Anda di halaman 1dari 3

Jenis-Jenis Teks Ulasan

Ada tiga jenis teks ulasan yang perlu kamu ketahui. Apa saja? Berikut pembahasannya:
1. Teks Ulasan Informatif
Teks ulasan informatif adalah teks yang berisi gambaran singkat, umum, dan padat dari suatu karya. Ulasan
jenis ini hanya menjelaskan bagian-bagian penting dari suatu karya untuk menekankan kelebihan dan
kekurangan karya yang diulas.
2. Teks Ulasan Deskriptif
Teks ulasan deskriptif adalah teks yang berisi pembahasan secara mendetail di setiap bagian suatu karya.
Ulasan deskriptif biasanya digunakan untuk mengulas karya fiksi. Tujuannya, untuk mendapatkan gambaran
yang jelas tentang manfaat, informasi, dan kekuatan gagasan yang disalurkan oleh penulis.
3. Teks Ulasan Kritis
Teks ulasan kritis adalah tes yang berisi kritik terhadap suatu karya dengan mengacu pada ilmu
pengetahuan tertentu. Ulasan kritis harus dibuat dengan objektif dan kritis, bukan hanya berdasarkan pendapat
pengulas saja ya.

Struktur Teks Ulasan


Secara struktur, pola penulisan teks ulasan terdiri atas beberapa bagian berikut ini:
1. Identitas
Pada bagian ini, kamu wajib mencantumkan identitas karya selengkap dan sejelas-jelasnya seperti gambar
atau foto karya yang diulas, lengkap dengan rincian karyanya.
Misalnya, untuk buku, identitas yang bisa dimasukkan antara lain seperti judul buku, nama pengarang, jumlah
halaman, nama penerbit, tahun terbit, hingga ukuran dimensi buku. Apabila yang diulas adalah film, kamu
bisa memasukkan judul film, sutradara, pemain, penulis skenario, nama rumah produksi, hingga durasi di
bagian identitas.
2. Orientasi
Dalam struktur orientasi ini dijelaskan mengenai pentingnya sebuah karya yang diulas. Di bagian ini, kamu
bisa menjelaskan tentang popularitas karya seperti penghargaan atau predikat lain yang pernah berhasil
didapatkan.
3. Sinopsis
Struktur ketiga yaitu sinopsis, berisi tentang ringkasan dari isi karya yang diulas. Apabila yang diulas
berupa novel, film atau pementasan drama, sinopsisnya bisa berupa jalan cerita dari suatu karya. Kalau yang
diulas berupa lagu atau karya nonfiksi, sinopsisnya dapat berupa rangkuman isi karya secara garis besar.
4. Analisis
Analisis berisi paparan tentang keberadaan unsur-unsur karya. Pada ulasan novel, film, atau drama,
analisisnya dapat berupa penjelasan tentang unsur intrinsik, seperti tema, tokoh, latar, dan alurnya. Untuk
ulasan lagu, kamu bisa memasukkan unsur analisis, seperti estetika dan komposisinya.
5. Evaluasi
Bagian evaluasi pada teks ulasan berisi penjelasan tentang kelebihan dan kekurangan suatu karya.
Kelebihan dan kekurangan yang disampaikan bisa dilihat dari isi, tampilan, dan bahasa yang digunakan. Di
bagian ini, kamu juga bisa memberikan penutup dengan kesimpulan tentang penilaian akhir karya.

Teks ulasan memiliki struktur yang berfungsi sebagai kerangka yang membangun teks ulasan menjadi teks yang utuh.
Struktur teks ulasan ini terdiri dari 4 bagian, yaitu:
1. Orientasi
Orientasi merupakan bagian pertama dari struktur teks ulasan. Bagian ini memuat penjelasan mengenai
gambaran umum pada suatu karya ataupun objek tertentu yang akan dibahas oleh penulis.
Di bagian orientasi ini, penulis akan menjelaskan mengenai apa saja yang akan dibahas penulis dalam teks
ulasan.
2. Tafsiran
Tafsiran adalah bagian struktur kedua dari teks ulasan. Bagian ini umumnya memuat berisi penjelasan detail
mengenai sebuah karya yang diulas, meliputi apa saja bagiannya, keunikan, keunggulan, kualitas, serta
berbagai penjelasan lainnya.
3. Evaluasi
Struktur ketiga dari sebuah teks ulasan adalah evaluasi. Bagian evalasi ini umumnya berisi pandangan dari
penulis terkait karya atau objek yang diulas. Pada bagian ini penulis biasanya lebih menekankan pada
kelebihan atau kekurangannya.
Melalui bagian evaluasi dalam sebuah teks ulasan, pembaca jadi bisa tahu kelebihan dan kekurangan suatu
karya atau objek sehingga pembaca dapat menentukan apakah karya atau objek tersebut dapat dinikmati atau
tidak.
4. Rangkuman
Bagian terakhir dari sebuah teks ulasan adalah rangkuman. Isi dari bagian rangkuman ini adalah kesimpulan
dari seluruh ulasan yang telah disampaikan penulis.
Pada bagian ini, penulis akan memberikan tanggapan atau kesimpulannya mengenai kualitas dari suatu karya
atau objek. Biasanya penulis akan mengungkapkan secara terang-terangan, apakah hasil karya itu memiliki
kualitas bagus serta layak dinikmati atau tidak.
Kaidah Kebahasaan Teks Ulasan
Seperti apa sih bahasa yang baik digunakan untuk menulis teks ulasan? Yuk, simak aspek kebahasaan dari teks ulasan
berikut:
1. Konjungsi Penerang
Konjungsi penerang adalah kata penghubung yang dipakai untuk menjelaskan atau menerangkan suatu
kejadian di dalam kalimat. Biasanya, konjungsi penerang ditandai oleh kata bahwa, yaitu, yakni, adalah, ialah.
Contoh: Penulis menyampaikan bahwa karya tersebut terinspirasi dari lingkungan sekitarnya.
2. Konjungsi Temporal
Konjungsi temporal adalah kata penghubung yang menerangkan hubungan waktu dari dua hal atau peristiwa yang
berbeda. Konjungsi ini biasanya ditandai dengan kata-kata
seperti sebelumnya, selanjutnya, setelahnya, lalu, kemudian, sesudahnya, sambil, sementara,
sebelum, sejak, tatkala, ketika, dan semenjak, akhirnya.
Contoh:
 Film ini menjadi sangat populer semenjak rilis beberapa hari yang lalu.
 Sebelumnya novel ini telah mendapat kritikan dari beberapa pembacanya.
 Penulis itu sudah meluncurkan buku pertamanya kemudian buku keduanya beberapa bulan yang akan
datang.
Konjungsi Temporal Sederajat
Konjungsi temporal sederajat adalah konjungsi bersifat sama atau setara. Maksudnya adalah konjungsi ini
menjadi kalimat majemuk yang setara.
Konjungsi jenis ini hanya bisa diletakkan di tengah kalimat dan tidak bisa diletakkan di awal atau di akhir
kalimat. Sebab, jika diletakkan di awal atau di akhir kalimat, makna dari kalimat akan sulit dimengerti oleh
pembaca atau bahkan kalimatnya akan menjadi berantakan.
Bisa saja jenis sederajat diletakkan di awal atau di akhir, tetapi perlu menggunakan konjungsi lainnya di awalnya
agar kalimat bisa dimengerti.
Biasanya, untuk memisahkan antar kalimat adalah dengan menambahkan tanda koma.
Contoh konjungsi temporal sederajat: Lalu, kemudian, selanjutnya, setelahnya, sebelumnya, setelah itu, sebelum
itu, sehabis itu, akhirnya.

Konjungsi Temporal Tidak Sederajat


Konjungsi temporal tidak sederajat adalah kebalikan dari sederajat, jadi konjungsi yang digunakan untuk
menghubungkan kalimat yang tidak setara atau bertingkat.
Konjungsi temporal tidak sederajat cenderung lebih fleksibel dibandingkan dengan sederajat. Sebab, konjungsi
jenis ini bisa diletakkan di awal, tengah, dan akhir kalimat. Meski diletakkan di mana saja, kalimat akan tetap bisa
dimengerti.
Contoh konjungsi temporal tidak sederajat: sementara, ketika, semenjak. bila, sejak, sedari, tatkala, apabila, saat,
sampai.
3. Konjungsi Penyebaban
Konjungsi penyebaban adalah kata penghubung yang menandakan adanya hubungan sebab akibat. Nama lain
dari konjungsi ini adalah konjungsi sebab akibat atau konjungsi kausalitas. Konjungsi penyebaban ditandai
dengan adanya kata karena dan sebab, oleh karena itu, sebab itu.
Contoh:
 Film ini layak mendapat penghargaan karena penggambaran alurnya mengejutkan.
 Buku ini banyak dibeli kalangan muda sebab penggunaan bahasanya cukup mudah dipahami.

4. Ungkapan Saran atau Rekomendasi


Saran atau rekomendasi adalah ungkapan yang berisi anjuran, imbauan, atau usul mengenai suatu hal. Kalimat
berupa saran atau rekomendasi ditandai dengan kata hendaknya, sebaiknya, dan seharusnya, harus, jangan,
hindari, lebih baik.
Contoh:
 Hendaknya gambar yang digunakan berwarna sehingga memudahkan pembaca memahami isinya.
 Seharusnya sutradara lebih cermat dalam memilih pemainnya.
 Sebaiknya sampul buku lebih menggambarkan isi dari buku tersebut.

Anda mungkin juga menyukai