Anda di halaman 1dari 15

TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI

Disusun oleh :

KELOMPOK 5

ASYIFA HUMAIRA (238820110005)

NUR ISMI (238820110018)

Dosen pengampu : Dr. Alfi Syahri, S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ALMUSLIM
BIREUEN
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat,
petunjuk, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “Tataran Linguistik Fonologi”.
Semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik,
harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Kami berharap makalah ini dapat menjadi
kontribusi kecil kami dalam upaya tersebut. Sehingga saya dapat memperbaiki
bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami mohon maaf jika terdapat
kekurangan dalam makalah ini, dan kami selalu terbuka untuk saran dan masukan
yang membangun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua yang
membacanya.

pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 1
1.3 Tujuan Pembahasan ......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3
2.1 Fonetik.............................................................................................. 3
2.1.1 Alat-alat ucap.......................................................................... 3
2.1.2 Proses Fonasi........................................................................... 4
2.1.3 Tulisan Fonetik........................................................................ 4
2.1.4 Klasifikasi Bunyi..................................................................... 4
2.1.5 Unsur Suprasegmental............................................................ 5
2.1.6 Silabel...................................................................................... 6
2.2 Fonemik............................................................................................ 6
2.2.1 Identifikasi Fonem.................................................................. 7
2.2.2 Alofon..................................................................................... 7
2.2.3 Klasifikasi fonem.................................................................... 7
2.2.4 Khazanah Fonem..................................................................... 8
2.2.5 Perubahan Fonem.................................................................... 8
2.2.6 Fonem dan Grafem.................................................................. 9
2.3 Peta Konsep...................................................................................... 10
BAB III PENUTUP........................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 11
3.2 Saran.................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu linguistik sering disebut juga linguistik umum (general linguistic).
Artinya, ilmu linguistik itu tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja, seperti
bahasa Jawa atau bahasa Arab, melainkan mengkaji seluk beluk bahasa pada
umumnya, bahasa yang menjadi alat interaksi sosial milik manusia, yang dalam
peristilahan Prancis disebut langage.
Bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan
runtunan bunyi-bunyi bahasa ini disebut fonologi, yang secara etimologi terbentuk
dari kata fon yaitu bunyi, dan logi yaitu ilmu. Menurut hierarki satuan bunyi yang
menjadi objek studinya, fonologi dibedakan menjadi fonetik dan fonemik. Secara
umum fonetik biasa dijelaskan sebagai cabang studi fonologi yang mempelajari
bunyi bahasa dengan memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai
fungsi sebagai pembeda makna atau tidak.
Sedangkan fonemik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi
bahasa dengan memperhatikan bunyi bahasa tersebut sebagai pembeda makna.
Untuk jelasnya, kalau kita perhatikan baik-baik ternyata bunyi [i] yang terdapat
pada kata-kata [intan], [angina], dan [batik] adalah tidak sama. Begitu juga bunyi
[p] pada kata inggris [pace], [space], dan [map], juga tidak sama. Ketidaksamaan
bunyi [i] dan [b] yang terdapat, minyalnya pada kata [paru] dan [baru] adalah
menjadi contoh sasaran studi fonemik, sebab perbedaan bunyi [p] dan [b] itu
menyebabkan berbedanya makna kata [paru] dan [baru] itu.
Sebelum kita membicarakan kedua cabang fonologi itu secara lebih luas,
perlu kiranya diketahui lebih dahulu, bahwa ada juga pakar yang menggunakan
istilah fonologi untuk pengertian yang di sini kita sebut fonemik. Seperti yang kita
lakukan disini, melainkan menjadi fonetik dan fonologi.

1.2 Rumusan Masalah


Beberapa rumusan masalah pada makalah ini :

1
1. Menjelaskan makna Fonologi ?
2. Pengertian Fonetik dan Fonemik ?
3. Menjelaskan tentang alat-alat ucap, proses fonasi, tulisan fonetik,
klasifikasi bunyi serta unsur suprasegmental pada bagian fonetik ?
4. Menjelaskan tentang identifikasi Fonem, Alofon, Klasifikasi Fonem,
Khazana Fonem, Perubahan Fonem serta Fonem dan Grafem pada bagian
Fonetik ?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui makna Fonologi pada Tataran Lingusitik
2. Untuk mengetahui tentang pengertian Fonetik dan Fonem pada materi
Fonologi
3. Untuk mengetahui tentang bagian-bagian materi yang terdapat dalam
fonetik dan fonemik

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fonetik
Seperti sudah disebutkan di muka, fonetik adalah bidang linguistik yang
mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut
mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Kemudian, menurut urutan
proses terjadinya bunyi bahasa itu, dibedakan adanya tiga jenis fonetik, yaitu
fonetik artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik auditoris. Fonetik artikulatoris,
disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis, yang mempelajari bagaimana
mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa,
serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan. Fonetik akustik mempelajari
bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam. Bunyi-bunyi itu
diselidiki frekuensi getarannya, amplitudonya, intensitasnya, dan timbrenya.
Sedangkan fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan
bunyi bahasa itu oleh telinga kita. Dari ketiga jenis fonetik ini, yang paling
berurusan dengan dunia linguistik adalah fonetik aritikulatoris, sebab fonetik
inilah yang berkenaan dengan masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu
dihasilkan atau diucapkan manusia.
2.1.1 Alat-alat ucap
Dalam fonetik artikulatoris hal pertama yang harus dibicarakan adalah alat
ucap manusia untuk menghasilkan bunyi bahasa. Sebetulnya alat yang digunakan
untuk menghasilkan bunyi bahasa ini mempunyai fungsi utama lain yang bersifat
biologis. Misalnya, paru-paru untuk bernapas, lidah untuk mengecap, dan gigi
untuk mengunyah. Namun, secara kebetulan alat-alat itu digunakan juga untuk
berbicara. Bunyi-bunyi yang terjadi pada alat-alat ucap itu biasanya diberi nama
sesuai dengan nama nama alat ucap itu. Namun, tidak biasa disebut “bunyi gigi”
atau “bunyi bibir”, melainkan bunyi dental dan bunyi labial, yakni istilah berupa
bentuk ajektif dari bahasa latinnya.

3
2.1.2 Proses Fonasi
Terjadinya bunyi bahasa pada umumnya dimulai dengan proses
pemompaan udara keluar dari paru-paru melalui pangkal tenggorok ke pangkal
tengorok, yang di dalamnya terdapat pita suara supaya udara bisa terus keluar,
pita suara itu harus berada dalam posisi terbuka setelah melalui pita suara yang
merupakan jalan satu-satunya untuk bisa keluar entah melalui rongga mulut atau
rongga hidung, udara tadi diteruskan ke udara yang bebas.
2.1.3 Tulisan Fonetik
Tulisan fonetik dibuat berdasarkan huruf-huruf dari aksara latin, yang
ditambah dengan sejumlah tanda diakritik dan sejumlah modifikasi terhadap huruf
latin itu.
2.1.4 Klasifikasi Bunyi
Pada umumnya bunyi bahasa pertama-tama dibedakan atas vokal dan
konsonan. Jadi, beda terjadinya bunyi vokal dan konsonan adalah; arus udara
dalam pembentukan bunyi vokal, setelah melewati pita suara tidak mendapat
hambatan apa-apa; sedangkan dalam pembentukan bunyi konsonan arus udara itu
masih mendapat hambatan atau gangguan.
(a) Klasifikasi vokal
Bunyi vokal biasanya diklasifikasikan dan diberi nama berdasarkan
posisi lidah dan bentuk mulut.
Vokal vokal itu diberi nama
o [i] adalah vokal depan tinggi tak bulat
o [e] adalah vokal depan tengah tak bulat
o [∂] adalah vokal pusat tengah tak bulat
o [o] adalah vokal belakang tengah bulat
o [a] adalah vokal pusat rendah tak bulat.
(b) Diftong atau Vokal Rangkap
Disebut diftong atau vokal rangkap karena posisi lidah ketika
memproduksi bunyi ini pada bagian awalnya dan bagian akhirnya tidak
sama berdasarkan letak atau posisi unsur-unsurnya.

4
Diftong terbagi menjadi:
1. diftong naik, karena bunyi pertama posisinya lebih rendah dari posisi
bunyi yang kedua.
2. diftong turun, karena posisi bunyi pertama lebih tinggi dari posisi bunyi
kedua.
(c) Klasifikasi konsonan
Bunyi-bunyi konsonan biasanya dibedakan berdasarkan tiga
patokan atau kriteria :
1. Berdasarkan posisi pita suara :
o bunyi bersuara, terjadi apabila pita suara hanya terbuka sedikit,
sehingga terjadilah getaran pada pita suara itu.
o bunyi tidak bersuara, terjadi apabila pita suara terbuka agak lebar
sehingga tidak ada getaran pada pita suara itu.
2. Berdasarkan tempat artikulasinya :
o bilabial, yaitu konsonan yang terjadi pada kedua belah bibir, bibir
bawah merapat pada bibir atas. bunyi [b], [p], dan [m].
o labiodental, yaitu konsonan yang terjadi pada gigi bawah dan bibir
atas; gigi bawah merapat pada bibir atas. bunyi [f] dan [v].
o laminoalveolar, yaitu konsonan yang terjadi pada daun lidah dan
gusi, dalam hal ini, daun lidah menempel pada gusi. bunyi [t] dan
[d].
o dorsovelar, yaitu konsonan yang terdiri pada pangkal lidah dan
volume atau langit-langit lunak. bunyi [k] dan [g].
2.1.5 Unsur Suprasegmental
Bunyi suprasegmental adalah bunyi yang tidak dapat disegmentasikan dan
menyertai bunyi segmental. Bunyi suprasegmental bertujuan untuk membedakan
makna kalimat yang diucapkan. Berikut merupakan unsur-unsur yang masuk
dalam bunyi suprasegemental.
1. Tekanan, berkaitan dengan ketegangan otot pita suara saat mengucapkan
suatu kata.
2. Nada, merupakan sebutan dari naik turunnya suatu bunyi.

5
3. Jeda, berkaitan dengan bentuk hentian bunyi dalam suatu ujaran.
2.1.6 Silabel
Silabel atau suku kata adalah satuan ritmis terkecil dalam suatu arus ujaran
atau runtutan bunyi ujaran. Satu silabel biasanya meliputi satu vokal, atau satu
vokal dan satu konsonan atau lebih.

2.2 Fonemik
Di dalam ilmu linguistik kita mengenal sebutan ilmu Fonologi, yaitu ilmu
yang mempelajari seluk-beluk bunyi bahasa serta merumuskannya secara teratur
dan sistematis. Menurut hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya,
fonologi dibedakan menjadi fonetik dan fonemik. Berbeda dengan fonetik yang
mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut
mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak, fonemik adalah studi
fonologi yang mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi
tersebut sebagai pembeda makna.Untuk jelasnya, kalau kita perhatikan baik-baik
ternyata bunyi [i] yang terdapat pada kata-kata [intan], [angin], dan [batik] adalah
tidak sama.
Begitu juga bunyi [p] pada kata inggris <pace>. <space>, dan <map> juga
tidak sama. Ketidaksamaan bunyi [i] dan bunyi [p] pada deretan kata-kata di atas
itulah sebagai salah satu contoh objek atau sasaran studi fonetik. Dalam kajiannya,
fonetik akan berusaha mendeskripsikan perbedaan bunyi-bunyi itu serta
menjelaskan sebab-sebabnya. Sebaliknya perbedaan bunyi [p] dan [b] yang
terdapat, misalnya, pada kata [paru] dan [baru] adalah menjadi contoh sasaran
studi fonemik, sebab perbedaan bunyi [p] dan [b] itu menyebabkan berbedanya
makna kata [paru] dan [baru] itu. Jadi dapat disimpulkan bahwa fonemik itu
sendiri adalah ilmu yang mempelajari fungsi bunyi bahasa sebagai pembeda
makna. Pada dasarnya, setiap kata atau kalimat yang diucapkan manusia itu
berupa runtutan bunyi bahasa. Pengubahan suatu bunyi dalam deretan itu dapat
mengakibatkan perubahan makna. Perubahan makna yang dimaksud bisa berganti
makna atau kehilangan makna.

6
2.2.1 Identifikasi Fonem
Untuk mengetahui apakah sebuah bunyi fonem atau bukan, kita harus
mencari sebuah satuan bahasa, biasanya sebuah kata, yang mengandung bunyi
tersebut, lalu membandingkannya dengan satuan bahasa lain yang mirip dengan
satuan bahasa yang pertama. Kalau ternyata kedua satuan bahasa itu berbeda
maknanya, maka berarti bunyi tersebut adalah sebuah fonem, karena dia bisa atau
berfungsi membedakan makna.
2.2.2 Alofon
Adalah dua buah bunyi dari sebuah fonem yang sama, alofon-alofon dari
sebuah fonem mempunyai kemiripan fonetis. Artinya, banyak mempunyai
kesamaan dalam pengucapannya. Distribusi alofon bisa bersifat komplementer
dan bebas. Distribusi komplementer atau biasa juga disebut distribusi saling
melengkapi, adalah distribusi yang tempatnya tidak bisa dipertukarkan dan
bersifat tetap pada lingkungan tertentu. Distribusi bebas adalah bahwa alofon-
alafon itu boleh digunakan tanpa persyaratan lingkungan bunyi tertentu.
2.2.3 Klasifikasi fonem
Pengklasifikasian fonem bahasa Indonesia didasarkan pada pola
pengklasifikasian bunyi yang biasa dilakukan oleh fonetisi. Dengan demikian
pengklasifikasiaannya bisa memanfaatkan peta bunyi vokoid dan peta bunyi
kontoid yang selama ini sering kita lihat di buku-buku tentang fonetik. Hanya
saja, namanya bukan lagi vokoid dan kotoid, tetapi vokal dan konsonan. Perlu
diingat bahwa karena fonem merupakan penamaan system bunyi yang
membedakan makna, maka jumlah fonem tentu lebih sedikit dari bunyi-bunyi
yang ada. Bahkan jumlah dan variasi bunyi bahasa Indonesia yang tak bisa
dipastikan jumlahnya itu, sebenarnya merupakan trealisasi dari system fonem
yang terbatas jumlahnya.
Berdasarkan hasil penelitian, fonem bahasa Indonesia berjumlah sekitar 6
fonem vokal dan 22 fonem konsonan. Dikatakan “sekitar” karena jumlahnya
masih bisa berubah. Hal ini sangat berantung pada korpus data (berupa hasil
rekaman) yang dipakai sebagai dasar anlisis. Apalagi, kosakata bahasa Indonesia

7
terus bertamabah setiap saat sesuai dengan keperluan penuturanya seiring dengan
era globalisasi.
Fonem-fonem yang berupa bunyi, dapat didapat sebagai hasil segmentasi
terhadap arus ujaran disebut fonem segmental. Sebaliknya fonem yang berua
unsur suprasegmental disebut fonem suprasegmental atau fonem nonsegmental.
Jadi, pada tingkat fonemik ciri-ciri prosodi itu seperti tekanan, durasi dan nada
bersifat funsional, alias dapat membeakan makna. Dalam bahasa Indonesia unsur
suprasegmental tampaknya tidak bersifat fonemis maupun morfemis; namun,
intonasi mempunyai peranan pada tingkat sintaksis.
2.2.4 Khazanah Fonem
Adalah banyaknya fonem yang terdapat dalam satu bahasa. Jumlah fonem
yang dimiliki suatu bahasa tidak sama jumlahnya dengan yang dimiliki bahasa
lain. Jumlah fonem bahasa Indonesia ada 24 buah, terdiri dari 6 buah fonem vokal
(a, i, u, e, ∂, dan o) dan 18 fonem konsonan (p, t, c, k, b, d, j, g, m, n, n, η, s, h, r, l,
w, dan z).
2.2.5 Perubahan Fonem
Ucapan sebuah fonem dapat berbeda-beda sebab sangat tergantung pada
lingkungannya, atau pada fonem-fonem lain yang berada di sekitarnya. Perubahan
yang terjadi pada fonem yang bersifat fonetis, tidak mengubah fonem itu menjadi
fonem lain. Beberapa kasus perubahan fonem antara lain :
1) Asimilasi dan Disimilasi
Asimilasi adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi Bunyi yang
lain sebagai akibat dari bunyi yang ada di lingkungannya sehingga bunyi itu
menjadi sama atau mempunyai ciri-ciri yang sama dengan bunyi yang
mempengaruhinya. Dalam proses disimilasi, perubahan itu menyebabkan dua
buah fonem yang sama menjadi berbeda atau berlainan.
2) Vokal Umlaut, Ablaut, dan Harmoni vokal
Vokal Umlaut = perubahan vokal sedemikian rupa sehingga vokal iti
diubah menjadivokal yang lebih tinggi sebagai akibat dari vokal berikutnya yang
tinggi. Ablaut = perubahan vokal yang kita temukan dalam bahasa-bahasa Indo
Jerman untuk menandai pelbagai fungsi gramatikal. Harmoni vokal atau

8
keselarasan vokal terdapat dalam bahasa Turki yang berlangsung dari kiri ke
kanan atau dari silabel yang mendahului ke arah silabel
yang berikutnya.
3) Kontraksi
Adalah hilangnya sebuah fonem atau lebih yang menjadi satu segmen
dengan pelafalannya sendiri-sendiri.
4) Metatesis dan Epentesis
Proses metatesis mengubah urutan fonem yang terdapat dalam suatu
kata.Proses epentesis sebuah fonem tertentu, biasanya yang homorgan dengan
lingkungannya, disisipkan ke dalam sebuah kata.
2.2.6 Fonem dan Grafem
1) Grafem e dipakai untuk melambangkan dua buah foe\nem yang berbeda,
2) yaitu fonem /e/ dan fonem /∂/.
3) Grafem p selain dipakai untuk melambangkan fonem /p/, juga dipakai
untukmelambangkan fonem /b/ untuk alofon /p/.
4) Grafem v digunakan juga untuk melambangkan fonem /f/ pada beberapa
katatertentu.
5) Grafem t selain digunakan untuk melambangkan fonem /t/ digunakan
jugauntuk melambangkan fonem /d/ untuk alofon /t/.
6) Grafem k selain digunakan untuk melambangkan fonem /k/ digunakan
jugauntuk melambangkan fonem /g/ untuk alofon /k/ yang biasanya berada
pada posisi akhir.
7) Grafem n selain digunakan untuk melambangkan fonem /n/ digunakan
jugauntuk melambangkan posisi /n/ pada posisi di muka konsonan /j/
dan /c/.
8) Gabungan grafem maih digunakan : ng untuk fonem /η/; ny untuk
fonem /n/; kh untuk fonem /x/; dan sy untuk fonem /∫/.
9) Bunyi glottal stop diperhitungkan senagai alofon dari fonem /k/; jadi,
dilambangjan dengan grafem k

9
2.3 Peta Konsep
Alat Ucap

Proses Fonasi

Fonetik
Tulisan Fonetik

Klasifikasi Bunyi Vokal

Unsur Diftong
Tataran Linguistik Suprasegmental
Fonologi Konsonan
Silabel

Identifikasi Fonem

Fonemik
Alofon

Klasifikasi

Khazana Fonem o Asimilasi dan disimilasi


o Netralisasi dan arkifonem
Perubahan Fonem o Umlaut, ablaut, harmoni vocal
o Kontraksi
10 o Metatesis dan epentensis

Fonem dan Grafem


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Fonologi adalah cabang ilmu bahasa (linguistik) yang mengkaji bunyi-
bunyi bahasa, proses terbentuknya dan perubahannya. Fonologi mengkaji bunyi
bahasa secara umum dan fungsional. Istilah fonem dapat didefinisikan sebagai
satuan bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan fonem memiliki
fungsi untuk membedakan makna. Varian fonem berdasarkan posisi dalam kata,
misal fonem pertama pada kata makan dan makna secara fonetis berbeda. Variasi
suatu fonem yang tidak membedakan arti dinamakan alofon. Kajian fonetik
terbagi atas klasifikasi bunyi yang kebanyakan bunyi bahasa Indonesia merupakan
bunyi egresif. Dan yang kedua pembentukan vokal, konsonan, diftong, dan
kluster. Dalam hal kajian fonetik, perlu adanya fonemisasi yang ditujukan untuk
menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi dalam rangka pembedaan makna
tersebut. Dengan demikian fonemisasi itu bertujuan untuk menentukan struktur
fonemis sebuah bahasa dan membuat ortogafi yang praktis atau ejaan sebuah
bahasa.
Gejala fonologi Bahasa Indonesia termasuk di dalamnya yaitu
penambahan fonem, penghilangan fonem, perubahan fonem, kontraksi, analogi,
fonem suprasegmental. Pada tataran kata, tekanan, jangka, dan nada dalam bahasa
Indonesia tidak membedakan makna. Namun, pelafalan kata yang menyimpang
dalam hal tekanan, dan nada kan terasa janggal.

3.2 Saran
Apabila dalam penulisan makalah ini ada kesalahan ,kami atas nama
penulis memohon untuk memberikan kritik ,saran dan masukkannya yang bersifat
membangun agar menuju kepada kesempurnaan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.


Cummings, Louise. 1999. Pragmatik. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.
De Saussure, F. 1988. Pengantar Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Parera, Jos Daniel. 2010. Morfologi Bahasa. Jakarta: PT Ikrar Mandiri Abadi
Ramlan, M. 1987. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV
Karyono.
Robins, R.H. 1992. Linguistik Umum: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Penerbit
Kanissiu.

12

Anda mungkin juga menyukai