Anda di halaman 1dari 12

Asas Gabungan

Tindak Pidana
(Samenloop)
Kelompok 9
Kelompok 9
BENEDICTUS GIOVANI - 1406574150

STELLA INARMA -1406575260

ELGA KARINA SUBIAKTO -1406575443

LALUNA CHRISTY -1406575986

MUHAMMAD DHIMAS JUDANTO -1406579044

NURLAELIYAH -1406608901

NIMAS RATIH ARUM TARINA -1406608914


Skema Pembahasan
Resume Kasus

Asas Dipermasalahkan

Analisis Kasus

Kesimpulan
Resume Kasus
Resume Kasus Reguler

Pada tanggal 10 Agustus 2003 di rumah saksi korban Dr. Lucky Aziza Bawazier

yang beralamat di jalan sultan syahrir no. 28 jakarta pusat, terdakwa memukul

pipi kiri, dada, lengan atas kanan dan kiri saksi korban.

Pada tanggal 27 februari 2004 bertempat di Jl. Sultan syahrir no. 6 menteng,

Jakarta pusat, ketika terdakwa sedang tidur di kursi di ruang keluarga, saksi korban

membangungkan terdakwa untuk memberitahu bahwa korban sedang sakit kepala

dan minta tolong untuk diobati. Kemudian terdakwa menyuruh saksi korban untuk

minum obat, namun Karena sebelumnya saksi korban sudah minum obat, korban

tetap meminta terdakwa untk mengobati dan menemaninya. Kemudian terdakwa

menjadi marah dan menendang perut saksi korban, selanjutnya terdakwa banging

dari kursi untuk mengambil ar minum dari lemari es dan setelah minum air

terdakwa melemparkan gelasnya ke arah kaki saksi korban yang menyebabkan

pangkal ibu jari kaki kiri mengalami luka roebk serta mengeluarkan darah.
Pada tanggal 26 agustus 2004 ketika saksi korban sedang bersama dengan
Haidar Bawazier dan Andri Sumadi berada di jalan jend. Sudirman, saksi korban
mendapat telpon dari Kamal Bawazier yang memberitahukan ahwa ruang lantai
dasar klinik medika di jalan otista no 82 jakarta timur, dibongkar oleh orang
orang suruhan terdakwa. Selanjut saksi korban bersama Haidar Bawazier dan
Andri Sumardi menuju ke klinik tersebut dan sesampainya di sana saksi korban
segera menyuruh orang orang yang sedang membongkar sekat-sekat ruangan
untuk keluar. Secara tiba-tiba terdakwa dengan berteriak-teriak masuk ke ruang
tunggu sambal menuding Haidar Bawazier dengan mengatakan sebagai
preman, anjing serta menantangnya untuk berkelahi namun tidak ditanggapai.
Selanjutnya saksi korban maju dan bermaksud menyuruh terdakwa untuk
keluar sehingga terjadi aksi dorong mendorong. Pada saat itu saksi korban
melihat dipinggang terdakwa terdapat handphone nokia milik saksi korban,
maka saksi korban berusaha memintanya kembali sambal memarahinya,
namun terdakwa mempertahankannya dan akhirnya terdakwa meraih
handphone tersebut sambal memukul muka saksi korban.

Perbuatan terdakwa diancam dengan ancaman pidana primair pasal 351 ayat
(1) KUHP jo. Pasal 365 ke-1 jo. Pasal 65 ayat (1) KUHP, subsidiair Pasal 351 ayat
(1) KUHP jo. Pasal 65 ayat (1) KUHP, dakwaank kedua Pasal 406 ayat (1) Jo.
Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, dakwaan ketiga Pasal 170 ayat (1) KUHP. Adapun
terdakwa dijatuhi putusan terbukti bersalah melakukan tindak pidana
penganiayaan terhadap istri dan menyuruh melakukan perusakan terhadap
barang. Atas tindakannya, terdakwa dipidana penjara 2 tahun penjara
Resume Kasus
Resume kasus paralel

Pada akhir bulan December 2010, bertempat di Kp. Ciwaruga,


Desa Ciwaruga, Kec. Parapong, Kab. Bandung Barat, terdakwa
Dadan Ramdan bin Maman Kaiman, melakukan pencurian barang
berupa satu unit laptop merek acer warna hitam milik saksi
korban Muhamad Nopi Wibowo dari kamar saksi korban.
Kemudian terdakwa juga mencuri sepatu DC milik korban yang
berada di depan pintu yang kemudian dijual seharga 50.000.
Selanjutnya pada awal januari 2011, di tempat yang sama,
terdakwa kembali mencuri 1 unit laptop kemudian dibawa ke
Cianjur ke rumah terdakwa. Terdakwa diputus telah melaggar
Pasal 362 KUHP jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP dan dijatuhkan pidana
penjara 6 bulan.

Asas yang
Dipermasalahkan
Asas Kausalitas
Secara etimologi, Kausalitas atau causalitied berasal dari kata causa yang berarti sebab.
Kata Kausa dalam Kamus Hukum diartikan dengan alasan atau dasar hukum; suatu sebab
yang dapat menimbulkan suatu kejadian. Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa kausalitas merupakan suatu yang menyatakan tentang hubungan
sebab dan akibat. Dalam ilmu hukum pidana teori kausalitas dimaksudkan untuk
menentukan hubungan objektif antara perbuatan manusia dengan akibat yang tidak
dikenhadi undang-undang. Penentuan sebab akibat dalam kasus-kasus pidana menjadi
persoalan yang sulit untuk dipecahkan. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana sendiri tidak
petunjuk tentang hubungan sebab dan akibat yang dapat menimbulkan delik. Meskipun
dalam beberapa pasal KUHP dijelaskan bahwa dalam delik-delik tertentu diperlukan
adanya suatu akibat tertentu guna menjatuhkan pidana terhadap pembuatnya. Tindak
pidana dibagi menjadi dua, yaitu tindak pidana formil (formeel delicten) dan tindak
pidana materiil (materieel delicten). Tindak pidana formil adalah tindak pidana yang
dirumuskan dengan melarang melakukan suatu tikah laku tertentu.
Dalam menentukan adanya sebab yang benar-benar menimbulkan suatu akibat tidaklah
mudah. Hal ini disebabkan oleh kompleksitas faktor-faktor yang berkaitan dengan
peristiwa yang dihadapi, disinilah letak urgensi ajaran kausalitas, yaitu ajaran yang
mencari dan menentukan ada atau tidaknya hubungan kausal antara perbuatan dengan
akibat yang timbul.
Analisis Kasus Reguler
Perbuatan nyata

Perbuatan hukum

KUHP

UU tenaga kesehatan
Analisis Kasus Reguler
Perbuatan nyata :

Terdakwa memukul saksi korban = pasal 351 (1) jo. 356 (1)

Terdakwa menjadi marah dan menendang perut korban = pasal 351 (1) jo.
356 (1)

Terdakwa melemparkan gelasnya ke arah kaki korban yang menyebabkan


luka robek = pasal 351 (1) jo. 356 (1)

Terdakwa menyuruh haryanto untuk merenovasi lantai 2 klinik korban

Ruang lantai dasar klinik korban dibongkar oleh orang suruhan terdakwa
= pasal 406 (1)

Terdakwa mendorong keluar korban = pasal 351 (1) jo. 356 (1)

Terdakwa memukul ke arah muka korban = pasal 351 (1) jo. 356 (1)

MEERDAADSCHE (ps. 65-71), pasal 351 (1) jo. 356 (1)


Perbandingan Peraturan
lain
Kode etik menyangkut 2 hal yaitu

perbuatan yang dilakukan oleh tenaga medis melanggar kode etik jabatan
profesi kedokteran. Kode etik jabatan yang menyangkut sikap baik jabatan
karena sejatinya dokter dapat menjaga sikap dan perbuatannya bukan hanya
pada

Oleh sebab itu, kami merujuk pada UU No. 29 Tahun 2004 pada pasal 19 yaitu

(1) Anggota Konsil Kedokteran Indonesia berhenti atau diberhentikan karena :

berakhir masa jabatan sebagai anggota; mengundurkan diri atas permintaan


sendiri; meninggal dunia; bertempat tinggal tetap di luar wilayah Republik
Indonesia; tidak mampu lagi melakukan tugas secara terus-menerus selama 3
(tiga) bulan; atau dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap.
Dalam hal anggota Konsil Kedokteran Indonesia menjadi tersangka tindak
pidana kejahatan, diberhentikan sementara dari jabatannya.
Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan oleh Ketua Konsil Kedokteran Indonesia.
Pengusulan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
oleh Menteri kepada Presiden.
Analisis Kasus Paralel
Kesimpulan
Pada kedua kasus utama gabungan (samenloop)
dilihat dari 4 bagian yaitu perbuatan nyata,
perbuatan hukum, KUHP dan UU yang berkaitan.

Berdasarkan analisis kami pada kasus utama


maka terdakwa dikenakan hanya satu pidana saja
atas kejahatan penganiayaannya yaitu pasal 351
KUHP jo. 356 ke 1 KUHP dan pasal 406 ayat 1
KUHP.

Mengenai perbuatan yang pada kasus utama,


kami membandingkan dengan UU NO.23 Tahun
1992.

Anda mungkin juga menyukai