Anda di halaman 1dari 4

Nama: Nur Riska Salsabila

NIM: 2003101010113

Mata Kuliah: Studi Kasus Pidana

A. KASUS POSISI

Adapun kronologis peristiwa dalam nomor perkara 133/Pid.B/2023/PN Bna yaitu


terdakwa Muchtar Alias Hasbalah. Pada hari Senin Tanggal 06 Maret 2023 sekira Pukul
18.00 WIB atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam tahun 2023 bertempat di Pasar
Almahirah Lamdingin Kec. Syiah Kuala Kota Banda Aceh. Permasalahan ini berawal Ketika
saksi korban Juanda sedang berjualan di lingkungan Pasar Almahirah, tiba-tiba datang
terdakwa dengan menggunakan mobilnya. kemudian terdakwa memanggil dan menyuruh
saksi korban masuk ke dalam mobilnya, dan membawanya keliling pasar Almahirah.

Bahwa pada saat itu terdakwa juga ikut mamanggil salah satu pedagang lainnya yaitu
Saksi Aulia untuk masuk kedalam mobilnya, setelah itu membawanya ke Lira Kopi.
Sesampainya di Lira Kopi terdakwa memarahi saksi korban, oleh karena saksi korban hanya
diam saja. Karena merasa kesal terdakwa menghantam bagian pipi sebelah kiri saksi korban
dengan menggunakan tangannya, sehingga pada saat itu datang salah satu warga untuk
melerai dan mengajak terdakwa dan saksi korban untuk ke lantai 2 pasar Almahirah. Dan
setiba lantai 2 terdakwa kembali memarahi saksi korban dan menendangnya dibagian perut
saksi korban. Selanjutnya saksi korban pergi meninggalkan terdakwa.

Karena akibat perbuatan terdakwa ini, maka telah membuat saksi korban mengalami
bengkak dan memar ditulang pipi kiri yang diakibatkan ruda paksa benda tumpul
sebagaimana Visum Et Revertum Nomor : R/37/XII/KES.3.1/2023/RS.BHY tanggal 06
Maret 2023 yang ditanda tangani oleh dr. Hendri Saputra. Dan dalam hal ini terdakwa dengan
sengaja melakukan penganiyaan terhadap saksi korban Juanda. Perbuatan terdakwa diatur
dan diancam pidana dalam Pasal 351 ayat (1) KUHP.
MENUNTUT

Supaya Majelis Hakim Pengadilan Negeri Banda Aceh yang memeriksa dan mengadili
perkara ini memutuskan :

1. Menyatakan terdakwa Muchtar Alias Hasbalah Bin H. Syamsuddin


Harun, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
melanggar Pasal 351 Ayat (1) KUHP sebagaimana dalam dakwaan tunggal;

2. Menjatuhkan pidana terhadap Muchtar Alias Hasbalah Bin H. Syamsuddin


Harun dengan pidana penjara selama 3 (tiga) bulan dikurangi seluruhnya dari masa
tahanan yang telah dijalani terdakwa dengan perintah terdakwa tetap ditahan;

3. Menetapkan agar Terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp. 2000 (dua ribu
rupiah).

AMAR PUTUSAN

1. Menyatakan Terdakwa Muchtar Alias Hasballah Bin H. Syamsuddin Harun tersebut


diatas, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
“penganiayaan” sebagaimana dalam Dakwaan Tunggal Penuntut Umum;

2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama
2 (dua) bulan;

3. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani Terdakwa dikurangkan seluruhnya


dari pidana yang dijatuhkan;

4. Menetapkan Terdakwa tetap ditahan;

5. Membebankan kepada Terdakwa membayar biaya perkara sejumlah Rp 2.000,- (dua


ribu rupiah);
B. ANALISIS KASUS

Pada kasus ini, terdakwa Muchtar Alias Hasballah, telah melakukan


penganiayaan terhadap saksi korban Juanda dengan cara memukul saksi korban di pipi
sebelah kiri dengan tangannya sehingga membuat bengkak dan memar ditulang pipi kiri dan
menendangnya dibagian perut.

Karena yang melakukan tindak pidana adalah warga Negara Indonesia dan terjadi di
wilayah Indonesia, maka berlaku hukum pidana Indonesia , yang berarti KUHPidana (asas
teritorialitas). Karena perbuatan terdakwa tersebut maka diputuskan dengan pidana penjara
selama 2 (dua) bulan. Dalam peristiwa pidana ini lebih berkaitan dengan Pasal 351 dan Pasal
352 yang mengatur tentang penganiayaan biasa dan penganiayaan ringan.

Dalam ketentuan Pasal 352 KUHP disebut penganiayaan ringan dan termasuk kejahatan
ringan. Dimana hal yang dimaksud Pasal 352 ini yang tidak:

1. Menjadikan sakit atau


2. Terhalang untuk melakukan jabatan atau pekerjaannya sehari-hari.

Berdasarkan ketentuan tersebut yang perlu diperhatikan yaitu apakah penganiayaan


tersebut mengakibatkan rasa sakit yang membuat si korban tidak dapat melakukan
pekerjaaannya atau tidak.

Sedangkan untuk penganiayaan berat dalam Pasal 354 KUHP. R. Soesilo menjelaskan
bahwa supaya dapat dikenakan pasal ini, maka niat si pembuat harus ditujukan pada melukai
berat. Artinya luka berat harus dimaksud oleh si pembuat. Apabila tidak dimaksud dan luka
berat tersebut hanya suatu akibat saja, maka perbuatan itu masuk penganiayaan biasa yang
berakibat luka berat sebagaimana diatur dalam Pasal 351 ayat (2) KUHP.

Namun jika penganiayaan tersebut mengakibatkan korban tidak dapat melakukan


pekerjaannya karena sakit yang dialami tetapi tidak sampai mengakibatkan luka berat atau
tidak dimaksud untuk mengakibatkan luka berat. Maka penganiayaaan ini dapat dipidana
denagn Pasal 351 ayat (1) KUHP.

Pasal 351 KUHP menyebutkan:

1. Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun 8 (delapan)
bulan atau pidana denda paling banyak Rp. 4.500,00 (empat ribu lima ratus rupiah).
2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun.
3. Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun.
4. Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak Kesehatan.
5. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

Dalam Pasak 351 ini tidak diartikan apakah yang dimaksud dengan penganiayaan itu.
Namun menurut yurisprudensi, penganiayaan adalah sengaja menyebabkan perasaan tidak
enak atau penderitaan, rasa sakit, atau luka. Dan pada angka 4 pasal ini, masuk pula dalam
artian sengaja merusak Kesehatan orang.

R. soesilo dalam bukunya juga memberikan contoh dengan apa yang dimaksud:

1. Perasaan tidak enak misalnya mendorong orang terjun ke kali sehingga basah,
menyuruh orang berdiri di terik matahari, dan sebagainya.
2. Rasa sakit misalnya menyubit, mendupak, memukul, menempeleng, dan sebagainya.
3. Luka misalnya mengiris, memotong, menusuk dengan pisau dan lain-lain.
4. Merusak Kesehatan misalnya orang sedang tidur dan berkeringat dibuka jendela
kamarnya sehingga orang itu masuk angin.

Maka untuk kasus ini sendiri dapat dikenakan pasal 351 ayat (1) karena mengalami rasa
sakit dan tidak dapat melakukan pekerjaannya namun tidak sampai mengalami luka berat.
Dan rasa sakit yang dimaksud yaitu karena dipukul. Namun pada praktiknya penggunaan
pasal 351 ayat (1) ini bergantung pada putusan hakim. Hal ini juga dapat dilihat pada Putusan
PN Sumenep No. 187/Pid.B/2013/PN.Smp diamana yang digunakan adlah Pasal 351 ayat (1)
KUHP. Dalam putusan ini terdakwa terbukti melakukan penganiayaan dengan cara memukul
korban pada bagian muka dengan tangannya sehingga mengakibatkan gigi depan bawah
patah dan bibir bagian bawah bengkak. Atas perbuatannya, terdakwa dihukum pidana penjara
selama 4 bulan.

Anda mungkin juga menyukai