Anda di halaman 1dari 101

METODE PEMBINAAN KEPEKAAN LINGKUNGAN PADA

ANGGOTA DI KOMUNITAS TEATER DIDIK IAIN


PURWOKERTO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah IAIN Purwokerto


Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:
Arief Abdul Hakim
NIM. 1423101050

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PURWOKERTO
2019
ii
iv
METODE PEMBINAAN KEPEKAAN LINGKUNGAN PADA ANGGOTA DI
KOMUNITAS TEATER DIDIK IAIN PURWOKERTO

ARIEF ABDUL HAKIM

1423101050

ABSTRAK

Pembinaan Kepekaan lingkungan pada anggota di komunitas teater didik adalah


sebagai bentuk usaha yang diberikan pengurus dan anggota sebagai bentuk motivasi serta
dapat mendorong anggota dalam mengambil keputusan yang terbaik, membentuk kembali
sikap sesuai dengan nilai – nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Pelaksanaan
pembinaan kepekaan dilakukan dengan meberikan dan membiasakan pembinaan pada
kegiatan positif lainnya yang nantinya dapat dijadikan pedoman dalam proses, dengan tujuan
untuk meningkatkan serta menumbuh rasa kepedulian dan empati yang tinggi, sehingga
anggota tetap mendapatkan perhatian dan pembinaan, salah satunya dengan pembinaan
kepeekan anggota. Pembinaan kepekaan pada anggota komunitas teater didik tidak terlepas
dengan ajaran Instiut akademik yaitu pembinaan sosial agama atau spritual, seperti melalui
gelora malam Jum’at, Tadarus Puisi. Dengan bentuk pembinaan kepekaan melalui kegiatan
tersebut pengurus serta pembina ingin menumbuhkan rasa kesadaran diri bahwa perhatian
pada diri kita, kita mengevaluasi dan membandingkan prilaku yang ada pada standard dan
nilai – nilai internal.

Penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan


pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan di sebuah organisasi intra kampus yaitu
Komunitas Teater Didik IAIN Purwokerto, adapun teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan
teknik analisis data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan verifikasi data.

Dari hasil penelitian yang peneliti peroleh adalah menunjukan bahwa pengurus dari
Komunitas Teater Didik IAIN Purwokerto. Pengurus dalam hal ini merupakan seseorang
yang bereperan dalam proses pembinaan kepekaan. Dalam proses pembinaan kepekaan pada
anggota menggunakan model, pola ataupun bentuk pembinaan pembinaan kelompok dengan
aspek pembinaan yaitu pembinaan fisik dan mental, seperti latihan olahraga, kecakatan, dan
pembinaan daya tangkap

Kata kunci : Metode Pembinaan, Kepekaan, Teater

v
Motto
“Learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow. The important
thing is not to stop questionin”

vi
PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan ras syukur kepada Allah SWT, taburan cinta

dan kasih saying-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan

ilmu sehingga atas karuni-Nya serta kemudahan yang diberikan penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam kuhaturkan untukmu

Baginda Nabi Muhammad SAW, dalam kepenulisan skripsi ini

kupersembahkan karya ini

1. Kedua orang tua penulis, (Alm) Bapak M. Sujana Satibie dan Ibu

Darmiyanti adalah orang yang pertama harus penulis ucapkan terima

kasih yang tak terhingga, karena jasa – jasa beliau berdua yang tak

terkira kepada diri penulis dan yang selalu menjadi tauladan yang baik,

memberikan cinta dan kasih sayangnya dengan tulus, dan selalu

mengiringi langkah penulis dengan untaian doa. Semoga (Alm) Bapak

dan Ibu selalu dalam naungan rahmat-Nya. Amin

2. Kepada kaka tercinta Jayanti Eka Fitri serta Dian Anggraeni Kusuma

Lestari yang sudah mau membantu dalam membiayi semua urusan

perkuliahan yang diberikan demi kelancaran skripsi dan segenap

keluarga penulis yang sudah membantu doa, motivasi serta dorongan

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

3. Ketiga terima kasih kepada Rizky Riyanti Azhary yang sudah

membangun sadarkan dalam segalanya mulai dari pengerjaan skripsi

hingga semuanya yang membuat penulis tambah semangat dalam

vii
melakukan aktivitas keseharian. Dengan begitu penulis mengucapkan

banyak – banyak terima kasih atas apa yang sudah diberikan oleh-Nya

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Ilahi Rubbi, dan rasa terima kasih yang pertama penulis

sampaikan kepada Allah SWT atas kasih sayang, kemurahan dan segala karunia-Nya

yang tiada mampu tertulis disetiap dinding kehidupan, sekalipun dengan tujuh kali

lipat tinta air samudra, berkat hidayah dan inayah-Nya pula penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul Metode Pembinaan Kepekaan Lingkungan Pada

Anggota di Komunitas Teater Didik IAIN Purwokerto. Untuk memenuhi tugas

melengkapi syarat memperoleh gelar sarjana strata atau pendidikan Agama Islam

pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto.

Sholawat serta salah senantiasa tercurah kepada Nabi Agung Muhammad

SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya dan semoga syafaat yang selalu

dinanti – nanti selalu tercurahkan bagi kita semua. Amin Ya Rabbal’alamini

Dengan segala kerendahan hati penulis, sampaikan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu terselsaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih atas penulis

sampaikan kepada:

1. Dr. H. Moh. Roqib, M.Ag., Rektor Institus Agama Islam Negeri Purwokerto

2. Dr. Fauzi, M.Ag. Wakil Rektor I Institut Agama Islam Negeri Purwokerto.

3. Dr. H. Ridwan, M.Ag., Wakil Rektor II Institut Agama Islam Negeri Purwokerto

4. Dr. H. Sulkhan Chakim, S.Ag., M,M. Wakil Rektor III Institut Agama Islam

Negeri Purwokerto

5. Prof. Dr. H. Abdul Basit. M,Ag., Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Institut Agama Islam Negeri Purwokerto;

ix
6. Dr. Muskinul Fuad, M,Ag., Wakil Dekan I Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Institut Agama Islam Negeri Purwokerto;

7. Dr. Hj. Khusnul Khotimah, M.Ag., Wakil Dekan II Fakultas Dakwah dan

Komunikasi Institut Agama Islam Negeri Purwokerto

8. Dr. Musta’in. S.Pd., M.Si. Wakil Dekan III Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Institut Agama Islam Negeri Purwokerto

9. Bpk Ahmad Muttaqin S.Ag., M,Si Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak

memberikan bimbingan, masukan serta arahan kepada penulis selama penulisan

skripsi ini.

10. Segenap Dosen dan Staff Administrasi Fakultas Dakwah Institut Agama Islam

Negeri Purwokerto Segenap dosen dan Karyawan Institut Agama Islam Negeri

Purwokerto

11. Segenap pegawai perpustakaan yang telah membantu penulis dalam mencari

referensi guna penulisan skripsi penulis;

12. Rizky Riyanti Azhari orang yang paling berharga dan membantu dalam

membangun kesadaran saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Dani Purwani, selaku Ketua Komunitas Teater Didik Institut Agama Islam Negeri

Purwokerto yang telah memberikan ijin untuk melakukan observasi dan

wawancaranya

14. Semua Pengurus Komunitas Teater Didik Institut Agama Islam Negeri

Purwokerto yang telah banyak memberikan informasi, data tentang penelitian

terima kasih atas waktu yang telah diberikan.

x
15. Agus Riyanto yang sudah membantu penulis dalam memperoleh informasi

tentang Komunitas Teater Didik Institut Agama Islam Negeri Purwokerto data

tentang penelitian, terima kasih atas waktu yang sudah diluangkan

16. Rohmat Nur Hidayat alias Pawon yang sudah membantu penulis dalam

memperoleh informasi tentang Komunitas Teater Didik Institut Agama Islam

Negeri Purwokerto, serta telah memberikan saya ruang untuk istirahat dan belajar.

17. Sufi Ma’sum alias Burik juga turut membantu dalam memberikan saya ruang

untuk belajar

18. Yanuar Ariffudin alias Lading yang telah berjuang bersama – sama

19. Kepada seluruh orang – orang yang setia di Komunitas Teater Didik Institut

Agama Islam Negeri Purwokerto

20. Seluruh sahabat dan kerabat dari Forum Komunikasi Teater Kampus Purwokerto

yang sudah mempercayai saya untuk ikut belajar bersama di ruang yang sama.

21. Dan seluruh teman – teman UKM dan UKK yang sudah mau menerima saya di

ruang untuk belajar bersama.

22. Semua pihak yang telah membantu dan mendampingi penulis selama

mengerjakan skripsi ini, semoga Allah memberikan balasan yang baik

Hanya ucapan terima kasih yang dapat penulis sampaikan dan juga permohonan

maaf yang sebesar - besarnya atas segala kesalahan. Semoga allah senantiasa

memberikan pertolongan, keberkahan dan ampunan-Nya kepada semuanya. Dan

semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi penulis.

xi
Akhirnya hanya kepada Allah penulis memohon petunjuk dan berserah diri serta

memohon ampunan serta perlindungan-Nya. Penulis menyadari skripsi yang telah

ditulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan dimasa mendatang.

Semoga karya sesederhana ini membawa manfaat bagi penulis pada khususnya dan

bagi pembaca pada umumnya. Amin ya Rabbal’alamin

Purwokerto, 5 September 2019

Penulis,

Arif Abdul Hakim


Nim. 1423101050

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i


PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................... ii
PENGESAHAN ......................................................................................... iii
NOTA DINAS PEMBIMBING................................................................ iv
ABSTAK .................................................................................................... v
HALAMAN MOTTO ............................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... ix
DAFTAR ISI .............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Definisi Operasional.................................................................. 7
C. Rumusan Masalah ..................................................................... 8
D. Tujuan Penelitian....................................................................... 9
E. Manfaat Penelitian .................................................................... 10
F. Kajian Pustaka........................................................................... 10
G. Sistematika Penulisan ............................................................... 13
BAB II MEMBANGUN KEPEKAAN LINGKUNGAN
A. Teori Perubahan Perilaku .......................................................... 15
B. Tinjauan Pembinaan .................................................................. 22
C. Tinjauan Kepekeaan .................................................................. 33
D. Teori Tanggung Jawab .............................................................. 40
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .......................................................................... 49
B. Lokasi Penelitian ....................................................................... 50
C. Obyek Penelitian ....................................................................... 50
D. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 52
E. Metode Analisis Data ................................................................ 57

xiii
BAB IV PEMBINAAN KEPEKAAN LINGKUNGAN
A. Profil Komunitas Teater Didik .................................................. 61
B. Paradigma Lingkunga ............................................................... 67
C. Penyajian Data Pembinaan Kepekaan Lingkungan Pada Anggota di
Komunitas Teater Didik ............................................................ 69
D. Analisis Data ............................................................................. 76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 82
B. Saran – saran ............................................................................ 83
C. Kata Penutup ............................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Organisasi adalah suatu kelompok orang yang bekerja sama untuk

tujuan bersama. Sedangkan secara terperinci pengertian organisasi adalah

sebagai tempat atau wadah untuk berkumpul dan bekerja sama secara rasional

dan sistematis, terencana, terpimpin, dan terkendali, dalam memanfaatkan

sumber daya uang, metode, material, dan lingkungan, dan sarana-prasarana,

data dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien efektif untuk mencapai

tujuan organisasi.

Ditinjau dari pengertian organisasi yang beragam seperti pengertian

organisasi secara umum dan luas, para ahli juga mengemukakan pendapatnya

Menurut Dimock organisasi adalah perpaduan secara sistematis bagian


– bagian yang saling bergantungan atau berkaitan untuk membentuk sautu
kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi dan pengawasan dalam
usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.1
Stephen P. Robin adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan
secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang
bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan
bersama atau sekelompok tujuan2
Melayu S.P, Hasibuan adalah sebagai proses penentuan,
pengelompokan, penentuan, pengelompokan, dan pengaturan, bermacam-
macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan bersama3.
Organisasi menurut Hebert A. Simon, Donald W, Smithburg, dan
Victor A. Thompson sebagaimana di kutip dari sutarto adalah suatu sistem
terencana mengenai usaha kerjasama dalam mana setiap peserta mempunyai

1
Khaerul Umam, Perilaku Organisasi, (Bandung, CV Pustaka 2010), hlm 22
2
Achmad Sobirin, Budaya Organisasi, (Yogyakarta, UUP STIM YKPN 2007) hlm 7
3
Malayu S.P Hasibuan, Organisasi dan Motivasi, dasar peningkatan produktivitas,
(Jakarta, Bumi Pusaka 2011) hkm 15

1
2

peranan yang diakui untuk menjalankan dan kewajiban – kewajiban untuk


dilaksanakan.4
Teknik pengorganisasian adalah usaha sadar yang dilakukan oleh suatu

organisasi dengan menggunakan daya analisis untuk menelaah kelemahan-

kelemahan dalam keefektifan dan koordinasi organisasi dalam mencapai

tujuan, dan mencari strategi dan serangkaian kegiatan untuk mengatasinya.5

Teknik pengorganisasian dengan pendekatan tujuan merupakan

pendekatan yang masih banyak digunakan oleh banyak organisasi. Tetapi

masih mantap untuk digunakan dalam menggunakan keefektifan organisasi.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam teknik pendekatan tujuan ini

adalah menganalisa tujuan untuk menemukan ketidakefektifan, kedua adalah

merumuskan tujuan tersebut, ketiga adalah merumuskan gambaran keadaan

sekarang, keempat adalah mengidentifikasi kemudahan-kemudahan dan

hambatan-hambatan. Langkah ini sangat lah penting dan merupakan kunci

untuk mengembangkan serangkaian kegiatan dalam rangka mencapai tujuan

keefektifan. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan nyata yaitu

mengembangkan serangkaian kegiatan dalam menanggulangi atau mengatasi

ketidakefektifan organisasi. Mengembangkan serangkaian kegiatan harus

mempertimbangkan secara cermat kemudahan-kemudahan dan hambatan-

hambatan yang di hadapi organisasi.

Sedangkan Kepekaan secara sederhana dapat diartikan sebagai

kemampuan untuk berinteraksi secara cepat dan tepat terhadap obyek atau

situasi sosial tertentu yang ada di sekitarnya. Yang pada intinya untuk
4
Sutarto, Dasar – dasar Organisasi, (Yogyakarta, UGM pres 2006), hlm 27
5
Imam Moedjiono, Kepemimpinan dan Keorganisasian, (Yogyakarta : UII Press, 2002),
hlm. 135.
3

mengikis egosentrisme anak dan mengembangkan empatinya terhadap orang

lain yang ada di sekitarnya. Yang di antaranya adalah berbagi dengan orang

lain, bersedia membantu orang yang membutuhkan6.

Latihan kepekaan (sensitifity training) merupakan latihan dengan

kelompok. Oleh karena itu metode ini dinamakan pula metode T-group

(T=training) dalam metode ini yang dimakasud dengan kepekaan adalah

kepekaan dengan diri sendiri dan terhadap hubungan diri sendiri dengan orang

lain. Metode ini berlandaskan pada anggapan bahawa kesulitan untuk

berprestasi di sebabkan oleh adanya persoalan emosional dari kelompok

orang-orang yang harus mencapai tujuan. Metode ini beranggapan bahwa`

apabila persoalan emosional itu dapat diatas maka dengan sendirinya kesulitan

untuk beradaptasi `dapat dihilangkan.

Latihan kepekaan merupakan teknik latihan kelompok dengan maksud

untuk mempertajam daya peka, kecepatan reaksi, mempertajam perasaan

dalam menghadapi berbagai masalah yang timbul. Kelompok kepekaan ada

tiga, yaitu kelompok tak dikenal, kelompok semi kenal, dan kelompok yang

dikenal. Dalam kelompok tak dikenal para peserta latihan berasal dari

bermacam-macam organisasi dan mereka satu sama lain tidak saling kenal,

mengenal. Dalam kelompok semi kenal peserta latihan berasal dari organisasi

yang sama tetapi lain satuan sehingga ada sebagian yang telah kenal dan

sebagian lagi belum saling kenal. Dalam kelompok yang mengenal peserta

6
Marselius Sampe Tondok, Melatih Kepekaan Sosial Anak, Harian Surabaya Post, 2012,
hlm 6
4

latihan berasal dari satuan yang sama sehingga mereka saling mengenal satu

sama lain.7

Teater sebagai sebuah pertunjukan tidak terlepas dari aspek tanda dan

simbol kehidupan manusia yang merupakan bahan penciptaan bagi penulis

maupun pekerja seni teater lainnya akan membangun karya seni pertunjukan

penuh dengan tanda dan simbol-simbol yang bersifat universal tersebut

diyakini sebagai dasar dari komunikasi teater. Landasan teroritis maupun

praktisnya kemudian membentuk ajaran tentang masalah hukum dan konvensi

yang umumnya berlaku proses dan penciptaan karya sebuah teater atau

produksi drama. salah satu bentuk mengekspersikan adalah karakter yang di

bangun dalam penanaman kepedulian sosial kepada seksama sebelum

melakukan sebuah pertunjukan. Serta memberikan pandangan luas terhadap,

bagaimana tumbuh rasa kepedulian yang tinggi atau bisa disebut dengan

kepekaan.

Berarti maksud dari kepeduliaan adalah seluruh anggota yang ada di

Komunitas Teater Didik diwajibkan untuk menumbuhkan rasa kepekaannya,

karena itu adalah sebagai pedoman di teater. Bahwa teater tidak hanya

mengajarkan tentang tata cara drama saja, melainkan tentang menumbuhkan

rasa kepemilikan pada anak atau anggota supaya lebih meningkatkan rasa

kepedulian terhadap lingkungan sosialnya.

Namun pada kondisi dan sosial yang ada di komunitas teater didik

mengalami kepekaan yang relativ rendah yang dimana pada setiap anggota

7
Sutarto, Dasar-dasar Organisasi, (Yogyakarta, UGM pres 2000), hlm. 418
5

tidak memiliki kesadaran yang utuh terhadap kepekaan tersebut. Dengan

kepekaan yang relativ rendah itu akan timbul dampak solidaritas seksama

anggota rendah, lingkungan fisik tidak terawat, kesadaran yang rendah. Dari

dampak tersebut akan menimbulkan rasa ketidaknyamanan dalam beraktivitas

dan berkreativitas.

Teater idealnya yaitu membentuk kembali sikap dan perilaku yang

sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Secara umum teater

sebagai tempat yang bertugas untuk mengekspresikan dalam pembinaan

karakter yang di bangun. Para senior ataupun dewan pendamping yang selalu

setia memberikan arahan supaya anggota bisa tumbuh dan berkembang

dengan kepekaan terhadap lingkungan sosialnya.

Dalam hal ini, teater merupakan pendidikan nonformal yang berupaya

mewujudkan potensi anak dengan memberikan pembinaan karakter.

Pengetahuan tanpa landasan kepribadian yang benar akan menyesatkan, dan

keterampilan tanpa kesadaran diri akan menghancurkan. Melalui penanaman

kepekaan sebagai media untuk pembinaan dan memberikan motivasi yang di

bentuk dengan metode dan proses yang bermartabat. Kepekaan bukan sekedar

penampilan lahiriah, melainkan mengungkapkan secara implist hal-hal yang

tersembunyi. Kepakaan yang baik mencakup pengertian, keperdulian dan

tindakan berdasarkan nilai-nilai etika serta meliputi aspek kognitif, emosioanal

dan prilaku dari kehidupan moral8

8
Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter Di Sekolah (
Jogjakarta: DIVA Pers, 2013), hlm. 27.
6

Dalam pembentukan manusia, menurut Siti Irine proses sosialisai

adalah proses belajar seseorang menghayati norma-norma kelompok tempat ia

hidup sehingga terbentuk diri yang unik9. Kepekaan sosial bukan suatu

kemampuan yang dibawa sejak lahir, kepekaan sosial muncul dan berkembang

melalui pengalamann. Pengalaman belajar individu diperoleh dari hasil

interaksi antar pribadi dengan orang lain.

Ini semua ditekankan kepada kepakaan sosial (sosial sensivity).

Kepekaan sosial adalah suatu kecerdasan dalam bidang sosial. Kepekaan

sosial merupakan kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain,

kemampuan untuk bereaksi secara cepat dan tepat terhadap objek serta situasi

sosial tertentu yang ada disekitarnya. Namun kepekaan sosial muncul sendiri

dalam diri individu, perlu adanya penanaman, pembentukan dan bimbingan

sikap sejak dini.

Menyadari potensi masalah akibat kepekaan yang relativ rendah, maka

komunitas teater didik melakukan tindakan yang secara khusus diarahkan

sebagai bentuk kepekaan anggota. Untuk memberikan perhatian yang lebih

menyeluruh bagi pendidikan yang semestinya, yaitu membantu memberikan

pembinaan baik itu fisik, mental maupun sosial dan memberikan kesempatan

menempuh pendidikan formalnya. Begitu juga dengan nilai-nilai budaya yang

diterimanya. Hal ini di butuhkan bagi anggota yang mengalami

permaslahannya, baik masalah dengan teman sebaya, ekonomi, dan juga

budayanya.

9
Siti Irene Astuti Dwiningrum, Pendidikan Sosial Budaya, (Yogyakarta, UNY
Press,2016), hlm 102
7

B. Definisi Operasional

Untuk menjaga agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami

judul skripsi yang berjudul Pembinaan Kepekaan Lingkungan Pada Anggota

di Komunitas Teater Didik IAIN Purwokerto – Banyumas. Maka perlu penulis

jelaskan istilah – istilah yang penulis gunakan dalam judul diatas.

1. Pembinaan

Kata pembinaan mampunyai arti usaha atau tindakan yang

dilakukan secara efektif dan efisien memperoleh hasil yang baik.

Sedangkan karakter merupakan sifat akhlak atau budi pekerti yang

membedakan seseorang dengan yang lain. Pengertian akhlak dalam

pembentukan kepribadian yang di artikan sama dengan budi pekerti,

akhlak mengajarkan bagaimana seseorang berhubungan dengan Tuhan

Penciptanya, sekaligus bagaimana seseorang harus berhubungan dengan

sesama manusia.10

2. Kepekaan lingkungan

Kepekaan berasal dari kata peka, menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia “peka berarti mudah merasa, sensitif11, maka kepekaan berarti

suatu atau keadaan sensitif sesuatu12. Jadi kepekaan merupakan

kemampuan dalam menjalin hubungan dengan orang lain, kemampuan

10
Sjrkawi, Pembentukan Kepribadian Anak Peran Moral Intelektual, Emosional, dan
Sosial Sebagai wujud Integritas Membangun Jati Diri, ( Jakarta : PT. Bumi Aksara,2006). Hlm 27
11
W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka,2007) hlm 856
12
J.S Badudu dan Sutan Mohammad Zain, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Sinar Harapan,1994) hlm 1021
8

untuk berinteraksi secara cepat dan tepat terhadap objek serta situasi

tertentu yang ada di sekitarnya.

3. Anggota

Anggota adalah orang yang telah menjadi bagian dari sekumpulan

golongan yang telah megikuti tahapan untuk masuk kejenjang pendidikan

yang di bimbing oleh seseorang atau lembaga untuk memberikan arahan,

pemeliharaan, perawatan dan pendidikan dan kesehatan karena mengalami

masalah disorganisasi dan kriris ekonomi, moral dan juga budaya.

4. Komunitas Teater Didik

Komunitas Teater Didik adalah Sebuah lembaga yang berdiri di

dalam instansi kampus atau intra kampus, yang menjadi sebuah wadah

untuk anak-anak berekspresi dengan metode drama atau teater. Bergerak

di bidang kesenian dan budaya. Dalam pengasuhan anak pembinaannya

hampir sama dengan organisasi yang lain maupun bentuk fisik, mental,

sosial dan budaya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, yang menjelaskan

mengenai anak-anak yang mengalami disorganisasi dan krisis budaya juga

ekonomi keluarganya yang nantinya akan mendapatkan pengasuhan dari

pengurus untuk di bina dan mendapatkan pengasuhan baik itu fisik, mental,

sosial dan budaya oleh pihak yang berwewenang baik itu perseorangan

ataupun lembaga seperti di Komunitas teater didik. Oleh karena itu komunitas
9

teater didik menangakap realitas yang terjadi dengan berupaya anak-anak yang

berada di dalam organisasi tersebut bisa lebih peka terhadap permasalahan di

dalam masyaraka, budaya, dan lingkungan. juga mengembangkan bakat dari

setiap individu yang dimilikinya. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah: Bagaimana upaya pembinaan anggota dalam penanaman kepekaan

lingkungan yang dilakukan di Komunitas teater didik IAIN purwokerto?

D. Tujuan Penelitian

Dengan mengacu pada latar belakang masalah dan perumusan masalah

yang telah ditemukan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

medeskripsikan upaya pembinaan anggota dalam penanaman kepekaan

lingkungan yang di lakukan di Komunitas Teater Didik IAIN Purwokerto.

1. Mengetahui pembinaan kepekaan lingkungan pada anggota

Komunitas Teater Didik melalui analisis terhadap perlibatan

anggota dalam Produksi

2. Mengkaji pada pembinaan kepekaan lingkungan melalui analisis

olah rasa dan olah sukma

3. Mengkaji pola relasi anggota Komunitas Teater Didik dalam

mengembangkan kepekaan lingkungan melalui analisis kegiatan

rutin sehari-hari
10

E. Manfaat Penelitian

1. Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan suatu masukan

yang positif dan mampu menghasilkan paradigma baru, serta

memberikan sumbangan pemikiran mahasiswa terutama yang mau

mengkaji tema yang sama

2. Menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi peneliti dan sebagai

sumber acuan konselor dalam merealisasikan tugasnya

3. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat khususnya para orang

tua tentang pentingnya berorganisasi dalam pembinaan dalam

menumbuhkan rasa kepekaan yang tinggi

F. Kajian Pustaka

Kajian pustaka sering disebut dengan teoritis yang mengemukakan

teori-teori yang relevan dengan masalah yang diteliti atau kajian tentang ada

atau tidaknya studi, buku, makalah yang sama atau mirip dengan judul penulis

susun

Pertama, dalam jurnalnya Stefanus Suprijitno Mahasiswa Universitas

Kristen Petra Fakultas Sastra 2017 yang berjudul “Teater sebagai Media

Untuk Pengabdian Masyarakat” dalam tulisannya fungsi sosial seni hanyak

untuk seni, seperti ungkapan dalam bahsa Prancis l’art pour I’art, Namun
11

demikian, dalam perkembangannya dunia seni tidak berdiri sendiri. Karya seni

juga terkait dengan komunitas sosial yang berada di luar dunia seni.13

Kedua, dalam skripsinya dari Atsna Nida Azkiya Mahasiswa UIN

Sunan Kalijaga Jurusan Dakwah 2017 yang berjudul “Bimbingan Kelompok

Dalam Meningkatkan Kepekaan Sosial Siswa MAN 4 Bantul Yogyakarta”

dalam skripsinya adalah untuk meningkatkan kemampuan bereaksi secara

cepat dan tepat terhadap objek serta situasi tertentu yang ada disekitarnya14

Ketiga, dalam skripsinya dari Emma Rohima Mahasiswa Unversitas

Islam Negeri Sumatera Utara 2018 yang berjudul “Upaya Meningkatkan

Kepekaan Sosial Dengan Teknik Diskusi Di MAN Bandar” kepekaan sosial

yang diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk bereaksi secara cepat dan

tepat terhadap obyek atau situasi sosial tertentu ada disekitarnya. Terdapat

beragam kepekaan sosial diantaranya adalah berbagi dengan orang lain, sedia

membantu orang yang membutuhkan. Jadi kepekaan sosial dapat ditarik

sebagai sebuah tindakan dari seseorang individu yang berasal dari dalam

dirinya untuk ikut merasakan dan merangsang atas setiap kejadian yang terjadi

di sekelilingnya. Baik itu tentang peristiwa menyedihkan ataupun peristiwa

menyenangkan.15

Keempat, dalam jurnalnya dari Nanang Arisona Mahasiswa Institut

Seni Fakultas Seni Pertunjukan Jurusan Teater 2012 yang berjudul

13
Stefanus Suprijitno, Teater Sebagai Media Untuk Pengabdian Masyarakat, 2017, vol. 3,
no 1, hal 97
14
Atsana Nida Azkiya, Bimbingan Kelompok Dalam Meningkatkan Kepekaan Sosial
Siswa MAN 4 Bantul Yogyakarta, Skripsi, (Purwokerto: UIN Sunan Kalijaga Juru`san Bimbingan
dan Konseling Islam, 2017), hlm x
`15Emma Rohima, Upaya Meningkatkan Kepekaan Sosial Dengan Teknik Diskusi Di
MAN Bandar, Skripsi, (Sumatera Utara, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara), hlm 9
12

“Perjuangan Teater Muslim Diantara Dominasi Arena Sosial Kelompok-

kelompok Teater Sekuler” T eater Indonesia yang bernafaskan islam menjadi

minoritas di tengah-tengah mayoritas penduduk Indonesia yang beragama

Islam. Keberadaan teater modern bernafaskan Islam didominasi oleh teater-

teater sekuler.Teater muslim merupakan grup teater yang mampu melawan

dominasi teater-teater sekuler dalam sebuah arena sosial. Arena sosial penuh

dengan manuver-manuver, baik dari individu, kelompok, maupun lembaga

untuk mencapai posisi tertentu. Secara kultural Teater Muslim mampu

mengatasi berbagai manuver yang dilakukan oleh teater sekuler.16

Dari keempat penelitian diatas yang membahas mengenai upaya

peningkatan kepekaan dan teater sebagai media dakwah adalah cara untuk

meningkatan reaksi secara cepat dan tepat terhadap obyek dan situasi sosial.

Maka penulis menemukan persamaan dan perbedaan dengan skripsi yang

penulis buat. Keempatnya memiliki persamaan yang hampir sama yaitu

tentang meningkatkan rasa kepekaan dalam melakukan pembinaan dan teater

adalah obyek sebagai medianya dalam pembinaan. Sedangkan Penulis

meneliti Metode Pembinaan Kepekaan Pada Anggota Di Komunitas Teater

Didik IAIN Purwokerto

16
Nanang Arisona, Perjuangan Teater Muslim Diantara Dominasi Arena Sosial
Kelompok-kelompok Teater Sekuler, 2012, vol. 1, no 1, hal 74
13

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan hal yang sangat penting karena

mempunyai fungsi untuk meyatakan garis-garis besar dari masing-masing bab

yang saling berkaitan dan beraturan.

Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi kekeliruan dalam

penyusunan sehingga akan terhindar dari kesalahan ketika penyajian

pembahasan masalah secara garis besar, skripsi ini terdiri dari tiga bagian

yaitu bagian awal, bagian utama, dan bagian akhir. Bagian awal skripsi ini

meliputi halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan,

halaman moto, halaman kata penghantar, halaman daftar isi dan halaman

persembahan.

Bagian isi skripsi memuat pokok-pokok permasalahn yang dituangkan

dalam lima bab yang saling terkait satu sama lainnya. Adapun sistem

penulisan yang digunakan ialah sebagai berikut:

Bab I pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah, definisi

oprasional, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

dan sistematika pembahasan.

Bab II Landasan Teori. Membahas tentang, 1) perubahan tingkah laku,

2) pembinaan, 3) kepekaan lingkungan, 4) Pembinaan Sikap Drama turgi

Bab III Metode penelitian. Bab ini berisi pembahasan mengenai

langkah-langkah atau prosedur penelitian. Membahas subjek, objek, jenis

penelitian, serta cara-cara mengumpulkan data.


14

Bab , IV Hasil Data dan Analisis Data. Bab ini berisi penyajian hasil

data dan analisis data mengenai skripsi dan metode pembinaan kepekaan

anggota di Komunitas Teater Didik.

Bab V penutup. Terdiri dari kesimpulan dan saran-saran


BAB II

MEMBANGUN KEPEKAAN LINGKUNGAN

A. Teori Perubahan Prilaku

1. Pengertian perilaku

Harlock berpendapat bahwa perilaku sosial menunjukan

kemampuan untuk menjadi orang yang bermasyarakat. Lebih lanjut lagi,

perilaku sosial adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

perilaku umum yang ditunjukkan oleh individu dalam masyarakat, yang

pada dasarnya sebagai respon terhadap apa yang dianggap dapat diterima

atau tidak dapat diterima oleh kelompok sebaya.

Perilaku tersebut ditunjukan dengan perasaan tindakan, sikap

keyakinan, kenangan, atau rasa hormat terhadap orang lain. Perilaku sosial

adalah aktivitas fisik dan psikis seseorang terhadap orang lain atau

sebaliknya dalam rangka memenuhi diri atau orang lain yang sesuai

dengan tuntutan sosial.

Perilaku secara bahasa berarti cara berbuat atau menjalankan

sesuatu sesuai dengan sifat atau layak bagi manusia. Secara sosial berarti

segala sesuatu mengenal masyarakat atau kemasyarakatan. Sedangkan

secara istilah diartikan sebagai berikut ini. Perilaku sosial adalah aktivitas

fisik dan psikis seseorang terhadap orang lain atau sebaliknya dalam

15
16

rangka memenuhi kebutuhan diri atau orang lain yang sesuai dengan

tuntutan sosial.1

Perilaku juga sering disebut dengan akhlak atau moral. Moral ialah

kelakuakn yang sesuai dengan ukuran-ukuran (nilai-nilai) masyarakat,

yang timbul dari hati dan bukan paksaan dari luar, yang disertai pula oleh

rasa tanggung jawab atas kelakuan atau tindakan tersebut.2

Dari pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku

sosial adalah seseorang merupakan sifat relative untuk menanggapi orang

lain dengan cara yang berbeda-beda. Sebagai contoh, dalam melakukan

kerjasama, ada orang yang melakukannya diatas kepentingan pribadinya,

ada orang yang bermalas-malasan, tidak sabar dan hanya ingin untung

sendiri.

Namun adapula individu yang mengalami kesulitan bergaul dapat

pasif tetapi dapat pula agresif. Pada individu yang pasif, manifestasi

kesulitan bergaul ini dalam bentuk ketidak beranian memulai sesuatu

percakapan, kesulitan untuk berkata tegas terhadap diri sendiri atau orang

lain, pada umumnya mereka tidak mempunyai teman akrab. Pada diri

agresif , kesulitan bergaul ini termanifestasi dalam usaha dengan

menguasai dalam usaha individu untuk menentang perasaan malu dengan

cara menguasai lingkunggannya.

Kinerja perilaku yang nampak adalah ketidak tepatan sikap

maupun perilaku, dan cenderung menyerang dan menyakiti orang lain,

1
E.B Hurlock, psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga 2003), hal 261-264
2
Drajat, hygiene mental, (Bandung: Gramedia Pustakatama 2005), hal 89
17

baik secara verbal maupun non verbal, dalam lingkup pergaulan, remaja

yang mengalami kesulitan bergaul merasa dirinya berada pada posisi yang

sulit apalagi karakteristik remaja yang pada periode perkembangannya

mengalami perubahan fisik sedemikian rupa. Sehingga kadang-kadang

menyebabkan enggan membina hubungan sosial. Penilaian yang rendah

pada keadaan tertentu akan menyebabkan individu mengalami penolakan

diri dan sulit menerima diri apa adanya, tidak yakin pada dirinya dan

mengira orang disekitar tidak menyukainya, peka terhadap kritik,

responship terhadap pujian, dan pesimis.

Bantuan yang diberikan pada individu yang mengalami kesulitan

bergaul dapat dilakukan dengan melatihkan keterampilan sosial yang tidak

dimiliki individu yang bersangkutan. Melalui pelatihan keterampilan

sosial. Keterampilan ini dapat dilatihkan karena hubungan sosial

merupakan keterampilan yang dapat terus dikembangkan dengan belajar.3

2. Prilaku manusia dalam perspektif psikologi sosial

Teori-teori yang dianggap mampu menjelaskan perilaku seseorang,

difokuskan pada dua kemungkinan, pertama perilaku diperoleh dari

keturunan dalam bentuk instink-instink biologis, lalu dikenal dengan

penjelasan “nature”, dan yang kedua perilaku bukan diturunkan melainkan

diperoleh hasil pengalaman selama kehidupan mereka- dikenal dengan

penjelasan “nature”. Penjelasan “nature” dirumuskan oleh ilmuwan Inggris

3
Neila ramdhani, perubahan perilaku dan konsep remaja yang suliit bergaul
setelah menjalani pelatihan keterampilan sosial, Jurnal Psikologi, (Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada, 1996), vol 23, no 1, hal 14.
18

Chales Darwin pada abad kesembilan belas dimana dalam teorinya

dikemukakan bahwa semua perilaku manusia merupakan serangkaian

instink yang diperlukan agar bisa bertahan hidup.

Berbagai alternativ yang berkembang dari kedua kedekatan tersebut

kemudian memunculkan berbagai perspektif dalam psikologi sosial,

seperangkat asumsi dasar tentang hal paling yang bisa dipertimbangkan

sebagai sesuatu yang bisa digunakan untuk memahami perilaku sosial.

Ada empat perspektif yaitu:

a. Perilaku (behavioral perspective)

b. Kognitif (cognitive perspective)

c. Struktural (structural perspective)

d. Intraksionis (interactionist perspective)

Perspektif prilaku dan kognitif lebih banyak digunakan oleh para

psikolog sosial yang berakar pada psikologi. Mereka sering menawarkan

jawaban apa berbeda atas sebuah pertanyaan: “seberapa besar perhatian

yang seharusnya diberikan oleh para psikolog sosial pada kegiatan mental

dalam upayanya lebih memahami perilaku sosial?” perspektif perilaku

menekankan, bahwa untuk dapat lebih memahami perilaku seseorang,

seyogyinya kita mengabaikan informasi tentang apa yang dipikirkan oleh

seseorang.

Sebaliknya perspektif kognitif menekankan pada pandangan bahwa

kita tidak bisa memahami perilaku seseorang tanpa mempelajari proses

mental mereka. Manusia tidak menanggapi lingkungannya secara


19

otomatis. Perilaku mereka tergantung pada bagaimana mereka berfikir dan

mempersepsi lingkungannya.

Perspektif struktural dan interaksionis lebih sering digunakan oleh

para psikolog sosial yang berasal dari disiplin sosiologi. Pertanyaan

umumnya ialah: “sejauhmana kegiatan-kegiatan individual membentuk

interkasi sosial?”. Perspektif struktural menekankan bahwa perilaku

seseorang dapat dimengerti dengan sangat baik jika diketahui peran

sosialnya.

Sedangkan perspektif interaksionis lebih menekankan bahwa

manusia merupakan agen yang aktif dalam menetapkan perilakunya

sendiri, dan mereka yang membangun harapan-harapan sosial. Manusia

bernegoisasi satu sama lainnya untuk membentuk interkasi dan

harapannya.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku

Perilaku ada jenis yang pertama yaitu perilaku yang alami atau

refleksif dan yang kedua yaitu perilaku operan atau bentukan. Perilaku

yang dialami yaitu perilaku yang terjadi reaksi secara spontan terhadap

rangsangan yang mengenai organisme yang bersangkutan. Perilaku ini

merupakan perilaku yang dibawa sejak manusia lahir sedangkan perilaku

operan atau bentukan yaitu perilaku yang melalui proses belajar, latihan,

pembentukan dan pembiasaan. Perilaku sosial manusia dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu :


20

a. Faktor dari dalam (Internal)

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri

seseorang. Faktor-faktor tersebut dapat berupa insting, motif dari

dalam dirinya, sikap serta napsu. Faktor internal ini dipengaruhi oleh

dua faktor yaitu faktor biologis dan faktor sosio psikologis. Faktor

biologi seperti kebutuhan makan dan minum, kebutuhan seksual serta

kebutuhan melindungi dirinya dari bahay. Untuk sosiopsikologis

berupa kemampuan afektif yang berhubungan dengan emosional

manusia, kemampuan kognitif yang merupakan aspek intelektual yang

berkaitan dengan apa yang diketahui manusia serta kemampuan

komatif yang meruopakan aspek volisional yang berhubungan dengan

kebiasaan kemauan bertindak.

b. Faktor dari luar (eksternal)

Faktor eksternal adalah faktor yang berasa dari luar diri seseorang

atau individu faktor yang timbul dari keluarga, sekolah dan masyarakat

akan mempengaruhi perilaku sosial seseorang individu, faktor

eksternal ini dapat berupa pengaruh lingkungan sekitar dimana

individu tersebut dan ditambah dngan adanya reinforcement (hukuman

dan hadiah) yang ada dalam komunitas tersebut.

Pengaruh lingkungan terhadap perliaku individ dapat berupa

kondisi masyarakat, perubahan iklim dan cuaca serta faktor ekonomi

individu. Kondisi masyarakat yang baik dan stabil akan berdampak

baik pada perilaku seseorang, begitu juga jika kondisi masyarakat yang
21

tidak kondusif akan menimbulkan perilaku yang buruk sebagai bentuk

perwujudan dan dari perasaan dan emosional.

Faktor eksternal yang selanjutnya adalah adanya hadiah dan

hukuman. Hukuman ataupun hadiah akan menjadi pendorong yang

sangat kuat dalam perilaku manusia. Seseorang akan selalu berprilaku

baik dengan harapan akan mendapatkan hadiah. Adanya hukuman juga

akan menjadi kendali serta kontrol terhadap sosial manusia. Dengan

adanya hukuman dan hadiah maka seseorang akan selalu berhati-hati

dalam bertindak dan berprilaku.

Faktor-faktor tersebut akan memepengaruhi bentuk dan perilaku

manusia dalam kehidupannyal. Begitu banyak dan begitu kompleks faktor

yang mempengaruhi perilaku sosial manusia. Baik faktor lingkungan

ataupun adanya reinforcement (hadiah atau hukuman), mempunyai

pengaruh yang cukup signifikan terhadap perilaku sosial. Perilaku yang

timbul juga bermacam-macam sesuai dengan faktor mana yang

menyebabkan dan mempengaruhi. Perilaku baik dan perilaku buruk dapat

timbul karena faktor-faktor tersebut. Untuk perilaku baik tentu tidak

menimbulkan masalah. Namun, untuk perilaku buruk tentu akan

mempengaruhi kehidupan masyarakat sekitar.

4. Konsep Resiko Sebagai Perubahan Perilau

Konsep resiko didasarkan beberapa pada adanya hubungan antara

penyakit dan beberapa atribut atau faktor reisko. Pada kelompok dengan

faktor resiko tertentu memeliki insidensi penyakit lebih tinggi dibanding


22

bila tidak ada faktor resiko. Meskipun sebagian proporsi kelompok yang

berisiko menderita penyakit, tetapi ada sebagian lain yang tidak terkena

penyakit. Resiko berarti ada asosiasi dan bukan penyebab. Konsep faktor

resiko tidak menjelaskan sebab timbulnya penyakit atau mengapa

beberapa individu yang terpapar faktor resiko tidak terjadi sakit.

Secara umum, bila seseorang mengetahui ada resiko terhadap

kesehatan maka secara sadar orang tersebut akan menghindari resiko

tersebut. Sayangnya tidak sesederhana itu. Resiko adalah konsep sehari-

hari, yang ada dalam aspek perilaku. Bukan hanya karena adanya beberapa

resiko yang memang tidak dapat dihindari, tetapi biasanya perilaku yang

menyerempet resiko kadangkala memberikan kepuasan intrinsik pada

orang tersebut yang mungkin bisa di terjemahkan sebagai tantangan.

Bahkan seperti orang makan tanpa cabe yang pedes.

B. Tinjauan Pembinaan

1. Pengertian Pembinaan

Pembinaan secara etimologi berasal dari kata bina yang berarti

membentuk dan membangun.4 Pembinaan merupakan suatu proses untuk

membantu individu dalam rangka menemukan dan mengembangkan

kemampuannya agar seseorang memperoleh kebahagian pribadi

kemanfaatan sosial. Pembinaan menekankan pengembangan manusia pada

segi praktis yaitu mengenai pengembangan sikap, kemampuan dan

4
Tim penyusun kamus pusat bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001)
23

kecakapan. Unsur dari pembinaan adalah mendapatkan sikap (attitude),

dan kecakapan (Skill).5

Pembinaan merupakan usaha yang dilakukan dengan sadar,

berencana, teratur dan terarah serta bertanggung jawab untuk

mengembangkan kepribadian dengan segala aspeknya. Pembinaan dapat

berupa bimbingan, pemberian informasi, stimulasi, persuasi, pengawasan

dan juga pengendalian yang pada hakekatnya adalah menciptakan suasana

yang membantu pengembangan bakat-bakat positif dan juga pengendalian

naluri-naluri yang rendah.6

Upaya pembinaan dilakukan baik secara formal maupun non formal

dilaksanakan secara sadar, bertanggung jawab dalam memperkenalkan,

menumbuhkan, membimbing dan mengembangkan suatu dasar

kepribadian secara seimbang, utuh dan selaras merupakan tujuan dari

pembinaan. Pembinaan dilakukan dengan mendasarkan pada pembinaan

moral agama yang bertujuan untuk memberi batasan-batasan tertentu.

Pendidikan agama dapat dijadikan fundamen atau dasar mental bagi anak

dan menjadi bagian cara berfikir serta bersikap terhadap semua aspek

kehidupan yang dihadapi anak.

5
Kinasih Novarisa, Pola Pembinaan Di Panti asuhan Rumah Yatim Arahman
Sleman Yogyakarta, Skripsi, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2014), hlm
13 diambil dari http: //eprints.uny.ac.id/26950/1/kinasih%20novarisa_10102244005.pdf
diakses tanggal 15 september 2017 pukul 14.00 wib
6
Kinasih Novarisa, Pola Pembinaan Di Panti asuhan Rumah Yatim Arahman
Sleman Yogyakarta, Skripsi, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2014), hlm
14 diambil dari http: //eprints.uny.ac.id/26950/1/kinasih%20novarisa_10102244005.pdf
diakses tanggal 15 september 2017 pukul 14.00 wib
24

Namun, perlu didasari bahwa dengan pembinaan pendidikan agama

saja belum dapat memenuhi kebutuhan jasmani anak, untuk itu perlu

adanya pembinaan pengembangan potensi anak agar anak mampu

mengembangkan dirinya.7 Pembinaan yang dapat diberikan bisa berupa

pembinaan spritual, pembinaan psikis/mental, pembinaan kesehatan dan

pembinaan kedisplinan diharapkan mampu membina anak agar memiliki

kepribadian yang baik dan berkarakter.

2. Obyek Pembinaan

Pembinaan menurut macamnya atau dalam penelitian ini

dimaksudkan sebagai obyek pembinaan meliputi pembinaan orientasi,

pembinaan kecakapan pembinaan kepribadian, pembinaan penyegaran,

pembinaan lapangan.8

a. Pembinaan Orientasi

Pembinaan orientasi (Orientasi Program), merupakan salah satu

bentuk usaha pembinaan terhadap seseorang untuk dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan atau bidang barunya. Pembinaan

ini diadakan untuk sekelompok, orang yang baru masuk dalam suatu

bidang hidup dan lingkungan barunya. Pembinaan orientasi ini

7
Kinasih Novarisa, Pola Pembinaan Di Panti asuhan Rumah Yatim Arahman
Sleman Yogyakarta, Skripsi, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2014), hlm
14 diambil dari http: //eprints.uny.ac.id/26950/1/kinasih%20novarisa_10102244005.pdf
diakses tanggal 15 september 2017 pukul 14.00 wib
8
Irwanto, Pembinaan Anak Kurang Mampu Dan Terlantar Pada UPTD, Panti
Sosial Asuhan Anak Harapan Di Kota Samarinda, eJournal Administrasi Negara, vol 5
hlm 5203 di ambil dari hhtp://ejurnal.an.fisip.-unmul.ac.id/s2-34-08).pdf ite/wp-%20(12-
16-0 diakses tanggal 3 november 2017 pukul 19.30 wib
25

membantunya untuk mendapatkan hal-hal pokok. Seperti persepsi,

pengetahuan dan wawasan, atau penyesuaian dengan lingkungan yang

baru seseuai dengan bidangnya. Dengan pembinaan orientasi

diharapkan dapat memudahkan seseorang dalam berinteraksi dan

memahami kondisi lingkungan yang baru.

b. Pembinaan Kecakapan

Pembinaan kecapakan (Skill Training) merupakan pembinaan

pada seseorang agar mempunyai kemampuan untuk melakukan

sesuatu. Pembinaan ini diadakan untuk membantu seseorang guna

mengembangkan kecakapan yang sudah dimiliki atau mendapatkan

baru yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya. Pembinaan ini

meliputi intelektual, emosi, dan spiritual,

c. Pembinaan Pengembangan Kepribadian

Pembinaan pengembangan kepribadian (Personality

deveploment training), merupakan proses pembinaan sikap atau

prilaku seseorang pembinaan ini sangat berguna bagi seseorang agar

dapat mengembangkan diri sesuai kemampuan yang dimilikinya.

Pembinaan ini dilakukan dengan membiasakan hal-hal yang baik atau

positif kepada seseorang. Pembinaan ini meliputi dari kebiasaan.

d. Pembinaan Penyegaran

Pembinaan penyegaran (Refreshing Training) merupakan

pembinaan pada seseorang yang berkaitan dengan kesehatan jasmani.

Pembinaan ini berfungsi sebagai penyegar keadaan yang sehat dan


26

nyaman serta penambahan pembinaan yang suda ada, agar seseorang

bisa mengembangkan pembinaan yang sudah didapatkan. Pembinaan

ini meliputi kesehatan jasmani dan hiburan.

e. Pembinaan Lapangan

Pembinaan lapangan (Field Training) merupakan proses

pembinaan yang dilakukan secara langsung dan nyata. Pembinaan ini

bertujuan untuk menempatkan seseorang dalam situasi nyata, agar

mendapatkan pengetahuan dan memperoleh pengalaman langsung

dalam bidang yang diolah dalam pembinaan. Misalnya dengan melalui

kegiatan-kegiatan latihan dasar-dasar teater yang menyenangkan dan

sebagainya yang berhubungan dengan kegiatan yang nyata secara

langsung.

3. Tujuan Pembinaan

Pembinaan merupakan kejadian mempertahankan dan

menyempurnakan apa yang telah ada. Dalam pembinaan mempunyai

tujuan untuk mendidik yaitu membimbing anak untuk mencapai

kedewasaan. Membimbing merupakan proses untuk membantu anak untuk

mengenal dirinya dan dunianya sehingga dapat dipahami dalam mendidik,

orang lain hanya sebatas memberikan bantuan agar ia memperoleh

kebahagian pribadi dan kemanfaatan sosial.9

Pembinaan dilakukan untuk membantu seseorang mengenali

hambatan-hambatan baik yang ada di luar maupun didalam hidupnya

9
Veni Rahayu, Pembinaan Karakter Religius Peserta Didik DI Madrasah Aliyah
Negeri Majenang Kabupatan Cilacap, Skripsi, (IAIN Purwokerto, 206)
27

dengan melihat dari segi positif dan negatifnya sehingga dapat

memecahkan masalah yang dihadapi. Pembinaan dapat menggunakan

motivasi seseorang sehingga dapat mendorong seseorang mengambil

keputusan yang terbaik agar tujuan dan sasaran hidupnya tercapai.

Pembinaan membantu mengembangkan dan mendapatkan kecakapan yang

dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan.10

Adapun tujuan pembinaan menurut penulis adalah suatu proses

kegiatan dalam membimbing serta mengembangkan kemampuan dan

potensi yang bertujuan untuk memecahkan hambatan-hambatan atau

masalah-masalah yang dihadapi anak agar mencapai tujuan dan sasaran

yang diharapkan. Tujuan pembinaan juga dimaksudkan untuk memotivasi

dan mendorong anak dalam mengambil keputusan terbaik.

4. Pembinaan Sikap

1. Kajian teater

A. Dramaturgi teater

Teori Dramaturgi bila disimpulkan secara singkat,

memandang bahwa kehidupan manusia itu sebagai sebuah

panggung sandiwara, dimana manusia memainkan peran yang ia

dapat sebaik mungkin agar audience mampu mengekspresikan

dengan baik pementasan teater. Teori dramturgi menurut Erving

Goffman ini tidak lepas dari pengaruh George Herbert dengan

10
Kinasih Novarisa, Pola Pembinaan Di Panti asuhan Rumah Yatim Arahman
Sleman Yogyakarta, Skripsi, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2014), hlm
19 diambil dari http: //eprints.uny.ac.id/26950/1/kinasih%20novarisa_10102244005.pdf
diakses tanggal 15 september 2017 pukul 14.00 wib
28

konsep The Self. Dramaturgi itu sendiri merupakan sumbangan

Goffman bagi perluasan teori interaksi simbolik.

Menurut Mead menyatakan bahwa konsep diri pada

dasarnya terdiri dari jawaban individu atas pertanyaan mengenai

“siapa aku” untuk kemudian dikumpulkan dalam bentuk kesadaran

diri individu mengenai keterlibatannya yang khusus dalam

seperangkat hubungan sosial yang sedang berlangsung. Oleh

karena itu teori dramaturgi ini banyak di ilhami oleh perspektif

interaksi simbolik. Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas

yang merupakan ciri khas manusia, yaitu komunikasi atau

pertukaran simbol pemberian makna. Pada dasarnya interaksi

manusia menggunakan simbol – simbol, cara manusia

menggunakan simbol, merepresentasikan apa yang mereka

maksudkan untuk komunikasi dengan seksamanya, itulah interaksi

simbolik dan itu pulalah yang mengilhami perspektif dramturgis,

maka hal tersebut banyak mewarnai pemikira – pemikiran

dramturgi Erving Goffman. Pandangan Goffman agaknya harus

dipandang sebagai serangkaian tema dengan menggunakan teori.

B. Konsep teori dramturgi

Dramaturgi bukan memandang pada apa yang orang

lakukan, bukan apa mereka lakukan, atau mengapa mereka

melakukan, melaikan bagaimana mereka melakukannya. Bila

melihat terhadap pandangan Kenneth Burke bahwa pemahaman


29

yang layak atas perilaku manusia harus bersandar pada tindakan,

dramaturgi menekankan dimensi ekspresif / impresif aktivitas

manusia. Burke melihat tindakan sebagai konsep dasar dalam

dramatisme. Aksi terdiri dari tingkah laku yang disengaja dan

mempunyai maksud, gerakan adalah perilaku yang mengandung

makna dan tidak bertujuan. Kebutuhan sosial masyarakat untuk

bekerja sama dalam aksi – aksi mereka, bahasapun membentuk

perilaku.

Dramaturgi menekankan dimensi ekspresif dan impresif

aktivitas manusia, bahwa makna kegiatan manusia tedapat dalam

cara mereka mengekspresikan diri dalam interaksi dengan orang

lain yang juga ekpresif. Oleh karena perilaku manusia bersifat

ekspresif inilah makna perilaku manusia bersifat dramatik.

Pendekatan dramaturgis Goffman berintikan pandangan

bahwa ketika manusia berinteraksi dengan sesamanya. Ia ingin

mengelola pesan yang ia harapkan tumbuh pada orang lain

terhadapnya. Yaitu teknik – teknik yang digunakan aktor untuk

memupuk kesan – kesan tertentu dalam situasi tertentu untuk

mencapai tujuan tertentu. Untuk itu, setiap orang melakukan

pertunjukan bagi orang lain.

Menurut Goffman menyatakan bahwa kehidupan sosial itu

dapat di bagi menjadi dua bagian, yaitu panggung depan (front

stage) dan panggung belakang (back stage)


30

1. Panggung depan (front stage)

Panggung depan adalah bagian dari sandiwara yang secara

umum berrfungsi dengan cara – cara formal yang agak baku

untuk mendefinisikan situasi bagi orang – orang yang

mengamati sandiwara itu. Di dalam panggung depan, Goffman

membedakan lebih lanjut bagian depan latar (setting front) dan

bagian depan pribadi (personal). Latar mengacu kepada tempat

atau situasi (scane) fisik yang biasanya harus ada jika para

aktor hendak bersandiwara. Tanpa itu biasanya aktor tidak

dapat melakukan sandiwara. Sedangkan, bagian depan pribadi

(personal) terdiri dari item – item perlengkapan ekspresif yang

diidentifikasi oleh audience dengan para pemain sandiwara dan

mengharapkan mereka membawa hal – hal itu ke dalam latar.

Goffman kemudian memecah bagian depan pribadi menjadi

penampilan dan sikap. Penampilan, meliputi item – item yang

menceritakan pada kata status sosial pemain sandiwara itu.

Sikap, menceritakan kepada audience jenis peran yang

diharapkan dimainkan pemain sandiwara di dalam situasi itu.

a. Penggunaan fisik atau kelakuan

b. Gaya yang kasar dan gaya yang lembut

Aspek – aspek lain dramaturgi dipanggung depan ialah

bahwa para aktor sering berusaha menyampaikan kesan bahwa

mereka lebih dekat dengan audiens dari pada yang sebenarnya.


31

Untuk melakukan hal itu, para aktor harus yakin bahwa audiens

mereka terpisah sehingga keperluan sandiwara itu tidak dapat

diungkap.

Gaya lain yang juga digunakan oleh aktor dalam

memainkan sandiwaranya adalah mistifikasi. Para aktor sering

memistifikasi sandiwara mereka dengan membatasi kontak

antara pemain aktor tersebut dengan para audiens. Dengan

menghasilkan jarak sosial antara pemain aktor tersebut dengan

para audien, mereka mencoba menciptakan suatu rasa kagum

pada audiens.

2. Panggung Belakang (back stage)

Dalam asumsi dasar dari dramturgi ini, Goffman

memandang bahwa panggung belakang atau back stage

merupakan tempat dimana fakta – fakta ditindas di panggung

depan. Panggung belakang merupakan panggung yang

berdekatan dengan panggung depan. Suatu sandiwara akan sulit

dilakukan apabila ada audiens yang memasuki panggung

belakang tersebut, disinilah aktor harus mencegah audiens

memasuki panggung belakang itu.11

C. Karakteristik teori dramaturgi

1. Tidak bersifat makro dan mikro

11
http://sosialmasterpice.blogspot.com/2011/03/teori-dramaturgi-goffman.html
32

Dramturgi menekankan pada bagaimana aktor melakukan

perannya. Tidak menekankan pada faktor – faktor lain diluar

selain hal tersebut

2. Tidak menekankan sebab – akibat

Fokus pendekatan dramturgis adalah bukan apa yang orang

lakukan, bukan apa yang ingin mereka lakukan, atau mengapa

mereka melakukan. Melainkan bagaimana mereka

melakukannya, berdasarkan pandangan Kenneth Burke bahwa

pemahaman yang layak atas perilaku manusia harus bersandar

pada tindakan dramaturgis menekankan dimensi ekspresif /

impresif aktivitas manusia. Burke melihat tindakan sebagai

konsep dasar dalam dramtisme.

3. Cenderung pada Positivisme

Dramaturgi dianggap terlalu condong kepada positifisme.

Pengamat ini menyatakan adanya kesamaan antara ilmu sosial

dan ilm alam, yakni aturan. Aturan adalah pakem yang

mengatur dunia sehingga tindakan nyeleneh atau tidak dapat

dijelaskan secara logis merupakan hal yang tidak patut.

4. Dramaturgi hanya dapat berlaku di Institusi Lokal

Institusi total maksudya adalah institusi yang memiliki

karakter dihambakan oleh sebagian kehidupan atau keseluruhan

kehidupan dari individual yang terkait dengan institusi tersebut,

dimana individu ini berlaku sebagai sub – ordinat yang mana


33

sangat tergantung kepada organisasi dan orang yang

berwewenang atasnya. Ciri – ciri institusi total atara lain

dikendalikan oleh kekuasaan (hegemoni) dan memiliki hierarki

yang jelas.

Dramaturgi dianggap dapat berperan baik pada instansi – instansi

yang menuntut pegabdian tinggi dan tidak menghendaki adanya

“pemberontakan”. Karena di dalam institusi – institusi ini peran – peran

sosial akan lebih mudah untuk diidentifikasi. Orang akan lebih memahami

skenario semacama apa yang ingin dimainkan. Bahkan beberapa ahli

percaay bahwa teori ini harus dibuktikan dahulu sebelum diaplikasikan.12

C. Tinjauan Kepekaan

1. Pengertian kepekaan

Kepekaan berasal dari kata peka yang memiliki arti sensitif.13

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peka adalah mudah

merasa, mudah bergerak dan tidak lalai.14 Dapat disimpulak bahwa

kepekaan adalah rasa mudah sensitif atau perasa.

Seseorang itu harus melihat bahwa dirinya adalah bahagian dari

masyarakat atau sosok orang lain atau sodaranya adalah bahagian darinya

juga. Apabila perasaan seperti ini timbul dalam pribadi seseorang, maka

pasti dia tidak ingin orang lain susah dan menderita. Bukankah

penderitaan orang lain adalah penderitaan kita juga. Biasanya secara

12
http://Pristality.worfpress.com/2011/11/29/teori-dramaturgi-erving-goffman/
13
Mangunsuwito, Kamus Saku Ilmiah Populer, (Jakarta: Widyatamma Presindo,
2011) hal 367
14
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Diunduh dari http://www.kbbi.web.id/peka.
34

pribadi seseorang ingin berilmu tinggi, akhlak yang baik, terhormat, kaya,

istri yang cantik dan sholeha dan sebagainya, apa yang digunakan untuk

pribadinya itu pula keinginannya untuk saudaranya yang lain sebaliknya

apa saja yang tidak diinginkan oleh pribadinya maka dia berharap agar

tidak terjadi pula kepada saudaranya. Demikianlah Hadits Rosulullah

S.A.W menjelaskan bahwa seseorang tidak sempurna imannya sebeleum

ia mencintai saudaranya sebagaimana halnya mencintai akan dirinya

sendiri.15

Kepekaan sosial (socialsensitivity) secara sederhana dapat

diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk bereaksi secara cepat dan

tepat terhadap obyek atau situasi sosial tertentu yang ada disekitarnya.

Terdapat beragam kepekaan sosial diantaranya adalah berbagi dengan

orang lain, bersedia membantu orang menumbuhkan, berani meminta maaf

apabila melakukan kesalahan, serta menghargai orang lain yang memiliki

kondisi yang berbeda.16 Jadi kepekaan dapat diartikan sebagai sebuah

tindakan dari seseorang individu yang berasal dari dalam dirinya untuk

ikut merasakan dan mudah terangsang atau setiap kejadian yang terjadi di

sekelilingnya, baik itu tentang peristiwa menyedeihkan atau peristiwa

menyenangkan,

Kepekaan merupakan kemampuan untuk merasakan dan

mengamati reaksi-reaksi atau perubahan orang lain yang ditunjuknya baik

15
Dharma Kusuma, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah,
(Bandung: Remaja Rosdaya, 2012), hal 76
16
Thomas Lickona, Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Mendidik Siswa
Menjadi Pintar dan Baik, (Bandung: Nusa Media, 2008), hal 83
35

secara verbal maupun non verbal. Seseorang yang memiliki kepekaan

sosial yang tinggi akan mudah memahami dan menyadari adanya reaksi-

reaksi dari orang lain, entah reaksi tersebut positif maupun negatif. Jadi

kepekaan merupakan suatu bentuk perhatian serta kepedulian seseorang

individu terhadap kejadian di sekitar lingkungan yang dilakukan atas

keinginan sendiri tanpa adanya paksaan.

2. Macam-macam kepekaan

Kepekaan merupakan bagian karakter yang terdapat dari dalam diri

seorang individu untuk mudah terangsang terhadap lingkungan sekitarnya

dan di latih keluar perasaan mereka sendiri untuk memasuki perasaan

orang lain. Adapun macam atau sebutan lain dari kepekaan sosial yang

sering kita dengar adalah sebagai berikut:

a. Empati

Empati adalah identifikasi diri pada keadaan orang lain, atau

pengalaman tidak langsung. Empati membantu kita keluar dari diri

sendiri dan masuk ke dalam diri orang lain.

Empati adalah kemampuan mengenali, atau merasakan,

keadaan yang tengah dialami orang lain. Empati memungkinkan kita

keluar dari kulit kita dan masuk ke kulit orang lain. Selain itu empati

juga berarti keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau

mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang

sama dengan orang. Reaksi dari sikap empati ini biasanya adalah
36

tindakan atau perkataan yang mungkin sangat mirip dengan apa yang

diharapkan oleh orang lain.17

b. Kepedulian sosial

Secara sederhana kepekaan dapat diartikan sebagai suatu

keadaan diaman seseorang mudah merasakan perubahan terhadap hal-

hal kecil yang terjadi disekelilingnya. Kepekaan merupakaan bagian

dari karakter kepedulian sosial. Orang-orang yang memiliki karakter

baik bertindak dengan sungguh-sungguh, loyal, berani, berbudi, dan

adil tanpa banyak tergoda oleh hal-hal sebaliknya.

Kepedulian sosial adalah sifat yang membuat pelakunya

merasakan apa yang dirasakan orang lain, mengetahui bagaimana

rasanya jadi orang lain, kadang ditunjukan dengan tindakan memberi

atau terlibat dengan orang lain tersebut18

Adapun aspek-aspek yang menjadi unsur dalam kepedulian

sosial yang berupa tindakan-tindakan seperti tolong-menolong dan

kerja sama.

1) Tolong Menolong

Tolong menolong merupakan kewajiban bagi setiap

manusia, dengan tolong-menolong kita akan dapat membantu

orang lain dan jika kita perlu bantuan tentunya orang pun akan

menolong kita. Dengan tolong menolong kita dapat membina

17
Elfindri, dkk, Pendidikan Karakter Kerangka, Metode dan Aplikasi Untuk
Pendidik dan Profesional, (Jakarta: Baduose Jakarta), hal 95-96
18
Fathul Mu’in, Pendidikan Karakter Kontruksi Teoritik & Praktik (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media), hal 231
37

hubungan baik dengan semua orang. Dengan tolong menolong kita

dapat menumpuk rasa kasih sayang antar tetangga, antar teman,

dan rekan keraja.

Dengan tolong menolong orang lain, kita mendapatkan

kepuasan yang amat bahagia, kebahagian yang tak terkira, juga ada

rasa bahwa kita ini ada dan diperlukan oleh orang lain. Rasa bahwa

kita ini berguna bagi orang lain. Juga dengan mau menolong orang

lain, pasti ada orang yang mau menolong kita, berlaku hukum

sebab akibat.

2) Kerja Sama

Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah Swt. Yang

paling sempurna diantara makhluk lain. Dengan akal budinya,

manusia dapat berfikir dan menemukan cara-cara yang paling tepat

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Baik kebutuhan sebagai

makhluk individual maupun makhluk sosial. Salah satu yang

ditemukan oleh manusia dalam rangka memenuhi kebutuhannya

tersebut adalah kerja sama, manusia sadar bahwa kerja sama,

mereka tidak mungkin memenuhi kebutuhannya sendiri tidak

layak.

Arti kerja sama itu sendiri adalah interaksi sosial antar

individu atau kelompok yang secara bersama-sama mewujudkna

kegiatan untuk mencapai tujuan bersama.


38

3) Kesadaran diri

Kesadaran diri adalah bahwa seseorang itu ada sebagai

makhluk individu. Tanpa kesadaran diri, diri akan menerima dan

mempercayai pemikiran yang ada tanpa merayakan siapakah diri

itu sendiri. Kesadaran diri memberikan orang pilihan atau opsi

untuk memilih pemikiran yang dipikirkan dari pada hanya

memikirkan pemikiran ang dirangsang oleh berbagai peristiwa

yang membawa pada lingkungan kejadian. Teori kesadaran diri

menyatakan bahwa ketika memfokuskan perhatian kita pada diri

kita, kita mengevaluasi dan membandingkan perilaku yang ada

pada standard dan nilai-nilai internal kita. Kita menjadi sadar

sebagai penguji obyek atas diri kita. Berbagai emosi

terintensifikasi oleh kesadaran diri , dan orang biasanya mencoba

untuk mengurangi atau menghindarinya. Tetapi ada pula yang

justru menjadi sadar akan dirinya melalui hal-hal tersebut.19

4) Menghargai Orang Lain

Karakter seseorang yang suka menghargai orang lain

terbangun dari sifatnya yang mau memikirkan kepentingan orang

lain, memiliki rasa pengakuan aras karya, ide, serta kontribusi

orang lain. Orang lain memiliki karakter ini jauh dari sifat egois

yang mementingkan diri sendiri, serta tulus suka mengucapkan

terimakasih atas jasa dan budi baik orang lain. Orang yang suka

19
Muhammad Mustari, Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan Karakter,
(Yogyakarta: LaksBang PRESSindo, 2011) hal 126
39

menghargai akan lebih dihargai dibanding orang yang suka

meremehkan atau merendahkan.20

c. Indikator kepekaan

Berikut adalah indikator tentang kepekaan

1. Indokator kepekaan

a. Perspective taking

Merupakan kecenderungan individu untuk mengambil alih

secara spontan sudut pandang orang lain, perspective taking

menekankan pentingnya kemampuan prilaku yang non-

egosentrik, yaitu prilaku tidak berorientasi pada kepentingan

diri, tetapi pada kepentingan orang lain, perspective taking

yang tinggi dapat dihubungkan dengan baiknya fungsi sosial

seseorang. Kemampuan ini sering pula dengan antisipasi

seseorang terhadap prilaku dan reaksi emosi seseorang,

sehingga dapat dibangun interpersonal yang baik dan penuh

penghargaan.

b. Fantasy

Merupakan kemampuan seseorang untuk mengubah diri

secara imajinatif ke dalam perasaan dan tindakan dari karakter-

karakter khayalan yang terdapat pada buku-buku, layar kaca,

bioskop maupun dalam permainan-permainan.

c. Emphatic concern

20
Elfindri, dkk, Pendidikan Karakter Kerangka, Metode dan Aplikasi Untuk
Pendidik dan Profesional, (Jakarta: Baduose Jakarta), hal 101
40

Merupakan orientasi seseorang terhadap permasalahan

yang dihadapi orang lain meliputi perasaaan simpati dan

peduli. Emphatic concern merupakan cermin dari perasaan

kehangatan dan simpati yang erat kaitannya dengan kepekaan

dan kepedulian terhadap orang lain.21

D. Teori tanggung jawab

1. Pengertian tanggung jawab

Pengertian tanggung jawab adalah keadaan dimana wajib

menanggung segala sesuatu, sehingga berkewajiban menanggung,

memikul jawab, menanggung segala sesuatunya atau memberikan jawab

dan menanggung akibatnya.22

Menurut George Bernard Shaw, Persaingan yang merupakan unsur

pembentuk setiap masyarakat bebas baru mungkin terjadi jika

ada tanggung jawab individu. Seorang manusia baru akan dapat

menerapkan.

Seluruh pengetahuan dan energinya dalam bentuk tindakan yang

efektif dan berguna jika iasendiri harus menanggung akibat dari

perbuatannya, baik itu berupa keuntungan maupunkerugian. $ustru di

sinilah gagalnya ekonomi terpimpin dan masyarakat sosialis: secara

resmimemang semua bertanggungjawab untuk segala sesuatunya, tapi

21
Danang Setiawan, Hubungan Antara Anomie Dengan Kepekaan Sosial Pada
Remaja. Naskah Publikasi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Diunduh dari http://eprints.ums.ac.id20361/24/NASKAH_PUBLIKASI.pdf. Diakses
pada tanggal 11 Februari pukul 09.40 WIB
22
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Diunduh dari http://www.kbbi.web.id/peka
41

faktanya tak seorangpun bertanggungjawab. Akibatnya masih kita alami

sampai sekarang.

dalam diskusi politik sering disebut-sebut istilah tanggung jawab

sosial. Istilah ini dianggap sebagai bentuk khusus, lebih tinggi

dari tanggung jawab secara umum. Namun berbeda dari penggunaan

bahasa yang ada, tanggung jawab sosial dan solidaritas muncul dari

tanggung jawab pribadi dan sekaligus menuntut kebebasan dan persaingan

dalam ukuran yang tinggi. Untuk mengimbangi “tanggung jawab sosial”

tersebut pemerintah membuat sejumlah sistem, mulai dari lembaga federal

untuk pekerjaan sampai asuransi dana pensiun yang dibiayai dengan uang

pajak atau sumbangan-sumbangan paksaan. Institusi yang terkait

ditentukan dengan keanggotaan paksaan. Karen itu institusi-institusi

tersebut tidak mempunyai kualitas moral organisasi yang bersifat sukarela.

Orang yang terlibat dalam organisasi-organisasi seperti ini adalah mereka

yang melaksanakan tanggung jawab pribadi untuk diri sendiri dan orang

lain. Semboyan umum semua birokrat adalah perlindungan sebagai ganti

tanggung jawab.

Menurut Friedrich August von Hayek, semua bentuk dari apa yang

disebut dengan tanggung jawab kolektif mengacu pada tanggung jawab

individu. Istilah tanggung jawab bersama umumnya hanyalah digunakan

untuk menutup-nutupi tanggung jawab itu sendiri.

Kebebasan dan tanggung jawab tidak dapat dipisahkan. Orang

yang dapat bertanggung jawab terhadap tindakannya dan mempertanggung


42

jawabkan perbuatannya hanyalah orang yang mengambil keputusan dan

bertindak tanpa tekanan dari pihak manapun atau secara

bebas. Liberalisme menghendaki satu bentuk kehidupan bersama yang

memungkinkan manusianya untuk membuat keputusan sendiri tentang

hidup mereka. Karena itu bagi suatu masyarakat liberal hal yang mendasar

adalah bahwa setiap individu harus mengambil alih tanggung jawab. Ini

merupakan kebalikan dari konsep sosialis yang mendelegasikan tanggung

jawab dalam ukuran seperlunya kepada masyarakat atau negara.

Kebebasan berarti tanggung jawab: Itulah sebabnya mengapa kebanyakan

manusia takut terhadapnya.

Apabila ia tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang

memaksakan tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawab itu

dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi

kepentingan pihak lain. Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab

(berbudaya). Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari

akibat baik atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak

lain memerlukan mengabdian atau pengorbanannya. Untuk memperoleh

atau me-ningkatkan kesadaran bertanggung jawab perlu ditempuh usaha

melalui pendidikan, penyuluhan, keteladanan, dan takwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa’.23

23
Anas Salahudin, Pendidikan Karakter Berbasis Agama & budaya bangsa, (Bandung:
Pustaka Setia 2013), hal 112
43

2. Dasar-dasar kesadaran tanggung jawab

Kesadaran dan tanggung jawab merupakan ciri manusia sebagai

being-for-self. Dengan demikian being-for-itself bersifat sama luasnya (co-

extensive) dengan dunia kesadaran ada yang terbuka yang cenderung ke

luar diri sendiri. Dalam kesadaran ada subyek dan obyek. “ada yang sadar”

menjadi subyek, tetapi dia juga menjadi obyek. Jadi seolah-olah disitu ada

subyek yang berhadapan dengan obyek. Subyek adalah pengada yang

sadar, sedangkan obyek adalah pengada yang tak sadar. Implikasi lebih

lanjut menurut sartre dasar relasi antar subyek adalah konflik.

Bahwa kesadaran selalu berarti “kesadaran tentang”

(consciousnessof), tetapi dalam kesadaran tercakup juga “obyek-obyek

intensional”. Kesadaran dengan demikian mengandung makna dua hal

yaitu. Pertama kesadaran akan diri (consciousness of self) dan kesadaran

akan sesuatu (consciousness of something). Kesadaran akan diri tidak

dengan pengalaman dirinya, melainkan kehadiran pada diri secara non-

tematis. Sedangkan kesadaran akan sesuatu bersifat mutlak karena tidak

ada dan tidak akan pernah ada kesadaran murni. Kesadaran akan sesuatu

adalah kesadaran tematis.

Dalam kaitannya dengan kebebasan, kesadaran dapat dikatakan

identik dengan kebebasan. Sebab, kesadaran yang selalu mengandung

ketiadaan sama dengan aktivitas kebebesan manusia sebagai makhluk

yang selalu membawa kesadaran.


44

Tata hubungan kesadaran, kebebasan dan tanggung jawab dapat

dilihat dari konsep sartre tentang kesadaran yang bersifat ateis. Dalam

kebebasan mutlak yang bersifat ateis, kesadaran tidak mengakui adanya

ketentuan atau “destiminarsi” otoritas nilai-nilai dan moral yang berasal

dari luar diri manusia termasuk ajaran moral dan Tuhan. Norma-norma

dan nilai-nilai diciptakan oleh kebebasan manusia sendiri. Moral tidak

memiliki dasar kecuali dalam kebebasan. Namun demikian manusia

eksistensi atas dasar kebebasannya telah memilih alternatif yang ada ia

dituntut bertanggung jawab. Namun tanggung jawab ini bersifat

individual, personal.24

3. Jenis-jenis tanggung jawab

Manusia itu berjuang adalah memenuhi keperluannya sendiri untuk

keperluan pihak lain. Untuk itu ia menghadapi manusia lain dalam

masyarakat atau menghadapi lingkungan alam. Dalam usahanya itu

manusia juga menyadari bahwa ada kekuatan lain yang ikut menentukan,

yaitu kekuasaan Tuhan. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat

dibedakan beberapa jenis tanggung jawab

a. Tanggung jawab terhadap diri sendiri

Tanggung jawab terhadap diri sendiri menentukan kesadaran setiap

orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan

kepribadian sebagai manusia pribadi. Dengan demikian bisa

memecahkan masalah-masalah kemanusaiaan mengenai dirinya sendiri

24
Dwi Siswanto, Kesadaran Dan Tangung Jawab Pribadi Dalam Humanisme Jean-Paul
Sartre, Staf Pengajar Universitas Gadjah Mada, Jurnal Filsafat, Juli 1997, hal 29
45

menurut sifar dasarnya manusia adalah mahkhul bermoral, tetapi

manusia juga pribadi. Karena merupakan seseorang yang pribadi

maka manusia mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri,

berangan-angan sendiri.

b. Tanggung jawab terhadap keluarga

Keluarga merupakan masyarakat kecil. Keluarga terdiri dari suami,

isteri, ayah, ibu, anak-anak dan juga orang yang menjadi bagian dari

keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada

keluarga. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga. Tetapi

tanggung jawab juga merupakan kesejahteraanm keselamatan dan

kehidupan.

c. Tanggung jawab terhadap masyarakat

Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia

lain. Sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk sosial. Karena

membutuhkan manusia lain maka ia harus berkomunikasi dengan

manusia lain. Sehingga dengan demikian manusia disini merupakan

anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti

anggota masyarakat yang lain agar dapat melangsungkan hidupnya

dalan masyarakat tersebut.

d. Tanggung jawab terhadap Tuhan

Tuhan menciptakan manusia dibumi ini bukanlah tanpa tanggung

jawab, melainkan untuk mengisa kehidupannya manusia mempunyai

tanggung jawab langsung terhadap Tuhan. Sehingga tindakan manusia


46

tidak bisa lepas dari hukum-hukum Tuhan yang dituangkan dalam

berbagai kitab suci melalui berbagai macam agama. Pelanggaran dari

hukum-hukum tersebut akan segera diperingatkan oleh Tuhan dan jika

dilanggar peringatannya yang keras pu manusia masih juga tidak

menghiraukan maka Tuhan akan melakukan kutukan.

4. Aspek-aspek tanggung jawab

Menurut Burhudin tanggung jawab adalah kesanggupan untuk

menetapkan sikap terhadap sesuatu perbuatan atau tugas yang diemban

dan kesanggupan untuk memikul resiko dari suatu perbuatan yang

dilakukan

Aspek-aspek tangguung jawab menurut burhanudin sebagai

berikut:

a. Kesadaran

Memiliki kesadaran akan etika dan hidup jujur, melakukan

perencanaan dan melaksanakannya secara fleksibel, sikap

produktif dalam mengembangkan diri. Agar memahami sikap

belajar bagi dirinya sendiri.

b. Kecintaan

Memiliki sikap empati, bersahabat, dalam hubungan

interpersonal. Hal ini dikarenakan individu melihat kebutuhan

yang lain dan memberikan potensi bagi dirinya sendiri. Dan

untuk menunjukan ekspresi cintanya kepada yang lain.

c. Keberanian
47

Memiliki kemampuan bertindak independen, mampu

melihat perilaku dari segi konsekuensi atas dasar sistem nilai25.

Dari aspek-aspek yang sudah dijelaskan diatas bahwa aspek

tanggung jawab merupakan kesadaran akan etik, nilai, moral,

kemampuan dalam perencanaan. Memiliki sikap produktif

untuk mengembangkan diri dalam kemampuan yang

dimilikinya serta memiliki hubungan interpersonal yang baik

(empati, bersahabat) dan kemampuan bertindak idependen.

5. Indikator tanggung jawab

Indikator tanggung jawab menurut Nurul Zuriah dalam bukunya

ada 3 yaitu :

1) Menyerahkan tugas tepat waktu

2) Mengerjakan sesuai petunjuk

3) Mengerjakan tugas berdasarkan hasil karya sendiri26

Agus zainal Fitri dalam bukunya juga mengemukakan beberapa

indikator tanggung jawab yaitu:

1) Mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah dengan baik

2) Bertanggung jawab atas setiap perbuatan

3) Melakukan piket sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan

4) Mengerjakan tugas kelompok secara bersam-sama.27

25
Ketut Sudani, Ketut Suami, Made Setuti, Penerepan konseling Eksistensial Humanistik
Teknik Penodelan Untuk meningkatkan Perilaku Tanggung Jawab Belajar Siswa Kelas VIII E SMP
Negeri 1 Sukasada, Jurusan Bimbingan Konseliing FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja,
diunduh dari http://ejournal.undiksha.ac.id
26
Nurul Zuriah, Pendidikan Moral & Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan, (Jakarta:
Bumi Aksara 2011), hal 232
48

Berdasarkan indikator-indikator di atas dapat disimpulkan bahawa

tanggung jawab dapat ditunjukan setiap perbuatan dimana saja dan kapan saja.

27
Agus Zaenal Fitri, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai Etika di Sekolah, (Yogyakarta: Ar-
Rozz Media 2012) hal 43
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian metode mutlak diperlukan karena

merupakan cara yang teratur untuk mencapai suatu tujuan yang dimaksud.

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data dan tujuan dan kegunaan tertentu.1

A. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian

kali ini adalah deskriptif (Descriptive Research) dengan pendekatan

kualitatif, dan akurat mengenai fakta-fakta tertentu, situasi-situasi atau

kejadian-kejadian. Dengan kata lain, pada penelitian deskriptif ini peneliti

hendak menggambarkan suatu gejala (fenomena), atau sifat tertentu, tidak

untuk mencari atau menerangkan keterkaitan antara variabel. Penelitian

desktriptif hanya melukiskan atau menggambarkan apa adanya.

Pendekatan kualitatif merupakan suatu penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada

kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen

kunci, pendekatan kualitatif digunakan untuk mendapatkan data

mendalam. Suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang

1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan, Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D (Bandung, alfabeta, 2016) hlm 3.

49
50

sebenarnya, data yang pasti merupakan suatu nilai dibalik data yang

tampak.2 Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan

bukan angka. Data tersebut juga bisa didapatkan melalui wawancara,

catatan lapangan, foto, video, dokumen pribadi, catatan atau memo dan

dokumen resmi lainnya.

B. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah salah satu

organisasi yang berada di Intra Kampus IAIN Purwokerto. Yang berada di

jalan Jend, Ahmad Yani no 40A, Purwokerto Utara, 53126, Kabupaten

Banyumas. Penulis mengambil lokasi tersebut dengan alasan karena

Komunitas Teater Didik mempunyai karakter dalam membangun

kepekaan anggota dalam pembinaan yang diajarkannya.

C. Obyek dan Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini penulis berupaya menggambarkan pembinaan

kepekaan anggota di komunitas teater didik IAIN Purwokerto.

1. Obyek penelitian

Obyek adalah sasaran dalam sebuah penelitian yang dapat

dijadikan landasan dalam sebuah penelitian. Adapun yang menjadi

obyek penelitian yang di maksud adalah pembinaan kepekaan anggota

di komunitas teater didik IAIN Purwokerto.

2
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan, Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D (Bandung, alfabeta, 2016) hlm 15
51

2. Subyek penelitian

Subyek penelitian adalah orang yang berperan dalam sebuah

penelitian yang dapat memberikan sebuah informasi kepada peneliti

berisi tentang informasi untuk mendapatkan subyek penelitian terlibat.3

Subyek penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan sebanyak

mungkin informasi dari berbagai macam sehingga data yang diperoleh

dapat diakui keberanarannya. Dalam penelitian ini subyek penelitian

yang terlibat adalah.

1) Pembina

Dalam hal ini, Pembina Komunitas Teater Didik IAIN

Purwokerto yang akan dikenai wawancara oleh peneliti, karena

Pembina disini adalah merupakan seorang yang berperan sebagai

orang yang di percayai oleh Organisasi Komunitas Teater Didik

untuk bergerak dan maju kedepan supaya tidak terjadi seuatu

kesalahan atau miss komunikasi, selain itu pembina disini adalah

sebagai penengah untuk meluruskan suatu problematika yang ada

di sebuah Organisasi Komunitas Teater Didik IAIN Purwokerto

juga memberikan peran Pembinaan kepekaan yang baik untuk

jajaran pengurus serta anggota yang lainnya.

2) Pengurus Komunitas Teater Didik periode 2017-2018

Pengurus disini merupakan subyek orang kedua yang akan

di wawancara oleh peneliti, karena pengurus Komunitas Teater

3
Haris Herdiansyah, Metedologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-ilmu Sosial,
(Jakarta: Salelmba Humanika), hlm 5
52

Didik sendiri lah yang berperan aktiv untuk membawa seluruh

anggotanya supaya lebih peka terhadap apapun yang ada. Dan juga

yang memberikan semua kegiatan yang bertujuan positiv untuk

seluruh anggotanya di Komunitas Teater Didik IAIN Purwokerto.

3) Anggota Luar Biasa

Anggota luar biasa merupakan subyek pertama dalam

penelitian ini, karena anggota ini merupakan sasaran utama dari

adanya pembinaan kepekaan ini. Penulis dapat memperoleh

informasi dari anggota. Informasi tersebut didapatkan dari

beberapa teknik penelitian, baik dari hasil observasi, wawancara,

maupun dokumentasi. Anggota yang menjadi obyek dalam

penelitian ini adalah beberapa dari seluruh anggota yang ada di

Komunitas Teater Didik. Kriteria yang menjadi subyek ini adalah

ketua dan juga mantan-mantan ketua serta jajaran yang menjadi

subyek dalam pembinaan kepekaan anggota yang di pakai dalam

metode tersebut.\

D. Metode Pengumpulan data

Metode pengumpulan data adalah segala sesuatu yang menyangkut

bagaimana cara atau dengan apa data dikumpulkan. Dalam penelitian ini,

untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan, penulis menggunakan tiga

teknik yaitu: wawancara, observasi, dan dokumentasi. Untuk lebih

jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:


53

1. Observasi

Obeservasi adalah sesuatu proses yang komplek, sesuatu

proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua

diantara terpenting proses-proses pengamatan dan ingatan.4 Observasi

dilakukan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang

kelakuan manusia seperti yang terjadi dalam kenyataan Teknik ini

digunakan untuk memperoleh data atau informasi dalam wawancara.

Data informasi yang diperoleh melalui pengamatan selanjutnya

dituangkan dalam tulisan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan

observasi non partisipatif. Artinya bahwa peneliti bukan merupakan

bagian dari kelompok yang ditelitinya dan peneliti hanya datang di

tempat kegiatan yang di amati tetapi tidak ikut dalam kegiatan

tersebut. Adapun observasi ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan,

untuk mengerti perilaku, kejadian atau peristiwa langsung terhadap

pembinaan kepekaan anggota di komunitas teater didik IAIN

Purwokerto.

1) Profil Komunitas Teater Didik

Komunitas Teater Didik adalah obyek dari penelitian

penulis. Komunitas Teater Didik ialah sebuah organisasi intra

kampus yang sudah berdiri sejak tahun 1993 sampai 2019

sehingga penulis untuk memperoleh informasi tersebut

penulis menggunakan media dokumentasi sebagai bentuk data

4
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan, Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D (Bandung, alfabeta, 2016) hlm 203
54

yang bisa diperoleh dari hasil observasi data. Dengan begitu

penelitian terhadap Kepekaan anggota di komunitas teater

didik menjadi lebih kuat hasil data yang diperoleh.

2) Metode

Metode merupakan cara yang biasa digunakan oleh

Komunitas Teater Didik IAIN Purwokerto sebagai acuan dari

pembelejaran yang diberikan kepada setiap anggota

komunitas teater didik supaya bisa termanagent dengan baik.

Dengan begitu penulis disini untuk mencari data apa saja

metode yang digunakan oleh Komunitas Teater Didik IAIN

Purwokerto ialah dengan mencari Dokumentasi sebagai hasil

data yang kuat untuk penelitan penulis.

3) Situasi Sehari – hari

Situasi sehari – hari disini merupakan bentuk kegiatan

sehari – hari yang dilakukan oleh anggota komunitas teater

didik atau aktifitas yang sering kali dilakukan oleh para

anggota serta jejerannya di Komunitas Teater didik. Untuk

memperoleh informasi tersebut penulis disini menggunakan

cara observasi terhadap Komunitas Teater Didik untuk

mencapai hasil yang lebih maksimal dalam penelitian ini.

4) Sanksi

Sanksi adalah suatu peraturan yang sudah disepakati

oleh selurus amggota Komunitas Teatar Didik IAIN


55

Purwokerto untuk salah satu utama dalam memegang teguh

pendirian di dalam sebuah organisasi. Dengan begitu data

yang bisa penulis dapatkan dengan cara mendokumentasikan

segala sesuatu bentuk sanksi yang ada di dalam organisasi

Komunitas Teater Didik IAIN Purwokerto dengan begitu

penulis data yang di tampilkan dalam penelitian pun cukup

akurat.

5) Interaksi

Interkasi adalah kegiatan yang sering sekali kita

jumpai dalam sebuah pertemuan antar manusia dalam

menyambung silaturahmi serta komunikasi yang baik. Dalam

hal ini penulis mencantumkan interaksi yang dibangun

didalam sebuah Komunitas Teater Didik IAIN Purwokerto

dengan cara Obeservasi dengan begitu kumpulan data – data

yang dikumpulkan dalam judul Metode Pembinaan Kepekaan

Pada Aggota di Komunitas Teater Didik IAIN Purwokerto

cukup matang dan akurat.

6) Kode Etik

Kode etik pada umumnya adalah suatu tatanan etika

yang telak disepakati kelompok. Umumnya masuk dalam

norma – norma sosial namun bila ada kode etik yang memiliki

sanksi yang agak uk dalam kategori norma hukum yang

didasari kesusilaan. Dengan begitu penulis disini untuk


56

melengkapi penelitian ini data yang bisa di ambil oleh peneliti

ialah dengan cara mendokementasikan semua peraturan -

peraturan yang berada di dalam Komunitas Teater Didik

sebagai bentuk data yang bisa dimasukan dalam penelitian ini.

2. Wawancara

Wawancara merupakan alat pembuktian terhadap informasi

atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang

digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam.

Wawancara mendalam adalah sebuah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab sambil bertatap muka

antara pewawancara dengan informan.5

Dalam penelitian ini wawancara ditujukan informan utama

yaitu pengurus komunitas teater didik IAIN Purwokerto sebagai data

primer. Serta anggota sebagai data sekunder. Metode wawancara ini

digunakan dalam rangka untuk mengetahui keadaan dan situasi

komunitas teater didik, mulai dari latar belakang berdirinya, tujuan-

tujuannya serta model pembinaan yang berlaku disana. Sedangkan yg

menjadi narasumber adalah pembinan, pengurus, anggota luar biasa.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu cara pengumpulan data melalui

peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dam termasuk juga buku-buku

tentang pendapat, teori, dan lain-lain yang berhubungan dengan

5
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan, Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D (Bandung, alfabeta, 2016) hlm 72
57

masalah penelitian.6 Dokumentasi ini digunakan penulis untuk

memperoleh data berupa keadaan komunitas teater didik, keadaan

anggota, sarana dan prasarana dan lain-lain. Serta beberapa

dokumentasi kegiatan yang dilaksanakan berkaitan dengan pembinaan

kepeekaan anggota, data hasil wawancara, dan foto-foto kegiatan yang

terkait dengan judul penelitian.

E. Metode Analisis Data

Analisis data menurut sugiono adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,

catatan lapangan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data

kedalam kategori menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa,

menyusun kedalam pola, memilah milih mana yang penting dan yang akan

dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri

sendiri maupun orang lain.7

Dalam penelitian ini, penulis melakukan analisis data

menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari terus dan polanya

membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang tidak telah

6
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan, Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D (Bandung, alfabeta, 2016) hlm 181
7
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan, Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D (Bandung, alfabeta, 2016) hlm 335
58

direduksi akan memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah

data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan8

Dalam penelitian ini, setelah peneliti menggali banyak data

serta mendapatkannya, akan tetapi kondisi data tersebut masih campur

aduk dengan data lainnya. Maka disinilah peneliti harus bisa memilih

dan memilah data, mana yang penting berkaitan dengan fokus

penelitian yaitu mengenai model pembinaan kepekaan anggota. Data

yang tidak ada kaitannya dengan penelitian atau tidak terpakai, harus

dipisahkan dengan data penting, karena sebagai antisipasi jika suatu

saat diperlukan. Namun jika memang data tersebut sudah benar-benar

tidak terpakai maka harus dibuang.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

penyajian data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagian, berhubungan antar

kategori, dan selanjutnya. Dengan menyajikan data, maka akan

memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.9

Penyajian data ini dilakukan setelah data tereduksi atau dipilih,

maka yang penting dan ada hubungannya dengan fokus penelitian

yaitu pembinaan kepekaan anggota. Proses penyajian data ini

8
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan, Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D (Bandung, alfabeta, 2016) hlm 338
9
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan, Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D (Bandung, alfabeta, 2016) hlm 339
59

dilakukan secara sistematis supaya lebih mudah dipahami dan ditarik

kesimpulannya. Melalui penyajian data, maka daya yang berhubungan

dengan penelitian ini akan terorganisasikan, tersusun dalam pola

hubungan, sehingga mudah dipahami.

Pada penelitian inim data disajikan dalam bentuk uraian.

Penulis menyajikan data yang berkaitan dengan pembinaan kepekaan

anggota, dan kegiatan-kegiatan adalah praktek mencerminkan proses

pembinaan kepekaan anggota komunitas teater didik IAIN Purwokerto,

yang disertakan data berupa hasil wawancara, hasil dokumentasi, dan

juga data pendukung lainnya.

3. Verivication/ verifikasi / penarik kesimpulan

Kegiatan analisis selanjutnya adalah verifikasi dan penafsiran

kesimpulan. Kesimpulan awal ditemukan masih bersifat sementara,

dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat,

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya, tetapi apabila

kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-

bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan

kesimpulan yang kredibel.10 Analisis yang dilakukan selama

pengumpulan data dan sesudah pengumpulan data digunakan untuk

menarik kesimpulan

Kesimpulan juga diverifikasi sebagaiman penulis memproses

verifikasi tersebut kembali ke catatan lapangan atau verifikasi

10
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan, Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D (Bandung, alfabeta, 2016) hlm 345
60

dilakukan secara teliti dengan argumentasi yang panjang dan tinjauan

mendalam terhadap rumusan masalah yang penulis angkat, yaitu

tentang bagaimana pembinaan kepekaan anggota di komunitas teater

didik IAIN Purwokerto.

Dari data yang sudah direduksi dan disajikan, kemudian akan

ditarik kesimpulan. Kesimpulan yang akan diambil merupakan

jawaban dari rumusan masalah dalam pennelitian ini. Temuan dalam

penelitian diharapkan merupakan temuan yang berupa gambaran dari

obyek yang sebelumnya masih belum jelas yaitu tentang pembinaan

kepekaan anggota di komunitas teater didik IAIN Purwokerto sehingga

nantinya jelas.
BAB IV

PEMBINAAN KEPEKAAN LINGKUNGAN

A. Profil Komunitas Teater Didik

Kondisi umum dan sejarah berdirinya Komunitas Teater Didik

Purwokerto

1. Kondisi Umum

Lokasi umum yang menjadi obyek penelitian adalah Komunitas

Teater Didik Purwokerto jl. Jendral Ahmad Yani no 40A, Karanganjing,

Purwanegara, Kec. Purwokerto Utara, Kabupaten Banyumas, Jawa

Tengah. Dengan luas tanah masuk dalam lingkungan Kampus IAIN

Purwokerto1

1). Sebelah Utara : Polres Banyumas

2). Sebelah Timur : Kampus Jendral Soedirman

3). Sebelah Selatan : Rumah Sakit Griatri

4). Sebelah Barat : Stasiun Purwokerto

Akses menuju Komunitas Teater Didik terjangkau karena dekat

dengan Stasiun Purwokerto dengan jalan merupakan salah satu akses yang

menuju rumah sakit griatri dan juga pusat keramaian Baturaden.

2. Sejarah Umum Komunitas Teater Didik2

Komunitas Teater didik adalah sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa

(UKM) yang bergerak dalam bidang pertunjukan/teater. Sebelumnya

bernama teater Gema pada tahun 1989-1991. Kemudian pada tahun 1993

geliat berkesenian mulai di munculkan lagi dan berubah menjadi Teater

1
Dokumentasi dikutip pada tanggal 25 Juni 2019 Pukul 10.00 WIB
2
Dokumentasi dikutip pada tanggal 25 Juni 2019 Pukul 10.00 WIB

61
62

Didik. UKM ini awalnya didirikan sebagai Komunitas untuk berekspresi,

diskusi menyampaikan pesan moral kepada masyarakat kampus, kemudian

beranjak waktu, ditetapkan statusnya menjadi Unit Kegiatan Mahasiswa

yang organisatoris.

Nama Teater Didik diambil dari Jurusan Tarbiyah yang jika

diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi pen-DIDIK-an, saat itu,

kemudian pada sekitaran tahun 2002/2003, berubah menjadi Komunitas

Teater Didik dengan harapan agar, selain menjadi organisasi, teater juga

mampu membangun kultur Komunitas yang berasa kekeluargaan dan

solidaritas. selain itu, dengan konsep gotong royong akan terbangun ikatan

kekeluargaan yang kuat3.

Beberapa hal prinsip dibangun adalah adanya penajaman terhadap

nilai-nilai pendidikan dan agama. Komunitas Teater Didik menggali

karakter dari tahun-ketahun menuju sebuah Komunitas yang dapat

dijadikan sebagai media pendidikan karakter bagi generasi bangsa. Selain

itu, misi dakwah juga termasuk dalam tujuan pokok didirikannya

komunitas ini, dawah melalui kesenian dapat dijadikan sebuah tuntunan

yang menghibur (dalam bahasa jawa disebut sebagai SANDHI : Simbol

WARAH : Petuah)

Membentuk karakter anggota yang mumpuni dalam seni, budaya dan


wacana keilmuan
3. Tujuan

Komunitas Teater Didik IAIN Purwokerto bertujuan untuk

mencapai produktifitas anggota pada wilayah cipta karya yang mewakili

3
Hasil wawancara dengan mantan ketua Komunitas Teater Didik Purwokerto
Pawon(Rohmat Nur Hidayat) pada tanggal 29 Juni 11.00 WIB
63

masyarakat atas persoalannya bertujuan Menggali, mengembangkan,

memaksimalkan serta membentuk pribadi yang peka terhadap realitas

sosial. Serta ada juga dengan memberikan pengalaman emosi atau

pengalaman keindahan yang tidak bisa kita peroleh sehari-hari. Selain itu

dakwah juga sebagai media kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan

memanggil dengan kata lain Komunitas Teater Didik IAIN Purwokerto

adalah tempat berekspresi untuk menyampaikan pesan lewat pergerakan

Teater.4

Demikian Komunitas Teater Didik IAIN Purwokerto mengambil

alih peran kekeluargaan dan juga sebagai pengurus, pembinan, dan

pendamping anak-anak yang sedang menjalani proses kreativ juga

memiliki peran baik, berkarater, yang mampu mengembangkan pribadi,

potensi, dan kemampuan yang wajar. Maka dari itu Komunitas Teater

Didik IAIN Purwokerto memiliki tujuan dalam mendampingi anggota,

berikut merupakan tujuan Komunitas Teater Didik IAIN Purwokerto:5

a) Bidang Rumah Tangga

1. Membina anggota dengan aturan – aturan Komunitas Teater Didik

2. mendidik anggota untuk menjaga silaturahmi antara sesama

anggota baik yang terlebih dahulu masuk teater ataupun yang baru

masuk dunia teater

4
Wawancara dengan mantan Ketua Komunitas Teater Didik Purwokerto Pawon
(Rokhmat Nur Hidayat pada tanggal 29 Juni 2019 Pukul 13.00 WIB
5
Wawancara dengan mantan ketua Komunitas Teater Didik purwokerto Agus
Riyantotanggal 20 Juni 2019 Pukul 10.00 WIB
64

3. melaksanakan dan memfasilitasi kegiatan sosial dengan cara

bekerjasama dengan lembaga lain yang peduli bidang sosial dan

budaya.6

b) Bidang Pelatihan

1. sebagai tempat menumbuhkan rasa kepekaan dan kepedulian

terhadap sesama anggota

2. media yang memfasilitasi anggota untuk mendapatkan pelatihan

keteateran

3. mendidik dan membimbing anggota untuk mengembangkan potensi

yang dimiliki setiap anggota.

c) Bidang Produksi7

1. media pembelajaran bagi anggota

2. menyalurkan minat dan bakat

3. melatih fisik serta pola pikir

Profil Komunitas Teater Didik IAIN Purwokerto8

1). Nama Lembaga : Komunitas Teater Didik

2). Berdiri : 15 Mei 1993

3). Alamat Lengkap : Gd. UKM Lantai 2 IAIN Purwokerto

jl. Jendral Ahmad Yani n0 40A

purwokerto Utara

4). No. Telp/Hp : 081225892579

5). Email : komunitasteaterdidik@gmail.com

6
Wawancara dengan pengurus Komunitas Teater Didik Purwokerto Patil (Silmi Aulia )
tanggal 25 Juni 2019 Pukul 12.00 WIB
7
Wawancara dengan Pengurus Komunitas Teater Didik Purwokerto Kopin (Chotib Bagus
A) tanggal 25 Juni 2019 Pukul 12.00 WIB
8
Dokumentasi dikutip tanggal 25 Juni 2019 Pukul 10.00 WIB
65

d) Kegiatan Komunitas Teater Didik

Jenis kegiatan yang sudah dilaksanakan selama 1 tahun terakhir di

Komunitas Teater Didik ialah sebagai berikut :9

1. Mengadakan kegiatan kumpul teater se-purwokerto untuk menjaga

silaturahmi antara penggiat seni teater di purwokerto

2. Memberikan latihan rutin kepada anggota / latihan olahtubuh/

olahrasa / olahsukma

3. Mengadakan kegitan Tadarus Puisi yag rutin di bulan Ramadhan

sebagai media pembenahan rohani atau

4. Mengadakan Pentas Produksi sebagai final dari tiap-tiap latihan

rutin

“menurut Patil (Silmi Aulia) selaku Pengurus yang memegang di


bidang Kerumah Tanggaan, jadi disini dibidang rumah tangga hal – hal
yang sudah dilakukan dari beberapa program kerja yang dibentuk hampir
semua terlaksana. Hanya saja banyak hal yang terjadi dalam melakukan
pekerjaan dikarenakan dari anggota saya yang dibidang yang sama ini
tidak bisa melaksanakan tugasnya dengan maksimal dikarenakan tuntutan
dari pihak keluarga yang menginginkan anaknya untuk pulang jika tidak
ada kegiatan di komunitas teater didik, hal serupa pun saya alami, saya
tidak bisa stand by 24 jam di kandang (sekretariat). Karena itu dalam
bidang ini terkadang suka terjadi miss komunikasi”10

“menurut Kopin (Chotib Bagus) selaku Pengurus yang memegang


di bidang Produksi, selaku pengurus di bidang Produksi yang pada
tugasnya itu menciptakan karya dari hasil latihan rutin ini merasa kesulitan
dikarenakan pada masa periode ini pendampingan untuk melakukan
kegiatan seperti study pentas tidak terlaksana dikarenakan anggota yang
tadinya masuk di komunitas teater didik ada sekitar 12 anak namun dalam
waktu beberapa bulan yang masih dan bertahan disini ada sekitar 6 anak,
padahal sebelumnya sudah terbentuk kepanitian kecil namun karena
kebutuhan dan kepentingan pribadi dari anggota yang berbeda menjadikan
kegiatan study pentas tidak terlaksana”11
9
Wawancara dengan Ketua Komunitas Teater Didik Purwokerto Lemper (Dani Purwani)
pada tanggal 25 Juni 2019 Pukul 10.00 WIB
10
Wawancara dengan pengurus Komunitas Teater Didik Purwokerto Patil (Silmi Aulia)
pada tanggal 27 Juni 2019 Pukul 12.00 WIB
11
Wawancara dengan pengurus Komunitas Teater Didik Purwokerto Kopin (Chotib
Bagus) pada tanggal 27 Juni 2019 pukul 12.00 WIB
66

A. Struktur Pengurus Komunitas Teater Didik IAIN Purwokerto12

1) Penanggung Jawab : Dr. A. Luthfi Hamidi,M.Ag.

2) Penasehat : H. Supriyanto, L.c,M.Si.

3) Pembina : Dr. Heru Kurniawan, M.A

4) Ketua : Dani Purwani

5) Sekretaris : Dini Anastasya

6) Bendahara : Astri Eka Diana

7) Departemen Rumah Tangga : 1. Silmi Aulia

2. Wilujeng Titi Setiasih

8) Departemen Produksi dan pelatihan : 1. Chotib Bagus Adji D.

2. Miefta Safira Devi

4. Syarat-syarat Penerimaan anggota

Penerimaan anggota baru di Komunitas Teater Didik IAIN

Purwokerto dilakukan pada setiap satu tahun sekali. Dalam penerimaan

anggota di Komunitas Teater Didik ialah yang sesuai dengan kriteria calon

anggota. Adapun persyaratan penerimaan dan sistem penerimaan anggota

sebagai berikut :13

1. Mahasiswa IAIN Purwokerto yang telah mengikuti kegiatan dan lulus

workshop rekruitmen, workshop wajib yang telah ditetapkan pengurus

Komunitas Teater Didik, study pentas dan telah dilantik

2. Bersedia menjalankan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

serta pedoman-pedoman melalui pengurus Komunitas Teater Didik

IAIN Purwokerto.

12
Dokumentasi dikutip tanggal 25 Juni 2019 Pukul 10.00 WIB
13
Dokumentasi dikutip tanggal 25 Juni 2019 Pukul 10.00 WIB
67

3. Memiliki kepedulian terhadap seni dan budaya.

5. Sarana dan Prasarana

1. Sarana

a. Gedung Sekretariatan

b. Gudang

c. Dapur

d. Kamar Mandi

2. Prasarana

a. Peralatan Kantor

b. Peralatan Dapur

c. Peralatan Kesenian

d. Perpustakaan14

B. Paradigma Lingkungan

Bersamaan dengan itu ada perubahan dalam melihat hubungan manusia

dengan lingkngan. Perubahan manusia dengan alam tersebut mulai dari

antroposentrisme, biosentrisme dan ekosentrisme.

Antroposentrisme merupakan suatu etika yang memandang manusia

sebagai pusat dari sistem alam semesta. Di dalam antroposentrisme, etika, nilai

dan prinsip moral hanya berlaku bagi manusia, dan bahwa kebutuhan dan

kepentingan manusia mempunyai nilai paling tinggi dan paling penting. Nilai

tertinggi manusia dan kepentingannya.

14
Obeservasi dilakukan Pada tanggal 25 Juni 2019 Pukul 10.00 WIB
68

Biosentrisme, merupakan suatu paradigma yang memandang bahwa setiap

kehidupan dan makhluk hidup mempunyai nilai berharga pada dirinya sendiri,

sehingga pantas mendapat pertimbangan dan kepedulian moral. Konsekuensinya,

alam semesta adalah komunitas moral.

Ekosentrisme, merupakan suatu paradigma yang lebih jauh jangkauannya.

Pada ekosentrisme, justru memusatkan etika pada seluruh komunitas ekologis,

baik yang hidup maupun yang tidak hidup. Secara ekologis, makhluk hidup dan

benda – benda abiotis lainnya saling berkaitan satu sama lain. Oleh karena itu,

kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi pada makhluk hidup.

Kewajiban dan tanggung jawab moral yang sama juga berlaku terhadap semua

realitas ekologis.

Pada tahun 2016 Komunitas Teater Didik memiliki anggota yang tercatat

ada sekitar 60 anak yang terdiri dari pengurus serta anggota yang masih aktif,

namun dalam selang satu tahun 2017 anggota yang masuk dan yang mengikuti

kegiatan workshop recruitment terhitung sekitar 12 anak. Yang terdiri dari 5 laki –

laki dan 7 perempuan. Dengan begitu adanya penurunan yang sangat drastis yang

di alami oleh Komunitas Teater Didik saat ini15.

Yang dikarenakan kurangnya pendekatan secara emosional yang dilakukan

oleh para pengurus serta anggota yang masih aktif dalam pendekatan secara

emosional. Serta management yang kurang baik yang dilakukan oleh para setiap

anggota yang ada di dalamnya.16

“menurut lemper sebagai ketua di komunitas teater didik hal yang sering terjadi
pada pengurusan saat ini adalah miss nya tanggung jawab terhadap diri sendiri
yang mengakibatkan kinerja dari beberapa teman – teman tidak terlihat hasil yang

15
Obeservasi dilakukan Pada tanggal 25 Juni 2019 Pukul 10.00 WIB
16
Wawancara dengan Pengurus komunitas teater didik purwokerto Kopin (Chotib Bagus
A) tanggal 27 Juni 2019 Pukul 10.00 WIB
69

sangat maksimal. Dari situ kekurangan kekurangan yang terjadi mengakibatkan


anggota – anggota yang merasa kurangnya pendampingan atau pembinaan yang
kurang maksimal”.17

C. Penyajian Data Pembinaan Kepekaan Lingkungan pada Anggota di

Komunitas Teater Didik

Lahirnya Pembinaan Kepekaan lingkungan pada anggota di komunitas

teater didik adalah sebagai bentuk usaha yang diberikan pengurus dan anggota

sebagai bentuk motivasi serta dapat mendorong anggota dalam mengambil

keputusan yang terbaik, membentuk kembali sikap sesuai dengan nilai – nilai

dan norma yang berlaku di masyarakat. Pelaksanaan pembinaan kepekaan

dilakukan dengan memberikan dan membiasakan pembinaan pada kegiatan

positif lainnya yang nantinya dapat dijadikan pedoman dalam proses, dengan

tujuan untuk meningkatkan serta menumbuh rasa kepedulian dan empati yang

tinggi, sehingga anggota tetap mendapatkan perhatian dan pembinaan, salah

satunya dengan pembinaan kepeakan anggota.

Namun pada Pembinaan kepekaan pada anggota komunitas teater didik

tidak terlepas dengan ajaran Instiut akademik yaitu pembinaan sosial agama

atau spritual, seperti melalui gelora malam Jum’at, Tadarus Puisi. Dengan

bentuk pembinaan kepekaan melalui kegiatan tersebut pengurus serta pembina

ingin menumbuhkan rasa kesadaran diri bahwa perhatian pada diri kita, kita

mengevaluasi dan membandingkan prilaku yang ada pada standard dan nilai –

nilai internal. 18

17
Wawancara dengan Pengurus Komunitas Teater Didik purwokerto Lemper (Dani
Purwani ) tanggal 25 Juni 2019 Pukul 10.00 WIB
18
Wawancara dengan mantan ketua komunitas teater didik purwokerto Agus Riyanto
tanggal 20 Juni 2019 Pukul 10.00 WIB
70

Pembinaan selanjutnya adalah pembinaan fisik dan mental, seperti

latihan olahraga, kecakatan, dan pembinaan daya tangkap. Dalam hal ini

pengurus bertujuan untuk membantu anggota rasa kepedulian dan rasa tolong

menolong menjadikan motivasi pada anggota. Pembinaan ini bertujuan untuk

bekal anggota di dalam ataupun di luar lingkungan masyarakat.

Pembinaan kepekaan pada anggota ini dilakukan sebagai media awal

dalam menanamkan nilai – nilai dasar tentang kebaikan yang dapat

membangun kepribadian anggota agar anggota memiliki kepercayaan diri.

Anggota yang memiliki kepercayaan diri tinggi akan mudah dalam

berinteraksi dan menjalin komunikasi dengan orang lain. Dengan dibangunnya

pembinaan kepekaan anggota ini, agar anak tidak mengalami kesulitan dalam

membangun pergaulan dengan dunia sosial maupun dunia pemanggungan.

Sehingga anggota mempunyai daya fikir, sikap dan tingkah laku yang sesuai

dengan apa yang dikerjakan oleh pengurus anggota. Dan perbuatannnya sesuai

asas agama, sosial, serta dramturgi yang dianut.19

“pembinaan yang diberikan oleh pengurus mempunyai peran penting


dalam proses pembinaan kepekaan, dalam rangka untuk mencapai tujuan
pembinaan kepada anggota. Pembinaan yang baik perlu dimiliki seseorang
pengurus yang mumpuni. Dalam proses pembinaan kepekaan ini,
keberhasilan dalam sebuah proses pendampingan bergantung pada cara
pembinaan pengurusnya. Jika cara pembinaan pengurusnya dapat diterima
dengan baik oleh anggota, maka anggota akan antusias, cekatan, dan tingkah
laku pada anggota, baik perilaku dan gaya hidupnya sesuai dengan pedoman
yang berlaku di masyarakat”.20
Pembinaan kepekaan yang diberikan pengurus ini tentunya tidak

langsung secara tiba – tiba pengurus memberikan pembinaan dasar bentuk

19
Wawancara dengan Pembina komunitas teater didik purwokerto Heru Kurniawan pada
tanggal 18Juni 2019 Pukul 20.00 WIB
20
Wawancara dengan peembina komunitas teater didik purwokerto Heru Kurniawan pada
tanggal 20 Juni 2019 Pukul 20.00 WIB
71

awal pembinaan kepekaan kepada anggota, berdasarkan obyek pembinaan

yang dijelaskan dalam penelitian ini bentuk pembinaan dasar yang diberikan

seperti.21

1. Pembinaan Orientasi

Pembinaan orientasi, merupakan salah satu bentuk usaha

pembinaan terhadap anggota komunitas teater didik untuk dapat

menyusuaikan diri dengan lingkungan atau bidang barunya. Pembinaan ini

diadakan untuk anggota yang baru masuk di Komunitas Teater Didik IAIN

Purwokerto. Bagi anggota yang sama sekali belum berpengalaman dalam

kegiatan teater, pembinaan orientasi ini membantunya untuk mendapatkan

hal – hal pokok yang baru, seperti, workshop recruitment, workshop

follow up, Study Pentas, serta Pentas ProdukSi. Dengan adanya

pembinaan orientasi merupakan penyusaian diri dengan keadaan yang

akan di hadapinya melalui proses. Diharapkan dapat mengenalkan dan

mengamalkan tentang ilmu teater dalam kehidupan yang nyata. Serta

memudahkan para anggota dalam berinteraksi dan memahami kondisi

lingkungan yang baru. Dalam hal ini pengurus Komunitas Teater Didik

IAIN Purwokerto memeberikan pembinaan dengan pendidikan dasar

teater, serta pengenalan – pengenalan identitas para seniman yang berada

diluarnya. Juga diharapkan dengan pembinaan orientasi ini angggota dapat

menyusaikan diri dan menjalin hubungan pertemanan atau kekeluargaan

yang baik.

21
Wawancara dengan mantan ketua komunitas teater didik purwokerto Pawon (Rokhmat
Nur Hidaya) pada tanggal29 Juni 2019 Pukul 13.00 WIB
72

2. Pembinaan Kecakapan

Pembinaan kecakapan ini merupakan bentuk dan model pembinaan

dasar yang digunakan dalam membina para anggota dengan memberikan

pengarahan untuk bisa hidup dengan mandiri kepada anggota. Pembinaan

ini bertujuan agar anggota Komunitas Teater Didik mempunyai

kemampuan untuk melakukan sesuatu yang baik dan benar. Pembinaan ini

diadakan untuk mengembangkan kecakapan yang sudah dimiliki oleh

anggota untuk melaksanakan kegiatan dan peraturan – peraturan yang ada

di dalam Komunitas Teater Didik IAIN Purwokerto. Bentuk pembinaan

yang diberikan ini meliputi pembinaan, dalam kemandirian22

3. Pembinaan Pengembangan Kepribadian

Pembinaan ini merupakan proses pembinaan sikap atau perilaku

yang diberikan pengurus terhadap anggotanya. Pembinaan ini sangat

berguna bagi anggota agar dapat mengembangkan diri sesuai minat dan

kemampuan yang dijalaninya. Pembinaan ini dilakukan dengan

membiasakan para anggota melakukan hal – hal berupa kegiatan latihan

rutin23,

Adapun pembinaan kepekaan yang dilakukan di Komunitas Teater

Didik IAIN Purwokerto, yaitu pembinaan baik secara individu maupun

kelompok. Dengan aspek – aspek yang di berikan dalam pembinaan ini

yaitu:

22
Wawancara dengan mantan ketua komunitas teater didik purwokerto Agus Riyanto
tanggal 20 Juni 2019 Pukul 10.00 WIB
23
Wawancara dengan pembina komunitas teater didik purwokerto Heru Kurniawan pada
tanggal 20 Juni 2019 Pukul 20.00 WIB
73

a. Kepekaan empati

Merupakan salah satu bentuk usaha pembinaan terhadap orang

untuk dapat merasakan, mengenali keadaan yang di alami oleh orang

lain. Pembinaan kepekaan empati pun juga berarti dalam keadaan

mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasikan

dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran sama dengan orang lain24.

Serta reaksi dari sikap empati pun biasanya sangat mirip dengan apa

yang diharapkan oleh orang lain. Dengan demikian pembinaan

kepekaan empati diharapkan dapat mencerminkan sikap manusia yang

peduli dan dapat menjadikan nilai – nilai kemanusian pada setiap

anggota menjadi lebih mulia. Bentuk yang diberikan oleh pengurus

kepada anggota komunitas teater adalah dengan membuat sebuah

pertunjukan drama atau teater sebagai bentuk pengungkapan rasa

empati. Dan diharapkan dengan sebuah pertunjukan tersebut anggota

komunitas teater didik dapat mengenali dan merasakan yang tengah

dialami orang lain25.

b. Kepedulian sosial

Kepedulian sosial dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana

seseorang mudah merasakah perubahan terhadap hal – hal kecil yang

terjadi di sekelilingnya, ini merupakan bentuk pembinaan kepekaan

24
Elfindri, dkk, Pendidikan Karakter Kerangka, Metode dan Aplikasi Untuk Pendidik dan
Profesional, (Jakarta: Baduose Jakarta), hal 95-96
25
Wawancara dengan mantan Ketua Komunitas Teater Didik Purwokerto Pawon
(Rokhmat Nur Hidayat pada tanggal 29 Juni 2019 Pukul 13.00 WIB
74

yang nyata26. Dengan begitu harapan Pengurus Komunitas Teater

Didik IAIN Purwokerto bertujuan agar para anggota Komunitas Teater

Didik IAIN Purwokerto memiliki karakter baik dan bertindak dengan

sungguh – sungguh, loyal, berani, dan berbudi serta adil tanpa tergoda

oleh hal – hal sebaliknya. Serta dengan kepedulian sosial adalah sifat

yang membuat para anggota Komunitas Teater Didik merasakan apa

yang telah di rasakan oleh orang lain, mengetahui bagaimana menjadi

orang lain, atau tindakan memberi.27

Adapun pembinaan kepekaan dalam Kepedulian Sosial di

Komunitas Teater Didik, yaitu pembinaan secara individu maupun

kelompok. Dengan aspek – aspek yang diberikan dalam pembinaan ini

yaitu28:

1). Tolong Menolong

Tolong menolong merupakan kewajiban bagi setiap

manusia, dengan tolong – menolong kita akan mendapat membantu

orang lain dan jika kita perlu bantuan tentunya orang pun akan

menolong kita. Dengan tolong menolong kita dapat membina

hubungan baik dengan semua orang. Kegiatan ini dilakukan setiap

hari sebagai kegiatan yang rutin di laksanakan dalam kehidupan

para anggota komunitas teater didik, dengan tujuan supaya

mengembangkan dan memotivasi kepada para anggota yang lain

bahwa mausia adalah makhluk sosial yang membutuhkan

26
Fathul Mu’in, Pendidikan Karakter Kontruksi Teoritik & Praktik (Yogyakarta: Ar-Ruz
Media),hal 231
27
Wawancara dengan mantan ketua komunitas teater didik purwokerto Agus Riyanto
tanggal 20 Juni 2019 Pukul 10.00 WIB
28
Wawancara dengan pembina komunitas teater didik purwokerto Heru Kurniawan pada
tanggal 20 Juni 2019 Pukul 20.00 WIB
75

pertolongan sesamanya. Dengan tolong menolong orang lain, kita

mendapatkan kepuasan yang amat bahagia, kebahagian yang tak

terkira, juga ada rasa bahwa kita ini ada dan diperlukan oleh orang

lain. Rasa bahwa kita ini berguna bagi orang lain. Metode harus

yang digunakan oleh Pengurus kepada anggota ialah dengan

melakukan kegiatan kecil seperti bersih – bersih sekretariatan,

makan bareng yang dijejerkan bersama – sama.

2). Kerja Sama

Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah Swt. Yang

paling sempurna di antara makhluk lain. Dengan akal budinya,

manusia dapat berfikir dan menentukan cara – cara yang paling

tepat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan

sebagai makhluk individual maupun makhluk sosial29.. Dengan

begitu pengurus komunitas teater disini harus memberikan metode

pembinaan ini dengan cara membuatkan suatu agenda untuk para

anggota, dengan adanya agenda disini anggota pun akan merasakan

apa itu yang namanya kerja sama atau biasa disebut dalam kegiatan

komunitas teater didik ialah kerja tim. Metode kegiatan tersebut

berupa latihan rutin, pentas seni, serta para pengurus melaksanakan

program kerja yang sudah tertata rapih di sebuah lembaga

3). Menghargai Orang Lain

Seseorang yang suka menghargai orang lain terbangun dari

sifatnya yang mau memikirkan kepentingan orang lain, memiliki

29
Muhammad Mustari, Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan Karakter, (Yogyakarta:
Laksbang PRESSindo, 2011) hal 126
76

rasa pengakuan atas karya, ide, serta kontribusi orang lain. Orang

yang menghargai akan lebih dihargai dibanding orang yang suka

meremehkan atau merendahkan30. Dengan begitu pengurus

komunitas teater didik memberikan metode untuk bagaimana cara

menghargai orang lain kepada anggota ialah dengan diadakan

agenda bulanan yaitu Kordinasi sesamanya mengenani pendapat –

pendapat yang masuk dari para anggota yang lainnya, serta

memberikan waktu luang untuk saling menonton sebuah

pertunjukan yang ada di kampus – kampus purwokerto. Dengan

begitu para anggota akan mengerti bagaimana cara untuk

menghargai karya ataupun ide dari oran lain.

D. Analisis Data

Berdasarkan hasil dari berbagai temuan penelitian yang penulis

lakukan di Komunitas Teater Didik IAIN Purwokerto melalui observasi,

wawancara, dan dokumentasi, maka selanjutnya penulis akan melakukan

analisis data memaparkan, menggambarkan, dan mendeskripsikan lebih lanjut

tentang data hasil penelitian. Penelitian ini menjawab hasil dari rumusan

masalah dalam penelitian yaitu bagaimana metode pembinaan kepekaan pada

anggota di Komunitas Teater Didik IAIN Purwokerto?

Pembinaan kepekaan pada anggota di Komunitas Teater Didik IAIN

Purwokerto adalah sebagai bentuk dasar dalam menumbuhkan rasa kesadaran

pada setiap tubuh manusia. Pembinaan ini dilakukan dengan berbagai macam

30
Elfendri, dkk, Pendidikan Karakter Kerangka, Metode dan Aplikasi Untuk Pendidik
dan Profesional, (Jakarta: Baduose Jakarta), hal 101
77

pembinaan, agar anggota komunitas teater didik memiliki jiwa kepedulian

yang tinggi. Pembinaan kepekaan pada anggota di komunitas teater didik

IAIN Purwokerto dilakukan melalui beberapa strategi, diantaranya melalui

pembiasaan, kesadaran diri, memberikan tempat dan ruang dalam berkspresi,

dan dorongan semangat kepada anggota lain di komunitas teater didik31.

Sebagai usaha yang identik dengan ajaran dan metode dalam

keteateran, pembinaan kepekaan anggota pada anggota di komunitas teater

didik IAIN Purwokerto dalam rangka membentuk atau menumbuhkan jiwa

jiwa sosial yang tinggi pada anggota yang di berikan di komunitas teater didik.

Pembinaan kepekaan yang diberikan pengurus tentunya tidak langsung secara

tiba – tiba pengurus memberikan pembinaan dasar sebagai bentuk awal

pembinaan kepekaan pada anggota, berdasarkan obyek pembinaan yang

dijelaskan dalam penelitian ini dibentuk pembinaan dasar yang diberikan

seperti:32

1. Pembinaan Orientasi

pembinaan ini diadakan untuk anggota yang baru masuk dan

bergabung dalam kegiatan di komunitas teater didik bagi anggota yang

belum berpengalaman dalam mengikuti kegiatan teater. Sebagai bentuk

dasar menumbuhkan rasa kesadaran dalam berteater. Pembinaan orientasi

ini membantu untuk mendapatkan hal – hal pokok, seperti pengetahuan

dan wawasan terhadap dasar – dasar teateer, serta penyusaian diri terhadap

lingkungan baru dengan keadaan yang akan dihadapinya.

2. Pembinaan Kecakapan
31
Wawancara dengan pembina komunitas teater didik purwokerto Heru Kurniawan pada
tanggal 20 Juni 2019 Pukul 20.00 WIB
32
Wawancara dengan mantan ketua komunitas teater didik purwokerto Agus Riyanto
tanggal 20 Juni 2019 Pukul 10.00 WIB
78

Pembinaan ini di adakan untuk membantu para anggota guna

megembangkan atau menumbuhkan rasa percaya diri yang sudah dimiliki

atau mendapatkan kecakapan baru yang diperlukan untuk melaksanakan

kegiatan – kegiatan yang berada di dalam komunitas teater didik. Bentuk

pembinaan ini meliputi pembinaan kemandirian, dengan bentuk

pembinaan yang diberikan misalnya pengurus mengajarkan memberikan

sebuah materi terhadap dramaturgi atau dasar – dasar keteateran sebagai

bahan dasar para anggota melakukan sebuah pementasan teater dan

selanjutnya para anggota mengolah dengan sendiri.

3. Pembinaan Pengembangan Kepribadian

Pembinaan ini merupakan upaya pembinaan sikap atau prilaku

yang diberikan pengurus kepada anggotanya, pembinaan ini sangat

berguna bagi anggota agar dapat mengembangkan diri serta membiasakan

diri dalam hal – hal yang sering dilakukan setiap harinya. Pembinaan ini

dilakukan dengan bentuk pembinaan yang dilakukan secara rutinitas dan

kebiasaan tentang kegiatan rutin seperti latihan vokal, dan latihan

kebugaran, serta latihan penderamaan semua itu sebagai kegiatan yang

berikan oleh pengurus teater didik sebagai kegiatan yang positif melalui

pembinaan psikis dan mental.

Dari pembinaan diatas tersebut pengurus berharap agar para

anggota yang didiknya dapat menyusaikan diri dengan baik serta bisa

mengikuti semua proses pembinaan dan pelatihan yang ada di komunitas

teater didik IAIN Purwokerto. Pada dasarnya pengurus adalah seorang

yang memberikan pembinaan kepada seluruh anggota yang aktif

didalamnya. Dengan begitu tujuan dari pada kegiatan yang diberikan oleh
79

pengurus agar para anggota teater didik IAIN Purwokerto bisa beradaptasi

dilingkungan baru, memiliki sifat dan kepribadian yang berbeda, serta bisa

menjadikan diri yang berguna.

Berdasarkan penjelasan salah satu anak yang merasakan adanya

perbedaan setelah masuk ke dalam Komunitas Teater Didik IAIN

Purwokerto, berikut merupakan penjelasan dari kabut alias Fani Ulin33

“bagi Fani pembinaan yang dilakukan oleh komunitas teater didik ataupun
para pengurus didalamnya merupakan salah satu bentuk upaya yang dapat
membantu ia dalam meningkatan kepercayaan diri serta memberikan
pengalaman yang lebih terhadap ilmu tentang teater sebagai bentuk
pelajaran supaya bisa beradaptasi dalam lingkungan baru”34

Penjelasan dari Fani Ulin merupakan gambaran dari salah satu

bentuk pembinaan yang diberikan oleh pengurus terhadap anggotanya.

Pembinaan ini bertujuan agar setiap anggota tidak mudah putus semangat

dan merasa minder dengan kondisi yang akan dihadapinya. Dengan

memiliki kepercayaan diri yang dimiliki anggota setelah mendapatkan

pembinaan dari pengurus komunitas teater didik IAIN Purwokerto

diharapkan anggota dapat bersosialisasi dan mudah menyusaikan diri

terhadap lingkungan sosialnya.

Dari berbagai pembinaan kepekaan yang diberikan pengurus

melalui pembinaan, kecakapan, pengembangan diri, dan pembinaan

orientasi merupakan salah satu model yang digunakan pengurus untuk

membina kepekaan anggota melalui kegiatan kesenian berteater dan

sebagainya,

33
Wawancara dengan salah satu anggota komunitas teater didik purwokerto Kabut (Fani
Ulin Nuha) tanggal 15 Juni 2019 Pukul 10.00 WIB
80

Adapun kegiatan yang dilakukan melalui pembinaan – pembinaan

seperti yang disebutkan diatas baik itu yang dilakukan secara individu

maupun kelompok antara lain:35

1. Pembinaan orientasi kegiataanya meliputi : Workshop recruitment,

workshop follow up (keaktoran, penyutradaraan, artistik, make up dan

kostum

2. Pembinaan kecakapan kegiatannya meliputi : panggung bebas, pentas

produksi, pentas undangan

3. Pembinaan pengembangan diri kegiatannya meliputi : latihan rutin,

mengembangkan relasi serta literasi ke teateran,

Kegiatan pembiasaan – pembiasaan yang dilakukan dalam rangka

membina kepekaan kepada anggota dapat dilakukan secara terus –

menerus, hal ini berarti suatu pembiasaan yang dilakukan secara terus –

menerus dapat membantu proses kebiasaan yang dilakukan untuk

menumbuh rasakan kesadaran dan kepekaan yang dibangun oleh pengurus

kepada anggota komunitas teater didik proses tersebut melalui proses

pengenalan, pemahaman, pembiasaan, dan pembudayaan serta internalisasi

menjadi diri yang sadar dan peka terhadap lingkungan dan dirinya sendiri.

Beberapa proses tersebut merupakan bentuk, metode, model yang

ditujukan untuk membina kepekaan pada anggota teater didik, pembinaan

kepekaan ini dilakukan dalam pembelajaran. Kegiatan pembelajaran

merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan dalam rangka membina

untuk mengembangkan kesadaran atas apa yang dilakukan oleh anggota

35
Wawancara pengurus komunitas teater didik purwokerto Lemper (Dani Purwani)
tanggal 25 Juni 2019 Pukul 10.00 WIB
81

dan menumbuh rasakan kepekaan. Dalam hal ini, kegiatan pembelajaran

yang diberikan oleh para pengurus komunitas teater didik meliputi Latihan

Rutin, Gelora Malam Jum’at (diskusi rutin), Tadarus Puisi, Pentas Teater

dengan tujuan untuk mewujudkan dan membina anggota menjadi manusia

yang mempunyai kesadaran yang tinggi terhadap apapun dengan ajaran

ajaran yang tidak melanggar aturan dan norma – norma yang berlaku.36

36
Wawancara dengan Pengurus Komunitas Teater Didik purwokerto Lemper (Dani
Purwani ) tanggal 25 Juni 2019 Pukul 10.00 WIB
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan

mengenai Upaya Pembinaan Kepekaan Pada Anggota Komunitas Teater Didik

IAIN Purwokerto, maka penulis memperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Pembinaan kepekaan pada anggota teater didik yang diberikan oleh

pengurus di Komunitas Teater Didik IAIN Purwokerto merupakan hal yang

sangat diperlukan dalam proses pembinaan kepekaan. Pengurus teater didik

adalah figur yang mempunyai kedudukan tertinggi di komunitas teater didik

IAIN Purwokerto. Karena posisi pengurus ini menjadi salah satu orang paling

di dewasakan untuk membantu para anggota muda dalam menumbuhkan rasa

kesadaran dan kepekaan. Pengurus adalah pihak yang berupaya dalam

memberikan kegiatan pembinaan kepekaan pada para anggota muda dengan

membentuk pembinaan sesuai dengan yang berlaku di komunitas teater didik

IAIN Purwokerto

Pembinaan kepekaan kepada anggota komunitas teater didik IAIN

Purwokerto dilakukan dengan berbagai model atau pola yang dilakukan oleh

pengurus secara individu dan kelompok yaitu: pengurus membina kepekaan

anggota melalui berbagai macam pembinaan. Seperti, pembinaan orientasi,

pembinaan kecakapan, pengembangan kepribadian. Melalui proses pembinaan

yang meliputi, pengenalan teater, pemahaman teater, pembiasaan, dan

pembudayaan. Dengan adanya pembinaan tersebut pengasuh bermaksud agar

82
83

anggota komunitas teater didik dengan kondisi latar belakang yang berebeda

serta dengan pengetahuan terhadap teater dan kepekaan yang berbeda anggota

bisa memiliki tanggung jawab atas perilaku dan tanggung jawab yang mereka

jalani serta mereka lakukan sehingga para anggota komunitas teater didik

IAIN Purwokerto mampu meyusaikan diri dimana pun serta kapan pun dengan

lingkungan sosial yang baru saja mereka jalani.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas, penulis kemukakan saran sebagai

berikut :

1. Pengurus teater didik

a. Pengasuh lebih meningkatkan lagi perannya sebagai fasilitato di

komunitas teater didik dengan supaya para anggota yang lain bisa lebih

semangat dalam menjalani sebuah proses terhadap teater serta

semangat dalam menjalani peran mereka di luar sebagai masyarakat

kampus ataupun masyarakat luas.

b. Lebih pada mendalamkan kedisiplinan yang tinggi, karena pengurus

adalah orang yang pertama kali dilihat oleh para anggota yang baru

saja menjalani proses teater sehingga bisa menjadi contoh untuk proses

kedepannya

c. Tetap menjaga silaturahmi antara anggota yang satu dengan anggota

yang lainnya, karena dengan begitu komunikasi antara anggota yang

lain bisa tetap terjaga sebagaimana mestinya yang dibangun di dalam

komunitas teater didik ialah sistem kekeluargaan


84

2. Anggota komunitas teater didik

a. Anggota lebih aktif dan lebih giat lagi dalam mengikuti proses teater

yang dijalani di dalam komunitas teater didik purwokerto

b. Mampu memilih yang baik dan buruk untuk kebutuhan personal

ataupun kebutuh komunitas teater didik purwokerto

c. Lebih mengedapankan kerendahan hati dan jangan menjadikan besar

kepala dengan apa yang sudah dilakukan proses selama ini

d. Dan tetap menjaga silaturahmi antara anggota yang satu dan anggota

yang lainnya, sehingga mejadikan komunikasi yang harmonis.

C. Kata penutup

Akhir dari segala puji bagi Allah, Tuhan yang telah menciptakan

beserta isinya, yang telah membimbing dan memberikan taufiq serta hidayah-

Nya kepada penulis, karena penulis yakin bahwa tanpa pertolongan-Nya,

penulis tidak akan dapat meyelesaikan penelitian ini dengan baik serta dapat

berjalan dengan lancar tanpa hambatan yang berarti.

Penulis menyadari, walaupun penulisan skripsi ini telah diusahakan

untuk menjadi lebih baik, namun banyak sekali kelemahan dan

kekurangannya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

dari pembaca guna perbaikan dan pengembangan yang lebih maju

Mudah – mudahan upaya dan ikhtiar penulis dapat bermanfaat bagi

amal shalih yang berguna bagi para pembaca dan ilmu pengetahuan pada

umumnya, serta bermanfaat bagi penulis khususnya. Amin


DAFTAR PUSTAKA

Asmani, Jamal Ma’aruf 2011, Buku Panduan Internasionalisasi Pendidikan


Karakter di Sekolah, Yogyakarta: Diva Pres.

Asteria, Aloysius, Mering, Muhammad Ali, 2015, Peningkatan Anak Dalam


Bermain Melalui Metode Kerja Kelompok,Pontianak: Universitas
Tanjungpura, Vol 4 No 6

Arisona, Nanang 2012, Perjuangan Teater Muslim Diantara Dominasi Arena


Sosial Kelompok-kelompok Teater Sekuler, vol. 1, no 1

Azkiya, Atsna Nida, 2017, Bimbingan Kelompok Dalam Meningkatkan Kepekaan


Sosial Siswa MAN 4 Bantul Yogyakarta, Skripsi, Yogyakarta: UIN Sunan
Kalijaga Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam.
-
Badudu, J.S dan Sutan Muhammad Zain, 1994,Kamus Umum Bahasa Indonesia,
Jakarta: Sinar Harapan

Drajat, 2005, Hygiene Mental, Bandung: Gramedia Pustaka

Dwiningrum, Siti Irene Astuti, 2016, Pendidikan Sosial Budaya, Yogyakarta:


UNY Press,

Elfindri, dkk, 2012, Pendidikan Karakter Kerangka Metode Dan Aplikasi Untuk
Pendidik Dan Profesional, Jakarta: Boduse Jakarta

Fitri, Agus Zaenal, 2017, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai Etika di Sekolah,
Yogyakarta; Ar-Ruzz Media

Hamidah, 2008, Prilaku Pro Sosial Remaja Pada Tujuh Daerah Di Jawa Timur,
Makalah, Malang: Universitas Maulana Malik Ibrahim Jurusan
Bimbingan dan Konseling Islam

Hardiansyah, Haris, 2010, Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu – Ilmu Sosial,
Jakarta: Salemba Humanika

Hurlock, E.B, 2003, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga

Irwanto, 2017, Pembinaan Anak Kurang Mampu Dan Terlantar Pada UPTD
Panti Sosial Asuhan Anak Harapan Di Kota Samarinda, Jurnal
Administrasi Negara, vol 5 hal 5203

Kusuma, Dharma, 2012, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik Di


Sekolah, Bandung: Remaja Rosdaya
Lickona, Thomas, 2008, Pendidikan Karakter Panduan Lengkao Mendidik Siswa
Menjadi Pintar Dan Baik, Bandung: Nusa Media

Ramdhani, Naila, 1996, Perubahan Perilaku Dan Konsep Remaja Yang Sulit
Bergaul Setelah Menjalani Pelatihan Keterampilan Sosial, Jurnal
Psikologi, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

Moedjiono, Imam, 2002, Kepemimpinan dan Keorganisasian, Yogyakarta : UII


Press (IKAPI)

Mustari, Muhammad, 2011, Karakter Refleksi Untuk Pendidik Karakter,


Yogyakarta: Takbang Pressindo

Mu’in, Fathul, 2011, Pendidikan Karakter Kontruksi Teoritik Dan Praktik,


Yogyakarta: Ar – Ruzz Media

Rahayu, Veni, 2016, Pembinaan Karaker Religius Peserta Didik Di Madrasyah


Aliyah Negeri Majenang, Skripsi, Cilacap: Institut Agama Islam Negeri
Purwokerto Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan.

Rohima, Emma, 2018, Upaya Meningkatkan Kepekaan Sosial Dengan Teknik


Diskusi Di MAN Bandar, Skripsi, Sumatera Utara: Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara Jurusan Pendidikan

Salahudin, Anas, 2013, Pendidikan Karakter Berbasis Agama Dan Budaya


Bangsa, Bandung: Pustaka Setra

Setiawan, Danang, 2012, Hubungan Antara Anomie Dengan Kepekaan Sosial


Pada Remaja, Jurnal, Surakarta, Naskah Publikasi Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Siswanto, Dwi, 1997, Kesadaran Dan Tanggung Jawab Pribadi Dalam


Humanisme Jean Paul Sartre, Jurnal Filsafat, Yogyakarta: Staf Pengajar
Universitas Gadjah Mada

Sudani, Ketut, Ketut Suami, Made Setuti, 2013, Penerapan Konseling


Eksistensial Humanistik Teknik Penodelan Meningkatkan Prilaku
Tanggung Jawab Belajar Siswa SMP Kelas VIII E SMP Negeri 1
Sukasada, Jurnal, Bali: Jurusan Bimbingan Konseling FIP Universitas
Pendidikan Ganesha Singaraja

Sutarto, 2006, Dasar – Dasar Organisasi, yogyakarta: Universitas Gadjah Mada


Sjrkawi, 2006, Pembentukan Keprbadiaan Anak Peran Moral Intelektual,
Emosional, dan Sosial Sebagai wujud Integritas Membangun Jati Diri,
Jakarta : PT. Bumi Aksara,

Suprijitno, Stefanus, 2017, Teater Sebagai Media Untuk Pengabdian Masyarakat,


vol. 3, no 1, hal 97

Sugiyono, 2016,Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D, Bandung: Alfabeta.

Poerwadarminta, W. J. S., 2007,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai


Pustaka.

Zuriah, Nurul, 2011, Pendidikan Moral Dan Budi Pekerti Dalam Perspektif
Perubahan, Jakarta: Bumi Aksaara

Anda mungkin juga menyukai