Anda di halaman 1dari 7

Jurnal No 1

Judul Jurnal : HUBUNGAN LINGKUNGAN KELUARGA, INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN KECERDASAN
EMOSIONAL DENGAN HASIL BELAJAR SISWA
Penulis : Nurul Fadhilah, Andi Muhammad Akram Mukhlis

a. Identifikasi masalah
Hasil belajar yang rendah terlihat dari observasi awal yang dilakukan di beberapa SMA
Negeri di Kabupaten Bulukumba, khususnya kelas XI IPA. Berdasarkan hasil wawancara dengan
guru Biologi, mengatakan bahwa masih terdapat permasalahan yang terjadi pada siswa kelas XI
IPA yaitu nilai hasil ulangan semester genap masih di bawah batas ketuntasan. Adapun nilai rata-
rata ketuntasan ulangan semester siswa hanya 60, sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yaitu 72. Hal tersebut membuktikan bahwa hasil belajar siswa masih di bawah batas ketuntasan
yang diharapkan. Permasalahan lain yang sering ditemukan dalam proses pembelajaran yaitu
ketidakmampuan siswa dalam memperoleh hasil belajar yang setara dengan kemampuan
inteligensinya. Terdapat siswa yang memiliki IQ yang tinggi tetapi memperoleh hasil belajar yang
relatif rendah, begitupun sebaliknya.

Hasil observasi yang telah dilakukan peneliti menemukan bahwa beberapa SMA Negeri di
Kabupaten Bulukumba khususnya kelas XI IPA memiliki hasil belajar yang rendah. Dari
wawancara guru Biologi mendapat hasil bahwa terdapat permasalahan yang terjadi pada siswa
kelas XI IPA yaitu nilai hasil ulangan semester genap masih di bawah batas ketuntasan. Adapun
nilai rata-rata ketuntasan ulangan semester siswa hanya 60, sedangkan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yaitu 72. Hal tersebut membuktikan bahwa hasil belajar siswa masih di bawah
batas ketuntasan yang diharapkan. Adapun terdapat beberapa masalah dan poin penting yang
muncul dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

 Terdapat siswa yang memiliki IQ yang tinggi tetapi memperoleh hasil belajar yang relatif
rendah.
 Keseimbangan antara IQ dan EQ (Goleman, 2002) adalah salah satu kunci keberhasilan
dalam belajar siswa di sekolah. Orang yang memiliki kecerdasan emosional cenderung
dapat menciptakan optimisme, ketangguhan, inisiatif dan beradaptasi dengan
lingkungannya sehingga membuat orang tersebut dengan mudah mencapai keinginannya
(Ludigdo, 2004).
 Prestasi belajar siswa juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga yang kondusif. Hasil
penelitian ini menjelaskan bahwa pelajaran yang diberikan pihak sekolah sudah kompleks
dan orangtua sudah tidak mampu lagi untuk ikut campur tangan dalam perolehan prestasi
belajar anak-anak mereka. Suasana keluarga yang harmonis dan menyenangkan akan
mendorong anak untuk disiplin dalam belajar.
 Pengaruh teman sebaya ini sangat besar pada diri anak karena memberikan motivasi
melalui interaksi teman sebaya (peer group) yang positif serta membangkitkan semangat
untuk belajar anak. Penelitian Jacobson (2012) memberikan bukti untuk pentingnya
persahabatan remaja dengan teman sebaya dan efeknya pada prestasi akademik.
b. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari kondisi lingkungan keluarga,
interaksi teman sebaya, kecerdasan emosional terhadap hasil belajar Biologi siswa kelas XI IPA
SMA Negeri di Kabupaten Bulukumba.

c. Sumber pustaka primer


 Thaib, E. N. (2013). Hubungan Antara Prestasi Belajar dengan Kecerdasan Emosional.
Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA Februari 2013, XIII (2), 384-399.
 Udiyono. (2011). Pengaruh Motivasi Orang Tua, Kondisi Lingkungan Dan Disiplin Belajar
Terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Widya
Dharma Klaten Semester GasalTahun Akademik 2010/2011. Magistra. XXIII (1), 93-99.
 Yusron, M. (2013). Pengaruh Disiplin Belajar dan Lingkungan Keluarga Terhadap Hasil
Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Kompetensi Dasar Menafsirkan Persamaan Akuntansi
Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Al-Irsyad Pekalongan Tahun Ajaran 2012/2013. Economic
Education Analysis Journal, 2 (2), 60-66.
 Ludigdo, U. (2004). Mengembangkan Pendidikan Akuntansi Berbasis IESQ untuk
Meningkatkan Perilaku Etis Akuntan. Jurnal Tema, 5(2), 134-147. DOI : 10.18202/
tema.v5i2.130.
 Ningsih, Y. S. (2008). Peranan Keluarga dalam Pendidikan Emosional Anak. INSANIA:
Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan, 13(3), 426-440. DOI : 10.24090/insania.
v13i3.307.
 Ogundokun, M. O. & Adeyemo, D. A. (2010). Emotional Intelligence And Academic
Achievement: The Moderating Influence of Age, Intrinsic And Extrinsic motivation.
Journal Of The Africant Educational Research Network, University Of Ibadan, Nigeria, 10
(2).
 Palaniswamy, U. & Ponnuswami, I. (2013). Social Changes and Peer Group Influence
among the Adolescent Pursuing Under Graduation. International Research Journal of
Social Sciences, 2 (2), 1-5.
 Hasanah, B. (2014). Pengaruh Lingkungan Keluarga terhadap Hasil Belajar Siswa pada
Mata Pelajaran Geografi di SMA Negeri 1 Marawola. Jurnal Pendidikan Geografi, 2(1), 1-
13. 30 Jurnal Pendidikan, Vol. 22, No. 1, 2021
 Jacobson, L. T. (2012). Academic Performance in Middle School: Friendship Influences.
Global Journal of Community Psychology Practice, 2(3).
 Kurniawan, Y., & Sudrajat, A. (2018). Peran teman sebaya dalam pembentukan karakter
siswa Madrasah Tsanawiyah. SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, 15 (2), 149–163. DOI:
10.21831/socia.v14i2.17641.
 Lestari, D. I., Harnanik, H., & Hadi, S. (2012). Pengaruh Prakerin, Prestasi Belajar,
Lingkungan Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha Siswa. Economic education analysis
journal, 1(2).

d. Sumber pustaka sekunder


 Ahmadi, A. & Supriyono, W. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Ali, M. &
Asrori, M. (2004).
 Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Bowlby, J. (1969). Attachment and Loss. Vol 1:
Attachment. London: The Hongart Press
 Riyanto, H. Y. (2012). Paragidma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi Pendidik
Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Prenadza Media
Group
 Goleman, D. (2000). Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
 Goleman, D. (2002). Emotional Intelligence (terjemahan). Jakata: PT Gramedia Pustaka
Utama
Jurnal No 2
Judul Jurnal : FAKTOR PENYEBAB ANAK PUTUS SEKOLAH
Penulis : Abdul Hakim

a. Identifikasi masalah
Pendidikan sangat memegang peranan penting dalam proses pembentukan SDM berkualitas
yang memiliki daya saing tinggi dan dapat menyerap perkembangan teknologi, sehingga
mampu meningkatkan produktivitas. Hal ini berarti, kondisi pendidikan di suatu wilayah dapat
mencerminkan kualitas SDM-nya yang secara umum akan mendukung percepatan
Pembangunan. Angka putus sekolah menggambarkan tingkat putus sekolah pada suatu
jenjang pendidikan dan merupakan proporsi anak usia sekolah yang sudah tidak sekolah lagi
atau tidak menamatkan suatu jenjang pendidikan tertentu. Fenomena putus sekolah ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya
pendidikan anak, keterbatasan ekonomi, keadaan geografis yang kurang menguntungkan,
keterbatasan akses menuju ke sekolah, jarak sekolah yang jauh atau minimnya fasilitas
pendidikan di suatu daerah (BPS, 2019). Terkait dengan keterbatasan akses dan fasilitas
sekolah biasanya dapat tergambar dari daerah perkotaan atau daerah perdesaan. Angka
putus sekolah di Aceh khususnya untuk kelompok 16-18 tahun masih relatif tinggi,
permasalahan tersebut yang menjadi perhatian pada penelitian ini.

b. Tujuan penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi variabel yang mempengaruhi
angka putus sekolah pada usia 7–18 tahun menggunakan analisis regresi logistic.

c. Sumber pustaka primer


 Arsitin, N. F. (2015). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap anak putus sekolah
tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kecamatan Bondowoso. Jurnal
Pendidikan Geografi, 1(2017), 513–515. https://doi.org/10.1136/ bmj.2.2017.513.
 Asmara, Y., & Sukadana, I. (2017). Mengapa angka putus sekolah masih tinggi? (Studi
Kasus Kabupaten Buleleng Bali). E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas
Udayana, Vol. 5(12), 1347–1383.
 Astari, G. A. R., Srinadi, I. G. A. M., &Susilawati, M. (2013). Pemodelan jumlah anak
putus sekolah di Provinsi Bali dengan pendekatan semi-parametric geographically
weighted poisson regression. E-Jurnal Matematika, Vol. 2(3), 29.
https://doi.org/10.24843/mtk.2013.v02.i03.p045.
 Cahyani, N. K. A. S., Suciptawati, N. L. P., &Sukarsa, K. G. (2019). Identifikasi faktor
yang memengaruhi anak putus sekolah di Kabupaten Badung. EJurnal Matematika,
Vol. 8(4), 289. https://doi.org/10.24843/mtk.2019. v08.i04.p267.
 Hasanah, Y. M., &Safruddin. (2017). Evaluasi program wajib belajar 12 tahun
pemerintah daerah Kota Yogyakarta. Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan, Vol.
5(2), 228–239.
 Irwan Gani & Siti Amalia.(2015). Alat analisis data: Aplikasi statistik untuk penelitian
bidang ekonomi dan sosial (Revisi).
 Andi. Kamsihyati, Titik, Sutomo, S. F. (2016). Kajian faktor-faktor penyebab anak putus
sekolah di Desa Jangrana Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap. Geo Edukasi, Vol.
5(1), 16–21.
 Malik, H. K., & Sumarno, S.(2016). Kepedulian orang tua terhadap pendidikan anak
untuk menyelesaikan program wajar 9 tahun. Jurnal Pendidikan Dan Pemberdayaan
Masyarakat, Vol. 3(1), 38. https://doi.org/10.21831/jppm. v3i1.8061. Mujiati, M.,
 Nasir, N., & Ashari, A. (2018). Faktor-faktor penyebab siswa putus sekolah. Didaktis:
Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Pengetahuan, Vol. 18(3), 271–281.
https://doi.org/10.30651/didaktis.v18i3.1870.
 Saepuloh, D., & Suherman, A. (2018). Analisis penyebab angka putus sekolah Kota
Tangerang. Jurnal Penelitian Dan Karya Ilmiah, Vol. 2(XVIII), 98–111.
 Santika. (2020). Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa.
Jurnal Pendidikan, Vol. 21(1), 1–17. https://doi.org/10.33830/jp.v21i1. 704.2020.
 Wassahua, S. (2016). Analisis faktor-faktor penyebab anak putus sekolah di Kampung
Wara Negeri Hative Kecil Kota Ambon. Al - Iltizam, Vol. 1(2), 93– 113.
https://jurnal.iainambon.ac.id/index.php/ALT/article/view/199.
d. Sumber pustaka sekunder
Badan Pusat Statistik Indonesia. (2019). Indikator kesejahteraan rakyat 2019: Infrastructure
development in Indonesia. 270. https://doi.org/4102004.
Jurnal No 2
Judul Jurnal : METODE BOOK TALKUNTUK MENUMBUHKANKETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN
KOMUNIKASI EKSPRESIF VERBALPADA ANAK USIA 3-4 TAHUN
Penulis : Niko Sudibjo dan Lia Ratna Sagita Tondok

a. Identifikasi Masalah
Dalam kegiatan pembelajaran, ditemukan ketidakmerataan perkembangan kemampuan
berpikir siswa yang ditunjukkan oleh keadaan dimana belum semua siswa berpartisipasi pada
kegiatan diskusi kelas. Dari segelintir siswa yang mampu menjawab pertanyaan dengan baik,
mereka bahkan mampu menjawab pertanyaan dengan tingkat kesulitan tinggi. Namun
terdapat juga siswa yang tidak mampu menjawab pertanyaan bahkan dengan tingkat
kesulitan mudah sekalipun. Jika terdapat beberapa siswa yang secara konsisten memiliki
kemampuan berpikir kritis dan berkomunikasi ekpresif verbal baik, maka sesungguhnya dua
keterampilan ini dapat ditumbuhkan melalui stimulasi yang tepat.
Ketika diskusi guru tidak sekedar menyampaikan konten pengetahuan secara searah,
tetapi membantu siswa membangun pemahaman sendiri mengenai kompetensi yang
dipelajari melalui pertanyaan yang diajukan dan jawaban dari teman maupun guru. Oleh
karena itu, pengembangan keterampilan berkomunikasi verbal diperlukan karena siswa yang
menguasai keterampilan ini dapat menyampaikan ide dan pendapat dengan jelas, sehingga
guru dapat lebih mudah menilai ketercapaian akademis siswa tersebut
Pembelajaran menggunakan Book Talk merupakan proses pembacaan buku secara
interaktif dan kolaboratif di mana guru tidak hanya membacakan buku cerita bergambar
kepada siswa secara satu arah, tetapi juga berusaha membuat siswa memberikan tanggapan
dengan menjawab pertanyaan yang diajukan sebagai upaya memahami buku cerita
bergambar tersebut dalam semangat kesetaraan.
b. Tujuan penelitian.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penggunaan metode Book Talk dalam rangka
menumbuhkan keterampilan berpikir kritis dan berkomunikasi ekspresif verbal siswa usia 3-4
tahun dengan menggunakan buku cerita berbahasa Indonesia bertema hewan.

c. Sumber pustaka primer


 Chesla, E., & Orr, T. (2010). Reasoning Skills Success In 20 Minutes A Day.New York:
Learning Express.
 Fisher, R. (2010). Teaching Thinking in the Classroom.London: Bloomsbury.
 Harris, B. (2014). Creating A Classroom Culture That Supports The Common
Core: Teaching Questioning, Conversation Techniques, And Other Essential
Skils.New York: Routledge.
 Matulka, D. I. (2008). A Picture Book Primer: Understanding and Using Picture
Books.Westport: Libraries Unlimited.
 Nurgiyantoro, B. (2005). Sastra Anak: Pemahaman Dunia Anak.Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
 Roche, M. (2015). Developing Children’s Critical Thinking through Picturebooks: A
Guide for Primary and Early Years Students and Teachers.Oxon: Routledge
d. Sumber pustaka sekunder

 Arizpe, E., & Styles, M. (2003). Children Reading Pictures: Interpreting Visual
Texts.London: Routledge Falmer.
 Aqib, Z., & Chotibuddin, M. (2018). Teori dan Aplikasi Penelitian Tindakan
Kelas.Yogyakarta: Deepbulish.
 Berk, L. E. (2006). Child Development.Boston: Pearson
 Sutcliffe, R. (2005). Reasons and Supporting Evidence for The Benefits of
Practising Dialogue in the Classroom. In J. Giordmaina, R. Sutcliffe, R. Bartels, Z.
C. Moura, F. G. Moriyón, I. Rocena, H. Juuso, Dialogue On Dialogue: A Resource Book
For The Developing Dialogue Through Philosophical Enquiry Course For Teachers(pp.
26-54). United Kingdom: nk.oulu.fi.
 Wasik, B. A., Hindman, A. H., & Snell, E. K. (2016). Book reading and
vocabulary development: A systematic review. Early Childhood Research Quarterly
37, 39-57.

Anda mungkin juga menyukai