Anda di halaman 1dari 14

BAB 6 – MENERAPKAN FUNGSI ALAT KERJA FIBER OPTIC

Materi :

A. Fungsi Fusion Splicer


B. Fungsi OTDR
C. Fungsi OPM
D. Fungsi Cleaver
E. Fungsi Stripper
A. Fungsi Fusion Splicer
Alat sambung serat optik dikenal dengan sebutan fusion splicer, yaitu suatu alat untuk
menyambung core serat optik dengan berbasis kaca dengan mengimplementasikan daya
listrik yang sudah dirubah menjadi sebuah media sinar berbentuk sinar laser yang
berfungsi memanasi kaca yang putus pada core sehingga terhubung kembali secara baik.
Alat sambung splicer ini harus memiliki keakuratan tinggi, sehingga pada saat
penyambungan (splicing) bisa mendekati sempurna, karena proses terjadinya pengelasan
media kaca terjadi proses peleburan kaca yang menghasilkan suatu media yang
tersambung dengan utuh tanpa adanya celah karena memiliki karakter media yang
memiliki senyawa yang sama. Penyambungan bisa saja tidak utuh, karena tidak mengikuti
prosedur penyambungan yang benar. Bila hal ini terjadi maka proses penyambungan harus
diulangi lagi, hingga mendekati redaman yg sekecil-kesilnya (dibawah 0.2 dB)

Penyambungan melalui pengelasan oleh alat sambung harus mengikuti peraturan-


peraturan dan kebersihan yang ketat yang harus dipatuhi oleh seorang teknisi karena bila
terjadi pelanggaran-pelanggaran yang disengaja untuk memudahkan proses
penyambungan maka akan mengakibatkan hasil kerja tidak sempurna karena akan
menghasilkan suatu nilai dari alat sambung yang menunjukkan Bit Error Rate ( BER )
yang tinggi bila dipaksakan dipergunakan akan mengakibatkan alur transmisi ke perangkat
akan tidak sempurna karena memiliki resistansi.
1. Struktur fusion splicer
a. V-groove (alur V) dan klem, tempat meletakan core yang akan disambung
b. Mikro positioned dan sensor, pengatur posisi core yang akan di sambung
c. Elektroda, bagian dari fusion splicer yang berfungsi untuk melebur dalam
proses penyambungan
d. Sistem sensor yang berisi kaca lensa

Fungsi dari masing-masing elemen pada struktur fusion splicer ini bekerja secra
sistem dan dalam satu kesatuan yang terintegrasi sehingga memungkinkan
terjadinya proses penyambungan.
2. Proses fusion splicing
a. Pemasangan protection sleeve (pelindung sambungan)
b. Pengupasan coating
c. Pembersihan fiber optik
d. Pemotongan serat
e. Pemasangan serat pada alur V (V-groove)
f. Melakukan sejajar serat dan fusion splicing
g. Penyambungan fiber optik
h. Mengecek hasil sambungan
i. Pemanasan protection sleeve (pelindung sambugan)
3. Kualitas sambungan
Perkiraan nilai sambungan dan tampilan luar pada titik sambungan menunjukan
baik jeleknya kualitas sambungan
a. Gelembung
b. Garis tebal
c. Bayangan hitam

Bila terjadi semacam itu maka harus dilakukan penyambungan ulang

4. Kesalahan dalam penyambungan


a. Diameter tidak sama
b. Ujung fiber tidak bulat
c. Bagian yang disambung mengecil
5. Pemeliharaan
Pemeliharaan alat fungsi splicing :
a. Memelihara alur V
b. Membersihkan lensa dan LED
c. Membersihkan atau mengganti elektroda

B. Fungsi OTDR
1. Pengertian OTDR
Alat utama atau tools utama yang sangat dibutuhkan dalam melaksanakan
troubleshooting untuk gangguan yang terjadi pada jaringan akses serat optik, karena
tanpa menggunakan alat ukur serat optik tidak bisa melakukan apa-apa terhadap
gangguan yang terjadi.
Alat ukur Serat Optik disebut dengan nama OTDR ( Optical Transmission
Digital Reflektometer ) merupakan alat untuk mendeteksi kontinuitas suatu kabel Serat
Optik dalam jarak tertentu sehingga bisa menghasilkan jarak dari dua sisi yang
merupakan ukuran gangguan yang terjadi sehingga trouble shooting dapat
dilaksanakan dengan baik karena akan dengan mudah menentukan letak lokasi
gangguan yang terjadi dengan referensi jarak hasil ukur dari perangkat alat ukur
OTDR.
Dalam pelaksanaan Operation & Maintenance jaringan akses Serat Optik harus
mutlak tersedia tools untuk menentukan dan melaksanakan trouble shooting pada
gangguan yang terjadi pada jaringan akses Serat Optik , sehingga dengan secepatnya
gangguan dapat ditanggulangi dengan waktu yang tidak terlalu lama.

Dan untuk tindak lanjut dalam hasil pelaksanaan trouble shooting maka harus
segera disiapkan tools kedua yang merupakan implementasi dari pelaksanaan
penyelesaian gangguna yang terjadi dengan menggunakan alat sambung yang bernama
Splicer dengan accessories yang lengkap termasuk tools kit pendukung sehingga
pelaksanaan penanggulangan gangguan akan ditekan waktunya secepat mungkin

2. Prinsip pengukuran OTDR


Prinsip pengukuran OTDR adalah berdasarkan radar optik, dengan
menghantarkan denyutan sumber optik (biasanya laser) ke dalam satu masukan serat
optik yang sedang diuji dan mengukur waktu yang diperlukan untuk dipantul balik
pada penerima.
Dengan mengetahui indeks biasan (Index of Refraction, IoR) serat optik dan
waktu pantulan balik yang diperlukan, OTDR dapat menghitung jarak yang dilalui oleh
pantulan denyutan cahaya tadi. Selanjutnya OTDR dapat juga menentukan kuat
pantulan denyutan cahaya dan memberi paparan hasil pelemahan melawan jarak serat
optik yang diuji.
Hasil perhitungan OTDR diberikan dari persamaan berikut:

dimana:
c = kecepatan cahaya dalam ruang hampa (299,792,458 m/s)
t = waktu
n = indeks bias
3. OTDR Trace
Hasil pengukuran dari OTDR biasanya ditampilkan dalam representatif bentuk
grafik pada layar monitornya, dari pengukuran dengan OTDR didapatkan perwakilan
ciri-ciri isyarat pemantulan balik bagi suatu serat optik melalui panjangnya dalam
bentuk grafik. Sifat-sifat jaringan serat optik ditentukan dengan menganalisa
amplitudo dan ciri-ciri temporari dalam bentuk gelombang cahaya penyebaran balik.
OTDR memplot ciri-ciri ini dalam bentuk grafik pada hasil skrin paparannya, dimana
untuk jarak ditunjukkan oleh sumbu-x dan sedangkan isyarat pemantulan balik
ditunjukkan pada sumbu-y dalam unit dB. Selanjutnya informasi seperti pelemahan
serat optik, kehilangan pencerai, kehilangan penyambung dan lokasi kecacatan dapat
ditentukan dari hasil paparan ini.
4. Pemantulan Fresnel dan penyebaran balik Rayleigh
Pengukuran fenomena cahaya dalam serat optik dikelompokan atas 2 bahagian, yaitu:
a. Pemantulan Fresnel (Fresnel reflection)
b. Penyebaran Balik Rayleigh (Rayleigh back-scatter, RBS)

Pemantulan Fresnel berlaku apabila cahaya memasuki medium-medium bahan yang


mempunyai IoR yang berbeda, fenomena ini dapat diperhatikan pada tampilan grafik
ujung serat optik. Pemantulan Fresnel juga berlaku pada retakan, bengkokan dan
sambungan fisik yang terjadi pada sepanjang saluran kabel transmisi serat optik.
Sedangkan RBS terjadi disebabkan oleh pelemahan serat optik akibat pengaruh
adanya benda luar, dan pengaruh dari perubahan keadaan bahan serat optik.

5. Fungsi OTDR
a. Mengukur Loss per satuan panjang. Loss pada saat instalasi serat optik
mengasumsikan redaman serat optik tertentu dalam loss per satuan panjang. OTDR
dapat mengukur redaman sebelum dan setelah instalasi sehingga dapat memeriksa
adanya ketidaknormalan seperti bengkokan (bend) atau beban yang tidak
diinginkan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara :
X [dBW] = A [dB] – α . L [dB}
X = Besarnya daya untuk jarak
L A = Daya awal yang diberikan OTDR ke serat optik untuk OTDR mini,
Amax adalah 31
dBW α = Redaman (dB/km)
L = Panjang Sehigga dengan membaca grafik X dan L, akan didapat α
(redaman), dan dengan membandingkannya dengan loss budget akan dapat
disimpulkan apakah telah terjadi ketidaknormalan.
b. Mengevaluasi sambungan dan konektor Pada saat instalasi OTDR dapat
memastikan apakah redaman sambungan dan konektor masih berada dalam batas
yang diperbolehkan.
c. Fault Location Fault seperti letaknya serat optik atau sambungan dapat terjadi pada
saat atau instalasi atau setelah instalasi, OTDR dapat menunjukkan lokasi faultnya
atau ketidaknormalan tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat jarak
terjadinya end of fiber pada OTDR, jika kurang dari jarak sebenarnya maka pada
jarak tersebut terjadi kebocoran/ kerekatan (asumsi set OTDR benar). End of fiber
pada OTDR ditandai dengan adanya daya <3 dB (dapat disesuaikan dengan
menset) yang berfluktuasi. OTDR, pulse width, disperse, rise time merupakan
domain waktu, sedangkan bandwidth, merupakan domain frekuensi.
6. Mekanisme kerja OTDR
Umumnya mekanisme kerja OTDR adalah sebagai berikut :
a. Sinyal-sinyal cahaya dimasukkan ke dalam serat optik.
b. Sebagian sinyal dipantulkan kembali dan diterima oleh penerima.
c. Sinyal balik yang diterima akan dinyatakan sebagai loss.
d. Waktu tempuh sinyal digunakan untuk menghitung jarak.

Berdasarkan mekanisme kerja di atas dapat ditentukan beberapa parameter yang dapat
diukur pada OTDR salah satunya yaitu :
a. Jarak Dalam hal ini titik lokasi dalam suatu link, ujung link atau patahan.
b. Loss Loss untuk masing splice atau total loss dari ujung ke ujung dalam suatu
link.
c. Atenuasi Atenuasi dari serat dalam suatu link.
d. Refleksi Besar refleksi (return loss) dari suatu event.
7. Istilah pada OTDR
Terdapat beberapa istilah yang diguankan dalam pengukuran menggunakan OTDR,
yaitu:
a. Even Zone merupakan daerah dimana terdapat dua kejadian, namun akan
terdeteksi sebagai satu kejadian saja;
b. Dead zone merupakan daerah pada fiber optik yang terjadi perubahan daya
secara tidak linier dan kondisi ini tidak dapat dilakukan analisis. Panjang dead
zone untuk fiber atau serat optik yang ada di pasaran biasanya adalah 25 meter.
Dalam OTDR tampilan grafik akan terlihat menyerupai lonjakan daya sesaat
yang terjadi pada bagian awal serat optik;
c. Dynamic Range merupakan panjang maksimum atau dapat juga disebut dengan
jangkauan maksimum yang ditampilkan oleh OTDR (Optical Time Domain
Reflectometer) pada sumbu horizontal;
d. End of Fiber adalah ujung dari kabel serat optik.

C. Fungsi OPM
Optical power meter (OPM) adalah alat yang digunakan untuk mengukur daya dalam
sinyal optik. Istilah ini biasanya mengacu pada perangkat untuk menguji daya rata-rata
dalam sistem serat optik. Alat pengukur daya listrik tujuan umum lainnya biasanya disebut
radio meter, fotometer, meter daya laser (bisa sensor fotodioda atau sensor laser
thermopile), meter cahaya atau lux meter.

Pengukur daya optik yang khas terdiri dari sensor yang dikalibrasi, penguat
pengukuran dan tampilan. Sensor terutama terdari dari fotodioda yang dipilih untuk
rentang panjang gelombang dan tingkat daya yang sesuai. Pada unit tampilan, daya optik
yang terukur dan panjang gelombang yang ditetapkan ditampilkan. Meter daya dikalibrasi
menggunakan standar kalibrasi yang dapat dilacak seperti standar NIST.
Pengukur daya optik tradisional merespons spektrum cahaya yang luas, namun
kalibrasi bergantung pada Panjang gelombang. Ini biasanya bukan masalah, karena
panjang gelombang tes biasanya dikenal, namun memiliki beberapa kelemahan. Pertama
pengguna harus mengukur meter ke panjang gelombang uji yang benar, dan kedua jika
panjang gelombang palsu lainnya, maka hasil salah akan dihasilkan.
Terkadang meter daya optik digabungkan dengan fungsi uji yang berbeda seperti
Optical Light Source (OLS) atau Visual Fault Locator (VFL), atau mungkin sub-sistem
dalam instrument yang jauh lebih besar. Ketika dikombinasikan dengan sumber cahaya,
instrument ini biasanya disebut Optical Loss Test Set (OLTS).
Optical Loss Test Set (OLTS) tersedia dalam instrument khusus yang dipegang
tangan dan modul berbasis platform untuk menyesuaikan berbagai arsitektur jaringan dan
persyaratan pengujian. Mereka digunakan untuk mengukur daya optik dan kehilangan
daya, dan pemantulan dan mencerminkan hilangnya daya. Produk ini juga dapat digunakan
sebagai sumber optik atau meter daya optik, atau untuk mengukur pengembalian optik atau
pantulan peristiwa. Tiga jenis peralatan dapat digunakan untuk mengukur hilangnya daya
optik :
1. Peralatan komponen – Optical Power Meter (OPM) dan Sumber Cahaya
Stabilisasi (SLS) dikemas secara terpisah, tetapi ketika digunakan bersama-sama
mereka dapat memberikan pengukuran atenuasi optik end-to-end melalui jalur
optik. Peralatan komponen tersebut juga dapat digunakan untuk pengukuran lain.
2. Set uji terintegrasi – ketika sebuah SLS dan OPM dikemas dalam satu unit,
disebut test terpadu. Secara tradisional, satu set tes terpadu biasanya disebut
OLTS.
3. Suatu Optical Time Domain Reflectometer (OTDR) dapat digunakan untuk
mengukur kehilangan tautan optik jika penanda-penandanya ditetapkan pada
titik-titik terminal yang mana kehilangan serat yang diinginkan. Namun
pengukuran arah tunggal mungkin tidak akurat jika ada banyak serat dalam
sebuah tautan, karena koefisien hamburan balik adalah variable antara serat.
Keakuratan pengukuran tersebut dapat ditingkatkan jika pengukuran dibuat
sebagai rata-rata dua arah serat.
D. Fungsi Cleaver
Cleaver tools ini mempunyai fungsi untuk memotong core yang kulit kabel optik-
nya sudah dikupas. Perlu kalian ketahui juga bahwa pemotongan core ini harus
menggunakan alat khusus ini, karena pada serat kacanya akan terpotong dengan rapih. Jika
proses ini berhasil dilakukan dengan baik maka tahapan selanjutnya, kalian bisa teruskan
ke tahap jointing.

Cleaver ini berukuran kecil yang memudahkan untuk dibawa berpergian. Selain itu,
sangat mudah digunakan dalam pengoperasian. Untuk single fiber 0,25 & 0,9 mm dengan
fiber diameter 125 mm, cleave length 9~16 mm (0,25); 10~16 mm (0,9).
Proses membelah/memotong fiber optik mechanical splicing menggunakan amplas
khusus fiber optik, sedangkan proses membelah/memotong fiber optic fusion splicing
dilakukan menggunakan cleaver.
Hal pertama yang dilakukan adalah meletakan kabel fiber optik pada alat cleaver,
kemudian menutup pengunci kabel dan menutup pelindung pemotong core fiber pada alat
cleaver, setelah ditutup maka lanjutkan dengan proses menekan tombol pemotongan core
fiber optik pada cleaver, setelah tombol ditekan maka kabel fiber optik akan terpotong,
kemudian masuk ketahap membuka pengunci kabel dan pelindung core fiber pada cleaver,
kemudian angkat kabel fiber optik yang sudah terpotong oleh alat cleaver dan tahap
terakhir adalah proses pengecekan hasil pemotongan core fiber.
Tahap membelah/memotong fiber optik harus dilakukan ditahap kedua pada
penyambungan fiber optik dikarenakan pada saat tahap awal yaitu pengupasan kabel, luas
penampang dari core fiber belum rata sehingga diperlukan pemotongan core fiber optic
untuk dapat meratakan luas penampang core fiber dengan menggunakan alat cleaver. Jika
proses pemotongan kabel tidak menggunakan alat cleaver, maka ujung dari core fiber optik
diameternya tidak akan rata, seperti yang terlihat pada gambar berikut :
E. Fungsi Stripper
Sama seperti kabel-kabel yang lain, salah satunya seperti kabel coaxial dan UTP,
fiber optik juga memerlukan alat ini. Alat ini berfungsi sebagai media untuk memotong
dan mengupas kulit dan daging kabel. Proses pengupasan fiber optik mechanical splicing
dan fusion splicing dilakukan menggunakan stripper. Stripper merupakan alat khusus
untuk mengupas lapisan fiber optic. Stripper memiliki 3 bagian khusus untuk mengupas
lapisan fiber optik, bagian paling atas digunakan untuk mengupas outer jacket, bagian
tengah digunakan untuk mengupas coating dan bagian bawah digunakan untuk mengupas
cladding.

Hal pertama yang dilakukan adalah pengupasan lapisan outer jacket pada kabel fiber
optik dengan menggunakan alat stripper kurang lebih 10 cm, hal tersebut dikarenakan jika
pengupasan dilakukan kurang dari 10 cm maka kabel fiber optik tidak bisa dikunci oleh
sheath clamp (pengunci kabel), kemudian dilanjutkan dengan pengupasan lapisan coating
pada kabel fiber optik dengan menggunakan alat stripper dan tahap terakhir dalam
pengupasan fiber optik adalah pengupasan lapisan cladding pada kabel fiber optik dangan
menggunakan alat stripper.
Tahap pengupasan kabel fiber optik harus dilakukan ditahap pertama penyambungan
fiber optik dikarenakan pada tahan penyambungan fiber optik bagian kabel yang
disambung adalah bagian core, sehingga diperlukan pengupasan lapisan kabel untuk
mendapatkan bagian core agar dapat diproses ke tahap selanjutnya di dalam proses
penyambungan kabel fiber optik. Jika terjadi kegagalan dalam proses pengupasan kabel,
maka akan terjadi hamburan cahaya pada lapisan dinding cladding yang disebut dengan
microbending loss, seperti gambar berikut :

Anda mungkin juga menyukai