasi (Sentralisasi-Desentralisasi) Jika menggunakan sistem kombinasi dari
keduanya maka cabang dapat menyelenggarakan catatan asli (books Original Entry)
untuk semua transaksi sebagai salinan. Lalu salinan tersebut dikirim ke kantor pusat,
dimana data dibukukan pada perkiraan cabang yang diselenggarakan tersendiri atau
dibukukan dalam buku besar umum kantor pusat.
C. Rekening Timbal Balik Rekening timbal balik
adalah rekening untuk mencatat suatu transaksi di buku pencatatan yang berbeda.
Rekening-rekening ini mempunyai saldo yang sama tetapi pada sisi yang berlawanan apabila
seluruh proses akuntansi pada suatu periode telah selesai dilakukan dengan benar. Dengan sistem
desentralisasi rekening timbal balik di buku kantor cabang dan kantor pusat digunakan untuk
mencatat transaksi cabang dan pusat serta transaksi cabang dengan cabang yang mempengaruhi
investasi oleh pusat di cabang.
a. Rekening “Kantor Cabang” dan Rekening “Kantor Pusat”.
Dengan sistem desentralisasi hubungan pusat dan cabang adalah hubungan antara
investor dan investee. Hubungan ini dicatat di buku kantor pusat dalam rekening kantor

7
cabang dan di buku kantor cabang dalam rekening kantor pusat. Hubungan dan aturan
pencatatan di kedua rekening tersebut adalah :
KANTOR CABANG KANTOR PUSAT
Di buku besar kantor pusat Di buku besar kantor cabang
saldo rekening menunjukan Saldo rekening menunjukan jumlah
jumlah investasi yang telah pendanaan
dilakukan oleh pusat di cabang yang telah diterima oleh cabang dari pusat
merupakan rekening aset dengan saldo normal normal disisi kredit
disisi debit
Debit : aset yang dikirim ke cabang, Debit : aset yang dikirim ke pusat,
pembebanan pembebanan
biaya ke cabang, laba operasi cabang biaya ke pusat, rugi operasi cabang
Kredit : aset yang diterima dari cabang, Kredit : aset yang diterima dari pusat,
pembebanan biaya dari cabang, rugi operasi pembebanan biaya dari pusat, laba operasi
cabang cabang

b. Rekening “Pengiriman Barang ke Cabang” dan rekening “Pengiriman Barang dari Pusat”
Rekening-rekening ini dibutuhkan bila pencatatan barang dagangan menggunakan
sistem phisik. Hubungan dan aturan pencatatan kedua rekening tersebut adalah :

Pengiriman barang ke cabang pengiriman barang dari pusat


Di buku besar kantor pusat di buku besar kantor cabang
Rekening laba-rugi sebagai pengurang biaya Rekening laba-rugi yang disajikan sebagai
perolehan barang yang tersedia dijual di penambah biaya perolehan barang yang
kantor Pusat tersedia dijual di kantor cabang
Debit : penutupan ke laba-rugi, pengembalian Debit : Penerimaan barang dari pusat
barang dari cabang
Kredit : Pengiriman barang dari cabang Kredit : penutupan ke laba-rugi, pengembalian
barang ke pusat

Rekening timbal balik lain yang dibutuhkan adalah rekening yang menunjukan utang
piutang dan pendapatan-beban yang timbul antara pusat dan cabang. Contoh utang-
piutang dan beban pendapatan bunga.

D. Alternatif Memfakturkan Barang Dagang

8
Yang dimaksud dengan pengiriman barang disini adalah pengiriman barang dagangan
(transfer of merchandise), seperti halnya pada transfer kas pengiriman barang dagangan antara
cabang ini otorisasi tetap ada pada kantor pusat. Untuk pengiriman barang dagangan ini,
menimbulkan masalah tersendiri yaitu ongkos angkut untuk pengiriman barang dagangan dari
cabang pengirim dari cabang penerima. Dalam hal pengiriman barang-barang dari pusat ke
cabang biasanya ongkos angkutnya untuk barang-barang tersebut di perhitungkan dan menjadi
beban untuk kantor cabang yaitu ditambahkan pada harga barang- barang yang bersangkutan.
Tetapi dalam hal pengiriman barang antar cabang di lakukan atas perintah kantor pusat.
1. Perlakuan Terhadap Ongkos Angkut Barang
a. Ongkos angkut barang dari cabang pengirim ke cabang penerima, terlebih dahulu
dibayar oleh cabang pengirim dan nantinya akan di perhitungkan sebagai beban
kantor pusat.
b. Cabang penerima akan dibebani ongkos angkut sebesar ongkos angkut apabila
barang tersebut langsung di kirim dari kantor pusat, bukan sebesar ongkos angkut
dari cabang pengirim.
c. Apabila terjadi selisih ongkos angkut antar cabang pengirim ke cabang penerima
dengan ongkos angkut dengan kantor pusat langsung ka cabang penerima, maka
selisih ongkos angkut tersebut dibebankan ke kantor pusat dan di catat kedalam
rekening “ selisih Ongkos Angkut Barang Antar Cabang”.
2. Pengiriman Barang Dagang ke Kantor Cabang
Difakturkan kantor pusat dengan harga
a. Harga melebihi (diatas) harga pokok (cost)
Hubungan umumnya kantor pusat menyediakan barang dagangan untuk kantor
cabang sedangkan untuk hubungan khususnya kantor pusat menetapkan harga faktur
diatas harga pokok untuk setiap pengiriman barang dagangan ke kantorcabang.
Tujuan penetapan harga faktur diatas harga pokok yaitu agar kepala kantor cabang
tidak dapat mengetahui secara lengkap informasi laba aktual dari hasil operasi kantor
cabang.
b. Pengiriman barang ke kantor cabang difakturkan dengan harga jual eceran
Hubungan umumnya kantor pusat menyediakan barang dagangan untuk cabang
sedangkan hubungan khususnya kantor pusat menetapkan harga faktur untuk setiap

9
pengiriman barang dagangan ke kantor cabang berdasarkan harga jual eceran.Tujuan
penetapan harga faktur berdasarkan harga jual eceran yaitu untuk merahasiakan
informasi laba aktual dari hasil operasi kantor cabang dan mengendalikan barang
dagangan yang diurus kantor cabang menjadi lebih efektif.
3. Perlakuan Selisih Harga Faktur dan Harga Pokok
Pengiriman barang dagangan dari pusat seringkali dibebankan ke cabang dengan
harga lebih besar dari biaya perolehan barang di kantor pusat. Harga transfer ini dapat
ditentukan berdasarkan biaya perolehan ditambah % tertentu atau berdasarkan harga jual
eceran. Penetapan harga transfer ini didasarkan pada asumsi dalam sistem desentralisasi
yaitu bahwa pusat dan cabang masing-masing kesatuan usaha yang berdiri sendiri.
Tujuannya adalah agar alokasi pendapatan antara pusat-cabang dapat dilakukan secara
wajar sehingga memberikan informasi yang lebih berguna untuk menilai prestasi kantor
cabang sebagai kesatuan usaha yang berdiri sendiri. Selisih antara biaya perolehan dan
harga transfer barang dagangan dicatat di rekening kantor pusat yaitu laba belum
direalisasi atau cadangan kelebihan harga. Dengan sistem phisik hubungan timbal balik
terjadi pada rekening (Pengiriman Barang ke Cabang + Laba Belum Direalisasi) dengan
pengiriman barang dari pusat. Aturan pencatatan dan penyajian rekening ini adalah
sebagai berikut :
Debit : Jurnal penutup pada akhir Kredit : Saat mengirim barang ke cabang sebesar
periode akutansi untuk mengakui selisih harga selisih harga transfer diatas biaya perolehan
transfer yang sudah direalisir dalam barang barang di pusat
dagangan yang dijual cabang pelanggan
Saldo normal di sisi kredit sebesar selisih harga transfer barang dagangan yang masih ada di cabang
penyajian di laporan posisi keuangan kantor pusat sebagai :
pengurang rekening kantor cabang di kelompok aset atau salah satu elemen di kelompok kewajiban

BAB II
DEPARTMENT/ INDUK DAN ANAK PERUSAHAAN
A. PERUSAHAAN KELOMPOK (INDUK DAN ANAK PERUSAHAAN)

10
Suatu kelompok usaha pada umumnya memiliki induk perusahaan (parent
company) yang merupakan holding company, yaitu suatu perusahaan yang tujuannya adalah
menguasai saham atau manajemen dari perusahaan yang dimiliki atau dikuasainya. Dalam
kelompok usaha dikenal 2 (dua) hubungan, yaitu :
1. Anak Perusahaan (subsidiary corporation), yaitu suatu anak perusahaan dimana
persentase kepemilikan saham oleh induk perusahaan adalah mayoritas, umumnya
melebihi 50% dari saham anak perusahaan. Pengendalian yang dilakukan oleh induk
perusahaan antara lain kewenangan untuk mengusulkan kepada RUPS mengenai susunan
pengurus perseroan melalui RUPS atau kebijakan yang dianggap penting bagi
perusahaan.
2. Perusahaan Afiliasi (affiliate company), yaitu suatu perusahaan yang (melalui
kepemilikan saham) berada di bawah kontrol perusahaan lain, namun pada umumnya
persentase kepemilikan saham induk perusahaan adalah tidak melebihi 50 % dari saham
anak perusahaan. Umumnya perusahaan terafiliasi memiliki kewajiban kepada
perusahaan induknya antara lain: kewajiban untuk memberikan informasi penting atas
jalannya perusahaan, seperti mengetahui keadaan keuangan perusahaan, mengetahui
adanya kontrak material dari perusahaan tersebut, demikian pula kontrol terhadap
perusahaan terafliliasi dilakukan induk perusahaan melalui Direksi atau Komisaris yang
merupakan wakil dari induk perusahaan tersebut.
Holding company dalam manajemen perusahaan dibedakan antara operating
holding dan invesment holding. Operating holding adalah induk yang hidup dari usahanya
sendiri serta deviden anak perusahaan. Berbeda dengan investment holding yang tidak memiliki
usaha sendiri, sehingga induk perusahaan hanya menikmati keuntungan dari deviden anak
perusahaan.
B. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN DARI PERUSAHAAAN INDUK
Eksistensi suatu grup usaha konglomerat cenderung untuk mempunyai perusahaan induk
(holding) , tetapi keberadaan dari perusahaan induk itu sendiri punya keuntungan dan kerugian.
Di antara keuntungan mempunyai suatu prerusahaan induk dalam suatu kelompok usaha adalah
sebagai berikut :
Kemandirian Risiko
Hak Pengawasan Yang Lebih Besar

11
Pengotrolan Yang Lebih Mudah Dan Efektif
Operasional Yang Lebih Efisien
Kemudahan Sumber Modal
Keakuratan Keputusan Yang Diambil

C. HUBUNGAN HUKUM ANTARA INDUK PERUSAHAAN DENGAN ANAK


PERUSAHAAN
Perusahaan kelompok merupakan suatu fenomena dibidang hukum perusahaan yang
tumbuh sebagai reaksi terhadap kebutuhan untuk meningkatkan efisiensi ekonomis dalam
kegitan usaha. Hal ini selanjutnya diperlukan manakala sebuah kelompok perusahaan bergerak
dalam berbagai bidang bisnis yang tidak saling terkait (unrelated) suatu usaha yang dalam
praktek lebih dikenal dengan konglomerasi.
Hubungan perusahaan induk dan anak perusahaan adalah sebagai berikut :
Pengendalian terhadap perusahaan lain melalui pemilikan saham.
Hubungan perusahaan induk dan anak disebut hubungan Affiliasi
Perusahaan induk (Parent Company) : Memiliki sebagaian besar atau seluruh modal yang
beredar dari perusahaan lain, sehingga berhak untuk mengendalikan operasi dan manajemen
perusahaan lain.
Holding Company : Suatu perusahaan dibentuk dengan tujuan khusus untuk memiliki saham-
saham dan mengeluarkan operasi.
Subsidiary Company : Perusahaan yang manajemen dan operasinya dikendalikan baik oleh
perusahaan Induk maupun Holding Company
Perusahaan yang memiliki sebagian besar dari seluruh mdal saham perusahaan anak disebut
dengan Contrlling Interest, dan pemilik (Pemegang) saham selebihnya disebut dengan Minority
Interest.

D. PENGERTIAN KONSOLIDASI PERUSAHAAN


Sebagaimana yang tertulis dalam Pasal 1 angka 10 UU RI Nomor 40 Tahun 2007,
konsolidasi keuangan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan terbatas (PT)

12
atau lebih. Konsolidasi dilakukan untuk meleburkan diri dengan cara mendirikan satu PT yang
baru.
Pendirian satu PT ini dilakukan karena hukum memperoleh akitva dan pasiva dari PT
yang telah meleburkan diri. Sementara itu status badan hukum PT yang meleburkan diripun
berakhir karena hukum.
Adapun konsolidasi atau bisa juga disebut dengan peleburan menurut Pasal 1 angka PP
Nomor 27 Tahun 1998 adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua PT atau lebih untuk
meleburkan diri.
Konsolidasi ini dilakukan  dengan cara membentuk satu PT baru dan masing-masing PT
yang meleburkan diri menjadi bubar.

E. KOMPONEN DALAM SUSUNAN LAPORAN KEUANGAN


Sebuah laporan yang menyajikan posisi keuangan dan hasil operasi untuk induk PT dan
satu atau lebih anak PT disebut dengan Laporan Keuangan Konsolidasi (LKK). LKK disusun
apabila salah satu PT ingin bergabung dan ia memiliki kontrol terhadap PT lainnya. Sebaliknya,
Laporan Keuangan Konsolidasi (LKK) tidak diperlukan apabila satu PT tidak memiliki kontrol
terhadap perusahaan lainnya. Artinya adalah jika PT tidak memiliki hak kendali yang lebih,
maka perusahaan tersebut disebut dengan badan usaha yang mandiri. Jika perusahaan itu sifatnya
mandiri maka masing-masing PT akan membuat laporan keuangannya sendiri-sendiri dan tidak
perlu digabung atau perlu membuat Laporan Keuangan Konsolidasi (LKK) Sementara itu
Laporan Keuangan Konsolidasi (LKK) disusun untuk memberikan gambaran yang obyektif dan
sesuai realitas keseluruhan posisi dan aktivitas dari satu perusahaan atau economic entity.
Gambaran  economic entity ini terdiri atas sejumlah perusahaan yang memiliki hubungan
istimewa. Perlu diwaspadai bahwa penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi (LKK) tidak
boleh menyesatkan pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan Keuangan Konsolidasi (LKK)
haruslah didasarkan pada substansi atas peristiwa ekonomi yang terjadi. Ketika hendak
menyusun Laporan Keuangan Konsolidasi (LKK), laporan keuangan bank dan anak perusahaan
digabungkan satu persatu. Caranya adalah dengan menjumlahkan unsur-unsur yang sejenis dari
asset, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban perusahaan.
Langkah-langkah Penyajian Informasi dalam Laporan Keuangan Konsolidasi (LKK) :

13
1. Antara induk perusahaan dan anak perusahaan harus mengeliminasi transaksi dan saldo
resiprokal
2. Transaksi yang timbul antara bank dan anak perusahaan harus mengeliminasi keuntungan
dan kerugian yang belum direalialisasi
3. Demi tujuan konsolidasi maka tanggal laporan keuangan anak perusahaan harus
disesuaikan dengan tanggal laporan keuangan bank. Jika tanggal laporan keuangan
berbeda, maka Laporan Keuangan Konsolidasi (LKK) per tanggal laporan keuangan bank
masih dapat dilakukan dengan syarat :
 Perbedaan tanggal pelaporan tidak melebihi 3 bulan.
 Transaksi material yang terjadi antara tanggal pelaporan tersebut diungkapkan
dalam catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi (LKK).
4. Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi (LKK) harus menggunakan kebijakan
akuntansi yang sama untuk transaksi, yang sama atau sejenis.
5. Dalam menyusun neraca konsolidasi antara kewajiban dan modal haruslah menyajikan
hak minoritas yang disusun tersendiri. Sementara itu dalam menyusun laporan laba rugi
konsolidasi, sajikan pula hak minoritas dalam laba.
Manfaat Laporan Keuangan Konsolidasi (LKK)
1. Demi kepentingan jangka panjang anak perusahaan terhadap induk.
2. Memberikan informasi aktual bagi manajemen induk perusahaan atas kinerja grup dari
anak perusahaan.
3. Untuk Kepentingan informasi pihak luar.
Keterbatasan dalam Laporan Keuangan Konsolidasi (LKK)
1. Kinerja keuangan anggota perusahaan yang tidak bagus akan tertutupi.
2. Rasio keuangan tidak mencerminkan rasio keuangan perusahaan.
3. Ketidaktepatan penyusunan rekening akuntansi seluruh perusahaan.
4. Kekurang lengkapan catatan laporan keuangan perusahaan individu.
Teknik Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi (LKK)
Dalam menyusun Laporan Keuangan Konsolidasi (LKK) Laporan Keuangan Induk Perusahaan
dan Anak Perusahaan harus menggabungkan satu persatu laporan dengan menuliskan unsur-
unsur dalam laporan keuangan yang sejenis yaitu :
1. Aktiva

14
2. Kewajiban
3. Ekuitas
4. Pendapatan dan Beban
Prosedur Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi (LKK)
1. Siapkanlah kertas kerja penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi (LKK).
2. Masukkanlah laporan keuangan dari mulai laporan laba rugi, laporan laba ditahan dan
neraca dari masing-masing perusahaan induk dan anak perusahaan. Tulis dalam
kolomnya masing-masing.
3. Jika Anda salah dalam menyusun laporan keuangan induk atau anak maka perlu
dibuatkan jurnal penyesuaian. Pada umumnya kesalahan yang biasa dilakukan adalah
adanya koreksi pencatatan investasi dengan metode biaya dikonversi ke metode ekuitas,
maka caranya adalah postinglah ke buku besar perusahaan induk atau anak.
4. Masukkanlah jurnal eliminasi dalam kertas kerja
5. Eliminasilah laba atau rugi antar perusahaan. Laba atau rugi yang dimaksud adalah laba
rugi anak perusahaan yang telah diakui dalam laporan laba-rugi perusahaan induk.
Eliminasilah pula dividen anak perusahaan yang telah dicatat pada saat perusahaan induk
menerima dividen dari anak perusahaan.

15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suatu cabang beroperasi sebagai unit usaha terpisah, dan di bawah pengendalian kantor
pusat. Modal kerja (berupa uang tunai, barang-barang dagangan, aktiva lainnya) diberi oleh
kantor pusat. Barang dagangan dapat dibeli dari pihak ketiga, untuk jenis barang yang tersedia
dari kantor pusat. Aktivitas penjualan yang dilaksanakan, dimulai untuk mendapatkan pembeli,
mengirimkan barang/jasa, membuat faktur penjualan, menagih piutang dan menyimpan dalam
rekening banknya sendiri. Pembatasan keleluasaan cabang operasi dapat dilakukan kantor pusat,
seperti penerimaan kas dari hasil penjualan, pengumpulan piutang, setiap harinya harus
disetorkan atas nama rekening kantor pusat dalam jumlah yang utuh. Pembentukan dana kas
kecil untuk pengeluaran kas di cabang. Penerapan kegiatan akuntansi pada sebuah kantor cabang
tergantung pada kebijaksanaan perusahaan. Sistem akuntansi kantor cabang pada dasarnya dapat
dilaksanakan menurut sistem sentralisasi, desentralisasi atau kombinasi keduanya Alternatif
memfakturkan barang dagang ke cabang yaitu dengan cara menetapkan harga faktur diatas harga
pokok dan menetapkan harga faktur dengan harga jual eceran. Pengiriman barang dagangan dari
pusat seringkali dibebankan ke cabang dengan harga lebih besar dari biaya perolehan barang di
kantor pusat. Harga transfer ini dapat ditentukan berdasarkan biaya perolehan ditambah %
tertentu atau berdasarkan harga jual eceran. Penetapan harga transfer ini didasarkan pada asumsi
dalam sistem desentralisasi yaitu bahwa pusat dan cabang masing-masing kesatuan usaha yang
berdiri sendiri.
Perusahaan kelompok merupakan susunan induk dan anak-anak perusahaan yang
berbadan hukum mandiri yang saling terkait erat, sehingga induk perusahaan memiliki
kewenangan untuk menjadi pimpinan sentral yang mengendalikan dan mengkoordinasikan anak-
anak perusahaan bagi tercapainya tujuan kolektif perusahaan kelompok sebagai kesatuan
ekonomi. Dalam kelompok usaha dikenal 2 (dua) hubungan, yaitu: anak perusahaan (subsidiary
corporation), yaitu suatu anak perusahaan dimana persentase kepemilikan saham oleh induk
perusahaan adalah mayoritas, umumnya melebihi 50% dari saham anak perusahaan. Perusahaan
afiliasi (affiliate company), yaitu suatu perusahaan yang (melalui kepemilikan saham) berada di
bawah kontrol perusahaan lain, namun pada umumnya persentase kepemilikan saham induk
perusahaan adalah tidak melebihi 50 % dari saham anak perusahaan.

16
DAFTAR PUSAKA

Arens. A, Alvin , Randal J. Elder & Mark S. Beasley., 2011. Auditing dan Jasa Assurance
Pendekatan Terintegrasi, Adaptasi Indonesia, Alih Bahasa: Amir Abadi Jusuf. Salemba
Empat, Jakarta.
Beasley, Arens Elder., 2012. Auditing and Assurance Services : An integrated approach. New
York: United States Of America.
Konrath, Larry F. 2001. Auditing Concepts and Applications, A Risk-Analysis Approach (5th
Edition). New York: South Western Education Publishing.
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), 2013.

17

Anda mungkin juga menyukai