Anda di halaman 1dari 6

Selamat siang buat semua semoga sehat selalu..

kita langsung saja yak e poinnya, karena kebetulan


poin yang akan saya katakana banyak jadi untuk mempersingkat waktu karena saya mau clear, gaak
ada yang kurang yang saya ungkapkan dan bener2 ada jalan keuar.

Sebelumnya saya Minda Yustrisna Devi ingin memberitahukan bahwa saya sekarang dalam keadaan
sehat setlah kemarin kurang fit hingga pingsan yang diduga karena asam lambung ditambah
beberapa pikiran yang membuat psikologi saya cukup terganggu. Maka dari itu, agar ke depannya
lebih baik akan mengemukakan apa saya yang rasakan baik factor internal, eksternal, hingga
dampaknya untuk saya beserta apa saja yang ingin saya ungkapkan kepada pihak pintar baik mentor,
hrd dan dosen pendamping program.

Sebelumnya disclaimer saya ingin menyatakan bahwa apapun yang saya ungkapkan adalah yang
sebenar-benarnya tanpa adanya paksaan dari pihak manapun dan saya samppaikan dalam keadaan
sehat akal maupun fisik.

Saya mengalami gangguan psikologi dan berdampak ke fisik Kesehatan saya karena beberapa factor
yang saya dapatkan baik dari internal PINTAR maupun luar PINTAR.

Pertama factor internal. Factor internal sendiri ada 3 yang besar di antara banyak factor internal
yang kecil-kecil

Perkara satu, awalnya saya mendapat pertanyaan dari salah satu teman saya seperti ini “Dep, kamu
yang ngaduuin kita ke HRD kan? Terkait kalau divisi kita ramai , divisi kata banyak main? Coba jujur
raja dev gapapa”. Pertama respon saya adalah shock karena saya tertuduh hal yang saya bahkan
tidak mengerti. Saya jawab dengan jawaban berikut. Saya ini, di magang itu bisa dibilang yang paling
gak kemana mana dengan maksud saya jarang ngomongin hal di luar kerjaan dengan orang-orang di
PINTAR, seperti ada gossip apapun saya paling nggak tau. Kalua ada teman saya ngumpul ngobrolin
suatu gossip, saya jarang ikut nimbrung malah hal2 seperti itu saya denger secara tidak sengaja
karena mereka berbicara di samping saya. Saya adalah tipe yang gak terlalu mikirin urusan orang
lain, karena saya sudah terlalu fokus dengan kehidupan saya sendiri baik di rumah maupun di
tempat magang itu sudah terlalu banyak buat saya. Saya banyak tanggungan di rumah, seperti
utang2 keluarga. Saya selain itu juga sering bawa dagangan ke Perusahaan. Dagangan biasanya jam
jam setengah 5 sore itu saya packing tentunya setelah saya selesai dengan pekerjaan magang.
Karena tiap saya pulang, saya mampir ke ekspedisi. Mas Kemas pernah lihat saya bawa barang
dagangan di lift dan nanya saya dagang apa. Saya jawab aksesoris rambut. Itu berarti saya memang
secara dari diri sendiri, gak ada waktu untuk ngaduin temen ke hrd atau apa.. ngurusi urusan orang
lain, karena tiap jam saya buat padet. Saya aja gak begitu kenal dengan semua karyawan pintar,
nomor hp saya tdidak tau. Tapi semenjak itu teman2 saya melihat saya itu beda. Saya juga
memegang teguhperkataan mentor ibu Eka, bahwa apapun yang saya dengar apapun masalahnya,
itu di keep di saya. Teman saya berkata apapun tentang orang lain, sampai saat ini sya keep di saya.

Perkara dua, saya sakit hati saat salah satu teman saya berkata project saya adalah proyek palsu.
“begini katanya : lu proyek palsu kemarin gimana dep? Bae bae egeeee ntar bu eka tau” itu
perkataan awal, ada juga perkataaan2 seterusnya yang mungkin mereka gak bermaksud dan saya
hanya overthinking atas pernyataan tersebut, tapi mereka ngoongnya begini “proyek ayang lu
gimana dep? Gak bantuin lagi?” dan itu terjadi beberapa kali. Padahal satu saya tidak pernah
menyatakan itu proyek boongan lah, atau palsu lah, statement itu tidak pernah ada. Dan saya selalu
menjawab “jangan ngomong begitu, aku kalua proyek tetap professional” intinya saya dari mulut
sendiri gak pernah ngomong boongan atau gimana. Sekadar informasi bagi yang belum tau, selama
di PINTAR, saya ada megang satu proyek pekerjaan, yang diawali dengan saya yang mengusahakan
sendiri proyek tersebut dibantu oleh Mentor saya ibu Eka. Yaitu proyek yang kliennya PT. Ampon
Karya Persada, sebagai preview, proyek ini awalnya ada beberapa plan seperti kita mau bikin 2
webinar dan 1 proyek pelatihan via LMS. Proyek ini juga diketahui mentor saya ibu Eka, karena kami
meeting pada september 2023. Di proyek tersebut memang, saya pakai orang dalam. Saya tidak
menangkis hal ersebut. Tapi, saya juga menerapkan apa yang dikatakan oleh mentor di awal
program bahwa “coba ajak siapapun ke proyek tawarin lms, pelatihan dan lain-lain. Gak masalah
mau itu ayah, ibu, pacar, temen, paman, tante, saudara, sahabat atau siapapun yang punya
prosepek, tawarin ajaaaa perusahaan mereka. Bukan begitu ibu eka?” jadi fair, saya ya tawarin PT.
Ampon Karya Persada, yang notabene nya teman dekat saya, pada pelaksanaannya pun dilakukan
secara professional. Tambahan informasi, kronologi saya sebagai jembatan klien ke pintar nggak
Cuma “ayo dong tembusin….” Nggak. Saya dengan klien ada barter yang mana kami ada perjanjian
saya membantu klien membuatkan dokumen proposal sponsor ke kenalan klien juga, dengan syarat
apabila sponsor turun, dana tersebut digunakan untuk saya tembuskan kebutuhan klien dengan
PINTAR sebagai klien. Jadi kami symbiosis mutualisme. Saya bekerja untuk klien, klien ada
kebutuhan, dana masuk atas nama legalitas penerimanya si klien, lalu disalurkan ke PINTAR untuk
penyedia nya. Jadi kegiatan yang saya lakukan itu benar-benar saya ajukan sesuai pejanjian
professional kami.

Dana PLAN sponsor masuk sekitar 65 juta dengan akumulasi niat pembuatan webinar dan lms untuk
di pintar. Yang sudah terealisasi 5 juta 400 untuk webinar awal, memang tidak besar, bahkan untuk
perusahaan PINTAR yang memang besar banget nominal ini tidak ada apa-apanya, namun, bu Eka
pernah mengajarkan untuk prospek perusahaan dengan kemungkinan proyek besar, tapi tetap tidak
mengignore nominal kecil. Karena kita di sini posisi intern, mengerjakan proyek kecil bisa buat kita
belajar bagaimana menghadapi klien, mengalami kendala di lapangan hingga Teknik komunikasi
pendekatan ke klien yang bahkan hanya bisa ditemukan di lapangan.

Pada pelaksanaannya, terdapat beberapa kendala seperti “menurut klien” komunikasi dari PINTAR
kurang. Kayak surat perjanjian H-kurang sehari baru diterbitkan. Saya yang posisi di tengah, otomatis
ke sana ke mari, nyamperin klien minta tanda tangan dsb dan miss lainnya seperti info tidak ada host
baru diinfokan menjelan webinar. Jadi selain ke sana ke mari, saya harus membackup data, bahkan
saya membackup menjadi host webinar, harus nyamperin klien, harus negosiasi agar uang jadi cair di
saat klien hamper gak mau tanda tangani surat. Dan Alhamdulillah proyek sampai, hari H lancar, dan
saya belajar banyak hal. Tapi saya merasa sedih saat saya dimarahi bu eka “kenapa sih gak ke
kantor2?!” padahal posisi saat itu, saya sejak pagi ke sana ke mari meminta kepastian data dan baru
selesai sore. Jam 11 siangnya juga saya sudah izin sambal mengirim surat perjanjian online yang
sudah ditandatangani. Saya merasa mendapat tekanan dari 2 pihak, yaitu klien dan mentor, dari
klien saya mendapat pinalti karena misskom gaada host dsb sehingga klien gak mau bayar full dan
saya nombok sekitar 600 ribu lebih untuk backup pajak sebagai pengganti host kurang karena sekali
lagi, kita profesional. Saya juga dapat tekanan di grup whatsapp. Sore setelah proyek sejadi jadinya
saya menangis di stasiun Jakarta Kota, saya menghubungi dan menelpon bu eka , karena menurut
saya di pekerjaan, bu Eka adalah orang tua saya. Saya ingin menjelaskan semua. Namun tidak
kunjung diangkat, mungkin kala itu bu eka sibuk. Namun yang terjadi saat itu di lapangan di luar
kendali saya. Kemudian karena saya mulai merasa gila, saya menelepon dosen pendamping
program, saya curhat saya merasa tidak diapresiasi. Bagi saya, sebagai intern, mengerjakan project
bantu backup secara professional itu sudah keren secara pelaksanaan walau memang masih jauuuuh
kalua disbanding karyawan pintar. Namun hari itu, apresiasi saya tidak dapatkan sedikitpun dari
mentor, saya kena marah karena ada hal yang saya lakukan dan ternyata salah, saya berpikir, kenapa
hal yang sudah saya upayakan tidak dilihat dan hanyak titik kesalahan saya yg dilihat? Hingga
sekadar “Good job devi” tidak saya dapatkan. Mungkin terdengar lebay dan sepele, namun hal kecil
dan sepele itu bisa sangat membantu saya, seberat apapun yang saya lalui di lapangan dengan
segelintir Apresiasi. Namun selanjutnya setelah curhat dengan DPP, saya meminta untuk di keep
berdua saja, karena mungkin saya hanya butuh seseorang untuk bercerita, dan DPP dengan sangat
baik ke saya dan oke, sekadar sampai situ. Saya memilih di bulan itu untuk bertahan, karena sudah
setengah jalan saya di program magang.

Malah makin lama, saya dibilang project palsu, project bohongan, yang saya secara data, meeting
berjalan, surat jalan, pelaksanaan webinar hingga transfer dari klien atas nama PT, itu benar- benar
ada. Jadi saya sangat sedih sekali proyek yang saya susun dibilang palsu , boongan. Ya walaupun
orang dalam, sekali lagi, memang saya runtutkan dan fokuskan secara professional.

Perkara 3 faktor internal awalnya ada teman yang bilang “dep logbook lu udah di acc belum? Kalua
belum bae bae lu egeeee ga dilulusin lu, bu eka mah kalua gak mau lulusin bisa, lu gak dilulusin
kayanya dep” saya tanya “loh kenapa? Tau dari mana?” dia jawab lagi “ya elu tanya bu ekaa egee jgn
tanya ke gua, bae bae aja lu wkwkwk” awal dari perkataan teman saya ini, saya sangat tidak percaya.
Karena yang saya tahu, dari awal program, ibu eka ini orangnya objektif dan sistematis, bahkan di
hari pertama saya magang, bu eka langsung fokus mengajarkan Teknik dan tahapan approaching.
Jadi menurut saya saat itu, kalua masalah meluluskan, memberi nilai, bu Eka akan objektif base in
project, base on approaching. Karena yang saya lihat kepada bu eka dari awal adalah kekaguman
terhadap profesionalitas beliau dan tidak ada pikiran buruk sedikitpun. Karena itu faktanya. Saya
tidak bisa kalua disuruh mengomong yang baik-baik, merayu, tapi bentuk kekaguan saya, saya
aplikasikan dengan membahas hal2 objektif dan pekerjaan. Ibaratnya saya berbicara dengan bu eka
tidak pernah di luar pekerjaan, tidak membicarakan hal-hal lain, bukan begitu ibu? Dan kepercayaan
saya terhadap mentor saya tinggi, sehngga tidak perlu mengadukan hal2 di luar pekerjaan dan
kebutuhan kampus. sehingga saya tidak terbawa omongan teman saya. Di sisi lain, saya gak mau
suudzon dengan teman saya. Secara usia. Teman-teman saya di bawah saya semua. Jadi mungkin
mereka berkata begitu BUKAN karena iri, atau ingin menjatuhkan, namun hanya sekadar niat baik
menyuruh saya hati-hati. Jadi tidak dengan maksud lain. Hingga saat ini, saya memegang itu. Namun
ya Namanya sayya intern dan merasa hal-hal kecil karena omongan tersebut yang tadinya saya cuek
dengan sekitar, menjadi overthinking. Overthinking itu terlihat dari hal-hal kecil.. seperti saat
meeting mentor, saya satu satunya anak enterprise yang tidak ditag untuk meeting. Waktu saya
nggak masuk, memang ada proyek proposal. Dan saya sudah menawarkan bantuan, bu eka bilang
mungkin next project.. oh mungkin saya piker karena saya gak masuk, takutnya saya ikutan malah
nanti ngulang dari awal, tapi karena temen sya tiba-tiba ngomong “kok lu gak di tag dep” saya jawab
“mungkin itu ama bu eka nanti dulu, tmungkin project yang kemarin pas aku gak masuk” mereka
jawab lagi “ini kayaknya project baru dep. Bae bae luuu” kemudian temen temen yang lain nimbrung
“iya kudu dibaik2in, mentor kita kayaknya dari modelnya julid banget, harus pintar2 ambil hatinya”
di sini, saya sebagai pendengar karena memang saya nggak tau gossip apapun dan bukan tipe yang
ngurusin urusan orang. oh iya karena sudah ditengah pernyataan, saya ulangi, apa yang saya
katakana adalah yang sebenar-benarnya tanpa paksaan dan saya aturkan di sini untuk menjabarkan
fakta, yang selama ini sudah saya keep, bukan untuk mengadu domba. Gunanya boong buat saya
juga nggak ada di posisi saya sekarang. Saya mulai ovt, oh iya ya kenapa saya gak diajak meetin? Apa
benar saya emang bakal gak diluluskan? Atau dikasih nilai jelek/ tapi saya kan approaching terus
bahkan saya sakit, saya approaching, saya juga ngerjain project, iya sih bu eka marahin saya. Tapi itu
buat kebaikan saya, gak mungkin sampai gak luluskan karena hal hal personal kayak gitu yang
bahkan saya gak tau. Saya tetap bertahan, namun rasa percaya diri saya menurun tinggal 50% an
mungkin. Sampai ddi hari senin, saya memang agak kurang fit karena minggu saya selesai mengikuti
acara kemanusiaan dan liwetan untuk membantu di daerah sukabumi. Saya pulang sangat malam
pada acara kemanusiaan tersebutb dan sudah masuk angin. Namun saya sadar, saya udah gak masuk
magang banyak waktu sakit kemarin. Jadi besok saya masuk.di pagi yang overthinking + badan gak
kuat, bu Eka dating dan bertanya update klien, saat itu semua anak enterprise ditanya bagaimana
perkembangan, saya menunggu giliran saya update, karena memang saya juga ada meeting bank
BTPN rencananya dari hasil approaching saya. Tapi saat saya menunggu giliran, saya merupakan
satu-satunya anak intern yang di skip dan tidak ditanyakan bagaimana perkembangannya. Bisa jadi
hal kecil, bisa jadi ibu eka lupa ke skip nanya ke saya. Tapi karena kepalang gak jernih , pikiran gak
sehat, rasanya jadi rumit banget pikiran di otak saya, apa benar lupa kah? Atau sengaja kah? Apakah
memang pada akhirnya saya tidak diluluskan benar adanya? Apakah masalah pribadi atau
ketidaksukaan personal berpengaruh? Apakah saya harus bisa merayu bu eka sperti yang selama ini
belum pernah saya lakukan? Apakah saya harus cari muka mengadukan teman agar mendapat
simpati dari bu eka? Jujur, itu yang saya pikirkan pada saat itu juga. Tapi saya bilang “TIDAK” ke diri
saya, daripada dengan hal-hal seperti itu, mending saya mencari waktu untuk berbicara dengan bu
eka dengan menjelaskan apa yang saya rasakah daripada saya harus memperunyam dengan mencari
muka memicarakan yang lain, karena menurut saya menceritakan keburukan orang lain yang sudah
saya tahu, tidak menjadikan saya baik. Sampai situ pikiran saya. Namun tetap saja, ternyata memang
saya pda akhirnya pingsan karena belum makan + pikiran.

Selanjutnya udah mau selesai, yaitu factor ekstenal perusahaan. Yang mungkin masuk ke
internal.saya melakukan kesalahan yang saya sendiri sesali. Kesalahan itu saya perbuat karena saya
saat itu tidak ada pilihan lain. Saya tau ini dari teman saya cerita seminggu setelah saya masuk kerja
setelah 10 hari sakit, oh iya, faktor2 internal tadi juga diucapkan oleh teman2 saya mulai dari 2 hari
setelah saya sakit dan proyek saya selesai. Jadi sebelum saya sakit gaada teman yang menyampaikan
sesuatu. Balik lagi, jadi saya saat itu sakit gondongen, gondongen itu yang bengka bulet di leher
besar. Teman saya yang Bernama Putri PPratiwi, 1 kos dengan saya ketularan. Gondongen juga. Jadi
saya gak berani masuk kantor karena takut nular yang lain kasihan. Di sisi kehidupan saya, saya akui
hidup saya problematic. Tapi itu bukan dari saya, melainkan dari keluarga. Seperti orang tua saya
yang baru ketemu saya 2 bulan belakangan, nenek saya punya hutang perabot rumah yang
nominalnya fantastis bagi saya (20 juta++) terpecah ke paylater dan shopee pinjam menggunakan
nama saya. Jadi saya fight berjuang cari uang dagang aksesoris rambut, live streaming shopee
(temen2 magang saya tahu, saya kalua istirahat jam magang, makan saya 10 menit, sisanya saya
buat live streaming shopee) waktu saya sakit, saya megang sisa 550 ribu di tangan dan saya gak
punya keluarga untuk dimintai, jadi saya berobat 3 kali di klinik biasa dan lab darah di 1prodia.
Awanya saya mau jual emas perhiasan yang saya punya, tapi ibu saya yang baru saja muncul, di saat
yang sama meminta kalung saya untuk beliau gadaikan untuk pegangan beliau karena baru pertama
kali kerja. Di saat utang nenek banyak, bayar ks, bayar bpjs keluarga, pegangan untuk makan dll ibu
saya minta kalung saya. Dan ibu janji dilunaskan akhir oktober, awalnya saya nolak, saya bilang “bu,
minda udah sekarat ini, mau minda jual untuk berobat” tapi ibu saya terus bilang :”ibu butuh bnget
ini buat pegangan, nanti ibu ganti. Kamu kurag berdoa itu, nanti berobatnya ibu saranin keorang
pinter atau ustadz, nanti didoa doain. Dan murah juga paling 50 ribu.. ayolah bantu ibu, mumpung
ibu masih ada” dengan berat hati saya pikiran kalut saya kasih kalung. Saya ada miss 4 hari
tambahan gak masuk. Dan ibu bilang “gampang ibu urus, ini ada orang ngerti IT, ibu kasih SATU surat
izin palsu. Saya bilang gausah. Tapi ibu bilang “bawa aja”. Saya bawa 4 surat asli di antaranya 1 surat
yang memang itu kesalahan. Kemudian, sudah nurut e orang PINTAR, saya gak kunjung sembuh, pas
di ronsen, gigi bungsu saya tumbuh di dekat leher (perbatasan gusi) saya berobat di RS Bunda
Margonda, saya operasi bayar umum karena darurat. Mata pipi dan mulut saya kaku seperti orang
stroke. Alhamdulillah BBH turun, saya pakai untuk operasi. Saya dapat surat ersetujuan, rekam
medis dkk, dan saya kasih ke mas Edu saat saya masuk. Namun mungkin mas edu lupa dan sibuk,
amplop rekam medis ada di atas meja. Saya gk ambil. Kebetulannya, besok nya itu, lantai 7 dipakai
untuk ada acara katanya ada yg sewa, hilang itu suratnya dan rekam medisnya, charger teman saya
pun hilang tapi ketemu. Di situ saya merasa, wah saya udah gakpunya ruang untuk ngasih penjelasan
kalua begini caranya. Saya lanjut diam. Saat itu saya juga udah sempat chat bu eka miscall mau
bicara, tapi gak diangkat, saya di sini posisi bingung, saya berusaha cari waktu menjelaskan, tapi
sepertinya bu eka crowd/sibuk terus.

Dampak bagi saya : kalua dijabarkan, sebenarnya banyak omongan teman saya yang mungkin
bahkan saya gak pernah ucapkan, tapi saya seolah olah lakukan hal tersebut, banyak lah hal-hal kecil
yang saya gak mau ambil pusing dan keep silent. Tapi hal hal di atas untuk sikologi sayAa cukup
berpengaruh. Mungkin tim akan berpikir saya terlalu lemah, jika saya katakana, di kos, pulang
magang saya langsung kerja sampai sangat malam demi menghidupi keluarga saya dan diri saya
sendiri, saya gak mau dikasihani karena hal personal yg saya hadapi, tapi saya juga gak mau
performa saya dinilai jadi jelek karena hal personal yang saya lakukan, tiap malam saya di kontrakkan
saya menangis, saya depresi dengan pandangan2 yang gak benar, saya depresi bahkan saya sempat
notice mau bunuh diri ke DPP, saya pun ma uke psikiater, apabila saya punya uang.. tapi saya gak
ada porsi hingga ke situ. Saya mau reminder ke bapak/ibu semua yang ada di sini, posisikan jadi saya
misalnya anak bapak atau ibu mengalami hal seperti saya, (ya semoga jangan sampai ya) tapia pa
yang bapak ibu rasakan, sampai saya harus dipaksa buat keputusan surat begini. Ibaratanya daripada
fkus ke saya yang melakukan hal tsb, saya inginnya difokuskan kenapa atau alas an tekanan apa
sampai saya melakukan hal-hal ini. Karena jujur, batch lalu saya juga magang merdeka di perusahaan
lain program MSIB, saya gak ada masalah walau ada kerjaan di rumah untuk keluarga. Bahkan di
divisi, saya mendapatkan nilai terbaik. Dan di peserta magang perusahaan sebelumnya ada 119
orang, saya masuk ke dalam 10 mahasiswa terbaik. Selain itu, di kampus saya juga peraih beasiswa
berprestasi Bintang Sekolah Indonesia sejak 2020. Dari perasaan saya yang terdalam, saya gak mau
apay g sudah saya achive baik di tempat magang ataupun luar, saya dicederai dengan hal-hal seperti
ini. Jika kita telaah dari sisi itu, mungkin akan terlihat jalan keluarnya. Dengan saya berdiskusi di sini,
saya berarti berihtiar sebelum benar-benar menyerah dalam hidup.
Paling terakhir banget yang mau saya sampaikan, pertama dan yang paling penting ke bu Eka,

Bu say aitu ngefans ama ibu, apa yang saya lakukan itu benar-benar ibu saya jadikan role model saya
dengan pengalaman dan kehebatan ibu sekarang, agaimana di lapangan, ibu itu keren banget dan
secara professional saya amat teramat takjub dengan ibu eka. Selain itu ibu eka juga baik waktu
menemani saya sakit, menyuruh saya pulang. Yang saya sayangkan dan membuat saya cukup sedih,
mungkin ada satu dua omongan yangada ibu terhasut. Saya nggak tau ada atau nggak, tapi dari
perlakuan yang saya rasakan, saya menerka hanya bisa sampai situ. Dengan orang sehebat bu eka,
sepintar, sesistematis bu eka, saya kurang tau pandangan bu eka tentang hal ini. tapi yang saya tau,
kalua misalnya saya ngomongin seseorang ke bu eka, di belakang seseorang itu/tanpa orag itu tau,
pasti saya juga ngomongin bu eka ke orang itu, biasanya yang saya tau begitubu, ya bu? Maka dari
itu saya keep apapun di saya seperti pesan bu eka, apapun ang tejadi keep di kita saja, karena bagi
saya. Hukum alam saling membicarakan itu mungkin terjadi. Jadi saya harap apabila ada omongan
yang mungkin sampai ke bu eka, tapi masih katanya, ya bu eka, dengan posisi bu eka sekarang
paham bagaimana menyikapinya. Dan hingga saat ini saya tetap menyangi dan ,menhormati bu eka
sebagai mentor, dengan saya tetap seperti sebelumnya, hal-hal yang saya bicarakan hanya seputar
pekerjaan.

ke mbak Rahayu dan mas Kemas dan PNC mungkin saya meminta maaf apabila merepotkan sampai
diibuatkan room dan saya berterimakasih banget ke PINTAR khususnya, saya juga menyatakan ini di
depan DPP bahwa sejauh ini secara kerja, porsi materi dan lain-lain TIDAK ADA eksploitasi apapun
dari PINTAR. PINTAR juga sangat fasilitasin saya untuk menambah teman dan komunikasi dari saya
yang sulit bergaul jadi ada kemajuan dari biweekly. Waktu saya sakit dan gak sadar PINTAR Gercep
banget lah. Pokoknya secara mitra saya acungkan jempol, secara ajaran pekerjaan dari bu eka pun
saya sangat suka dari awal bagaimana membuat pola approaching. Gak ada masalah lah.

Selanjutnya, apapun keputusannya, saya kembalikan ke PINTAR untuk diskusi lebih lanjut,
terimakasih..

Anda mungkin juga menyukai