Anda di halaman 1dari 4

KETANGGUHAN BELAJAR ANAK YATIM PETANI MISKIN

MENGANTARNYA SUKSES MENJADI REKTOR

SUCCSESS STORY
Dr. H. Saifullah, S.Ag, M.Pd

A. Tekat Belajar yang Tangguh


Saifullah Lahir di Nanggroe Aceh Darussalam, tanggal 7 Oktober 1973,
merupakan anak seorang petani miskin di Pedalaman Aceh, dimana sejak berumur
6 (enam) tahun telah menjadi yatim karena orang tuanya meninggal dunia. Beliau
diasuh oleh ibunya dengan kondisi kehidupan yang sangat memprihatinkan,
karena itu terkadang makan hanya sehari sekali. Walaupun dalam kondisi serba
kekurangan, namun Saifullah memiliki tekat belajar yang sangat tinggi, sehingga
dapat menyelesaikan Sekolah Dasar dengan baik pada tahun 1987 di SD Negeri
Balee Gajah, kemudian ibunya menititipnya ke sebuah Pondok Pesantren di
Aceh.
Di Pesantren Darul Istiqamah ini, beliau dibesarkan dengan suasana
yang sangat agamis dan humanis. Dengan jiwa pantang menyerah walaupun
kehidupan ekonomi yang serba sulit, saifullah mampu mengenyam pendidikan di
Pesantren selama ±12 (duabelas) tahun, mulai dari tingkat SMP lulus pada tahun
1990, MA (Madrasah Aliyah) lulus pada tahun 1994 dan kuliah S-1 (sarjana
lengkap) lulus pada tahun 1999, dimana pada tahun 1999 ini pula, Saifullah keluar
dari pesantren untuk berkeluarga. Kemudian melanjutkan pendidikan S2 (Magister
Manajemen Pendidikan) lulus pada tahun 2006 dan S3 (Doktor Pendidikan Islam)
lulus pada tahun 2012.
B. Sukses Menjadi Dosen dan PNS
Sejak mulai kuliah S1, Saifullah telah aktif mengajar di berbagai majelis
ta’lim dan lembaga Pendidikan di Aceh, seperti di Madrasah Aliyah Negeri
(MAN) Gandapura, Pesantren Darussa’ah, Pesantren Tgk. Syiek Awe Geutah dll,
sehingga tidak mengherankan begitu lulus Sarjana pada tahun 1999, Saifullah
langsung diminta untuk menjadi Asisten Dosen dikampus tempat ia kuliah dan
hanya menghitung hari setelah memegang ijazah S1, dia diangkat menjadi
Pegawai Negeri Sipil (PNS). Aktif sebagai dosen di Sekolah Tinggi Ilmu
Tarbiyah mulai tahun 2000 dengan mengajar mata kuliah: (1) Ilmu Pendidikan
dan (2) Metotologi Penelitian Pendidikan. Tidak membutuhkan waktu lama pada
tahun 2002 diangkat menjadi Pembantu Ketua I, Bidang Akademik di Sekolah
Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Almuslim Peusangan Aceh untuk periode 2002-2006,
Kemudian dilantik kembali sebagai Pembantu Ketua I, Bidang Akademik untuk
periode kedua (2006-2010).

C. Sukses Menjadi Lokomotif Perubahan Perguruan Tinggi Islam


Swasta di Aceh dari STIT menjadi STAI dan berubah lagi
menjadi IAI dalam satu periode kepemimpinanya
Pada tahun 2010 melalui Rapat Senat, Saifullah terpilih secara aklamasi
sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Almuslim Peusangan periode
2010-2014. Hasil usaha keras Saifullah dan kawan-kawan, 2 (dua) bulan setelah
Saifullah dilantik menjadi Ketua, tepatnya 06 Oktober 2010 Sekolah Tinggi ini
berubah nama menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Almuslim
berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian
Agama Republik Indonesia Nomor: Dj.I/675/2010 dan berhasil menambah
beberapa jurusan baru sebagai syarat perubahan status dari STIT menjadi STAI.
Yang paling mengejutkan publik Aceh pada STAI Almuslim Bireuen ini
adalah dalam waktu singkat kembali berhasil meningkatkan statusnya menjadi
“Institut Agama Islam Almuslim Aceh” yang disingkat dengan “IAI Almuslim
Aceh” pada tanggal 03 Maret 2014 berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia Nomor: 1216 Tahun
2014 dengan tiga Fakultas: (1) Fakultas Tarbiyah (Pendidikan); (2) Fakultas
Syari’ah (Hukum) dan (3) Fakultas Ekonomi & Bisnis Islam. Peningkatan Status dari
STAI menjadi Institut (IAI Almuslim Aceh) merupakan Institut Swasta pertama di
Aceh dan Sumatera Utara pada waktu itu. Di sisi lain, ketika Pemerintah
mewajibkan Akreditasi Institusi bagi kampus-kampus di Indonesia, Saifullah
bersama rekan-rekan berhasil memperoleh nilai akreditasi Institusi “B” untuk IAI
Almuslim Aceh. Akreditasi “B” tersebut merupakan satu-satunya Perguruan Tinggi
Islam Swasta di Aceh dan Sumatera Utara yang memperoleh peringkat Institusi
tersebut pada waktu itu.

Di bawah kepemimpinan Saifullah, IAI Almulim Aceh telah aktif


melakukan kerjasama dengan berbagai kampus dan berbagai intansi dan lembaga,
baik secara nasional maupun internasional. IAI Almuslim Aceh misalnya
melakukan kerjasama dengan Bursa Efek Indonesia di Jakarta dan IAI sering
menempatkan Mahasiswa PPL untuk melakukan On Job Training di Bursa Efek
Indonesia di Jakarta. IAI Almuslim Aceh juga tiap tahun mengirimkan
mahasiswanya untuk melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Program
Pengalaman Lapangan (PPL) terpadu di semenanjung Malaysia dan Thailand
sebagai respon atas kerjasama aktif IAI Almulsim Aceh dengan lembaga dan
Universitas Luar Negeri seperti Universitas Islam Sains Malaysia (USIM),
Universitas Azlansyah Perak, German Malaysia Institut (GMI), dan lain-lain.

Kiprah aktif Saifullah sebagai Rektor berhasil mendapat : (1) anugerah


sebagai Rektor “Indonesia Top Leardership Achievement Award 2015”; (2) sebagai
Tokoh Kepemimpinan Terbaik Indonesia 2015 yang diselenggarakan oleh
Forum Nasional Citra Prestasi Anak Bangsa; (3) penghargaan dari Presiden
Republik Indonesia yang menganugerahkan Tanda Kehormatan “Satya Lancana
Karya Satya” (2013); (4) penghargaan Nasional yaitu “Anugerah Pemimpin
Pembawa Perubahan (Pemimpin Inspiratif) Republik Indonesia 2018” oleh Direktur
7Sky Media Republik Indonesia (2018).

D. Sukses sebagai Pendiri sekaligus Pimpinan Ummulqura Indonesia


Di samping berkiprah di kampus, Saifullah juga dengan semangat
restorasi telah mendirikan sebuah Pesantren di Aceh yang diberi nama dengan
“Pesantren Modern Ummulqura Indonesia”. Dalam usianya kini baru memasuki
tahun ke-6, Pesantren ini telah berkembang pesat dan kini telah memiliki ±1000
orang santri dari berbagai daerah di Aceh dan Indonesia, bahkan Malaysia.
Pesantren Modern Ummulqura Indonesia ini fokus pada “Trilogi
Studies” yaitu: (1) Islamic Studies (Kitab Kuning (Turast) dan Tahfidz Al-Qur-
an); (2) Sains Studies (Kurikulum Nasional) dan (3) Language Staudies
(Bahasa Arab dan Englis). Pengasuhan di Pesantren ini dilaksanakan dengan
sistem “Islamic Piace Education” dengan tanpa kekerasan serta tanpa sanksi fisik
terhadap anak didik. Pesantren Modern Ummulqura Indonesia sakarang
memiliki dua lembaga Formal yaitu: (1) SMP Islam Ummulqura Indonesia; dan
(2) Madrasah Aliyah Ummulqura Indonesia.
Sebagaimana IAI Almuslim Aceh, Ummulqura Indonesia juga telah
melakukan berbagai kerjasama aktif, baik skala nasional seperti dengan berbagai
Lembaga Bahasa Asing Kampung Inggris Pare Kediri seperti English Versity,
Al- Azhar, dan lain-lain, maupun dengan berbagai lembaga Internasional
seperti Al-Qiblah International Shool Malaysia, Ma’had Dakwah wal Irsyad
Slangor Malaysia, dan lain-lain. Pesantren Ummulqura Indonesia dirancang
sebagai Lembaga Pendidikan Modern yang menyenangkan, Asrama santri
dilengkapi dengan ranjang besi, lemari dan Full-AC dan juga terdapat kamar
mandi di dalam Ruang Asrama bagaikan dirumah sendiri, disamping itu juga
setiap ruang asrama terdapat seorang guru asuh/wali asrama yang selalu dan
tidur bersama santri dan guru asuh tersebut memiliki kompetensi bahasa asing
yang aktif. Mungkin berbagai faktor inilah, kini Ummulqura Indonesia diburu oleh
santri dan setiap tahunnya hampir 300 sampai 500 calon santri yang tidak
tertampung (www.ummulqura-indonesia.com).

D. Sukses sebagai Pendiri Baitul Ikram Nusantara (BINUS) Aceh


Di sela-sela kesibukan Saifullah di kampus dan di Ummulqura Indonesia,
kini Saifullah juga telah mendirikan sebuah Yayasa baru yang memiliki Akta
Notaris dan juga telah mendapat pengesahan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia (Menkumham) Republik Indonesia yaitu “Yayasan Baitul Ikram
Nusantara (BINUS) Aceh”. BINUS Aceh kini sedang dalam proses melakukan
pembebasan lahan seluas ±2 hektar dan alhamdulillah telah bebas dalam bulan
Nopember 2023 kemarin. Yayasan ini direncanakan untuk mendirikan sebuah
University yang akan bekerjasama dengan luar negeri.

E. Sukses Menjadi Birokrat


Di samping berkiprah di akademik, Safullah juga diberi amanah
memimpin sebuah Dinas di Pemerintahan. Menyikapi lahirnya Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2006, tentang Pemerintahan Aceh.
Menyikapi lahirnya undang-undang tersebut dan Undang-undang Nomor 44
Tahun 1999 tentang pelaksanaan Keistimewaan Aceh dan Undang-undang
Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Nanggroe Aceh
Darussalam, maka lahirlah “Dinas Syari’at Islam di Aceh”
Pada tahun 2011, secara khusus Saifullah diminta oleh Bupati Bireuen
Nanggroe Aceh Darussalam untuk memimpin Dinas tersebut. Banyak Pogram
Unggulan dan Blue Print Dinas Syai’at Islam Kabupaten Bireuen y a n g telah
disusun dan siapkan dengan baik di bawah kepemimpinan Saifullah, di
antaranya ada yang menjadi contoh bagi Dinas Syari’at Islam Provinsi Aceh,
seperti Program “Desa Binaan Syari’at Islam”, “Pembaretan Polisi Wilayatul
Hisbah”, dan lain-lain.
Sukses memimpin Dinas Syari’at Islam, pada akhir tahun 2012, saya
diminta oleh Bupati untuk menyusun sebuah Qanun Pendirian “Dinas Pendidikan
Dayah”. Alhamdulillah tahun 2013, Dinas Pendidikan Dayah berdiri di Bireuen
Aceh dan saya diminta untuk memimpin dan membuat “Blue Print” Dinas
Pendidikan Dayah tersebut lagi. Satu periode dibawah kepemimpinan saya di
Dinas Pendidikan Dayah berhasil me-reaktualisasi kelembagaan dayah/pesantren
di Bireuen Aceh dan melakukan pembaruan sestem kelembagaan dayah/pesantren
di Bireuen Aceh, sehingga banyak dayah/pesantren yang dulu salafi menjadi
terpadu dan modern yang rahmatan lil’alamin.

Anda mungkin juga menyukai