Anda di halaman 1dari 19

TRANING OF TRAINER (TOT)

MAKALAH

Tentang:
1. Mengawal Hak Pilih
2. Memahami Kampanye Pemilu
3. Mengawal Suara Di TPS

Oleh :

PKD Siyar
PKD Pajaran
PKD Krengih
PKD Kanigoro
PKD Genengwaru
PKD Sumberglagah

BADAN PENGAWAS PEMILU


PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN UMUM
KECAMATAN REMBANG
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan

makalah ini.

Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW

beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama

Islam.

Dalam penyusunan makalah ini kami sadar bahwa masih banyak

kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu saya mengharapkan kritikan positif,

sehingga bisa diperbaiki seperlunya.

Akhirnya kami tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir

amalan kami dan bermanfaat khususnya bagi kami selaku Pengawas Pemilu

Kelurahan atau Desa dan umumnya bagi seluruh pembaca. Amin Yaa Robbal

'Alamin.

(PENYUSUN)

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………..…. i

Daftar Isi …………………………………………………..…. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……………………………... 1

B. Rumusan Masalah …………………………………….. 2

C. Tujuan Masalah ……………………………………… 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Mengawal Hak Pilih ……............................................ 4

B. Memahami Kampanye Pemilu ...................................... 6

C. Mengawal Suara di TPS ……………….................…... 10

BAB III PENUTUP

Kesimpulan …………………………………………….. 15

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pemilih dalam penyelenggaraan Pemilu menempati posisi yang sangat
penting, sebab prasyarat terlaksananya Pemilu adalah terpenuhinya unsur-unsur
berikut: (a) Penyelenggara Pemilu (KPU, Bawaslu dan DKPP); (b) pemilih, (c)
peserta Pemilu, dan (d) adanya sistem Pemilu. Namun demikian, data pemilih
selalu menjadi isu utama dalam setiap perhelatan Pemilu dan Pilkada. Ketepatan
dan kebenaran data pemilih dapat mempengaruhi penyelenggaraan Pemilu yang
jujur, adil dan berkualitas. Data pemilih yang tidak tepat berpotensi terhadap
hilangnya hak pilih atau penyalahgunaan hak pilih oleh yang tidak berhak. Data
pemilih yang tidak akurat juga dapat menjadi penyebab pemungutan suara ulang
(PSU). Masyarakat perlu secara proaktif mengawal proses pemutakhiran data
pemilih untuk menjamin terpenuhinya hak pilih mereka dalam Pemilu dan
Pilkada. Ketepatan dan kebenaran data pemilih adalah tanggung jawab bersama,
agar data pemilih yang ditetapkan oleh KPU benar-benar berkualitas. Pada akhir
sesi ini peserta diharapkan dapat memahami proses penyusunan daftar pemilih,
pentingnya mengawal hak pilih dan cara mengawal hak pilih.
Kampanye adalah salah satu tahapan penting dalam Pemilu. Sebab,
kampanye menjadi sarana bagi kandidat/calon untuk menyampaikan visi, misi dan
program kepada khalayak secara terbuka. Bagi pemilih, kampanye menjadi sarana
untuk mengetahui secara mendalam tentang gagasan, ide dan cita-cita
kandidat/calon sebagai dasar untuk memilih saat hari pemungutan suara. Pada
masa kampanye, masyarakat perlu mewaspadai adanya kampanye hitam (black
campaign). Kampanye hitam dilakukan dengan cara menyebar fitnah, kebohongan
(hoax), kebencian dan tuduhan-tuduhan tanpa bukti lainnya terhadap kompetitor
atau lawan politik dengan tujuan membunuh karakter. Kampanye hitam, selain
disebarkan secara tradisional, seperti spanduk, selebaran, majalah dan surat kaleng
juga melalui dunia maya seperti media sosial (Facebook, Twitter, Instagram, dan
lain-lain) atau aplikasi pengirim pesan (Whatsapp, Telegram, dan lain-lain).

1
2

Kampanye hitam berbeda dengan Kampanye Negatif. Kampanye negatif


umumnya menyampaikan tentang kekurangan seseorang atau lawan politik
dengan berlandaskan data dan fakta yang sudah terjadi sebelumnya. Di Indonesia,
kampanye negatif masih diperbolehkan, tetapi kampanye hitam benar-benar
dilarang karena tergolong perbuatan melanggar hukum dan berkonsekuensi pidana
karena berpotensi memunculkan konflik sosial di masyarakat. Agar Pemilu
berjalan aman dan damai, peserta pemilu, pelaksana kampanye, petugas
kampanye maupun pihak lain yang ditunjuk, diharapkan menghindari penggunaan
kampanye hitam untuk memperoleh kemenangan. Masyarakat diharapkan
berperan aktif mengawasi pelaksanaan tahapan kampanye dan melaporkan kepada
Bawaslu jika terjadi dugaan pelanggaran, khususnya kampanye hitam.
Perjalanan pemilu ke pemilu, seringkali diwarnai persoalan terkait
perselisihan hasil perolehan suara. Tidak sedikit persoalan sengketa/perselisihan
hasil pemungutan suara masuk ke ranah hukum. Tidak sedikit pula kejadian ini
berdampak pada perselisihan, pertikaian, hingga kerusuhan antar pendukung.
Pencegahan sengketa perolehan hasil Pemilu dan Pilkada ini bisa dilakukan
dengan langkah partisipatif, yaitu pelibatan masyarakat pemilih dalam mengawal
suara.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja syarat dan jenis pemilih, pentingnya dan cara mengawal hak pilih
2. Apa yang dimaksud dengan kampanye pemilu dan teknik/metode kampanye
pemilu, potensi pelanggaran tahapan kampanye Pemilu, kampanye hitam dan
kampanye negatif serta strategi mewujudkan kampanye damai.
3. Apa yang dimaksud dengan konsep tentang pentingnya mengawal suara,
pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara, dan memahami langkah
pengawalan suara di TPS.
3

C. Tujuan Masalah

1. Memahami syarat dan jenis pemilih, pentingnya dan cara mengawal hak pilih
2. Memahami pengertian dan teknik/metode, potensi pelanggaran tahapan
kampanye Pemilu, kampanye hitam dan kampanye negatif serta strategi
mewujudkan kampanye damai.
3. Peserta memahami konsep tentang pentingnya mengawal suara, pelaksanaan
pemungutan dan penghitungan suara, dan memahami langkah pengawalan
suara di TPS.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mengawal Hak Pilih


1. Memahami Syarat dan Jenis Pemilih
Pemilih menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum adalah Warga Negara Indonesia (WNI) yang sudah
genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih, sudah kawin atau sudah
pernah kawin. Untuk bisa memberikan hak suara pada Pemilu, warga
harus terdaftar dalam daftar pemilih. Demikian juga, untuk bisa didaftar
dalam daftar pemilih, warga harus memenuhi syarat sebagai pemilih.
(Pasal 4, PKPU nomor 7 tahun 2022).
Berangkat dari daftar penduduk potensial pemilih Pemilu (DP4)
yang diturunkan oleh Kementrian Dalam Negeri, KPU melakukan proses
pemutakhiran data pemilih sehingga menghasilkan daftar pemilih tetap
(DPT). Pada tahapan inilah masyarakat bisa ikut mengawasi prosesnya.
Pada dasarnya, pemilih berhak mendapatkan 5 (lima) jenis surat suara
pada Pemilu, dan 2 (dua) jenis surat suara pada saat Pilkada. Namun,
dalam hal pemilih tidak menggunakan hak pilihnya di TPS alamat asal,
yang bersangkutan dapat mengajukan pindah memilih di TPS lain dengan
menggunakan form-A.Surat Pindah Memilih melalui Panitia Pemungutan
Suara (PPS) di desa/kelurahan asal, atau di kantor KPU setempat. Dalam
hal ini, ia akan dicatat sebagai pemilih tambahan dan dimasukkan dalam
Daftar Pemilih Tambahan (DPTb). Pemilih jenis ini hanya berhak
mendapatkan surat suara sesuai dengan daerah pemilihan (Dapil) dimana
dia berada. Contoh: Budi terdaftar dalam DPT Kabupaten Mojokerto.
Karena pekerjaannya, dia menggunakan hak pilihnya di Kabupaten
Pasuruan. Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan berbeda Daerah
Pemilihan (Dapil) untuk pemilihan anggota DPR RI, DPRD Provinsi dan
DPRD Kabupaten/Kota. Maka Budi hanya berhak mendapatkan surat

4
5

suara Pemilihan Presiden dan Pemilihan Anggota DPD. Pada hari


pemungutan suara, pemilih yang tidak terdaftar di DPT dan DPTb, dapat
menggunakan hak suaranya dengan menunjukkan KTP elektronik. Pemilih
kategori ini masuk pada daftar pemilih khusus (DPK). Pemilih DPK hanya
dapat menggunakan hak pilihnya di Tempat Pemungutan Suara (TPS)
sesuai alamat KTP elektronik dan baru bisa menggunakan hak pilihnya
diatas pukul 12.00.
Dalam proses pemutakhiran data pemilih, penyandang disabilitas
mendapat perhatian serius, dengan adanya kolom khusus untuk
megidentifikasi jenis disabilitasnya. Semua pemilih disabilitas harus tetap
didata dalam daftar pemilih, termasuk disabilitas mental. Tujuannya agar
pemilih mendapatkan layanan dan akses sesuai kebutuhan saat
menggunakan hak suaranya di TPS. Contohnya, pemilih tuna netra akan
mendapatkan alat bantu mencoblos yang dilengkapi dengan huruf braille.
Pemilih disabilitas juga dapat mengajukan pendamping saat menggunakan
hak suaranya, dengan syarat mengisi form-C. Pendamping Pemilih.
2. Pentingnya dan Cara Mengawal Hak Pilih
Mengawal hak pilih tidak hanya untuk memastikan masyarakat dapat
menggunakan hak pilihnya, tetapi juga hak dipilih. Karena salah satu
syarat pencalonan sebagai Presiden dan Wakil Presiden, DPR, DPD
maupun Kepala Daerah, adalah terdaftar dalam daftar pemilih. Pada
tahapan pemutakhiran data pemilih, jika masih ditemukan kesalahan
administrasi, pemilih dapat menyampaikan tanggapan kepada KPU dan
jajaran ad hoc di bawahnya. Selain itu, laporan juga dapat disampaikan
kepada Bawaslu setempat, karena dalam setiap tahapan Pemilu atau
Pilkada, Bawaslu mendirikan Posko Aduan Masyarakat (PAM Bawaslu).
Dalam menyampaikan laporan, masyarakat dapat langsung
mendatangi kantor Bawaslu setempat, melalui pusat layanan (call center)
atau tautan laporan online yang bisa diakses oleh masyarakat secara
mudah. Selain itu, laporan juga dapat disampaikan melalui:
6

a) Tautan komunitas digital pengawasan partisipatif yang bisa diakses


melalui https://jarimuawasipemilu.bawaslu.go.id/
b) Tautan sistem informasi penanganan pelanggaran dan pelaporan (Sigap
Lapor) yang bisa diakses melalui https://sigaplapor.bawaslu.go.id/

Pemilih dapat mengawal haknya dengan cara:

a) Proaktif saat Pantarlih datang untuk melakukan Coklit


b) Tertib administrasi kependudukan
c) Cek data diri dan keluarga dalam setiap tahapan pemutakhiran data
pemilih, melalui laman KPU https://cekdptonline.kpu.go.id/ atau
aplikasi lindungi hakmu. Bisa juga secara offline dengan mencermati
pengumuman yang ditempel oleh PPS mulai DPS hingga DPT.
d) Proaktif menyampaikan tanggapan, masukan atau laporan kepada KPU
maupun Bawaslu.

B. Memahami Kampanye Pemilu


1. Pengertian dan Teknik/Metode Kampanye Pemilu
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti Kampanye
adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi politik atau calon yang
bersaing memperebutkan kedudukan dalam parlemen dan sebagainya
untuk mendapat dukungan massa pemilih dalam satu pemungutan suara.3
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan
Umum, pengertian Kampanye ialah kegiatan peserta pemilu atau pihak
lain yang ditunjuk oleh peserta pemilu untuk meyakinkan pemilih dengan
menawarkan visi, misi, program dan/atau citra diri Peserta Pemilu.
Berdasarkan pengertian diatas, Kampanye dapat diartikan sebagai saluran
interaksi antara kandidat dengan calon pemilih dalam rangka optimalisasi
keterpilihan.
Dalam penyelenggaraan Pemilu, kegiatan kampanye dilakukan
dengan bermacam- macam metode, antara lain:
a) pertemuan terbatas
7

b) pertemuan tatap muka


c) penyebaran bahan kampanye pemilu kepada umum
d) pemasangan alat peraga kampanye di tempat umum
e) kampanye di media social
f) iklan kampanye di media massa cetak, media massa elektronik dan
internet
g) rapat umum
h) debat pasangan calon dan
i) kegiatan lain yang tidak melanggar larangan Kampanye Pemilu dan
Ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Beragam metode kampanye tersebut dilaksanakan oleh pelaksana
kampanye yang meliputi pengurus partai politik, calon anggota legislatif,
maupun pihak lain yang ditunjuk sebagai petugas kampanye, sedangkan
peserta kampanye adalah masyarakat umum yang memiliki hak pilih
dalam Pemilu.
2. Potensi Pelanggaran Tahapan Kampanye Pemilu
Untuk menjaga kualitas tahapan kampanye sebagai pendidikan
politik jelang Pemilu, pelaksana, peserta, dan tim kampanye Pemilu
dilarang (pasal 280 ayat 1 Undang-Undang nomor & Tahun 2017):
a) Mempersoalkan dasar negara Pancasila, Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan bentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
b) Melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
c) Menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon, dan/atau
Peserta Pemilu yang lain;
d) Menghasut dan mengadu domba perseorangan ataupun masyarakat;
e) Mengganggu ketertiban umum;
8

f) Mengancam untuk melakukan kekerasan atau menganjurkan


penggunaan kekerasan kepada seseorang, sekelompok anggota
masyarakat, dan/atau Peserta Pemilu yang lain;
g) Merusak dan/atau menghilangkan alat peraga kampanye Peserta
Pemilu;
h) Menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat
pendidikan;
i) Membawa atau menggunakan tanda gambar dan/atau atribut selain dari
tanda gambar dan/atau atribut Peserta Pemilu yang bersangkutan; dan
j) Menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada peserta
Kampanye Pemilu.
3. Kampanye Hitam dan Kampanye Negatif serta Strategi Mewujudkan
Kampanye Damai.
Pelaksanaan kampanye di Indonesia kerapkali diwarnai dengan
Kampanye Hitam (black campaign) sebagai salah satu cara yang dipilih
untuk memenangkan Pemilu. Kampanye hitam dilakukan dengan
menyebar ujaran kebencian, cacian, hinaan, fitnah, adu domba, bahkan
ancaman kekerasan kepada seseorang atau peserta Pemilu lainnya yang
menjadi kompetitor. Sarana atau media yang digunakan untuk
menyebarkan kampanye hitam antara lain spanduk, selebaran, majalah
atau buletin bahkan disampaikan langsung oleh oknum petugas kampanye
ketika pertemuan tatap muka. Sekarang, saluran penyebaran kampanye
hitam pun berkembang di dunia maya seperti media sosial (Facebook,
Twitter, Youtube, Instagram) dan aplikasi pengirim pesan seperti
Whatsapp dan Telegram. Penyebaran kampanye hitam di media sosial
relative lebih massif karena cakupan yang luas dan penyebarannya relative
cepat.
Kampanye Hitam berbeda dengan Kampanye Negatif. Kampanye
negatif umumnya dilakukan dengan mengungkap kelemahan dan
kesalahan lawan politik dengan narasi yang objektif. Kampanye negatif
menghindari konten atau isi kampanye yang menyerang calon atau
9

kompetitor lain tanpa berbasiskan data dan fakta yang akurat. Contoh
kampanye negatif dalam pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres)
tahun 2019 silam, dilakukan dengan mengungkap jumlah utang dalam dan
luar negeri yang meningkat selama pasangan calon presiden petahana
memimpin. Kampanye negatif tidak dilarang oleh KPU maupun Bawaslu
karena memperkuat pendidikan politik masyarakat, khususnya tentang isu-
isu mutakhir pengelolaan negara. Kandidat yang menjadi sasaran
kampanye negatif pun tetap diberi ruang untuk menanggapi dengan
memaparkan data atau argumen yang dapat membela posisinya.
Kampanye hitam tergolong tindak kejahatan Pemilu. Setiap orang
yang terbukti memproduksi dan/atau menyebarluaskan kampanye hitam,
dikenai hukuman penjara dan denda. Pasal 521 Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2017 tentang Pemilu menyatakan bahwa setiap pelaksana, peserta
dan/atau tim kampanye Pemilu yang dengan sengaja melanggar larangan
pelaksanaan kampanye pemilu dipidana dengan pidana penjara paling
lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp24.000.000,00 (dua
puluh empat juta rupiah). Khusus pelaku kampanye hitam di media sosial
dan bukan kategori pelaksana, peserta dan/atau tim kampanye Pemilu,
dapat dijerat dengan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik
(UU ITE). Pembuat kampanye hitam via media sosial, jika terbukti
bersalah akan divonis dengan hukuman penjara maksimal 4 (empat) tahun
dan/atau denda paling banyak 750.000.000 (Tujuh Ratus Lima Puluh Juta
Rupiah), sedangkan penyebar kampanye hitam jika terbukti bersalah akan
dihukum penjara maksimal 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak
1.000.000.000 (Satu Milyar Rupiah).
Masyarakat perlu proaktif dalam melakukan pengawasan terhadap
fenomena kampanye hitam. Diperlukan upaya memperkuat pemahaman
tentang larangan- larangan dalam kampanye Pemilu. Di lain pihak, bagi
pelaksana, peserta, dan tim kampanye perlu didorong untuk terus
menghadirkan kampanye yang sehat dan simpatik. Memperluas saluran-
saluran komunikasi antara kandidat dan konstituen pun perlu dilakukan.
10

C. Mengawal Suara Di TPS


1. Konsep Tentang Pentingnya Mengawal Suara
Suara dalam pemilu adalah penyampaian aspirasi/pilihan yang di
tuangkan dalam surat suara dan dilaksanakan pada saat pelaksanaan
pemilihan umum ataupun pemilihan kepala daerah dan wakil kepala
daerah pada tahapan pemungutan suara. Sementara Pemungutan Suara
merupakan tahapan puncak dalam penyelenggaraan pemilu, yaitu
mekanisme pengambilan keputusan atau pemberian amanah kepada
peserta pemilu yang dilaksanakan secara rahasia.
Dengan menggunakan hak suara dalam Pemilu, berarti kita bukan
sekedar menjadi penonton dalam demokrasi, akan tetapi menjadi bagian
yang ikut terlibat menentukan pengambilan keputusan politik negara.
Meskipun hanya sekedar mencoblos, tetapi Tindakan tersebut memiliki
makna penting, yaitu partisipasi aktif dalam penentuan nasib bangsa
selama 5 (lima) tahun kedepan. Kedatangan pemilih di Tempat
Pemungutan Suara (TPS) sesungguhnya tidak hanya di maknai sebagai
bentuk pemberian hak suara semata, namun jauh lebih penting dari itu
adalah sebagai bentuk peletakan harapan pemilih kepada calon yang akan
dipilih, yaitu harapan terwujudnya kesejahteraan, kamakmuran, kemajuan,
hak layak hidup dan lain- lain yang wajib di penuhi oleh pemimpin
terpilih. Dalam waktu kurang dari satu menit di bilik TPS, menentukan
nasib 5 (tahun) arah ke depan bangsa.
Selain itu, tahapan pemungutan suara di TPS merupakan bagian
krusial prinsip demokrasi “Satu Orang, Satu Suara, Satu nilai”. Bentuk
perwujudan kesamaan kedudukan dalam konteks politik, memberikan hak
dan nilai sama kepada setiap orang tanpa memandang darimana atau siapa
orang-orang tersebut.
Proses penghitungan dan rekapitulasi suara membutuhkan tahapan
dan waktu cukup panjang, sehingga perlu dilakukan pengawalan suara.
Pengawalan diperlukan karena setiap penyelenggaraan tahapan pemilu
memiliki kerawanan pelanggaran, bahkan mungkin kecurangan, baik yang
11

berhubungan dengan proses penyelenggaraan ataupun berkaitan dengan


penyalahgunaan hak pilih.
Dari tahun 2004 hingga 2019, Mahkamah Konstitusi (MK)
menerima permohonan sengketa hasil Pemilihan Umum sebanyak 672.
Sementara permohonan perkara perselisihan hasil pemilihan kepala
Daerah dari tahun 2008 hingga 2022 sebanyak 1.136 perkara. Permohonan
sengketa tersebut banyak didasari persoalan hak pilih yang hilang.
Hilangnya hak pilih antara lain disebabkan oleh: pertama, Kelompok
Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) tidak memberikan formulir C-
Pemberitahuan atau surat pemberitahuan pemilih kepada pemilih yang
terdaftar dalam Daftar Pemilih tetap (DPT). Surat pemberitahuan tersebut
digunakan sebagai undangan untuk hadir menggunakan hak pilihnya
sesuai dengan TPS yang telah ditentukan. Kedua, terdapat pemilih
pindahan yang tidak dapat menggunakan hak pilihnya, karena kurangnya
pemahaman mekanisme penggunaan hak pilih di luar alamat KTP (pindah
pilih). Ketiga, adanya intimidasi atau larangan dalam penggunaan hak
pilih, baik disebabkan aturan di tempat kerja atau unsur politis lainnya.
Setelah hak pilih dapat di kawal dengan baik, tentunya mengawal
pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara adalah langkah lanjutan
yang tidak bisa ditinggalkan. Dalam mengawal proses pemungutan dan
penghitungan suara, terdapat beberapa kerawanan, antara lain: pertama,
banyak surat suara tidak sah yang disebabkan ketidak pahaman pemilih
dalam penggunaan hak pilih (cara mencoblos) ataupun karena gerakan
golput yang menghimbau pemilih untuk tidak datang ke TPS atau sengaja
merusak surat suara, sehingga menjadi tidak sah. Kedua, intimidasi
penentuan pilihan di TPS utamanya terhadap kelompok rentan (disabilitas,
pemilih adat, perempuan buta huruf, masyarakat pinggiran/terpencil dll) .
Ketiga, palaksanaan penghitungan suara yang tidak transparan (tidak
melibatkan saksi peserta pemilu dan pengawas pemilu). Keempat,
terjadinya perubahan/pergerakan perolehan suara karena terdapat
kecurangan.
12

2. Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara


Pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara adalah kegiatan
yang diselenggaran di TPS. Kegiatan ini terbagi menjadi dua jenis
kegiatan, yaitu pemungutan suara dan penghitungan suara. Pelaksanaan
pemungutan suara dimulai pukul 07.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB.
Sejumlah pemilih yang telah ditetapkan dalam Daftar Pemilih Tetap
(DPT), Daftar Pemilih Tambahan (DPTb) dan Daftar Pemilih Khusus
(DPK) adalah pemilih yang berhak menggunakan hak pilihnya di TPS.
Pendirian TPS dilakukan satu hari sebelum pelaksanaan pemungutan
suara.
Adapun kegiatan penghitungan suara, yaitu proses penghitungan
surat suara untuk menentukan perolehan suara di TPS. Kegiatan ini
dimulai seusai kegiatan pemungutan suara dan dilakukan hingga selesai.
Pihak- pihak yang terlibat dalam pemungutan dan penghitungan suara
adalah: Petugas TPS (KPPS), Pengawas TPS, Saksi, Pemantau Pemilu dan
Pemilih.
Sesudah pemungutan dan penghitungan suara di TPS, proses
dilanjutkan dengan tahapan rekapitulasi hasil perolehan suara secara
berjenjang, mulai dari tingkat kecamatan oleh Panitia Penyelenggara
Kecamatan (PPK), dilanjutkan di tingkat Kabupaten oleh (Komisi
Pemilihan Umum) KPU Kabupaten/Kota kemudian dilanjutkan ditingkat
Provinsi oleh KPU Provinsi, hingga ditingkat Nasional oleh KPU RI
sesuai tingkatan pemilihannya. Semua proses dilanjutkan dengan
penyampaian pengumuman Rekapitulasi Hasil penghitungan Suara di
semua jenjang, baik di papan pengumuman ataupun di laman KPU semua
tingkatan.
Dalam mewujudkan penyelenggaraan pemilu yang adil, jujur,
dengan hasil yang akurat, diperlukan langkah-langkah dalam mengawal
suara. Pengawalan suara dilakukan mulai proses penggunaan hak pilih,
13

pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara, hingga penetapan


perolehan suara.
3. Langkah Pengawalan Suara Di TPS
Langkah dalam mengawal suara disusun dalam istilah singkatan CALL
(Cermati, Awasi, Lakukan dan Laporkan) :
a) Memastikan perlindungan hak pilih dengan cara :
✓ Cermati : Mengecek pengumuman daftar pemilih di Balai Desa,
dan memastikan nama kita masuk dalam daftar pemilih atau cek
Daftar Pemilih Tetap (DPT) online pada link :
https://cekdptonline.kpu.go.id/
✓ Awasi : Memastikan telah menerima C.Pemberitahuan pada H-3
sebelum pemungutan suara
✓ Lakukan : Jika terjadi intimidasi untuk tidak hadir ke TPS dengan
alasan apapun, maka katakan “TIDAK”
✓ Laporkan : Melaporkan kepada pengawas di semua tingkatan, jika
nama tidak terdaftar sebagai pemilih, atau dapat melapor melalui
aplikasi Kawal Hak Pilih Bawaslu dengan link:
https://jarimuawasipemilu.bawaslu.go.id/home atau link:
https://sigaplapor.bawaslu.go.id/
b) Memastikan tidak disalahgunakannya hak pilih dengan cara :
✓ Cermati : Mengenal visi dan misi calon sebagai dasar menentukan
pilihan
✓ Awasi : Turut memantau dan mengawasi proses penghitungan
suara, memantau dan mengikuti perkembangan rekapitulasi hasil
perolehan suara melalui pengumuman yang dilakukan oleh KPU
dan jajarannya, baik secara online ataupun pada papan
pengumuman.
✓ Lakukan : Hadir di TPS dengan menggunakan hak suara secara
benar
14

✓ Laporkan : Jika proses penghitungan suara dilakukan tertutup atau


menemukan perubahan/pergeseran perolehan suara, laporkan
kepada pengawas pemilu sesuai tingkatannya.
✓ Turut serta memberikan sosialisasi dan pendidikan pengawasan
partisipatif kepada keluarga, komunitas, dan masyarakat
sekitar.Pihak yang harus terlibat dalam pengawalan suara adalah
Penyelenggara Pemilu, Pemilih, Peserta Pemilu, Pemantau Pemilu,
Masyarakat Umum. (TTN)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemilih menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum adalah Warga Negara Indonesia (WNI) yang sudah genap
berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih, sudah kawin atau sudah pernah
kawin. Untuk bisa memberikan hak suara pada Pemilu, warga harus terdaftar
dalam daftar pemilih. Demikian juga, untuk bisa didaftar dalam daftar
pemilih, warga harus memenuhi syarat sebagai pemilih. (Pasal 4, PKPU
nomor 7 tahun 2022). Mengawal hak pilih tidak hanya untuk memastikan
masyarakat dapat menggunakan hak pilihnya, tetapi juga hak dipilih. Karena
salah satu syarat pencalonan sebagai Presiden dan Wakil Presiden, DPR, DPD
maupun Kepala Daerah, adalah terdaftar dalam daftar pemilih. Pada tahapan
pemutakhiran data pemilih, jika masih ditemukan kesalahan administrasi,
pemilih dapat menyampaikan tanggapan kepada KPU dan jajaran ad hoc di
bawahnya. Selain itu, laporan juga dapat disampaikan kepada Bawaslu
setempat, karena dalam setiap tahapan Pemilu atau Pilkada, Bawaslu
mendirikan Posko Aduan Masyarakat (PAM Bawaslu).
Kampanye adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi politik
atau calon yang bersaing memperebutkan kedudukan dalam parlemen dan
sebagainya untuk mendapat dukungan massa pemilih dalam satu pemungutan
suara.3 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan
Umum. Untuk menjaga kualitas tahapan kampanye sebagai pendidikan politik
jelang Pemilu, pelaksana, peserta, dan tim kampanye Pemilu dilarang (pasal
280 ayat 1 Undang-Undang nomor & Tahun 2017). Pelaksanaan kampanye di
Indonesia kerapkali diwarnai dengan Kampanye Hitam (black campaign)
sebagai salah satu cara yang dipilih untuk memenangkan Pemilu. Kampanye
hitam dilakukan dengan menyebar ujaran kebencian, cacian, hinaan, fitnah,
adu domba, bahkan ancaman kekerasan kepada seseorang atau peserta Pemilu
lainnya yang menjadi competitor

15
16

Suara dalam pemilu adalah penyampaian aspirasi/pilihan yang di


tuangkan dalam surat suara dan dilaksanakan pada saat pelaksanaan pemilihan
umum ataupun pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada tahapan
pemungutan suara. Sementara Pemungutan Suara merupakan tahapan puncak
dalam penyelenggaraan pemilu, yaitu mekanisme pengambilan keputusan atau
pemberian amanah kepada peserta pemilu yang dilaksanakan secara rahasia.
Pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara adalah kegiatan yang
diselenggaran di TPS. Kegiatan ini terbagi menjadi dua jenis kegiatan, yaitu
pemungutan suara dan penghitungan suara. Pelaksanaan pemungutan suara
dimulai pukul 07.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB. Sejumlah pemilih yang
telah ditetapkan dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT), Daftar Pemilih Tambahan
(DPTb) dan Daftar Pemilih Khusus (DPK) adalah pemilih yang berhak
menggunakan hak pilihnya di TPS. Pendirian TPS dilakukan satu hari
sebelum pelaksanaan pemungutan suara. Langkah dalam mengawal suara
disusun dalam istilah singkatan CALL (Cermati, Awasi, Lakukan dan
Laporkan).

15

Anda mungkin juga menyukai