Anda di halaman 1dari 7

Budaya Indonesia Yang Mendunia

Pagi hari itu, baskara terbit bersinar terang bagaikan mutiara baswara. Tinggallah sepasang anak
kembar yang cantik nan memesona di Pusat Kota Metropolitan Terbesar di Indonesia, yaitu
Jakarta. Sepasang remaja kembar cantik itu bernama, Anthea Reyana Iva dan Anthenia Rayna
Ivy. Meskipun mereka terlahir kembar, namun mereka memiliki kepribadian yang sedikit
berbeda. Seperti namanya yang sangat indah, kepribadiannya pun juga baik, sopan, idealis, dan
memiliki pikiran yang sangat kritis. Namun Anthenia terlihat sangat benawat, sedangkan Anthea
sangat ramah dan bijaksana. Mereka memiliki ciri khas masing-masing. Anthea---Si Gadis
Anggun, sedangkan Anthenia---Si Gadis Tomboy.
Meskipun begitu, keluarga Si Kembar sangat harmonis. Keluarga Anthea dan Anthenia berasal
dari keturunan ningrat yang sangat berkaitan erat dengan budaya-budaya asli Indonesia. Anthea,
Anthenia, dan keluarganya sangat mencintai dan akan selalu melestarikan Budaya Indonesia
dengan berbagai cara. Meskipun mereka tinggal di Kota Metropolitan yang memiliki teknologi
yang begitu canggih, namun mereka tetap mempelajari dan melestarikan budaya Indonesia.
Mereka sangat bangga sebagai warga asli Indonesia, meskipun Indonesia sudah terkontaminasi
oleh budaya barat. Kedua gadis kembar itu, tetap berusaha melestarikan budaya yang ada di
Indonesia agar nantinya budaya khas Indonesia semakin banyak dikenal hingga mendunia.
Beberapa tahun yang lalu, pada saat kedua gadis cantik tersebut berumur 12 tahun. Mereka
pernah bersekolah di Negeri Paman Sam. Mereka bersekolah di sekolah Indonesia yang terdapat
di Amerika Serikat. Sekolah Indonesia itu bernama Widyatama Junior High School. Sekolah itu,
memiliki beberapa murid berprestasi asal Indonesia. Murid-murid berprestasi tersebut sangat
unggul dalam bidang seni dan budaya Indonesia, termasuk Anthea dan Anthenia. Anthea sangat
terampil menari tradisional khas Bali, yaitu Tari Saman. Anthenia pun juga terampil dalam
memainkan alat musik Angklung khas Jawa Barat, bersama dengan pemain Angklung yang ada
di sekolahnya.
Anthea dan Anthenia sangat sering memenangkan berbagai kompetisi nasional, hingga
internasional. Namun, hal itu membuat Anthenia sombong, karena ia merasa bahwa ia dapat
menciptakan sekumpulan prestasi yang membanggakan, bersama dengan kembarannya---Anthea.
Mereka pun mendapatkan popularitas yang melambung tinggi, karena prestasinya yang
membanggakan dengan membawa budaya asli Indonesia ke mancanegara. Hingga akhirnya,
budaya-budaya tersebut diakui oleh organisasi internasional dunia yang berkaitan dengan seni
budaya, yaitu UNESCO.
Beberapa waktu berlalu, hingga mereka berumur 16 tahun, selama itu pun mereka masih selalu
meraih berbagai prestasi dalam bidang seni dan budaya. Harsa pun seperti menyelimuti kedua
gadis itu. Tetapi, suatu hal memaksakan kedua gadis dahayu itu untuk segera pulang ke
Indonesia. Mereka sempat menolak permintaan dari kedua orang tua mereka. Namun, mereka tak
dapat berkutik saat orang tua nya bersikeras untuk meminta mereka pulang ke negara
kelahirannya. Akhirnya, mereka kembali pulang dan bersekolah di negara Zamrud Khatulistiwa.
Setelah Si Kembar Cantik itu sampai di Indonesia, mereka langsung mempersiapkan diri untuk
kembali bersekolah di salahsatu sekolah ternama Indonesia. Sekolah tersebut bernama SMA
Wiramandala. Sekolah itu terletak di Pusat Kota Metropolitan Indonesia, yaitu Jakarta. Namun,
sepertinya orang tua gadis kembar itu salah menempatkan kedua anak kembarnya yang begitu
mencintai budaya dan seni Indonesia di sekolah nya yang baru. Si Gadis Anggun pernah
mendengar secercah perkataan dari seorang temannya di Amerika, bahwa ternyata murid-murid
di sekolah tersebut lebih menyukai budaya barat dibandingkan budaya Indonesia. Kedua gadis
itu yang mengingat hal tersebut pun merasa tidak ingin bersekolah di sekolah itu. Namun,
akhirnya mereka tetap menjalankan keinginan orang tua nya yang telah mendaftarkan mereka di
SMA Wiramandala.
Beberapa hari kemudian, Anthea dan Anthenia pun mulai memasuki sekolah yang baru. Mereka
berjalan melalui koridor sekolah dengan suasana hati yang suram. Kedua gadis yang memiliki
kepribadian yang sedikit berbeda itu, merasa bahwa mereka tidak cocok bersekolah di sini.
Mereka telah mendengar percakapan dari segerombolan perempuan di sekolah ini yang
penampilannya mengarah ke budaya barat, seperti rambut berwarna pirang bak orang yang
berasal dari bagian barat.
“Hei! Apakah kalian semua mendengar kabar, bahwa terdapat dua murid baru kembar yang
berasal dari luar negeri?” tanya seseorang berambut pirang bernama Selina dengan sangat heboh
(suara menggelegar).
“Tentu saja! Dengar-dengar sih, katanya berasal dari keluarga ningrat.” Jawab seorang
perempuan berbandana putih bernama Lisa, bisik-bisik sambil melihat kesana-kemari seperti
seorang pencuri. Lisa memastikan bahwa tidak ada yang mendengar ucapannya, selain teman-
temannya. Namun, ia tidak menyadari di ujung lorong terdapat kedua gadis dahayu kembar yang
tengah berdiri, mendengarkan percakapan mereka.
“Tapi, katanya mereka adalah gadis-gadis yang sangat menyukai budaya Indonesia. Tentu saja,
sangat berbeda dengan kita yang lebih modern.” Ucap perempuan berkulit putih---Marley sangat
sinis dan culas.
“Huh, dasar gadis-gadis udik.” Hina gadis cantik dengan rambut berkuncir kuda bernama Caily,
kata-katanya begitu menusuk hati kedua gadis dahayu yang ada di ujung lorong.
Saat mendengar ucapan dari gadis berkuncir kuda itu, Anthea dan Anthenia merasa sangat sakit
hati. Anthenia bertekad untuk melawan para gadis culas dan banyak tingkah itu, supaya mereka
jera dan tidak lagi menghina orang dengan sangat sinis. Gadis Tomboy itu langsung berjalan
dengan cepat kearah segerombolan gadis-gadis sombong itu.
“Hei, kalian semua!” hardik Anthenia dengan sangat arogan kepada keempat gadis culas itu.
Keempat gadis itu yang tadinya sedang bergerombol saling berhadapan, langsung menoleh
kearah Anthenia. Mereka merasa aneh, tiba-tiba ada gadis arogan tak dikenal menghardik
mereka dengan suara keras, diikuti oleh seorang gadis anggun yang ada di belakangnya, seperti
seorang ayam yang mengikuti induknya. Namun, gadis anggun itu terlihat menunduk dan
berdiam diri.
“Uh, kau siapa?” ucap Caily dengan nada suara yang sangat sombong.
“Kita adalah orang yang kau bicarakan sedaritadi. Kau kira, kita tidak mendengarnya? Hah?”
balas Anthenia dengan suara yang menggelegar memenuhi lorong sekolah.
“Oh, jadi kau dan dia murid barunya. Dua gadis udik pecinta budaya Indonesia?” tanya Lisa
dengan menantang.
“Iya, kita. Memangnya kenapa jika kita mencintai budaya Indonesia? Tidak ada salahnya,
bahkan kami sudah mampu untuk membawa budaya Indonesia hingga mendunia, dan juga
beberapa budaya Indonesia telah diakui oleh UNESCO. Sedangkan kamu? Kamu mampu
berbuat apa untuk bangsa ini?” balas Anthenia dengan emosi yang membuncah, ia merasa bahwa
ia sudah ada di posisi benar. Ia berbuat seperti ini, karena keempat gadis itu sangat culas dan
tidak sopan. Sebagai keluarga keturunan ningrat, tentunya ia sudah diajarkan tentang tata krama
dan kesopanan. Tentu saja, hal yang dilakukan keempat gadis itu tentunya sangat tidak sopan.
Keempat gadis itu langsung terdiam, ketika mendengar ucapan Anthenia. Anthea yang melihat
balasan emosi dari Anthenia pun langsung menenangkan kembarannya dengan mendekap erat
Anthenia yang tengah terjebak dalam emosi yang bergejolak. Saat Anthenia tengah ditenangkan
oleh kembarannya, keempat gadis itu langsung mengambil kesempatan untuk melarikan diri dari
kobaran emosi yang mungkin akan kembali muncul dari diri Antenia. Betapa masygul nya
Antenia yang melihat para gadis yang membuatnya emosi melarikan diri begitu saja dengan
wajah tanpa dosa.
“Hei! Jangan lari begitu saja kalian semua!” panggil Anthenia dengan suara yang sangat
kencang, namun mereka tetap berlari terbirit-birit menuju ke kelas nya masing-masing.
“Sudah-sudah. Biarkan saja mereka pergi, Ant.” Ucap Anthea lembut sambil mengelus pundak
kembarannya agar emosinya mereda.
Beberapa hari pun telah berlalu, selama itu pun mereka merasa bahwa sekolah tempat mereka
menuntut ilmu tidak mengajarkan tentang budaya Indonesia. Pantas saja, seluruh siswa di
sekolah ini tidak memiliki bakat dan minat dalam bidang seni budaya, dan lebih tertarik dengan
budaya barat. Mereka pun mulai berpikir, bahwa sekolah ini harus memiliki rasa mencintai
budaya Indonesia, supaya nantinya mereka dapat membuat budaya-budaya Indonesia yang lain
lebih mendunia. Kedua gadis itu ingin membuat suatu rencana, tetapi mereka merasa tidak yakin
bahwa rencana mereka akan didukung penuh oleh pihak sekolah. Mereka berencana untuk
mengadakan pentas seni yang akan menampilkan beberapa budaya khas Indonesia, seperti tari
tradisional, permainan alat musik, dan kebudayaan lainnya.
Kedua gadis cantik berketurunan ningrat itu pun mencoba untuk mengusulkan rencana tersebut
kepada guru di bidang kesiswaan. Guru bidang kesiswaan pun mengundang Anthea dan
Anthenia ke ruang guru, untuk mendiskusikan usulan dari kedua murid yang baru saja pindah
beberapa hari lalu berzama dengan guru lainnya. Proses diskusi pun tengah dimulai, terdapat
beberapa guru yang tidak setuju dengan rencana pentas seni yang diusulkan oleh Anthea dan
Anthenia. Mereka merasa kedua murid pindahan itu masih awam untuk melaksanakan suatu
acara, mereka tidak yakin dengan kemampuan kedua gadis cantik itu. Mereka terus menentang
keras dengan segala alasan yang tidak masuk akal. Anthea dan Anthenia merasa bahwa hal ini
dilakukan dengan sengaja oleh para guru, karena mereka tidak setuju adanya acara yang
berkaitan dengan seni dan budaya khas Indonesia. Namun, saat ini Anthenia tidak bisa
meluapkan emosi nya, karena ia masih mengerti kesopanan dan etika terhadap orang yang lebih
tua. Anthenia dan Anthea mencoba menghadapi perdebatan ini dengan tenang.
Saat perdebatan panas berlangsung dengan tegang, tiba-tiba seorang guru perempuan cantik dan
berkulit putih berkata suatu hal.
"Maaf, Bapak & Ibu Guru semua. Dengan segala hormat, saya tidak menyetujui jika Bapak dan
Ibu Guru semua menolak usulan dari Anthea dan Anthenia. Saya akan mendukung penuh usulan
dari kedua murid baru tersebut. Saya merasa usulan dari mereka sangat bermanfaat untuk
membuat budaya Indonesia terlestarikan dan mungkin nantinya akan lebih mendunia. Saya juga
yakin, bahwa nantinya anak-anak di sekolah ini akan lebih menyukai budaya Indonesia daripada
budaya dari negeri orang." ujar sang guru perempuan itu dengan lugas. Guru perempuan tersebut
adalah seorang guru Bahasa Indonesia. Ia bernama Himma, biasa di panggil Bu Him. Ia merasa
sangat setuju dengan pendapat yang diargumentasikan oleh Anthea dan Anthenia.
"Memangnya jika Bapak dan Ibu Guru menolak hal tersebut, karena apa? Jika karena kalian
merasa mereka tidak mampu, itu bukanlah suatu alasan yang masuk akal." ucap Bu Him dengan
sedikit emosi yang mulai menguar.
Para Guru yang mendengar ucapan Guru Cantik itu pun langsung berdiam diri termenung.
Mereka merasa, bahwa omongan yang diucapkan oleh Bu Him ternyata benar juga. Akhirnya,
mereka mulai menerima usulan dari kedua murid kembar itu. Beberapa guru telah setuju dengan
usulan tersebut, mereka bahkan ingin ikut membantu acara pentas seni yang akan diadakan oleh
kedua gadis tersebut. Hal itu mereka lakukan, supaya pentas seni itu berjalan dengan lancar.
Beberapa hari berlalu, akhirnya pentas seni itu pun terlaksana. Anthea dan Anthenia
mendatangkan teman-temannya yang berbakat dalam bidang seni dan budaya dari Negeri Paman
Sam. Kedua gadis kembar itu mengundang teman-temannya untuk tampil dalam pentas seni,
membantu Anthea dan Anthenia. Acara pentas seni di sekolah pun telah dimulai, diawali dengan
penampilan Tari Saman yang ditampilkan oleh Anthea dan teman-temannya. Selanjutnya,
penampilan permainan alat musik Angklung dengan membawakan lagu tradisional khas Jawa
Barat, yaitu Bubuy Bulan. Penampilan mereka terlihat sangat elok, khidmat, dan menarik. Semua
yang menonton penampilan-penampilan itu pun langsung merasa terkesima.
Hampir seluruh warga sekolah yang menonton pentas itu menjadi berkeinginan untuk
mempelajari dan mempraktikkan budaya Indonesia, karena melihat betapa menariknya
penampilan dari Anthea, Anthenia, beserta teman-temannya. Selina, Marley, Lisa, dan Caily pun
merasa bahwa budaya Indonesia merupakan budaya yang sangat menarik.
Tiga hari pun telah berlalu semenjak acara pentas seni selesai, mereka mulai mempelajari budaya
Indonesia. Mereka memulai mempelajari budaya tersebut dengan mengadakan guru seni budaya,
lalu dilanjutkan dengan menciptakan ekstrakurikuler budaya, seperti Angklung dan Tari Saman.
Ekstrakurikuler Angklung diketuai oleh Anthenia, sedangkan Tari Saman diketuai oleh Anthea.
S
Semenjak pengadaan guru seni budaya dan ekstrakurikuler budaya Indonesia, SMA
Wiramandala mulai memperlajari budaya Indonesia dengan tekun. Seluruh murid di sekolah
tersebut terlihat sangat tertarik oleh budaya Indonesia.
Beberapa minggu kemudian, acara pentas seni pun diadakan kembali. Hal itu terjadi, karena
menurut keputusan secara bersama dengan pihak sekolah, pentas seni akan diadakan secara rutin
sebulan sekali. Namun, pentas seni bulan ini sedikit berbeda dengan pentas seni sebulan yang
lalu. Hal itu dikarenakan, beberapa siswa di sekolah mengikuti acara pentas seni itu dengan
menampilkan bakat dan mintanya dibidang budaya, seperti Tari Ondel-Ondel dan Wayang.
Acara pentas seni pun dimulai. Mereka memulainya dengan penampilan Tari Ondel-Ondel dari
Selina, Lisa, Marley, dan Caily. Selanjutnya adalah penampilan Seni Wayang yang dimainkan
oleh sekelompok laki-laki. Penampilan mereka terlihat sangat terlatih, dan juga indah. Anthea,
Anthenia, dan guru-guru yang melihat itu pun merasa bahwa mereka pantas untuk mengikuti
lomba nasional. Mengingat akan diadakannya lomba nasional, dan nantinya peserta yang
memenangkan lomba tingkat nasional tersebut akan dijadikan sebagai perwakilan Indonesia
untuk mengikuti lomba ditingkat internasional.
Akhirnya, murid-murid yang mengikuti lomba tersebut, beserta Anthea dan Anthenia,
diikutsertakan mengikuti lomba nasional. Merekapun terus berlatih untuk mengikuti lomba
tersebut, mereka ingin membuat sekolah mereka mendapatkan apresiasi atas prestasi yang akan
mereka capai.
Hari perlombaan pun telah datang, semua peserta yang mengikuti lomba tersebut akan bersaing
secara sehat dengan menampilkan bakat-bakat mereka di bidang seni. Proses perlombaan pun
telah berlangsung, hingga selesai. Terlihat semua peserta dan juri sangat menyukai penampilan
dari SMA Wiramandala, karena penampilan dari mereka terlihat begitu memukau. Sampai hari
pengumuman terjadi, ternyata SMA Wiramandala memenangkan semua mata lomba, dimulai
dari Tari Ondel-Ondel, Tari Saman, Seni Wayang, dan Permainan Alat Musik Angklung.
Semua peserta yang memenangkan dari SMA Wirmandala akan lanjut mengikuti lomba tingkat
internasional. Seluruh warga sekolah merasa sangat bangga kepada murid-murid yang akan
mengikuti lomba tingkat internasional.
"Semangat untuk semuanya ya!" ujar Anthea dengan semangat yang berkobar.
"Iya, harus. Aku harap, nanti kita dapat memenangkan lomba dintingkat internasional." harap
Caily penuh.
"Ya, aku juga mengharapkan seperti itu." balas Marley kepada Caily.
Mereka terus berlatih dengan keras untuk memenangkan lomba di tingkat internasional. Hingga
hari lomba telah datang, mereka melaksanakan lomba tersebut di Negeri Paman Sam, dan
ternyata tempat pelaksanaan lomba tersebut ada di sekolah lama Anthea dan Anthenia, yaitu
Widyatama Junior High School. Kedua gadis itu merasa sangat senang, karena mereka akan
kembali bertemu dengan teman-teman lamanya.
Mereka akan berjuang untuk memenangkan lomba internasional tersebut, untuk mengembangkan
budaya Indonesia yang lain sampai ke kancah internasional. Kegiatan lomba pun dimulai, proses
perlombaan pun tengah berlangsung dengan tata tertib yang sangat ketat. Beberapa jam berlalu,
kegiatan lomba pun telah selesai. Pemenang lomba pun akan langsung diumumkan oleh pihak
panitia lomba, setelah lomba selesai.
Saat ini, seluruh peserta dan panitia lomba ada di Aula Widyatama Junior High School. Beberapa
menit lagi, pemenang lomba akan diumumkan. Pembawa acara pun telah membuka acara
pengumuman pemenang lomba. Setelah pembukaan, pemenang lomba langsung diumumkan.
Ternyata, Anthea, Anthenia, beserta teman-temannya memenangkan perlombaan tingkat
internasional itu. Seluruh peserta langsung bertepuk tangan dengan sangat meriah. Kedua gadis
itu dan teman-temannya, merasa sangat senang dengan prestasi yang mereka capai. Peserta yang
memenangkan lomba itu, diberitakan oleh liputan kabar internasional. Mereka merasa sangat
bangga dan senang, karena mereka mampu memperluas budaya Indonesia hingga mendunia.
"Yey! Ternyata kita menang." ucap Anthenia dengan sangat senang yang menguar.
"Iya, akhirnya kita bisa membuat budaya Indonesia yang lain lebih mendunia." ucap Anthea
dengan bangga.
Mereka merasa sangat bangga. Akhirnya, mereka dapat membuat budaya Indonesia hingga
mendunia. Sekolah mereka juga sangat merasa bangga dan mengapresiasi murid-murid yang
memenangkan lomba di kancah internasional tersebut. Tetapi, sekolah akan terus berusaha,
bersama dengan murid-murid berprestasi lainnya, untuk melahirkan anak-anak berprestasi dari
sekolah mereka untuk melestarikan dan memperkenalkan budaya Indonesia lebih luas lagi.
Seluruh warga sekolah merasa sangat bangga dengan meluasnya budaya Indonesia hingga
mendunia.

Anda mungkin juga menyukai