Anda di halaman 1dari 16

PANDUAN PELAKSANAAN SURVEI

PENENTUAN SAMPEL DAN


TEKNIK WAWANCARA

PT. Indikator Politik Indonesia

Jl. Cisadane No. 8, Cikini Menteng, Jakarta Pusat 10330


Phone (+62-21) 3192 7996/98 | Fax (+62-21) 314 3867
Email info@indikator.co.id
www.indikator.co.id

Jakarta, 2023

0
I. PENDAHULUAN

Di Indonesia, seperti halnya di negara demokrasi lain, jajak pendapat menjadi bagian
penting dalam proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemerintah
maupun instansi terkait atau organisasi yang berkepentingan. Melalui jajak pendapat,
sebuah instansi pemerintah maupun organisasi lain dapat memperoleh gambaran
tentang bagaimana kinerja organisasinya, baik proses maupun hasilnya, menurut para
pemangku kepentingan. Hasil jajak pendapat bisa menunjukkan apakah kinerja
pemerintah atau sebuah organisasi memuaskan atau tidak, sesuai harapan atau tidak.
Dengan mengetahui pendapat pemangku kepentingan atas kinerja organisasi, maka
instansi pemerintah maupun organisasi yang terkait memperoleh landasan untuk
meningkatkan atau memperbaiki kinerjanya agar sesuai dengan harapan publik dan
pemangku kepentingan lainnya, baik internal maupun eksternal.
Selain itu, jajak pendapat adalah kesempatan bagi warga negara untuk
menyampaikan aspirasi dan kepentingannya yang terkait dengan kepentingan publik
kepada pihak terkait, terutama pemerintah. Jajak pendapat dapat menggali preferensi
warga negara secara sistematik dan karena itu menyediakan informasi sistematik
tentang preferensi warga negara tersebut, yang dapat digunakan merumuskan
kebijakan publik oleh pejabat publik.
Mengingat pentingnya peran jajak pendapat dalam menjalin ’percakapan’ antara
warganegara dan pemerintah, maka pelaksanaan jajak pendapat harus dilakukan
dengan metode yang benar, sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian. Metode jajak
pendapat harus dibuat, dipahami, dan dilaksanakan oleh semua pihak yang terlibat
untuk memperkecil terjadinya kesalahan dan meningkatkan kesahihan hasil.
Tantangan bagi jajak pendapat datang dari berbagai tahapannya, salah satunya dari
pengambilan data di lapangan. Pengambilan data, salah satunya dengan teknik
wawancara terstruktur, melibatkan banyak pewawancara. Sebagai ujung tombak jajak
pendapat, pewawancara harus dibekali dengan panduan agar dapat melaksanakan
wawancara dengan baik dan benar.
Indikator Politik Indonesia (INDIKATOR) telah bergerak dalam kegiatan jajak pendapat
sejak awal era reformasi di Indonesia. Sebagai bentuk komitmen untuk terus
mengawal demokrasi, INDIKATOR berupaya untuk menjaga pelaksanaan jajak
pendapat agar sesuai dengan kaidah penelitian. Tujuannya, agar hasil jajak pendapat
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah di hadapan publik. Upaya tersebut
dilakukan dengan membuat Panduan Pelaksanaan Jajak Pendapat bagi para
pewawancara. Panduan ini wajib dipahami dan dilaksanakan pewawancara untuk
memastikan pengambilan data dilakukan secara benar.

II. TUJUAN

Panduan Pelaksanaan Jajak Pendapat ini memiliki beberapa tujuan:

1. Menciptakan standar tata cara pelaksanaan pengambilan data di lapangan bagi


pewawancara, khususnya dalam menentukan sampel Rukun Tetangga (RT),
Kepala Keluarga (KK), dan Responden, serta melakukan wawancara.
2. Menjadi rujukan bagi pewawancara agar dapat melaksanakan tugasnya dengan
baik dan benar.

1
III. PENENTUAN RESPONDEN/SAMPEL

III.1. Kondisi Umum

Secara umum (dalam Survei Pilkada, Pileg atau Pilpres), populasi survei INDIKATOR
adalah warga Indonesia yang punya hak pilih: berusia 17 (tujuh belas) tahun atau
lebih, atau sudah menikah.

Untuk mendapatkan sampel, INDIKATOR menggunakan teknik Multistage Random


Sampling, dengan Primary Sampling Unit (PSU) berupa desa/kelurahan atau
setingkat desa/kelurahan.

Secara umum, INDIKATOR menetapkan kuota 10 (sepuluh) responden untuk setiap


PSU. Ke-10 responden tersebut berasal dari 5 (lima) Rukun Tetangga (RT) atau
setingkatnya yang dipilih secara acak.

Secara teknis, penentuan RT adalah sebagai berikut:

1. Di masing-masing desa terpilih, didaftar populasi RT atau yang setingkat,


kemudian dipilih secara acak 5 RT. Di masing-masing RT terpilih, populasi
keluarga didaftar, HARUS SELALU DIINGAT: URUTKAN SECARA
ALFABETIS.

2. Kemudian dipilih secara acak 2 keluarga. Di masing-masing keluarga terpilih,


kemudian daftar SEMUA anggota keluarga yang punya hak pilih laki-laki atau
perempuan, HARUS SELALU DIINGAT: URUTKAN DARI MULAI YANG
PALING TUA SAMPAI YANG PALING MUDA, dan kemudian dipilih secara
acak siapa yang akan menjadi responden di antara mereka.

3. Responden pertama HARUS Laki-laki, responden kedua HARUS perempuan,


responden ketiga HARUS laki-laki, responden keempat HARUS perempuan,
dan seterusnya sampai seluruh responden terpilih.

III.2. Kondisi Khusus

Namun demikian, pada kondisi tertentu, ketetapan tersebut kadang tidak dapat
diterapkan. Ada dua hal yang menjadi penyebabnya:

1. Pada suatu PSU, jumlah responden yang harus diwawancarai tidak sama
dengan 10 responden (misal: 6, 8, 12, 14, dll).

2. Pada suatu PSU, populasi RT-nya ternyata kurang dari 5 (atau kurang dari
jumlah sampel RT yang seharusnya).

Kondisi-kondisi tersebut akan berpengaruh terhadap prosedur pemilihan sampel,


terutama perbedaan dalam hal menentukan jumlah sampel RT serta jumlah Sampel

2
Kepala Keluarga (KK) pada tiap RT. Karena itu harus ada penjelasan lebih lanjut
berupa prosedur standar dalam pemilihan sampel, agar tidak terjadi kesalahan dalam
kegiatan yang dilakukan oleh peneliti di lapangan.

Prosedur di lapangan dalam menentukan jumlah sampel RT, KK dan Responden dalam
1 PSU dapat dilihat pada bagan berikut:

3
Simulasi penentuan dapat dilihat pada bagan berikut: di Lampiran 2, Lampiran 3,
dan Lampiran 4. Untuk kondisi khusus, lihat Lampiran 9.

4
5
6
7
IV. PROSEDUR

IV.1. Pemilihan RT (atau setingkat RT)

Rukun Tetangga (RT) adalah satuan lingkungan terkecil yang umum di dalam
suatu desa/kelurahan. Pada wilayah tertentu, satuan lingkungan terkecil bisa saja
bukan bernama RT; misalnya di Bali, satuan lingkungan terkecil pada umumnya
bernama “Banjar”.

Teknik pemilihan RT adalah sebagai berikut:

1. Di desa/kelurahan terpilih, daftarkan seluruh RT pada lembar acak RT, secara


berurut (RT 1, RT 2, RT 3, dan seterusnya). Atau jika RT menggunakan
”nama”, maka harus diurutkan secara alfabetis (a-z).

2. Kemudian pilih secara acak 5 RT (atau sebanyak sampel RT yang sesuai


dengan ketentuan untuk kasus khusus). Teknis pemilihan RT dengan
menggunakan Lembar Acak RT dapat dilihat seperti berikut:

8
IV.2. Pemilihan KK

Cara pemilihan KK adalah sebagai berikut:

1. Di masing-masing RT terpilih, daftarkan KK di lembar acak KK, HARUS


DIURUTKAN SECARA ALFABETIS.

2. Daftar KK harus diambil dari kelurahan dan harus diverifikasi dan diperbarui
di ketua RT terpilih atau di satuan administrasi terkecil di atas KK. Mintakan
tanda tangan dan cap atau jika tidak ada cap bisa minta no HP ketua RT.

3. Kemudian pilih secara acak 2 KK (atau sebanyak sampel KK sesuai dengan


ketentuan jika terjadi kasus khusus) dengan ketentuan sebagai berikut:

IV.2.1. KK Pertama untuk Responden Laki-laki

1. Pada lembar acak, tarik garis dari kiri ke kanan, di mulai dari pojok kiri atas,
hingga bertemu dengan angka yang lebih kecil atau sama dengan jumlah KK.

2. Setelah bertemu dengan sebuah angka acak yang memenuhi syarat di atas,
lingkari nomor urut KK yang sama dengan angka acak tersebut. Dan kita
tentukan bahwa pada KK terpilih tersebut, nantinya kita akan mewawancarai
1 orang anggota keluarga yang berjenis kelamin laki-laki berusia 17 tahun
atau lebih atau sudah menikah.

IV.2.2. KK Kedua untuk Responden Perempuan

1. Masih pada lembar acak yang sama, kemudian, tarik garis kembali ke kanan,
hingga bertemu dengan angka yang lebih kecil atau sama dengan jumlah KK
DAN berbeda dengan angka acak untuk KK pertama.

2. Setelah mendapatkan sebuah angka acak yang memenuhi syarat di atas,


lingkari nomor urut KK yang sama dengan angka acak tersebut. Dan kita
tentukan bahwa pada KK terpilih tersebut, nantinya kita akan mewawancarai
1 orang anggota keluarga yang berjenis kelamin perempuan berusia 17
tahun atau lebih atau sudah menikah.

Teknis penentuan KK untuk Responden Laki-laki dan Perempuan dapat dilihat seperti
di bawah ini:

9
IV.2.3. Pengacakan Lanjut KK

Pengacakan lanjut dilakukan jika:

1. Yang harus diwawancara responden laki-laki, tetapi KK terpilih tidak


mempunyai anggota keluarga laki-laki berusia 17 tahun atau lebih atau sudah
menikah. Pengacakan lanjut KK dilakukan hingga mendapat KK yang
mempunyai anggota keluarga laki-laki berusia 17 tahun atau lebih atau sudah
menikah.
2. Yang harus diwawancari responden perempuan, tapi KK tersebut tidak
mempunyai anggota keluarga perempuan usia 17 tahun atau lebih atau
sudah menikah. Pengacakan kembali KK dilakukan hingga mendapat KK yang
mempunyai anggota keluarga laki-laki berusian 17 tahun ke atasi atau sudah
menikah.
Untuk Bali atau kondisi yang mirip Bali, akan disediakan lembar acak KK khusus agar
dapat digunakan untuk merandom KK dalam jumlah sangat banyak.

10
IV.3. Pemilihan Responden

IV.3.1. Penentuan Responden

Cara menentukan Responden adalah sebagai berikut:

1. Di masing-masing keluarga terpilih, daftarkan seluruh anggota keluarga yang


berusia 17 tahun atau lebih atau sudah menikah, laki-laki saja atau
perempuan saja, dari yang paling tua hingga yang paling muda, di lembar
kishgrid.
2. Dari baris anggota keluarga paling muda, tarik garis ke kanan. Dan dari
kolom tanda kishgrid yang ditandai, tarik garis ke bawah. Titik perpotongan
kedua garis tersebut merupakan angka acak yang kita cari.
3. Kemudian lingkari nomor urut anggota keluarga yang sama dengan angka
acak yang kita dapatkan tadi, dan anggota keluarga tersebut adalah
responden yang harus diwawancarai.

Teknis penentuan responden dapat dilihat sebagai berikut:

11
IV.3.2. Penggantian Responden

• Responden terpilih wajib diwawancarai, kecuali ada alasan permanen yang


membatalkannya. Yaitu:
o Sakit yang mengakibatkan tidak bisa berkomunikasi dengan baik.
o Sudah uzur/pikun.
o Tidak ada di tempat sampai batas waktu survei selesai.

• Aturan penggantian responden dapat dilakukan dg dua langkah. LANGKAH


PERTAMA: Bila di dalam keluarga responden asli TERDAPAT anggota keluarga lain
yang profilnya sama dengan responden asli, sesuai dengan jawaban
pertanyaan AA1-AA8, DAN anggota keluarga tersebut BERSEDIA/ BISA
DIWAWANCARAI, maka anggota keluarga tersebut ditetapkan sebagai responden
pengganti. Bila ada lebih dari satu anggota keluarga yang bisa menjadi responden
pengganti, maka angota keluarga yang paling mirip profilnya dengan responden
asli yang dipilih sebagai responden pengganti. Bila langkah pertama tidak berhasil
maka lakukan LANGKAH KEDUA berikut:
• LANGKAH KEDUA: Tanya ke informan di rumah responden asli tersebut, apakah
keluarga di sebelah kiri terdapat orang yang profilnya sama dengan responden asli
(yang sesuai dengan jawaban pertanyaan AA1-AA8)? Jika ada, datangi rumah
sebelah kiri tersebut dan lakukan wawancara terhadap orang yang profilnya
sama dengan responden asli (tanpa pengacakan Kishgrid). Jika tidak ada,
tanyakan informasi rumah sebelah kanan, di depan, di belakang, dan seterusnya,
sampai dapat responden pengganti yang profilnya sama dengan responden asli.
• PERHATIAN SURVEYOR: JANGAN BERTANYA TENTANG PROFIL RESPONDEN
PENGGANTI KEPADA KETUA RT ATAU APARAT PEMERINTAHAN SETEMPAT.

12
RESPONDEN PENGGANTI HARUS BERADA DI RT YANG SAMA DENGAN RESPONDEN
ASLI.
• Penggantian responden wajib dikomunikasikan kepada AC/AAC.

IV.3.3. Status Responden

• Status responden sebagaimana yang dijelaskan pada poin IV.3.2 disebut sebagai
responden pengganti.
• Status responden sebagaimana dijelaskan pada poin IV.2.3 tetap disebut sebagai
responden asli.

V. TEKNIK WAWANCARA

Wawancara merupakan salah satu cara pengambilan data yang digunakan dalam jajak
pendapat. Oleh sebab itu, wawancara harus dilakukan dengan baik dan benar untuk
memaksimalkan perolehan data yang akurat, sahih, dan andal.

V.1. Cara Mengajukan Pertanyaan

1. Kuesioner ditanyakan kepada responden dengan cara mambacakannya. Tidak


dengan menyerahkan kepada responden untuk diisi sendiri.
2. Tanyakan semua pertanyaan menurut urutan pada kuesioner
3. Pada saat membacakan kuesioner, upayakan tidak mengubah kata-kata
dalam pertanyaan karena akan menimbulkan kesalahpahaman. Bacakan
sesuai dengan apa yang tertulis tanpa variasi atau tambahan kata-kata
4. Sesuaikan tempo (kecepatan) wawancara dengan responden anda.
5. Usahakan agar pembicaraan tidak menyimpang.
6. Tanyakan semua pertanyaan dengan sikap terus terang dan netral. Dalam
wawancara jangan menunjukkan reaksi kecuali memperlihatkan rasa tertarik
yang sopan.

V.2. Cara Melakukan Probing

1. Tidak mengarahkan
2. Kalimat standar untuk mengulang pertanyaan “mohon jelaskan maksud
bapak”, “dapatkah bapak menerangkan sekali lagi?” dan “apa maksud
bapak?”

Bagaimana jika responden menjawab “tidak tahu”?

1. Jangan terburu-buru menyimpulkan jawaban” tidak tahu” responden bahwa ia


benar-benar tidak tahu.
2. Perhatikan terlebih dahulu mengapa responden menjawab “tidak tahu” karena
jawaban “tidak tahu” dapat berarti :
a. Responden kurang memahami pertanyaan yang ditanyakan.
b. Responden sedang berpikir tetapi merasa kurang enak kalau
membiarkan pewawancara menunggu lama.

13
c. Responden ragu-ragu untuk mengeluarkan pendapatnya.
d. Responden betul-betul tidak tahu.

V.3. Cara mencatat jawaban

1. Lingkari jawaban dengan jelas menggunakan pena bertinta biru.


2. Jika ada kesalahan beri tanda garis sejajar (=) pada jawaban yang dianggap
salah.
3. Pertanyaan terbuka harus dicatat sesuai dengan jawaban responden.
Gunakan huruf kapital.

V.4. Sikap Pewawancara yang Baik

1. Jujur dan dapat dipercaya


2. Memiliki sifat ambisi (untuk memenuhi target), ulet, disiplin dan sabar.
3. Menjaga penampilan (pakaian, rambut, atribut).
4. Menciptakan suasana wawancara yang santai dan akrab (dengan kontak
mata, senyum, rasa humor atau mengucapkan pujian tentang
rumah/halaman atau anak).
5. Dapat menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga responden merasa
aman dan berkeinginan untuk memberi informasi yang sebenarnya.
6. Bersikaplah netral. Pewawancara tidak boleh memberi opini sendiri terhadap
pertanyaan, kendati responden menanyakan hal tersebut.
7. Tidak bereaksi (dalam arti memberi dukungan atau penolakan) terhadap
jawaban responden. Namun, tunjukan perhatian, misalnya dengan
mengangguk kepala atau mengucapkan “o, ya!”
8. Usahakan terus menerus menarik perhatian responden selama wawancara
berlangsung.

V.5. Bagaimana agar jawaban responden tidak dipengaruhui pendapat orang


lain pada saat wawancara?

1. Hindari adanya orang ketiga di dalam ruangan, jika tidak ada ruangan
tersendiri, sarankan untuk melakukan wawancara di sudut ruangan yang
biasanya lebih tenang, lebih tersendiri dan lebih sesuai.
2. Jika ada orang ketiga ingin memberikan pendapat, tolak dengan sopan tetapi
tegas. Pertama-tama sarankan agar mereka mengemukakan pendapat
mereka belakangan, lalu coba pusatkan perhatian pada responden anda dan
tidak lagi memperhatikan orang ketiga tersebut.
3. Usahakan untuk duduk berhadapan dengan responden agar dia tidak dapat
membaca kuesioner anda. Ciptakan suasana santai (tidak tegang) agar
responden dapat menjawab pertanyaan dengan tenang dan bebas.

V.6. Mengatasi Kendala di Lapangan

Salah satu kesulitan yang sering ditemui di lapangan adalah responden menolak untuk
diwawancarai karena curiga dengan kehadiran pewawancara. Agar tidak menemui
kesulitaan tersebut, pewawancara disarankan:

14
1. Menunjukkan surat ijin penelitian dari aparat pemerintah setempat.
2. Minta tolong kepada salah satu anggota masyarakat setempat yang dikenal.
Akan tetapi, hindari ditemani oleh seseorang yang sekiranya dapat
mempengaruhi jawaban responden.

V.7. Hal-hal yang Penting Diperhatikan

1. Jelaskan maksud dan tujuan dilakukannya survei/jajak pendapat sebelum


memulai wawancara.
2. Berikan penjelasan singkat atau pemahaman seputar topik yang dibahas.
3. Yakinkan responden bahwa informasi yang didapat wawancara ini adalah
penting.
4. Sebelum mengakhiri wawancara, pastikan semua pertanyaan telah diajukan
dan semua jawaban telah dicatat dengan rapi.
5. Di akhir wawancara ucapkan terima kasih kepada responden.

VI. LAIN-LAIN

Pewawancara wajib melaporkan segala perkembangan, kendala, dan tantangan di


lapangan kepada Koordinator Wilayah atau Asistennya.

Kesalahan dan kecurangan yang terjadi akan diproses menurut ketentuan yang
berlaku.

VII. PENUTUP

Sesuai tujuannya, panduan ini merupakan standar yang harus dipahami dan
dilaksanakan oleh setiap pewawancara. Dengan memahami dan melaksanakannya,
berarti pewawancara telah menunjukkan komitmen untuk melaksanakan tugas dengan
sebaik-baiknya serta ikut berpartisipasi mengawal demokrasi di Tanah Air.

Keragaman di lapangan bisa saja terjadi. Solusinya adalah berkoordinasi dengan Area
Coordinator dan selalu mengacu ke panduan ini sebelum melangkah. Semoga panduan
ini dapat digunakan dengan sebagaimana mestinya dan mencapai tujuan yang
diharapkan.

Salam

Prof. Burhanuddin Muhtadi, Ph. D


Direktur Eksekutif INDIKATOR

- SELAMAT BERTUGAS -

15

Anda mungkin juga menyukai