Jakarta, 2023
0
I. PENDAHULUAN
Di Indonesia, seperti halnya di negara demokrasi lain, jajak pendapat menjadi bagian
penting dalam proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemerintah
maupun instansi terkait atau organisasi yang berkepentingan. Melalui jajak pendapat,
sebuah instansi pemerintah maupun organisasi lain dapat memperoleh gambaran
tentang bagaimana kinerja organisasinya, baik proses maupun hasilnya, menurut para
pemangku kepentingan. Hasil jajak pendapat bisa menunjukkan apakah kinerja
pemerintah atau sebuah organisasi memuaskan atau tidak, sesuai harapan atau tidak.
Dengan mengetahui pendapat pemangku kepentingan atas kinerja organisasi, maka
instansi pemerintah maupun organisasi yang terkait memperoleh landasan untuk
meningkatkan atau memperbaiki kinerjanya agar sesuai dengan harapan publik dan
pemangku kepentingan lainnya, baik internal maupun eksternal.
Selain itu, jajak pendapat adalah kesempatan bagi warga negara untuk
menyampaikan aspirasi dan kepentingannya yang terkait dengan kepentingan publik
kepada pihak terkait, terutama pemerintah. Jajak pendapat dapat menggali preferensi
warga negara secara sistematik dan karena itu menyediakan informasi sistematik
tentang preferensi warga negara tersebut, yang dapat digunakan merumuskan
kebijakan publik oleh pejabat publik.
Mengingat pentingnya peran jajak pendapat dalam menjalin ’percakapan’ antara
warganegara dan pemerintah, maka pelaksanaan jajak pendapat harus dilakukan
dengan metode yang benar, sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian. Metode jajak
pendapat harus dibuat, dipahami, dan dilaksanakan oleh semua pihak yang terlibat
untuk memperkecil terjadinya kesalahan dan meningkatkan kesahihan hasil.
Tantangan bagi jajak pendapat datang dari berbagai tahapannya, salah satunya dari
pengambilan data di lapangan. Pengambilan data, salah satunya dengan teknik
wawancara terstruktur, melibatkan banyak pewawancara. Sebagai ujung tombak jajak
pendapat, pewawancara harus dibekali dengan panduan agar dapat melaksanakan
wawancara dengan baik dan benar.
Indikator Politik Indonesia (INDIKATOR) telah bergerak dalam kegiatan jajak pendapat
sejak awal era reformasi di Indonesia. Sebagai bentuk komitmen untuk terus
mengawal demokrasi, INDIKATOR berupaya untuk menjaga pelaksanaan jajak
pendapat agar sesuai dengan kaidah penelitian. Tujuannya, agar hasil jajak pendapat
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah di hadapan publik. Upaya tersebut
dilakukan dengan membuat Panduan Pelaksanaan Jajak Pendapat bagi para
pewawancara. Panduan ini wajib dipahami dan dilaksanakan pewawancara untuk
memastikan pengambilan data dilakukan secara benar.
II. TUJUAN
1
III. PENENTUAN RESPONDEN/SAMPEL
Secara umum (dalam Survei Pilkada, Pileg atau Pilpres), populasi survei INDIKATOR
adalah warga Indonesia yang punya hak pilih: berusia 17 (tujuh belas) tahun atau
lebih, atau sudah menikah.
Namun demikian, pada kondisi tertentu, ketetapan tersebut kadang tidak dapat
diterapkan. Ada dua hal yang menjadi penyebabnya:
1. Pada suatu PSU, jumlah responden yang harus diwawancarai tidak sama
dengan 10 responden (misal: 6, 8, 12, 14, dll).
2. Pada suatu PSU, populasi RT-nya ternyata kurang dari 5 (atau kurang dari
jumlah sampel RT yang seharusnya).
2
Kepala Keluarga (KK) pada tiap RT. Karena itu harus ada penjelasan lebih lanjut
berupa prosedur standar dalam pemilihan sampel, agar tidak terjadi kesalahan dalam
kegiatan yang dilakukan oleh peneliti di lapangan.
Prosedur di lapangan dalam menentukan jumlah sampel RT, KK dan Responden dalam
1 PSU dapat dilihat pada bagan berikut:
3
Simulasi penentuan dapat dilihat pada bagan berikut: di Lampiran 2, Lampiran 3,
dan Lampiran 4. Untuk kondisi khusus, lihat Lampiran 9.
4
5
6
7
IV. PROSEDUR
Rukun Tetangga (RT) adalah satuan lingkungan terkecil yang umum di dalam
suatu desa/kelurahan. Pada wilayah tertentu, satuan lingkungan terkecil bisa saja
bukan bernama RT; misalnya di Bali, satuan lingkungan terkecil pada umumnya
bernama “Banjar”.
8
IV.2. Pemilihan KK
2. Daftar KK harus diambil dari kelurahan dan harus diverifikasi dan diperbarui
di ketua RT terpilih atau di satuan administrasi terkecil di atas KK. Mintakan
tanda tangan dan cap atau jika tidak ada cap bisa minta no HP ketua RT.
1. Pada lembar acak, tarik garis dari kiri ke kanan, di mulai dari pojok kiri atas,
hingga bertemu dengan angka yang lebih kecil atau sama dengan jumlah KK.
2. Setelah bertemu dengan sebuah angka acak yang memenuhi syarat di atas,
lingkari nomor urut KK yang sama dengan angka acak tersebut. Dan kita
tentukan bahwa pada KK terpilih tersebut, nantinya kita akan mewawancarai
1 orang anggota keluarga yang berjenis kelamin laki-laki berusia 17 tahun
atau lebih atau sudah menikah.
1. Masih pada lembar acak yang sama, kemudian, tarik garis kembali ke kanan,
hingga bertemu dengan angka yang lebih kecil atau sama dengan jumlah KK
DAN berbeda dengan angka acak untuk KK pertama.
Teknis penentuan KK untuk Responden Laki-laki dan Perempuan dapat dilihat seperti
di bawah ini:
9
IV.2.3. Pengacakan Lanjut KK
10
IV.3. Pemilihan Responden
11
IV.3.2. Penggantian Responden
12
RESPONDEN PENGGANTI HARUS BERADA DI RT YANG SAMA DENGAN RESPONDEN
ASLI.
• Penggantian responden wajib dikomunikasikan kepada AC/AAC.
• Status responden sebagaimana yang dijelaskan pada poin IV.3.2 disebut sebagai
responden pengganti.
• Status responden sebagaimana dijelaskan pada poin IV.2.3 tetap disebut sebagai
responden asli.
V. TEKNIK WAWANCARA
Wawancara merupakan salah satu cara pengambilan data yang digunakan dalam jajak
pendapat. Oleh sebab itu, wawancara harus dilakukan dengan baik dan benar untuk
memaksimalkan perolehan data yang akurat, sahih, dan andal.
1. Tidak mengarahkan
2. Kalimat standar untuk mengulang pertanyaan “mohon jelaskan maksud
bapak”, “dapatkah bapak menerangkan sekali lagi?” dan “apa maksud
bapak?”
13
c. Responden ragu-ragu untuk mengeluarkan pendapatnya.
d. Responden betul-betul tidak tahu.
1. Hindari adanya orang ketiga di dalam ruangan, jika tidak ada ruangan
tersendiri, sarankan untuk melakukan wawancara di sudut ruangan yang
biasanya lebih tenang, lebih tersendiri dan lebih sesuai.
2. Jika ada orang ketiga ingin memberikan pendapat, tolak dengan sopan tetapi
tegas. Pertama-tama sarankan agar mereka mengemukakan pendapat
mereka belakangan, lalu coba pusatkan perhatian pada responden anda dan
tidak lagi memperhatikan orang ketiga tersebut.
3. Usahakan untuk duduk berhadapan dengan responden agar dia tidak dapat
membaca kuesioner anda. Ciptakan suasana santai (tidak tegang) agar
responden dapat menjawab pertanyaan dengan tenang dan bebas.
Salah satu kesulitan yang sering ditemui di lapangan adalah responden menolak untuk
diwawancarai karena curiga dengan kehadiran pewawancara. Agar tidak menemui
kesulitaan tersebut, pewawancara disarankan:
14
1. Menunjukkan surat ijin penelitian dari aparat pemerintah setempat.
2. Minta tolong kepada salah satu anggota masyarakat setempat yang dikenal.
Akan tetapi, hindari ditemani oleh seseorang yang sekiranya dapat
mempengaruhi jawaban responden.
VI. LAIN-LAIN
Kesalahan dan kecurangan yang terjadi akan diproses menurut ketentuan yang
berlaku.
VII. PENUTUP
Sesuai tujuannya, panduan ini merupakan standar yang harus dipahami dan
dilaksanakan oleh setiap pewawancara. Dengan memahami dan melaksanakannya,
berarti pewawancara telah menunjukkan komitmen untuk melaksanakan tugas dengan
sebaik-baiknya serta ikut berpartisipasi mengawal demokrasi di Tanah Air.
Keragaman di lapangan bisa saja terjadi. Solusinya adalah berkoordinasi dengan Area
Coordinator dan selalu mengacu ke panduan ini sebelum melangkah. Semoga panduan
ini dapat digunakan dengan sebagaimana mestinya dan mencapai tujuan yang
diharapkan.
Salam
- SELAMAT BERTUGAS -
15