OLEH:
Ikhlash Mulyanurahman
(217200012)
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA
2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut Nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis
panjatkan Puji dan Syukur atas Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat-Nya
sehingga penulis bisa menyelesaikan Karya Ilmiah ini.
Tidak lupa penulis ucapkan Terima kasih kepada Dosen mata kuliah Etika Profesi yang telah
membimbing dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Juga tidak lupa penulis ucapkan Terima
kasih kepada teman-teman yang telah membantu memberi masukan dalam menyelesaikan
karya ilmiah ini.
Karya ilmiah ini berjudul "pengaruh open source terhadap mengurangi pelanggaran hak
kekayaan intelektual software" yang harapannya dapat memberi pengetahuan tentang
pengaruh open source.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam karya ilmiah ini, oleh karena itu kritik dan
saran senantiasa diharapkan demi perbaikan karya ilmiah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. IDENTIFIKASI MASALAH
C. RUMUSAN MASALAH
D. TUJUAN PENULISAN
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SOFTWARE
B. PEMBAJAKAN SOFTWARE
C. HUKUM PEMBAJAKAN SOFTWARE
D. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN SOFTWARE
BAJAKAN
E. PENGERTIAN OPEN SOURCE
F. MANFAAT OPEN SOURCE
G. LISENSI OPEN SOURCE
H. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN OPEN SOURCE
I. PENGARUH OPEN SOURCE DALAM MENGURANGI PEMBAJAKAN
SOFTWARE
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembajakan software banyak terjadi di Indonesia, hal ini disebabkan karena masih
minimnya kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai hak dan kekayaan intelektual
yang terdapat pada setiap software yang digunakan. Di sisi lain, harga software legal
masih terlalu mahal dan di luar jangkauan kebanyakan pengguna di Indonesia. (Muzid
& Munir, 2006).
Open source software adalah software terbuka, artinya saat didistribusikan, source
code nya pun ikut didistribusikan sehingga dapat dikembangkan kembali oleh semua
pengguna dna biasanya software jenis ini didistribusikan dengan gratis sehingga
dapat menjadi salah satu alternatif untuk menghindari software bajakan.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan identifikasi masalah sebagai
berikut.
1. Banyaknya pembajakan software di Indonesia
2. Minimnya kesadaran masyarakat terhadap hak dan kekayaan intelektual
3. Open Source Software dapat menjadi salah satu alternatif
C. RUMUSAN MASALAH
D. TUJUAN PENULISAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SOFTWARE
Software adalah program yang berisi kumpulan perintah untuk mengerjakan suatu
proses olah data. Software menghubungkan orang yang menggunakan komputer
(user) dengan hardware dan berfungsi untuk menerjemahkan bahasa user menjadi
bahasa mesin sehingga dapat dipahami oleh komputer terkait perintah yang
diperlukan oleh pengguna dan menampilkan hasil yang sesuai instruksinya. (Basrul &
Ahmadian, 2020)
Dalam kamus istilah komputer disebutkan bahwa software adalah Program komputer
yang dibuat untuk mengerjakan atau menyelesaikan masalah-masalah khusus,
misalnya program pengolahan kata. Komputer tidak mungkin bisa bekerja tanpa
adanya program yang dimasukkan ke dalamnya, program ini bisa berupa prosedur
pengoperasian dari komputer itu sendiri ataupun prosedur dalam hal pemrosesan data.
Program-program inilah yang disebut software. Dalam arti yang luas, software bisa
diartikan sebagai prosedur pengoperasian, contohnya proses pemasukan dokumen ke
dalam disk, lagu yang sedang diputar dan lain-lain. (Hadi, dkk. 2020)
Menurut Kurniawan, dkk. (2014) Hingga saat ini software terus dikembangkan
sehingga muncul berbagai jenis software yang dapat dikelompokkan berdasarkan
distribusinya diantaranya.
B. PEMBAJAKAN SOFTWARE
Software piracy diartikan sebagai pembajakan yang ilegal, di mana sebuah organisasi
mengembangkan software untuk mempermudah seseorang melakukan kegiatan kerja
maupun tugas perkuliahan, tetapi selalu disalah gunakan dengan menduplikasi
software tersebut untuk menghindari biaya (Setiawan, dalam Straub & Collins, 1990).
5
teknologi dirasakan turut mempermudah terjadinya pembajakan. (Muzid & Munir,
2006).
2. Under Licensing
Jenis pembajakan software yang tergolong pada Under Licensing adalah
pembajakan software yang biasanya dilakukan oleh perusahaan yang
mendaftarkan lisensi untuk sejumlah tertentu, tetapi pada kenyataanya
software tersebut dipasang (install) untuk jumlah yang berbeda dengan lisensi
yang dimilikinya. Biasanya dipasang lebih banyak dari jumlah lisensi yang
dimiliki perusahaan tersebut. Misalnya, suatu perusahaan perminyakan
membeli lisensi produk Autocad dari perusahaan Autodesk. Perusahan
tersebut membeli 25 lisensi produk Autocad untuk komputer di
perusahaannya. Pada kenyataannya, komputer yang diinstall bukan lagi 25,
melainkan sudah 40 unit. Dalam hal ini perusahaan telah melakukan
pelanggaran hak cipta atau pembajakan software dengan kategori Under
Licensing untuk kelebihan 15 unit komputer yang digunakan.
3. Counterfeiting
Jenis pembajakan software yang tergolong pada Counterfeiting adalah
pembajakan software yang biasanya dilakukan oleh perusahaan pembuat
software-software bajakan dengan cara memalsukan kemasan produk
(Packaging) yang dibuat sedemikian rupa mirip sekali dengan produk aslinya.
Seperti CD Installer, Manual Book, Dus (Packaging) dan lain-lain.
4. Mischanneling
Jenis pembajakan software yang tergolong pada Mischanneling adalah
pembajakan software yang biasanya dilakukan oleh suatu institusi yang
menjual produknya ke institusi lain dengan harga yang relatif lebih murah
dengan harapan mendapatkan keuntungan lebih (revenue) dari hasil penjualan
software tersebut. Contoh kasus misalnya jika ada sebuah kampus yang
6
menjalin kerjasama dengan pihak Microsoft Indonesia dengan membeli lisensi
produk Microsoft, misalnya Microsoft Windows 10 sebanyak 20 Lisensi.
Karena kampus merupakan salah satu institusi pendidikan maka mendapatkan
harga khusus dari Microsoft Indonesia untuk pembelian lisensi (Academic
License) atau biasa disebut Microsoft Volume License (MVL). Untuk
pembelian lisensi produk Microsoft Windows 10, pihak kampus hanya
membayar sebesar $ 100/lisensi. Kemudian untuk mendapatkan untung,
melalui koperasi mahasiswa atau koperasi karyawannya pihak kampus
menjual software Windows 10 berikut dengan lisensinya ke sebuah perusahan
dengan harga $ 110/lisensi. Padahal secara resmi kalau pihak perusahaan
membeli satu lisensi produk software Microsoft Windows 10 harus membayar
$ 120/ lisensi.
Pada suatu lisensi yang berkaitan dengan kekayaan intelektual terdapat tiga kategori,
yaitu Copyright (hak cipta), paten dan trademark (merek). (Basrul & Ahmadian,
2020) Pembajakan perangkat lunak (software) komputer pada hakekatnya adalah
pelanggaran terhadap hak cipta atau yang biasa disebut dengan Hak Kekayaan
Intelektual (HKI). (Hadi, dkk. 2020)
Menurut Hadi, dkk. (2020) Dalam kerangka ciptaan yang mendapatkan hak cipta,
setidaknya harus memperhatikan beberapa prinsip-prinsip dasar hak cipta, yaitu:
1. Yang dilindungi hak cipta yaitu adalah ide telah berwujud dan asli.
Salah satu prinsip yang paling fundamental dari perlindungan hak cipta adalah
konsep bahwa hak cipta hanya berkenaan dengan bentuk perwujudan dari
suatu ciptaan, sehingga tidak berkenaan atau tidak berurusan dengan
substansinya. Dari prinsip dasar ini telah melahirkan dua sub prinsip, yaitu :
● Suatu ciptaan harus memperhatikan keaslian (orisinil) untuk dapat
menikmati hak–hak yang diberikan undang-undang. Keaslian sangat
erat hubungannya dengan bentuk perwujudan suatu ciptaan.
● Suatu ciptaan, mempunyai hak cipta jika ciptaan yang bersangkutan
diwujudkan dalam bentuk tertulis atau bentuk material yang lain. Ini
berarti bahwa suatu ide atau suatu pikiran atau suatu gagasan atau
cita-cita belum merupakan suatu ciptaan.
7
Suatu ciptaan yang diumumkan maupun yang tidak diumumkan kedua-duanya
dapat memperoleh hak cipta.
4. Hak cipta suatu ciptaan merupakan suatu hak yang diakui hukum (legal right)
yang harus dipisahkan dan harus dibedakan dari penguasaan fisik suatu
ciptaan.
Dalam sejarah hukum positif Indonesia tindak pembajakan software komputer dapat
ditemukan dalam beberapa peraturan perundang-undangan, yaitu Undang-Undang
No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta secara tegas menyatakan bahwa program
komputer menjadi salah satu barang yang dilindungi. Program komputer yang
dimaksud dalam undang-undang ini adalah sekumpulan instruksi yang dinyatakan
dalam bentuk bahasa, kode, skema atau bentuk lain yang apabila digabungkan dengan
media yang mampu dibaca dengan komputer akan dapat membuat komputer bekerja
melakukan perintah-perintah tertentu atau untuk memperoleh hasil yang lebih spesifik
termasuk dalam merancangnya. (Hadi, dkk. 2020; Basrul & Ahmadian, 2020) Di
dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 juga mengatur perihal perlindungan hak
cipta ini. Menurut Ismet Hadi, dkk. (2020) hukum terkait tindakan pembajakan
software dijabarkan secara parsial dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 sebagai
berikut :
1) Pasal 1 butir 9 :
Program komputer adalah seperangkat instruksi yang diekspresikan dalam
bentuk bahasa, kode, skema atau dalam bentuk apapun yang ditujukan agar
komputer bekerja melakukan fungsi tertentu atau untuk mencapai hasil
tertentu.
2) Pasal 11 Ayat (2) :
Hak ekonomi untuk menyewakan ciptaan atau salinannya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf (i) tidak berlaku terhadap program
Komputer dalam hal program komputer tersebut bukan merupakan objek
esensial dari penyewaan. Yang dimaksud dengan "objek esensial" adalah
perangkat lunak komputer yang menjadi objek utama perjanjian penyewaan.
3) Pasal 40 Ayat (1) :
Ciptaan yang dilindungi meliputi ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan,
seni, dan sastra, terdiri atas:
a) Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua
hasil karya tulis lainnya;
b) Ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;
c) Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
d) Lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;
e) Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
8
f) Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,
kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;
g) Karya seni terapan;
h) Karya arsitektur;
i) Peta;
j) Karya seni batik atau seni motif lain;
k) Karya fotografi;
l) Potret;
m) Karya sinematografi;
n) Terjemahan, tafsir, saduran ,bunga rampai, basis data, adaptasi,
aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
o) Terjemahan, adaptasi, aransemem, transformasi, atau modifikasi
ekspresi budaya tradisional;
p) Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca
dengan program komputer maupun media lainnya;
q) Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut
merupakan karya yang asli.
r) Permainan video; dan
s) Program Komputer.
9
dan atau pidana denda paling banyak Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar
rupiah).
Menurut Ismet Hadi, dkk. (2020) meskipun sudah diatur dalam Undang-Undang
tetapi kenyataannya penanganan secara hukum ini masih sulit diterapkan karena
terbentur beberapa hal yang menjadi faktor banyaknya penggunaan software bajakan,
diantaranya.
Ada beberapa faktor lain yang menyebabkan pembajakan software dilakukan oleh
pengguna komputer. Harga software yang resmi atau original dijual dengan harga
yang terlalu tinggi sehingga hal tersebut menjadi salah satu faktor terjadinya
penggunaan software ilegal. Selain itu, kebutuhan untuk belajar dan bekerja serta
resiko akan ditangkap masih sangat kecil.
Solusi yang dapat dilakukan untuk meminimalisir permasalah tersebut dengan
melakukan penerapan undang-undang secara konsisten, memberantas penyebaran
software bajakan dan memberi penyuluhan terhadap penggunaan software gratis.
(Basrul & Ahmadian, 2020)
Open Source Software merupakan perangkat lunak yang bebas secara keseluruhan
untuk diakses, digunakan, maupun didistribusikan oleh siapapun. Pembuat dan
penyedia software tersebut menyediakan Source Code, dimana Source Code ini dapat
digunakan, dimodifikasi dan dikembangkan kembali sesuai dengan keinginan
pengguna itu sendiri. (Kurniawan, dkk. 2014)
Menurut Dyson (1998), Software Open Source didefinisikan sebagai perangkat lunak
yang dikembangkan secara gotong-royong tanpa koordinasi resmi, menggunakan
kode program yang tersedia secara bebas, serta didistribusikan melalui internet.
Menurut Stallman (1998), budaya gotong royong pengembangan perangkat lunak itu
sendiri ,telah ada sejak komputer pertama kali dikembangkan. Namun ketika dinilai
10
memiliki nilai komersial, pihak industri perangkat lunak mulai memaksakan konsep
mereka perihal kepemilikan perangkat lunak tersebut. Dengan dukungan finansial
yang kuat (secara sepihak) mereka membentuk opini masyarakat bahwa penggunaan
perangkat lunak tanpa izin/lisensi merupakan tindakan kriminal.
Software berlisensi open source selalu didistribusikan atau dapat diakses
bersama-sama dengan kode asalnya, umumnya secara gratis. (Muzid & Munir, 2006)
Kurniawan, dkk. (2020) menjelaskan Salah satu open source software yang terkenal
yaitu Linux. Keberadaan open source software ini sangat ditunjang oleh internet.
Mula-mula Open source software diambil dari internet kemudian digunakan oleh
orang dan diperbaiki apabila ada kesalahan. Hasil perbaikan dari open source ini
kemudian dipublikasikan kembali melalui internet yang memungkinkan orang lain
menggunakan dan
memperbaikinya. Dan begitulah seterusnya. Saat ini sangat mudah mendapatkan open
source software di internet.
Open source yang terdapat pada linux sudah bersifat legal, hanya saja sangat
disayangkan masyarakat masih menggunakan produk bajakan. Contohnya adalah
program komputer windows yang dapat diinstal di berbagai komputer, tanpa harus
membeli yang asli. Indonesia sendiri sudah banyak sekali ajakan untuk menggunakan
open source, karena bersifat legal dan dapat dikatakan sangat terjangkau.
Kemudahaan dalam keterjangkauan ini bahkan cukup dengan mengunduhnya di
internet untuk dapat dimiliki dan digunakan.
11
F. MANFAAT OPEN SOURCE
Muzid & Munir (2006) menjelaskan manfaat yang dapat dihasilkan dan dirasakan atas
penggunaan software open source, antara lain :
12
terlibat dalam proyek Open Source Akan mendapat "bayaran tambahan''
berupa apresiasi publik, tukar menukar pikiran, pengaruh yang baik pada
metoda desain mendatang. Bagi Perusahaan yang ingin mengontrak
parapengembang tersebut, paradigma Open Source Menyebabkan mereka
tidak perlu sulit membuktikan kualifikasi dengan pola konvensional, misal
reference, atau proses interview yang memakan waktu. Cukup dari hasil kerja
dan reputasi dari programmer atau kelompok developer tersebut. Artinya,
yang menerima keuntungan bukan saja programmer tetapi juga pihak yang
ingin mempekerjakan mereka.
Menurut Hadiana (2009) Walaupun OSS (Open Source Software) bersifat gratis,
namun dari aspek lisensinya itu sendiri, OSS itu bukan berarti tanpa lisensi. Lisensi
itu tetap ada, tetapi sifatnya berbeda dengan software proprietary yang langsung
dikenai biaya jika memakainya. Lisensi software Open Source itu sendiri sangat
beragam, khususnya yang termasuk ke dalam General Public License (GPL) tidak
akan dikenakan biaya sedikitpun, namun demikian agreement dari masing-masing
OSS yang akan dipakai tetap harus diperhatikan, karena walaupun sifatnya gratis,
tetapi dalam beberapa OSS ada yang bersifat gratis bersyarat. Oleh karena itu, untuk
menghindari kesalahan persepsi yang mungkin terjadi dikemudian hari yang
menyebabkan kerugian pada si pengguna, maka agreement dalam setiap penggunaan
salah satu software dari OSS sebaiknya diperhatikan dengan seksama, terutama
apabila digunakan untuk kepentingan bisnis.
Dari aspek hak kekayaan intelektual (HAKI), OSS tetap harus mempertahankan
HAKI dari masing-masing software, sambil tetap menjaga prinsip software tanpa
bayar. Oleh karena itu bagi para developer OSS harus memperhatikan kode etik
pembuatan software untuk mencegah tindakan plagiat terhadap software yang dibuat
oleh pihak lain. Sebab tanpa menjaga kode etik seperti ini maka akan terjadi
kebebasan yang disalah artikan atau kebablasan yang justru akan menghambat dunia
Open Source.
Jika para pengguna ingin memberikan sumbangan sebagai kompensasi atas nilai
manfaat yang diperoleh dari penggunaan OSS, maka dapat menyalurkannya dengan
kapasitas sebagai donatur kepada lembaga Open Source, dimana dana tersebut
digunakan untuk pengembangan dan kemajuan OSS itu sendiri agar lebih bermanfaat.
Muzid & Munir (2006) Berikut kelebihan dan kekurangan open source :
a. Kelebihan
Bagi pengembang software (Raharjo, 2002) :
● Merupakan media pembelajaran software.
● Kesempatan untuk mengembangkan software open source, artinya
suatu program yang dibuat programmer tidak perlu disusun ulang
orang lain, tetapi cukup disempurnakan dan cukup memikirkan untuk
membuat program yang baru lagi.
● Software open source dikembangkan dengan sistem bazar, yaitu dibuat
secara gotong-royong oleh para programmer dari seluruh dunia. Tidak
13
terbatas oleh kelompok atau perusahaan tertentu, sehingga
pengembangan software open source menjadi sangat cepat maju.
● Kesalahan (bugs, error) lebih cepat ditemukan dan diperbaiki. Karena
jumlah developernya sangat banyak dan tidak dibatasi. Kemungkinan
untuk mendeteksi bugs lebih besar. Visual inspection (eye-balling)
merupakan salah satu metodologi pencarian bugs yang paling efektif.
Selain itu, karena source code tersedia, maka setiap orang dapat
mengusulkan perbaikan tanpa harus menunggu dari vendor. "Given
enough eyeballs, all bugs are shallow.” (Linus Torvalds,1991).
Bagi Pengguna :
● Dapat menjaga investasinya dan tidak tergantung pada sebuah vendor.
● Lebih memahami kerja suatu software, sehingga tidak tergantung pada
dokumentasi yang tersedia.
● Dapat memindahkan software ke sistem operasi yang lain atau yang
baru atau pada hardware yang berbeda.
● Kita bebas untuk menyalin, menginstal, ataupun memberikan kepada
orang lain, tanpa perlu melanggar hukum.
● Hemat biaya. Sebagian besar developer tidak dibayar/digaji. Biaya
dapat dihemat dan digunakan untuk pengeluaran yang tidak dapat
ditunda, seperti misalnya membeli server untuk hosting web.
b. Kekurangan
Beberapa kekurangan software open source, antara lain (Raharjo, 2002):
● Kurangnya SDM untuk memanfaatkan open source. Salah satu
keuntungan utama dari gerakan open source adalah adanya
ketersediaan source code. Namun ketersediaan ini menjadi sia-sia
apabila SDM yang ada tidak dapat menggunakannya, tidak dapat
mengerti source code tersebut. SDM yang ada ternyata hanya mampu
menggunakan produk saja. Jika demikian, maka tidak ada bedanya
produk open source dan yang proprietary dan tertutup.
● Tidak adanya proteksi terhadap HAKI. Kebanyakan orang masih
menganggap bahwa source code merupakan aset yang harus dijaga
kerahasiaannya. Hal ini dikaitkan dengan besarnya usaha yang sudah
dikeluarkan untuk membuat produk tersebut. Karena sifat yang
terbuka, open source dapat di-abuse oleh siapapun untuk mencuri ide
dan karya orang lain.
● Kredibilitas para pengembang software open source. Karena sifat
pengembangan yang gotong royong akan banyak pengembang yang
mengembangkan tanpa terkordinasi.
● Tidak adanya proses pemasaran dan umpan balik sehingga
pengembangannya lebih didominasi oleh keinginan para pengguna
yang mahir.
● Tidak memiliki strategi ke depan. Salah satu masalah lain ialah
proyek-proyek open source belum memiliki strategi ke depan. Meski
perbaikan yang terjadi saat ini sangat baik, tidak ada komitmen
apa-apa dalam bentuk organisasi oleh siapapun mengenai masa depan
produk open source.
14
I. PENGARUH OPEN SOURCE DALAM MENGURANGI PEMBAJAKAN
SOFTWARE
Terdapat dua pilihan untuk menggunakan perangkat lunak. Pertama adalah membeli
proprietary software yang sudah jadi dan siap dipakai. Pilihan kedua adalah
menggunakan open source software (OSS). Pilihan pertama mewajibkan
pengguna untuk membayar lisensi dari perangkat lunak yang digunakan.
Sementara pada pilihan kedua,open source software bersifat free. (Sari, 2008)
Menurut Muzid & Munir (dalam Widoyo, 2004) dalam mengurangi tindakan
pembajakan serta peredaran software bajakan, pemerintah Indonesia telah melakukan
peluncuran program yang bernama ”Indonesia Go Open Source (IGOS)” yaitu:
1. Software open source merupakan salah satu isu global dalam Information
Communication and Technology (ICT).
2. Mengatasi meningkatnya pembajakan software dan berlakunya UU Hak Atas
Kekayaan Intelektual (HAKI).
3. Adanya kesenjangan teknologi informasi antara negara berkembang dengan
negara maju.
4. Kesepakatan World Summit on Information Society (WSIS) pada Desember
2003, di mana pemerintah bersama swasta bekerja sama dalam pengembangan
software open source.
5. Hasil kajian dari The United Nation Conference on Trade Development
(UNCTAD) tahun 2003, di mana negara berkembang direkomendasikan untuk
mengadopsi software open source
Menurut program IGOS, salah satu alasan penggunaan open source adalah mengatasi
meningkatnya pembajakan software. Sedangkan, menurut Wahid (2004),
pemasyarakatan penggunaan software open source merupakan salah satu hal yang
bisa digunakan untuk mengurangi pembajakan software. (Muzid & Munir, 2006)
Meskipun open source software dapat dijadikan alternatif untuk menghindari software
bajakan tetapi menurut hasil penelitian yang dilakukan kepada mahasiswa Muzid &
Munir, (2006) penggunaan software open source tidak mengurangi tingkat
pembajakan software (54.25%). Sedangkan sisanya menyatakan persentase
pembajakan software yang dilakukannya berkurang karena penggunaan software
open source.
15
1. Melakukan pengecekan penggunaan perangkat lunak di lingkungannya dan
menghapus semua perangkat lunak tidak legal, dan selanjutnya menggunakan
free open source (FOSS) yang berlisensi bebas dan legal sebagai pengganti
perangkat lunak tidak legal. Hal tersebut perlu dilakukan guna menghindari
terganggunya pelayanan publik akibat pelanggaran Undang-undang Nomor 19
Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
2. Dalam rangka mempercepat penggunaan perangkat lunak legal di Indonesia,
maka diwajibkan kepada instansi pemerintah untuk menggunakan perangkat
lunak open source guna menghemat anggaran pemerintah.
3. Untuk mendorong penggunaan free Open Source (FOSS), pemerintah telah
mendeklarasikan gerakan Indonesia Go Open Source atau IGOS-I pada
tanggal 30 Juni 2004 yang ditandatangani 5 (lima) menteri, yaitu menteri
negara pendayagunaan aparatur negara, menteri pendidikan nasional, menteri
hukum dan HAM dan menteri komunikasi dan informatika. Selanjutnya pada
tanggal 27 mei 2008, dilakukan deklarasi IGOS-II yang penggunaannya
diperluas meliputi 18 (delapan belas) kementerian dan Lembaga Pemerintah
Non Departemen (LPND).
4. Untuk memudahkan instansi pemerintah melakukan pemanfaatan FOSS,
diharapkan pimpinan instansi atau pejabat yang ditunjuk diminta
menghubungi Kementerian Negara Riset dan teknologi c.q Deputi Bidang
Pendayagunaan dan Pemasyarakatan IPTEK dan Departemen Komunikasi dan
Informatika c.q Direktorat Jenderal Aplikasi dan Telematika.
5. Diharapkan paling lambat tanggal 31 Desember 2011 seluruh instansi
pemerintah sudah menerapkan penggunaan perangkat lunak legal. Untuk itu
diharapkan instansi masing-masing mengatur agenda pentahapan untuk
mencapai target selesai tahun 2011. Anggaran yang berkaitan dengan kegiatan
dimaksud dibebankan kepada anggaran instansi masing-masing.
6. Pimpinan instansi agar melakukan pengaturan dan pemantauan terhadap
pemanfaatan perangkat lunak legal di lingkungan instansi masing-masing
Dalam pelaksanaan ada beberapa kendala yang diungkap Muzid & Munir (2006) dari
hasil penelitiannya. Beberapa Kendala yang dihadapi responden antara lain:
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Open Source Software adalah software terbuka yang artinya dalam pendistribusian
bersama dengan source code nya, software jenis ini umumnya didistribusikan secara
gratis. Open Source Software bisa jadi alternatif lain dari software bajakan, tetapi
meskipun mudah didapatkan secara gratis ternyata open source software ini masih
kurang berpengaruh dalam mengurangi software bajakan berdasarkan hasil penelitian
Muzid & Munir (2006).
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas saran yang diberikan harus adanya peraturan khusus
untuk menangani pembajakan software ini dan melakukan penyuluhan di masyarakat
untuk memakai software original, tidak hanya masyarakat tetapi instansi-instansi juga
harus mulai memakai software original demi menghargai kerja developer. Penyuluhan
penggunaan Open Source Software dapat menjadi alternatif karena jenis software ini
bisa didapatkan secara gratis tanpa melanggar hak kekayaan intelektual.
17
DAFTAR PUSTAKA
CNN Indonesia. (2019) "83 Persen Perusahaan Indonesia Pakai Software Bajakan". Diakses
melalui
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20191024124924-185-442522/83-persen-perusahaa
n-indonesia-pakai-software-bajakan
Sari, Nuzulia K. "Open Source Sebagai Alternatif Pengurangan Pelanggaran Hak Cipta
Program Komputer Di Indonesia." Jurnal Law Reform, vol. 4, no. 1, 2008, pp. 31-43
Kurniawan, Indra Triarto dkk., "Tinjauan Yuridis Open Source Pada Program Komputer
Linux Ditinjau dari Undang-undang nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta" Artikel
Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2014. Universitas Jember (UNEJ).
18