Anda di halaman 1dari 13

Makalah Akuntansi Keuangan Menengah II

“HUBUNGAN ANTARA KANTOR PUSAT DAN CABANG PROSEDUR


UMUM”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

MUHAMMAD RIYADI (B1C1 18 163)

ST.MUTMAINNAH (B1C1 18164)

RIZKA AMALIA (B1C1 18 174)

WD.UMI KALSUM (B1C1 18 178)

AMASHA NUN SYAHWA (B1C1 18 181)

TUTY HAJRIATI (B1C1 18 197)

VIKY RAHMAWATI (B1C1 18 203)

INANG VERLANI (B1C1 18 207)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
taufik-Nya makalah ini dapat disusun dengan baik. Makalah ini merupakan materi
tentang “Hubungan Antara Kantor Pusat dan Cabang-Prosedur Umum” yang
disusun agar lebih mudah dimengerti oleh para pembaca.

Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami sampaikan banyak terimakasih
kepada segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian
makalah ini.

Diluar itu, kami sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan
kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, kami selaku
penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah
ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat bagi pembaca.

Kendari, 19Maret 2021

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1

1.1.Latar Belakang...................................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah............................................................................................. 1
1.3.Tujuan Makalah ................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 2

2.1.Akuntansi Untuk Cabang.................................................................................. 2


2.2.Penyusuanan Perhitungan Rugi-Laba Cabang dan Kantor Pusat ..................... 7
2.3.Perhitungan Rugi-Laba Penyusunan Gabungan untuk Kantor
Pusat dan Cabang............................................................................................... 7
BAB III PENUTUP............................................................................................... 9

3.1. Kesimpulan ..................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada era saat ini, perkembangan dunia usaha telah mengalami peningkatkan yang
pesat. Perkembangan usaha menuntut bagi para pelaku usaha untukmelakukan
perluasan operasi usaha. Pemilik usaha besar ataupun yang sedangberkembang selalu
ingin meningkatkan volume penjualan atas barang ataujasanya.
Usaha yang dilakukan oleh pusat untuk meningkatkan volume penjualanatas
barang dan jasanya dengan cara membentuk kantor cabang. Akan tetapi dalam
praktiknya penjualan suatu usaha atau jasa padaperusahaan besar ataupun yang tengah
berkembang tidak semua dijalankan olehpusat. Pusat hanya akan berada pada satu
titik lokasi yang dianggap memiliki rodaperputaran ekonomi yang menguntungkan.
Untuk selebihnya selain dengandibentuk kantor cabang, kantor pusat juga
membentuk suatu kantor agen. Usaha cabang tersebut diberikan wewenang yang sama
dalam mengelolausaha yang dilakukan. Hal ini diharapkan agar tujuan pengembangan
usaha dapat tercapai sesuai dengan yang telah direncanakan oleh pemilik usaha
(pusat).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Jelaskan tentang akuntansi untuk cabang ?
2. Jelaskan tentang penyusunan perhitungan rugi-laba cabang dan kantor pusat ?
3. Jelaskan tentang perhitungan rugi-laba penyusunan gabungan untuk kantor
pusat dan cabang ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tentang akuntansi cabang.
2. Untuk mengetahui tentang penyusunan perhitungan rugi-laba cabang dan
kantor pusat.
3. Untuk mengetahui tentang penyusunan perhitungan rugi-laba penyusunan
gabungan untuk kantor pusat dan cabang.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Akuntansi Untuk Cabang
Pembentukan unit penjualan yang dapat menyalurkan dapat mengambil bentuk
sebagai agen penjual atau pun sebagai cabang. Organisasi penjualan yang hanya
mengambil pesanan untuk barang serta jasa dan beroperasi di bawah pengawasan
langsung pejabat dari kantor pusat disebut agen penjual.
Sedangkan organisasi penjual, yang menjual barang dari persedian sendiri dan
bekerja sebagai kesatuan usaha yang bebas (independen) disebut cabang sebagai unit
tersendiri, namun masih berada di bawah pengendalian kantor pusat.
Penyelenggaraan sistem akuntansi cabang yang dapat diambil:
1. Penyelenggaraan catatan cabang di kantor pusat;
Transaski cabang dicatat dalam buku harian dan buku besar kantor pusat
atau dalam seperangkat catatan yang terpisah. Data-data yang harus
dicatat diberikan oleh cabang dalam bentuk dokumen asli yang
membuktikan transaksi cabang atau dalam bentuk catatan memorandum
yang mengikhtisarkan transaksi cabang, yang didukung dengan voucher
asli, salinan voucher dan ikhtisar yang dikirimkan di kantor pusat.
2. Penyelenggaraan catatan cabang baik di cabang maupun di kantor pusat;
Cabang menyelenggarakan buku pencatatan asli (books of original entry)
untuk semua transaksi sebagai salinan. Salinan buku pencatatan asli ini
dikirim ke kantor pusat, di mana data-data dibukukan pada perkiraan
cabang yang diselenggarakan tersendiri atau dibukukan dalam buku besar
umum kantor pusat. Pada akhir periode, kantor pusat menyesuaikan dan
menutup perkiraan cabang dan menetapkan pendapatan cabang.
3. Penyelenggaraan catatan cabang di cabang tersendiri
Pada umumnya, sistem akuntansi cabang diselenggarakan di cabang itu
sendiri. Cabang menyelenggarakan buku pencatatan asli dan
membukukannya dalam catatan buku besar. Laporan keuangan disusun
oleh cabang secara berkala dan dikirimkan ke kantor.
Untuk mengilustrasikan akuntansi bagi operasi cabang, bahwa pada tanggal 1
Oktober PT Sumatera membuka cabang yang harus menyelenggarakan buku
tersendiri dan harus mengirimkan laporan keuangan ke kantor pusat. Barang dagangan
harus difaktur dengan harga pokok. Inventaris cabang harus dimasukan dalam buku
5
kantor pusat. Cabang harus dibebani bunga 6% atas investasi kantor pusat di cabang
pada tiap awal bulan. Transasksi cabang no. 1 dan ayat-ayat jurnal untuk mencatat
transaksi dalam buku cabang dan kantor pusat diperlihatkan di bawah ini:

Transaksi Kantor Cabang Buku Kantor Pusat Buku Kantor Cabang

1 Oktober
Cabang No.1 6.000 Kas6.000
1) Penerimaan uang kas
Kas6.000 Kantor Pusat6.000
dari kantor pusat.
2) Penerimaan barang Cabang No. 112.000 Pengirimanbarang
dagangan dari kantor Pengiriman barang dagangan dari kantor pusat
pusat, yang difakturkan dagangan ke cabang12.000 12.000
dengan harga pokok KantorPusat 12.000

3) Pembelian inventaris Inventaris Cabang No. 1 Kantor Pusat 3.000


oleh cabang per kas, 3.000 Kas 3.000
yang harus dicatat dalam Cabang No.1 3.000
buku kantor pusat.
2-31 Oktober _ Piutang Usaha6.500
4) Penjualan danPenagihan Penjualan 6.500
a) Penjualan dengan Kas 3.500
kredit PiutangUsaha 3.500
b) Penagihan atas
piutang usaha
5) Pembayaran beban Gajidan Komisi 400
Sewa 200
Macam-Macam Beban 150
Kas 750
6) Pengiriman uang Kas 2.000 Kantor Pusat 2.000
kekantor pusat Cabang No. 1 2.000 Kas 2.000
7) Beban cabang yang Cabang No.1 500 Asuransi 35
dikirimkan oleh kantor Asuransi dibayar di muka Penyusutan Inventaris 50
pusat: 35 Pajak 25
a) Asuransi aktiva Akumulasipenyusutan Iklan 300
cabang inventaris cabang no. 1 50 Beban Bunga K. Pusat 90

6
b) Penyusutan Utang Pajak 25 Kantor Pusat 500
inventaris Iklan 300
c) Pajak atas aktiva Pendapatan Bunga Cabang
cabang No. 1 90
d) Bunga 6% untuk
satu beban pada
inventaris cabang
sebesar $18.000
pada tanggal 1
Oktober
8) Ayat-ayat jurnal HPP 3.600
penyesuaian cabang: Persd. Brng
Persedian bar. dagangan Dagangan8.400
31/10 $8.400 Pengiriman barang
dagangan dari k. pusat
12.000
9) Ayat-ayat jurnal penutup Cabang No.1 1.650 Penjualan
Laba-Rugi 6.500
Cab. No.1 Ikht. Rugi laba
1.650 6.500
Laba dan Rugi Ikhtisar Rugi laba
Cab. No. 1 1.650 4.850
Ikhtisar Rugi Laba HPP
1.650 3.600
Gaji dan komisi
400
Sewa
200
Macam-macam beban
150
Asuransi
35
Penyusutan Inventaris

7
50
Pajak
25
Iklan
300
Beban Bunga K. Pusat
90
Ikhtisar Rugi Laba 1.650
Kantor Pusat
1.650

Penjelasan untuk transaksi yang digambarkan dengan angka adalah sebagai


berikut:

1) Penyerahan Aktiva Bukan Barang Dagangan oleh Kantor Pusat ke Cabang


Buku Kantor Pusat. Apabila aktiva tersebut harus dicatat dalam buku cabang,
maka kantor pusat mendebet perkiraan cabang dan mengkredit perkiraan aktiva
bersangkutan. Apabila aktiva yang diserahkan harus dicatat dalam buku kantor
pusat, maka dibuka sebuah perkiraan aktiva untuk cabang, seperti perkiraan
Inventaris-Cabang; perkiraan ini didebet dan perkiraan aktiva yang bersangkutan
dikredit.
Buku Cabang. Jika penerimaan aktiva tersebut harus dicatat dalam buku
cabang, maka cabang mendebet perkiraan aktiva dan mengkredit perkiraan kantor
pusat. Apabila aktiva yang diserahkan harus dicatat dalam buku kantor pusat,
maka cabang tidak membuat ayat jurnal apapun. Akan tetapi, cabang harus
menyelenggarakan catatan memorandum untuk aktiva ini.
2) Penyerahan Barang Dagangan oleh Kantor Pusat ke Cabang
Buku Kantor Pusat. Kantor pusat mendebet perkiraan cabang dan mengkredit
perkiraan Pengiriman Barang Dagangan ke Cabang. Pada akhir periode, saldo
perkiraan Pengiriman Barang Dagangan ke Cabang di kurangkan dari jumlah
persediaan awal, pembelian, dan ongkos angkut masuk dalam menentukan barang
dagangan yang tersedia untuk dijual oleh kantor pusat. Apabila kantor pusat
menyelenggarakan system persediaan perpetual, maka perkiraan persediaan yang
bersangkutan dikredit untuk barang yang dikirim ke cabang.

8
Buku Cabang. Cabang mendebet perkiraan Pengiriman Barang Dagangan dari
Kantor Pusat dengan harga faktur dan mengkredit perkiraan kantor pusat. Pada
akhir periode, barang dagangan yang diterima dari kantor pusat dan barang
dagangan yang dibeli dari pihak luar ditambahkan pada persediaan awal, dalam
menetapkan barang yang tersedia untuk dijual. Jika cabang menyelenggarakan
system persedian perpetual, maka perkiraan persediaan yang bersangkutan
dikredit sebesar barang yang diterima dari kantor pusat.
3) Pembelian Aktiva oleh Cabang yang Harus Dicantumkan dalam Buku Kantor
Pusat
Buku Kantor Pusat. Kantor pusat mendebet perkiraan aktiva yang dimaksud
dan mengkredit perkiraan cabang.
Buku Cabang. Cabang mendebet perkiraan kantor pusat dan mengkredit kas
atau perkiraan kewajiban yang bersangkutan.
4) Transaksi sekarang yang menyangkut Cabang dan Pihak Luar
Buku Kantor Pusat. Tidak membutuhkan ayat –ayat jurnal dalam buku Kantor
Pusat.
Buku Cabang. Dicatat dalam buku cabang dengan cara biasa.
5) Pengiriman uang oleh Cabang ke Kantor Pusat
Buku Kantor Pusat. Kantor pusat mendebet perkiraan kas dan mengkredit
perkiraan cabang.
Buku Cabang. Cabang medebet perkiraan kantor pusat dan mengkredit
perkiraan cabang.
6) Beban Cabang yang diberitahukan oleh Kantor Pusat.
Buku Kantor Pusat. Kantor pusat mendebet perkiraan cabang dan mengkredit
perkiraan aktiva, yang bersangkutan, perkiraan penilaian aktiva, perkiraan
kewajiban, perkiraan beban, atau perkiraan pendapatan mana yang tepat.
Buku Cabang. Cabang mendebet perkiraan beban yang bersangkutan dan
mengkredit perkiraan kantor pusat.
7) Penetapan Laba/Rugi Bersih Cabang
Buku Kantor Pusat. Jika cabang melaporkan laba bersih, Kantor pusat
mendebet perkiraan cabang dan mengkredit perkiraan laba dan rugi cabang. Jika
cabang melaporkan rugi bersih, maka bverlaku sebaliknya.
Buku Cabang. Pada akhir periode dilakukan penyesuaian yang diperlukan
serta perkiraan pendapatan dan beban ditutup pada perkiraan ikhtisar rugi-laba
9
dengan cara biasa. Saldo dalam perkiraan perkiraan ikhtisar rugi-laba ini
kemudian dipindahkan ke perkiraan kantor pusat.
2.2 Penyusuanan Perhitungan Rugi-Laba Cabang dan Kantor Pusat
Cabang biasanya menyusun Neraca dan Perhitungan Rugi-Laba pada akhir
periode fiscal. Kantor pusat juga menyusun perhitungan rugi-laba untuk menunjukan
posisi keuangan dan hasil operasi. Perkiraan investasi cabang tercantum sebagai
aktiva dalam neraca kantor pusat. Neraca cabang dapat dilampirkan sebagai skedul
pendukung saldo perkiraan cabang. Laba masing-masing cabang dapat dicantumkan
dalam perhitungan ugi laba segera setelah hasil operasi kantor pusat dilaporkan
sebagai berikut:
Laba bersih dari operasi sendiri 6.140
Ditambah : Laba cabang :
Laba bersih-Cabang No. 1 1.650
Total Laba 7.790
Perhitungan rugi-laba cabang dapat dilampirkan dalam perhitungan rugi-laba
kantor pusat sebagai skedul yang memberikan rincian untuk mendukung jumlah
bersih yang dilaporkan dalam perhitungan rugi-laba kantor pusat.
2.3 Perhitungan Rugi-Laba Penyusunan Gabungan untuk Kantor Pusat dan
Cabang
Walaupun perhitungan rugi-laba tersendiri memberikan informasi yang penting
bagi pejabat kantor pusat dan cabang, naamun untuk dapat menunjukan secara
lengkap dan menyeluruh posisi keuangan perusahaan dan hasil operasinya,
perhitungan rugi laba harus disatukan. Posisi keuangan secara keseluruhan dapat
disajikan sepenuhnya hanya apabila pos-pos aktiva dan kewajiban dari bermacam-
macam cabang dinyatakan sebagai saldo investasi cabang dan digabungkan dengan
pos-pos kantor pusat. Hasil operasi perusahaan secara keseluruhan dapat disajikan
sepenuhnya hanya apabila pos-pos pendapatan dan beban beberapa cabang dinyatakan
dalam laba bersih atau rugi bersih cabang dan disatukan dengan data-data kantor
pusat.
Dalam menyatukan data-data cabang dengan data-data kantor pusat, pos-pos
berlawanan antar kantor tertentu perlu dieliminasi. Dalam menyusun neraca
gabungan, perkiraan kantor pusat dan perkiraan cabang dieliminasi karena perkiraan
ini tidak berarti apa-apa apabila unit-unit yang bersangkutan ditetapkan sebagai
kesatuan tunggal. Setiap saldo piutang dan hutang usaha antar cabang lainnya, yang
10
mungkin telah ditetapkan, juga tidak relevan dan tidak berarti apa-apa dalam
menyususn posisi keuangan perusahaan, dengan demikian perlu dielimasi.
Pada penyusunan perhitungan rugi-laba gabungan, perkiraaan pengiriman barang
dagangan dari kantor pusat dan perkiraan pengiriman barang dagang ke cabang
dielimasi (dihapuskan), karena saldo perkiraan ini mengikhtisarkan transaksi antar
kantor yang tidak ada gunanya. Apabila kesatuan yang bersangkutan dilaporkan
sebagai kesatuan tunggal. Pos-pos pendapatan dan beban antar kantor lainnya juga
dieliminasi, sehingga perhitungan laporan rugi laba gabungan dapat melaporkan
hanya hasil dari transaksi perusahaan dengan pihak luar.

11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Setiap Hubungan Kantor pusat dan cabang,akan ada persoalan persoalan khusus
yang ada di dalam akuntansi yng terjadi di perusahaan tersebut. Dan persoalan-
persoalan yang terjadi di dalam akan dicatat. Untuk selebihnya selain dengan dibentuk
kantor cabang, kantor pusat juga membentuk suatu kantor agen. Usaha cabang
tersebut diberikan wewenang yang sama dalam mengelola usaha yang dilakukan. Hal
ini diharapkan agar tujuan pengembangan usaha dapat tercapai sesuai dengan yang
telah direncanakan oleh pemilik usaha (pusat).

12
DAFTAR PUSTAKA

Martani, Dwi, dkk. 2014. Akuntansi Keuangan Lanjutan Buku 1. Jakarta,


Salemba Empat
Putra, W. M. (2011). Modul Akuntansi Keuanga Lanjutan 2. Yogyakarta

13

Anda mungkin juga menyukai