LP DVT Aziz Ziqri
LP DVT Aziz Ziqri
A. DEFINISI
D. MANIFESTASI KLINIS
Kemerahan
Kehangatan
Kepekaan
Edema : disebabkan oleh peningkatan volume intravaskuler akibat
bendungan darah vena
Nyeri : nyeri dilukiskan sebagai sakit atau berdenyut dan bisa berat
DVT atau deep vein thrombosis terjadi ketika ada kehadiran
pembentukan bekuan darah dalam pembuluh darah yang terletak di
dalam otot tubuh seseorang. Ini biasanya terjadi di kaki, tetapi juga dapat
berkembang pada dada, lengan atau beberapa bagian tubuh.
Keluhan dan gejala trombosis vena dalam dapat berupa :
1. Nyeri
nyeri atau kaku dan intensitasnya mulai dari yang enteng sampai hebat.
2. Pembengkakan
oleh sumbatan maka lokasi bengkak adalah di bawah sumbatan dan tidak
berwarna ungu.
berat bisa terjadi ulkus pada daerah vena yang di kenai. Manifestasi klinis
sindroma post-trombotik yang lain adalah nyeri pada daerah betis yang
E. PATOFISIOLOGI
DVT adalah peradangan pada dinding vena dan biasanya disertai
pembentukan bekuan darah. Ketika pertama kali terjadi bekuan pada vena
akibat statis atau hiperkoagulabilitas, tanpa disertai peradangan maka
proses ini dinamakan flebotrombosis. Trombosis vena dapat terjadi pada
semua vena, namun yang paling sering terjadi adalah pada vena
ekstremitas. Gangguan ini dapat menyerang baik vena superficial maupun
vena dalam ungkai. Pada vena superficial, vena safena adalah yang paling
sering terkena. Pada vena dalam tungkai, yang paling sering terkena adalah
vena iliofemoral, popliteal dan betis.
Trombus vena tersusun atas agregat trombosit yang menempel pada
dinding vena , disepanjang bangunan tambahan seperti ekor yang
mengandung fibrin, sel darah putih dan sel darah merah. “Ekor “ dapat
tumbuh membesar atau memanjang sesuai arah aliran darah akibat
terbentuknya lapisan bekuan darah. Trombosis vena yang terus tumbuh ini
sangat berbahaya karena sebagian bekuan dapat terlepas dan
mengakibatkan oklusi emboli pada pembuluh darah paru. Fragmentasi
thrombus dapat terjadi secara spontan karena bekuan secara alamiah bisa
larut, atau dapat terjadi sehubungan dengan peningkatan tekanan vena,
seperti saat berdiri tiba-tiba atau melakukan aktifitas otot setelah lama
istirahat.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Venography, menyuntikan zat pewarna (dye) kedalam vena-vena untuk
mencari thrombus, umumnya tidak dilakukan lagi dan telah lebih menjadi
catatan kaki sejarah.
2. D-dimer adalah tes darah yang mungkin digunakan sebagai tes
penyaringan (screening) untuk menentukan apakah ada bekuan darah. D-
dimer adalah kimia yang dihasilkan ketika bekuan darah dalam tubuh
secara berangsur-angsur larut/terurai. Tes digunakan sebagai indikator
positif atau negatif. Jika hasilnya negatif, maka tidak ada
bekuan darah. Jika tes D-dimer positif, itu tidak perlu berarti bahwa deep
vein thrombosis hadir karena banyak situasi-situasi akan mempunyai
hasil positif yang diharapkan (contohnya, dari operasi, jatuh, atau
kehamilan). Untuk sebab itu, pengujian D-dimer harus digunakan secara
selektif.
3. EKG adalah Elektrokardiogram (ECG atau EKG) adalah tes non-invasif
yang digunakan untuk mencerminkan kondisi jantung yang mendasarinya
dengan mengukur aktivitas listrik jantung. Dengan posisi lead (listrik
sensing perangkat) pada tubuh di lokasi standar, informasi tentang
kondisi jantung yang dapat dipelajari dengan mencari pola karakteristik
pada EKG
4. MRI
Menentukan adanya karakteristik plag dari MS (bersama dengan gejala
klinik, penemuan ini merupakan suatu kesimpulan).
5. Impedence plethysmography
Menggunakan manset tekanan darah dan elektroda untuk menilai aliran
darah dan volume cairan tubuh.
6. Doppler Ultrasound
untuk menilai kecepatan aliran darah di pembuluh darah dan dapat
mendeteksi kelainan alran darah.
G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Farmakologis
tujuan pengobatan farmakologis adalah:
a. Mencegah meluasnya trombosis dan timbulnya emboli paru.
emboli.
untuk mencegah terjadinya emboli paru, obat yang biasa di pakai adalah
heparin.
dan emboli.
Heparin 5000 ini bolus (80 iu/KgBB), bolus dilanjutkan dengan drips
kontrol.
2) Bila APTT < 1,5 x kontrol dosis dinaikkan 100 – 150 iu/jam.
heparin.
Normolized Ratio)1[10]
1
Penataksanaan Bedah. Pembedahan trombosis vena dalam
trombolitik, ada bahaya emboli paru yang jelas dan aliran darah vena
2. Penatalaksanaan Non-Farmakologis
terjadi DVT. Waktu ini kurang lebih sama dengan waktu yang diperlukan
emboli. Ketika pasien mulai berjalan, harus dipakai stoking elastik. Berjalan-
jalan akan lebih baik daripada berdiri atau duduk lama-lama. Latihan ditempat
H. KOMPLIKASI
Komplikasi berat dari trombosis vena dalam adalah emboli paru.
Komplikasi ini sering menyebabkan kematian pederita. Ini timbul akibat
lepasnya trombus dari tempatnya, kemudian mengikuti aliran darah kembali
ke jantung dan menyangkut di arteri pulmonalis sehingga terjadinya
penurunan mendadak aliran darah ke paru penderita
Komplikasi yang lain adalah sindroma pasca trombosis. Sindroma ini tidak
dikaki sesudah suatu episode akut dari serangan trombosis vena dalam.
Kondisi ini terjadi akibat hipertensi vena yang diakibatkan kombinasi beberapa
faktor seperti gangguan katup vena, timbulnya refluks atau akibat sumbatan
Imobilitas lama (contoh ; trauma orotpedik, tirah baring yang lama, paralysis,
kondisi kecacatan)
2. Sirkulasi
Warna kulit / suhu pada ekstremitas yang sakit ; pucat, dingin, oedema,
kemerahan, hangat sepanjang vena
3. Makanan / Cairan
4. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Berdenut, nyeri tekan, makin nyeri bila berdiri atau bergerak
5. Keamanan
6. Penyuluhan / Pembelajaran
D. INTERVENSI
Tujuan INTERVENSI
Terapeutik
- lakukan hidrasi
Edukasi
Tujuan Intervensi
Tujuan Intervensi
Terapeutik
Edukasi
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI