Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh negara guna meningkatkan kualitas
hidup orang banyak, akan tetapi dalam penyelengaraannya banyak sekali yang tidak
yang dapat menjadi perhatian lebih adalah penyandang disabilitas dimana negara
berkewajiban untuk memenuhi tuntutan mereka yang juga merupakan warga negara
yang sama dalam mendapatkan hak-hak mereka sebagai warga negara Indonesia
dengan baik dan bebas seperti masyarakat lainnya. Banyak kendala yang dihadapi
diskriminatif dan dipandang sebelah mata oleh orang sekitar ketika sedang
melakukan aktivitas ditempat umum, disisi lain ada pula yang memberikan belas
kelangsungan hidupnya serta memiliki hak asasi dan kedudukan hukum yang sama
1
dalam waktu yang lama. Disebutkan juga kesamaan kesempatan adalah keadaan
memiliki hak, kewajiban, harkat dan martabat yang sama dan sederajat di mata
seperti layaknya orang normal biasa. Peran pemerintah disini perlu menjadi
perhatian adalah akses pelayanan public bagi penyandang disabilitas dimana dalam
guna melaksanakan fungsi sosial dengan baik, akan tetapi pada kenyataannya
pemerintahan, dimana masih banyak pelayanan publik yang belum efektif dan tidak
Dari data Dinas Sosial DIY terdapat 7.930 orang penyandang disabilitas
2
Tabel 1. Data penyandang disabilitas tahun 2019 dari Dinas Sosial DIY
Fisik Buta/Netra Rungu/Wicara Mental/Jiwa
Kota/Kabupaten
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
Kulon Progo 145 107 252 80 57 137 96 88 184 192 187 379
Bantul 226 170 396 109 109 218 179 181 360 276 207 483
Gunungkidul 194 161 355 100 97 197 149 141 290 277 250 527
Sleman 217 182 399 113 116 229 176 160 336 301 265 566
Yogyakarta 168 169 337 87 69 156 156 136 292 141 110 110
Jumlah 950 789 1.739 489 448 937 756 706 1.462 1.187 1.019 2.206
Sumber: Website Kependudukan DIY (Admin, Statistik Penduduk D.I. Yogyakarta, 2021)
3
Dari data diatas dapat kita lihat bahwa penyandang disabilitas tersebar di
lima kota/kabupaten yang terletak di DIY. Pada tahun 2019 Sleman menjadi
publik yang dilakukan oleh intansi terkait selalu mengesampingkan hak-hak bagi
yang sering terjadi terkait pelayanan SIM banyak orang berfokus pada masyarakat
secara umum jika berbicara fisik mereka dapat dengan mudah mengurus dan
disabilitas dimana mereka selalu menjadi orang yang selalu dikesampingkan dalam
pembuatan SIM D mereka juga harus mendapatkan pelayanan yang prima dari
instansi terkait.
oleh petugas dan tahap berikutnya melakukan tes tertulis dan praktik dengan
kendaraan yang menggunakan simulasi yang ada dijalan beserta rambu-rambu yang
4
merupakan syarat wajib untuk melihat kelayakan mereka sebagai difabel saat
rumah sakit akdemik UGM karena di sana ada pelayanan untuk difabel terkait surat
keterangan kesehatan pembuatan SIM. Jika sudah memenuhi syarata yang telah
2018).
Salah satu kasus yang ditemukan oleh peneliti dimana masih belum
efektivnya pelayanan yang diberikan kepada difabel oleh Polres Sleman sebagai
mengemudi) terutama SIM D bagi kaum disabilitas, dari tahun 2015 hingga 2018
satuan lalu lintas polres sleman baru memberikan 37 penyandang disabilitas dalam
ujian mendapatkan surat izin mengemudi (SIM) D yang dimana banyak sekali
pelayanan SIM D bagi tuna rungu diperparah dengan tidak didampingi pihak
keluarga atau yayasan yang menaungi mereka. Dari data yang didapat itu pula
hingga saat ini polres Sleman belum memiliki petugas yang dapat berbahasa isyarat,
(Natalia, 2015).
5
BIODATA RESPONDEN WAWANCARA UJI SIM D
( UNTUK PENYANDANG DISABILITAS)
Jenis
Nama Gol Tempat
NO No SIM Permoho Tgl Lahir Alamat
Lengkap SIM Lahir
nan
Perpanjan
1 Toni D 1449-9805-000019 21/05/1982 Sleman Maguwoharjo, Sleman
g
mengganggu kegiatan saya mas sekarang juga lagi PPKM jadi terbatas”. [Toni,
kehidupan manusia. Tidak kalah penting yang merasakan dampak dari pandemi ini
pandemi ini otomatis membawa perubahan terhadap tatanan kehidupan yang baru
disebut juga the new normal. Dimana masyarakat diharuskan menyesuaikan diri
untuk mengikuti protokol kesehatan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah seperti
terhadap virus covid-19 ini. Adapun beberapa alasan meraka rentan akan
6
2. Harus menyentuh banyak benda umum
Jika dalam kondisi normal saja para disabilitas ini sulit unuk mendapatkan
pelayanan yang prima apalagi diperparah dengan adanya pandemic covid-19 ini.
penyandang disabilitas dimasa pandemi ini. Padahal mereka juga butuh akan
dan Angkutan Jalan Nomor 22 Tahun 2009 pasal 80 huruf (e) tentang SIM D
adanya pandemi Covid-19 peneliti ingin melihat kualitas pelayanan yang dilakukan
guna mendapatkan SIM. Sleman yang menempati posisi pertama dalam jumlah
disabilitas terbanyak di provinsi DIY dimana Peneliti juga melihat masih kurang
terutama yang terjadi dikabupaten Sleman. Peneliti juga ingin menggali lebih dalam
kendala apa saja yang terjadi dalam pelaksanaannya apakah sudah optimal dalam
7
Melihat penjelasan dari latar belakang diatas dapat menjadi acuan maka
2019-2020?”
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pelayanan yang dilakukan
Polres Sleman dalam memberikan pelayanan SIM bagi disabilitas dalam perspektif
8
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan peniliti dapat menjadi salah satu acuan bagi
pemerintah dalam mewujudkan pelayanan yang prima di Polres Sleman dan juga
kesejahteraan sosial.
2. Bagi Pemerintah dan pihak Polres Sleman hasil dari penelitian tersebut
9
1.5 Tinjauan Pustaka
Pertama, penelitian oleh Abdu Rahman dan Mushlih Ambrie (2020) tentang
yang sama kepada orang dengan kebutuhan spesifik. Dalam penelitian ini juga
menjelaskan bahwa masih sangat sedikit sekali literatur dan hasil dari penelitian
yang berbicara tentang pola dan penjelasan tentang pelayanan publik yang
Kedua, penelitian oleh Zaki Abid Budiman dan Pudji astuti (2018) tentang
dijelaskan dalam prosesnya terkait faktor sarana dan fasilitas dalam perolehan SIM
Ketiga, penelitian oleh Dewi Khoirunisa dan Pudji Astuti tentang (2017)
10
PENYANDANG DISABILITAS, dari penelitian ini menjelaskan bahwa fakta yang
terjadi menjelaskan bahwa polres kota setempat belum menerbitkan SIM bagi
wawancara peneliti menemukan adanya informasi yang tidak sejalan dari pihak
pernyataan dari pihak penyadag disabilitas yang diwakilkan pihak PPDI Kota
Madiun, bahwa mereka sebenarnya berkeinginan membuat SIM akan tetapi tidak
madiun.
Keempat, penelitian oleh Sugi Rahayu dan Utami Dewi (2013) tentang
penyadang disabilitas. dari hasil penelitian ini pula ada beberapa aspek yang
membuat pemenuhan kebutuhan terhadap kaum difabel ini tidak optimal. Dengan
11
Kelima, penelitian oleh Bagus Aji Kuncoro (2014) di dalam jurnalnya yang
hasil dari penelitian ini pembuatan SIM D bagi penyandang disabilitas hampir sama
dengan pembuatan SIM pada orang normal pada umumnya. Adapun hambatan yang
pelayanan sebagi pemohon dimana hingga saat ini pemerintah belum bisa
memberikan solusi terkait kebutuhan surat izin mengemudi bagi para penyandang
memberikan produk pelayanan yang berkualitas yang paling utama dari aspek biaya
dan waktu pelayanan. Akses publik ini dapat dijadikan tolak ukur dan efisiensi jika
biaya dan waktu pelayanan ini berjalan dengan baik. Jika pelayanan publik lebih
banyak memakan waktu dan biaya maka dapat diindikasikan bahwa indikator
12
kasusnya yang dilakukan di kota Batu dimana berdasarkan jurnal tersebut dikatakan
denga adanya program pelatihan kerja dari pemerintah Kota Batu untuk dapat
keluar dari masalah sosial dan ekonomi yang sudah melekat pada penyandang
yang dilaksanakan dinas sosial Kota Batu demi tercapainya tujuan dan perubahan
nyata bagi penyandang disabilitas. pelatihan ini juga diharapkan dapat merubah
sudut pandang dan pola pikir masyarakat pada umumnya terhadap para penyandang
disabilitas agar dapat diterima oleh masyarakat luas serta membuka akses bagi
Kedelapan, yaitu penelitian dari Sugi Rahayu dan Sugi Utami (2013)
disabilitas agar mendapatkan hak-hak mereka yang layak dan terfasilitasi. Berbeda
dari yang sebelumnya disini peneliti menekankan agar bahwa difabel juga
yang memadai. Selama ini yang dirasakan kaum difabel mereka kurang
mendapatkan pelayanan publik yang setara dengan non-difabel. Oleh karna itu
beberapa saran yang diberikan dalam penelitian ini agar eksistensi mereka tetap
pekerjaan sesuai bidang dan kemampuan mereka. Dengan upaya tersebut juga
13
pemerintah membantu meniadakan stigmasi dan diskriminasi bagi kaum
penyandang disabilitas.
produk layanan yang diberikan pemerintah tersebut belum memuaskan bagi para
penyandang cacat, lansia, dan komunitas adat terpencial. Bukti nyata pada
permasalahan ini banyak pandangan sinis dan sikap diskriminatif yang diterima
oleh penyadag disabilitas yang menganggap mereka tidak pantas berada diruang
publik.
Kespuluh, Analisa dari Indri Dwi Apriliyanti dan Agus Pramusinto (2020)
terjadi pada cara kerja birokrasi dan pelayanan publik setelah terjadinya pandemi
COVID-19. Peneliti menjelaskan dengan model WFH (Work From Home) yang
pandemi ini.
14
Tabel 2. Tinjauan Pustaka
No Nama Penulis Judul Ringkasan
1 Abd Rahman dan Mushlih Ambrie Pelayanan Pembuatan Surat Izin Dari kesimpulan yang dilakukan peneliti bahwa polresta Banjarmasin
(2020) Mengemudi Bagi Masyarakat sudah melakukan pelayanan SIM dengan baik mulai dari sarana dan
Berkebutuhan Khusus Resor Kota prasarana yang diberikan sudah memadai .
Banjarmasin.
2 Zaki abid Budiman dan Pudji Astuti Implementasi Perolehan SIM D Bagi Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti ada beberapa saran yang
(2018) Penyandang Disabilitas Wilayah diberikan agar kedepannya implementasi pelayanan SIM D di wilayah
Surabaya. surabaya lebih baik :
1. Pemerintah sebagai pemangku kepentingan dapat memberikan
kebijakan kepada penyandang disabilitas, karena apa yang terjadi
dilapangan disabilitas masih harus membawa kendaraan pribadinya
untuk melakukan tes praktek, hal tersebut tentunya sangat
membebankan dari segi biaya dan dari segi kelayakan.
2. dalam memberikan pelayanan diharapkan petugas lebih optimal
dalam memberikan pelayanan bagi penyandang disabilitas guna
mendapatkan SIM D bagi Disabilitas.
3. untuk kedepannya para penyandang disabilitas dapat diberikan
pengetahuan tentang tata tertib berlalu lintas.
3 Dewi Khoirunisa dan Pudji Astuti Faktor Penghambat Implementasi Pasal Kedepannya diharapkan petugas lapangan dari polresta madiun
(2017) 80 Huruf E Undang-Undang Nomor 22 memahami sepenuhnya tentang prosedur. pada ujian praktik dalam
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan pelayanan perolehan SIM bagi penyandang disabilitas (tuna daksa).
Angkutan Jalan Terhadap Hak Kesulitan yang dihadapi oleh penyandang disabilitas (tuna daksa) kota
perolehan SIM Bagi Penyandang Madiun terhadap pemenuhan haknya dalam perolehan SIM D yaitu
Disabilitas. penyandang disabilitas (tuna daksa) kota Madiun kurang mengetahui
dan memahami perbedaan atau kekhususan prosedur perolehan SIM D
setara SIM C maupun SIM D setara SIM A secara terperinci.
4 Sugi Rahayu dan Utami Dewi Pelayanan Publik Bidang Transportasi Berisi tentang fasilitas sarana dan prasarana yang belum terpenuhi bagi
(2013) Bagi Difabel Di Daerah Istimewa kaum penyandang difabel, penelitian ini bertempat di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Yogyakarta (DIY), penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang
bersifat wawancara.
15
5 Bagus Aji Kuncoro (2014) Evaluasi Proses Perolehan Surat Ijin Hambatan yang terjadi dilapangan yang dihadapi oleh para penyandang
Mengemudi (SIM D) Bagi Penyandang cacat dalam mendapatkan Surat Ijin Mengemudi antara lain adalah
Cacat Kabupaten Sidoarjo. adanya perbedaan pandangan dari petugas kepolisian dalam
memberikan Surat Ijin Mengemudi bagi pemohon disabilitas.
6 Heryanto Monoarfa (2012) Efektivitas Dan Efesiensi Sistem administrasi Negara yang efisien dan efektif bukan
Penyelengaraan Pelayanan Suatu mencerminkan dari hasil koreksi dan pengaduan dari public, tetapi
Tinjauan Kinerja Lembaga merupakan hasil ciptaan kreatif atas dasar pengelolaan pemerintahan
Pemerintahan yang proaktif terhadap berbagai keperluan public.
7 Antimus Xaverius Ansfrido dan Efektivitas Pencapaian Kinerja Program pelatihan diberikan oleh Dinas Sosial Kota Batudapat
Dody setyawan (2019) Program Pelatihan Bagi Penyandang dikatakan sesuai dengan standar yang ditetapkan, program ini
Disabilitas. diharapkan kedepannya dapat membantu penyandang disabilitas untuk
menjadi solusi agar mereka terlepas dari jerat kemiskinan dan
pemberdayaan bagi penyandang disabilitas.
8 Sugi Rahayu dan Dwi Utami (2013) Pelayanan Publik Bagi Pemenuhan . Oleh karena itu, sejumlah saran dikemukakan agar masyarakat
Hak-Hak Disabilitas Di Kota berkebutuhan khusus (difabel) mampu eksis dan berkembang dalam
Yogyakarta. kehidupan bermasyarakat. Pertama, peningkatan anggaran yang
dikhususkan untuk pemenuhan hak-hak difabel. Kedua, sosialisasi
kepada masyarakat bahwa difabel adalah membutuhkan pendampingan
dan pelayanan yang setara dengan non-difabe
9 Edi Suharto (2008) Penerapan Kebijakan Pelayanan Publik Dalam pelaksanaannya, kebijakan publik ini harus diturunkan dalam
Bagi Masyarakat Dengan Kebutuhan serangkaian petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang berlaku
Khusus internal dalam birokrasi. Yang terpenting adalah adanya suatu standar
pelayanan publik, yang menjelaskan kepada masyarakat apa pelayanan
yang menjadi kewajiban mereka, karna bagaimanapun mereka berhak
mendapatkan pelayanan terbaik.
10 Indri Dwi Aapriliyanti dan Agus Perbubahan Dalam Normal Baru : Tulisan ini menganalisis tentang dampak perubahan yang terjadi pada
Pramusinto (2020) Meredefinisi Birokrasi Di Masa cara kerja birokrasi dan pelayanan publik setelah terjadinya pandemi
Pandemi COVID-19. Argumen pokok tulisan ini adalah bahwa pandemi telah
mendorong pemerintah melakukan perubahan dalam pola kerja
kebijakan dan pelayanan publik.
16
Dilihat dari studi-studi terdahulu dapat disimpulkan bahwa hanya sedikit
pemenuhan hak-hak bagi kaum penyandang disabilitas. Ditambah lagi dalam kasus
ini dengan adanya pandemi yang menyerang seluruh dunia membuat perubahan dan
adaptasi yang baru bagi Indonesia dimana pemerintah harus sigap dan tanggap
walaupun dengan kondisi seperti ini namun tetap memberikan pelayanan terbaik,
karna pelayanan publik yang mendapat imbas yang cukup besar dari pandemi ini.
disini peneliti ingin melihat sampai dimana pelayanan yang diberikan Polres
yang pada hakikatnya sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Peran dari
dan sesuai kebutuhan masyarakat. Sistem nilai dalam masyarakat adalah dinamis
prosedur yang jelas, cepat dan biaya yang pantas terus disuarakan dalam
17
pelayanan yang baik, dan kewajiban pemerintah untuk memberikan pelayanan
Menurut Denhardt & Denhardt (2007) dalam bukunya berjudul “The New
Public Service: Serving, not Steering”, menekankan bahwa otoritas publik tidak
boleh dijalankan seperti organisasi tetapi melayani dengan cara yang berdasarkan
suara, wajar, tidak memihak, tulus dan bertanggung jawab. Disini harus menjamin
dari pemahaman tentang berbagai kualitas yang ada di mata publik. Kualitas
publik atau pelayaan umum dapat didefiniskan sebagai segala bentuk jasa
pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada
pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha
18
memberikan pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh pegawai
penerima dan pemberi pelayanan merasakan apa yang disebut dengan pelayanan
publik baik berupa jasa atau barang yang dilakukan oleh pemerintah, organisasi,
atau dari suatu Lembaga perusahaan yang bertujuan untuk membantu atau
Sebagaimana dikutip oleh Moenir, A.S (2008:186), ada 4 unsur yang tidak
1. Tugas pelayanan
19
3. Pelaksanaan pelayanan
tujuan pelayanan publik pada dasarnya agar masyarakat merasa puas dan terlayani
dengan baik. Untuk mencapai hal itu pelayanan publik dapat tercermin dari
beberapa aspek:
20
1. Transparan
Pelayanan ini memiliki sifat yang terbuka tanpa adanya hal yang harus
2. Akuntabilitas
undangan.
3. Kondisional
4. Partisipatif
5. Kesamaan hak
agama, status sosial, golongan dan lain-lain. Agar tidak ada terjadinya
21
antara pemberi dan penerima pelayanan merasakan kepuasan atas
Customer)
22
proses kepemerintahan, bukan hanya dilibatkan pada saat pemilihan
umum.
ActDemocratically).
Gagasan utama di balik prinsip ini adalah bahwa kebijakan dan program
kepentingan publik.
23
5. Tahu kalau Akuntabilitas Bukan Hal Sederhana (Recognize that
24
6. Melayani Ketimbang Mengarahkan (Serve Rather than Steer).
Just Productivity).
pelanggaran demokrasi.
pelayanan, bentuk jaminan dari pemberi kepada penerima layanan dalam proses
pelayanan publik serta sebagai alat kontrol masyarakat sebagai penerima layanan
25
Dengan demikian dibuatlah dan ditetapkan pelayanan sesuai dengan sifat,
1. Prosedur pelayanan;
2. Waktu Penyelesaian;
3. Biaya Pelayanan;
4. Produk Pelayanan;
Menurut Denhardt & Denhardt (2007) dalam bukunya berjudul “The New
penerapan layanan New Public service dapat dilihat dari Keberhasilan penerapan
1. Tangible
komunikasi.
26
2. Reability
dijanjikan.
3. Responsiveness
4. Competence
5. Courtessy
6. Credibility
masyarakat.
7. Security
8. Access
9. Communication
27
keinginan untuk terus-menerus menyampaikan informasi baru kepada
masrakat.
1. Pelayanan adminstratif
2. Pelayanan barang
barang yaitu, jaringan internet, jaringan telpon, air bersih, dan lain-lain.
28
3. Pelayanan jasa
SIM merupakan hasil dari pelayanan publik yang diberikan instansi dalam
digunakan pihak kepolisian untuk melihat masyarakat layak atau tidak dalam
admisntratif.
1. Syarat usia minimal usia 17 tahun untuk SIM A, C, dan SIM D, usia 20
tahun untuk SIM B I, usia 21 tahun untuk B II, 22 tahun untuk SIM B I
umum.
harus utuh.
29
3. Dalam batas normal dan tidak ditemukan keganjilan fisik. Bagi
kendaraan bermotor dan harus ada surat pengantar dokter umum atau
dokter kepolisian.
1.6.2 Disabilitas
dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat
mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif
dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak. Untuk lebih jauh ada
terjadi saat melahirkan atau akibat kecelakaan, penyakit, atau efek samping
30
Penyandang disabilitas intelektual memiliki keterbatasan akibat gangguan
masyarakat secara demokratis, adil, adil, tidak diskriminatif, adil dan bertanggung
jawab. Di sini pemerintah harus menjamin hak-hak warga negara dan memenuhi
31
1.7.2 Disabilitas
32
1.8 Definisi Operasional
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pelayanan yang dilakukan Polres Sleman dalam memberikan pelayanan SIM
bagi disabilitas dalam perspektif new public service dimasa pandemi Covid-19 ini.
VARIABEL INDIKATOR
Tangiable (bentuk fisik) 1. Fasilitas kendaraan khusus disabilitas
2. Ruang dan fasilitas khusus disabilitas
Reliability (kehandalan) 1. Prioritas pelayanan bagi pemohon SIM disabilitas
Responsiveness (daya 1. Pelayanan cepat bagi disabilitas
tanggap) 2. Tanggapan terhadap keluhan dan Penanganan
keluhan pemohon SIM disabilitas
Competence 1. Keterampilan petugas melayani pemohon SIM
(kompetensi) disabilitas
Courtessy (kesopanan) 1. Sikap pelayanan petugas kepada pemohon SIM
disabilitas
Credibility (kredibilitas) 1. Biaya pelayanan yang sesuai ketentuan
Security (keamanan) 1. Penerapan protokol kesehatan bagi pemohon
disabilitas
Acces (akses) 1. Akses yang didapatkan pemohon disabilitas dalam
pelayanan SIM
Communication 1. Komunikasi petugas dengan pemohon SIM
(komunikasi) disabilitas dalam Penyampaian beberap poin yang
di butuhkan oleh pemohon SIM disabilitas
Understanding customer 1. Pemahaman petugas terhadap apa yang diinginkan
(pemahaman kustemer) dan dibutuhkan pemohon terutama disabilitas
33
1.9 Metode Penelitian
Dikutip dari (Suwendra, 2018) mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan berupa lisan atau kata-kata dari data deskriptif dengan
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu dengan memakai pola
gabungan, dan kemudian digabungkan kelanjutannya dengan proses analisis data yang bersifat
induktif. Peneliti ini melakukan penelitian yang menggambarkan kejadian atau masalah
dilapangan yaitu melihat kualitas Pelayanan SIM dimasa Pandemi Covid-19 bagi Penyandang
Polres Sleman.
Sumber data yang digunakan dalam peneliti guna memperoleh data-data yang
Data primer datang dari observasi dilakukan peneliti yang langsung didapat dari tangan
pertama yang menyangkut pendapat dari responden tentang variable penelitian. Yang disini
menjadi objek penelitian yaitu wawancara terhadap pihak Polres sleman dan Para penyandang
disabilitas dari pusat rehabilitasi YAKKUM guna melihat efektivitas pelayanan SIM D bagi
Data sekunder merupakan data-data yang didapatkan dari berbagai macam sumber
sehingga bisa saja sifatnya tidak faktual. Data sekunder dari penelitian ini adalah buku-buku,
34
informasi dari internet, arsip-arsip, dan dokumen-dokumen yang memiliki keterkaitan sau
Unit analisis dapat diartikan sebagai fokus penelitian yang akan diteliti. Guna dari
penelitian ini untuk menjawab permasalahan yang akan diteliti. Maka unit analisis dari
Peneliti ingin mengetahui sejauh mana pelayanan yang diberikan Polres Sleman
terhadap pelayanan SIM D bagi penyandang disabilitas dimasa pandemi ini. Karna banyak
sekali permasalahan baru yang muncul kemudian akan dihadapi pelayanan publik dimasa
pandemi ini termasuk pelayanan SIM yang dilakukan oleh Polres Sleman.
Setelah peneliti mendapatkan data dan informasi dari objek penelitian yang diteliti,
maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menyajikan data secara utuh tanpa tambahan
maupun pengurangan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan objek penelitian.
Dengan melakukan studi Pustaka maka mencoba untuk mencari solusi dari
permasalahan yang ada dengan cara-cara yang ilmiah salah satunya dengan studi Pustaka. Studi
Pustaka merupakan teknik pengumpulan data atau informasi dengan menelaah dari sumber
yang didapat seperti jurnal ilmiah, buku refrensi, ensiklopedia, karangan ilmiah, serta dari
sumber sumber lain yang terpercaya baik dalam bentuk tulisan maupun dalam format digital
yang relevan sesuai dengan objek yang diteliti (Arikunto, 2006). Maka dalam penilitan ini,
35
studi Pustaka sangat relevan karna banyak sekali literatur-literatur ilmiah yang berbentuk
tulisan maupun digital yang bersangkutan dengan kualitas pelayanan SIM yang dapat dijadikan
1.9.5.2 Wawancara
bertujuan untuk mendapatkan informasi melalui tatap muka dengan tujuan percakapan tertentu
yang membutuhkan responden dan peneliti sebagai pencari informasi agar memperoleh
informasi secara lisan dengan mendapatkan data tujuan yang bisa menjelaskan masalah
penelitian. Adapun dalam kasus ini peneliti akan terjun langsng kelapangan untuk
mendapatkan data secara lengkap dan terperinci dan melakukan tanya jawab kepada responden
yaitu dari pihak pelayanan SIM di polres Sleman serta pusat rehabilitasi YAKKUM terkait.
pelayanan.
1.9.5.3 Observasi
Observasi merupakan metode yang akurat dan mudah untk melakukan pengumpulan
data yang bertujuan mencari tahu akan sesuatu untuk dipahami dalam penelitian. Observasi
juga merupakan salah satu tolak ukur yang banyak digunakan untuk mengukur proses dan
tingkah laku individu yang akan diteliti dan amati. Dalam penelitian ini penulis sebagai peneliti
ingin melihat sudah sejauh mana tingkat kepuasan terhadap pelayanan sim D bagi disabilitas
36
dalam perspektif new public service, yang diterima penyandang disabilitas terhadap pelayanan
yang diberikan oleh Polres Sleman untuk mendapaatkan SIM dan melihat lebih dalam untuk
menemukan permasalahannya.
1.9.5.4 Dokumentasi
gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya. Maka
dengan metode ini penulis mendapatkan data atau catatan-catatan yang berhubungan dengan
peneletian sebagai contoh : gambaran umum polsek sleman, struktur organisasi pelayanan SIM
polsek Sleman, keadaan kantor layanan SIM disablitas polsek Sleman, catatan-catatan serta
foto-foto dokumentasi pelayanan SIM bagi disabilitas polsek Sleman dan sebagainya. Dengan
menggunakan metode ini sebenarnya untuk melengkapi data yang belum didapatkan melalui
Untuk mencapai tujuan penelitian yang akan dicapai maka penulis akan dimulai dengan
menelaah seluruh data yang sudah tersedia dari berbagai sumber yang telah didapatkan seperti
daftar Pustaka, wawancara, dokumentasi, dan observasi. Sehingga nantinnya hal-hal pokok
dari penilitian ini dapat dikendalikan oleh penulis sebagai tanggung jawab dari penelitian ini
Dalam hal ini penulis menggunakan analisa data kualitatif, dimana data yang diperoleh
dianalisa dengan metode deskriptif dengan cara berfikir induktif yaitu penelitian dimulai dari
fakta-fakta yang bersifat empiris dengan cara mempelajari suatu proses, suatu penemuan yang
37
terjadi , mencatat, menganalisa, menafsirkan, melaporkan serta menarik kesimpulan dari proses
tersebut.
Menurut Bogdan dan Becklin, yang dikutip oleh Lexi J. Mulong (1991), analisis data
kualitatif adalah upaya bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah data ke dalam
unit-unit yang dapat dikelola, menggabungkan, mencari dan menemukan pola, dan
menemukan pola. Putuskan apa yang penting dan apa yang telah dipelajari apa yang dapat
Langkah-langkah penulis dalam menganalisis data adalah dengan cara sebagai berikut:
1. Reduksi data
Untuk mempermudah penulis guna mendapatkan gambaran yang lebih jelas dalam
tersebut perlu adanya yang disebut dengan metode reduksi data atau mereduksi
data berarti merangkum data yang telah kita dapatkan dengan demikian akan
memfokuskan pada hal-hal penting dan menemukan pola penelitian agar lebih
mudah dipahami
2. Penyajian data
menyajikan data. Penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, tabel, hubungan antar kataegori dan sejenisnisnya. Tujuan dari metode ini
untuk memudahkan dan memahami apa yang terjadi, merencanakan peran kerja
3. Verifikasi data
38
39
40