Anda di halaman 1dari 17

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CASH HOLDING

PADA PERUSAHAAN PERDAGANGAN ECERAN


YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2014-2018

Nur Sulistiorini
Program Studi Magister Akuntansi
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

ABSTRACT
This study aims to analyze and test the positive effect of leverage, capital
expenditure, firm size and liquidity measured using a quick ratio to cash holding
at retail trading companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2014-2018.
This study uses a descriptive quantitative approach with secondary data analysis
units of retail trade company financial statements listed on the Indonesia Stock
Exchange. The sample in this study is a retail trading company whose financial
statements can be accessed at www.idx.co.id and not experiencing losses in the
2014-2018 period. The result is that there are 10 companies that meet the research
criteria and the data used is time series. Data analysis of data that has been
processed using multiple linear regression analysis. The results of this study
indicate that leverage has a negative and significant effect on cash holding.
Capital expenditure has a negative and significant effect on cash holding. Firm
size has a positive and significant effect on cash holding. Liquidity as measured
by using the quick ratio has a positive and significant effect on cash holding.

Kata kunci: leverage, capital expenditure, firm size, likuiditas, cash holding

I. PENDAHULUAN Subekti (2012), terjadi kenaikan dari 10,5% di


tahun 1980 menjadi 23,2% di tahun 2006. Lee
Manajemen cash holding menjadi dan Song dalam Subekti (2012) juga
perhatian bagi beberapa peneliti pada menyebutkan bahwa di Asia juga mengalami
beberapa tahun terakhir ini. Penelitian Dittmar peningkatan yang cukup tajam, yakni di tahun
dalam Subekti (2012) menyebutkan bahwa 1996 cash holding sebesar 6,6% meningkat
cash holding perusahaan di Amerika Serikat 12,1 % di tahun 2006. Wahyuni dkk (2017)
meningkat dari 10% di tahun 1980 menjadi menyebutkan perkembangan rasio cash
23% di tahun 2005. Hasil yang sama juga holding perusahaan-perusahaan manufaktur di
ditemukan pada penelitian Bates et al dalam

1
Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Shopko 251 toko, Performance Bicycle 102
Indonesia periode 2011-2015 terdapat toko, Charlotte Russe 94 toko, Sears 70 toko,
perbedaan rasio cash holding antar beberapa Destination Maternity 42-67 toko, Victoria’s
manajemen perusahaan yang sangat Secret 53 toko, Kmart 50 toko, Christopher
signifikan. Kebutuhan cash holding yang dan banks 30-40 toko, JCPenney 27 toko,
ditahan oleh perusahaan bukan isu yang Henri Bendel 23 toko, Beauty Brands 25 toko,
relevan karena tergantung pada karakteristik Lowe’s 20 toko, Macy’s 9 toko, J.Crew 7
perusahaan dan manajemen, isu yang relevan toko, Kohl’s 4 toko dan Nordstrom 3 toko.
adalah apakah cash holding yang ditahan
perusahaan merupakan tingkat cash holding Penutupan gerai-gerai tersebut
yang optimal, yang artinya sesuai dengan tentunya berimbas pada pengeluaran biaya
tingkat kebutuhan dari masing-masing operasional perusahaan dan jumlah cash
perusahaan. holding pada masing-masing perusahaan.
Bagi perusahaan yang memegang kas dalam
Era digitalisasi dalam revolusi industri jumlah besar dapat memberikan keuntungan
4.0 saat ini, memberi dampak pada para bagi perusahaan, salah satunya adalah untuk
pelaku ekonomi konvensional untuk berubah pembiayaan hal-hal yang tidak terduga
menjadi pelaku ekonomi kreatif, yang harus (unexpected expense), namun jika berlebihan
bisa dengan cepat membuat skema offline dan juga dapat berdampat negatif bagi perusahaan,
online. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat yaitu hilangnya kesempatan perusahaan
pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I memperoleh laba karena kas yang hanya
2014 berada pada level 5,21%, melambat disimpan tersebut tidak akan memberikan
dibanding periode yang sama tahun lalu, pendapatan bagi perusahaan. Dengan
sebesar 6,02 persen. Perlambatan terjadi salah demikian semakin pentingnya mengatur
satunya di sektor perdagangan, dulu 6,5% keseimbangan jumlah kas perusahaan, maka
sekarang 4,9%. (Kepala BPS Suryamin, semakin banyak perhatian dari berbagai pihak
Sumber www.beritasatu.com 5 Mei 2014). seperti para manajer dan investor terhadap
Roy Mandey, Ketua Umum Aprindo kepemilikan kas perusahaan (Al-Najjar,
menyatakan beberapa gerai eceran (retail) 2013).
yang tutup, tahun 2017 terdapat 30-40 toko
tutup, tahun 2018 hampir 50 toko tutup, Laporan arus kas menjadi alat
seperti 7-Eleven, Lotus dan Debenhams, pertanggungjawaban kas masuk berasal dan
hengkang dari Indonesia, sedangkan dari penggunaan kas keluar selama periode
dalam negeri ada Matahari dan Ramayana pelaporan. Jika dikaitkan dengan laporan
juga menutup sejumlah gerainya di beberapa keuangan yang lainnya, di dalam laporan arus
daerah. (Sumber m.detik.com/finance tanggal kas akan memberi informasi yang bermanfaat
05 Januari 2018). bagi para pengguna laporan dalam
mengevaluasi perubahan harta/ekuitas
Tahun 2019, Giant, anak usaha PT perusahaan. Laporan arus kas dapat pula
Hero Supermarket Tbk, juga menutup 6 berfungsi sebagai alat pemantau pergerakan
gerainya di beberapa daerah (sumber kas yang dihasilkan dari aktivitas-aktivitas
m.detik.com/finance 24 Juni 2019). Dalam perusahaan. Setiap perusahaan mempunyai
www.cnbindonesia.com tanggal 4 Maret alasan yang berbeda dalam pengalokasian kas,
2019, dilansir dari Business Insider penutupan baik yang dipergunakan untuk mengontrol
gerai secara global berlanjut hingga 2019 pendanaan internal maupun eksternal. Sebuah
mencapai 4.300 gerai, diantaranya: Payless perusahaan yang tidak memiliki cukup dana
ShoeSource 2.500 toko, Gymboree 805 toko, untuk pendanaan internal berpotensi

2
mengalami kendala keuangan (Dasgupta menunjukkan bahwa pengeluaran modal
dalam Wardani dkk, 2018). memiliki efek positif terhadap cash holding.
Perusahaan dengan investasi biaya lebih besar
Beberapa studi empiris menunjukkan memiliki surplus yang dihasilkan secara
hasil yang beragam dalam kepemilikan kas internal dana untuk berinvestasi pada asset
perusahaan, bahwa kepemilikan kas memiliki kurang likuid. Pengeluaran modal membuat
efek positif dan negatif pada leverage aktiva dapat dijadikan jaminan untuk
keuangan perusahaan. Dalam penelitian mengajukan kredit, modal meningkat
Amalia, Arfan dan Saputra (2018) yang kapasitas hutang akan mempengaruhi cash
melakukan penelitian cash holding terhadap holding, dan berbeda dengan hasil penelitian
105 perusahaan manufaktur yang terdaftar di dari Arfan, dkk (2017) yang menyatakan
Bursa Efek Indonesia, menunjukan hasil bahwa pengeluaran modal tidak
bahwa leverage keuangan terhadap cash mempengaruhi cash holding perusahaan. Ini
holding perusahaan manufaktur Indonesia berarti sebuah perusahaan berinvestasi dalam
memiliki pengaruh sedang. Yang artinya asset tetap atau tidak, terlibat didalamnya
leverage keuangan yang dimilki oleh pengeluaran modal, dan itu tidak
perusahaan akan meningkatkan jumlah cash mempengaruhi jumlah cash holding yang
holding. Hasil penelitian ini diperkuat oleh tersedia.
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Guizani (2017) dan Nduati et al (2015) yang Perusahaan besar diyakini memiliki
menyatakan leverage keuangan itu aktivitas bisnis yang stabil. Perusahaan-
berpengaruh positif terhadap kepemilikan kas perusahaan besar cukup cermat dalam melihat
suatu perusahaan. Namun, hasil ini tidak situasi dan kondisi yang terjadi dan dijadikan
konsisten dengan hasil penelitian dari Afif peluang untuk menginvestasikan kasnya tanpa
dan Prasetiono (2016), dan Al-Najjar (2015) khawatir mengalami kekurangn kas. Beberapa
yang menyebutkan bahwa leverage yang penelitian terdahulu seperti yang telah
tinggi mencerminkan kemudahan suatu dilakukan oleh Jingkar (2013). Al-Najjar
perusahaan mendapatkan pendanaan (2015), dan Suherman (2017) telah
eksternal. Hal ini mendasari sebab perusahaan menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
dengan leverage yang tinggi tidak memiliki berpengaruh negatif terhadap cash holding.
cash holding yang terlalu banyak karena Sutrisno (2018) menyatakan teori trade-off
dianggap akan memberikan return yang lebih menunjukkan adanya hubungan negatif antara
rendah jika dibandingkan dengan investasi ukuran perusahaan dan cash holding. Dan
pada asset lain (sejalan dengan pecking order teori pecking order mengemukakan bahwa
theory), sedangkan alasan lainnya adalah perusahaan besar umumnya menjaga
perusahaan dengan leverage yang tinggi cadangan kas yang banyak dan bahwa ukuran
memiliki cash holding yang rendah perusahaan adalah indikator yang baik untuk
dikarenakan mereka juga harus membayar kesuksesan bisnisnya (Tehrani, 2014), namun
cicilan hutang mereka ditambah dengan hasil dari penelitian Fahlevi (2017), Guizani
bunganya. Jadi, perusahaan dengan tingkat (2017), Kariuki (2015), Liadi (2018), Silaen
leverage tinggi akan memiliki tingkat cash (2017) dan Afif dan Prasetiono (2016)
holding yang rendah. menunjukkan hasil yang berbeda yakni
ukuran perusahaan berpengaruh positif
Pengeluaran modal diharapkan dapat terhadap cash holding.
menjadi salah satu penentu dalam kebijakan
cash holding. Beberapa hasil penelitian dari Likuiditas adalah kemampuan
Kusnadi (2003) dan Guizani (2017) perusahaan dalam membayar hutang jangka

3
pendeknya. Menurut Hani (2015, 121), sangat membutuhkan laporan keuangan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi perusahaan sebagai informasi atas
semua kewajiban keuangan jangka pendek perkembangan perusahaan yang
yang segera dapat dicairkan atau yang sudah bersangkutan.
jatuh tempo disebut likuiditas. Penelitian yang
dilakukan oleh Fahlevi dkk (2017), Kas adalah uang tunai yang dimiliki
menyatakan bahwa likuiditas dapat oleh perusahaan termasuk yang disimpan di
mempengaruhi secara positif cash holding bank, baik berupa giro maupun deposito,
perusahaan, hal ini berbanding dengan hasil sedangkan setara kas adalah bentuk lain dari
penelitian yang dilakukan oleh Al-Najjar kepemilikian asset perusahaan yang bersifat
(2015) yang menyebutkan bahwa likuiditas sangat likuid (misalnya emas). Menurut
berpengaruh negatif terhadap cash holding. Gendro dan Hadri (2017:217), pada dasarnya,
manajemen kas bertujuan untuk
Pada kondisi seperti ini, dapat terjadi mempertimbangkan risiko dana imbal hasil
gejolak dalam perusahaan, yang agar terjadi keseimbangan antara memiliki
mengakibatkan operasional perusahaan pun terlalu banyak atau sedikit kas. Jika terlalu
akan bergejolak. Oleh karena itu, manajemen sedikit kas yang diinvestasikan, maka
dihadapkan pada kebijakan-kebijakan jangka perusahaan dapat mengurangi kesempatan
pendek untuk mengelola cash holding dengan perusahaan untuk memperoleh hasil atau
baik, sehingga memperlancar operasional profit yang lebih menguntungkan di masa
perusahaan. Faktor-faktor yang yang akan datang. Sedangkan jika terlalu
mempengaruhi cash holding harus diketahui banyak kas yang diinvestasikan, maka akan
dan dipahami oleh manajemen, sehingga terjadi cash insolvency. Kas yang cukup akan
dampak gejolak faktor eksternal terhadap mendatangkan keuntungan bagi perusahaan
perusahaan dapat di antisipasi dengan baik. jika diinvestasikan untuk dapat memenuhi
segala keperluan perusahaan.
KAJIAN PUSTAKA
Menurut Gill dan Shah (2012), cash
Analisis terhadap laporan keuangan holding didefinisikan sebagai kas yang ada di
merupakan penggunaan laporan keuangan perusahaan atau tersedia untuk diinvestasikan
untuk menganalisis posisi dan kinerja pada asset fisik dan untuk dibagikan kepada
keuangan suatu perusahaan, dan untuk para investor. Perusahaan harus memiliki kas
menilai kinerja keuangan di masa depan yang cukup optimal agar mendapat
(Subramanyan, 2013:16). Enterpretasi dari kepercayaan masyarakat bahwa perusahaan
laporan keuangan dapat bermanfaat bagi tersebut mampu membayarkan hutang jangka
kreditur, sebagai pihak yang memberikan pendek maupun hutang jangka panjangnya.
kredit, baik kredit jangka pendek maupun Menurut Gendro dan Hadri (2017:218),
kredit jangka panjang. Kreditur cenderung terdapat dorongan atau motif-motif yang
tertarik pada kemampuan perusahaan untuk menjadi penentu jumlah kas yang harus
dapat melakukan pembayaran hutang- dimiliki perusahaan, diantaranya: 1) motif
hutangnya dengan kas yang berasal dari transaksi, 2) motif berjaga-jaga, 3) motif
aktiva lancar. Para investorpun spekulatif, dan 4) Motif Compensating
berkepentingan terhadap hasil enterpretasi Balance. Cash holding adalah rasio keuangan
laporan keuangan perusahaan terkait yang membandingkan jumlah kas dan setara
keputusan menanamkan modalnya. Bagi kas perusahaan dengan jumlah aktiva
investor, yang mengharapkan rate of return perusahaan (Marfuah dan Zulhilmi, 2015).
tertentu atas kas yang telah diinvestasikan,

4
Penggunaan aset dan sumber dana arti pengeluaran tersebut dikapitalisir dan
(source of funds) yang dilakukan oleh akan dialokasikan melalui pembebanan biaya
perusahaan yang memiliki biaya atau beban penyusutan selama masa penggunaanya maka
tetap dengan maksud agar meningkatkan pengeluaran tersebut dianggap sebagai
keuntungan potensial pemegang saham pengeluaran modal, sebaliknya jika
disebut leverage (Sartono, 2008:257). pengeluaran tersebut tidak dianggap
Menurut Irawati (2006), leverage merupakan menambah harga pokok dalam arti bahwa
suatu kebijakan yang dilakukan oleh suatu biaya itu harus dibebankan keperkiraan laba–
perusahaan dalam hal penggunaan kas atau rugi maka pengeluaran tersebut dianggap
memperoleh sumber kas yang disertai dengan sebagai pengeluaran pendapatan”.
adanya beban/biaya tetap yang harus
ditanggung oleh perusahaan. Menurut Mulyadi (2005:16), menyatakan
Fakhrudin (2008:109), leverage merupakan capital expenditure adalah biaya yang
jumlah banyaknya utang yang digunakan mempunyai manfaat lebih dari satu periode
untuk membiayai/membeli aset-aset akuntansi (biasanya satu periode akuntansi
perusahaan. Menurut Sjahrial (2009:147), adalah satu tahun kalender). Herry
leverage adalah penggunaan aktiva dan (2015:270), menyatakan capital expenditure
sumber dana yang dilakukan oleh perusahaan atau pengeluaran modal adalah kumpulan
yang memiliki biaya atau beban tetap berarti biaya–biaya yang dikeluarkan oleh
sumber dananya yang berasal dari pinjaman perusahaan dalam rangka memperoleh asset
karena memiliki bunga sebagai beban tetap tetap, meningkatkan operasional dan kapasitas
akibat timbulnya hutang dengan maksud agar produktif asset tetap, serta memperpanjang
meningkatkan keuntungan potensial masa manfaat asset tetap. Biaya–biaya ini
pemegang saham. Menurut Syamsuddin biasanya di keluarkan dalam jumlah yang
(2001:89), leverage adalah suatu tingkat cukup besar (material), namun tidak sering
kemampuan perusahaan untuk menggunakan terjadi. Carter dan Usry (2002:539),
aktiva atau kas yang mempunyai beban tetap menyatakan capital expenditure (pengeluaran
(fixed cost assets or funds) untuk modal) adalah biaya atau dana yang
memperbesar tingkat penghasilan (return) dimaksudkan untuk memberi manfaat
bagi pemilik perusahaan. diperiode yang akan datang dan dilaporkan
sebagai aktiva. Horngen et al (2006:467)
Pada saat penggunaan leverage dapat menyatakan capital expenditure adalah
menimbulkan beban dan risiko bagi pengeluaran yang meningkatkan kapasitas
perusahaan, apalagi jika keadaan perusahaan atau efesiensi aktiva atau yang
sedang memburuk. Di samping perusahaan memperpanjang masa manfaat.
harus membayar beban bunga yang semakin
membesar, kemungkinan perusahaan Dari beberapa pengertian di atas dapat
mendapat penalti dari pihak ketiga pun bisa ditarik kesimpulan bahwa capital expenditure
terjadi. Terdapat tiga macam jenis leverage, (pengeluaran modal) adalah segala macam
yaitu: 1) leverage Operasi, 2) leverage pengeluaran yang memiliki masa manfaat
Keuangan (financial leverage), dan 3) lebih dari satu periode akuntansi, dengan
leverage Gabungan (Combination Leverage). maksud untuk menghasilkan keuntungan
jangka panjang bagi perusahaan. Capital
Harahap dalam bukuya “Teori expenditure dikeluarkan karena berbagai
Akuntansi” memberikan pedoman sebagai macam alasan atau motif. Motif dasar capital
berikut: “Jika pengeluaran tersebut menambah expenditure menurut Gitman (2006) dalam
harga pokok aktiva yang bersangkutan dalam Handono (2009): 1) expansi (expansion), 2)

5
pengantian (replacement), 3) Pembaharuan Sujoko dan Soebiantoro (2007)
(Renewal), dan 4) Tujuan Lain (Order menyatakan ukuran perusahaan merupakan
Purposes). Arfan (2017), menyatakan cara cerminan besar kecilnya perusahaan yang
menghitung Capital expenditure adalah nampak dalam nilai total aktiva perusahaan
dengan menghitung aktiva tetap bersih pada neraca akhir tahun. Apabila kondisi
sekarang dikurangi dengan aktiva tetap bersih ukuran perusahaan semakin besar, maka total
tahun lalu (Net PPE) lalu di bagi dengan total aktivanya pun juga semakin besar, sehingga
asset. dalam hal ini arus kas perusahaan sudah
positif dan dianggap mempunyai prospek
Ukuran perusahaan merupakan yang baik dalam jangka waktu relatif lama.
cerminan besar kecilnya nilai total aktiva Selain itu perusahaan dengan total aktiva yang
perusahaan. Semakin besar ukuran besar akan cenderung lebih banyak investor
perusahaan, maka akan ada kecenderungan yang menaruh perhatian pada perusahaan dan
lebih banyak investor yang memberikan tertarik untuk berinvestasi dengan perusahaan
perhatian pada perusahaan tersebut. Hal ini tersebut. Menurut Riyanto (1999:313), besar
disebabkan karena perusahaan yang besar kecilnya ukuran perusahaan dapat dilihat dari
cenderung memiliki keadaan yang lebih besarnya nilai equity, nilai total penjualan
stabil. Hery (2017) menyebutkan ukuran atau nilai total aktiva.
perusahaan adalah suatu skala yang dapat
mengklasifikasikan seberapa besar kecilnya Sartono (2008:116) menyatakan rasio
suatu perusahaan dengan berbagai cara, yaitu likuiditas menunjukkan kemampuan untuk
dapat diukur dengan total aset, nilai pasar membayar kewajiban financial jangka pendek
saham, dan lain-lain. Semakin besar total aset tepat pada waktunya. Pengertian likuiditas
maupun penjualan maka semakin besar pula menurut Brigham dan Houston (2010:134),
ukuran suatu perusahaan. Semakin besar aset menjelaskan bahwa asset likuid merupakan
maka semakin besar modal yang ditanam, asset yang dapat diperdagangkan di pasar
sementara semakin banyak penjualan maka aktif sehingga dapat dikonversi dengan cepat
semakin banyak juga perputaran uang dalam menjadi kas pada harga pasar yang berlaku,
perusahaan. Lumbantobing (2017) sedangkan tingkat likuiditas suatu perusahaan
menyebutkan bahwa ukuran perusahaan berkaitan dengan pertanyaan, apakah
dianggap mampu mempengaruhi nilai perusahaan mampu melunasi utangnya ketika
perusahaan karena semakin besar ukuran utang tersebut jatuh tempo di tahun
perusahaan maka akan semakin mudah bagi berikutnya. Subramanyam (2012:43)
perusahaan dalam memperoleh sumber menyatakan likuiditas adalah untuk
pendanaan, baik yang bersifat internal mengevaluasi kemampuan memenuhi
maupun eksternal. Halim et al (2015) kewajiban jangka pendek, sedangkan
menyatakan ukuran perusahaan besar dan likuiditas menurut Weston dalam Kasmir
terus bertumbuh dapat mencerminkan tingkat (2012:129) adalah rasio yang menggambarkan
profit yang akan mendatang, kemudahan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
dalam pembiayaan ini dapat mempengaruhi utang jangka pendek. Artinya apabila
nilai sebuah perusahaan dan menjadi perusahaan ditagih maka akan mampu
informasi baik bagi calon investor. Skala memenuhi (membayar) utang tersebut
perusahaan adalah ukuran yang dipakai untuk terutama utang yang sudah jatuh tempo.
menggambarkan besar kecilnya suatu
perusahaan yang didasari oleh total aset dalam Yanti (2019) menyatakan kas dapat
perusahaan. mempengaruhi likuiditas perusahaan dan
menunjukkan kemampuan perusahaan

6
memenuhi seluruh kewajibannya tepat waktu. perdagangan eceran yang terdaftar di Bursa
Subramanyam, 2013:44 menyatakan salah Efek Indonesia
satu cara menghitung likuiditas perusahaan Hipotesis 2: Capital Expenditure berpengaruh
adalah dengan menghitung quick ratio. positif terhadap Cash Holding pada
Gendro dan Hadri (2017:27) perusahaan perdagangan eceran yang terdaftar
menyatakan teori asimetri informasi di Bursa Efek Indonesia
(asymmetric information theory), atau lebih Hipotesis 3: Firm Size berpengaruh positif
dikenal dengan teori signal (signaling theory) terhadap Cash Holding pada perusahaan
dikembangkan pada ilmu ekonomi dan perdagangan eceran yang terdaftar di Bursa
keuangan yang dilandasi pemikiran bahwa Efek Indonesia
orang dalam perusahaan (insider) pada
umumnya memiliki lebih banyak informasi Hipotesis 4: Quick ratio berpengaruh positif
tentang perusahaan dibandingkan dengan terhadap Cash Holding pada perusahaan
investor luar (outsider). Brigham dan Houston perdagangan eceran yang terdaftar di Bursa
(2011: 186) menyatakan sinyal (signal) Efek Indonesia
adalah suatu tindakan yang diambil oleh
manajemen suatu perusahaan memberikan
petunjuk kepada investor tentang bagaimana Leverage
manajemen menilai prospek perusahaan
tersebut. Teori sinyal menunjukkan
pentingnya suatu informasi yang dikeluarkan Capital H1
perusahaan untuk keputusan investasi yang Expenditur H2
dibutuhkan oleh para investor. Informasi yang e
diungkapkan dalam laporan keuangan Cash
H3 Holding
menjadi bahan pertimbangan bagi investor Size
dalam pengambilan keputusan investasi. Teori H4
sinyal (signaling theory) menjadi landasan
teori dalam penelitian ini karena teori sinyal Likuiditas
menggambarkan pentingnya informasi bagi Gambar 1
investor yang akan menanamkan modalnya. Kerangka Penelitian
Keputusan investasi dipengaruhi oleh kualitas
informasi yang diungkapkan dalam laporan
keuangan. Gendro dan Hadri (2017:28) METODE
menyatakan informasi yang berkualitas akan
mengurangi asimetri informasi yang Penelitian ini menggunakan
disebabkan oleh manajemen lebih memiliki pendekatan kuantitatif deskriptif dengan
informasi lebih banyak dibandingkan tujuan menjelaskan pengaruh antar variabel
investor, sehingga investor dapat melalui uji hipotesis yang digunakan untuk
membedakan perusahaan yang benar-benar membuktikan pengaruh antar variabel yang
bagus dan yang kurang bagus (separating digunakan dalam penelitian ini dengan
equilibrium). menggunakan uji statistik (Afkar, 2017).
Penelitian eksplanatory digunakan dengan
Hipotesis tujuan untuk menganalisis hubungan antar-
Hipotesis 1: Leverage berpengaruh positif variabel melalui uji hipotesis (Cooper dan
terhadap Cash Holding pada perusahaan Schindler, 2011). Terlebih penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif, yaitu

7
metode yang menggunakan sejumlah sampel
dan data numerik (Sugiono, 2014).
Cash holding (Y) adalah rasio untuk
Populasi yang digunakan dalam
mengukur besarnya kas dan setara kas pada
penelitian ini adalah perusahaan perdagangan
total asset perusahaan. Rumus yang
eceran yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
digunakan adalah sebagai berikut:
dengan periode penelitian 2014-2018. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling, yaitu pemilihan sample
menggunakan kriteria tertentu. Kriteria
tersebut adalah perusahaan yang bisa diakses Teknik pengumpulan data dalam
laporan keuangannya melalui website Bursa penelitian ini menggunakan pendekatan
Efek Indonesia sejak tahun 2014 hingga 2018 kuantitatif deskriptif menggunakan data
dan data yang diperlukan dalam analisis sekunder dengan unit analisis laporan
penelitian ini tersedia. keuangan perusahaan perdagangan eceran
Definisi operasional dalam penelitian terdaftar di Bursa Efek Indonesia, oleh karena
ini, terkait beberapa variabel sebagai berikut: itu teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah dokumentasi. Berdasarkan rumusan
Leverage (X1) adalah rasio yang digunakan masalah yang diajukan maka teknik analisis
untuk mengukur seberapa besar perusahaan yang dapat digunakan adalah regresi linier
tergantung pada kreditur dalam pembiayaan berganda yaitu dengan 4 (empat) variabel
asset perusahaan. Rumus yang digunakan bebas. Sebelum melakukan analisa data, harus
sebagai berikut : di uji terlebih dahulu dengan uji normalitas,
uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas,
dan uji autokorelasi. Teknik analisis data pada
penelitian ini menggunakan statistic regresi
Capital expenditure (X2) adalah rasio yang
linier berganda dengan persamaan sebagai
menggambarkan segala macam pengeluaran
berikut:
yang memiliki masa manfaat lebih dari satu
periode akuntansi untuk menghasilkan CH = α + β1 (LEV) + β2 (CE) + β3 (SIZE) +
keuntungan jangka. Rumus yang digunakan β4 (CR)
sebagai berikut :
Dalam penelitian ini jenis data yang
digunakan adalah data kuantitatif dan
merupakan data sekunder dari masing-masing
Firm Size (X3) adalah rasio skala perusahaan perusahaan perdagangan eceran yang dapat
merupakan ukuran yang dipakai untuk diakses di website idx.co.id.
mencerminkan kondisi besar kecilnya suatu
perusahaan berdasarkan net sales perusahaan. HASIL DAN PEMBAHASAN
Rumus yang digunakan sebagai berikut: Populasi dalam penelitian ini
Size = LN (net sales) merupakan seluruh perusahaan perdagangan
eceran yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Likuiditas (X4) adalah rasio kemampuan yang berjumlah 25 perusahaan. Kriteria untuk
perusahaan untuk memenuhi semua menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
kewajiban jangka pendeknya. Rumus yang laporan keuangan tahun 2014-2018
digunakan adalah sebagai berikut: perusahaan perdagangan eceran dapat diakses
di website www.idx.co.id. Sampel yang tidak

8
memenuhi kriteria tersebut terdapat 15 deviasi sebesar 0.0302. Data ini menunjukkan
perusahaan, maka perusahaan yang menjadi bahwa rata-rata pengeluaran modal
sampel dalam penelitian terdiri ini dari 10 perusahaan perdagangan eceran yang dibiayai
perusahaan dengan total 50 annual report. oleh kas sebesar 5% dengan variasi sebesar
3% antar perusahaan perdangangan eceran.
Tabel 1 Artinya biaya yang digunakan untuk
Statistik Deskriptif mendanai pengeluaran modal perusahaan
Variabel Mean Std. Max
perdagangan eceran, sebesar 3% berasal dari
Min kas.
Deviation
Cash
.1598 .1085 .02 .38
Deskripsi variabel firm size
holding menunjukkan nilai minimum sebesar 6.03 dan
Leverage .5190 .2268 .12 .95 maksimum 10.66 dengan rata-rata 8.1299 dan
standard deviasi sebesar 1.4331. Dari data ini
Capital E .0470 .0302 .00 .09 rata-rata perusahaan perdagangan eceran
Firm size 8.1299 1.4331 6.03 10.66 memiliki total asset yang cukup besar dengan
variasi yang besar pula. Artinya dengan net
Likuiditas .6060 .3224 .16 1.61 sales yang besar, perusahaan perdagangan
Sumber: Data sekunder diolah eceran memiliki kinerja yang lebih baik,
sehingga ada lebih banyak uang tunai yang
Berdasarkan tabel 1, diketahui
dipegang oleh perusahaan.
deskripsi variabel cash holding perusahaan
perdagangan eceran rata-rata sebesar 0.1598 Pada variabel likuiditas yang diukur
dan standar deviasi 0.1085 dengan kisaran dengan quick ratio nilai minimum sebesar
nilai minimum sebesar 0.02 dan maksimum 0.16 dan maksimum 1.61 dengan rata-rata
0.38. Dari data ini mengindikasikan bahwa 0.6060 dan standard deviasi sebesar 0.3225.
jumlah kas dan setara kas yang di pegang oleh Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
perusahaan perdagangan eceran secara rata- perusahaan perdagangan eceran memiliki
rata sangat kecil, yakni kurang dari 16% dari kemampuan memenuhi kewajiban jangka
keseluruhan asset yang dimiliki dari pendeknya yang bagus dengan variasi yang
perusahaan dengan variasi yang sangat besar cukup besar antar perusahaan. Artinya
antar perusahaan perdagangan eceran. perusahan perdagangan eceran memiliki
ketersediaan kas lebih besar daripada
Deskripsi nilai rata-rata leverage
kewajiban jangka pendeknya.
sebesar 0.5190 dan standard deviasi sebesar
0.2268, dengan nilai minimum sebesar 0.12 Dari tabel 2, menunjukkan nilai
dan maksimum 0.95. Data ini menunjukkan signifikansi pada masing-masing variabel
bahwa rata-rata asset perusahaan perdagangan hasil perhitungan data diolah menunjukkan
eceran yang dibiayai oleh hutang rata-rata normalitas data. Suatu data berdistribusi
sebesar 51.90% dengan variasi sebesar 22% normal apabila tingkat signifikasinya melebihi
antar perusahaan perdangangan eceran. angka 0.05. Sehingga hasil uji normalitas
Artinya dana yang digunakan untuk mendanai pada penelitian ini untuk variabel Leverage,
asset perusahaan perdagangan eceran, sebesar Capital expenditure, Firm size dan Likuiditas
22% berasal dari hutang. yang diukur oleh Quick ratio serta Cash
holding menunjukkan hasil sebagai berikut
Deskripsi variabel capital expenditure
Leverage sebesar 0.338, capital expenditure
nilai minimum sebesar 0.00 dan maksimum
sebesar 0.440, firm size sebesar 0.679 dan
0.09 dengan rata-rata 0.0470 dan standard

9
likuiditas yang diukur dengan menggunakan Sumber: Data sekunder diolah
quick ratio sebesar 0.205 serta cash holding
sebesar 0.302. Dengan demikian model Tabel 3
regresi layak dipakai karena memenuhi unsur Hasil Uji Multikolinieritas dan Hasil Uji t
normalitas yaitu > 0.05. Pada tabel 2, Uji t
Tolerance VIF
menunjukkan hasil perhitungan nilai Var Ket
t Sig.
signifikansi F sebesar 1.000 > 0.05, artinya
Lev .310 3.244 -3.214 0.002 Ditolak
data yang terkumpul dalam penelitian ini
terbebas dari heteroskedastisitas. Uji CE .245 4.084 -2.067 0.045 Ditolak
Autokorelasi digunakan untuk Firm .335 2.983 2.330 0.024 Diterima
menggambarkan varian populasi penelitian, Lik .571 1.752 2.342 0.024 Diterima
oleh karena itu model regresi hendaknya Sumber: Data sekunder diolah
terbebas dari terjadinya autokorelasi. Untuk
mengetahui model regresi tersebut terbebas Dari tabel 3, variabel didapatkan nilai
dari autokorelasi dapat menggunakan Durbin tolerance untuk variabel bebasnya <1 dan VIF
Watson atau biasa disingkat DW dengan nya < 10. Nilai ini menunjukkan bahwa tidak
syarat 1.3346 < DW < 1.7708 maka penelitian terjadi multikolinieritas antar variabel bebas.
tidak terjadi autokorelasi. Tabel 2, Variabel Leverage (X1), Capital expenditure
menunjukkan nilai Durbin Watson sebesar (X2), Firm size (X3), dan Likuiditas yang
1.735, dengan demikian nilai tersebut dapat diukur dengan Quick ratio (X4). Hasil
dijelaskan dengan 1.3346 < 1.735 < 1.7708 perhitungan Leverage (X1) menunjukkan nilai
sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel tolerasi 0.310 mendekati 1.0 dengan nilai VIF
yang digunakan dalam penelitian ini dapat sebesar 3.224 < 10. Capital expenditure (X2)
menggambarkan varian populasinya. menunjukkan nilai toleransi 0.245 lebih kecil
1.0 dengan nilai VIF sebesar 4.084 < 10. Firm
Tabel 2 size (X3) menunjukkan nilai toleransi 0.335
Hasil Uji Normalitas, Heteroskedastisitas, lebih kecil 1.0 dengan nilai VIF sebesar 2.983
dan Autokorelasi < 10, sedangkan Likuiditas yang diukur
Keterangan Nilai Tingkat dengan quick ratio (X4) menunjukkan nilai
Signifikansi toleransi 0.571 lebih kecil dari 1.0 dengan
nilai VIF sebesar 1.752 < 10. Dengan
Cash Holding -- 0.302
demikian dapat disimpulkan bahwa variabel
Leverage -- 0.338 bebas dalam penelitian ini tidak saling
berkorelasi.
Capital -- 0.440
Expenditure Uji kelayakan model dalam penelitian
ini menggunakan uji F. Hasil uji F dalam
Firm Size -- 0.679
penelitian dapat dilihat dari tabel 4.3, dari
Likuiditas -- 0.205 hasil olah data menunjukkan nilai F sebesar
55.390 dengan nilai signifikansi 0,000 dengan
Nilai F 0.000 1.000
demikian variabel dalam penelitian ini layak,
(Unstandardized
karena angka signifikansi < 0,05.
Residual)
Durbin- Watson 1.735 - Dalam penelitian ini dicantumkan uji t
untuk mengetahui apakah variabel bebas
Nilai F (Cash 0.000 variabel leverage, capital expenditure, firm
55.390
Holding) size, dan likuiditas yang diukur dengan

10
menggunakan quick ratio berpengaruh positif sebesar 0,045 yang lebih kecil dari nilai alpha
terhadap cash holding. Berikut ini terdapat 5%. Dengan demikian berdasarkan hasil uji t
tabel untuk merekap pengaruh variabel test, nampak bahwa variabel capital
independen terhadap variabel dependen expenditure berpengaruh negatif dan
dengan menggunakan uji t dengan tingkat signifikan terhadap cash holding pada
signifikansi < 0.05, jika tingkat signifikansi > perusahaan perdagangan eceran yang terdaftar
0.05 maka hipotesis ditolak, sedangkan jika di Bursa Efek Indonesia (lihat tabel 3).
tingkat signifikansi < 0.05 maka hipotesis
diterima. Lihat tabel 3. Ukuran perusahaan atau firm size yang
menjadi cerminan besar kecilnya suatu
Bagi perusahaan yang memiliki biaya perusahaan dapat dilihat dalam net sales
operasi atau biaya modal tetap, maka saat itu perusahaan. Penelitian ini menggunakan
perusahaan sedang menggunakan leverage. logaritma natural (net sales) untuk
Salah satu jenis leverage adalah financial menentukan firm size. Demikian juga untuk
leverage, yang dihitung dengan cash holding yang diukur dengan
membandingkan persentase perubahan membandingkan kas dan setara kas dengan
earning per share dengan persentase total asset, yang kemudian diperoleh hasil
perubahan earning before interest tax berupa rasio. Tabel 3, menunjukkan variabel
sehingga diperoleh hasil pengolahan data firm size dengan nilai t test sebesar 2.330 dan
secara rasio. Demikian juga untuk cash nilai signifikansi sebesar 0.024 yang lebih
holding yang diukur dengan membandingkan kecil dari nilai alpha 5%. Dengan demikian
kas dan setara kas dengan total asset, yang berdasarkan hasil uji t test, hipotesis yang
kemudian diperoleh hasil berupa rasio. Tabel diajukan diterima, yakni firm size
3, menunjukkan variabel leverage dengan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
nilai t test sebesar -3.214 dan nilai signifikansi cash holding pada perusahaan perdagangan
sebesar 0.002 yang lebih kecil dari nilai alpha eceran yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
5%. Dengan demikian berdasarkan hasil uji t
test, hipotesis yang diajukan ditolak, karena Likuiditas yang diukur dengan
variabel leverage berpengaruh negative dan menggunakan quick ratio membandingkan
signifikan terhadap cash holding pada asset lancar dikurangi persediaan dengan
perusahaan perdagangan eceran yang terdaftar kewajiban lancar, diperoleh hasil berupa
di Bursa Efek Indonesia. rasio. Demikian juga untuk cash holding yang
diukur dengan membandingkan kas dan setara
Capital expenditure atau pengeluaran kas dengan total asset, yang kemudian
modal jangka panjang yang manfaatnya baru diperoleh hasil berupa rasio. Tabel 3,
akan dinikmati setelah beberapa tahun menunjukkan variabel likuiditas yang diukur
kemudian, dapat dihasilkan dengan dengan menggunakan quick ratio dengan nilai
menghitung aktiva tetap bersih sekarang t test sebesar 2.342 dan nilai signifikansi
dikurangi dengan aktiva tetap bersih tahun sebesar 0.024 yang lebih besar dari nilai alpha
lalu (net PPE) kemudian dibandingkan 5%. Dengan demikian berdasarkan hasil uji t
dengan total asset, hasil yang diperoleh test, hipotesis yang diajukan diterima, yakni
berupa rasio. Demikian juga untuk cash likuiditas yang diukur dengan menggunakan
holding yang diukur dengan membandingkan quick ratio berpengaruh positif dan signifikan
kas dan setara kas dengan total asset, yang terhadap cash holding pada perusahaan
kemudian diperoleh hasil berupa rasio. perdagangan eceran yang terdaftar di Bursa
Variabel capital expenditure dengan nilai t Efek Indonesia.
test sebesar -2.067 dan nilai signifikansi

11
Tabel 4.4 oleh variabel lain yang tidak terdapat
Hasil Perhitungan Koefisien dalam penelitian ini.
Determinasi Berdasarkan tabel 4, persamaan
regresi berganda dapat diperoleh cash
Keterangan Nilai holding = 0.100 – 0.169 leverage – 0.919
capital expenditure + 0.019 firm size +
Konstanta 0.100
0.064 likuiditas + 0.046. Berdasarkan
Koefisien regresi leverage -0.169 analisis nilai koefisien regresi tersebut
Koefisien regresi capital maka dapat disimpulkan bahwa:
-0.919 1. Pengaruh variabel independen
expenditure
Leverage terhadap Cash holding
Koefisien regresi firm size 0.019
apabila dilihat dari besarnya koefisien
Koefisien regresi likuiditas 0.064 regresi -0.100 maka dapat diartikan
Error 0.046 bahwa setiap perubahan variabel
Leverage sebesar satu satuan maka
Nilai R 0.912 variabel Cash holding akan turun
R Square 0.831 sebesar sebesar -0.100 dengan catatan
variabel Capital expenditure, Firm
Sumber: Data sekunder diolah
size, dan likuiditas yang diukur
Tabel 4 menunjukkan pengujian dengan menggunakan Quick ratio
hipotesis pengaruh setiap variabel tetap.
independen yang digunakan dalam
2. Pengaruh variabel independen Capital
penelitian ini terhadap variabel dependen
expenditure terhadap Cash holding
yaitu cash holding. Tampak hasil
apabila dilihat dari besarnya koefisien
pengujian hipotesis terdapat 2 variabel
regresi -0.919 maka dapat diartikan
independen yang diterima dan 2 variabel
bahwa setiap perubahan variabel
independen yang ditolak. Hasil tersebut
Capital expenditure sebesar satu
memberikan gambaran mengenai besar
satuan maka variabel Cash holding
kecilnya pengaruh secara keseluruhan dari
akan menurun sebesar -0.919 dengan
variabel independen terhadap variabel
catatan variabel Leverage, Firm size,
dependen.
dan likuiditas yang diukur dengan
Nilai R pada tabel 4, menunjukkan
menggunankan Quick ratio tetap.
angka 0.912 artinya ada korelasi antara
variabel independen dengan variabel 3. Pengaruh variabel independen Firm
dependen, yaitu korelasi leverage, capital size terhadap Cash holding apabila
expenditure, firm size dan likuiditas yang dilihat dari besarnya koefisien regresi
diukur dengan menggunakan quick ratio, 0.019 maka dapat diartikan bahwa
dan cash holding adalah sebesar 0.912. setiap perubahan variabel firm size
Nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar satu satuan maka variabel
sebesar 0.831 menunjukkan bahwa cash Cash holding akan meningkat sebesar
holding dapat dipengaruhi variabel 0.019 dengan catatan variabel
leverage, capital expenditure, firm size Leverage, Capital Expenditure, dan
dan likuiditas yang diukur dengan likuiditas yang diukur dengan
menggunakan quick ratio sebesar 83,1%, menggunankan Quick ratio tetap.
sedangkan sisanya 16.9% dipengaruhi

12
4. Pengaruh variabel independen perusahaan perdagangan eceran
likuiditas yang diukur dengan pengeluaran modal selain dianggap
menggunakan Quick ratio terhadap sebagai arus kas keluar, belanja modal
Cash holding apabila dilihat dari berupa asset tentu akan menghasilkan
besarnya koefisien regresi 0.064 maka tingkat pengembalian dari asset atas
dapat diartikan bahwa setiap investasi yang dilakukan yang tentunya
perubahan variabel likuiditas yang akan memperkecil kebutuhan perusahaan
diukur dengan menggunankan quick akan cash holding perusahaan.
ratio sebesar satu satuan maka
variabel Cash holding akan naik Analisis hasil peneltian ini
sebesar 0.064 dengan catatan variabel menunjukkan bahwa firm size
Leverage, Capital expenditure, dan berpengaruh positif dan signifikan
Firm Size tetap. terhadap cash holding pada perusahaan
perdagangan eceran yang terdaftar di
Hasil Bursa Efek Indonesia. Hasil ini
mendukung penelitian dari Jingkar (2013),
Hasil penelitian ini menunjukkan Al-Najjar (2015), Suherman (2017) dan
bahwa leverage perusahaan perdagangan Sutrisno (2018). Semakin besar net sales
eceran berpengaruh negatif dan signifikan maka semakin besar sinyal yang diberikan
terhadap cash holding pada perusahaan kepada calon investor untuk menanamkan
perdagangan eceran yang terdaftar di modalnya dalam perusahaan, yang
Bursa Efek Indonesia. Hasil ini sejalan tentunya akan berdampak bertambahnya
dengan hasil penelitian Al-Najjar (2015), cash holding perusahaan.
Arfan dan BAsri (2017) serta Angelia dan
Dwimulyani (2019), yang menyebutkan Pada penelitian ini likuiditas yang
bahwa leverage berpengaruh negatif diukur dengan menggunakan perhitungan
terhadap cash holding. Artinya leverage quick ratio terbukti berpengaruh positif
keuangan yang dimilki oleh perusahaan dan signifikan terhadap cash holding pada
menunjukkan jumlah cash holding yang perusahaan perdagangan eceran yang
tersedia didalam perusahan, semakin terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Ini
tinggi tingkat leverage perusahaan berarti sejalan dengan hasil penelitian Arfan dan
tingkat cash holding perusahaan rendah. Fahlevi (2017) bahwa likuiditas
Hal ini karena perubahan tingkat laba berpengaruh positif dan signifikan
sebelum pajak dan beban bunga akan terhadap cash holding.
menghasilkan perubahan yang besar pada
laba bersih atau pendapatan per lembar Likuiditas yang diukur dengan
saham. Beban bunga yang pada menggunakan quick ratio ini,
kenyataannya berupa beban seluruh utang menunjukkan bahwa perusahaan
atau obligasi yang ada dan biaya deviden perdagangan eceran dapat memenuhi
yang harus dibayar dengan menggunakan kebutuhan pencegahan transaksional
kas akan mempengaruhi ketersedian cash perusahaan dengan asset likuid yang
holding. dimiliki oleh perusahaan yang dapat
digunakan sebagai pengganti cash
Dalam penelitian ini capital holding. Semakin tinggi likuiditas
expenditure berpengaruh negatif terhadap perusahaan maka menunjukkan mudahnya
cash holding, sejalan dengan penelitian perubahan persediaan pada perusahaan
Arfan dkk (2017) dengan demikian bagi perdagangan eceran menjadi cash holding.

13
Kesimpulan mendapatkan investor. Semakin besar
ukuran perusahaan akan semakin
Pentingnya kesadaran perusahaan mudah mendapat kepercayaan
dalam menjaga dan menetapkan tingkat investor untuk menanamkan
cash holding perusahaan guna modalnya dan tentunya akan
menghadapi berbagai macam kegiatan berdampak pada jumlah cash holding
transaksional dan operasional yang terjadi perusahaan.
dalam masing-masing perusahaan 4. Likuiditas yang diukur dengan
perdagangan eceran, agar tidak terjadi menggunakan quick ratio
kelebihan ataupun bahkan kekurangan berpengaruh positif dan signifikan
cash holding yang dapat menimbulkan terhadap cash holding perusahaan
kerugian bagi perusahaan. Oleh karena itu perdagangan eceran yang terdaftar di
perusahaan harus memahami faktor-faktor Bursa Efek Indonesia. Artinya total
yang dapat mempengaruhi besar kecilnya asset lancar pada perusahan
cash holding perusahaan. perdagangan eceran dengan nilai
Berdasarkan hasil pengujian persediaan yang tinggi pun dapat
hipotesis, menunjukkan bahwa: dengan mudah diubah menjadi cash
holding pada saat terjadi penjualan.
1. Leverage berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap cash holding pada Saran
perusahaan perdagangan eceran yang Saran pada penelitian ini ditujukan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. untuk penelitian selanjutnya yang
Artinya ketika leverage perusahaan didasarkan pada keterbatasan penelitian
tinggi, maka dapat diartikan kondisi yang ada pada penelitian ini, yaitu:
cash holding perusahaan sedang
rendah. Ini tentunya dapat menjadi 1. Jangka waktu yang dilakukan pada
perhatian para investor ketika akan penelitian ini hanya terbatas periode 5
menanamkan modalnya pada tahun (2014-2018). Maka bagi
perusahaan sebelum mengambil penelitian selanjutnya tentang cash
keputusan. holding dapat menambahkan periode
2. Capital expenditure berpengaruh waktu pengambilan sambel
negatif dan signifikan terhadap cash penelitian, sehingga akan didapat
holding perusahan perdagangan pengaruh yang lebih konsisten dan
eceran yang terdaftar di Bursa Efek dapat menerangkan variabel yang
Indonesia. Artinya kecenderungan akan diteliti.
penggunaan dana untuk pengeluaran 2. Variabel bebas yang digunakan dalam
modal akan mengurangi kebutuhan penelitian ini hanya terbatas pada 4
jumlah cash holding yang ada pada variabel dalam perusahaan. Maka
perusahaan. bagi penelitian selanjutnya dapat
3. Firm size berpengaruh positif dan menambahkan variabel-variabel
signifikan terhadap cash holding lainnya seperti growth opportunity,
perusahaan perdagangan eceran yang cash flow dan lain sebagainya,
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. sehingga akan didapat pengaruh yang
Artinya besar kecilnya ukuran konsisten dan dapat menerangkan
perusahaan berpengaruh pada variabel yang akan diteliti.
kemudahan perusahaan dalam

14
3. Sampel dalam penelitian ini hanya mengalami kerugian, maka bagi
terbatas pada perusahaan perdagangan penelitian selanjutnya dapat
eceran yang terdaftar pada Bursa Efek ditambahkan dan diperluas pada
Indonesia, yang laporan keuangannya seluruh perusahaan yang terdaftar di
dapat diakses mulai tahun 2014 Bursa Efek Indonesia.
sampai dengan 2018, serta yang tidak

DAFTAR PUSTAKA
Afif, S dan Prasetiono. 2016. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Cash
holding pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia Tahun
2010-2014. Diponegoro Journal of Management 5 (4). 279-289.
Afkar, Taudlikhul. 2017.. Analisis Pengaruh Kredit Macet dan Kecukupan Likuiditas terhadap
Efisiensi Biaya Operasional Bank Umum Syariah di Indonedia. Asian Journal of
Innovation and Entrepreneurship. Vol 02, No 02.
Ahrends, M; Drobetz, W dan Nomikos, NK. 2018. Corporate Cash holding s in The Shipping
Industry. Transportation Reseacrh Part E: Logistic and Transportation Review 112. 107-
124.
Al-Najjar, Basil. 2015. The effect of governance mechanism on small and medium-sized
enterprise cash holding s: evidence from the United Kingdom. Journal of Small Business
Management 53 (2), 303-320.
Almeida dkk. 2004. The Cash Flow Sensitivity of Cash. The Journal of Finance. Vol LIX, No 4,
Page 1777-1804.
Amalia, CI; Arfan, M dan Saputra, M. 2018. Pengaruh Leverage dan Pengeluaran Modal
terhadap cash holding pada perusahaan manufaktur yang terdapat di BEI. International
Journal of Academic Research in Business and Social Sciences 8 (5). 311-318.
Amin, Widjaja Tunggal. 2010. Pokok-pokok Analisis Laporan keuangan. Harvarindo.
Angelia, M dan Dwimulyani, Susi. 2019. Profitability, Leverage, Dan Firm Size Mempengaruhi
Cash Holding Dengan Tax Avoidance Sebagai Varibel Intervening. Prosiding Seminar
Nasional Pakar ke-2. ISSN (P): 2615-2584. ISSN (E): 2615-3343
Arfan, Muhammad dan Hasan Basri. 2017. Determinants of Cash holding of Listed
Manufacturing Companies in the Indonesian Stock Excahnge. DLSU Business dan
Economics Review 26(2). Hal 1-12.
Arfan, Muhammad; Hafidhah, Heru Fahlevi. 2017. Determinants of Corporate Cash holding s –
Evidance from Indonesian Manufacturing Companies. Journal of Academic Research in
Economics. Vol. 9 Issue 1, p58-70.
Bao, Dichu; Chan, Kam C dan Zhang, Weining. 2012. Asymmetric Cash Flow Sensitivity of
Cash holding s. Journal of Corporate Finance 18 (4). 690-700.
Bestari, RB dan Sri, Handayani. 2017. Analisis Faktor-faktor yang Menpengaruhi Keputusan
Cash holding s Perusahaan. FEB Undip.
Bigelli, M dan Vidal, J. 2012. Cash Holding in Private Firms. Journal of Banking dan Finance.
36, 26-35.
Brick, Ivan E dan Rose C Liao. 2016. The Joint Determinants of Cash holding s and Debt
Maturity: the case for financial constraints. Review of Quantitative and Accounting.
DOI 10.1007/s11156-016-0567-z.

15
Brigham, Eugene F dan Houston, Joel F. 2011. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Terjemahan.
Edisi 10. Jakarta. Salemba Empat.
Brown dkk. 2017. Weathering Cash Flow Shocks. http://ssrn.com. Diakses pada tanggal 30
Desember 2018.
Chandrarin, Grahita. 2017. Metode Riset Akuntansi. Jakarta. Salemba Empat.
Chen, Siheng dang Shuai Liu. 2013. Corporate cash holdings: Study of Chinese Firms. Working
paper, Simon Fraser University.
Darabi dkk. 2012. The Effect of Cash Flow Shocks on Capital and Aset Strukture (Evidenca
from Tehran Stock Exchange). International Journal of Humanities and Social Science.
Vol 2 No 12. Page 267-275.
Dasgupta dkk. 2010. Where did are Dollar go? The Effect of Cash Flow Shocks on Capital and
Aset Structure. http://ssrn.com. Diakses pada tanggal 30 Desember 2018.
Djamilah, Siti. 2017. Statistika Lanjutan. MAKFE. UWKS.
DK Wardhani dkk. 2018. Pengaruh Struktur Aset dan Struktur Modal Terhadap Cash Flow
Shock. Jurnal Akuntansi Dewantara. Vol 2 No 2 Oktober 2018. Page 124-134.
Fakhruddin, Hendy M. 2008. Istilah Pasar Modal A-Z. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Gamaliel dan Sudjarni. 2013. Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Struktur Aktiva
Terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Transportasi di Bursa Efek
Indonesia.https://media.neliti.com/media/publications/255100-none-2895192a.pdf.
Diakses pada tanggal 10 Januari 2019.
Gill dan Shah. 2012. Determinants of Corporate Cash Holdings: Evidance from Canada.
International Journal of Economics and Finance, Vol.4 No.1.
Guizani, Muncef. 2017. The Financial Determinants of Corporate Cash holding s in an Oil Rich
Country: Evidance from Kingdom of Saudi Arabia. Borsa istambul Review 17 (3), 133-
143.
Hanafi. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE UGM.
Harahap, Sofyan Sahri. 2011. Teori Akuntansi Edisi Revisi. Jakarta. Rajawali Pers.
Ikatan Akuntan Indonesia. PSAK No 2 Tentang Laporan Arus Kas – Edisi Revisi 2015. Penerbit
Dewan Standar Akuntansi. PT Raja Grafindo.
Indriana, Sukma. 2017. Analisis factor-faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada
Perusahaan Katagori Saham Blue Chips Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2011-
2014. Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi WIGA. Vol 6 No 1 Maret 2016. Page 15-26.
Irawati, Susan. 2006. Manajemen Keuangan. Bandung: Pustaka.
Jhoni dkk. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi Struktur Modal. Jurnal Bisnis dan
Akuntansi. Vol 12 No 2. Page 81-96.
Jinkar, Rebecca Theresia. 2013. ANALISIS Faktor-faktor Penentu Kebijakan Cash holding
Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Mini Economica Edisi 42. 129-146.
Kariuki, Samuel Nduati; GS. Namusonge dan GO. Orwa. 2015. Determinants of Corporate
Cash holding s: Evidance from private manufacturing firms in Kenya. International
journal of advanced research in management and social science 4(6), 15-33.
Kim dkk. 2014. Cash Is Suprisingly Valuable as a Strategic Asset. Strategic Manajemen Journal
2014, 35 (13). Page 2053-2063.
Liadi, CC dan Suryanawa, IK. 2018. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Net Working Capital, Cash
Flow dan Cash Conversion Cycle pada Cash holding. E-Jurnal Akuntansi Vol 24 No 2.
P.1474-1502. ISSN 2302-8556.

16
Minh Ha dkk. 2017. Impact of capital Structure and Cash holding s on Firm Value: Case of
Firms Listed on the Ho Chi Minh Stock Exchange. International Journal of Economics
and Financial Issue, 7(1), 24-30.
Patricia dkk. 2018. Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai
Perusahaan dengan Kinerja Keuangan Sebagai Intervening (Studi Empiris Pada
perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Manajemen
Bisnis. Vol 13 No 1. Page 25-41.
Prenker, T dan Kuck, J. 2009. The Determinants of Corporate Cash holding s. Master Thesis in
Finance. Lund University, School of Economics and Management.
Putri, Meidera ED. 2012. Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aktiva dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri makanan dan
Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Manajemen. Vol 01 No
01, September 2012.
Sartono, Agus. 2008. Manajemen keuangan teori, dan aplikasi. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Setiawan, R dan Rahmansyah, AB. 2019. Determinan Cash Holding Perusahaan: Studi Pada
Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Arthavidya Jurnal Ilmiah Ekonomi 21(1), 95-115.
Silaen, R dan Prasetiono. 2017. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Cash
holding pada Bank Umum yang Terdaftar di BEI tahun 2011-2015. Diponegoro Journal
of Management 6 (3). 428-438.
Sjahrial, Dermawan, 2009. Manajemen Keuangan. Edisi Tiga. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Subekti, Nuryartono N, Hakim DB dan Sembel R. 2012. Determinan Cash Holding Pada
Perusahaan Non Keuangan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2003-2010. Jurnal Ilmu
Ekonomi dan Sosial; Jilid 1; 52-61
Subramanyam, K.R., dan John J Wild. 2009. Financial Statement Analysis. 10th Edition. USA:
McGraw-Hill.
Suherman. 2017. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Cash holding s Perusahaan di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Manajemen. Vol XXI. No 03 Oktober 2017. Page 336-349.
Sutrisno dan Gumanti. 2016. Pengaruh Krisis Keuangan Global dan Karakteristik Perusahaan
Terhadap Cash Holding Perusahaan di Indonesia. Jurnal Siasat Bisnis. 20(2), 130-142.
Sutrisno dan Bambang. 2018. Likuiditas Saham dan Cash holding in Indonesia. Akuntabilitas
jurnal Ilmu Akuntansi; Volume 11(1) 2018. Page 91-104.
Syamsudin, Lukman. 2001. Manajemen Keuangan Perusahaan (Konsep Aplikasi Dalam
Perencanaan, Pengawasamn, dan Pengambilan Keputusan). Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada.
Umry, Muhammad Atha dan Yossi Diantimala. 2018. The Determinants of Cash holding s:
Evidance from Listed Manufacturing Companies in Indonesia. Journal of Accounting,
Finance and Auditing Studies. Hal 173-184.
Wahyuni, Iis. 2017. Determinan Cash holding s dan Excess Value. Jurnal Ilmiah Akuntansi
Kesatuan 5(1). 45-57.
Yanti, Susanto, Wirianata, Viriany. 2019. Corporate Governance, Capital Expenditure, dan
Cash Holding. Jurnal Ekonomi. Vol.XXIV, No.01; 1-14.
Zhang dkk. 2016. Cash holding and Firm Value: Evidence From The US Market From 1999-
2015. Thesis Master of Science in Finance SIMON FRASER UNIVERSITY.

17

Anda mungkin juga menyukai