Anda di halaman 1dari 11

Apakah Cash Holding Menjadi Pemediasi Untuk Perataan Laba?

Studi Pada Perusahaan Properti dan Real estate di Indonesia

Laisa Liza,S.E.,M.Si
Universitas
Muhammad Arfan, S.E.,M.Si.,Ak.,CA
Universitas

Banda Aceh, Indonesia


Email:

Abstract—Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui yaitu perusahaan dapat melakukan kebijakan investasi lebih
apakah cash holding memediasi pengaruh financial optimal. Selain itu, Bates et al. (2009) juga menerangkan motif
leverage, profitabilitas, kepemilikan institusional, dan perusahaan dalam menahan kas dikarenakan 4 motif
dewan komisaris independen terhadap perataan laba perusahaan yaitu motif transaksi, motif berjaga-jaga, motif
pada perusahaan properti dan real estate yang pajak dan motif agensi.
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Populasi penelitian Dalam perusahaan setiap tahun porsi cash holding yang
sebesar 188 perusahaan selama periode pengamatan ditetapkan bisa saja berbeda sesuai dengan yang sudah di
tahun 2013-2021. Alat analisis yang digunakan adalah tetapkan oleh kebijakan perusahaan. Sebuah perusahaan
Partial Least Square (PLS). Hasil penelitian mungkin akan meningkatkan cash holdingnya dari tahun ke
menunjukkan bahwa financial leverage, profitabilitas, tahun atau setiap tahun berubah lebih kecil atau lebih besar
kepemilikan institusional, dan dewan komisaris persentase cash holdingnya dan persentase cash holdingnya
independen berpengaruh terhadap cash holding. dapat ditentukan berdasarkan kebutuhan perusahaan terhadap
Financial leverage, kepemilikan institusional uang tunai setiap tahunnya.
berpengaruh terhadap perataan laba, sedangkan Perubahan cash holding dialami oleh beberapa perusahaan
profitabilitas tidak mempunyai pengaruh terhadap property dan real estate seperti emiten APLN, ASRI, BKDP,
perataan laba. Terakhir, cash holding memediasi LPKR, dan PKWN. Perusahaan memiliki nilai persentase yang
pengaruh financial leverage, profitabilitas, kepemilikan berbeda, mulai dari 0,40 % dari total aset hingga 22,97 % dari
institusional, dan dewan komisaris independen total aset. Perbedaan persentase tersebut dibutuhkan kajian
terhadap perataan laba. faktor- faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya perubahan
dan keberagaman tingkat cash holding.
Untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi cash
Kata Kunci : Perataan Laba, Cahs Holding, Financial
holding tentu tidaklah mudah. Namun setidaknya berdasarkan
Leverage, Profitabilitas, Kepemilikan Institusional, Dewan
hasil penelitian terdahulu, terdapat faktor-faktor yang diduga
Komisaris Independen
mempengaruhi cash holding yaitu financial leverage,
profitabilitas, kepemilikan institusional, dan dewan komisaris
I. PENDAHULUAN independen. Beberapa penelitian sebelumnya telah menguji
faktor faktor yang mempengaruhi cash holding (Arfan et al.,
Dalam laporan keuangan ada terdapat berbagai informasi 2017 ; Charita et al., 2017 ; Senjaya & Yadnyana, 2016;
keuangan yang dapat dijadikan acuan untuk pengambilan Kariuki et al., 2015; Pouraghajan et al., 2015 ; Mohd, et al.,
keputusan, diantaranya informasi keuangan terkait kas. Kas 2015; Ur Rahman & Wang, 2015; Mashood &Shah, 2014;
adalah aset paling likuid dalam laporan keuangan yang terdiri Abushamalla & Sulaiman, 2014; Bashir, 2014 ). Hasil dari
dari kas ditangan dan rekening giro (IAI,2014). Penahanan kas beberapa penelitian tersebut masih menunjukkan hasil yang
atau disebut dengan cash holding berkaitan dengan kebijakan berbeda. Oleh karena itu, keempat faktor tersebut diuji kembali
terkait dengan kas dikarenakan dalam menjalankan di dalam penelitian ini untuk menguji pengaruhnya terkait cash
operasional perusahaan diperlukan kecukupan kas karena holding.
apabila terjadi ketidakcukupan kas dalam menjalankan Pada faktor yang berhubungan dengan pengaruh financial
perusahaan mengakibatkan aktivitas perusahaan tidak leverage pada cash holding, sebagian hasil penelitian tersebut
berjalan. Gill dan Shah (2012) mendefinisikan cash holding menunjukkan bahwa financial leverage berpengaruh negatif
merupakan uang tunai ditangan yang tersedia untuk dibagikan terhadap cash holding (Arfan et al., 2017 ; Charita et al., 2017;
kepada para investor atau diinvestasikan kepada aset fisik. Mashood & Shah, 2014; Ur Rahman & Wang, 2015). Hasil
Pengelolaan kas yang baik dapat melindungi perusahaan penelitian tersebut menunjukkan perusahaan dengan financial
dari krisis keuangan sehingga perusahaan harus bijak dalam leverage tinggi akan mendanai investasinya dengan
menahan penggunaan kasnya. Penahanan kas atau di sebut menggunakan utang dan ini akan mengurangi cash holding
dengan cash holding memerlukan ketentuan yang tepat mereka (Arfan et al,. 2017). Namun Kariuki et al. (2017)
dikarenakan cash holding yang optimal dapat membantu menemukan hasil berbeda yaitu financial leverage berpengaruh
kegiatan operasional perusahaan sehari-hari dan menutupi positif terhadap cash holding. Hal ini dapat diartikan bahwa
kebutuhan kas yang mendadak diperlukan (Gill & Shah, perusahaan dengan financial leverage yang tinggi akan
2012). Ada beberapa manfaat dari cash holding seperti yang menjaga tingkat kas nya agar pembayaran utang dan bunga
diungkapkan oleh Ferreira dan Viela (2004) bahwa cash pada saat jatuh tempo tidak gagal bayar.
holding dapat menjadi dana alternatif di saat terjadinya Selanjutnya, penelitian terkait dengan pengaruh
kesulitan keuangan kemudian cash holding juga dapat profitabilitas terhadap cash holding juga masih ditemukan hasil
meminimalkan biaya yang akan dikeluarkan jika yang berbeda, sebagian penelitian menemukan hasil yang mana
menggunakan dana eksternal dan juga manfaat cash holding profitabilitas berpengaruh positif terhadap cash holding (Arfan
et al., 2017 ; Charita et al., 2017; Abushammala &Sulaiman, melakukan perataan laba atau tidak, dapat dihitung dengan
2014; Shabbir et al., 2016). Dapat diindikasikan bahwa rumus Indeks Eckell.
perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi akan Cash holding yang tinggi memberikan potensi bagi manajer
meningkatkan likuiditas mereka sehingga membutuhkan untuk melakukan tindakan penyalahgunaan kas untuk
banyak kas serta perusahaan yang mempunyai cash holding kepentingan pribadi. Salah satu tindakan penyalahgunaannya
yang tinggi akan menyediakan ketersediaan dana yang cukup yaitu praktik perataan laba. Praktik perataan laba di Indonesia
guna untuk membayar dividen atau terhindar dari resiko gagal mugkin dapat terjadi di beberapa perusahaan di sektor properti
bayar utang. Oleh karena itu, semakin tinggi profitabilitas dan real estate. Perusahaan dapat dikelompokkan kedalam
perusahaan maka tingkat cash holding perusahaan juga tinggi perusahaan yang melakukan perataan laba dapat dihitung
(Cheryta et al., 2017). Selain dari penelitian tersebut, sebagian dengan menggunakan Indeks Eckell (1981).
hasil penelitian lain menemukan bahwa profitabilitas Berdasarkan perhitungan cash holding pada tahun 2013-
berpengaruh negatif terhadap cash holding (Ogundipe et al., 2021 perusahaanperusahaan dengan cash holding yang tinggi
2012; Bates et al., 2009; A. Ozkan & N. Ozkan, 2004; Bashir, masuk ke dalam katagori perusahaan yang melakukan perataan
2014). Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi laba, diantaranya yaitu PT. Metro Realty, Tbk, PT. Ristia
mempunyai tingkat cash holding perusahaan yang rendah Bintang Mahkota Sejati, Tbk, PT. Nirvana Development, Tbk,
dikarenakan dengan kas yang tinggi akan menimbulkan PT. Perdana Gapuraprima, Tbk, dan PT. Duta Pertiwi, Tbk.
agency cost, sehingga dengan profitabilitas yang tinggi Berdasarkan fenomena tersebut terdapat beberapa
perusahaan lebih memilih membagikan dividen kepada para penelitian yang menunjukkan cash holding berpengaruh
investor atau berinvestasi pada investasi yang beresiko rendah terhadap perataan laba (Mohammadi et al.,2012 ; Cendy &
(Septiani &Tambunan, 2017). Fuad, 2013 ; Sarwinda & Afriyanti, 2015; Hadipratjino &
Disamping itu, kepemilikan institusional juga diperkirakan Mambraku, 2014 ; Dewi & Latrini, 2017; Sumarna, 2017 ).
berpengaruh terhadap cash holding. Namun, beberapa hasil Dengan besarnya cash holding dalam perusahaan maka para
penelitian sebelumnya masih menunjukkan hasil yang belum manajer yang memiliki kewenangan akan keputusan investasi
konsisten. Beberapa hasil penelitian menunjukkan cenderung akan memilih investasi yang menguntungkan
kepemilikan institusional berpengaruh terhadap cash holding mereka sendiri. Dengan kas yang tinggi mereka juga dituntut
(Pouraghajan et al., 2015; Mohd et al., 2015; Ojaghi, 2016; oleh para pemegang saham untuk meningkatkan kinerja
Mashood & Shah, 2014 ). Perusahaan dengan kepemilikan mereka. Dengan alasan tersebut para manajer akan melakukan
institusional yang besar maka akan besar juga pengawasan perataan laba guna kepentingan opportunistik para manajer ini
terhadap manajemen yang akan mempengaruhi tingkat cash sendiri (Sarwinda & Afriyanti, 2015). Namun, hasil penelitian
holding perusahaan. Namun hasil penelitian Senjaya & Sumarna (2017) menunjukkan bahwa cash holding
Yadnyana (2016) menunjukkan kepemilikan institusional berpengaruh negatif pada perataan laba. Perusahaan harus
tidak memiliki pengaruh terhadap cash holding. mempertimbangkan biaya dan manfaat dari cash holding
Selanjutnya, dewan komisaris independen diperkirakan tersebut, dengan kas yang cukup maka kesulitan keuangan
mempunyai pengaruh terhadap cash holding. Namun, hasil akan berkurang dan dapat mengurangi kebutuhan pendanaan
penelitian tersebut masih belum konsisten. Beberapa hasil eksternal sehingga manajer tidak perlu melakukan perataan
penelitian menunjukkan dewan komisaris independen laba.
berpengaruh negatif terhadap cash holding (Ahmed et al.,
2018 ; Khattak et al., 2017 ; Ur rahman & Wang,2015).
Perusahaan yang memiliki dewan komisaris yang banyak II. KAJIAN TEORI
maka tingkat cash holding perusahaan kecil. Hal ini
dikarenakan dengan cash holding yang besar maka akan Perataan Laba
terjadi penimbunan uang tunai dan akan digunakan para Perataan laba didefinisikan oleh Belkaoui (2012:192) yaitu
manajer untuk kepentingannya sendiri. Oleh karena itu, proses normalisasi laba yang disengaja guna meraih suatu tren
dengan banyaknya dewan komisaris independen akan atau tingkat yang diinginkan. Perataan laba yaitu tindakan yang
mendisiplinkan manajer dalam menentukan tingkat cash sengaja dilakukan dengan cara pengurangan atau fluktuasi
holding (Khattak et al., 2017). Hasil penelitian Chen (2008) tingkatan laba sehingga dianggap normal oleh perusahaan .
menunjukkan bahwa pada perusahaan old economy dewan Dari kedua definisi tersebut dalam disimpulkan bahwasannya
komisaris independen tidak berpengaruh terhadap cash perataan laba merupakan hal yang disengaja guna mendapatkan
holding namun pada perusahaan new economy dewan tingkat laba yang diinginkan.
komisaris independen berpengaruh positif terhadap cash Menyajikan informasi laba yang stabil disetiap periode
holding. Selanjutnya, hasil penelitian Sheikh & Khan (2015) merupakan hal yang disukai baik itu manajemen perusahaan
menunjukkan perusahaan dengan banyak dewan komisaris ataupun para pemegang saham dikarenakan perusahaan yang
independen didalamnya akan memiliki tingkat cash holding menyajikan laba yang cenderung stabil menunjukkan
perusahaan yang tinggi. Ini dapat disebabkan jika didalam perusahaan lebih benefit dan kuat. Para investor ini sendiri
perusahaan memiliki dewan komisaris yang terlalu banyak lebih menyukai laba yang stabil, hal ini menujukkan bahwa
akan mengurangi keefektifan pengawasan terhadap investor adalah orang yang menolak risiko, sehingga para
manajemen terkait dengan cash holding, sehingga jika cash manajer melakukan perataan laba untuk menarik minat investor
holding yang menganggur terlalu besar menjadi tidak efektif agar menanamkan modalnya di dalam perusahaan. Namun, jika
bagi perusahaan (Mawardi & Nurhalis, 2018). manajemen melakukan perataan laba, informasi yang
Dalam praktiknya, perusahaan dengan tingkat cash holding didapatkan para investor tentang laba menjadi tidak akurat
yang tinggi maka para manajer akan memiliki potensi untuk sehingga investor akan gagal dalam memprediksi risiko atas
melakukan tindakan penyimpangan terhadap kas yang akan investasi mereka pada perusahaan.
mementingkan dirinya sendiri. Tindakan penyimpangan yang Untuk melihat suatu perusahaan tergolong perusahaan
dapat dilakukan oleh para manajer yaitu dengan melakukan melakukan perataan laba atau bukan, dapat dihitung dengan
praktik perataan laba. Praktik perataan laba mungkin dapat Indeks Eckell (1981). Pada Indeks Eckell ini akan digunakan
terjadi di berbagai perusahaan di Indonesia. Dalam penelitian nilai absolut Coefficien Variation (CV) dari laba bersih dan
ini difokuskan pada perusahaan – perusahaan di sektor penjualan bersih (Oviani et al., 2014). Setelah menghitung
properti & real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Indeks Eckell maka perusahaan yang dikatagorikan dalam
Untuk menggolongkan perusahaan-perusahaan tersebut perusahaan yang melakukan perataan laba yaitu perusahaan
dengan nilai absolut Indeks Eckell kurang dari satu. Berikut order dari Myers & Majluf, (1984) menganggap asimetri
rumus dari Indeks Eckell yang dapat digunakan untuk informasi sebagai pendorong utama pilihan pembiayaan
menghitung perataan laba. perusahaan, dan dengan demikian mengasumsikan tidak ada
Perataan laba berkaitan dengan teori agensi. Teori agensi tingkat kas yang optimal. Teori pecking order berpendapat
menjelaskan hubungan agensi antara pemilik dan manajer bahwa kepemilikan kas perusahaan harus diputuskan untuk
muncul karena adanya pemisahan antara kepemilikan dengan menurunkan biaya asimetri informasi. Membayangkan bahwa
manajemen dalam tanggung jawab pengelolaan perusahaan. karena informasi asimetris antara perusahaan dan pasar modal,
Teori agensi bertujuan untuk menentukan penghargaan secara dana eksternal lebih mahal bagi perusahaan daripada dana yang
optimal yang harus dibayar kepada manajer untuk memastikan dihasilkan secara internal. Untuk menghindari biaya pinjaman
bahwa manajer bertindak untuk kepentingan pemilik. yang tinggi, perusahaan akan lebih memilih untuk
Perbedaan tanggung jawab antara pemilik dan manajer memanfaatkan sumber daya internal untuk membiayai investasi
menimbulkan perbedaan informasi dan kepentingan. Hal ini sebelum mencari dana eksternal dengan urutan sebagai berikut:
memberikan peluang manajer memiliki peluang untuk utang aman, utang berisiko, dan ekuitas (Ferreira & Vilela,
melakukan perataan laba (Agus, 2012). 2004).
Selain itu, adanya asimetri informasi antara manajer,
Cash Holding investor dan rasionalisasi pendanaan eksternal, maka biaya
Cash holding yaitu kas yang ada pada perusahaan yang pendanaan eksternal akan meningkat (Dittmar et al., 2003).
akan digunakan untuk investasi aset fisik serta dibagikan Sebagai motif berjaga - jaga, perusahaan akan meningkatkan
kepada para investor (Gill & Shah, 2012). Beberapa manfaat kepemilikan kas mereka untuk mendanai setiap peluang
yang didapatkan dari cash holding yaitu dapat menghindari investasi masa depan atau untuk menghadapi kontinjensi tak
kesulitan keuangan, kemudian dapat dengan mudah terduga dan lindung nilai terhadap risiko defisit masa depan
melaksanakan kebijakan dalam investasi, serta juga dapat dalam kepemilikan kas (Han & Qiu, 2007).
meminimalisasi biaya yang berasal dari dana eksternal Teori free cash flow yang dikemukakan oleh Jensen, (1986)
ataupun dari melikuidasi aset yang ada (Ferreira dan Vilela, mengatakan bahwa ketika suatu perusahaan sedang
2004). Oleh karena itu, berdasarkan manfaat dari cash holding menghadapi peluang investasi yang buruk, manajer akan
ini sendiri perusahaan perlu menentukan mengenai kebijakan memilih untuk membuat keputusan diskresioner untuk
mengenai cash holding. meningkatkan kekuasaan mereka atas keputusan investasi
Cash holding dianggap sebagai aset yang paling liquid dengan memegang lebih banyak uang tunai, daripada
oleh perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus mengelola meningkatkan pembayaran kepada para pemegang saham.
sebaik-baiknya agar pertumbuhan dan perkembangan Semakin banyak aset yang berada dibawah kendali manajer,
perusahaan tetap stabil dan menjaga perusahaan dari risiko semakin besar pula kekuatan diskresioner atas keputusan
kebangkrutan. Setiap perusahaan perlu memperhatikan faktor investasi perusahaan. Uang tunai dapat mengurangi tekanan
apa saja yang menentukan posisi cash holding perusahaan. untuk berkinerja baik dan memungkinkan manajer untuk
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bugshan et al., (2021) berinvestasi dalam proyek yang sesuai dengan kepentingan
pada literatur terkini, cash holding suatu perusahaan biasanya mereka sendiri tetapi mungkin bukan keputusan yang terbaik
ditentukan dan dipengaruhi oleh tiga teori utama dalam sistem bagi pemegang saham. Dengan memegang kelebihan kas,
keuangan perusahaan. Tiga teori yang menentukan faktor- manajer tidak perlu mengumpulkan dana eksternal. Dengan
faktor yang mempengaruhi cash holding perusahaan adalah: demikin, hal tersebut dapat mengurangi ketergantungan mereka
teori Trade-Off, teori Pecking Order dan teori Free Cash Flow. yang terus menerus pada pasar modal serta mengurangi
Teori trade-off memprediksi bahwa manajemen harus memberikan informasi tentang proyek investasi yang dilakukan
bertujuan untuk mencapai tingkat optimal kepemilikan kas perusahaan kepada penyedia modal (Opler et al., 1997).
dengan menyeimbangkan biaya utilitas marjinal dan manfaat Ada beberapa keuntungan dan kerugian dari menjaga
dari penyimpanan kas dengan tujuan memaksimalkan sejumlah besar cash holding dalam suatu perusahaan.
kekayaan pemegang saham (Chireka & Fakoya, 2017). Keuntungan terdiri dari bahwa dengan menjaga sejumlah uang
Keuntungan memegang uang tunai berasal dari motif biaya tunai, perusahaan dapat dengan mudah mengurangi biaya
transaksi dan motif kehati-hatian (Boubaker et al., 2015). operasional, menyelamatkan perusahaan dari investasi yang
Mengikuti Opler et al., (1999) marjinal dari memegang uang berisiko dan itu akan membuat volatilitas aliran kas stabil
tunai adalah pengurangan kemungkinan perusahaan (Chen & Chuang, 2009). Jika kekurangan cash holding maka
mengalami kesulitan keuangan, memungkinkan perusahaan perusahaan akan kehilangan biaya opportunity yang telah
untuk membuat keputusan investasi yang optimal (Ozkan & diperhitungkan oleh manajer terhadap investasi yang menarik,
Ozkan, 2004). Selain itu, memegang kas merupakan kekurangan peluang bisnis masa depan dan kekurangan diskon
perlindungan terhadap masa-masa sulit ketika perusahaan tunai untuk pembelian (Adetifa, 2005). Namun, kerugian dari
berjuang dengan menghindari pendanaan eksternal yang cash holding yang besar yaitu sejumlah penelitian menemukan
terlalu mahal atau melikuidasi aset yang ada (Myers & Majluf, bahwa perusahaan dengan cash holding yang tinggi berpotensi
1984). muncul konflik agensi, para pemegang saham mendapatkan
Ada dua biaya utama yang terkait dengan memegang uang perlindungan yang buruk terhadap kepentingan mereka karena
tunai. Yang pertama adalah biaya peluang yang terkait dengan para manajer membagikan dividen lebih kecil (Khattak et
pengembalian yang ditinggalkan dari memegang aset likuid al.,2017). Oleh karena itu, perusahaan yang menjaga
daripada berinvestasi dalam investasi berisiko (Ferreira & kepentingan para pemegang saham akan memiliki kas lebih
Vilela, 2004). Dittmar et al., (2003) mendefinisikan ini sedikit. Ada berbagai cara untuk pengukuran cash holding
sebagai cost of carry, yang merupakan perbedaan antara diantaranya dengan membandingkan kas dan setara kas dengan
pengembalian dari memegang uang tunai dan bunga yang total keseluruhan aset (Arfan et al. 2017).
akan dibayarkan perusahaan jika perusahaan itu Salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan investasi
mengumpulkan tambahan uang tunai. Kedua, jika manajer adalah kepemilikan kas (cash holding) yang ada di perusahaan.
tidak memaksimalkan kekayaan pemegang saham, mereka Thalebnia dan Darvish (2012), cara menggunakan kepemilikan
akan mencoba meningkatkan saldo kas untuk memperluas aset kas internal adalah keputusan yang penting dalam konflik
mereka di bawah kebijaksanaan manajerial mereka sendiri. antara pemegang saham dan manajer.
Berlawanan dengan pernyataan teori trade-off tentang Masalah hubungan agensi meningkatkan keinginan
keberadaan tingkat optimal kepemilikan kas, teori pecking manajemen untuk memegang uang tunai (cash holding)
sedangkan kinerja manajer difokuskan oleh pemegang saham, Leverage yang tidak menguntungkan (unfavorable) atau
sehingga manajer harus responsif terhadap kas yang stagnan di negative terjadi ketika perusahaan tidak memiliki hasil sebesar
perusahaan. Tindakan manajer untuk menjaga kestabilan kas biaya pendanaan tetapnya. Menguntungkan atau tidaknya suatu
di perusahaan adalah melakukan manajemen laba melalui leverage keuangan, atau kadang disebut juga sebagai
praktik perataan laba (income smoothing). Schoeder (2009) “memperdagangkan ekuitas” (trading on equity), dinilai dalam
menyatakan bahwa perataan laba sebagai perataan atas hal pengaruhnya atas EPS bagi para pemegang saham biasa.
fluktuasi laba yang dilaporkan dianggap normal bagi Akibatnya, leverage keuangan adalah tahap kedua dalam
perusahaan. Tindakan manajemen untuk melakukan perataan proses pembesaran laba yang memiliki dua tahapan. Dalam
laba (income smoothing) umumnya didasarkan atas berbagai tahapan pertama, leverage operasional akan memperbesar
alasan diantaranya untuk memuaskan kepentingan pemilik pengaruh perubahan dalam penjualan atas perubahan laba
perusahaan seperti menaikkan nilai perusahaan sehingga operasional. Dalam tahap kedua, manajer keuangan memiliki
muncul anggapan bahwa perusahaan yang bersangkutan pilihan untuk menggunakan leverage keuangan agar dapat
memiliki risiko ketidakpastian yang rendah (Juniarti dan makin memperbesar pengaruh perubahan apapun yang
Corolina, 2005). Terdapat beberapa faktor yang dihasilkan dalam laba operasional atas perubahan EPS (Van
mempengaruhi praktik perataan laba diantaranya profitabilitas, Horne dan Wachowicz, 2013:147).
ukuran perusahaan, nilai perusahaan, kepemilikan manajerial, Menurut teori agency bahwa manajer memiliki asimetri
dll. Salah satu faktor yang juga mempengaruhi praktik informasi terhadap pihak eksternal perusahaan seperti kreditor
perataan laba adalah kepemilikan kas (cash holding). dan investor yang terjadi ketika manajer memiliki informasi
Kebijakan cash holding yang dikendalikan oleh manajer internal perusahaan lebih banyak dibandingkan pihak eksternal.
inilah yang meningkatkan motivasi manajer untuk Dengan menggunakan asumsi risk averse, maka investor dan
mementingkan kepentingan pribadi dengan cara melakukan kreditor ingin menanamkan modalnya ataupun meminjamkan
manajemen laba dalam bentuk perataan laba (Chen, 2008). modalnya bila perusahaan tersebut memiliki rasio leverage
Hal ini sejalan dengan penelitian (Mohammadi et al, 2012) yang tinggi. Dengan kondisi tersebut maka manajer dapat
yang menyatakan bahwa cash holding (kepemilikan kas) menggunakan informasi yang diketahuinya untuk
berhubungan langsung dengan income smoothing, yang memanipulasi laporan keuangan perusahaan dalam
berarti semakin tinggi kepemilikan kas atau semakin tinggi memaksimalkan kesejahteraannya dengan cara melakukan
kas yang ada di perusahaan maka semakin tinggi praktik tindakan perataan laba. Dengan kata lain besarnya tingkat
perataan laba. utang perusahaan (leverage) dapat mempengaruhi tindakan
manajemen dalam melakukan tindakan perataan laba (income
Financial Leverage smoothing). Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki
Financial leverage yaitu kebijakan dalam perusahaan yang tingkat leverage yang tinggi akan diduga melakukan tindakan
berkaitan dalam hal memperoleh dana yang kemudian terdapat perataan laba karena perusahaan cenderung terancam default
adanya beban atau biaya tetap yang ditanggung oleh atau teracam gagal, sehingga manajemen akan membuat
perusahaan (Irawati, 2006). Financial leverage berhubungan kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan (Pande dan
dengan sumber dana yang berupa utang yang mana Suryanawa, 2017). Penelitian yang dilakukan oleh Pande dan
perusahaan menggunakan utang untuk membiayai Suryanawa (2017), Pertiwi (2019), Yusuf dan Soraya (2004)
investasinya (Brigham & Houston, 2013). Sehingga menunjukkan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap
diharapkan juga dengan tingkat utang tersebut dapat perataan laba
meningkatkan laba yang diharapkan. Financial leverage dapat
menjadi salah satu indikator yang dapat berguna untuk Profitabilitas
meningkatkan profitabilitas sebuah perusahaan. Pengukuran Profitabilitas merupakan bagian untuk melihat kinerja
financial leverage ini sendiri dapat diukur dengan perusahaan. Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran
membandingkan total utang dengan total aset (Kasmir, penilaian terhadap kondisi perusahaan yang menggunakan
2014:156). rasio keuangan dalam menganalisis kondisi keuangannya dan
Leverage timbul karena perusahaan dalam operasinya pada akhirnya dapat menjadi serangkaian kebijakan dan
menggunakan aktiva dan sumber dana yang menimbulkan keputusan (Brigham & Houston, 2013). Seperti yang
beban tetap bagi perusahaan. Penggunaan aktiva yang dikemukakan Kasmir (2015:114) rasio profitabilitas
menimbulkan beban tetap disebut dengan operating leverage, merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
sedangkan penggunaan dana dengan beban tetap disebut mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu.
financial leverage. Financial leverage timbul karena Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas
perusahaan dibelanjai dengan dana yang menimbulkan beban manajemen suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang
tetap, yaitu berupa hutang, dengan beban tetapnya berupa dihasilkan dari penjualan atau dari pendapatan investasi. Untuk
bunga. pengukuran profitabilitas dapat dihitung dengan laba setelah
Leverage keuangan (financial leverage) melibatkan pajak (Earning After Tax) dibagi dengan total aset (Sudana,
penggunaan pendanaan biaya tetap. Menariknya, leverage 2011:22).
keuangan diperoleh karena pilihan sendiri, akan tetapi Berdasarkan teori agency, profitabilitas menggambarkan
leverage operasional kadang kala tidak. Jumlah leverage adanya perbedaan tujuan yaitu antara principal dan agent,
operasional (jumlah fisik operasional tetap) yang digunakan dimana setiap individu ingin melakukan tindakan sesuai
oleh perusahaan kadang ditentukan oleh kebutuhan dalam aset dengan keinginannya masing-masing hal tersebut dilakukan
tetap (pabrik dan peralatan) akan memiliki komponen biaya guna untuk mensejahterakan dirinya. Principal sebagai
operasional tetap yang besar yaitu beban depresiasi. Leverage pemegang saham menginginkan tercapainya tingkat
keuangan, dilain pihak, akan selalu merupakan pilihan. Tidak profitabilitas yang tinggi setiap tahunnya guna meningkatkan
ada perusahaan yang disyaratkan untuk memiliki utang jangka kekayaanya, sedangkan agen sebagai manajer termotivasi
panjang apapun atau pendanaan dengan saham prefern. untuk mensejahterakan dirinya guna memenuhi kebutuhan
Sebagai alternatif, perusahaan dapat membiayai pengeluaran ekonominya dengan cara melakukan income smoothing
operasional dan modalnya dari sumber-sumber internal dan semestinya. Terjadinya asimetri informasi inilah yang
penerbitan saham biasa. Akan tetapi, jarang ada perusahaan menyebabkan seorang manajer melakukan manipulasi data
yang tidak memiliki leverage keuangan (Van Horne dan dalam menyajikan informasi akuntansi sesuai dengan harapan
Wachowicz, 2013:147). principal, meskipun informasi tersebut tidak menggambarkan
kondisi rill perushaan yang sebenarnya. Salah satu teknik yang dengan mengawasi tindakan para manajemen puncak (Fama &
digunakan oleh manajer yaitu dengan melakukan praktik Jensen, 1983). Dengan pengendalian intern tersebut diharapkan
perataan laba. dewan komisaris dapat menjembatani kepentingan prinsipal
Penelitian yang dilakukan Budiasih (2009) menyatakan dalam perusahaan. Dalam komponen dewan komisaris terdapat
bahwa variabel profitabilitas berpengaruh terhadap praktik dewan komisaris independen dimana dewan komisaris
perataan laba, perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi independen berasal dari luar perusahaan yang tidak memiliki
cenderung untuk melakukan perataan laba karena manajemen hubungan dengan manajemen dan juga para pemegang saham
mengetahui kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba (Senjaya &Yadnyana, 2016). Menurut Susanti & Riharjo
pada masa yang akan datang. Tingkat profitabilitas yang stabil (2013) dewan komisaris independen harus bebas dari hubungan
akan memberikan keuntungan bagi para manajemen, misalnya baik itu bisnis atau lainnya yang dapat memepengaruhi
seperti mempertahankan posisi jabatan apabila kinerja diukur indepedensi. Pengukuran dewan komisaris independen dapat
dengan tingkat laba yang mampu dihasilkan. Rekayasa laba di dihitung dengan menjumlah total dewan komisaris independen
perusahaan-perusahaan Singapura dipengaruhi oleh didalam perusahaan kemudian dibandingkan dengan jumlah
profitabilitas, industri, dan nasionalitas. Hal ini menunjukkan total dewan komisaris didalam perusahaan (Khattak et
adanya pengaruh profitabilitas terhadap perataan laba, hasil ini al.,2017).
sama dengan yang ditemukan oleh Hastuti (2017), Iskandar Penelitian Mehrazeen & Mehrtash (2012) dan Pourali &
dan Saurdana (2016) yang menunjukkan bahwa profitabilitas Dadashi (2014) menunjukkan bahwa komisaris independen
berpengaruh terhadap perataan laba. berpengaruh positif terhadap perataan laba. Hal ini dikarenakan
komisaris independen memiliki periode terbatas di dalam
Kepemilikan Institusional perusahaan sehingga mereka tidak memiliki informasi rinci
Kepemilikan institusional yaitu saham perusahaan yang tentang perusahaan dan juga mereka tidak terlibat langsung
dimiliki oleh badan atau institusi (Christina & Ekawati, 2014). dalam pelaporan keuangan sehingga para komisaris independen
Kepemilikan institusional didalam perusahaan dapat tidak dapat mendeteksi tindakan perataan laba tersebut.
bermanfaat bagi perusahaan diantaranya dapat mengurangi Disamping itu, ketidakefektian dewan komisaris independen
konflik keagenan yang sering terjadi diantara pihak dalam mengurangi perataan laba dikarenakan perusahaan
manajemen dan para pemegang saham (Jensen & Meckling, hanya memenuhi syarat regulasi untuk menyediakan dewan
1976). Dengan adanya kepemilikan institusional maka dalam komisaris independen dalam struktur perusahaan
setiap pengambilan keputusan manajer akan diawasi oleh para
kepemilikan institusional. Untuk pengukuran kepemilikan
institusional dapat dihitung dengan menjumlahkan jumlah III. METODE PENELITIAN
lembar saham yang dimiliki institusi dibagi dengan total
jumlah saham yang beredar (Senjaya & Yadnyana, 2016). Populasi sasaran penelitian ini adalah perusahaan properti
Selain itu juga dapat diukur dengan total saham institusi dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan
dibagi dengan total keseluruhan saham (Mashood & Shah, kriteria- kriteria sebagai berikut :
2014). 1. Perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di
Menurut Andiani & Astika (2019) Salah satu cara untuk BEI selambat lambatnya satu tahun sebelum periode
memonitor manajemen mengatur perusahaan yaitu pengamatan 2013-2021
kepemilikan institusional. Monitoring tersebut dilakukan agar 2. Perusahaan properti dan real estate dengan laporan
dapat mengendalikan pihak manajemen karena dengan adanya keuangannya yang telah diaudit dan dapat diperoleh
kepemilikan institusi lain dapat mengurangi praktik perataan secara online.
laba yang dapat dilakukan oleh manajer. Tindakan manajer 3. Perusahaan yang masuk dalam katagori perataan laba
dalam mengatur laba dapat dikendalikan dengan berfokus berdasarkan perhitungan Indeks Eckell
pada pengawasan kinerja perusahaan. Salah satu pihak yang Berdasarkan kriteria tersebut maka diperoleh populasi
dapat memonitor kepemilikannya yang banyak ialah investor sasaran penelitian sebesar 188 perusahaan selama periode
institusional. pengamatan tahun 2013-2021.
Penelitian Chung, et al. (2002) menyatakan bahwa Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode
pengawasan pihak manajer dapat dipantau melalui para Partial Least Square (PLS). PLS dapat digunakan pada setiap
investor institusional yang memiliki keleluasaan serta jenis skala data (nominal, ordinal, interval, rasio) serta syarat
kesanggupan dalam tindakan oportunistik manajemen asumsi yang lebih fleksibel. PLS juga digunakan untuk
perusahaan. Puspitasari & Putra (2018) mengemukakan bahwa mengukur hubungan setiap indikator dengan konstruknya.
pengawasan perlu ditingkatkan pada kinerja manajemen Selain itu, dalam PLS dapat dilakukan uji bootstrapping
perusahaan sehingga dapat menaikkan nilai perusahaan terhadap struktural model yang bersifat outer model dan inner
melalui kinerja manajemen yang semakin baik, serta tidak model. Karena dalam penelitian ini menggunakan indikator
terjadi perilaku yang tidak semestinyaadilakukan oleh untuk mengukur setiap konstruknya, dan juga model
manajemen seperti praktik perataan laba. Oleh karena pengukuran bersifat struktural, maka diputuskan menggunakan
kepemilikan institusional ini dapat menujukkan tingkat PLS.
pengawasan. Penelitian terdahulu yang mengungkapkan Menurut Gaston dalam Yamin (2011) menyebutkan PLS
terdapatnya pengaruh kepemilikan institusional dannperataan dapat digunakan untuk tujuan konfirmasi, seperti pengujian
laba Oviani, et al. (2014). Hal serupa juga dibuktikan oleh hipotesis dan tujuan eksplorasi. Tetapi PLS lebih
Santoso & Salim (2012) yang memperlihatkan mengutamakan sebagai eksplorasi daripada konfirmasi.
terdapattpengaruh signifikan positif antaraavariabel Namun tujuan utama dari PLS adalah untuk menjelaskan
kepemilikan institusional dengan praktik perataan laba. hubungan antarkonstrak dan menekankan pengertian tentang
Namun, Dwiastuti & Al Azhar (2017) menemukan bahwa nilai hubungan tersebut. Dalam hal ini, hal penting yang harus
kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan diperhatikan adalah keharusan adanya teori yang memberikan
terhadap tindakan perataan laba asumsi untuk menggambarkan model, pemilihan variabel,
pendekatan analisis, dan interpretasi hasil
Dewan Komisaris Independen
Dewan komisaris merupakan bagian dari good corporate
governance yang dapat meningkatkan pengendalian intern
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN cenderung akan meningkatkan likuiditas mereka sehingga
mereka membutuhkan banyak kas. Perusahaan dengan
Analisis hasil pengolahan data pada tahap full model SEM profitabilitas yang tinggi juga diindikasikan mempunyai cukup
dilakukan dengan melakukan uji kesesuaian dan uji statistik. memiliki ketersediaan dana untuk kebutuhan perusahaan dalam
Hasil pengolahan data untuk analisis full model SEM membayar dividen, serta risiko gagal bayar utang. Sebaliknya
ditampilkan pada Gambar 1. perusahaan dengan profitabilitas rendah tentunya akan terus
mengurangi kas nya dan menggunakan utang sebagai sumber
pendanaannya (Cheryta et al., 2017).

Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Cash


Holding
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan
institusional berpengaruh terhadap cash holding karena p-value
< 0.05. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Masood
& Shah (2014 menunjukkan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh positif terhadap cash holding. Dengan adanya
kepemilikan institusional maka para manajer akan diawasi saat
mengambil keputusan untuk perusahaan. Pengawasan dan
pengendalian kepada pihak manajemen akan dapat melindungi
kepentingan pihak pemegang saham (Senjaya & Yadnyana,
2016). Semakin tinggi persentase kepemilikan institusional
maka akan mempengaruhi cash holding perusahaan dimana
struktur kepemilikan perusahaan yang lebih tersebar akan
mengarahkan manajer untuk menyimpan lebih banyak uang
agar menjadi likuid dengan kemungkinan kebangkrutan yang
lebih rendah (Ur Rahman dan Wang, 2015).

Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Cash


Gambar 1. Hasil PLS Holding
Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan berdasarkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dewan komisaris
nilai T Statistik dari suatu hubungan kausalitas dari hasil independen berpengaruh terhadap cash holding karena p-value
pengolahan PLS sebagaimana pada Tabel 1 berikut. < 0.05. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sheikh &
Khan (2015) menunjukkan bahwa dewan komisaris independen
Tabel 1. Path Coefficient berpengaruh positif terhadap cash holding. Hal ini berarti
Original Sample Standar T- P- bahwa semakin banyak dewan komisaris maka cash holding
Variabel
Sample Mean Deviasi statistics values juga meningkat. Adanya dewan komisaris independen di dalam
X1 Z 0.282 0.283 0.080 3.011 0.000 perusahaan maka perusahaan tidak hanya pengawasan dari
X2 Z 0.262 0.262 0.071 2.352 0.015 internal saja namun juga pengawasan dari eksternal
X3 Z 0.272 0.272 0.083 2.859 0.003
X4 Z 0.324 0.336 0.073 4.236 0.000
(Arieskawati, 2017).
X1 Y 0.234 0.227 0.084 2.697 0.005
X2Y -0.094 -0.102 0.108 0.967 0.568 Pengaruh Financial Leverage terhadap Perataan Laba
X3Y 0.329 0.349 0.108 2.787 0.004 Hasil penelitian menunjukkan bahwa financial leverage
X4Y 0.309 0.285 0.107 2.360 0.014 berpengaruh terhadap perataan laba karena p-value < 0.05.
Z Y 0.297 0.254 0.086 2.663 0.005
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rahardjo &
Prasetya (2013) juga mendukung hasil penelitian tersebut.
Pengaruh Financial Leverage terhadap Cash Holding Perusahaan dengan financial leverage yang besar maka risiko
Hasil penelitian menunjukkan bahwa financial leverage perusahaan juga menjadi besar, sehingga para investor akan
berpengaruh terhadap cash holding karena p-value < 0.05. menuntut keuntungan yang tinggi kepada perusahaan. Oleh
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Gillinger & karena itu, perusahaan termotivasi untuk melakukan perataan
Saddour (2007) dan Kariuki et al. (2015) menunjukkan bahwa laba demi memenuhi keinginan para investor.
financial leverage berpengaruh positif terhadap cash holding. Dengan kata lain besarnya tingkat utang perusahaan
Perusahaan yang memiliki financial leverage yang tinggi (leverage) dapat mempengaruhi tindakan manajemen dalam
kemungkinan tekanan keuangan meningkat dan akibatnya melakukan tindakan perataan laba (income smoothing). Hal ini
perusahaan harus menyimpan uang tunai yang penyimpanan dikarenakan perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang
uang tersebut akan digunakan sebagai pembayaran tagihan tinggi akan diduga melakukan tindakan perataan laba karena
utang dan bunganya. Sama halnya dengan yang dikemukakan perusahaan cenderung terancam default atau teracam gagal,
oleh Opler et al. (1999) bahwa dengan besarnya financial sehingga manajemen akan membuat kebijakan yang dapat
leverage maka perusahaan akan menyimpan dana juga dalam meningkatkan pendapatan (Pande dan Suryanawa, 2017).
jumlah besar untuk mengurangi risiko kesulitan keuangan dan Penelitian yang dilakukan oleh Pande dan Suryanawa (2017),
kebangkrutan. Pertiwi (2019), Yusuf dan Soraya (2004) menunjukkan bahwa
leverage berpengaruh positif terhadap perataan laba.
Pengaruh Profitabilitas terhadap Cash Holding Menurut teori agency bahwa manajer memiliki asimetri
Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas informasi terhadap pihak eksternal perusahaan seperti kreditor
berpengaruh terhadap cash holding karena p-value < 0.05. dan investor yang terjadi ketika manajer memiliki informasi
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Cheryta et al. internal perusahaan lebih banyak dibandingkan pihak eksternal.
(2017) dan Arfan et al. (2017) menunjukkan bahwa Dengan menggunakan asumsi risk averse, maka investor dan
profitabilitas berpengaruh positif terhadap cash holding. kreditor ingin menanamkan modalnya ataupun meminjamkan
Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi maka modalnya bila perusahaan tersebut memiliki rasio leverage
cash holding perusahaan juga akan tinggi. Hal ini dapat terjadi yang tinggi. Dengan kondisi tersebut maka manajer dapat
disebabkan perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi
menggunakan informasi yang diketahuinya untuk Hasil penelitian menunjukkan bahwa dewan komisaris
memanipulasi laporan keuangan perusahaan dalam independen berpengaruh terhadap perataan laba karena p-value
memaksimalkan kesejahteraannya dengan cara melakukan < 0.05. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
tindakan perataan laba. Mehrazeen & Mehrtash (2012) dan Pourali & Dadashi (2014)
menunjukkan bahwa komisaris independen berpengaruh positif
Pengaruh Profitabilitas terhadap Perataan Laba terhadap perataan laba. Hal ini dikarenakan komisaris
Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas tidak independen memiliki periode terbatas di dalam perusahaan
berpengaruh terhadap perataan laba karena p-value > 0.05. sehingga mereka tidak memiliki informasi rinci tentang
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Oktiawaty perusahaan dan juga mereka tidak terlibat langsung dalam
& Agustia (2014) menunjukkan bahwa perusahaan dengan pelaporan keuangan sehingga para komisaris independen tidak
profitabilitas yang tinggi akan termotivasi melakukan perataan dapat mendeteksi tindakan perataan laba tersebut. Disamping
laba dibandingkan dengan perusahaan dengan profitabilitas itu, ketidakefektian dewan komisaris independen dalam
yang rendah. Ini dapat terjadi dikarenakan perusahaan dengan mengurangi perataan laba dikarenakan perusahaan hanya
profitabilitas yang tinggi dapat memproyeksi mengenai memenuhi syarat regulasi untuk menyediakan dewan komisaris
kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dimasa independen dalam struktur perusahaan.
mendatang. Oleh karena itu, dengan kemampuan perusahaan
dalam memproyeksi tersebut, perusahaan akan dengan mudah Pengaruh Cash Holding terhadap Perataan Laba
menunda atau mempercepat laba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cash holding
Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap perataan laba karena p-value < 0.05.
tidak mempengaruhi perataan laba, dapat disimpulkan bahwa Hasil ini sejalan dengan penelitian Mohammadi et al. (2012)
profitabilitas bukan motif utama yang dapat memotivasi menunjukkan bahwa cash holding berpengaruh positif terhadap
perusahaan melakukan perataan laba. perataan laba. Perusahaan yang memiliki cash holding yang
besar maka akan cenderung melakukan perataan laba. Cash
Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Perataan holding yang besar pada perusahaan maka akan menjadi
Laba perhatian para pemegang saham akan kinerja perusahaan. Oleh
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan karena itu, para manajer akan berusaha menunjukkan kinerja
institusional berpengaruh terhadap perataan laba karena p- yang memuaskan kepada para pemegang saham dengan
value < 0.05. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian melakukan perataan laba. Hasil penelitian ini didukung oleh
Santosa dan Salim (2012) menunjukkan kepemilikan penelitian Talebnia & Darvish (2012) dan Sarwinda &
institusional berpengaruh positif terhadap perataan laba. Afriyenti (2015).
Dengan besarnya kepemilikan institusional maka manajer Kebijakan cash holding yang dikendalikan oleh manajer
merasa tertekan sehingga merasa terikat untuk memenuhi inilah yang meningkatkan motivasi manajer untuk
target laba sehingga mereka cenderung melakukan praktik mementingkan kepentingan pribadi dengan cara melakukan
perataan laba (Milani, 2008). Selanjutnya, kepemilikan manajemen laba dalam bentuk perataan laba (Chen, 2008). Hal
institusional berfokus pada laba sekarang sehingga dengan ini sejalan dengan penelitian (Mohammadi et al, 2012) yang
perubahan laba sekarang juga dapat mempengaruhi keputusan menyatakan bahwa cash holding (kepemilikan kas)
para investor institusional. Jika menurut para investor tidak berhubungan langsung dengan income smoothing, yang berarti
menguntungkan maka mereka akan melikuidasi sahamnya semakin tinggi kepemilikan kas atau semakin tinggi kas yang
sehingga dapat mempengaruhi nilai saham. Sehingga karena ada di perusahaan maka semakin tinggi praktik perataan laba.
hal tersebut para manajer cenderung melakukan tindakan Masalah hubungan agensi meningkatkan keinginan
perataan laba (Santosa & Salim, 2012) Namun, hasil manajemen untuk memegang uang tunai (cash holding)
penelitian Mehrazeen & Mehratash (2012) menunjukkan sedangkan kinerja manajer difokuskan oleh pemegang saham,
bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap sehingga manajer harus responsif terhadap kas yang stagnan di
perataan laba. Hal ini bermakna bahwa kepemilikan perusahaan. Tindakan manajer untuk menjaga kestabilan kas di
institusional yang besar akan menurunkan perataan laba. perusahaan adalah melakukan manajemen laba melalui praktik
Penelitian Chung, et al. (2002) menyatakan bahwa perataan laba (income smoothing). Schoeder (2009)
pengawasan pihak manajer dapat dipantau melalui para menyatakan bahwa perataan laba sebagai perataan atas
investor institusional yang memiliki keleluasaan serta fluktuasi laba yang dilaporkan dianggap normal bagi
kesanggupan dalam tindakan oportunistik manajemen perusahaan. Tindakan manajemen untuk melakukan perataan
perusahaan. Puspitasari & Putra (2018) mengemukakan bahwa laba (income smoothing) umumnya didasarkan atas berbagai
pengawasan perlu ditingkatkan pada kinerja manajemen alasan diantaranya untuk memuaskan kepentingan pemilik
perusahaan sehingga dapat menaikkan nilai perusahaan perusahaan seperti menaikkan nilai perusahaan sehingga
melalui kinerja manajemen yang semakin baik, serta tidak muncul anggapan bahwa perusahaan yang bersangkutan
terjadi perilaku yang tidak semestinyaadilakukan oleh memiliki risiko ketidakpastian yang rendah (Juniarti dan
manajemen seperti praktik perataan laba. Oleh karena Corolina, 2005). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
kepemilikan institusional ini dapat menujukkan tingkat praktik perataan laba diantaranya profitabilitas, ukuran
pengawasan. Penelitian terdahulu yang mengungkapkan perusahaan, nilai perusahaan, kepemilikan manajerial, dll.
terdapatnya pengaruh kepemilikan institusional dannperataan Salah satu faktor yang juga mempengaruhi praktik perataan
laba Oviani, et al. (2014). Hal serupa juga dibuktikan oleh laba adalah kepemilikan kas (cash holding).
Santoso & Salim (2012) yang memperlihatkan
terdapattpengaruh signifikan positif antaraavariabel Pengaruh Financial Leverage terhadap Perataan Laba
kepemilikan institusional dengan praktik perataan laba. Melalui Cash Holding
Namun, Dwiastuti & Al Azhar (2017) menemukan bahwa Pengujian fek mediasi cash holding pada pengaruh financial
kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan leverage terhadap perataan laba adalah sebagai berikut.
terhadap tindakan perataan laba
Tabel 2. Uji Sobel Mediasi Cash Holding pada Pengaruh
Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Financial Leverage terhadap Perataan Laba
Perataan Laba
holding memediasi pengaruh dewan komisaris independen
terhadap perataan laba.

V. PENUTUP

Dari hasil perhitungan sobel test di atas, didapatkan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa financial
nilai z sebesar 2,46 > 1,96 dan berada pada tingkat p-value leverage, profitabilitas, kepemilikan institusional, dan
lebih 5%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa variabel cash dewan komisaris independen berpengaruh terhadap cash
holding memediasi pengaruh financial leverage terhadap holding. Financial leverage, kepemilikan institusional
perataan laba. berpengaruh terhadap perataan laba, sedangkan profitabilitas
tidak mempunyai pengaruh terhadap perataan laba.
Pengaruh Profitabilitas terhadap Perataan Laba Melalui Terakhir, cash holding memediasi pengaruh financial
Cash Holding leverage, profitabilitas, kepemilikan institusional, dan
Pengujian fek mediasi cash holding pada pengaruh dewan komisaris independen terhadap perataan laba.
profitabilitas terhadap perataan laba adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Uji Sobel Mediasi Cash Holding pada Pengaruh DAFTAR PUSTAKA
Profitabilitas terhadap Perataan Laba
Abushammala, S. N., & Sulaiman, J. (2014). Cash holdings
and corporate profitability: Some evidences form
Jordan. International Journal of Innovation and
Applied Studies, 8(3), 898.
Adetifa, S. A. (2005). Corporate finance and investment
strategy. Chartered Institute of bankers of Nigeria.
Dari hasil perhitungan sobel test di atas, didapatkan bahwa Afza, T., & Adnan, S. M. (2007, August). Determinants of
nilai z sebesar 2,52 > 1,96 dan berada pada tingkat p-value corporate cash holdings: A case study of Pakistan. In
lebih 5%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa variabel cash Proceedings of Singapore Economic Review
holding memediasi pengaruh profitabilitas terhadap perataan Conference (SERC) (Vol. 1, pp. 589-609).
laba. Ahmed, R., Qi, W., Ullah, S., & Kimani, D. (2018).
Determinants of corporate cash holdings: An
Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Perataan empirical study of Chinese listed firms. Corporate
Laba Melalui Cash Holding Ownership and Control, 15(3), 57–65.
Pengujian fek mediasi cash holding pada kepemilikan Ali, S., Ullah, M., & Ullah, N. (2016). Determinants of
institusional terhadap perataan laba adalah sebagai berikut. Corporate Cash Holdings: “A Case of Textile Sector
in Pakistan.” Ssrn, 5(3).
Ammann, M., Oesch, D., & Schmid, M. M. (2011). Corporate
governance and firm value: International evidence.
Tabel 4. Uji Sobel Mediasi Cash Holding pada Pengaruh Journal of Empirical Finance, 18(1), 36-55.
Kepemilikan Institusional terhadap Perataan Laba Andiani, A. A. S., & Astika, I. B. P. (2019). Pengaruh
Struktur Kepemilikan dan Ukuran Perusahaan Pada
Praktik Perataan Laba. E-Jurnal Akuntansi. 1(2)
Anand, L., Varaiya, N. P., & Thenmozhi, M. (2012,
December). Corporate Governance and Firm’s Cash
Holdings: Evidence From India. In XI Capital Markets
Conference (pp. 21-22).
Dari hasil perhitungan sobel test di atas, didapatkan bahwa Arfan, M., Basri, H., Handayani, R., Shabri, M., Fahlevi, H.,
nilai z sebesar 2,37 > 1,96 dan berada pada tingkat p-value & Dianah, A. (2017). Determinants of cash holding of
lebih 5%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa variabel cash listed manufacturing companies in the Indonesian
holding memediasi pengaruh kepemilikan institusional stock exchange. DLSU Business and Economics
terhadap perataan laba. Review, 26(2), 1– 12.
Baron, R. M., & Kenny, D. A. (1986). The moderator–
Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap mediator variable distinction in social psychological
Perataan Laba Melalui Cash Holding research: Conceptual, strategic, and statistical
Pengujian fek mediasi cash holding pada pengaruh dewan considerations. Journal of personality and social
komisaris independen terhadap perataan laba adalah sebagai psychology, 51(6), 1173.
berikut. Bashir, M.M.S .(2014). Determinants Of Corporate Cash
Holdings: Panal Data Analysis: Pakistan. International
Tabel 5. Uji Sobel Mediasi Cash Holding pada Pengaruh Journal of Current Research, 6(02), 5316- 5318.
Dewan Komisaris Independen terhadap Perataan Laba Bates, T. W., Kahle, K. M., & Stulz, R. M. (2009). Why do
US firms hold so much more cash than they used to?.
The journal of finance, 64(5), 1985-2021.
Beidleman, C. R. (1973). Income smoothing: The role of
management. The Accounting Review, 48(4), 653-
667.
Belkaouli, A.R. (2012). Accounting Theory (Buku 1). Edisi
Dari hasil perhitungan sobel test di atas, didapatkan bahwa Kelima. Jakarta: Salemba Empat.
nilai z sebesar 2,72 > 1,96 dan berada pada tingkat p-value
lebih 5%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa variabel cash
Brigham, E F & Houston, J F. (2013). Fundamentals of Income Smoothing. Diponegoro Journal Of
Financial Management. New York: South-Western Accounting. 3 (1), 1-12
Thomson. Ghader, D., & Mohsen, Z. (2014). The Effect of board
Budhijono, F. (2006). Evaluasi perataan laba pada industri Structure and Information Asymmetry on Firm
manufaktur dan lembaga keuangan yang terdaftar di Income Smoothing: Evidence from Listed Companies
BEJ. Akuntabilitas, September, 70-79. In Iranian. International Journal of Current Life
Budiasih, I. (2009). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sciences, 4(2), 754-759.
Praktik Perataan Laba.. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Gill, A., & Shah, C. (2012). Determinants of corporate cash
Bisnis AUDI, 4 (1), 44-50 holdings: Evidence from Canada. International Journal
Budi, H.T., Andini, R., & Oemar A. (2016). Pengaruh of Economics and Finance, 4(1), 70-79.
mekanisme corporate governance terhadap praktik Ginglinger, E., & Saddour, K. (2008). Cash holdings,
perataan laba (studi kasus pada lembaga keuangan corporate governance and financial constraints.
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2014). Corporate Governance and Financial Constraints (July
Journal Of Accounting, 2 (2), 1-10 30, 2008)
Brown, C., Chen, Y., & Shekhar, C. (2011). Institutional Gujarati, D.N. (2003). Basic Econometrics. New York: Mc
ownership and firm cash holdings. Financial Graw. Hill Company
Research Network, 10, 9-12 Gumanti, T. A. (2004). Earnings management: Suatu telaah
Cheryta, A. M. Moeljadi, dan NK Indrawati.(2017). The pustaka. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 2(2), 104-
Effect of Leverage, Profitability, Information 115
Asymmetry, Firm Size on Cash Holding and Firm Hadiprajitno, B.P., & Mambraku, M.E.(2014). Pengaruh Cash
Value of Manufacturing Firms Listed at Indonesian Holding Dan Struktur Kepemilikan Manajerial
Stock Exchange. International Journal of Research in Terhadap Income Smoothing. Diponegoro Journal Of
Business Studies and Management, 4(4), 21-31 Accounting,3 (2),1-9
Chen, Y. R., & Chuang, W. T. (2009). Alignment or Budi, H. T., Andini, R., & Oemar, A. (2016). Pengaruh
entrenchment? Corporate governance and cash Mekanisme Corporate Governance Terhadap Praktik
holdings in growing firms. Journal of Business Perataan Laba (Studi Kasus Pada Lembaga Keuangan
Research, 62(11), 1200-1206 Yang Terdaftar Di Bei 2010–2014). Journal Of
Chistian, N., & Fauziah, F. (2017). Faktor-Faktor Penahanan Accounting, 2(2), 1-10
Dana (Cash Holding). Global Financial Accounting Budiasih, I. (2009). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Journal, 1(1), 13-24. Praktik Perataan Laba.Jurnal Ilmiah Akuntansi dan
Christina, Y. T., & Ekawati, E. (2014). Excess Cash bisnis. 1(1)
Holdings dan Kepemilikan Institusional Pada Bugshan, A., Bakry, W., & Li, Y. (2021). Oil price volatility
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. and firm profitability: an empirical analysis of
Matrik: Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis dan Shariahcompliant and non-Shariah-compliant firms.
Kewirausahaan., 8(1), 1-10 International Journal of Emerging Markets
Dewi, N. M. S. S., & Latrini, M. Y. (2016). Pengaruh Cash Chireka, Trust, dan Fakoya, Michael Bamidele. (2017). The
Holding, Profitabilitas Dan Reputasi Auditor Pada Determinants of Corporate Cash Holdings Level:
Perataan Laba. E-Jurnal Akuntansi, 15 (3), 2378- Evidence from Selected South African Retail Firms.
2408 Invesment Management and Financial Innovations,
Dittmar, A., Mahrt-Smith, J., & Servaes, H. (2003). Vol. 14, Issue 2.
International corporate governance and corporate Chung, R., Firth, M., & Kim, J. B. (2002). Institutional
cash holdings. Journal of Financial and Quantitative monitoring and opportunistic earnings management.
analysis, 38(1), 111-133 Journal of Corporate Finance, 8(1).
Dwiastuti, L. (2017). Analisis Pengaruh Struktur Dittmar, et al. (2003). International corporate governance and
Kepemilikan Institusional, Financial Leverage, dan corporate cash holdings. Journal of Financial and
Ukuran KAP Terhadap Perataan Laba Dengan Quantitative Analysis, 38 (1), 111-133.
Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderasi. Jom Ferreira, M. A., & Vilela, A. S. (2004). Why do firms hold
FEKON, 4(1). cash? Evidence from EMU countries. European
Eckel, N. (1981). The income smoothing hypothesis Financial Management, 10(2), 295-319
revisited. Abacus, 17(1), 28- 40 Harahap, Sofyan Syafri. (2016). Analisis Kritis Laporan
Faisal, F. (2005). Analisis Agency Cost, Struktur Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Kepemilikan dan Mekanisme Corporate Governance. Hastuti, R. T. (2017). Faktor yang Mempengaruhi Income
The Indonesian Journal of Accounting Research, 8(2) Smoothing pada Perusahaan Manufaktur di BEI
Fama, E. F., & Jensen, M. C. (1983). Separation of Tahun 2013-2015. Jurnal Ekonomi.Vol 22 (3).
ownership and control. The journal of law and Healy, P. M., & Wahlen, J. M. (1999). A review of the
Economics, 26(2), 301-325 earnings management literature and its implications
Fatmawati, F., & Djajanti, A. (2013). Pengaruh Ukuran for standard setting. Accounting horizons, 13(4), 365-
Perusahaan, Profitabilitas, dan Financial Leverage 383.
terhadap Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Husaini., & Sayunita. (2016). Determinant of Income
Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Smoothing At Manufacturing Firms Listed On
Kelola, 2 (3),1-11 Indonesia Stock Exchange. International Journal of
Ferreira, M. A., & Vilela, A. S. (2004). Why do firms hold Business and Management Invention, 5( 9) ,01-04
cash? Evidence from EMU countries. European Irawati, S. (2006). Manajemen Keuangan. Cetakan
Financial Management, 10(2), 295-319 Kesatu.Bandung: PT. Pustaka.
Foster, G. (2004). Financial Statement Analysis, 2/e. Pearson Jensen, M.C. (1986). Agency Costs of Free Cash Flow,
Education India Corporate Finance, and Take Overes. AEA Paper and
Fuad & Cendy, Y.P. (2013). Pengaruh Cash Holding, Proceeding, 76 (2), 233-329
Profitabilitas, Dan Nilai Perusahaan Terhadap
Jensen, M.C., & Meckling, W.H. (1976). Theory of the Firm: (GMM). World Academy of Science, Engineering and
Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership . Technology, 61, 978- 984.
Journal of Financial Economics,.3 (4), 305- 360. Ojaghi, H., Olfati, S., & Rahmanian, H. (2016). The
Kariuki, S. N., Namusonge, G. S., & Orwa, G. O. (2015). Relationship between Ownership and the Level of
Determinants of corporate cash holdings: evidence Cash Holdings. International Journal of Humanities
from private manufacturing firms in Kenya. and Cultural Studies (IJHCS) ISSN 2356-5926, 3(1),
International Journal of Advanced Research in 1733-1744.
Management and Social Sciences, 4(6), 15-33 Oktyawati, D., & Agustia, D. (2014). Pengaruh Profitabilitas,
Kasmir, K. (2014). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : PT Leverage, Dan Nilai Perusahaan Terhadap Income
Raja Grafindo Persada Smoothing Dan Return Saham Pada Perusahaan
Kengatharan, L. (2017). Impact of Corporate Governance Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Practices on Firm's Cash Holdings in an Emerging (Bei). Jurnal Akuntansi dan Auditing, 10(2), 195-214.
Market: A Panel Data Analysis. International Journal Opler et al. (1999). The determinants and implications of
of Accounting and Financial Reporting, 7 (2). 210- corporate cash holdings. Journal of Financial
224 Economics, Vol, 52, No. 1, 3-46.
Khattak, Z.Z.,Abbas, S.,Khan, N. (2017). Impact of corporate Orniati, Y. (2009). Laporan Keuangan Sebagai Alat Untuk
governance on Firms’s Cash Holdings: A case of Menilai Kinerja Keuangan. Jurnal Ekonomi Bisnis,
companies Listed on Karachi Stock Exchange. 14(3), 206-213
Journal of Business and Tourism,3 (02),183- 193 Oviani, Z., & Wijaya, E. Y. (2015). Pengaruh Ukuran
Kustiani, D., & Ekawati, E. (2006). analisis perataan laba dan Perusahaan, Profitabilitas, Financial Leverage dan
faktor. faktor yang mempengaruhi: studi empiris pada Kepemilikan Institusional Terhadap Perataan Laba
perusahaan di indonesia. Jurnal Riset Akuntansi dan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
Keuangan, 2(1), 53-66. Tahun 2009-2013. Jurnal Online Mahasiswa (JOM)
Lee, K. W., & Lee, C. F. (2009). Cash holdings, corporate Bidang Ilmu Ekonomi, 1(2), 1-13.
governance structure and firm valuation. Review of Ozkan, A., & Ozkan, N. (2004). Corporate cash holdings: An
Pacific Basin Financial Markets and Policies, 12(03), empirical investigation of UK companies. Journal of
475-508 banking & finance, 28(9), 2103- 2134
Masood, A., & Shah, A. (2014). Corporate governance and Patrick, E. A., Paulinus, E. C., & Nympha, A. N. (2015). The
cash holdings in listed non-financial firms of influence of corporate governance on earnings
Pakistan. Business Review, 9(2), 48-72 management practices: a study of some selected
Mawardi, M.,& Nurhalis,N.(2018). Pengaruh Corporate quoted companies in Nigeria. American Journal of
Governance Terhadap Cash Holding Pada Economics, Finance and Management, 1(5), 482-493.
Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. Pouraghajan, A. A., Pourali, M. R., & Akbari, L. (2015).
Jurnal Manajemen dan Inovasi, 9(1), 75-90. Relationship between Ownership Structure and
Mehrazeen, A. R., & Mehrtash, M. (2012). Corporate Corporate Cash Holdings in Iran. Applied
Governance and Income Smoothing in Iran. Journal mathematics in Engineering, Management and
of Basic and Applied Scientific Research, 2(4), 3188- Technology, 3(1), 771-778.
3194 Puspitasari, N. K. B., & Putra, I. M. P. D. (2018). Pengaruh
Melawati, Nurlaela, S., & Wahyuningsih. (2016). Pengaruh Profitabilitas Pada Praktik Perataan Laba dengan
Good Corporate Governance, Csr, Dan Ukuran Struktur Kepemilikan Sebagai Variabel Pemoderasi.
Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan. Journal of E-Jurnal Akuntansi, 23(1).
Economic and Economic Education, 4(2) ,210-226 Reza Pourali, M., & Dadashi, N. (2014). The relationship
Meliana, A., & Dewi, N. H. U. (2015). The effect of stock between corporate governance mechanisms and profit
return and ownership structure on investment risk in smoothing. Tehnički vjesnik, 21(3), 617- 621
manufacturing companies listed on the Indonesian Pujiati, D., & Widanar, E. (2009). Pengaruh struktur
Stock Exchange (IDX) 2011-2013. The Indonesian kepemilikan terhadap nilai perusahaan: keputusan
Accounting Review, 5(2), 187-196 keuangan sebagai variabel intervening. Jurnal
Milani, M. (2008). Pengaruh Good Corporate Governance Ekonomi Bisnis dan Akuntansi Ventura, 12(1), 71-86.
Terhadap Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Rahardjo, S.N., & Prasetya, H. (2013). Pengaruh Ukuran
Manufaktur Yang Listing Di Bei. Jurnal Ekonomi Perusahaan, Profitabilitas, Financial Leverage,
Modernisasi. 4 (1). 14-31 Klasifikasi Kap Dan Likuiditas Terhadap Praktik
Mohammadi, S., Maharlouie, M. M., & Mansouri, O. (2012). Perataan Laba. Diponegoro Journal Of Accounting. 2
The effect of cash holdings on income smoothing. (4), 1-7.
Interdisciplinary Journal of Contemporary Research Santoso, E. B., & Salim, S. N. Pengaruh Profitabilitas,
in Business, 4(2), 523-532 Financial Leverage, Dividen, Ukuran Perusahaan,
Mohd, K. N. T., Latif, R. A., & Saleh, I. (2015). Institutional Kepemilikan Institusional, Dan Kelompok Usaha
ownership and cash holding. Indian Journal of Terhadap Perataan Laba Studi Kasus Pada Perusahaan
Science and Technology, 8(32), 1-6 Non-Finansial Yang Terdaftar Di Bei. In Conference
Mugumisi, N., & Mawanza, W. (2014). Corporate cash In Business, Accounting, And Management (CBAM)
holding under liquidity crisis: A Panel analysis of (Vol. 1, No. 1, pp. 185-213)
Zimbabwean firms. Research Journal of Economics Shabbir, M., Hashmi, S. H., & Chaudhary, G. M. (2016).
& Business Studies, 3(3), 66-76. Determinants of corporate cash holdings in Pakistan.
Myers, S.C., & Majluf, N.S. (1984). Corporate Financing and International Journal of Organizational Leadership, 5,
Investment Decisions when Firms Have Information 50-62
that Investors Do Not Have. Journal of Financial Sheikh, N. A., & Khan, M. I. (2015). The impact of board
Economics 13, 187-221. attributes and insider ownership on corporate cash
Ogundipe, S. E., Salawu, R. O., & Ogundipe, L. O. (2012). holdings: Evidence from Pakistan. Pakistan Journal of
The determinants of corporate cash holdings in Commerce and Social Sciences (PJCSS), 9(1), 52-68.
Nigeria: Evidence from general method of moments
Scott, W. S. (2015). Financial Accounting Theory (7th Ed.). Trisnawati, M., Nazar, M.R.,& Yudowati, S.P. (2017).
Canada: Prentice Hall. Pengaruh Profitabilitas, Dividend Payout Ratio Dan
Senjaya, Y.S & Yadnyana, K.I .(2016). Analisis Pengaruh Financial Leverage Terhadap Praktik Perataan Laba.
Investment Opportunity Set, Cash Conversion Cycle e-Proceeding of Management,Vol.4 (3), 2655-2660.
Dan Corporate Governance Structure Terhadap Cash Ur Rachman, A., & Wang, M. (2015). Corporate Cash
Holdings. Global Financial Accounting Journal, I (1), Holdings and adjustment behaviour in Chinese firms:
2337-3067. An empirical analysis using generalized method of
Tambunan, D. N., & Septiani, A. (2017). Pengaruh moments. Australasian Accounting Business &
Penghindaran Pajak Terhadap Cash Holding Finance Journal, 9(4),20- 37.
Perusahaan Dengan Leverage Dan Return On Asset Yusuf, M dan Soraya. (2004). Faktor-faktor yang
(Roa) Sebagai Variabel Moderasi. Diponegoro Mempengaruhi Praktik Perataan Laba pada
Journal of Accounting, 6(4), 263- 274 Perusahaan Asing dan Non Asing di Indonesia. Jurnal
Sugiarti, R. (2017). Faktor-faktor Rasio Keuangan dan Good Akuntansi dan Auditing Indonesia. Vol. 8 (1).
Corporate Governance yang Mempengaruhi Praktik
Perataan Laba. Akuntabilitas, 10(2), 247-260.
Susanti, S., & Riharjo, I. B. (2013). Pengaruh good corporate
governance terhadap corporate social responsibility
pada perusahaan cosmetics and household. Jurnal
Ilmu dan Riset Akuntansi, 1(1), 152-167.

Anda mungkin juga menyukai