Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL SKRIPSI

KOMUNIKASI ORGANISASI KARANG TARUNA


DALAM MENINGKATKAN SOLIDARITAS
KEANGGOTAAN
(Studi Pada Karang Taruna Dusun Durung Desa Jiyu Kecamatan
Kutorejo)

Oleh :
RIZKY AMANDA
NIM: 20171700411015

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN USHULUDDIN
INSTITUT PESANTREN KH. ABDUL CHALIM
MOJOKERTO
2023
PROPOSAL SKRIPSI
KOMUNIKASI ORGANISASI KARANG TARUNA
DALAM MENINGKATKAN SOLIDARITAS
KEANGGOTAAN
(Studi Pada Karang Taruna Dusun Durung Desa Jiyu Kecamatan
Kutorejo)

Oleh :
RIZKY AMANDA
NIM: 20171700411015

Pembimbing :
Imam Syafi’I, M.Kom.I

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN USHULUDDIN
INSTITUT PESANTREN KH. ABDUL CHALIM
MOJOKERTO
2023
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Rizky Amanda


NIM : 20171700411015
Jenjang : Sarjana (S1)
Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Judul Proposal Skripsi : Komunikasi Organisasi Karang Taruna Dalam
Meningkatkan Solidaritas Keanggotaan (Studi
Pada Karang Taruna Dusun Durung Desa Jiyu
Kecamatan Kutorejo)

Proposal Skripsi mahasiswa dengan judul diatas telah dikoreksi dan


disetujui oleh pembimbing. Serta layak dipertanggungjawabkan dihadapan
dewan penguji dalam ujian proposal skripsi.

Mojokerto, 20 Mei 2023


Disetujui oleh

Imam Syafi’I, M.Kom.I


NIDN. 2104059001

Mengetahu
i
Ketua Program Studi KPI Fakultas
Dakwah dan Ushuluddin Institut
Pesantren KH. Abdul Chalim

Muhammad Alfin Fatikh, M. I.


K o m.
NIP:
2017.01.0
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Penulisan Proposal skripsi ini untuk mengajukan juduk skripsi di Institut Pesantren
KH. Abdul Chalim Pacet, Mojokerto. Adapun dalam penyusunan Proposal Skripsi ini,
diambil judul Komunikasi Organisasi Karang Taruna Dalam Meningkatkan Solidaritas
Keanggotaan (Studi Pada Karang Taruna Dusun Durung Desa Jiyu Kecamatan Kutorejo)

Terselesaikannya penulisan Proposal Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karna itu, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Mauhibur Rokhman, Lc., MA. Selaku Rektor Institut Pesantren KH.
Abdul Chalim.
2. Bapak M. Chabibi, Lc., M. Hum., M.IP selaku Dekan Fakultas Dakwah dan
Ushuluddin Institut Pesantren KH. Abdul Chalim.
3. Bapak M. Alfin Fatikh, M.I.Kom. selaku Ketua Program Studi Komunikasi dan
Penyiaran Islam Institut Pesantren KH. Abdul Chalim.
4. Bapak Imam Syafi’I, M.Kom.I Selaku Dosen Pembimbing yang selalu sabar
meluangkan waktu dan membimbing penulis sampai dengan terselesaikannya
Proposal Skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Institut Pesantren KH. Abdul Chalim yang telah
memberikan bekal ilmu pegetahuan kepada penulis selama menjalankan studi
dibangku kuliah sehingga dapat dipergunakan sebagai dasar pertimbangan dalam
penyusunan Skripsi ini.
6. Teman-teman se-perjuangan KPI 2017
7. Seluruh keluargaku, Ayah, Ibu, Adik tercinta yang telah memberikan perhatian
serta kasih sayang, dorongan fasilitas dan semangat serta doa sehingga penulis
dapat menyelesaikan Proposal Skripsi ini.
8. Senior dan Kawan-kawan satu perjuangan yang selalu membantu dalam
pembelajaran dan pencarian ilmu di bangku perkuliahan.

3
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dan tidak penulis sebutkan.

Penulis menyadari bahwa Proposal Skripsi yang dibuat masih jauh dari sempurna,
oleh karna itu dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak, baik yang berhubungan langsung dengan Proposal Skripsi ini
maupun secara tidak langsung.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas segala perhatian dari pembaca,
penulis berharap semoga Proposal Skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu
pengetahuan bagi kita semua.

Wallahul muwaffieq ilaa aqwamith tharieq


Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Mojokerto, 20 Mei 2023

RIZKY AMANDA

4
DAFTAR ISI
BAB I.............................................................................................................................................................6
PENDAHULUAN.........................................................................................................................................6
A. Latar Belakang.....................................................................................................................................6
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................................8
C. Tujuan Penelitian..................................................................................................................................8
D. Manfaat Penelitian................................................................................................................................9
1. Manfaat Teoritis.................................................................................................................................9
2. Manfaat Praktis............................................................................................................................9
BAB II.........................................................................................................................................................10
KAJIAN PUSTAKA...................................................................................................................................10
A. Definisi Konsep.................................................................................................................................10
1. Komunikasi Organisasi...................................................................................................................10
2. Peranan Komunikasi Dalam Organisasi.....................................................................................11
3 Aliran Informasi dalam Organisasi...................................................................................................15
4.Solidaritas.........................................................................................................................................15
5.Hambatan Komunikasi Dalam Organisasi........................................................................................19
B. Landasan Teori...................................................................................................................................20
1. Teori Hubungan Manusiawi (Elton Mayo)......................................................................................20
C. Peneltian Terdahulu yang Relevan......................................................................................................22
D. Kerangka Pemikiran............................................................................................................................27
BAB III........................................................................................................................................................28
METODE PENELITIAN............................................................................................................................28
A. Rancangan penelitian.........................................................................................................................28
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian........................................................................................................28
C. Data dan Sumber Penelitian...............................................................................................................29
D. Teknik pengumpulan data..................................................................................................................29
E. Teknik Pengolahan Data....................................................................................................................30
F. Analisis Data......................................................................................................................................30
G. Pengecekan Keabsahan Data.............................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................33

5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi merupakan sebuah aktivitas dasar yang dilakukan dalam


kegiatan sehari-hari baik di lingkungan sekitar maupun di lingkungan luar.
Manusia merupakan makhluk sosial, yang artinya saling membutuhkan satu sama
lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi.
Pentingnya komunikasi sangat bermanfaat bagi diri sendiri dan bagi orang lain.

Pemuda memainkan peran penting dalam perkembangan dan transformasi


masyarakat. Organisasi pemuda menjadi wadah bagi pemuda untuk berpartisipasi
dalam kegiatan sosial, pembangunan, dan pemberdayaan. Pola komunikasi yang
terjadi di dalam organisasi pemuda memegang peranan penting dalam
menggerakkan aksi kolektif dan mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu,
pemahaman yang mendalam tentang pola komunikasi organisasi pemuda dalam
konteks masyarakat sangat relevan untuk memperkuat peran dan kontribusi
pemuda dalam pembangunan.
Dengan adanya komunikasi yang baik di dalam organisasi, dapat berjalan
baik dalam melakukan suatu kegiatan yang akan diadakan dalam organisasi
tersebut. Dalam komunikasi pasti tidak lepas dengan suatu hubungan, ketika dua
individu atau lebih bertemu dan terdapat prosesKomunikasi di dalamnya bisa
dikatakan sebagai proses sebuah hubungan. Pada komunikasi organisasi terdapat
dua dimensi komunikasi yaitu, komunikasi internal dan komunikasi eksternal.

Komunikasi internal merupakan komunikasi yang berlangsung di dalam


organisasi, seperti komunikasi antara ketua dan anggota demi kepentingan dan
berlangsunya organisasi. Sedangkan komunikasi eksternal meliputi komunikasi
yang terjalin di luar organisasi seperti berinteraksi dengan khalayak luar .

6
Komunikasi merupakan suatu transaksi, proses simbolik yang menghendak
orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama
manusia melalui pertukaran informasi untuk menguatkan sikap dan tingkah laku
orang lain serta berusaha merubah sikap dan tingkah laku.1
Sebagaimana menurut Wahjono (2010) yang mengatakan bahwa dalam
suatu organisasi, komunikasi berfungsi sebagai penggerak organisasi. Karena
tujuan organisasi mustahil atau akan sulit dicapai tanpa adanya komunikasi.
Komunikasi menjadi titik yang penting karena segala proses perencanaan dan
pengorganisasian tidak akan dapat dijalankan dengan baik tanpa komunikasi yang
baik.
“Salah satu tantangan besar dalam komunikasi organisasi adalah
bagaimana menyampaikan informasi ke seluruh bagian organisasi dan bagaimana
menerima informasi dari seluruh bagian organisasi. Proses ini berhubungan
dengan aliran informasi. Apa yang dikemukakan dalam struktur dapat saja bukan
yang sebenarnya terjadi. Efisiensi dapat bergantung pada aliran informasi, tetapi
ini bukan pertimbangan satu-satunya. Organisasi mengandalkan inovasi dan harus
mampu menghasilkan informasi dari para anggotanya. Aliran informasi dapat
membantu menentukan iklim dan moral organisasi, yang pada gilirannya
berpengaruh pada aliran informasi.2
Tentu saja tantangan tersebut juga berlaku untuk semua organisasi,
termasuk organisasi formal seperti Karang Taruna. Karang Taruna adalah
organisasi sosial kemasyarakatan sebagai wadah dan sarana pengembangan setiap
anggota masyarakat yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan
tanggung jawab sosial dari, oleh, dan untuk masyarakat terutama generasi muda.3
Dalam Peraturan Menteri Sosial RI Tahun 2010 Pasal 1 Ayat 1
menyebutkan mengenai organisasi kepemudaan atau karang taruna adalah
organisasi sosial kemasyarakatan sebagai wadah dan sarana pengembangan setiap
anggota masyarakat yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan
1
Cangara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), Hlm.19.
2
I. R.Wayne Pace; II. Don F. Faules,
Komunikasi Organisasi : Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan.(Telkom University:
Remaja Rosdakarya, 2007), Hlm 170
3
http://ejournal.uinsuka.ac.id/dakwah/JPMI/ article/downloadSuppFile/011-01/24

7
tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi muda di
wilayah desa/kelurahan terutama bergerak di bidang usaha kesejahteraan social.4
Karang Taruna sebagai lembaga sosial memiliki peran vital dalam
melakukan motivasi kepada para pemuda agar memiliki kesadaran hidup
bermasyarakat yang tinggi, seperti yang telah dilakukan Karang Taruna
AKATARU Dusun Durung, Desa Jiyu, Kecamatan Kutorejo Kabupaten
Mojokerto. Yang ikut serta dan memberikan dukungan penuh atas
terselenggaranya program-program yang ada di pemerintah. Sebagai wadah
aspirasi para pemuda, Karang Taruna AKATARU mampu menunjukkan
eksistensi perannya dalam memperhatikan dan mempedulikan masalah sosial
yang sedang dihadapi para pemuda di lingkungannya.
Dalam hal ini, peneliti memiliki pandangan terhadap permasalahan yang
terjadi dikarenakan masih kurangnya dorongan dari pemimpin ataupun kurangnya
kesadaran dari para anggota karang taruna. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
mengambil judul “Komunikasi Organisasi Karang Taruna AKATARU Dalam
Meningkatkan Solidaritas Keanggotaan Studi Pada Karang Taruna Dusun Durung
Desa Jiyu Kecamatan Kutorejo”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dari fokus penelitian, maka dapat dirumuskan
masalah yaitu
1) Bagaimana peranan komunikasi organisasi Karang Taruna AKATARU dalam
meningkatkan solidaritas keanggotaan ?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin diraih dari rumusan masalah diatas sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui peranan komunikasi organisasi Karang Taruna
AKATARU dalam meningkatkan solidaritas keanggotaan.

4
Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 77 “Pedoman Karang Taruna”. 2010

8
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan ilmu
pengetahuan yang baru berkaitan dengan komunikasi organisasi karang
taruna. Dengan adanya penelitian tentang komunikasi organisasi pada
Karang Taruna AKATARU dapat menjadi pedoman untuk penelitian-
penelitian yang akan datang. Selain itu, peneliti juga berharap agar dapat
menjadi bahan rujukan atau referensi bagi studi komunikasi yang akan
datang.

2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi kajian literatur khususnya
untuk kajian penelitian kualitatif. Selain itu, hasil penelitian mengenai
komunikasi organisasi pada Karang Taruna AKATARU mampu menjadi
referensi untuk penelitian selanjutnya.

9
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi Konsep

1. Komunikasi Organisasi
a. Pengertian Komunikasi
Kata komunikasi menurut Onong Uchjana Effendi, yaitu berasal dari
perkataan bahasa latin: comuunicatio yang berarti “pemberitahuan” atau
“pertukaran pikiran”. Dengan demikian mkaa sacara garis besar dalam suatu
proses komunikasi harus terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar terjadi
suatu pertukaran pikiran atau pengertian, antara komunikator (penyebar
pesan) dan komunikan (penerima pesan).5 Menurut Berelson dan
Steiner, komunikasi adalah proses penyampaian. Hal yang disampaikan
adalah informasi, gagasan, emosi keahlian dan lain-lain, sedangkan cara
penyampaian melalui penggunaan simbol-simbol. Simbol yang dimaksud
dapat berbentuk kata-kata, gambar, angka, dan lain-lain. 6 Hovland, Janis dan
Kelley seperti yang dikemukakan oleh Forsdale (1981) adalah ahli sosiologi
Amerika, mengatakan bahwa komunikasi adalah proses individu mengirim
stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku
orang lain. Pada definisi ini mereka menganggap komunujasi sebagai suatu
proses, bukan sebagai suatu hal.7
b. Pengertian Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi merupakan pengiriman dan penerimaan
berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari
suatu organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh
organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi terhadap kepentingan

5
Rosady Ruslan, Mananjemen Public Relation & Media Komunikasi (Konsepsi dan Aplikasi),
(Jakarta; Rajawali Pers, 2014), 81.
6
Suryanto, Pengantar Ilmu Komuikasi, (Bandung; CV Pustaka Setia, 2015), 54
7
. 25 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta; Bumi Aksara, 2015), 2.

10
organisasi yang berisi cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan
berbagai pekerjaan yang harus di lakukan dalam organisasi. Misalnya :
Memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. 8 Adapun
komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujuisecara sosial, dimana
orientasinya bukan pada organisasi tetapi lebih kepada anggotanya secara
individual. Goldhaber dalam buku Komunikasi Organisasi Lengkap,
memberikan definisi komunikasi organisasi sebagai Organizational
communications is the process of creating and exchanging messages within a
network of interdependent relationship to cope with environmental
uncertainty. Terjemahannya: komunikasi organisasi adalah proses
menciptakan dan saling menukar pesan dalam rangkaian hubungan yang
saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti
atau yang selalu berubah ubah.9

2. Peranan Komunikasi Dalam Organisasi


Setiap manusia senantiasa berinteraksi dengan manusia lainnya, bahkan
cenderung hidup berkelompok atau berorganisasi untuk mencapai tujuan
bersama yang tidak mungkin dicapai bila ia hidup sendiri. Interaksi dan kerja
sama ini akan terus berkembang dengan teratur sehingga membentuk wadah
yang disebut dengan organisasi. Interaksi atau hubungan antar
individuindividu dan kelompok atau tim dalam setiap organisasi akan
memunculkan harapan-harapan.
Harapan ini kemudian akan menimbulkan peranan-peranan tertentu yang
harus diemban oleh masing-masing individu untuk mewujudkan visi, misi,
dan tujuan organisasi/kelompok. Sebuah organisasi memang dibentuk sebagai
wadah yang didalamnya berkumpul sejumlah orang yang menjalankan
serangkaian aktivitas tertentu secara teratur guna tercapainya tujuan yang
telah disepakati bersama.
Terlebih dalam kehidupan masyarakat modern, manusia merasa bahwa
selain mengatur dirinya sendiri, ia juga perlu mengatur lingkungannya,
8
Khomsahrial Romli, Komunikasi Organisasi (PT. Grasindo ; Jakarta 2011), 2
9
ibid,13

11
memelihara ketertiban, mengelola dan mengontrolnya lewat serangkaian
aktifitas yang kita kenal dengan manajemen dan organisasi. Dalam setiap
organisasi yang diisi oleh sumber daya manusia, ada yang berperan sebagai
pemimpin, dan sebagian besar lainnya berperan sebagai anggota. Semua
orang yang terlibat dalam organisasi tersebut akan melakukan komunikasi.
Tidak ada organisasi tanpa komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian
integral dari organisasi.
Komunikasi ibarat sistem yang menghubungkan antar orang, antar
bagian dalam organisasi, atau sebagai aliran yang mampu membangkitkan
kinerja orang- orang yang terlibat di dalam organisasi tersebut. Efektivitas
organisasi terletak pada efektivitas komunikasi, sebab komunikasi itu penting
untuk menghasilkan pemahaman yang sama antara pengirim informasi
dengan penerima informasi pada semua tingkatan/level dalam organisasi.
Selain itu komunikasi juga berperan untuk membangun iklim organisasi yang
pada akhirnya dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas organisasi.
Adapun peranan dalam membangun organisasi adalah adanya seorang
pemimpin yang mampu sebagai penentu kebijaksanaan, perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dan penilaian.
Untuk melaksanakan kepemimpinannya secara efektif, maka pemimpim
harus mampu melaksanakan komunikasi secara efektif. Dalam konteks
kepemimpinan, seorang ketua organisasi berkomunikasi efektif bila i a mampu
membuat para anggota melakukan kegiatan tertentu dengan kesadaran,
kegairahan, dan kegembiraan.
Untuk mengetahui peranan komunikasi organisasi dalam meningkatkan
solidaritas Karang Taruna AKATARU adalah dengan menggunakan
pendekatan terori kepemimpinan situasional menurut Hersey dan Blanchard.
Penekanan teori kepemimpinan situasional menurut Hersey dan Blanchard
memusatkan perhatian dan analisisnya pada pihak bawahan, dan tingkat
kematangan mereka.
Para pemimpin harus harus menilai secara benar atau intuitif mengetahui
tingkat kematangan (kedewasaan) bawahannya dan kemudian menggunakan

12
gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi atau tingkatan tersebut.
Pendekatan kepemimpinan situasional menekankan bahwa kepemimpinan
terdiri atas dimensi arahan dan dimensi dukungan. Setiap dimensi harus
diterapkan secara tepat dengan emeperhatikan situasi yang berkembang. Guna
menetukan apa yang dibutuhkan oleh situasi khusus, pemimpin harus
mengevaluasi pekerja mereka dan menilai seberapa kompeten dan besar
komitmen pekerja atas pekerjaan yang diberikan.
Kepemimpinan situsional menyediakan empat pilihan gaya
kepemimpinan. Keempat gaya tersebut melibatkan aneka kombinasi dari
perilaku kerja dengan perilaku hubungan. Perilaku kerja meliputi penggunaan
komunikasi satu arah, pendiktean tugas, dan pembeitahuan pada pekerja
seputar hal apa saja yang harus mereka lakukan, kapan, dan bagaimana
melakukannya.
Pemimpin yang efektif menggunakan tingkat perilaku yang tinggi di
sejumlah situasi dan hanya sekadarnya di situasi lain. Perilaku hubungan
meliputi penggunaan komunikasi dua arah, mendengar, memotivasi,
melibatkan pengikut dalam proses pengambilan keputusan, serta memberikan
dukungan emosional pada mereka. Perilaku hubungan juga diberlakukan
secara berbeda di aneka situasi10
Penekanan teori kepemimpinan situasional menurut Hersey dan
Blanchard memusatkan perhatian dan analisanya pada seorang pemimpin.
Tergantung pada orientasi tugas kepemimpinan dan sifat hubungan atasan dan
bahawahan yang digunakan, gaya kepemimpinan yang timbul dapat
mengambil empat bentuk sebagai berikut:
1. Memberitahukan (Telling,) Seorang pimpinan berperilaku memberitahukan,
hal itu berarti bahwa orientasi tugasnya dapat dikatakan tinggi dan digabung
dengan hubungan atasan bawahan yang tidak dapat digolongkan sebagai
akrab, meskipun tidak pula digolongkan dengan sebagai hubungan yang tidak
bersahabat. Dalam praktek apa yang terjadi ialah bahwa seorang pimpinan
merumuskan peranan apa yang diharapkan oleh para bawahan dengan
10
Poppy Ruliana, Komunikasi Organisasi Teori dan Studi Kasus, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2014), 131-132.

13
memberitahukan kepada mereka apa, bagaimana, bilamana, dan dimana
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. Dengan perkataan lain perilaku
pimpinan terwujud dalam gaya yang bersifat direktif.
2. Menjual (selling) Jika seorang pimpinan berperilaku menjual berarti ia
bertitik tolak dari orientasi perumusan tugasnya secara tegas digabung dengan
hubungan atasan- bawahan yang bersifat intensif. Dalam situasi demikian
pimpinan harus menampilkan perilaku direktif dan suportif.
3. Partisipatif (participations) Perwujudan paling nyata dari perilaku demikian
ialah pimpinan mengajak para bawahannya untuk berperan serta secara aktif
dalam proses pengambilan keputusan. Artinya, pimpinan hanya memainkan
peranan sebagai fasilator untuk memperlancar tugas para bawahan yang
antara lain dilakukan dengan menggunakan saluran komunikasi yang ada
secara efektif.
4. Pendelegasian (Delegating) Seorang pimpinan dalam menghadapi situasi
tertentu dapat pula menggunakan perilaku berdasarkan orientasi tugas yang
rendah digabung dengan intensitas hubungan atasan-bawahan yang rendah
pula. Dalam praktek, dengan perilaku demikian seorang pejabat pimpinan
membatasi diri pada pemberian pengarahan kepada para bawahannya dan
menyerahkan pelaksanaan pada bawahan tersebut tanpa banyak campur
tangan lagi.
Model kepemimpinan ini juga menyatakan bahwa gaya kepemimpinan
yang paling efektif bervariasi dengan kesiapan bawahan yang mendefinisikan
sebagai keinginan bawahan untuk berprestasi, kemauan untuk bertanggung
jawab, kemauan yang berhubungan dengan tugas, keterampilan dan
pengalaman. Sasaran dan pengetahuan dari pengikut merupakan variabel
penting dalam menentukan gaya kepemimpinan yang efektif11.

3 Aliran Informasi dalam Organisasi


Menurut arah aliran informasi dapat kita indentifikasi berbagai variasi
pola arah penyebaran informasi di suatu organisasi, meliputi pola aliran:
11
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Edisi Ketiga, (Cet. X; Jakarta: Rajawali
Pers, 2012), 15.

14
a. Komunikasi Vertikal
Komunikasi vertikal ialah proses komunikasi dengan melibatkan
pihak pihak yang secara hirarkis memiliki jenjang kedudukan struktural
yang berbeda. Misalnya komunikasi antara ketua dengan anggota, antara
pimpinan dengan bawahan, antara kepala bagian dengan sub bagian, dan
sebagainya.
b. Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal disebut pula sebagai komunikasi ke
samping, atau komunikasi mendatar, atau komunikan sejajar ialah proses
penyampaian informasi yang melibatkan pegawai atau pimpinan masing
masing mempunyai level hirarkis jabatan yang setingkat atau sejajar.12
Jadi pihak-pihak yang berkomunikasi itu berasal dari jenjang jabatan
yang setara. Oleh karena itu melibatkan para anggota dalam posisi jabatan
yang setara, maka komunikasi biasanya berlangsung dalam suasana
demokratis. Misalnya komunikasi antara kepala bagian dalam suatu
perkantoran, ataupun antar pegawai, masing-masing orang atau lembaga
yang terlibat dalam proses ini memiliki kedudukan setingkat
c. Komunikasi Diagonal
Komunikasi diagonal ialah proses penyampaian dan penerimaan
informasi atau alur informasi yang berlangsung antara anggota pada
tingkat kedudukan yang berbeda, pada tugas atau fungsi yang berbeda,
dan satu sama lainnya tidak mempunyai wewenang langsung.13

4.Solidaritas
Perkembangan manusia terasa semakin cepat, dari terbentuknya manusia
dalam rahim hingga membuka mata di dunia. Awal bayi yang pertama
membukakan mata memberikan sinyal interaksi dengan cara menangis,
memberikan maksud terhadap orang yang di sekitar melakukan tindakan.
Tindakan orang terhadap kepedulian kepada sesama manusia merupakan
ciri-ciri manusia memiliki rasa solidaritas sosial. Istilah solidaritas dalam
12
Khomsahrial Romli, Komunikasi Organisasi (PT. Grasindo ; Jakarta 2011), 176
13
Ibid, 177.

15
kehidupan sehari-hari dapat diartikan sebagai kesetiawakanan dan perasaan
sepenanggungan. Rasa simpati terhadap sesama mahluk sosial membuktikan
kepedulian untuk saling membantu.
Solidaritas merupakan suatu yang sangat dibutuhkan oleh kelompok
sosial, karena pada dasarnya setiap masyarakat membutuhkan solidaritas.
Kelompok-kelompok sosial sebagai tempat berlangsungnya kehidupan
bersama masyarakat akan tetap ada dan bertahan ketika dalam kelompok
sosial tersebut terdapat rasa solidaritas diantara anggota-anggotanya.
Solidaritas menekankan pada keadaan hubungan antar individu dan kelompok
yang mendasari keterikatan bersama dalam kehidupann dengan didukung
nilai-nilai moral serta kepercayaan yang hidup dalam masyarakat.14
Secara sederhana, solidaritas menunjukan pada suatu situasi keadaan
hubungan antar individu atau kelompok yang didasari pada perasaan moral
dan kepercayaan yang dianut bersama dengan diperkuat pengalaman
emosional bersama15
Beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa solidaritas sosial
adalah adanya saling percaya, cita-cita bersama, kesetiakawan, dan rasa
sepenanggungan diantara individu sebagai anggota kelompok. Solidaritas
sosial sesunggunhnya mengarah pada keakraban atau kekompokan (kohesi)
dalam kelompok. Dalam perspektif Sosiologi, keakraban hubungan antara
kelompok masyarakat itu tidak hanya merupakan alat dalam rangka usaha
mencapai atau mewujudkan cita-citanya, akan tetapi justru keakraban
hubungan sosial tersebut sekaligus merupakan salah satu tujuan utama dari
kehidupan kelompok masyarakat.
Solidaritas juga merupakan kesetiakawanan antar anggota kelompok
sosial. Terdapatnya solidaritas yang tinggi dalam kelompok tergantung pada
kepercayaan setiap anggota akan kemampuan anggota lain untuk
melaksanakan tugas dengan baik. Pembagian tugas dalam kelompok sesui

14
Doyle paul jhonson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, terj. Robert. M. Z. Lawang, (Jakarta:
PT. Gramedia, 1998), hlm. 81
15
Taufik Abdullah, Durkheim dan Pengantar Sosiologi Moralitas, (Jakarta:Yayasan Obor
Indonesia, 1986), hlm. 81-125.

16
dengan kecakapan masing-masing memberikan hasil kerja yang baik. Kontak
sosial dan komunikasi yang baik antara individu dengan individu yang lain
atau kelompok akan menciptakan solidaritas sosial yang baik pula.16
Wujud nyata dalam kehidupan bersama akan melahirkan pengalaman
emosional sehingga memperkuat hubungan antar mereka. Menurut Durkheim,
solidaritas masyarakat terdiri dari dua bentuk yakni solidaritas sosial mekanik
dan solidaritas sosial organik.
1. Solidaritas Sosial Mekanik
Dalam masyarakat, manusia hidup bersama dan berinteraksi,
sehingga timbul rasa kebersamaan diantara mereka. Rasa
kebersamaan yang timbul dalam masyarakat selanjutnya akan
menimbulkan perasaan kolektif Kondisi seperti ini biasanya dijumpai
pada masyarakat yang masih sederhana. Belum ada pembagian kerja
yang bearti, apa yang dapat dilakukan oleh seorang anggota masyarakat
biasanya juga dapat dilakukan oleh anggota masyarakat yang lainnya.
Belum terdapat saling ketergantungan diantara kelompok yang berbeda
karena masing-masing kelompok dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.
Menurut Durkheim, solidaritas mekanik di dasarkan pada suatu
kesadaran kolektif bersama, yang menunjuk pada totalitas
kepercayaankepercayaan dan sentimen-sentimen bersama yang rata-rata
ada pada warga masyarakat17.
Ikatan utamanya adalah kepercayaan bersama, citacita, dan komitmen
moral. Bagi Durkheim, indikator yang paling jelas bagi solidaritas
mekanik adalah persamaan dan kecenderungan yang membuat struktur
sosial masyarakat bersifat homogen dan mirip satu sama lain.
Solidaritas mekanik ditandai dengan adanya kesadaran kolektif, dimana
kesadaran untuk hormat pada ketaatan karena nilai-nilai keagamaan masih
tinggi dan kerasnya hukum-hukum yang sifatnya menekan. Hukuman

16
David Berry, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2003), hlm. 4-5.
17
Doyle Paul Jhonson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, terj. Robert. M. Z. Lawang, (Jakarta:
PT. Gramedia, 1998), hlm.183.

17
tidak harus mencerminkan pertimbangan rasional atas kerugian yang
menimpa masyarakat dan penyesuaian hukuman dengan tingkat
kejahatannya, tetapi hukuman tersebut lebih mencerminkan dan
menyatakan kemarahan kolektif.
Ciri khas yang paling penting dari solidaritas mekanik adalah solidaritas
didasarkan pada suatu tingkat homogenitas yang tinggi dalam
kepercayaan, kebersamaan, dan adat bersama. Homogenitas semacam ini
hanya mungkin apabila pembagian kerja atau deferensiasi masih minim
atau terbatas.
2. Solidaritas Organik
Solidaritas sosial yang berkembang pada masyarakat-masyarakat
komplek berasal lebih dari kesalingtergantungan daripada dari kesamaan
bagian-bagian18. Solidaritas organik muncul karena pembagian kerja
bertambah besar. Solidaritas itu didasarkan pada tingkat saling
ketergantungan yang tinggi. Saling ketergantungan meningkat karena
bertambahnya pembagian kerja yang memungkinkan menjadi pembeda.
Saling ketergantungan itu bertambah sebagai hasil dari bertambahnya
spesialisasi dalam pembagian kerja, yang memungkinkan bertambahnya
perbedaan dikalangan individu.19
Masyarakat dengan solidaritas organik tingkat heterogenitas
semakin tinggi, karena masyarakat semakin plural. Kesadaran kolektif
perlahan-lahan mulai hilang. Pekerjaan lebih terspealisasi, merasa dirinya
semakin berbeda dalam kepercayaan, pendapat, dan gaya hidup.
Pengalaman orang menjadi semakin beragam, demikian pula
kepercayaan, sikap, dan kesadaran pada umumnya. Kondisi tersebut tidak
menghancurkan solidaritas sosial.
Sebaliknya, individu dan kelompok dalam masyarakat semakin
tergantung kepada pihak lain yang berbeda pekerjaan dan spesialisasi
dengannya. Ini semakin diperkuat oleh pernyataan Durkheim bahwa
kuatnya solidaritas organik ditandai oleh pentingnya hukum yang bersifat
18
Tom Campbell, Tujuh Teori Sosial, (Yogyakarta: Kanisius 1994). Hlm. 185
19
Ibid… Hlm. 183.

18
memulihkan daripada yang bersifat mengungkapkan kemarahan kolektif
yang dirasakan kuat. Singkatnya, ikatan yang mempersatukan individu
pada solidaritas mekanik adalah adanya kesadaran kolektif. Sementara
pada solidaritas organik, heterogenitas dan individualitas semakin tinggi.

5.Hambatan Komunikasi Dalam Organisasi


Hambatan dapat diartikan sebagai halangan atau rintangan yang dialami.
Dalam konteks komunikasi dikenal pula gangguan (mekanik maupun
semantik), gangguan ini masih termasuk ke dalam hambatan
komunikasi.20 Efektivitas komunikasi salah satunya akan sangat
tergantung kepada seberapa besar hambatan komunikasi yang terjadi.
Didalam setiap kegiatan komunikasi, sudah dapat dipastikan akan
menghadapai berbagai hambatan. Hambatan dalam kegiatan komunikasi
yang manapun tentu akan mempengaruhi efektivitas proses komunikasi
tersebut. Karena pada pada komunikasi massa jenis hambatannya relatif
lebih kompleks sejalan dengan kompleksitas komponen komunikasi
massa. Dan perlu diketahui juga, bahwa komunikasi harus bersifat
heterogen. Oleh karena itu, komunikator perlu memahami setiap
hambatan komunikasi, agar ia dapat mengantisipasi hambatan tersebut.
Adapun hambatan-hambatan komunikasi dalam organisasi antara lain :
1. Hambatan Teknis
Hambatan teknis adalah jenis hambatan yang biasa terjadi karena
media yang digunakan dalam berkomunikasi. Gangguan ini terjadi
pada media komunikasi seperti radio, jaringan telepon dan alat
komunikasi lainnya yang mengganggu proses komunikasi dan
mengurangi efektifitas komunikasi.
2. Hambatan Semantik
Hambatan semantik adalah hambatan yang terjadi karena proses
penyampaian idea atau pengertia tidak efektif. Semantik artinya studi
yang mempelajari tentang pengertian yang dijabarkan atau
20
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (Remaja Rosdakarya, Bandung 1992),
45

19
diungkapkan dalam bentuk bahasa. Kata-kata yang digunakan dala
komunikasi akan membantu proses pertukaran makna dan pengertian
dari pembicara kepada audien.
3. Hambatan Manusiawi
Hambatan manusiawi terjadi karena faktor-faktor manusia atau pelaku
komunikasi organisasi. faktor-faktor yang menyebabkannya seperti
emosi dan prasangka pribadi, kemampuan dan ketidakmampuan alat-
alat pancaindra seseorang, presepsi, kecakapan atau ketidakcakapan
dan sebagainya
Menurut Cruden and Sherman, Hambatan manusiawi terbagi menjadi
dua yaitu hambatan yang timbul dari situasi psikologis dalam
organisasi tersebut, dan hambatan yang berasal dari perbedaan
individu manusia itu sendiri, baik dari perbedaan umur, presepsi,
ketrampilan, status dan lain sebagainya.21

B. Landasan Teori

1. Teori Hubungan Manusiawi (Elton Mayo)


Dalam pembahasan peneliti menggunakan teori Hubungan
Manusia dalam organisasi Karang Taruna. Teori hubungan manusia
diperkenalkan pada tahun 1930-an yang dipelopori Elton Mayo.
Manusia sebagai anggota organisasi merupakan anggota organisasi
sosial, anggota organisasi yang memutuskan apa peranan yang
dilakukannya dan bagaimana dilakukannya.22
Dalam buku Komunikasi Organisasi oleh Pace dan Faules
(2010:59-61) dijelaskan tentang Teori Hubungan Manusiawi yang
dilakukan oleh Barnard dan Mayo. Setahun setelah publikasi Barnard,
Roethlisberger dan Dickson (1939) menerbitkan laporan mereka yang
padat mengenai penelitian berskala besar yang membahas

21
Rismayanti, “Hambatan Komunikasi Yang Sering Dihadapi Dalam Sebuah Organisasi”, Jurnal Al-Hadi
4, No. 1 (2018), 830-830
22
Wayne, Pace dan Faules, Komunikasi Organisasi “Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan”,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), Hlm.59

20
produktivitas dan hubungan-hubungan sosial di komples Hawthorne
yang dimiliki Western Electric Company.
Dikenal dengan nama “Manajemen dan Pekerja” (Management
and the Worker) penelitian tersebut menjadi lebih terkenal lagi dengan
sebutan Studi Hawthorne (The Hawthorne Studies).
Dua kesimpulan yang berkembang dari studi Hawthorne ini
sering disebut efek Hawthorne (The Hawthorne Effect) yaitu pertama,
perhatian terhadap orang-orang boleh jadi mengubah sikap dan
perilaku mereka. Kedua, moral dan produktivitas dapat meningkat
apabila para pegawai mempunyai kesempatan untuk berinteraksi satu
sama lainnya.
Kemudian Mayo dalam Pace & Faules (2010:60) menulis suatu
ulasan mengenai minat para spesialis komunikasi terhadap analisis
organisasi:
Saya percaya bahwa studi sosial harus dimulai dengan
penamatan yang teliti mengenai apa yang disebut komunikasi:
yakni, kemampuan seorang individu untuk menyatakan
perasaan dan gagasannya kepada orang lain, kemampuan
kelompok untuk berkomunikasi secara efektif dan intim
dengan kelompok lainnya. Itulah, tak diragukan lagi kerusakan
utama yang dialami peradaban manusia dewasa ini.
Karya Barnard dan Mayo sekaligus merupakan pendekatan
perilaku terhadap organisasi. Ditambahkan oleh Sofer dalam Pace &
Faules (2010:60) mengatakan bahwa Mayo dan kawan-kawannya
menunjukkan secara ilmiah bahwa “suatu kelompok memiliki
kehidupannya sendiri, lengkap dengan adat kebiasaan, norma, dan
kontrol sosial yang efektif atas anggota-anggotanya”.
Guilbot dalam Pace & Faules (2010:60) juga melihat bahwa
“setelah studi Hawthorne harus diakui bahwa suatu struktur informal
hubungan sosial memang ada di balik struktur organisasi yang formal

21
dan bahwa banyak fenomena tidak dapat dijelaskan dengan dalil-dalil
lainnya”. Suatu sumbangan besar yang diberikan teoretisi perilaku
terdahulu adalah reorientasi pemikiran tentang organisasi dan
manajemen, mulai dari pemikiran murni tentang struktur dan tugas
sampai pertimbangan tentang manusia dan moral.
Kesimpulan dari teori ini, bahwa manusia sebagai sumber daya
dalam organisasi produktivitasnya dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor, termasuk kondisi lingkungan kerjanya. Salah satu kondisi yang
mempengaruhi produktivitas pegawai adalah kondisi komunikasi
dalam sebuah tim atau organisasinya. Karena pegawai adalah manusia
yang memiliki moral dan membutuhkan interaksi dengan sesamanya,
maka produktivitas dan kinerja dapat meningkat ketika pegawai dapat
berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.
Hemat peneliti, Teori hubungan manusia menyarankan strategi
peningkatan dan penyempurnaan organisasi dengan meningkatkan
kepuasan anggota organisasi dan menciptakan organisasi yang dapat
membantu individu mengembangkan potensinya.23

C. Peneltian Terdahulu yang Relevan


Mengacu kepada penelitian ini peneliti membutuhkan penelitian-
penelitian yang hampir memiliki kesamaan, namun tentunya harus berbeda
untuk menambah khazanah keilmuan maka dalam penelitian ini penelitia
mengambil tiga penelitian yang menjadi acuan juga wawasan dalam meneliti.
Adapun penelitian-penelitian tersebut adalah:
Karya yang di teliti dan di tulis oleh Putra Pamungkas Program Studi
Komunikasi Dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Institut Agama Islam
Negeri (Iain) Salatiga (2020) dalam sekripsi yang berjudul “Sistem
Komunikasi Organisasi Karang Taruna Dalam Meningkatkan Moral Pemuda
(Studi pada Karang Taruna Setya Bhakti Dusun Karangkepoh Kecamatan

23
Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi . (Bumi Aksara : Jakarta., 2005), Hlm.39.

22
Karanggede Kabupaten Boyolali)”24 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Bagaimana peran keanggotaan dalam proses sistem komunikasi oraganisasi
Karang Taruna dalam meningkatkan moral pemuda secara formal dan informal
di Karang Taruna Setya Bhakti Dusun Karangkepoh, Jenis penelitian yang
digunakan oleh peneliti adalah kualitatif deskriptif dengan metode riset
fenomenologi. Tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah untuk memahami
kondisi suatu konteks dengan mengarahkan pada pendeskripsian secara rinci
dan mendalam mengenai potret kondisi dalam suatu konteks yang alami
(natural setting), tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di
lapangan studi. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data
wawancara, observasi, dan dokumentasi, Hasil penelitian Peran keanggota
dalam sistem komunikasi Karang Taruna Dusun Karangkepoh sangat erat
kaitannya dengan produktifitas organisasi, karena semua kegiatan atau proker
karang taruna berasal dari peran keanggotaan itu sendiri.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian kedepannya akan penulis
lakukan yaitu sama-sama membahas tentang komunikasi organisai dalam
sebuah lingkup pemuda yaitu Karang Taruna, sedangkan perbedaannya pada
penelitian ini adalah meningkatkan moral pemuda dalam
berorganisasi ,tentunya kesinambungan bagaimana penulis teliti juga yakni
bagaimana komunikasi di dalam sebuah organsasi pemuda di untuk
membentuk organisasi yang solid secara antar pemimpin dan anggota.
Kedua, Karya yang di teliti dan di tulis oleh Rizki Budhi Suhara Dan
Yusuf Sapari Prodi S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik,
Universitas Muhammadiyah Cirebon (2021) dalam sekripsi yg berjudul,
“Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi Terhadap KohesivitasKelompok
Karang Taruna Tunas Jaya(Studi Deskriptif Kuantitatif di Desa Mekar Jaya,
Ciawi GebangKuningan)25 ”Kehadiran karang taruna di masyarakat Desa
24
Pamungkas, Putra. Skripsi;” SISTEM KOMUNIKASI ORGANISASI KARANG TARUNA DALAM
MENINGKATKAN MORAL PEMUDA (Studi pada Karang Taruna Setya Bhakti Dusun Karangkepoh
Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali)”(Salatiga: INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA,2020) Hal.72
25
Suhara , budhi rizki dan sapari, yusuf; “Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi Terhadap
KohesivitasKelompok Karang Taruna Tunas Jaya(StudiDeskriptif KuantitatifdiDesa Mekar Jaya, Ciawi
GebangKuningan)”(CIREBON; Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi Terhadap KohesivitasKelompok

23
Mekar Jaya Ciawi Gebang sudah menunjukkanperannya yang positif
hanya saja belum maksimal. Pengurus inti karang taruna telah
mengadakanpembenahan dan perubahan struktur guna memaksimalkan peran
dan fungsi anggotaagar lebih giatdan menunjukkan komunikasi yang baik
sehingga bisa menumbuhkan rasa kebersamaan dan kompakanggota lainnya,
Metodologi penelitian yang digunakan dekriptif kuantitatif dengan metode
survei.Populasidari penelitian ini berjumlah 60 orang dengan
menggunakan teknik sampling sensus. Teknik pengolahan data penelitian
menggunakan statistik deskriptif inferensial yaiturataan nilai skor untuk
menghitung nilai distribusi frekuensi, bahwa iklim komunikasi organisasi di
Karang Taruna Tunas Jaya adalah baik terbukti darihasil analisis angket
yang menunjukan nilai rata-rata 47,35. Nilai tersebut
setelahdiinterpretasikan dengan tabel predikat ternyata masuk dalam
kisaran 40,8–50,4 makadinyatakan baik.Kedua,bahwa kohesivitas kelompok
di Karang Taruna adalah baik terbuktidari hasil analisis angket yang
menunjukan nilai rata-rata 63,51. Niai tersebut setelahdiinterpretasikan
dengan tabel predikat ternyata masuk ke dalam kisaran 54,4–67,2 makadapat
dinyatakan baik.Ketiga, terbukti bahwa terdapat pengaruh antara iklim
komunikasiorganisasi terhadap kohesivitas kelompok pada Karang Taruna
Tunas Jaya Desa Mekarjayasebesar 0,141 atau 14% dengan kategori cukup.
Persamaan penelitian ini sama sama membahas mengenai komunikasi
orginasasi yang konteksnya adalah organisasi karang taruna, namun ada yang
berbeda peneliti ini menggunankan metode kuantitatif, sedangkan penulis
kedepannya nanti akan menggunakan metode kulitatif yang akan menenliti
bagaimana di dalam komunikasi organisasi kepemudaan di desa bisa
menumbuhkan solidaritas,yang bisa membuat organisasi menjadi lebih kompak
dan baik.
Ketiga, Karya yang di teliti dan di tulis oleh Mohammad Alfarizi Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin Adab Dan Dakwah Institut

Karang Taruna Tunas Jaya (StudiDeskriptif Kuantitatifdi Desa Mekar Jaya, Ciawi GebangKuningan )
Hal.56

24
Agama Islam Negeri (Iain) Ponorogo (2020) Dalam Sekripsi Yang Berjudul 26
“Komunikasi Organisasi Karang Taruna Dalam Meningkatkan Motivasi
Pemuda Kreatif” (Studi Pada Karang Taruna Suryo Pandhowo Desa Prajegan
Kec. Sukorejo Kab. Ponorogo) Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan
penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun
informal dari suatu organisasi, Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi,
wawancara dandokumentasi. Setelah data terkumpul, kemudian melakukan
proses pengolahan data dengan menganalisis data lapangan, hasil wawancara
dan observasi berdasarkan teori yang relevan yaitu teori kepemimpinan dan
teori hierarki menurut Abraham H. Maslow yang mengenai komunikasi
organisasi,
Kesamaan dari penelitian ini adalah komuninkasi organisasi di dalam
sebuah organisasai kepemudaan, penelitian ini komunikasi organisasi
bagaimana meniningkatkan motivasi pagra pemuda untuk kreatif,membangun
sebuah iklim pemuda yang baru untuk pemuda lebih bisa berinovasi lagi dan
kreatif, dalam naungan sebuah wadah organisasi KARANG TARUNA,
begitupun penulis akan meneliti bagaimana komunikasi organisasi ini di dalam
lingkup sebuah kepengurusan untuk membangun sebuah organisasi ini menjadi
lebih solid dan kompak untuk KARANG TARUNA AKATARU di Desa Jiyu,
Dusun Durung.
Keempat, Karya yang di teliti dan di tulis oleh Hamid Badawi Hasan
Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Humaniora Uin Sunan
Kalijaga Yogyakarta (2016) dalam sekripsi yang berjudul 27 “Solidaritas
Pemuda Perkotaan Di Yogyakarta” (Karang Taruna di Kampung RW 01
Suryowijayan Kecamatan Mantrijeron), Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi tumbuhnya solidaritas pemuda

26
Alfarizi, mohammad; “KOMUNIKASI ORGANISASI KARANG TARUNA DALAM MENINGKATKAN
MOTIVASI PEMUDA KREATIF (Studi Pada Karang Taruna Suryo Pandhowo Desa Prajegan Kec.
Sukorejo Kab. Ponorogo)” (INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO(2020) Hal 76.
27
Hasan, Hamid Badawi; ““SOLIDARITAS PEMUDA PERKOTAAN DI YOGYAKARTA” (Karang
Taruna di Kampung RW 01 Suryowijayan Kecamatan Mantrijeron), (UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA (2016) Hal 80

25
yang tinggal di perkotaan yang dimanifestasikan dalam bentuk organisasi
(kelompok) lokal berupa “KALEPO” (Karang Taruna Ledok Ponco Kusumo),
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan
teori solidaritas sosial. Informan dalam penelitian ini adalah duabelas orang
dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu informan yang diambil
dianggap paling memahami dengan konteks penelitian ini. Duabelas informan
yang dipilih diantaranya, ketua RW 01 Suryowijayan, tokoh masyarakat,
KALEPO dan masyarakat Kampung RW 01 Suryowijayan itu sendiri. Dalam
proses pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik wawancara tidak
terstruktur dan dokumentasi, serta menggunakan deskriptif-analitik sebagai
metode analisis data. Peneliti mengambil metode pengumpulan data,
menggunakan metode analisi data, meliputi reduksi data, display data, dan
penarikan kesimpulan.
Kesamaan dari penelitian ini adalah meneliti tentang organisasi
kepemudaan yang begitu,dari penelitian ada sebuah ikatan solidaritas yang
sangat begitu kuat dari kelompok KALEPO atau organisai KARANG
TARUNA,yang tentu banyak dan panjang sekali lahirnya dari sebuah latar
belakang yang sangat luar biasa, penulis juga akan meneliti bagaimana untuk
menumbuhkan atau membangun komunikasi organisasi untuk menjadi
organisasi yang solid atau kompak di organisasi kepemudaan KARANG
TARUNA AKATARU Dusun Durung, Desa jiyu, Kecamatan Kutorejo.

D. Kerangka Pemikiran

Gambar 1Kerangka Pemikiran Oleh Peneliti

26
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan penelitian
Penelitian pada hakikatnya adalah berusaha mendapatkan informasi
tentang sistem yang ada (beroperasi) pada objek yang sedang diteliti, maka
peneliti perlu menentukan cara menemukan informasi tentang sistem yang
sedang dicari itu. Cara menemukan informasi itulah yang bervariasi baik dengan
menggunakan metode kuantitatif, kualitatif, maupun menggabungkan dari kedua
metode tersebut. Setiap metode yang diambil memerlukan rancangan atau
prosedur penelitian28.
Metode penelitian berasal dari dua kata yaitu metode dan penelitian.
Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang artinya cara atau jalan.
Metode merupakan cara yang teratur untuk mencapai suatu tujuan yang
diinginkan. Sehubungan dengan upaya ilmiah, metode menyangkut cara kerja

28
Galang Surya Gumilang, “Metode Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Bimbingan Dan Konseling,”
Jurnal Fokus Konseling 2, no. 2 (2016): 144.

27
untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Oleh
karena hal tersebut, metode dapat diartikan sebagai cara mendekati, mengamati,
dan menjelaskan suatu gejala dengan menggunakan landasan teori29

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian adalah kualitatif. Metode
kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisiobjek
yang alamiah, (lawannya adalah ekperimen), di mana peneliti merupakan
intrumen kecil, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna daripada generalisasi. 30
Alat pengumpul data dalam penelitian kualitatif adalah:
wawancara mendalam, observasi partisipasi, field notes, atau open ended. Data
yang terkumpul dari alat pengumpul data dapat berbentuk kata-kata,
gambargambar, dan dokumen-dokumen. 31

C. Data dan Sumber Penelitian


Data adalah catatan berdasarkan kumpulan fakta. Data penelitian kualitatif
pada umumnya berupa kata, ungkapan, kalimat dan tindakan. Data kulaitatif
bukan merupakan data keras (hard data) yang berupa angka-angka statistik, seperti
dalam penelitian kuantitatif.32 Data dokumen yang diperoleh berupa gambar atau
foto-foto dokumentasi kegiatan Karang Taruna AKATARU yang didapatkan dari
hasil observasi dan wawancara dengan narasumber.

D. Teknik pengumpulan data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualititif lebih banyak
menggunakan wawancara, observasi, FGD (forum group discussion), dan studi
perpustakaan. Sumber utama dari data kualitatif adalah kata-kata tindakan,

29
http://id.m.wikipedia.org/wiki/m diakses pada 25 Mei 2023 13.14 WIB.
30
Afiffudin dan Beni Ahmad, Metodologi Penelitian Kualititatif (Jawa Barat: CV Pustaka Setia, 2009),
56-57
31
Gumilang, “Metode Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Bimbingan Dan Konseling,” 147
32
Farida Nugrahaini, “Metodologi Penelitan Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa”, (Surakarta:
2014), 107.

28
sedangkan data tertulis, foto, dan statistik merupakan data tambahan. Dalam
penelitian ini, Peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode
wawancara dan metode observasi.
a. Metode wawancara
Teknik wawancara, merupakan teknik penggalian data melalui
percakapan yang dilakukan dengan maksud tertentu, dari dua pihak atau
lebih. Pewawancara(interviewer) adalah orang yang memberikan
pertanyaan, sedangkan orang yang diwawancarai (interview) berperan
sebagai narasumber yang akan memberikan jawaban atas pertanyaan yang
disampaikan.33
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan wawancara secara
mendalam kepada anggota maupun pengurus Karang Taruna AKATARU.
Selain itu Peneliti menggunakan data lain sebagai pendukung yang telah
didapatkan dari berbagai sumber yakni seperti buku, internet, arsip, dan
sumber tertulis lain yang dapat mendukung penelitian ini.
b. Observasi
Metode observasi merupakan cara yang sangat baik untuk
mengawasi perilaku subjek penelitian dalam lingkungan, waktu dan
keadaan tertetu. Metode penelitian ini dapat memberikan pemahaman
tentang apa yang terjadi dalam hubungan antara penyedia layanan dan
pengguna, atau dalam keluarga, komite, unit lingkungan atau tempat
tinggal, sebuah organisasi besar atau sebuah komunitas.34 Metode observasi
dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat secara langsung bagaimana
kegiatan yang dilakukan oleh anggota Karang Taruna AKATARU dalam
menciptakan pemuda kreatif dan solid.

E. Teknik Pengolahan Data


Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Metode deskriptif kualitatif adalah metode yang digunakan untuk
menggambarkanatau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunajan
33
Nugrahani, “Metodologi Penelitan Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa”, 125.
34
Alibi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Sukabumi: CV Jejak, 2018), 110.

29
untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Fokus penelitian ini adalah
komunikasi organisasi karang taruna dalam menciptakan pemuda kreatif pada
Karang Taruna AKATARU dengan indikator: proses dan peran komunikasi
organisasi dalam Karang Taruna AKATARU.

F. Analisis Data
Analisis data yang dimaksud adalah data yang telah terkumpul seperti
beberapa catatan lapangan, hasil wawancara, foto, maupun artikel, dan
sebagainya. Analisis data ini dilakukan ketika mulai dilakukannya pengumpulan
data hingga akhir laporan itu telah jadi. Menurut Miles & Huberman (1992: 16)
analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi
data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi.35
Mengenai ketiga alur tersebut secara lebih lengkapnya adalah sebagai
berikut:
a. Reduksi Data
Reduksi data, yaitu bagian dari proses analisis untuk
mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang
tidak penting dan mengatur data sehingga dapat disimpulkan. Data
yang direduksi adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara yang
dilakukan dengan narasumber.
Dalam penelitian ini, Penulis mengurangi data yang tidak
diperlukan, dan memasukkan data yang berkaitan dengan penelitian
yaitu mengenai komunikasi organisasi dan kepemimpinan.
b. Penyajian Data
Penyajian data, yaitu susunan informasi dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sebagainya. Sehingga
mempermudah untuk memahami apa yang terjadi serta merencanakan
kerja selanjutnya. Penyajian data dalam penelitian ini berbentuk teks
atau narasi mengenai strategi humas, kemudian menguraikan setiap
temuan peneliti berdasarkan teori yang digunakan.

35
Milles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1992), 16.

30
c. Menarik Kesimpulan
Penarikan kesimpulan, yaitu suatu kesimpulan yang terverifikasi
dengan cara melihat dan mempertanyakan kembali, dengan meninjau
kembali secara sepintas pada catatan lapangan untuk memperoleh
pemahaman yang lebih cepat. Penulis menarik kesimpulan dalam
penelitian ini setelah melakukan observasi dari lapangan.36

G. Pengecekan Keabsahan Data


Untuk mengecek keabsahan data pada penelitian ini, penulis menggunakan
metode triangulasi. Triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara dan waktu. 37Dalam uji validitas di penelitian ini, penulis
menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi sumber berarti menguji
kredibilitas data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber.38

36
Sugeng Puji Laksono, Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif (Malang: Kelompok Intrans Publising,
2016), 152.
37
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2014), 273.
38
Ibid, 274

31
DAFTAR PUSTAKA
Cangara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008),
Hlm.19.
I. R.Wayne Pace; II. Don F. Faules,
Komunikasi Organisasi : Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan.(Telkom
University: Remaja Rosdakarya, 2007), Hlm 170
http://ejournal.uinsuka.ac.id/dakwah/JPMI/ article/downloadSuppFile/011-01/24
Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 77 “Pedoman Karang Taruna”. 2010
Rosady Ruslan, Mananjemen Public Relation & Media Komunikasi (Konsepsi dan
Aplikasi), (Jakarta; Rajawali Pers, 2014), 81.
Suryanto, Pengantar Ilmu Komuikasi, (Bandung; CV Pustaka Setia, 2015), 54
. 25 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta; Bumi Aksara, 2015), 2.
Khomsahrial Romli, Komunikasi Organisasi (PT. Grasindo ; Jakarta 2011), 2
ibid,13
Poppy Ruliana, Komunikasi Organisasi Teori dan Studi Kasus, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2014), 131-132.
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Edisi Ketiga, (Cet. X; Jakarta:
Rajawali Pers, 2012), 15.
Khomsahrial Romli, Komunikasi Organisasi (PT. Grasindo ; Jakarta 2011), 176
Ibid, 177.
Doyle paul jhonson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, terj. Robert. M. Z. Lawang,
(Jakarta: PT. Gramedia, 1998), hlm. 81
Taufik Abdullah, Durkheim dan Pengantar Sosiologi Moralitas, (Jakarta:Yayasan Obor
Indonesia, 1986), hlm. 81-125.
David Berry, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003), hlm. 4-5.
Doyle Paul Jhonson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, terj. Robert. M. Z. Lawang,
(Jakarta: PT. Gramedia, 1998), hlm.183.
Tom Campbell, Tujuh Teori Sosial, (Yogyakarta: Kanisius 1994). Hlm. 185
Ibid… Hlm. 183.
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (Remaja Rosdakarya,
Bandung 1992), 45
Rismayanti, “Hambatan Komunikasi Yang Sering Dihadapi Dalam Sebuah
Organisasi”, Jurnal Al-Hadi 4, No. 1 (2018), 830-830

32
Wayne, Pace dan Faules, Komunikasi Organisasi “Strategi Meningkatkan Kinerja
Perusahaan”, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), Hlm.59
Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi . (Bumi Aksara : Jakarta., 2005), Hlm.39.
Pamungkas, Putra. Skripsi;” SISTEM KOMUNIKASI ORGANISASI KARANG
TARUNA DALAM MENINGKATKAN MORAL PEMUDA (Studi pada Karang Taruna
Setya Bhakti Dusun Karangkepoh Kecamatan Karanggede Kabupaten
Boyolali)”(Salatiga: INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA,2020)
Hal.72
Suhara , budhi rizki dan sapari, yusuf; “Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi
Terhadap KohesivitasKelompok Karang Taruna Tunas Jaya(StudiDeskriptif
KuantitatifdiDesa Mekar Jaya, Ciawi GebangKuningan)”(CIREBON; Pengaruh Iklim
Komunikasi Organisasi Terhadap KohesivitasKelompok Karang Taruna Tunas Jaya
(StudiDeskriptif Kuantitatifdi Desa Mekar Jaya, Ciawi GebangKuningan ) Hal.56
Alfarizi, mohammad; “KOMUNIKASI ORGANISASI KARANG TARUNA DALAM
MENINGKATKAN MOTIVASI PEMUDA KREATIF (Studi Pada Karang Taruna Suryo
Pandhowo Desa Prajegan Kec. Sukorejo Kab. Ponorogo)” (INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI (IAIN) PONOROGO(2020) Hal 76.
Hasan, Hamid Badawi; ““SOLIDARITAS PEMUDA PERKOTAAN DI
YOGYAKARTA” (Karang Taruna di Kampung RW 01 Suryowijayan Kecamatan
Mantrijeron), (UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA (2016) Hal 80
Galang Surya Gumilang, “Metode Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Bimbingan Dan
Konseling,” Jurnal Fokus Konseling 2, no. 2 (2016): 144.
http://id.m.wikipedia.org/wiki/m diakses pada 25 Mei 2023 13.14 WIB.
Afiffudin dan Beni Ahmad, Metodologi Penelitian Kualititatif (Jawa Barat: CV Pustaka
Setia, 2009), 56-57
Gumilang, “Metode Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Bimbingan Dan Konseling,”
147
Farida Nugrahaini, “Metodologi Penelitan Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan
Bahasa”, (Surakarta: 2014), 107.
Nugrahani, “Metodologi Penelitan Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa”,
125.
Alibi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Sukabumi: CV
Jejak, 2018), 110.
Milles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta: Universitas Indonesia Press,
1992), 16.
Sugeng Puji Laksono, Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif (Malang: Kelompok
Intrans Publising, 2016), 152.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2014), 273.
Ibid, 274

33

Anda mungkin juga menyukai