Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH OPEN SOURCE TERHADAP PENGURANGAN

PELANGGARAN PEMBAJAKAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL


SOFTWARE

Disusun untuk memenuhi tugas


ETIKA PROFESI

OLEH:

Ikhlash Mulyanurahman
(217200012)

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut Nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis
panjatkan Puji dan Syukur atas Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat-Nya
sehingga penulis bisa menyelesaikan Karya Ilmiah ini.

Tidak lupa penulis ucapkan Terima kasih kepada Dosen mata kuliah Etika Profesi yang telah
membimbing dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Juga tidak lupa penulis ucapkan Terima
kasih kepada teman-teman yang telah membantu memberi masukan dalam menyelesaikan
karya ilmiah ini.

Karya ilmiah ini berjudul "pengaruh open source terhadap mengurangi pelanggaran hak
kekayaan intelektual software" yang harapannya dapat memberi pengetahuan tentang
pengaruh open source.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam karya ilmiah ini, oleh karena itu kritik dan
saran senantiasa diharapkan demi perbaikan karya ilmiah ini.

Cianjur, 6 Januari 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. IDENTIFIKASI MASALAH
C. RUMUSAN MASALAH
D. TUJUAN PENULISAN

BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SOFTWARE
B. PEMBAJAKAN SOFTWARE
C. HUKUM PEMBAJAKAN SOFTWARE
D. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN SOFTWARE
BAJAKAN
E. PENGERTIAN OPEN SOURCE
F. MANFAAT OPEN SOURCE
G. LISENSI OPEN SOURCE
H. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN OPEN SOURCE
I. PENGARUH OPEN SOURCE DALAM MENGURANGI PEMBAJAKAN
SOFTWARE

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Komputer dapat dikelompokan dalam 3 komponen yaitu perangkat keras (hardware),


perangkat lunak (software) dan pengguna (brainware). Semakin banyaknya
pemanfaatan software, terdapat tindakan ilegal yang terjadi yaitu pembajakan
software. Pembajakan software kini sudah lumrah terjadi di Indonesia. Mengutip dari
cnnindonesia.com Business Software Alliance (BSA) mengungkapkan 83 persen
perusahaan di Indonesia menggunakan software bajakan atau ilegal. Jumlah tersebut
menjadikan Indonesia sebagai negara dengan penggunaan software bajakan di level
perusahaan di kawasan se-Asia Tenggara bahkan Asia Pasifik.

Pembajakan software banyak terjadi di Indonesia, hal ini disebabkan karena masih
minimnya kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai hak dan kekayaan intelektual
yang terdapat pada setiap software yang digunakan. Di sisi lain, harga software legal
masih terlalu mahal dan di luar jangkauan kebanyakan pengguna di Indonesia. (Muzid
& Munir, 2006).

Open source software adalah software terbuka, artinya saat didistribusikan, source
code nya pun ikut didistribusikan sehingga dapat dikembangkan kembali oleh semua
pengguna dna biasanya software jenis ini didistribusikan dengan gratis sehingga
dapat menjadi salah satu alternatif untuk menghindari software bajakan.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan identifikasi masalah sebagai
berikut.
1. Banyaknya pembajakan software di Indonesia
2. Minimnya kesadaran masyarakat terhadap hak dan kekayaan intelektual
3. Open Source Software dapat menjadi salah satu alternatif

C. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang menjadi motivasi masyarakat menggunakan software bajakan


2. Bagaimana pengaruh open source dalam mengurangi pembajakan
3. Apa pengaruh minimnya kesadaran terhadap hak kekayaan intelektual

D. TUJUAN PENULISAN

1. Menganalisa motivasi masyarakat dalam menggunakan software bajakan


2. Mengetahui pengaruh open source dalam mengurangi pembajakan
3. Mengetahui kesadaran masyarakat mengenai hak dan kekayaan intelektual

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SOFTWARE

Software adalah program yang berisi kumpulan perintah untuk mengerjakan suatu
proses olah data. Software menghubungkan orang yang menggunakan komputer
(user) dengan hardware dan berfungsi untuk menerjemahkan bahasa user menjadi
bahasa mesin sehingga dapat dipahami oleh komputer terkait perintah yang
diperlukan oleh pengguna dan menampilkan hasil yang sesuai instruksinya. (Basrul &
Ahmadian, 2020)

Dalam kamus istilah komputer disebutkan bahwa software adalah Program komputer
yang dibuat untuk mengerjakan atau menyelesaikan masalah-masalah khusus,
misalnya program pengolahan kata. Komputer tidak mungkin bisa bekerja tanpa
adanya program yang dimasukkan ke dalamnya, program ini bisa berupa prosedur
pengoperasian dari komputer itu sendiri ataupun prosedur dalam hal pemrosesan data.
Program-program inilah yang disebut software. Dalam arti yang luas, software bisa
diartikan sebagai prosedur pengoperasian, contohnya proses pemasukan dokumen ke
dalam disk, lagu yang sedang diputar dan lain-lain. (Hadi, dkk. 2020)

Menurut Kurniawan, dkk. (2014) Hingga saat ini software terus dikembangkan
sehingga muncul berbagai jenis software yang dapat dikelompokkan berdasarkan
distribusinya diantaranya.

1. Perangkat lunak aplikasi (Application Software)


2. Sistem Operasi (Operating System)
3. perkakas pengembangan Perangkat Lunak (Software Development Tool)
4. Perangkat Lunak Menetap (Firmware)
5. Perangkat Lunak Bebas (Free Software)
6. Perangkat Lunak Gratis (Freeware)
7. Perangkat Lunak Uji Coba (Shareware/Trialware)
8. Perangkat Lunak Sumber Tertutup (Close Source Software)
9. Perangkat Lunak Sumber Terbuka (Open Source Software)
10. Perangkat Lunak Perusak (Malware)

Dalam perkembangannya, semakin mudah menemukan software yang bukan versi


aslinya beredar luas di pasar online maupun offline. Kondisi ini terjadi disebabkan
oleh maraknya aktivitas pembajakan software. (Hadi, dkk. 2020)

B. PEMBAJAKAN SOFTWARE

Software piracy diartikan sebagai pembajakan yang ilegal, di mana sebuah organisasi
mengembangkan software untuk mempermudah seseorang melakukan kegiatan kerja
maupun tugas perkuliahan, tetapi selalu disalah gunakan dengan menduplikasi
software tersebut untuk menghindari biaya (Setiawan, dalam Straub & Collins, 1990).

Disadari atau tidak, pembajakan software di Indonesia memang marak terjadi.


Berbagai macam software dengan mudah dibajak dengan harga penjualan terjangkau
di toko-toko penjual software ,bahkan di pedagang kaki lima. Kemajuan di bidang

5
teknologi dirasakan turut mempermudah terjadinya pembajakan. (Muzid & Munir,
2006).

Dalam mengenali kasus pembajakan perlu dipahami juga tentang parameter


perbedaan antara software asli dan software bajakan. Pada dasarnya software asli dan
software bajakan adalah identik karena terdapat master atau installer yang digunakan.
Pembeda software Asli dan bajakan adalah lisensi yang digunakan. Biasanya pada
setiap program atau Windows bisa dilihat di Menu About, akan ditemukan lisensi/
serial number ataupun informasi mengenai lisensi pengguna aplikasi Windows atau
software yang digunakan. (Hadi, dkk. 2020)

Hadi, dkk. (2020) Mengungkap tindak pembajakan software dapat digolongkan


menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Hard Disk Loading


Jenis pembajakan software yang tergolong pada Hardisk Loading adalah
pembajakan software yang biasanya dilakukan oleh para penjual komputer
yang tidak memiliki lisensi untuk komputer yang dijualnya. Software-software
tersebut dipasang (install) pada komputer yang dibeli oleh pelanggannya
sebagai bonus. Hal ini banyak terjadi pada perangkat komputer yang dijual
secara terpisah dengan software. Pada umumnya ini dilakukan oleh para
penjual komputer rakitan atau komputer jangkrik (Clone Computer).

2. Under Licensing
Jenis pembajakan software yang tergolong pada Under Licensing adalah
pembajakan software yang biasanya dilakukan oleh perusahaan yang
mendaftarkan lisensi untuk sejumlah tertentu, tetapi pada kenyataanya
software tersebut dipasang (install) untuk jumlah yang berbeda dengan lisensi
yang dimilikinya. Biasanya dipasang lebih banyak dari jumlah lisensi yang
dimiliki perusahaan tersebut. Misalnya, suatu perusahaan perminyakan
membeli lisensi produk Autocad dari perusahaan Autodesk. Perusahan
tersebut membeli 25 lisensi produk Autocad untuk komputer di
perusahaannya. Pada kenyataannya, komputer yang diinstall bukan lagi 25,
melainkan sudah 40 unit. Dalam hal ini perusahaan telah melakukan
pelanggaran hak cipta atau pembajakan software dengan kategori Under
Licensing untuk kelebihan 15 unit komputer yang digunakan.

3. Counterfeiting
Jenis pembajakan software yang tergolong pada Counterfeiting adalah
pembajakan software yang biasanya dilakukan oleh perusahaan pembuat
software-software bajakan dengan cara memalsukan kemasan produk
(Packaging) yang dibuat sedemikian rupa mirip sekali dengan produk aslinya.
Seperti CD Installer, Manual Book, Dus (Packaging) dan lain-lain.

4. Mischanneling
Jenis pembajakan software yang tergolong pada Mischanneling adalah
pembajakan software yang biasanya dilakukan oleh suatu institusi yang
menjual produknya ke institusi lain dengan harga yang relatif lebih murah
dengan harapan mendapatkan keuntungan lebih (revenue) dari hasil penjualan
software tersebut. Contoh kasus misalnya jika ada sebuah kampus yang

6
menjalin kerjasama dengan pihak Microsoft Indonesia dengan membeli lisensi
produk Microsoft, misalnya Microsoft Windows 10 sebanyak 20 Lisensi.
Karena kampus merupakan salah satu institusi pendidikan maka mendapatkan
harga khusus dari Microsoft Indonesia untuk pembelian lisensi (Academic
License) atau biasa disebut Microsoft Volume License (MVL). Untuk
pembelian lisensi produk Microsoft Windows 10, pihak kampus hanya
membayar sebesar $ 100/lisensi. Kemudian untuk mendapatkan untung,
melalui koperasi mahasiswa atau koperasi karyawannya pihak kampus
menjual software Windows 10 berikut dengan lisensinya ke sebuah perusahan
dengan harga $ 110/lisensi. Padahal secara resmi kalau pihak perusahaan
membeli satu lisensi produk software Microsoft Windows 10 harus membayar
$ 120/ lisensi.

5. End user copying


Jenis pembajakan software yang tergolong pada End user copying adalah
pembajakan software yang biasanya dilakukan oleh seseorang atau institusi
yang memiliki 1 (satu) buah lisensi suatu produk software, tetapi software
tersebut dipasang (install) pada sejumlah komputer.

C. HUKUM PEMBAJAKAN SOFTWARE

Pada suatu lisensi yang berkaitan dengan kekayaan intelektual terdapat tiga kategori,
yaitu Copyright (hak cipta), paten dan trademark (merek). (Basrul & Ahmadian,
2020) Pembajakan perangkat lunak (software) komputer pada hakekatnya adalah
pelanggaran terhadap hak cipta atau yang biasa disebut dengan Hak Kekayaan
Intelektual (HKI). (Hadi, dkk. 2020)

Menurut Hadi, dkk. (2020) Dalam kerangka ciptaan yang mendapatkan hak cipta,
setidaknya harus memperhatikan beberapa prinsip-prinsip dasar hak cipta, yaitu:

1. Yang dilindungi hak cipta yaitu adalah ide telah berwujud dan asli.
Salah satu prinsip yang paling fundamental dari perlindungan hak cipta adalah
konsep bahwa hak cipta hanya berkenaan dengan bentuk perwujudan dari
suatu ciptaan, sehingga tidak berkenaan atau tidak berurusan dengan
substansinya. Dari prinsip dasar ini telah melahirkan dua sub prinsip, yaitu :
● Suatu ciptaan harus memperhatikan keaslian (orisinil) untuk dapat
menikmati hak–hak yang diberikan undang-undang. Keaslian sangat
erat hubungannya dengan bentuk perwujudan suatu ciptaan.
● Suatu ciptaan, mempunyai hak cipta jika ciptaan yang bersangkutan
diwujudkan dalam bentuk tertulis atau bentuk material yang lain. Ini
berarti bahwa suatu ide atau suatu pikiran atau suatu gagasan atau
cita-cita belum merupakan suatu ciptaan.

2. Hak cipta timbul dengan sendirinya (otomatis)


Suatu hak cipta eksis pada saat seorang pencipta mewujudkan idenya dalam
bentuk yang berwujud. Dengan adanya wujud dari suatu ide, suatu ciptaan
lahir. Ciptaan yang dilahirkan dapat diumumkan dan tidak diumumkan. Suatu
ciptaan yang tidak diumumkan, hak ciptanya tetap ada pada pencipta.

3. Suatu ciptaan tidak perlu diumumkan untuk memperoleh hak cipta.

7
Suatu ciptaan yang diumumkan maupun yang tidak diumumkan kedua-duanya
dapat memperoleh hak cipta.

4. Hak cipta suatu ciptaan merupakan suatu hak yang diakui hukum (legal right)
yang harus dipisahkan dan harus dibedakan dari penguasaan fisik suatu
ciptaan.

5. Hak cipta bukan hak mutlak (absolut)


Hak cipta bukan suatu monopoli mutlak melainkan hanya suatu limited
monopoly. Hal ini dapat terjadi karena hak cipta secara konseptual tidak
mengenal konsep monopoli penuh, sehingga mungkin saja seorang pencipta
menciptakan suatu ciptaan yang sama dengan ciptaan yang telah tercipta
terlebih dahulu.

Dalam sejarah hukum positif Indonesia tindak pembajakan software komputer dapat
ditemukan dalam beberapa peraturan perundang-undangan, yaitu Undang-Undang
No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta secara tegas menyatakan bahwa program
komputer menjadi salah satu barang yang dilindungi. Program komputer yang
dimaksud dalam undang-undang ini adalah sekumpulan instruksi yang dinyatakan
dalam bentuk bahasa, kode, skema atau bentuk lain yang apabila digabungkan dengan
media yang mampu dibaca dengan komputer akan dapat membuat komputer bekerja
melakukan perintah-perintah tertentu atau untuk memperoleh hasil yang lebih spesifik
termasuk dalam merancangnya. (Hadi, dkk. 2020; Basrul & Ahmadian, 2020) Di
dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 juga mengatur perihal perlindungan hak
cipta ini. Menurut Ismet Hadi, dkk. (2020) hukum terkait tindakan pembajakan
software dijabarkan secara parsial dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 sebagai
berikut :
1) Pasal 1 butir 9 :
Program komputer adalah seperangkat instruksi yang diekspresikan dalam
bentuk bahasa, kode, skema atau dalam bentuk apapun yang ditujukan agar
komputer bekerja melakukan fungsi tertentu atau untuk mencapai hasil
tertentu.
2) Pasal 11 Ayat (2) :
Hak ekonomi untuk menyewakan ciptaan atau salinannya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf (i) tidak berlaku terhadap program
Komputer dalam hal program komputer tersebut bukan merupakan objek
esensial dari penyewaan. Yang dimaksud dengan "objek esensial" adalah
perangkat lunak komputer yang menjadi objek utama perjanjian penyewaan.
3) Pasal 40 Ayat (1) :
Ciptaan yang dilindungi meliputi ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan,
seni, dan sastra, terdiri atas:
a) Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua
hasil karya tulis lainnya;
b) Ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;
c) Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
d) Lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;
e) Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;

8
f) Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,
kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;
g) Karya seni terapan;
h) Karya arsitektur;
i) Peta;
j) Karya seni batik atau seni motif lain;
k) Karya fotografi;
l) Potret;
m) Karya sinematografi;
n) Terjemahan, tafsir, saduran ,bunga rampai, basis data, adaptasi,
aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
o) Terjemahan, adaptasi, aransemem, transformasi, atau modifikasi
ekspresi budaya tradisional;
p) Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca
dengan program komputer maupun media lainnya;
q) Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut
merupakan karya yang asli.
r) Permainan video; dan
s) Program Komputer.

Pasal 40 ini menunjukan secara jelas bahwa program komputer merupakan


ciptaan yang dilindungi yang masuk dalam kategori ciptaan dalam bidang ilmu
pengetahuan.

4) Pasal 59 ayat (1) :


Perlindungan Hak Cipta atas Ciptaan:
a) Karya fotografi;
b) Potret;
c) Karya sinematografi;
d) Permainan video;
e) Program Komputer;
f) Perwajahan karya tulis;
g) Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi,
aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
h) Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi atau modifikasi
ekspresi budaya tradisional;
i) Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca
dengan Program Komputer ataumedia lainnya; dan
j) Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut
merupakan karya yang asli.

5) Pasal 113 ayat (3) dan (4) yaitu :


(3) Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan
atau huruf g untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (4) Setiap orang yang memenuhi unsur
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk
pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun

9
dan atau pidana denda paling banyak Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar
rupiah).

D. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN SOFTWARE


BAJAKAN

Menurut Ismet Hadi, dkk. (2020) meskipun sudah diatur dalam Undang-Undang
tetapi kenyataannya penanganan secara hukum ini masih sulit diterapkan karena
terbentur beberapa hal yang menjadi faktor banyaknya penggunaan software bajakan,
diantaranya.

1. Software komputer begitu mudah di-copy, bahkan dapat dilakukan oleh


pendatang baru di dunia komputer.
2. Software bajakan dapat memberikan fungsi yang sama dengan aslinya bahkan
begitu sulit untuk dibedakan.
3. Persaingan yang semakin tajam dalam bisnis penjualan komputer menjadikan
masing-masing distributor, toko pengecer, dealer, mencari daya tarik sendiri
untuk menarik konsumen yang tidak jarang dilakukan dengan cara-cara ilegal.
4. Ancaman bangkrutnya ribuan bahkan jutaan lembaga pendidikan nonformal di
bidang komputer apabila software original harus digunakan,
5. Persepsi user atau pengguna bahwa membeli komputer otomatis dengan
programnya, tidak peduli original atau tidak.
6. Kurangnya penghormatan terhadap hasil jerih payah karya cipta pihak lain.
7. Kurangnya sumber daya manusia di bidang penyidikan dan pembuktian
perkara Hak Cipta, khususnya pembajakan program komputer.

Ada beberapa faktor lain yang menyebabkan pembajakan software dilakukan oleh
pengguna komputer. Harga software yang resmi atau original dijual dengan harga
yang terlalu tinggi sehingga hal tersebut menjadi salah satu faktor terjadinya
penggunaan software ilegal. Selain itu, kebutuhan untuk belajar dan bekerja serta
resiko akan ditangkap masih sangat kecil.
Solusi yang dapat dilakukan untuk meminimalisir permasalah tersebut dengan
melakukan penerapan undang-undang secara konsisten, memberantas penyebaran
software bajakan dan memberi penyuluhan terhadap penggunaan software gratis.
(Basrul & Ahmadian, 2020)

E. PENGERTIAN OPEN SOURCE

Open Source Software merupakan perangkat lunak yang bebas secara keseluruhan
untuk diakses, digunakan, maupun didistribusikan oleh siapapun. Pembuat dan
penyedia software tersebut menyediakan Source Code, dimana Source Code ini dapat
digunakan, dimodifikasi dan dikembangkan kembali sesuai dengan keinginan
pengguna itu sendiri. (Kurniawan, dkk. 2014)

Menurut Dyson (1998), Software Open Source didefinisikan sebagai perangkat lunak
yang dikembangkan secara gotong-royong tanpa koordinasi resmi, menggunakan
kode program yang tersedia secara bebas, serta didistribusikan melalui internet.
Menurut Stallman (1998), budaya gotong royong pengembangan perangkat lunak itu
sendiri ,telah ada sejak komputer pertama kali dikembangkan. Namun ketika dinilai

10
memiliki nilai komersial, pihak industri perangkat lunak mulai memaksakan konsep
mereka perihal kepemilikan perangkat lunak tersebut. Dengan dukungan finansial
yang kuat (secara sepihak) mereka membentuk opini masyarakat bahwa penggunaan
perangkat lunak tanpa izin/lisensi merupakan tindakan kriminal.
Software berlisensi open source selalu didistribusikan atau dapat diakses
bersama-sama dengan kode asalnya, umumnya secara gratis. (Muzid & Munir, 2006)

Kurniawan, dkk. (2020) menjelaskan Salah satu open source software yang terkenal
yaitu Linux. Keberadaan open source software ini sangat ditunjang oleh internet.
Mula-mula Open source software diambil dari internet kemudian digunakan oleh
orang dan diperbaiki apabila ada kesalahan. Hasil perbaikan dari open source ini
kemudian dipublikasikan kembali melalui internet yang memungkinkan orang lain
menggunakan dan
memperbaikinya. Dan begitulah seterusnya. Saat ini sangat mudah mendapatkan open
source software di internet.

Open source yang terdapat pada linux sudah bersifat legal, hanya saja sangat
disayangkan masyarakat masih menggunakan produk bajakan. Contohnya adalah
program komputer windows yang dapat diinstal di berbagai komputer, tanpa harus
membeli yang asli. Indonesia sendiri sudah banyak sekali ajakan untuk menggunakan
open source, karena bersifat legal dan dapat dikatakan sangat terjangkau.
Kemudahaan dalam keterjangkauan ini bahkan cukup dengan mengunduhnya di
internet untuk dapat dimiliki dan digunakan.

Hal tersebut jika dikembalikan lagi kepraktisannya dibandingkan dengan Windows


sebagai sistem operasi ,Windows jauh lebih praktis. Kemudahan bagi praktisnya
program komputer ini dalam proses pembajakan tidak mungkin terjadi apabila open
source seperti Linux Dilengkapi dengan driver seperti windows, kemudian disinilah
tugas dari developer menciptakan drivernya.

Program komputer walaupun memegang peranan penting, tetapi pengertian publik


terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual Program komputer masih relatif minim.
Kebingungan ini bertambah dengan peningkatan pemanfaatan dari program komputer
yang bersifat bebas atau yang biasanya disebut dengan Free Software dan program
komputer sumber terbuka yang biasanya disebut dengan Open Source Software
(OSS). Program komputer ini sering disalah kaprahkan sebagai program komputer
sumber tertutup, walaupun sebetulnya terdapat beberapa perbedaan yang mendasar di
antara kedua pendekatan tersebut. Pada Dasarnya, program komputer yang bersifat
terbuka lebih mengutamakan hal fundamental kebebasan, sedangkan program
komputer yang bersifat sumber tertutup lebih mengutamakan kepraktisan
pemanfaatan program komputer itu sendiri. Konsep program komputer kode terbuka
(Open Source Software) pada intinya adalah membuka kode sumber (Source Code)
dari sebuah perangkat lunak. Konsep Ini terasa aneh pada awalnya dikarenakan kode
sumber merupakan kunci dari sebuah perangkat lunak. Dengan Diketahui logika yang
ada di kode sumber, maka orang lain semestinya dapat membuat perangkat lunak
yang sama fungsinya. Open Source hanya sebatas itu. Artinya, tidak harus gratis. Kita
bisa saja membuat perangkat lunak yang kita buka kode sumbernya, mematenkan
algoritmanya,mendaftarkan hak cipta dan tetap menjual perangkat lunak tersebut
secara komersial (alias tidak gratis).

11
F. MANFAAT OPEN SOURCE

Muzid & Munir (2006) menjelaskan manfaat yang dapat dihasilkan dan dirasakan atas
penggunaan software open source, antara lain :

1. Kesempatan bagi tenaga kerja lokal


Open Source memberikan kendali penggunaan sepenuhnya terhadap sistem
operasi dari teknologi yang mereka gunakan. Penyediaan jasa lebih fokus
daripada penjualan lisensi pada model bisnis Open Source. Jelas hal ini
membuat terbuka kesempatan bagi tenaga kerja lokal yang dapat
memanfaatkan-nya. Lokasi yang dekat dengan customer memungkinkan
persaingan harga dan pelayanan yang lebih baik, daripada dengan pember
ijazah dari luar negeri. Secara umum, model Open Source memberikan
keuntungan utama bagi pelaku bisnis TI lokal yaitu:
● Lebih dekat kepada customer
● Customer yang lebih luas

Di samping partisipasi yang dapat dilakukan tenaga kerja lokal pada


penyediaan jasa, terbuka juga kesempatan untuk berpartisipasi dalam hal
lainnya, misal:
● Menerbitkan tulisan, majalah atau buku,
● Membuat dokumentasi dari program tersebut,
● Mencoba program dan memberikan laporan bug,
● Mendefinisikan requirement dari suatu program ,dan
● Membuat program

2. Mendorong perbaikan SDM


Seperti telah dipahami bersama, untuk mendapatkan pengetahuan open source
(seperti Linux) membutuhkan waktu dan tingkat kesulitan yang lebih tinggi
untuk mempelajarinya. Linux sendiri dibuat bagi orang-orang yang ingin
mempelajari untuk menggunakannya. Linux sangat tepat jika dimanfaatkan
dalam lingkungan yang menghendaki perbaikan kualitas SDM melalui
pendidikan. Hal ini dikarenakan sifat pengetahuannya yang tidak spesifik
terhadap suatu produk tertentu. Bukankah tugas utama dari pendidikan adalah
menyediakan kemampuan general, bukan keterampilan khusus menggunakan
suatu produk tertentu. Seorang yang memiliki keterampilan membaca buku
akan dengan mudah membaca komik, tetapi tidak sebaliknya.

3. Pengakuan SDM Indonesia di dunia Internasional


Salah satu masalah terbesar Indonesia dalam era persaingan global adalah
lemahnya kualitas SDM. Kemampuan tenaga kerja TI dari Indonesia Di dunia
internasional masih belum sepenuhnya dipercaya. Pola pengembangan
software open source seperti pada GNU/Linux memberikan harapan cerah
untuk memperkenal-kan kemampuan para tenaga kerja TI Indonesia di pasar
dunia. Berbagai hambatan tersebut dapat diatasi dengan memanfaatkan pola
pendekatan Open Source.

Dengan berpartisipasi dalam proyek Open Source berarti programmer telah


menimba pengalaman dan berpartisipasi dalam proyek besar .Mereka yang

12
terlibat dalam proyek Open Source Akan mendapat "bayaran tambahan''
berupa apresiasi publik, tukar menukar pikiran, pengaruh yang baik pada
metoda desain mendatang. Bagi Perusahaan yang ingin mengontrak
parapengembang tersebut, paradigma Open Source Menyebabkan mereka
tidak perlu sulit membuktikan kualifikasi dengan pola konvensional, misal
reference, atau proses interview yang memakan waktu. Cukup dari hasil kerja
dan reputasi dari programmer atau kelompok developer tersebut. Artinya,
yang menerima keuntungan bukan saja programmer tetapi juga pihak yang
ingin mempekerjakan mereka.

G. LISENSI OPEN SOURCE

Menurut Hadiana (2009) Walaupun OSS (Open Source Software) bersifat gratis,
namun dari aspek lisensinya itu sendiri, OSS itu bukan berarti tanpa lisensi. Lisensi
itu tetap ada, tetapi sifatnya berbeda dengan software proprietary yang langsung
dikenai biaya jika memakainya. Lisensi software Open Source itu sendiri sangat
beragam, khususnya yang termasuk ke dalam General Public License (GPL) tidak
akan dikenakan biaya sedikitpun, namun demikian agreement dari masing-masing
OSS yang akan dipakai tetap harus diperhatikan, karena walaupun sifatnya gratis,
tetapi dalam beberapa OSS ada yang bersifat gratis bersyarat. Oleh karena itu, untuk
menghindari kesalahan persepsi yang mungkin terjadi dikemudian hari yang
menyebabkan kerugian pada si pengguna, maka agreement dalam setiap penggunaan
salah satu software dari OSS sebaiknya diperhatikan dengan seksama, terutama
apabila digunakan untuk kepentingan bisnis.

Dari aspek hak kekayaan intelektual (HAKI), OSS tetap harus mempertahankan
HAKI dari masing-masing software, sambil tetap menjaga prinsip software tanpa
bayar. Oleh karena itu bagi para developer OSS harus memperhatikan kode etik
pembuatan software untuk mencegah tindakan plagiat terhadap software yang dibuat
oleh pihak lain. Sebab tanpa menjaga kode etik seperti ini maka akan terjadi
kebebasan yang disalah artikan atau kebablasan yang justru akan menghambat dunia
Open Source.
Jika para pengguna ingin memberikan sumbangan sebagai kompensasi atas nilai
manfaat yang diperoleh dari penggunaan OSS, maka dapat menyalurkannya dengan
kapasitas sebagai donatur kepada lembaga Open Source, dimana dana tersebut
digunakan untuk pengembangan dan kemajuan OSS itu sendiri agar lebih bermanfaat.

H. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN OPEN SOURCE

Muzid & Munir (2006) Berikut kelebihan dan kekurangan open source :

a. Kelebihan
Bagi pengembang software (Raharjo, 2002) :
● Merupakan media pembelajaran software.
● Kesempatan untuk mengembangkan software open source, artinya
suatu program yang dibuat programmer tidak perlu disusun ulang
orang lain, tetapi cukup disempurnakan dan cukup memikirkan untuk
membuat program yang baru lagi.
● Software open source dikembangkan dengan sistem bazar, yaitu dibuat
secara gotong-royong oleh para programmer dari seluruh dunia. Tidak

13
terbatas oleh kelompok atau perusahaan tertentu, sehingga
pengembangan software open source menjadi sangat cepat maju.
● Kesalahan (bugs, error) lebih cepat ditemukan dan diperbaiki. Karena
jumlah developernya sangat banyak dan tidak dibatasi. Kemungkinan
untuk mendeteksi bugs lebih besar. Visual inspection (eye-balling)
merupakan salah satu metodologi pencarian bugs yang paling efektif.
Selain itu, karena source code tersedia, maka setiap orang dapat
mengusulkan perbaikan tanpa harus menunggu dari vendor. "Given
enough eyeballs, all bugs are shallow.” (Linus Torvalds,1991).

Bagi Pengguna :
● Dapat menjaga investasinya dan tidak tergantung pada sebuah vendor.
● Lebih memahami kerja suatu software, sehingga tidak tergantung pada
dokumentasi yang tersedia.
● Dapat memindahkan software ke sistem operasi yang lain atau yang
baru atau pada hardware yang berbeda.
● Kita bebas untuk menyalin, menginstal, ataupun memberikan kepada
orang lain, tanpa perlu melanggar hukum.
● Hemat biaya. Sebagian besar developer tidak dibayar/digaji. Biaya
dapat dihemat dan digunakan untuk pengeluaran yang tidak dapat
ditunda, seperti misalnya membeli server untuk hosting web.

b. Kekurangan
Beberapa kekurangan software open source, antara lain (Raharjo, 2002):
● Kurangnya SDM untuk memanfaatkan open source. Salah satu
keuntungan utama dari gerakan open source adalah adanya
ketersediaan source code. Namun ketersediaan ini menjadi sia-sia
apabila SDM yang ada tidak dapat menggunakannya, tidak dapat
mengerti source code tersebut. SDM yang ada ternyata hanya mampu
menggunakan produk saja. Jika demikian, maka tidak ada bedanya
produk open source dan yang proprietary dan tertutup.
● Tidak adanya proteksi terhadap HAKI. Kebanyakan orang masih
menganggap bahwa source code merupakan aset yang harus dijaga
kerahasiaannya. Hal ini dikaitkan dengan besarnya usaha yang sudah
dikeluarkan untuk membuat produk tersebut. Karena sifat yang
terbuka, open source dapat di-abuse oleh siapapun untuk mencuri ide
dan karya orang lain.
● Kredibilitas para pengembang software open source. Karena sifat
pengembangan yang gotong royong akan banyak pengembang yang
mengembangkan tanpa terkordinasi.
● Tidak adanya proses pemasaran dan umpan balik sehingga
pengembangannya lebih didominasi oleh keinginan para pengguna
yang mahir.
● Tidak memiliki strategi ke depan. Salah satu masalah lain ialah
proyek-proyek open source belum memiliki strategi ke depan. Meski
perbaikan yang terjadi saat ini sangat baik, tidak ada komitmen
apa-apa dalam bentuk organisasi oleh siapapun mengenai masa depan
produk open source.

14
I. PENGARUH OPEN SOURCE DALAM MENGURANGI PEMBAJAKAN
SOFTWARE

Terdapat dua pilihan untuk menggunakan perangkat lunak. Pertama adalah membeli
proprietary software yang sudah jadi dan siap dipakai. Pilihan kedua adalah
menggunakan open source software (OSS). Pilihan pertama mewajibkan
pengguna untuk membayar lisensi dari perangkat lunak yang digunakan.
Sementara pada pilihan kedua,open source software bersifat free. (Sari, 2008)

Solusi menggunakan open source software bagi negara berkembang seperti


Indonesia, seolah menjadi solusi yang mujarab. Negara Indonesia tidak ingin
selalu menjadi negara dengan tingkat pembajakan perangkat lunak yang tinggi.
Predikat yang buruk ini dapat merugikan Indonesia di berbagai bidang dalam
kancah dunia internasional. (Sari, 2008)

Menurut Muzid & Munir (dalam Widoyo, 2004) dalam mengurangi tindakan
pembajakan serta peredaran software bajakan, pemerintah Indonesia telah melakukan
peluncuran program yang bernama ”Indonesia Go Open Source (IGOS)” yaitu:

1. Software open source merupakan salah satu isu global dalam Information
Communication and Technology (ICT).
2. Mengatasi meningkatnya pembajakan software dan berlakunya UU Hak Atas
Kekayaan Intelektual (HAKI).
3. Adanya kesenjangan teknologi informasi antara negara berkembang dengan
negara maju.
4. Kesepakatan World Summit on Information Society (WSIS) pada Desember
2003, di mana pemerintah bersama swasta bekerja sama dalam pengembangan
software open source.
5. Hasil kajian dari The United Nation Conference on Trade Development
(UNCTAD) tahun 2003, di mana negara berkembang direkomendasikan untuk
mengadopsi software open source

Menurut program IGOS, salah satu alasan penggunaan open source adalah mengatasi
meningkatnya pembajakan software. Sedangkan, menurut Wahid (2004),
pemasyarakatan penggunaan software open source merupakan salah satu hal yang
bisa digunakan untuk mengurangi pembajakan software. (Muzid & Munir, 2006)

Meskipun open source software dapat dijadikan alternatif untuk menghindari software
bajakan tetapi menurut hasil penelitian yang dilakukan kepada mahasiswa Muzid &
Munir, (2006) penggunaan software open source tidak mengurangi tingkat
pembajakan software (54.25%). Sedangkan sisanya menyatakan persentase
pembajakan software yang dilakukannya berkurang karena penggunaan software
open source.

Menurut kurniawan, dkk. (2014) Kejelasan lainnya untuk menghindari ataupun


menanggulangi suatu pembajakan program komputer adalah terlihatnya dari surat
edaran nomor:SE/01/M.PAN/3/2009 tentang pemanfaatan perangkat lunak legal dan
open source software (OSS). Adapun isinya sebagai berikut :

15
1. Melakukan pengecekan penggunaan perangkat lunak di lingkungannya dan
menghapus semua perangkat lunak tidak legal, dan selanjutnya menggunakan
free open source (FOSS) yang berlisensi bebas dan legal sebagai pengganti
perangkat lunak tidak legal. Hal tersebut perlu dilakukan guna menghindari
terganggunya pelayanan publik akibat pelanggaran Undang-undang Nomor 19
Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
2. Dalam rangka mempercepat penggunaan perangkat lunak legal di Indonesia,
maka diwajibkan kepada instansi pemerintah untuk menggunakan perangkat
lunak open source guna menghemat anggaran pemerintah.
3. Untuk mendorong penggunaan free Open Source (FOSS), pemerintah telah
mendeklarasikan gerakan Indonesia Go Open Source atau IGOS-I pada
tanggal 30 Juni 2004 yang ditandatangani 5 (lima) menteri, yaitu menteri
negara pendayagunaan aparatur negara, menteri pendidikan nasional, menteri
hukum dan HAM dan menteri komunikasi dan informatika. Selanjutnya pada
tanggal 27 mei 2008, dilakukan deklarasi IGOS-II yang penggunaannya
diperluas meliputi 18 (delapan belas) kementerian dan Lembaga Pemerintah
Non Departemen (LPND).
4. Untuk memudahkan instansi pemerintah melakukan pemanfaatan FOSS,
diharapkan pimpinan instansi atau pejabat yang ditunjuk diminta
menghubungi Kementerian Negara Riset dan teknologi c.q Deputi Bidang
Pendayagunaan dan Pemasyarakatan IPTEK dan Departemen Komunikasi dan
Informatika c.q Direktorat Jenderal Aplikasi dan Telematika.
5. Diharapkan paling lambat tanggal 31 Desember 2011 seluruh instansi
pemerintah sudah menerapkan penggunaan perangkat lunak legal. Untuk itu
diharapkan instansi masing-masing mengatur agenda pentahapan untuk
mencapai target selesai tahun 2011. Anggaran yang berkaitan dengan kegiatan
dimaksud dibebankan kepada anggaran instansi masing-masing.
6. Pimpinan instansi agar melakukan pengaturan dan pemantauan terhadap
pemanfaatan perangkat lunak legal di lingkungan instansi masing-masing

Dalam pelaksanaan ada beberapa kendala yang diungkap Muzid & Munir (2006) dari
hasil penelitiannya. Beberapa Kendala yang dihadapi responden antara lain:

● harus mulai belajar dari awal


● kesulitan mendapatkan
● software open source
● panduan yang masih jarang
● ragam aplikasi software open source masih kurang
● dan sulit dalam instalasinya

16
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pembajakan software di Indonesia sudah lumrah terjadi bahkan menurut Business


Software Alliance (BSA) sekitar 83 persen perusahaan Indonesia menggunakan
software bajakan hal ini disebabkan minimnya kesadaran akan hak kekayaan
intelektual berbagai cara untuk mengurangi pembajakan software ini mulai dari aturan
Undang-Undang sampai dengan ajakan untuk memakai software gratis, akan tetapi ini
masih sulit diterapkan karena mudahnya mendapatkan software, harga asli software
yang menurut sebagian masyarakat terlalu mahal dan juga kurangnya kesadaran akan
hak kekayaan intelektual.

Open Source Software adalah software terbuka yang artinya dalam pendistribusian
bersama dengan source code nya, software jenis ini umumnya didistribusikan secara
gratis. Open Source Software bisa jadi alternatif lain dari software bajakan, tetapi
meskipun mudah didapatkan secara gratis ternyata open source software ini masih
kurang berpengaruh dalam mengurangi software bajakan berdasarkan hasil penelitian
Muzid & Munir (2006).

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas saran yang diberikan harus adanya peraturan khusus
untuk menangani pembajakan software ini dan melakukan penyuluhan di masyarakat
untuk memakai software original, tidak hanya masyarakat tetapi instansi-instansi juga
harus mulai memakai software original demi menghargai kerja developer. Penyuluhan
penggunaan Open Source Software dapat menjadi alternatif karena jenis software ini
bisa didapatkan secara gratis tanpa melanggar hak kekayaan intelektual.

17
DAFTAR PUSTAKA

CNN Indonesia. (2019) "83 Persen Perusahaan Indonesia Pakai Software Bajakan". Diakses
melalui
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20191024124924-185-442522/83-persen-perusahaa
n-indonesia-pakai-software-bajakan

Sari, Nuzulia K. "Open Source Sebagai Alternatif Pengurangan Pelanggaran Hak Cipta
Program Komputer Di Indonesia." Jurnal Law Reform, vol. 4, no. 1, 2008, pp. 31-43

Kurniawan, Indra Triarto dkk., "Tinjauan Yuridis Open Source Pada Program Komputer
Linux Ditinjau dari Undang-undang nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta" Artikel
Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2014. Universitas Jember (UNEJ).

Muzid, Syafiul & Munir, Mishbahul. "PENGARUH PENGGUNAAN SOFTWARE OPEN


SOURCE TERHADAP PEMBAJAKAN SOFTWARE: PERSPEKTIF MAHASISWA"
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2006 (SNATI 2006) Yogyakarta, 17 Juni
2006. Universitas Islam Indonesia

Basrul & Ahmadian, Hendri. "Overview Of Pirated Software On Campus: Educators'


Perspective" Cyberspace: Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi Volume 4, Nomor 2,
Oktober 2020, 118-128

Hadiana, Ana. "PERANAN OPEN SOURCE SOFTWARE (OSS) DALAM


PERKEMBANGAN TIK" Media Informatika Vol. 8 No. 3 (2009)

Hadi, Ismet, dkk. "STUDI ANALISIS HUKUM FORMIL PEMBAJAKAN SOFTWARE


KOMPUTER BERDASAR UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG
HAK CIPTA" Jurnal Ilmiah Media Publikasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi vol. 9 nomor 1
Tahun 2020

Setiawan, Joko. "ANALISIS PENGARUH PEMBAJAKAN DIGITAL DI KALANGAN


MAHASISWA PADA KAMPUS GICI BUSINESS SCHOOL BATAM" Volume 5 No. 2
November 2017

18

Anda mungkin juga menyukai