Anda di halaman 1dari 7

Merancang Novel dengan memperhatikan Isi dan Kebahasaan

Anggota Kelompok:
1. Destria Anggraeni (7)
2. Dhista Harnanda S (8)
3. Hafiz Arya Safa (15)
4. Icha Septiana Syahputri (18)
5. Kania Putri Riyandra (20)

Tema : Pendidikan
Judul : Daring
Tokoh Dan Penokohan :
1. Destria ; (Rajin, Rendah Hati, Tidak Mudah Terpancing Emosi, Suka
Melerai, Ambis)
2. Hafiz ; (Mudah Berbaur, Suka Mencari Tau, Ambis)
3. Dhista ; (Mudah Terpancing Emosi, Pelupa, Galak, Ambis)
4. Icha ; (Menyebalkan, Julid, Ambis)
5. Kania ; (Menyebalkan, Julid, Ambis)
Alur : Maju
Latar :
1. Tempat (Rumah, Sekolah, Jalan)
2. Waktu (Pagi, Siang, Sore Dan Malam Hari)
3. Suasana (Senang, Menyebalkan, Sedih)
Sudut Pandang : Orang Pertama Dan Ketiga
Amanat :Apapun kondisi pembelajaranya kewajiban seorang
siswa harus belajar. Tanggung jawablah atas apa yang menjadi kewajibanmu.
Tidak boleh terlalu julid atau mengikut campuri urusan orang.

Daring

Alarm milik Destria berdering pagi ini yang menunjukkan pukul 05.00 WIB.
Segeralah ia terbangun dan mematikan alarmnya, ia bergegas mengambil air
wudhu untuk menunaikan sholat subuh, setelah sholat subuh tak lupa seperti biasa
ia membantu ibunya menanak nasi setelahnya ia melanjutkan untuk mandi dan
bersiap siap untuk pergi ke sekolah.
Tibalah ia di sekolah tepat pukul 06.15 WIB. Saat ini ia menduduki bangku
SMP Harapan Bangsa kelas 9D akhir karena sudah mau lulus, teman sebangku
Destria yaitu Dhista tak lama tiba disekolah tampak ia sedikit tergesa gesa.

"Hai selamat pagi" sapa Dhista.

"Pagi Dhista! tumben kamu berangkat lebih awal dari biasanya? mengapa
juga terlihat tergesa gesa seperti dikejar anjing saja hahaha" jawab Destria dengan
sedikit jail.

"Huh kamu ini dasar, iya nih aku lupa belum mengerjakan tugas Bahasa
Indonesia padahal kan ada di jam pertama, semalam aku mau mengerjakan tetapi
lupa kalau buku aku tertinggal di laci, huftt," Destria menggeleng-gelengkan
kepala, belum sempat ia menjawab Dhista sudah menambah lagi. "kamu sih tidak
mengingatkanku kalau bukunya tertinggal."

Destria menjawab lagi dengan sedikit jail, "mana aku tau kalau bukumu
tertinggal memangnya aku dukun hahaha," lalu Dhista mengendus sebal dan segera
mengambil bukunya yang dilaci untuk dikerjakan, baru sempat mengerjakan
beberapa tiba-tiba saja bel masuk sudah berbunyi.

Bangku dua dibelakang persis bangku Destria dan Dhista yaitu Kania dan
Icha tampak kosong belum berpenghuni entah mereka belum berangkat ataukah
tidak berangkat, tak lama kemudian guru Bahasa Indonesia memasuki ruangan
kelas 9D itu dan seperti pagi hari dihari hari biasanya sebelum memulai
pembelajaran di SMP itu diputarkan lagu Indonesia Raya untuk murid, guru,
karyawan, dan semua para warga SMP Harapan Bangsa, mereka berdiri dan
menirukan lagunya dengan hikmat tujuannya agar tertanam jiwa nasionalisme
untuk selalu ingat negara kita tercinta ini.

Setelah lagu selesai tak lupa sebelum memulai pembelajaran berdoa terlebih
dahulu agar senantiasa diberikan kelancaran dalam menuntut ilmu dan ilmu yang
berguna. Sudah 15 menit pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung tiba tiba saja
terdengar suara pintu diketuk "tok tok tok" serta diikuti suara 2 orang perempuan
"assalamualaikum" serentak siswa 9D serta guru itu pun menengokkan kepala
mereka ke arah datangnya suara, nampaknya 2 perempuan itu Kania bersama Icha,
barulah mereka memasuki ruang kelas dan meminta maaf atas keterlambatan serta
meminta izin untuk duduk mengikuti pembelajaran, mereka telat sebenarnya
karena bangun kesiangan tetapi demi untuk diizinkan masuk mereka berbohong
kalau motor mereka mogok dijalan dan guru Bahasa Indonesia itu memakluminya
dan menyuruh duduk lalu mereka segera duduk.

Kania berbisik "huh untung saja diizinkan masuk coba saja kalau tadi kamu
tidak bohong pasti sudah di hukum kita," Icha mengangguk diikuti ketawa tipis
tapi sayangnya suara Kania sedikit terdengar Dhista.

Lalu segeralah ia menegur, "heh berbohong apa kalian tadi? pagi pagi sudah
berbohong!"

Kania langsung melirik Dhista dan menjawab dengan nada sedikit kesal
"berisik!".

Waktu menunjukkan pukul 09.30 waktunya bel istirahat berbunyi. Kania dan
Icha segera bergegas untuk ke kantin mereka melewati Dhista dan Destria dengan
muka yang sedikit sinis karena si Dhista menegurnya tadi pagi, tak terima dengan
tatapan sinisnya.

Dhista langsung mengendus kesal dan bergumam "hihh menyebalkan sekali


mereka! awas saja yaa."

Destria menenangkan "sudah sudah biarkan saja seperti tidak tau mereka
saja," Kania dan Icha memang terkenal dengan sifat yang sedikit menyebalkan.

Tak lama setelah itu Hafiz mendekati meja Dhista dan Destria "hei kalian
tau tidak tentang artikel berita terbaru ini? terkait virus baru yang sangat
berbahaya, emm namanya sihh kalau tidak salah virus Covid-19," Destria dan
Dhista hanya saling tatap mereka tidak tau apa yang dibicarakan Hafiz.

Dengan sedikit kepo Destria menjawab "hahh virus apa itu? hmm baru
denger ini deh."

Hafiz menjawabnya, "hah serius kalian tidak tau? padahal di indonesia


sudah mulai tersebar dan sudah memakan banyak korban jiwa, ahh kalian kemana
saja sihh makanya sekali kali jangan skip berita dong." Destria dan Dhista hanya
bengong saja lalu ikut mencari tau tentang berita terbaru virus corona-19 atau
covid-19 itu.

Dhista bergumam "astaga ternyata sengeri ini dan sangat berbahaya apalagi
gampang sekali menularnya hiii," sembari tutup hidung menjauhi Hafiz dan
Destria.

Hafiz dan Destria pun kesal dan mereka menabok Dhista yang jail itu, ketika
mereka sedang asyik mencari tau dan membicarakan virus itu tiba tiba bel masuk
berbunyi dan segeralah Kania dan Icha masuk ke kelas, mereka langsung duduk
dibangku masing masing tetapi mereka hanya terdiam sembari menguping
pembicaraan asyik 3 teman mereka.

Tak lama kemudian Icha menegur dengan wajah yang sangat kepo sedikit
mengejek "halah apasih sok sokan pada ngomongin berita mending baca meme aja
biar hidup kalian terhibur dikit ya kan hahahah."

Kania membalasnya juga dengan tertawa, tidak terima dengan teguran


mereka berdua si Dhista baru saja ingin membalasnya tetapi guru mapel
matematika sudah duluan memasuki ruangan kelas langsung saja suasana menjadi
tenang, tak lupa Hafiz si ketua kelas memberi salam kepada guru matematika
diikuti teman teman kelasnya.

Tak terasa bel waktu pulang sekolah berbunyi waktu yang ditunggu tunggu
para siswa, pembelajaran telah usai dan jam menunjukkan pukul 15.00 WIB,
waktu pulang yang sebenarnya adalah pukul 14.00 WIB namun karena kelas 9
sudah mau ujian nasional maka ada tambahan mapel atau les jadi mereka pulang
pukul 15.00 WIB.

Para siswa bergegas keluar ruangan dan pulang menuju rumah masing
masing tak terkecuali Destria, Dhista, Hafiz, Icha, dan Kania. Kebetulan rumah
Destria, Dhista dan Hafiz satu arah mereka pulang bersama dan masih saja
membahas soal virus covid-19 tadi. Lagi lagi dijalan mereka bertemu Kania dan
Icha dan lagi lagi mereka berdua tidak sengaja mendengar pembahasan mereka
bertiga.
Langsung Icha menegur mereka "yaampun kalian ini masih saja membahas
hal yang tidak penting, huhh mending kalian cepat pulang ke rumah dan
menyantap makan di rumah kasian tuh perutnya sudah pada keroncongan
hahahah."

Selip Kania "halah sudah mereka mau membahas apa saja yaa biarkan,
sudah yuk mending kita cepat pulang saja mama aku di rumah masak ayam goreng
nih tidak sabar rasanya mau cepat sampe rumah," dengan cepat mereka bergegas
meninggalkan 3 orang itu.

Lagi lagi si dhista terpancing emosi "huhh sabar sabar."

Sesampainya di rumah Destria melihat berita yang makin meluas dan makin
mengerikan itu, malam harinya saat ia hendak tidur tiba tiba grup sekolah memberi
pengumuman bahwa besok hari sekolah diliburkan karena mencegah bahayanya
virus menular itu ternyata sudah sampai lingkupnya sendiri.

Dengan shock ia langsung bergumam "astaghfirulloh kenapa bisa sangat


cepat menularnya dan secepat ini bisa sampai lingkupku sendiri."

Langsung ia meng chat Dhista dan Hafiz untuk menanyakan berita itu benar
atau tidaknya, dan ternyata benar sekolah diliburkan 2 minggu mereka pun sangat
menyayangkan padahal sebentar lagi lulus dan seharusnya sekolah sangat penting.
Disisi lain Icha dan Kania sangat senang akibat berita libur itu karena mereka bisa
bersenang senang tanpa memikirkan bangun pagi, mandi pagi, dan pergi ke
sekolah.

Tidak terasa libur sudah berjalan selama 2 minggu tetapi berita covid-19 pun
belum mereda malah semakin melonjak tinggi dan sangat sangat mengerikan
sementara itu para siswa yang terkena imbasnya yang libur mereka tetap
bersekolah dengan cara online, ibu/bapak guru menyampaikan segala tugasnya
lewat grup via whatsapp.

Seiring berjalannya waktu tibalah jadwal UN namun tidak memungkinkan


untuk dilaksanakan, maka dari itu kebijakan dari pemerintah serta sekolah UN
ditiadakan dan mengganti nilai kelulusan dengan nilai raport semester kemarin,
huh sangat sedih padahal kelas 9 sudah separuh lebih perjalanan untuk menempuh
ujian nasional.

Tibalah saatnya kelulusan namun segala acara di sekolah pun ikut


ditiadakan seperti acara perpisahan atau wisuda. Angkatan yang sangat sedih
bukan harus meniadakan UN, bahkan acara perpisahan atau wisuda tapi bukan jadi
satu masalah yang besar daripada memaksakan untuk dilaksanakan malah
menambah korban jiwa yang semakin banyak.

Tidak lama setelah acara kelulusan tibalah saatnya ppdb atau pendaftaran
peserta didik baru, Destria, Hafiz, Dhista, Icha, dan juga Kania mereka kebetulan
mendaftar di satu sekolah yang sama karena adanya sistem zonasi yang sedikit
membuat pusing jadi mereka hanya mendaftar di sekolah yang tidak begitu jauh
dari rumah mereka yaitu SMA Nusa Bangsa, sistem PPDBnya pun masih
menggunakan online.

Sudah hampir setahun mereka melewati masa masa daring atau PJJ atau
pembelajaran jarak jauh namun tetap saja sifat dan sikap Kania serta Icha yang
suka bermalas malasan terbawa lagi, mereka hanya mengikuti zoom atau presensi
saja lalu tidak pernah mengikuti pembelajaran, mereka terlalu menyepelakan
adanya daring sebab tidak diawasi dengan gurunya langsung apalagi perihal tugas
hanya ditagih sesekali saja, berbeda dengan Destria yang tidak pernah skip mapel
bahkan bisa dibilang ia tidak memiliki jadwal yang bolong, kalau si Dhista dan
Hafiz semenjak adanya daring ini menjadi berkurang rajinnya karena mereka
sesekali juga skip tugas atau zoom.

Waktu begitu terasa semakin cepat dan waktunya mereka kenaikan kelas
untuk naik ke kelas selanjutnya yaitu kelas 11, di kelas 11 ini agak sedikit berbeda
karena mereka masuk dengan 2 sesi seperti halnya presensi awal dan akhir nah ini
bertujuan agar mengurangi sosialisasi dan mengurangi jumlah siswa karena virus
corona ini belum benar benar hilang dan juga syarat untuk memasuki kawasan
sekolah yaitu mereka wajib menggunakan masker dan membawa handsanitizer dari
rumah. Dengan kelas 10 yang full daring, kelas 11 yang masuk masih
menggunakan sistem persesi.

Semakin hari berita corona semakin berkurang dan tidak terasa lagi mereka
sudah memasuki kelas 12, kepribadian Icha dan Kania ditambah Dhista dan juga
Hafiz pun belum juga berubah mereka masih menjadi pribadi yang menyepelekan
mapel mapel. Saat tiba kelas 12 ini mereka menyadari bahwa tidak boleh lagi
menyepelekan pembelajaran karena mereka sadar bahwa sekolah di SMA tidak
lama lagi dan mereka harus berjuang keras menghadapi UTBK dan harus berpikir
lebih kritis untuk mencapai tujuan memasuki PTN yang mereka inginkan.

Semakin hari berita covid ini semakin menghilang dan semakin hari mereka
ber 6 semakin menyadari akan pentingnya mengambis dan waktu belajar. Tibalah
saatnya UTBK mereka telah menyelesaikan dengan baik dan betapa bahagianya
mereka keterima di PTN yang diinginkan masing masing. Masa masa covid-19
apalagi masa daring ini menjadi pengalaman yang berharga bagi para sebagian
siswa apalagi ke 6 siswa itu.

Anda mungkin juga menyukai