Kerangka Kerja Etik
Kerangka Kerja Etik
PELAPORAN DAN
PENGELOLAAN ETIK
RS
2023
TIM TKRS
RUMAH SAKIT KHUSUS IBU & ANAK ANDINA
2
Daftar Isi
BAB I – PENDAHULUAN.........................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG.........................................................................................................3
B. TUJUAN...........................................................................................................................3
I. Tujuan Umum................................................................................................................3
C. RUANG LINGKUP...........................................................................................................4
D. DASAR HUKUM..............................................................................................................4
A. PENGERTIAN..................................................................................................................6
I. Informasi........................................................................................................................7
III. Investigasi....................................................................................................................8
VI. Penyelesaian...............................................................................................................9
I. Pengiklanan.................................................................................................................10
BAB IV – PENUTUP..............................................................................................................18
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan mata rantai di dalam Sistem Kesehatan Nasional di dalam
memberikan pelayanan di dalam bidang promatif, preventif, kuratif, kuratif dan rehabilitatif.
Kemajuan dibidang teknologi modern, alam bidang kesehatan akan mempengaruhi perilaku
rumah sakit di dalam memberikan pelayananannya. Lain daripada itu jenis dan bentuk sifat
rumah sakit sangat homogen sesuai dengan sejarah dan perkembangan rumah sakit di
Indonesia. Sedangkan petugas yang memberikan pelayanan di rumah sakit juga sangat
heterogen, baik kualitas maupun jenis ragam untuk mendapatkan hasil kerja yang optimal
diperlukan adanya rasa kebersamaan dari seluruh petugas di rumah sakit maupun antara
rumah sakit itu sendiri.
Seiring dengan kemajuan zaman, serta kemudahan dalam akses informasi, era globalisasi
atau kemajuan membuat akses informasi tanpa batas, serta peningkatan ilmu pengetahuan
dan teknologi membuat masyarakat semakin kritis. Disisi lain menyebabkan timbulnya
berbagai masalah etik. Selain itu perubahan gaya hidup, budaya dan tata nilai masyarakat,
membuat masyarakat semakin peka menyikapi berbagai persoalan, termasuk memberikan
penilaian terhadap pelayanan yang diberikan oleh medis, paramedis, dan non medis.
B. TUJUAN
I. Tujuan Umum
4
Tujuan penyusunan kerangka kerja, pengolahan etika rumah sakit ini agar terciptanya
rumah sakit memiliki tanggung jawab etik dan hukum terhadap pasien dan masyarakat serta
pimpinan rumah sakit memahami tanggung jawab dalam melaksanakan dan melakukan
bisnis dan asuhan klinis di rumah sakit.
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari kerangka kerja ini mencakup pelaksanaan Etik Rumah Sakit mencakup :
D. DASAR HUKUM
Adapun yang menjadi dasar hukum dalam penyusunan kerangka kerja pegelolaan etika
Rumah Sakit di RS Prima Ternate adalah sebagai berikut :
5
4) Undang-undang RI Nomor: 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;
5) Undang-undang RI Nomor: 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
6) Undang-undang RI Nomor: 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
7) Peraturan Pemerintah RI Nomor: 10 Tahun 1996 tentang Wajib Simpan Rahasia
Kedokteran;
8) Peraturan Pemerintah RI Nomor: 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
9) Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 1333/MENKES/SK/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit
10) Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 269/MENKES/PER/III/2008 tentang
Rekam Medis
11) Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 290/MENKES/PER/III/2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran
12) Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 1438/MENKES/PER/IX/2010 tentang
Standar Pelayanan Kedokteran
13) Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 1787/MENKES/PER/XII/2010 tentang
Iklan dan Publikasi Layanan Kesehatan
14) Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 1691/MENKES/PER/VIII/2001 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
15) Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 2166/MENKES/PER/X/2011 tentang
Standar Layanan Informasi Publik di Kementrian Kesehatan
16) Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia RI No: 2 Tahun 2011 tentang Tata Cara
Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin Dokter dan Dokter Gigi
17) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 1333/MENKES/SK/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit
18) Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medis Departemen Kesehatan RI
No: YM.02.04.3.5.2504 tanggal 10 Juni 1997 tentang Pedoman dan Kewajiban
Pasien Dokter dan Rumah Sakit
19) Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI) Tahun 2000
20) Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) Tahun 2002
21) Kode Kedokteran gigi Indonesia Tahun 2008
22) Kode Etik Keperawatan Indonesia Tahun 2008
23) Kode Etik Farmasi Indonesia Tahun 2009
24) Kode Etik Kebidanan Indonesia Tahun 2010
25) Kode Etik Laboratorium Kesehatan Indonesia Tahun 2011
6
BAB II
KETENTUAN UMUM
A. PENGERTIAN
Di dalam kerangka kerja pengelolaan etika rumah sakit, yang dimaksud dengan :
7
BAB III
KERANGKA KERJA PENGELOLAAN ETIK RUMAH SAKIT
I. Informasi.
Informasi mengenai pengaduan atau komplain dapat diterima oleh direksi, humas, dan
komite etik melalui beberapa sumber seperti :
Media massa
Kotak saran
Keluhan pasien
Laporan staf
Telepon pengaduan
Somasi pasien/ kuasa hukum
Tokoh masyarakat
LSM
Unit atau satuan kerja yang menerima keluhan atau komplain melakukan hal-hal berikut :
a. Identitas
b. Kondisi pasien
c. Peristiwa atau kejadian
d. Tuntutan pasien
2. Menanggapi keluhan :
8
b. Membuat penjelasan sementara
c. Menjamin keluhan akan ditindaklanjuti
d. Menenangkan pelapor
e. Memberi tanda terima kasih laporan
a. Memberi pertimbangan
b. Meminta pengarahan tindak lanjut dari direksi
c. Menindaklanjuti instruksi dari direksi
III. Investigasi.
Rumah sakit menginvestigasi kasus keluhan atau komplain dengan melakukan hal berikut :
a. Identitas pasien
b. Peristiwa
c. Rekam medis
2. Penataan dokumen
a. Dokumen informasi
b. Berkas Rekam Medis
c. Dokumen persetujuan tindakan medis
d. Second opinion
e. Resume medis
f. Pendapat organisasi profesi
g. Juklak, Juknisdan SOP pelayanan
Rumah sakit menganalisa kasus dan menyerahkan penanganan ke unit yang relevan.
9
Kasus hukum ditangani oleh KE
Kasus gabungan ditangani oleh KE
VI. Penyelesaian
Direksi memutuskan tentang pilihan penyelesaian kasus litigasi atau non litigasi
Seluruh dokumen yang terkait dengan kasus pelayanan medis ditata dan diberikan
pengkodean khusus
Dokumen disimpan oleh Wakil Direktur Pelayanan sampai kasus dianggap selesai
Bila kasus telah selesai dokumen dikembalikan kepada Bagian Rekam Medis
10
4. Rekomendasi dari komite medik disampaikan ke Direktur dan tembusannya
disampaikan ke Komite Medik.
5. Bilamana berkaitan dengan aspek medikolegal, maka komite medik berkoordinasi
dengan rumah sakit dan komite etik RS
1. Setiap pelanggaran etika profesi keperawatan yang dilakukan oleh staf keperawatan
kepada pasien, keluarga atau rekan kerja segera dilaporkan melalui koordinator
ruangan/ Ka. Unit/ Supervisor.
2. Dalam waktu 24 jam kronologis kejadian harus disampaikan kepada coordinator
ruangan/ Ka. Unit/ Supervisor dan segera mengumpulkan data untuk kelengkapan
laporan.
3. Melakukan koordinasi dengan Komite Keperawatan untuk menelaahan terhadap
pelanggaran etika profesi keperawatan
4. Penyelesaian masalah pelanggaran etika berdasarkan buku Pedoman Etika Profesi
Keperawatan
5. Pembinaan atau bimbingan oleh coordinator ruangan/ Ka. Unit/ Supervisor sesuai
dengan pelanggaran yang dilakukan yaitu pelanggaran ringan, pelaggaran sedang,
dan pelanggaran berat
6. Pelaksanaan evaluasi selama 3 bulan
1. Pelanggaran etika profesi bisa dilaporkan oleh pasien atau keluarga pasien atau
rekan se profesi atau profesi lain, dapat disampaikan melalui complain kepada
humas atau langsung disampaikan kepada penanggungjawab etika profesi
2. Penanggung jawab etika profesi membuat laporan dan disampaikan kepada komite
etik RS untuk dilakukan penelaahan atau investigasi
3. Dalam penyelesaian dugaan pelanggaran etika profesi bila perlu meminta pendapat
profesi tersebut atau perkumpulan atau ikatan profesi terkait.
4. Rekomendasi yang dibuat disampaikan ke direktur oleh komite etik
11
E. ETIKA PEMASARAN / PROMOSI RUMAH SAKIT
I. Pengiklanan
Menyadari cermat baiknya media cetak dan elektronik sebagai sarana untuk pendidikan
masyarakat, dan sebagai peranan untuk pemberian informasi kepada masyarakat secara
bertanggungjawab, tetapi harus dihargai bahwa rumah sakit mempunyai tanggung jawab
yang besar kepada pasien dan terhadap golongan professional yang terwakili dalam rumah
sakit dan mempunyai etika professional perlu dihormati.
Informasi yang berhubungan dengan pasien kecuali yang disahkan oleh perundang-
undangan dilarang diberikan kepada pihak ketiga tanpa izin dan persetujuan dari
pasien/ keluarganya dari dokter yang merawatnya.
Informasi untuk penelitian dan proyek ilmiah dilarang diumumkan kepada
masyarakat tanpa persetujuan dari pasien yang bersangkutan dan dilarang
diumumkan dengan cara yang bertentangan dengan etika dari golongan yang
bersangkutan.
Informasi yang berhubungan dengan kegiatan rumah sakit dilarang ditunjukkan untuk
menunjukkan keunggulan komparatif terhadap rumah sakit lain atau keunggulan dan
murni tanpa melebih-lebihkan dan membesar-besarkan kenyataan tanpa pernyataan
yang kurang lengkap, menyesatkan atau salah.
Rumah sakit dalam promosi pemasaran harus bersifat informatif, tidak komparatif, berpijak
pada dasar yang nyata, tidak berlebihan dan berdasarkan kode etik rumah sakit Indonesia.
Dalam pelayanan kesehatan konsep “pemasaran” (marketing) nampaknya lebih berkonotasi
negatif daripada positif karena membangkitkan ke arah promosi periklanan dan penjualan
(sales) padahal inti pemasaran adalah komunikasi. Dengan demikian, promosi sebagai alat
pemasaran rumah sakit secara umum harus bersifat formatif, edukatif, preskriptif, dan
preparative bagi khalayak ramai umumnya dan pasien khususnya.
12
Preskriptif : Pemberian petunjuk petunjuk kepada khalayak ramai umumnya dan pasien
khususnya tentang peran pencari pelayanan kesehatan dalam proses
diagnosis dan terapi
Dalam tantangan strategis munculnya era globalisasi yang ditandi oleh persaingan bebas,
perkembangan teknologi, tranportasi dan telekomunikasi informasi yang mengarah kepada
terbentuknya dunia tanpa batas.
Dalam melakukan promosi pemasaran rumah sakit diperlukan strategi promosi layanan
kesehatan agar pelaksanaannya tidak keluar dari tata cara berkompetisi yang sehat
sehingga menimbulkan dampak yang merugikan masyarakat khususnya bagi pengguna
layanan kesehatan, maka perlu memperhatikan beberapa aspek berikut :
Layanan yang ditawarkan harus professional dan bermutu. Setiap institusi atau
pelayanan kesehatan harus selalu mengacu pada etika profesi dan etika rumah sakit,
serta harus bekerja sesuai dengan pedoman dan standar pelayanan yang ada.
Tarif layanan yang ditawarkan harus terjangkau oleh masyarakat termasuk oleh
anggota masyarakat berpenghasilan rendah/miskin.
Layanan yang ditawarkan harus merata dan ditunjukkan kepada seluruh anggota
masyarakat.
Layanan yang ditawarkan harus mampu merata memberikan rasa aman dan nyaman
bagi pengguna pelayanan
Falsafah promosi. Setiap institusi atau selaku pelayanan kesehatan harus berada
pada koridor kompetisi yang sama
Misi promosi. Tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan pengguna jasa (yang
sekaligus akan meningkatkan pendapatan), akan tetapi juga harus sejalan dengan
manfaat sosialnya.
Sistem promosi. bukan hanya menjual, tetapi sekaligus akan meningkatkan
pengetahuan anggota masyarakat untuk memilih bentuk layanan kesehatan yang
paling tepat bagi dirinya.
13
Promosi/iklan harus jujur, bertanggung jawab dan tidak bertentengan dengan hukum
yang berlaku.
promosi/iklan tidak boleh menyinggung perasaan dan merendahkan martabat Negara,
agama susila, adat, budaya, suku dan golongan.
promosi/iklan harus didasari oleh asas persaingan yang sehat.
14
o Ceramah
o Poster
o Spanduk
o Tidak melakukan transaksi
Press release, peliputan event, press conference
Advertorial tanpa menulis nama dokter dan jadwal dokter serta pengalaman
Billboard hanya berupa petunjuk arah
Telepon, SMS, Email, Direct Mail hanya relasi pasien dan mantan pasien
Lain-lain, contohnya:
o Program khusus potong harga, namun tidak dari rumah sakit, misalnya dengan
menggunakan metode pembayaran tertentu biaya lebih murah 5%
o Menjadi sponsor kegiatan jalan sehat atau kegiatan kesehatan lain semacamnya.
Bila diminta wawancara untuk coverstory oleh media cetak dapat diberikan
penjelasan bersifat informasi dan edukasi tentang permasalahan pelayanan yang
diberikan, sejarah rumah sakit, fasilitas, lokasi dan cara menghubungi rumah sakit
tersebut (Alamat, nomor telepon, fax, email, website, dll) dapat disertai foto, foto
ruangan, foto direktur, foto tampak depan rumah sakit.
Khusus leaflet dan brosur penjelasan tentang biaya harus dijelas dan harus
disebutkan biaya tersebut mencakup biaya apa saja.
Bila kita lebih murah dapat ditulis harga khusus.
Dapat menyampaikan kualitas mutu pelayanan yang dicapai, seperti:
o Telah mengikuti dan lulus akreditasi
o Telah mendapat sertifikat ISO, dll
o telah mendapat award dalam pelayanan
Khususnya untuk leaflet dan brosur dapat menyebutkan nama dan keahlian dokter
serta jam praktek
Bila ada penjelasan yang lebih mendetail dapat ditulis: untuk keterangan lebih lanjut,
anda dapat menghubungi dalam kurung petugas rumah sakit
15
Menggunakan kata-kata superlatif atau membesar-besarkan kelebihan, contohnya:
“rumah sakit yang pertama”, “satu-satunya”, terbaik, terdepan, termurah, dan
sejenisnya.
Membujuk, misalnya:
o Diskon
o Voucher
o “5 kali berobat gratis 1 kali”
3. Pelanggaran Promosi
Dalam pelanggaran pada pelaku usaha/Rumah Sakit yang tercantum pada bab IV pasal 8
pada umumnya telah tercakup pada keputusan KEPKES dan Dir.Jen.Yanmed. dengan
berlaku nya undang-undang 8 tahun 1999 tentang perlindungann konsumen, maka
pelaksanna ketentuan ini lebih diperkuat, sehingga terasa positif di lapangan. Dalam
masalahnya promosi rumah sakit atau dokter, selalu akan terkait dengan etika rumah sakit
maupun etika kedokteran. Dilain pihak konsumen atau penderita memang sangat
memerlukan informasi yang benar tentang produk jasa layanan kesehatan dilain pihak
konsumen atau penderita memang sangat memerlukan informasi yang benar tentang
produk layanan kesehatan dan akan dibutuhkan oleh konsumen/ penderita.
PERSI sebagai institusi yang menghasilkan produk jasa layanan kesehatan dan akan
dibutuhkan oleh konsumen atau penderita, pada dasarnya kegiatan promosi dapat
dilaksanakan. sehingga mengacu pada etika yang ada, kebutuhan konsumen dan
keterbatasan biaya yang di miliki oleh rumah sakit, kegiatan promosi, iklan dan lain-lain
harus memperhatikan:
Dengan memperhatikan hal tersebut maka kegiatan promosi, iklan dan kegiatan lain dalam
rangka memperkenalkan produk rumah sakit/dokter tidak dianggap melanggar etik.
Pelanggaran terhadap aturan-aturan yang berlaku tentang promosi/iklan rumah sakit akan
diberikan sanksi etik berupa:
16
1. Teguran lisan maupun tertulis
2. Informasi kepada masyarakat melewati media massa
Rumah Sakit Pertamina Jaya sebagai sarana pelayanan kesehatan adalah merupakan “unit
sosio-ekonomi” dan berkomitmen menjalankan dengan penuh kejujuran dan integritas serta
patuh terhadap semua peraturan yang berlaku.
Perilaku beretika adalah tanggung jawab setiap orang. Perilaku beretika diharapkan dari
semua direktur, karyawan, dan lainnya.
Tanggung jawab manajemen dalam hal etika : Semua kepala, kordinator dan pws
bertanggung jawab atas tindakan karyawan bawahanya dan bertanggung jawab untuk
memastikan dipatuhi nya aturan dan kebijakan rumah sakit lainnya serta hukum yang
berlaku, yaitu:
17
d. tindakan disipliner terhadap pelanggaran setiap pelanggaran terhadap aturan-aturan
rumah sakit akan dikenakan tindakan disipliner yaitu teguran sampai dengan PHK
dan dapat diajukan tuntutan perdata atau pidana.
Tujuan dalam mencapai layanan yang memenuhi kebutuhan pelanggan dengan baik, dan
hal ini dilakukan dengan cara menghasilkan hubungan kerja sama dan kepercayaan yang
langgeng. Memperlakukan pelanggan dengan adil yang jujur dan dengan cara yang
memenuhi semua hukum yang berlaku dan sesuai dengan praktek bisnis yang baik. tidak
memberi pernyataan yang salah atau menyesatkan mengenai rumah sakit atau karyawan
atau pelayannya. Dalam menjalankan bisnis rumah sakit dengan menghormati keselamatan
mereka yang menggunakan pelayanan dan layanan dirumah sakit.
Rumah sakit bertanggung jawab untuk melindungi dan kesejahteraan serta keselamatan
karyawan, masyarakat umum. Kinerja kesehatan, keselamatan, kemanan dan lindungan
adalah nilai-nilai inti dari rumah sakit dan akan di kelolah sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari bisnis rumah sakit untuk memberikan manfaat kepada karyawan dan
pelanggaran. Semua karyawan rumah sakit bertanggung jawab untuk dapat mewujudkan
perbaikan yang berkelanjutan dan terukur.
a. Menjalankan bisnis rumah sakit dengan cara yang melindungi kesehatan umum dan
di tempat kerja, keselamatan lingkungan dan karyawan
b. Semaksimal mungkin menghilangkan semua kecelakaan dan insiden lingkungan
c. Mematuhi semua hukum dan peraturan lingkungan, kesehatan dan keselamatan.
d. Mengurangi emisi dan limbah serta menggunakan energy dan sumber daya alam
secara efisien dan cermat
18
BAB IV
PENUTUP
Kerangka kerja pengelolaan rumah sakit ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi Komite
Etika RS Khusus Ibu & Anak Andina Ternate dalam menjalankan peran dan fungsinya.
Pedoman ini memberikan panduan bagi semua pihak yang berkepentingan pengelolaan
etika di RS Khusus Ibu & Anak Andina Ternate yang selanjutnya perlu dijabarkan dalam
bentuk standar prosedur operational guna kelancaran pelaksaannya. Apabila dikemudian
hari diperlukan adanya perubahan pada kerangka kerja pengelolaan etika di RS Khusus Ibu
& Anak Andina Ternate ini maka akan dilakukan penyempurnaan pada penyusunan
petunjuk teknis selanjutnya. Kerangka kerja ini digunakan sebagai acuan Komite Etika.
19