Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENDINDIKAN PANCASILA

DAN KEWARGANEGARAAN

Disusun oleh :
1. Aura Caesar Binary Lilianda (02)
2. Galuh Dwi Sulistyarini (15)
3. Irma Dwi Listiarni (17)
4. Marchelina Eka Sofyani (22)
5. Ratih Dwi Setyaningtyas (25)
6. Stefanus Ega Panji Panuntun (30)
7. Yahya Idris Abdurrahman (32)

SEMESTER 3 MIPA 1
SMAN 1 PURWOREJO
MAKALAH PENDINDIKAN PANCASILA
DAN KEWARGANEGARAAN

Disusun oleh :
1. Aura Caesar Binary Lilianda (02)
2. Galuh Dwi Sulistyarini (15)
3. Irma Dwi Listiarni (17)
4. Marchelina Eka Sofyani (22)
5. Ratih Dwi Setyaningtyas (25)
6. Stefanus Ega Panji Panuntun (30)
7. Yahya Idris Abdurrahman (32)

SEMESTER 3 MIPA 1
SMAN 1 PURWOREJO

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, makalah ini dapat terselesaikan
dengan tepat waktu.

Tindak pidana merupakan suatu perbuatan yang dilarang atau


diwajibkan undang-undang yang apabila dilakukan atau diabaikan, maka
orang yang melakukan atau yang mengabaikan itu diancam dengan
pidana. Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana buku II mulai pasal
104-488 mengatur tentang kejahatan, dan dalam BAB XX tentang
penganiayaan yaitu pasal 351 – 358. Tindakan penganiayaan terhadap
perempuan banyak terjadi dewasa ini terutama kekerasan dalam rumah
tangga atau singkatnya KDRT diatur dalam UU No. 23 tahun 2004.

Terima kasih kepada guru Pendindikan Kewarganegaraan. Kami


mohon maaf apabila ada kekurangan dan kesalahan yang ada dalam
makalah ini baik yang kami sengaja maupun tidak. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Semoga
makalah yang kami susun dapat memenuhi tugas yang telah diberikan
dan bermanfaat bagi para pembaca.

Purworejo, 29 Juli 2019


Penulis

2
DAFTAR ISI
Cover ............................................................................................ 1
Kata Pengantar ............................................................................. 2
Daftar Isi ....................................................................................... 3
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang ................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .............................................................. 4
C. Tujuan ................................................................................. 5
BAB II Pembahasan
A. Analisa Contoh Kasus ........................................................ 6
B. Lampiran ........................................................................... 11
BAB III Penutup
A. Kesimpulan ....................................................................... 12
B. Saran ................................................................................ 12
Daftar Pustaka ............................................................................. 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Menurut UU Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam


Rumah Tangga (UU PKDRT), KDRT adalah setiap perbuatan terhadap seseorang
terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara
fisik,seksual,psikologi, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan
hukum dalam lingkup rumah tangga.

Berdasarkan data dari Komnas HAM menunjukkan bahwa sepanjang tahun


2012 tercatat 8.315 kasus kekerasan terhadap istri, atau 66 persen dari kasus yang
ditangani oleh Komnas HAM. Hampir setengah, atau 46 persen, dari kasus tersebut
adalah kekerasan psikis, 28 persen kekerasan fisik, 17 persen kekerasan seksual, dan
8 persen kekerasan ekonomi. Menurut laporan Komnas HAM kasus kekerasan dalam
rumah tangga kerap diperlakukan sebagaimana kasus kriminal lainnya, dimana
aparat penegak hukum hanya menggunakan perspektif normatif dan berdasarkan
pemenuhan unsur-unsur delik pidana dan pengumpulan saksi serta alat bukti.5

Ada beberapa pokok penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah


tangga.salah satunya faktor perselingkuhan yang kerap kali terjadi di Indonesia.
Kasus yang sering terjadi yaitu masalah kekerasan yang dilakukan oleh suami kepada
istrinya yang melibatkan kasus perselingkuhan. Kasus kekerasan dalam tangga di
Indonesia menunjukkan jumlah yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Salah satu
contoh kasus tersebut yaitu kasus KDRT Kadek Adi terhadap istrinya hingga kakinya
putus.

Kadek Adi dinyatakan terbukti bersalah melakukan tindak kekerasan


terhadap istrinya, Ni Luh Putu Kariani (33), hingga menyebabkan cacat pada kaki
kirinya. Menanggapi putusan majelis hakim, terdakwa melalui penasihat hukum
Benny Hariyono menyatakan pikir-pikir. Demikian juga Jaksa Penuntut Umum
(JPU) Ni Luh Wayan Adhi Antari menyatakan pikir-pikir atas vonis majelis hakim.
Putusan majelis hakim tersebut lebih ringan setahun dibandingkan tuntutan jaksa.
Sebelumnya, Jaksa Ni Luh Wayan Adhi Antari menuntut terdakwa dengan pidana

4
penjara selama sembilan tahun. Majelis hakim dalam amar putusan menyatakan,
terdakwa asal Alas Angker, Desa Tenaon, Buleleng ini telah secara sah dan
meyakinkan terbukti bersalah melakukan tindak pidana kekerasan dalam rumah
tangga, telah melakukan kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf a yang mengakibatkan korban jatuh sakit atau luka
berat. Atas perbuatannya, terdakwa dipidana Pasal 44 ayat (2) UU No. 23 tahun 2004
tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

2. Rumusan Masalah
a) Bagaimana kronologis kasus KDRT tersebut?
b) Apa saja undang-undang yang yang dilanggar dalam kasus KDRT tersebut?
3. Tujuan
a) Mengetahui bahgaimana kronologis kasus kekerasan dalam rumah tangga
yang dilakukan oleh Kadek Adi kepada istrinya.
b) Mengetahui UU apa sajakah yang dilanggar dalam kasus kekerasan dalam
rumah tangga yang dilakukan oleh Kadek Adi kepada istrinya.

5
BAB II

PEMBAHASAN

ANALISA CONTOH KASUS

1. Judul Kasus
Seorang suami di Badung, Bali tega tebas kaki istri sendiri dengan sebilah
parang.
2. Kronologi Kasus

Kejadian bermula pada tanggal 5 September 2017 sekitar pukul 16.30


WITA di kamar kos terdakwa dan korban yang beralamat di Jalan Raya Uma
Buluh, Banjar Uma Buluh, Desa Canggu, Kuta Utara, Badung, Bali. Berawal
dari pertengkaran antara terdakwa dan korban yang merupakan pasangan suami
istri. Diketahui yang menjadi pemicu pertengkaran keduanya adalah karena
kecemburuan suami terhadap kabar perselingkuhan istrinya. Terdakwa yang
dalam keadaan emosi mengambil sebilah parang, lalu mengayunkannya ke kaki
korban secara bergantian sebanyak dua kali. Ketika korban melawan, terdakwa
malah semakin kalap menebas kaki korban.

Kemudian korban dengan kaki mengeluarkan darah berusaha bangun dari


tempat tidur namun terjatuh. Terdakwa yang sudah tersulut emosi kembali
mengayunkan parang ke pergelangan kaki korban sebanyak dua kali. Kembali,
korban berusaha bangun dan berlari, namun dirinya jatuh di depan pintu kamar
kosnya. Lagi, terdakwa mengayunkan parang ke arah pergelangan kaki kiri
korban. Sehingga pergelangan kaki kiri korban putus. Akibat dari perbuatan
terdakwa, korban mengalami sejumlah luka-luka, di badan dan kakinya.

Korban pun kini harus dirawat intensif di Rumah Sakit Sanglah sementara
mengenai vonis pidana penjara delapan tahun yang dijatuhkan majelis hakim
terhadap Kadek Adi, .Ni Luh Putu Kariani (33) istri terdakwa yang menjadi
korban menyatakan, apapun keputusan majelis hakim dirinya telah menerima.
Pihak keluarga juga telah menyerahkan sepenuhnya keputusan pada pihak
berwajib.

6
3. Undang-Undang yang Dilanggar
1) UU Nomor 26 Tahun 2000
a. Pasal 7 huruf b : “Pelanggaran hak asasi manusia yang berat
meliputi: …b. kejahatan terhadap kemanusiaan.”
b. Pasal 9 f : “Kejahatan terhadap kemanusiaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf b adalah salah satu perbuatan yang
dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau
sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan
secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa: …f.
penyiksaan”
a. Pasal 31 : “Perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat,
diperiksa dan diputus oleh Pengadilan HAM dalam waktu paling
lama 180 (seratus delapan puluh) hari terhitung sejak perkara
dilimpahkan ke Pengadilan HAM.”
b. Pasal 39 : “Setiap orang yang melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf f, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling
singkat 5 (lima) tahun.”
2) UU Nomor 39 Tahun 1999
a. Pasal 4 : “Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak
untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan
persamaan di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas
dasar hukum yang berlaku surut adalah hak hak manusia yang
tidak dapat dikurangi dalam keadaan keadaan apapun dan oleh
siapapun.”
b. Pasal 29 ayat 1 : “Setiap orang berhak atas perlindungan diri
pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan hak miliknya”
c. Pasal 33 ayat 1 : “Setiap orang berhak untuk bebas dari
penyiksaan, penghukuman, atau perlakuan yang kejam, tidak
manusiawi, merendahkan derajat dan martabat kemanusiaannya”
d. Pasal 45 : “Hak wanita dalam Undang-undang ini adalah
hak asasi manusia.”

7
e. Pasal 69 ayat 1 : “Setiap warga negara wajib menghormati hak
asasi manusia orang lain, moral, etika dan tata tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.”
f. Pasal 69 ayat 2 : “Setiap hak asasi manusia seseorang
menimbulkan kewajiban dasar dan tanggung jawab untuk
menghormati hak asasi orang lain secara timbal balik serta
menjadi tugas Pemerintah untuk menghormati, melindungi,
menegakkan, dan memajukannya.”
g. Pasal 100 : “Setiap orang, kelompok, organisasi politik,
organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau
lembaga kemasyarakatan lainnya, berhak berpartisipasi dalam
perlindungan, penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia.”
3) UUD 1945
a. Pasal 28G ayat 2 : “Setiap orang berhak bebas dari penyiksaan atau
perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak
memperoleh suaka politik dari negara lain."
b. Pasal 28I ayat 1 : “Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk
kemerdekaan pikiran dan hati nurani,, hak beragama, hak untuk tidak
diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum,, dan hak
untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi
manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.”
c. Pasal 28J ayat 1 : “Setiap orang wajib dan berhak mengohrmati hak
asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
4) KUHP
Pasal 44 untuk tindak kekerasan fisik.
5) UU Nomor 23 Tahun 2004
a. Pasal 1 ayat 1 : “Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap
perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis,
dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan
hukum dalam lingkup rumah tangga.”

8
b. Pasal 1 ayat 3 : “Korban adalah orang yang mengalami kekerasan
dan/atau ancaman kekerasan dalam lingkup rumah tangga.”
c. Pasal 5 huruf a : “Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam
rumah tangga terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya, dengan
cara : a. kekerasan fisik;“
d. Pasal 10 huruf a : “Perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian,
kejaksaan, pengadilan, advokat, lembaga sosial, atau pihak lainnya baik
sementara maupun berdasarkan penetapan perintah perlindungan dari
pengadilan”
e. Pasal 10 huruf b : “pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
medis”
f. Pasal 39 huruf a : “Untuk kepentingan pemulihan, korban dapat
memperoleh pelayanan dari : a.tenaga kesehatan”
g. Pasal 44 ayat 1 : Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan
fisik dalam lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf a dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau
denda paling banyak Rp 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah).
h. Pasal 44 ayat 2 : “Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mengakibatkan korban mendapat jatuh sakit atau luka berat,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda
paling banyak Rp 30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah).“
i. Pasal 48 : “Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
46 dan Pasal 47 mengakibatkan korban mendapat luka yang tidak memberi
harapan akan sembuh sama sekali, mengalami gangguan daya pikir atau
kejiwaan sekurang-kurangnya selama 4 (empat) minggu terus menerus
atau 1 (satu) tahun tidak berturut-turut, gugur atau matinya janin dalam
kandungan, atau mengakibatkan tidak berfungsinya alat reproduksi,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan pidana
penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun atau denda paling sedikit Rp
25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) dan denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).”
j. Pasal 54 : “Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang
pengadilan dilaksanakan menurut ketentuan hukum acara pidana yang
berlaku, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini.”

9
k. Pasal 55 : “Sebagai salah satu alat bukti yang sah, keterangan seorang
saksi korban saja sudah cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah,
apabila disertai dengan suatu alat bukti yang sah lainnya.”

10
LAMPIRAN

11
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Menurut UU No 26 Tahun 2000, kasus ini termasuk pelanggaran
HAM berat karena tergolong ke dalam kasus kejahatan terhadap kemanusiaan
berupa penyiksaan terhadap fisik.
2. Saran
Sebagai masyarakat Indonesia, adanya kesadaran akan arti pernikahan yang
sebenarnya harus diperdalam terlebih dahulu saat akan membangun kehidupan
berumah tangga. Dan ada baiknya mengembangkan sikap keterbukaan antar-
anggota keluarga supaya saat ada masalah dapat terselesaikan dengan baik-baik
tanpa melibatkan kekerasan fisik. Diperlukan pula bagi pemerintah dalam
rangka menguatkan UU tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
mengadakan sosialisasi yang lebih intensif mengenai pernikahan dan KDRT itu
sendiri.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://indraalam11.blogspot.com/2017/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html

https://www.tribunnews.com/regional/2018/02/09/kadek-adi-divonis-8-tahun-gara-gara-
tebas-kaki-istrinya?page=2

http://d2bnuhatama.blogspot.com/2011/08/ kekerasan-dalam-rumahtangga.html

13

Anda mungkin juga menyukai