Anda di halaman 1dari 28

KEPEMIMPINAN

TRANSFORMASIONAL
18 th=100%

0-8 th=80%

4 th=50%

Pembuktian empirik, urgensi PAUD sudah sangat jelas


TAPI...........
KA

0
10
20
30
40
50
60
70
LIM PA
A PU
SU NTA A
M N
AT BA
ER R
A AT
SU UT
M AR
AT RI A
ER AU
A
PA SEL
KA P A
LIM UA TAN
AN BA
T A RA T
N

Sumber: BPS, 2021


T
SU BEN IMU
M G R
K
AT
ER ULU
A
BA
BA RA
NT T
SU K E
LA EP N
W .R
ES IA
IS U
EL
AT
SU A
LA BAN
W LI
KE ES
IU
P. TA
BA
NG JA RA
KA M
BI
BE
KA LI
LIM M TUN
AL G
AN UK
TA U
NU N
SA LA TAU
TE M RA
NG PU
G NG
AR
SU A
LA TIM
W ACUR
ES
IT EH
E
JA NG
W GA
A R
KA BA A
LIM IN DO RAT
AN NE
TA SI
N A
DK EN T
35.59

SU IJ G
LA AK AH
W
MENDAPAT AKSES PAUD

ES ART
NU M IT A
SA AL EN
UK G
TE A
NG U U H
G TA
S A RA
KA ULA RA
LIM W B A
A N E SI RA T
TA B AR
JA N S AT
W EL
A AT
A
64% ANAK USIA DINI INDONESIA TIDAK

G TEN N
O
RO GAH
JA NT
A
DI WA LO
YO TI
G MU
YA R
KA
RT
A
PANDEMIK DATANG, SEKOLAH TUTUP

APK PAUD MENURUN


Faktor Penentu Prestasi Siswa

UR U
S T IKG G
ERI EDA D
Teachers A KT B
KAR UD BER INNYA
PA U A
L
30% GU R

K
ISTI D
A K TER N PAU
KA R A J A R A DA DG
Student
BEL RBE
PEM GAT BE NYA characteristics 49%
N N
SA LAI

Schools 7%

Home
7%
Peers 7%

Based on research by Professor John Hattie from the University of Auckland who used meta
analysis to estimate the overall effect on student achievement to the above factors
FAKTANYA:
GURU PAUD NON FORMAL BELUM DIAKUI SEBAGI GURU

UU GURU & DOSEN (UU


No.14/2005, BAB II Pasal GURU PAUD
1(1), 291) NON
”Guru mempunyai FORMAL
kedudukan sebagai tenaga
profesional pada jenjang
TIDAK
pendidikan dasar, DIAKUI
pendidikan menengah dan SEBAGAI
pendidikan anak usia dini GURU
pada jalur pendidikan
formal”.
HASIL PENELITIAN
TENTANG GURU

• Profesional guru berhubungan dengan kualitas proses


Pendidikan (La Paro et al., 2009; Pianta et al., 2005)
• Berhubungan langsung ke outcome peserta didik
(Tsouloupas, Carson, Matthews, Grawitch, & Barber, 2010).
• Pengembangan profesional guru akan meningkatkan
kepuasan kerja, efisiensi diri, kesejahteraan, dan kinerja
(Brown, Jones, LaRusso, & Aber, 2010; Jennings, Frank,
Snowberg, Coccia, & Greenberg, 2013; Piper & Zuilkowski,
2015).
Total pendidik yang berpartisipasi dalam pemetaan ini sejumlah 117.632 orang. Data yang digunakan dalam analisis
setelah dilakukan data cleaning sebanyak 117.616. Pendidik yang berpartisipasi berasal dari 34 provinsi dan 425
kabupaten/kota
Sumber: Diseminasi Hasil Pemetaan Kapasitas Pendidik dan Peran Orang Tua dalam PAUD HI,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Direktorat Guru Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Tahun 2021
FAKTA KAPASITAS PAUD HI
PENDIDIK PAUD NON FORMAL LEBIH RENDAH

Sumber: Diseminasi Hasil Pemetaan Kapasitas Pendidik dan Peran Orang Tua dalam PAUD HI,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Direktorat Guru Pendidikan Anak Usia
Dini dan Pendidikan Masyarakat, Tahun 2021
INDONESIA MEMANGGIL KITA
SEMUA MENJADI PEMIMPIN

PEMIMPIN
Orang yang
mengetahui
jalannya, berjalan di
jalan tersebut dan
menunjukkan
jalannya (John C.
Maxwell)
PENTINGNYA KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat


penting dalam pencapaian kinerja organisasi.

Kepemimpinan digunakan untuk mengarahkan individu-


individu pada tujuan organisasi.

Suatu organisasi yang dijalankan tanpa kepemimpinan


akan mengalami kelemahan dan kesulitan untuk mencapai
tujuan.
Kesulitan tersebut timbul karena tidak ada pihak yang
menghubungkan tujuan individu dengan organisasi
(Reksohadiprodjo dan Handoko, 2001).
Kepemimpinan merupakan faktor
penting yang berpengaruh terhadap
efektivitas kinerja. Gibson et. al (1996)

kepemimpinan mempengaruhi efektivitas


kinerja pada tingkat kelompok.
Kepemimpinan dalam organisasi dapat
diterapkan dengan beragam gaya.

Gaya tersebut berperan dalam


menentukan berhasil tidaknya efektivitas
kinerja bawahan.
Dari definisi tersebut tampak
Kepemimpinan didefinisikan
bahwa kepemimpinan bukan
sebagai suatu proses yang
menunjuk pada orang
mempengaruhi aktivitas
melainkan proses, sedangkan
individu atau kelompok untuk
orang yang menjalankan
mencapai tujuan. Gitosudarmo
kepemimpinan adalah
dan Sudita (2000)
pemimpin.
GAYA KEPEMIMPINAN

Gaya kepemimpinan yang sering


diterapkan dalam organisasi adalah
transformasional dan transaksional.

Gaya kepemimpinan transformasional


lebih menekankan pada aspek sosial,
sedangkan transaksional menekankan
pada aspek ekonomi.

Kedua gaya kepemimpinan tersebut


berhubungan dengan efektivitas
kinerja karena dapat mempengaruhi
cara dan pola kerja bawahan
Ciri Kepemimpinan
Transformasional
Mengidentifikasi dirinya
Bertindak atas dasar nilai
sebagai agen perubahan

Meningkatkan kepemimpinan
Memiliki sifat pemberani
terus menerus

Memiliki kemampuan untuk


Mempercayai orang lain
menghadapi situasi rumit

Memiliki visi ke depan


Membangun komitmen yang tinggi
pada Pengurus HIMPAUDI

Kepemimpian
Transformasional
dalam Organisasi
HIMPAUDI
Membangun ke arah tumbuhnya
sensitifitas pembinaan dan
pengembangan organisasi,
pengembangan visi bersama,
pendistribusian wewenang, dan
membangun kultur organisasi
HIMPAUDI
Pengurus mampu menjadi komunikator
yang baik,punya keccakapan
teknis,terampil berhubungan secara
manusiawi, menjadi motivator, mampu
melakukan pengendalian pengawasan
dan kontrol), mengehargai persamaan
hak, membagi waktu, peduli pada
pengurus lain,cekatan dan sabar
dalam menjalankan tugas, berani
instrokpeksi dan konsisten, bersikap
terbuka, serta berjati diri tinggi
Kepemimpinan Kepemimpinan
Transformasional Transaksional
KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL
Kepemimpinan
transaksional merupakan
proses mempengaruhi
yang menekankan pada
hubungan transaksi,
tawar menawar dan
pertukaran ekonomi
antara pemimpin dengan
Pemimpin transaksional
bawahan (Yukl, 1994).
lebih menekankan
pada pemberian
imbalan untuk
memotivasi
kepemimpinan
bawahannya.
transaksional sebagai
kemampuan pemimpin
mengindentifikasi
keinginan bawahan dan
membantunya mencapai
tingkat prestasi lebih
tinggi dengan
memberikan imbalan
KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL
kemampuan pemimpin untuk meningkatkan motivasi bawahannya
melalui proses pertukaran dengan imbalan (reward). Proses tersebut
disertai pula dengan kejelasan tentang penyelesaian pekerjaan dan
besar imbalan yang akan diterima. Bass (1985)

Gaya kepemimpinan transaksional diterapkan untuk mencapai kinerja


organisasi yang tinggi dengan cara memberikan imbalan pada
bawahan sesuai dengan hasil kerjanya

kemampuan pemimpin menarik minat bawahan untuk menghasilkan


kinerja tinggi dengan menciptakan hubungan berdasarkan kontrak
ekonomis yakni dengan memberikan imbalan atas kinerja bawahan.
Bycio et. al (1995)

Anda mungkin juga menyukai