Anda di halaman 1dari 87

Buku

Metodologi Penelitian Kualitatif Pendidikan Biologi


Dosen: Dr. Saritha Kittie Uda, S.Si., M.Sc.

Oleh:
Yosua
Edy Prasetyo
Ina Shaity Karuehni
Ririn Clara Aprodita
Irena Stephani Ambarita
Meiliyani L. Dj. Usup
Indah Permatasari
Erlina Kalawa
Oco Dalin Sari
Ika Selasiani

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA


PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BIOLOGI
2023
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya akhirnya bisa menyelesaikan “Buku
Metodelogi Penelitian Kualitatif Pendidikan Biologi” dengan tepat waktu. Tujuan
dari penulisan buku ini tidak lain adalah untuk membantu para mahasiswa dalam
memahami Metodelogi Penelitian yang merupakan salah satu mata kuliah yang
diajarkan pada Program Studi Magister Pendidikan Biologi. Buku ini memberikan
informasi mengenai Populasi dan Sampel, Instrumen Penelitian, Analysis Data,
Pengujian Validitas dan Realibilitas dan Penelitian Pengembangan.

Kami menyadari banyak pihak yang sudah berjasa dalam membantu


penyelesaian buku ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu memberikan wawasan kepada kami
sebelum maupun Ketika menulis buku ajar ini.

Kami juga sadar bahwa buku yang kami buat masih belum bisa dikatakan
sempurna. Maka dari itu, kami memohon dukungan dan masukan dari para
pembaca, agar ke depannya bisa lebih baik lagi di dalam menulis sebuah buku.

Palangka Raya, Desember 2023

TIM Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... ii


DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vi
BAB I Populasi dan Sampel .................................................................... 1
1.1 Pengertian Populasi dan Sampel secara Umum ................................ 1
1.2 Definisi Populasi dan Sampel dalam Penelitian Kualitatif ................ 6
1.3 Perbedaan Populasi dan Sampel dalam Penelitian Kualitatif ............ 13
1.4 Metode Pemilihan Sampel dalam Penelitian Kualitatif ..................... 14
1.5 Strategi Pengumpulan Data dalam Penelitian Kualitatif ................... 20
1.6 Etika dalam Penelitian Kualitatif ....................................................... 25
BAB II Instrumen Penelitian Kualitatif .................................................. 27
2.1 Pengertian Instrumen ......................................................................... 27
2.2 Jenis Instrumen Penelitian ................................................................. 27
2.3 Ciri-ciri Instrumen Penelitian ............................................................ 35
2.4 Kriteria Instrumen .............................................................................. 36
2.5 Pengembangan Instrumen .................................................................. 39
2.6 Cara Memvalidasi Instrumen............................................................. 41
2.7 Ciri Seorang Validator ....................................................................... 43
2.8 Cara Identifikasi dan Mengurangi Bias Data..................................... 44
BAB III Analisis Data ............................................................................... 46
3.1 Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan Biologi ................... 46
3.2 Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan Biologi. 52
3.3 Proses Analisis Data dalam Penelitian Kualitatif Pendidikan Biologi 53
3.4 Teknik-Teknik Analisis Data dalam Penelitian Kualitatif Pendidikan
Biologi ............................................................................................... 58
BAB IV Validitas dan Reliabilitas Penelitian Kualitatif ....................... 64
4.1 Pengetian Validitas Kualitatif ............................................................ 64
4.2 Standar Validitas Kualitatif .............................................................. 64

iii
4.3 Pengertian Reliabilitas Kualitatif ...................................................... 64
4.4 Pengujian validitas dan Reliabilitas Penelitian Kualitatif ................. 65
BAB V Penelitian Pengembangan ........................................................... 71
5.1 Ciri – ciri Penelitian Pengembangan ................................................. 71
5.2 Model-model Penelitian Pengembangan (Pendidikan) ..................... 72
5.3 Model Penelitian Pengembangan Model 4D .................................... 73
5.4 Model Penelitian Pengembangan Four-D Thiagarajan...................... 75
5.5 Kelebihan dan Kekurangan................................................................ 77
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 78

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbedaan Populasi dan Sampel dalam Penelitian Kualitatif ....... 13


Tabel 2. Kriteria Penilaian Butir Instrumen oleh Validator ........................ 38
Tabel 3. Hubungan antara Tujuan, Metode dan Instrumen yang digunakan 41
Tabel 4. Jenis Validitas ............................................................................... 41
Tabel 5. Jenis Reliabilitas ........................................................................... 42
Tabel 6. Perbedaan Uji Keabsahan Kualitatif dan Uji Keabsahan Kuantitatif 65

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Model Jolly & Bolitho .............................................................. 73


Gambar 2. Tahap Pengembangan Model Penelitian 4D ............................. 74
Gambar 3. Skema Prosedur Pengembangan Hasil Adaptasi dari Prosedur
Pengembangan Borg & Gall .................................................... 75

vi
BAB I
POPULASI DAN SAMPEL
1.1 Pengertian populasi dan sampel secara umum
1.1.1 Populasi
Populasi dalam penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting,
karena ia merupakan sumber informasi. Para ahli memiliki definisi yang
sedikit berbeda antara satu dengan yang lain, tapi pada prinsipnya memiliki
substansi yang sama, misalnya:
1. Sabar mendefinisikan populasi sebagai kesatuan subjek dalam
penelitian yang menjadi elemen terpenting dalam suatu penelitian.
2. Sugiyono mendefinisikan populasi sebagai wilayah generalisasi yang
ada dalam penelitian. Wilayah ini meliputi tentang objek atau subjek
yang bisa ditarik kesimpulannya.
3. Arikunto mendefinisikan populasi sebagai keseluruhan suatu objek di
dalam penelitian yang didalami dan juga dicatat segala bentuk yang ada
di lapangan.
4. Nazir mendefinisikan populasi sebagai kumpulan dari individu dengan
kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan.
5. Indriantoro dan Supomo mendefinisikan populasi sebagai sekelompok
orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik
tertentu.
6. Cooper dan Emory mendefinisikan populasi sebagai a total collection
of elements about which we wish to make some inferences.
7. Ary dkk mendefinisikan populasi sebagai all members of a well defined
class of people, events or objects.
Dari pengertian beberapa ahli di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa
populasi dapat diartikan sebagai keseluruhan elemen dalam penelitian
meliputi objek dan subjek dengan ciri-ciri dan karakteristik tertentu. Jadi pada
prinsipnya, populasi adalah semua anggota kelompok manusia, binatang,
peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam suatu tempat secara
terencana menjadi tergat kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian.

1
Populasi dapat berupa guru, siswa, kurikulum, fasilitas, Lembaga sekolah,
hubungan sekolah dan masyarakat, karyawan perusahaan, jenis tanaman
hutan, jenis padi, kegiatan marketing, hasil produksi dan sebagainya. Jadi
populasi bukan hanya orang, tetapi juga dapat organisasi, binatang, hasil
karya manusia dan benda-benda alam yang lain.
Secara umum populasi dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis, yaitu
berdasarkan jumlah populasi, berdasarkan sifat populasi, dan berdasarkan
perbedaan lain. Populasi berdasarkan jumlahnya terbagi dua yaitu populasi
terbatas dan populasi tak terbatas:
1. Populasi terbatas atau populasi terhingga, yakni sumber data yang jelas
batas-batasnya secara kuantitatif karena memiliki karakteristik yang
terbatas. Misalnya 3.000.000 orang narapidana di Indonesia pada awal
tahun 1981, dengan karakteristik: menghuni lembaga pemasyarakatan
sejak I Januari 1981, dijatuhi hukuman minimal satu bulan dan lain-
lain.
2. Populasi Tak Terbatas atau populasi tak terhingga, yakni sumber data
yang tidak dapat ditentukan batas-batasnya, sehingga tidak dapat
dinyatakan dalam bentuk jumlah secara kuantitatif. Misalnya
narapidana di Indonesia, yang berarti jumlahnya harus dihitung sejak
narapidana yang pertama sampai yang terakhir pada masa sekarang dan
bahkan termasuk juga narapidana yang akan datang. Dalam keadaan
seperti itu jumlahnya tidak dapat dihitung sehingga hanya
menggambarkan suatu kelompok objek secara kualitas dengan
karakteristik yang bersifat umum yakni orang-orang yang pernah,
sedang dan akan menjadi narapidana. Populasi seperti itu disebut juga
parameter.
Populasi berdasarkan sifatnya, dibagi menjadi dua yaitu populasi
homogen dan populasi heterogen:
1. Populasi homogen adalah populasi yang unsurnya memiliki sifat yang
sama, sehingga tidak perlu dipersoalkan jumlahnya secara kuantitatif.
Populasi seperti itu banyak dijumpai dalam Ilmu Pengetahuan Alam

2
sebagai Ilmu Eksakta. Misalnya penelitian terhadap gejala berupa
reaksi bilamana dua unsur kimia bersenyawa dengan cara sengaja
mencampurkan kedua unsur itu. Gejala yang timbul bila kondisi
percobaannya sama dengan melakukan 5 kali percobaan, gejala yang
timbul tidak akan berbeda bilamana perubahan itu dilakukan 100 atau
1000 kali. Populasi seperti itu dapat disamakan dengan usaha mencicipi
sepanci sayur sebagai populasi. Untuk mengetahui keadaannya seperti
manis tidaknya atau asin tidaknya dan lain lainnya, cukup dilakukan
dengan mengambil satu sendok saja dari bagian manapun di dalam
panci itu. Untuk itu sebagai populasi homogen tidak perlu dicicipi
seluruhnya atau sampai setengah panel atau lebih.
2. Populasi heterogen adalah populasi yang dalam unsurnya terdapat sifat
variasi sehingga ada batasan baik secara kuantitatif maupun secara
kualitatif. seperti telah dikemukakan di atas. Semua penelitian di bidang
sosial yang objeknya manusia atau gejala- gejala dalam kehidupan
manusia menghadapi populasi heterogen. Manusia sebagai objek
adalah makhluk yang unik dan kompleks terdiri dari individu- individu
yang bervariasi dalam arti berbeda satu dari yang lain dalam banyak hal
atau aspek.
Populasi berdasarkan perbedaan lain juga dibagi menjadi dua, yakni
populasi target dan populasi survei.
1. Populasi target adalah populasi yang ditentukan sesuai dengan yang
tertera dalam masalah penelitian.
2. Populasi survei adalah populasi yang terliput di dalam penelitian yang
sedang dilaksanakan.
1.1.2 Sampel
Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang
menjadi sumber data yang sebenarnya dalam suatu penelitian. Dengan kata
lain, sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi.
Berikut beberapa pengertian sampel menurut para ahli:

3
1. Sutrisno Hadi mengatakan bahwa sebagian individu yang diselidiki itu
adalah sampel.
2. Sudjana mengatakan sampel adalah sebagian yang diambil dari
populasi dengan menggunakan cara-cara tertentu
3. Arikunto mengatakan bahwa sampel adalah bagian kecil yang terdapat
dalam populasi yang dianggap mewakili populasi mengenai penelitian
yang dilakukan.
4. Sugiyono mengatakan bahwa sampel adalah jumlah kecil yang ada
dalam populasi dan dianggap mewakilinya.
5. Margono menyatakan bahwa sampel adalah sebagai bagian dari
populasi, sebagai contoh (monster) yang diambil dengan menggunakan
cara-cara tertentu.
Hadi menyatakan bahwa sampel dalam suatu penelitian timbul
disebabkan hal berikut:
1. Peneliti bermaksud mereduksi objek penelitian sebagai akibat dari
besarnya jumlah populasi, sehingga harus meneliti sebagian saja
2. Penelitian bermaksud mengadakan generalisasi dari hasil-hasil
penelitiannya, dalam arti mengenakan kesimpulan-kesimpulan kepada
objek, gejala, atau kejadian yang lebih luas.
Penggunaan sampel dalam kegiatan penelitian dilakukan dengan
berbagai alasan. Nawawi mengungkapkan beberapa alasan tersebut, yaitu:
1. Ukuran populasi
Dalam hal populasi tak terbatas (tak terhingga) berupa parameter yang
jumlahnya tidak diketahui dengan pasti, pada dasarnya bersifat konseptual.
Karena itu sama sekali tidak mungkin mengumpulkan data dari populasi
seperti itu. Demikian juga dalam populasi terbatas (terhingga) yang
jumlahnya sangat besar, tidak praktis untuk mengumpulkan data dari populasi
50 juta murid sekolah dasar yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia,
misalnya.

4
2. Masalah biaya
Besar-kecilnya biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya objek
yang diselidiki. Semakin besar jumlah objek, maka semakin besar biaya yang
diperlukan, lebih-lebih bila objek itu tersebar di wilayah yang cukup luas.
Oleh karena itu, sampling ialah satu cara untuk mengurangi biaya.
3. Masalah waktu
Penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit daripada
penelitian populasi. Sehubungan dengan hal itu, apabila waktu yang tersedia
terbatas, dan kesimpulan diinginkan dengan segera, maka penelitian sampel,
dalam hal ini, lebih tepat.
4. Percobaan yang sifatnya merusak
Banyak penelitian yang tidak dapat dilakukan pada seluruh populasi
karena dapat merusak atau merugikan. Misalnya, tidak mungkin
mengeluarkan semua darah dari tubuh seseorang pasien yang akan dianalisis
keadaan darahnya, juga tidak mungkin mencoba seluruh neon untuk diuji
kekuatannya. Karena itu penelitian harus dilakukan hanya pada sampel.
5. Masalah ketelitian
Masalah ketelitian adalah salah satu segi yang diperlukan agar
kesimpulan cukup dapat dipertanggungjawabkan. Ketelitian, dalam hal ini
meliputi pengumpulan, pencatatan, dan analisis data. Penelitian terhadap
populasi belum tentu ketelitian terselenggara. Boleh jadi peneliti akan bosan
dalam melaksanakan tugasnya. Untuk menghindarkan itu semua, penelitian
terhadap sampel memungkinkan ketelitian dalam suatu penelitian.
6. Masalah ekonomis
Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh seorang peneliti; apakah
kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan biaya, waktu dan tenaga yang
telah dikeluarkan? Jika tidak, mengapa harus dilakukan penelitian? Dengan
kata lain penelitian sampel pada dasarnya akan lebih ekonomis daripada
penelitian populasi.

5
1.2 Definisi populasi dan sampel dalam penelitian kualitatif pendidikan
biologi
1.2.1 Populasi
a. Pendekatan Holistik
Populasi kualitatif dalam pendidikan biologi melibatkan individu,
kelompok, atau situasi yang akan dikaji secara menyeluruh. Pendekatan
holistik dalam konteks populasi kualitatif dalam pendidikan biologi
menekankan pada pemahaman menyeluruh terhadap individu, kelompok,
atau situasi yang menjadi fokus penelitian. Pendekatan ini mencakup
pemahaman tentang berbagai aspek dan konteks yang mempengaruhi subjek
penelitian secara keseluruhan.
Dalam konteks pendidikan biologi, pendekatan holistik dapat
melibatkan pemahaman mendalam tentang berbagai faktor, seperti latar
belakang siswa, strategi pembelajaran yang digunakan, lingkungan belajar,
dinamika kelompok, dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
proses pembelajaran dan pemahaman materi biologi.
Beberapa karakteristik pendekatan holistik dalam populasi kualitatif
dalam pendidikan biologi melibatkan:
a) Pemahaman Komprehensif: Melibatkan pemahaman menyeluruh
terhadap individu atau kelompok, tidak hanya terbatas pada satu aspek
atau dimensi saja. Misalnya, tidak hanya melihat pencapaian akademis
siswa, tetapi juga melibatkan aspek-aspek lain seperti motivasi, minat,
dan pengalaman pribadi.
b) Konteks Situasional: Memperhitungkan konteks situasional dimana
pembelajaran berlangsung. Ini dapat mencakup analisis lingkungan
kelas, interaksi antar siswa, serta pengaruh lingkungan sosial dan
budaya.
c) Interaksi dan Hubungan: Menekankan pada interaksi dan hubungan
antar individu atau kelompok yang terlibat dalam pembelajaran biologi.
Ini dapat mencakup interaksi antara guru dan siswa, kolaborasi antar
siswa, dan dinamika kelompok.

6
d) Analisis Holistik Terhadap Hasil: Menggunakan analisis holistik
terhadap hasil penelitian untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
mendalam tentang dampak pembelajaran biologi terhadap individu atau
kelompok.
Pendekatan holistik ini dapat membantu pengembangan strategi
pembelajaran yang lebih efektif, memperbaiki lingkungan belajar, dan
meningkatkan pengalaman pembelajaran siswa dalam konteks pendidikan
biologi.
b. Dalam Konteks
Populasi ini ditentukan oleh konteks penelitian, seperti siswa, guru, atau
lembaga pendidikan biologi. Dalam konteks penelitian, populasi kualitatif
dalam pendidikan biologi ditentukan oleh parameter atau kelompok tertentu
yang menjadi fokus penelitian. Populasi ini dapat mencakup berbagai entitas
yang terlibat dalam proses pendidikan biologi, seperti siswa, guru, atau
lembaga pendidikan. Pemilihan populasi yang tepat menjadi langkah awal
yang penting dalam perancangan penelitian kualitatif. Berikut adalah
beberapa poin yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan populasi
dalam konteks penelitian pendidikan biologi:
a) Siswa: Identifikasi karakteristik siswa yang akan menjadi subjek
penelitian, seperti tingkat pendidikan, usia, latar belakang sosial, atau
kemampuan akademis. Pemahaman tentang bagaimana siswa belajar
biologi dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman mereka
terhadap materi tersebut.
b) Guru: Menentukan apakah penelitian akan difokuskan pada guru
sebagai subjek penelitian. Melibatkan pemahaman tentang metode
pengajaran biologi yang digunakan oleh guru, tantangan yang dihadapi,
dan dampaknya terhadap pemahaman siswa.
c) Lembaga Pendidikan Biologi: Jika penelitian difokuskan pada tingkat
institusional, seperti sekolah atau universitas, maka pemahaman
tentang kebijakan, kurikulum, dan lingkungan belajar menjadi penting.

7
Analisis terhadap faktor-faktor institusional yang dapat mempengaruhi
pembelajaran biologi.
d) Konteks Spesifik: Menentukan konteks spesifik penelitian, apakah itu
kelas tertentu, program pembelajaran khusus, atau situasi tertentu yang
relevan dengan pendidikan biologi.
e) Tujuan Penelitian: Menyesuaikan pemilihan populasi dengan tujuan
penelitian kualitatif yang ingin dicapai. Menentukan apakah fokus
penelitian lebih pada pemahaman mendalam tentang pengalaman
siswa, strategi pengajaran guru, atau dinamika lembaga pendidikan.
Pemahaman yang baik tentang populasi kualitatif dalam konteks
pendidikan biologi membantu peneliti mengarahkan desain penelitian
mereka, memilih metode yang sesuai, dan menghasilkan temuan yang
relevan dengan tantangan dan potensi dalam pengajaran dan
pembelajaran biologi.
c. Kekayaan Informasi
Penelitian kualitatif pendidikan biologi cenderung memilih populasi
yang dapat memberikan wawasan dan informasi yang kaya. Kekayaan
informasi merupakan salah satu aspek penting dalam penelitian kualitatif di
bidang pendidikan biologi. Pemilihan populasi yang dapat memberikan
wawasan dan informasi yang mendalam sangat relevan untuk meraih
pemahaman yang komprehensif terkait fenomena atau konteks yang sedang
diteliti.
Beberapa alasan mengapa penelitian kualitatif pendidikan biologi
cenderung memilih populasi yang memberikan kekayaan informasi
meliputi:
a) Kemampuan untuk Menjelaskan Konteks Kompleks: Populasi yang
memberikan kekayaan informasi dapat membantu peneliti memahami
konteks kompleks dalam proses pembelajaran biologi. Misalnya,
memahami faktor sosial, budaya, atau lingkungan yang mempengaruhi
pembelajaran.

8
b) Pengalaman Subjektif dan Perspektif Individu: Populasi yang
memberikan wawasan mendalam dapat membuka akses terhadap
pengalaman subjektif dan perspektif individu terkait dengan
pembelajaran biologi. Hal ini dapat melibatkan pemahaman tentang
motivasi, persepsi, dan respon siswa terhadap materi pelajaran.
c) Identifikasi Tantangan dan Keberhasilan: Populasi yang kaya informasi
memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi tantangan konkret yang
dihadapi oleh siswa atau guru dalam memahami atau mengajarkan
biologi. Begitu juga, dapat mengungkapkan praktik pengajaran yang
berhasil.
d) Pertimbangan Keberagaman dalam Pembelajaran: Pemilihan populasi
yang beragam dapat memberikan informasi tentang bagaimana
berbagai faktor seperti perbedaan budaya, latar belakang sosial, atau
gaya belajar mempengaruhi pemahaman biologi.
e) Persepsi terhadap Pengajaran dan Pembelajaran: Melibatkan pihak-
pihak yang terlibat langsung, seperti siswa dan guru, dapat memberikan
pandangan yang lebih mendalam tentang bagaimana pengajaran dan
pembelajaran biologi diinterpretasikan dan dialami.
Dengan memilih populasi yang memberikan kekayaan
informasi, penelitian kualitatif pendidikan biologi dapat memberikan
kontribusi yang lebih besar terhadap pengembangan strategi
pengajaran yang lebih baik, perbaikan kurikulum, dan pemahaman
yang lebih dalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
pembelajaran biologi di berbagai konteks.
1.2.2 Sampel
a. Pemilihan Representatif
Sampel dalam penelitian kualitatif pendidikan biologi dipilih secara
representatif untuk mewakili keragaman populasi. Pada umumnya, dalam
penelitian kualitatif, pemilihan sampel cenderung lebih fokus pada konsep
kejenuhan informasi (informational saturation) daripada pada
representativitas statistik. Meskipun demikian, ada upaya untuk memastikan

9
bahwa sampel yang dipilih mencakup keragaman yang mencerminkan
populasi atau fenomena yang diteliti.
Berikut beberapa poin yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan
sampel kualitatif pendidikan biologi:
a) Maksud Kejenuhan Informasi: Penelitian kualitatif bertujuan untuk
mencapai kejenuhan informasi, yaitu tahap dimana penelitian
menghasilkan data tambahan yang tidak lagi memberikan wawasan
atau pemahaman yang baru. Oleh karena itu, pemilihan sampel akan
didasarkan pada upaya mencapai kejenuhan informasi tersebut daripada
pada representativitas statistik.
b) Keragaman dalam Pengalaman: Pemilihan sampel harus
mempertimbangkan keragaman pengalaman dan perspektif yang
relevan dengan topik penelitian. Ini dapat mencakup perbedaan latar
belakang sosial, budaya, dan pendidikan.
c) Strategi Pemilihan Sampel yang Maksimal: Penelitian kualitatif
menggunakan strategi pemilihan sampel yang maksimal, yaitu
mengutamakan pemilihan partisipan yang dapat memberikan informasi
yang paling relevan atau mendalam terkait dengan tujuan penelitian.
d) Pertimbangan Etika: Penting untuk mempertimbangkan etika dalam
pemilihan sampel, termasuk memastikan partisipasi sukarela,
konfidensialitas, dan perlindungan hak-hak partisipan.
e) Kriteria Inklusi dan Eksklusi: Menetapkan kriteria inklusi dan eksklusi
yang jelas untuk memandu pemilihan sampel. Kriteria ini dapat
berkaitan dengan karakteristik tertentu yang dianggap penting untuk
memahami fenomena atau masalah yang diteliti.
f) Pertimbangan Keterwakilan Subkelompok: Jika ada sub kelompok
dalam populasi yang dianggap penting, pastikan bahwa sampel
mencakup representasi dari subkelompok tersebut.

10
Meskipun representativitas statistik kurang menjadi fokus utama dalam
penelitian kualitatif, upaya untuk mencakup keragaman dan relevansi dalam
pemilihan sampel tetap krusial untuk memastikan hasil penelitian dapat
memberikan wawasan yang mendalam dan kontekstual terkait dengan
pendidikan biologi.
b. Konsep Jenuh Informasi
Peneliti berusaha mencapai "jenuh informasi" dengan memilih sampel
yang dapat memberikan informasi yang tajam dan detail. Konsep kejenuhan
informasi (informational saturation) adalah prinsip yang mendasari
pemilihan sampel dalam penelitian kualitatif. Ide dasarnya adalah bahwa
peneliti terus mengumpulkan data hingga mencapai puncak kejenuhan,
yaitu titik di mana data baru tidak lagi memberikan wawasan atau informasi
baru. Ini mencerminkan fokus pada kualitas data daripada pada
kuantitasnya. Berikut adalah beberapa poin terkait konsep kejenuhan
informasi:
a) Pentingnya Kedalaman Pemahaman: Kejenuhan informasi menekankan
pentingnya mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang fenomena
atau topik penelitian. Pemilihan sampel dan pengumpulan data dilakukan
sedemikian rupa sehingga setiap aspek yang relevan dapat dieksplorasi
secara menyeluruh.
b) Iterasi dan Refleksi Terus Menerus: Proses penelitian kualitatif
melibatkan iterasi dan refleksi terus menerus. Peneliti terus memeriksa
dan membandingkan data baru dengan data yang sudah ada, sehingga
dapat menilai apakah kejenuhan informasi sudah tercapai atau masih
diperlukan data tambahan.
c) Pemilihan Sampel yang Strategis: Pemilihan sampel dilakukan dengan
mempertimbangkan strategi untuk mendapatkan informasi yang tajam
dan detail. Ini mungkin melibatkan pemilihan partisipan yang memiliki
pengalaman khusus atau pengetahuan yang mendalam terkait dengan
fenomena yang diteliti.

11
d) Pentingnya Fleksibilitas: Penelitian kualitatif seringkali membutuhkan
fleksibilitas dalam desain penelitian, termasuk kemampuan untuk
menyesuaikan pemilihan sampel dan fokus penelitian seiring berjalannya
waktu dan evolusi penemuan.
e) Fokus pada Relevansi Informasi: Meskipun konsep ini menekankan
kejenuhan, peneliti juga harus fokus pada relevansi informasi. Data yang
dikumpulkan harus memang memberikan pemahaman yang signifikan
terhadap pertanyaan penelitian, dan peneliti perlu berpikir kritis tentang
apa yang benar-benar penting untuk mencapai keberhasilan penelitian.
Dengan menggunakan konsep kejenuhan informasi, penelitian
kualitatif dapat memaksimalkan nilai dan makna informasi yang diperoleh,
memberikan pemahaman yang lebih mendalam dan kontekstual terhadap
fenomena yang sedang diteliti, seperti dalam konteks pendidikan biologi.
c. Keberagaman Perspektif
Sampel dipilih untuk mencakup beragam perspektif, pengalaman, dan
sudut pandang dalam pendidikan biologi. Pemilihan sampel yang mencakup
keberagaman perspektif, pengalaman, dan sudut pandang merupakan suatu
pendekatan yang umum dan penting dalam penelitian kualitatif, khususnya
dalam konteks pendidikan biologi. Berikut adalah beberapa alasan mengapa
keberagaman perspektif dalam pemilihan sampel sangat diperhatikan:
a) Relevansi dengan Keragaman dalam Konteks Pendidikan: Pendidikan
biologi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti latar belakang
sosial, budaya, ekonomi, dan pengalaman pribadi. Dengan memilih
sampel yang mencakup beragam perspektif, penelitian dapat
memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang dampak pendidikan
biologi pada kelompok yang berbeda.
b) Pemahaman yang Lebih Mendalam tentang Tantangan dan Keberhasilan:
Keberagaman dalam sampel memungkinkan peneliti untuk memahami
lebih mendalam tantangan dan keberhasilan yang dihadapi oleh individu
atau kelompok dalam konteks pembelajaran biologi. Ini dapat melibatkan

12
pemahaman tentang perbedaan gaya belajar, tingkat keterlibatan, atau
respons terhadap metode pengajaran tertentu.
c) Pengenalan Berbagai Pendekatan Pengajaran dan Pembelajaran: Dengan
melibatkan partisipan yang memiliki pengalaman dalam berbagai
lingkungan pendidikan biologi, penelitian dapat mengidentifikasi
berbagai pendekatan pengajaran dan pembelajaran yang digunakan dan
mengevaluasi dampaknya terhadap pemahaman dan minat siswa.
d) Pemahaman Tentang Faktor Kontekstual: Keberagaman perspektif
membantu peneliti memahami faktor-faktor kontekstual yang dapat
mempengaruhi proses pembelajaran biologi, seperti norma budaya, nilai-
nilai, atau aspek-aspek lingkungan yang mungkin memainkan peran
penting.
e) Relevansi dengan Tujuan Pendidikan: Pendidikan memiliki tujuan yang
berbeda-beda untuk setiap individu dan kelompok. Dengan memilih
sampel yang mencerminkan beragam tujuan dan harapan dalam
pendidikan biologi, penelitian dapat memberikan wawasan yang lebih
relevan terkait dengan pemenuhan kebutuhan beragam tersebut.
Keberagaman perspektif dalam pemilihan sampel menjadi kunci untuk
memahami kompleksitas pembelajaran biologi di berbagai konteks. Dengan
demikian, penelitian dapat memberikan kontribusi yang lebih substansial
terhadap pengembangan kebijakan pendidikan, pengembangan kurikulum,
dan strategi pengajaran yang lebih inklusif dan efektif.

1.3 Perbedaan populasi dan sampel dalam penelitian kualitatif pendidikan


biologi
Tabel 1
Kriteria Populasi Sampel

Definisi Seluruh kelompok atau Bagian dari populasi yang


populasi yang menjadi objek dipilih untuk diobservasi secara
penelitian. mendalam.

13
Kriteria Populasi Sampel

Ukuran Besar dan umumnya lebih Lebih kecil dan merupakan


besar daripada sampel. subset dari populasi.

Tujuan Mengetahui karakteristik, Mewakili karakteristik, perilaku,


perilaku, atau fenomena dalam atau fenomena yang ada dalam
populasi. populasi.

Proses Seluruh anggota populasi Dipilih secara sengaja atau


Seleksi menjadi bagian dari populasi. melalui teknik tertentu untuk
merepresentasikan variasi yang
ada di populasi.

Generalisasi Hasil dapat digeneralisasi Generalisasi terbatas pada


untuk populasi secara sampel yang dipilih, tidak dapat
keseluruhan. diterapkan pada populasi secara
keseluruhan.

Analisis Analisis data dapat dilakukan Analisis data berfokus pada


Data untuk seluruh populasi. interpretasi dan pemahaman
fenomena dalam sampel.

Contoh Seluruh mahasiswa di Sejumlah mahasiswa dari


universitas X. berbagai program studi di
universitas X.

1.4 Metode pemilihan sampel dalam penelitian kualitatif pendidikan


biologi
1.4.1 Metode Pemilihan Bertujuan
Peneliti menggunakan metode pemilihan sampel yang bertujuan untuk
mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Metode pemilihan sampel
yang bertujuan (purposeful sampling) adalah suatu pendekatan yang
digunakan oleh peneliti untuk memilih sampel yang secara khusus

14
dirancang untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan.
Pemilihan sampel bertujuan ini tidak didasarkan pada representativitas
statistik, tetapi pada pertimbangan kualitatif yang memastikan keberhasilan
dalam mendapatkan informasi yang relevan dan mendalam terkait dengan
pertanyaan penelitian. Beberapa bentuk metode pemilihan sampel yang
bertujuan melibatkan:
1) Pemilihan Sampel Ekstrem (Extreme or Deviant Case Sampling):
Memilih partisipan atau kasus yang dianggap ekstrim atau devian dalam
konteks penelitian. Tujuannya adalah untuk memahami aspek-aspek
yang tidak umum atau kasus-kasus yang memberikan wawasan
mendalam terhadap fenomena yang sedang diteliti.
2) Pemilihan Sampel Tipikal (Typical Case Sampling): Memilih partisipan
atau kasus yang dianggap mewakili keadaan umum atau tipikal terkait
dengan fenomena penelitian. Tujuannya adalah untuk memberikan
gambaran yang lebih luas tentang karakteristik dan pengalaman yang
umum terjadi.
3) Pemilihan Sampel Terdalam (Maximum Variation Sampling): Memilih
sampel yang mencakup variasi maksimal dalam karakteristik tertentu. Ini
bertujuan untuk memahami keragaman dalam pengalaman, pandangan,
atau konteks terkait dengan topik penelitian.
4) Pemilihan Sampel Homogen (Homogeneous Sampling): Memilih
partisipan yang memiliki karakteristik serupa atau homogen. Tujuannya
adalah untuk fokus pada pengalaman atau perspektif tertentu dalam
upaya mendapatkan pemahaman mendalam.
5) Pemilihan Sampel Teoritis (Theoretical Sampling): Diterapkan dalam
pendekatan penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan
grounded theory. Peneliti terus memilih sampel berdasarkan evolusi
konsep teoritis yang berkembang selama penelitian.
6) Pemilihan Sampel Kesulitan (Criterion Sampling): Memilih sampel
berdasarkan kriteria tertentu yang relevan dengan pertanyaan penelitian.
Kriteria ini dapat mencakup karakteristik individu atau situasi tertentu.

15
Metode pemilihan sampel yang bertujuan memberikan fleksibilitas
kepada peneliti untuk menyesuaikan pemilihan sampel dengan fokus dan
tujuan penelitian secara mendalam. Pendekatan ini memastikan bahwa data
yang diperoleh dapat memberikan kontribusi maksimal terhadap
pemahaman terhadap fenomena yang diteliti dalam konteks pendidikan
biologi atau bidang lainnya.
1.4.2 Purposive Sampling
Purposive sampling digunakan untuk memilih partisipan yang paling
relevan dan memiliki informasi yang signifikan dalam pendidikan biologi.
Purposive sampling atau pemilihan sampel yang bertujuan, adalah suatu
metode yang digunakan oleh peneliti untuk secara sengaja memilih
partisipan atau kasus yang dianggap paling relevan dan memiliki informasi
yang signifikan terkait dengan pertanyaan penelitian. Dalam konteks
pendidikan biologi, metode ini dapat diterapkan untuk memastikan bahwa
sampel yang dipilih dapat memberikan wawasan yang mendalam dan
kontekstual terkait dengan fenomena pendidikan biologi yang sedang
diteliti. Beberapa bentuk purposive sampling yang sering digunakan
mencakup:
1) Purposive Sampling Ekstrem (Extreme or Deviant Case Sampling):
Memilih partisipan atau kasus yang dianggap ekstrim atau devian dalam
konteks pendidikan biologi. Tujuannya adalah untuk memahami aspek-
aspek yang tidak umum atau kasus-kasus yang memberikan wawasan
mendalam terhadap fenomena yang sedang diteliti.
2) Purposive Sampling Tipikal (Typical Case Sampling): Memilih
partisipan atau kasus yang dianggap mewakili keadaan umum atau tipikal
terkait dengan fenomena pendidikan biologi. Tujuannya adalah untuk
memberikan gambaran yang lebih luas tentang karakteristik dan
pengalaman yang umum terjadi.
3) Purposive Sampling Terdalam (Maximum Variation Sampling): Memilih
partisipan yang mencakup variasi maksimal dalam karakteristik tertentu
terkait dengan pendidikan biologi. Hal ini bertujuan untuk memahami

16
keragaman dalam pengalaman, pandangan, atau konteks terkait dengan
topik penelitian.
4) Purposive Sampling Homogen (Homogeneous Sampling): Memilih
partisipan yang memiliki karakteristik serupa atau homogen. Tujuannya
adalah untuk fokus pada pengalaman atau perspektif tertentu dalam
upaya mendapatkan pemahaman mendalam.
5) Purposive Sampling Kesulitan (Criterion Sampling): Memilih partisipan
berdasarkan kriteria tertentu yang relevan dengan pertanyaan penelitian
dalam bidang pendidikan biologi.
Dengan menggunakan purposive sampling, peneliti dapat
mengoptimalkan fokus penelitian terhadap partisipan yang memiliki
informasi paling relevan dan mendalam terkait dengan tujuan penelitian
mereka. Pendekatan ini membantu memaksimalkan nilai informasi yang
diperoleh dan dapat meningkatkan pemahaman terhadap dinamika
pendidikan biologi secara lebih spesifik dan kontekstual.
1.4.3 Snowball Sampling
Snowball sampling atau pemilihan sampel bola salju, adalah metode
pemilihan sampel yang digunakan ketika partisipan dalam penelitian
memiliki keterkaitan erat dengan kelompok atau jaringan tertentu, dan
mereka dapat membantu mengidentifikasi partisipan lain yang sesuai.
Metode ini cocok digunakan dalam situasi di mana populasi yang diteliti
sulit dijangkau atau tersembunyi, dan dimana partisipan memiliki
pengetahuan mendalam tentang orang lain yang dapat memberikan
kontribusi pada penelitian. Berikut adalah karakteristik dan prinsip-prinsip
utama dari snowball sampling:
1) Pendekatan Melalui Jaringan: Snowball sampling melibatkan pemilihan
partisipan awal (yang sering kali dikenal oleh peneliti atau memiliki
keterkaitan erat dengan peneliti) untuk memulai proses rekrutmen.
Partisipan awal ini kemudian membantu mengidentifikasi dan
merekomendasikan partisipan lain yang mungkin sesuai dengan kriteria
penelitian.

17
2) Peningkatan Jumlah Sampel: Seiring berjalannya waktu, jumlah
partisipan dalam penelitian meningkat seperti bola salju yang bergulir
dan semakin besar. Setiap partisipan yang bergabung dapat memberikan
rekomendasi untuk partisipan lain, menciptakan efek domino dalam
penambahan jumlah sampel.
3) Relevansi Jaringan dan Keterkaitan: Metode ini bergantung pada
keterkaitan sosial atau jaringan yang ada di antara partisipan. Jaringan ini
dapat mencakup hubungan kerja, hubungan pribadi, atau asosiasi lainnya
yang relevan dengan konteks penelitian.
4) Pemahaman Konteks Melalui Partisipan: Partisipan awal tidak hanya
membantu dalam rekrutmen, tetapi juga dapat memberikan pemahaman
kontekstual yang mendalam kepada peneliti. Mereka dapat menjelaskan
nuansa kultur, norma, atau dinamika yang relevan dengan penelitian.
5) Kemungkinan Bias Jaringan: Metode ini dapat menghasilkan bias karena
partisipan cenderung merekomendasikan orang-orang yang mungkin
memiliki perspektif atau pengalaman serupa dengan mereka sendiri.
Oleh karena itu, penting bagi peneliti untuk menyadari dan memitigasi
potensi bias ini.
Snowball sampling sering digunakan dalam penelitian kualitatif,
terutama ketika subjek penelitian sulit dijangkau atau ketika diperlukan
keterkaitan sosial untuk mengidentifikasi partisipan yang sesuai. Meskipun
memiliki kelebihan dalam memperluas sampel, peneliti juga perlu waspada
terhadap potensi bias dan batasan dari pendekatan ini.
1.4.4 Maximum Variation Sampling
Maximum variation sampling adalah suatu metode pemilihan sampel
yang digunakan untuk mencakup berbagai variasi dalam partisipan,
sehingga dapat mewakili berbagai aspek yang relevan dengan konteks
penelitian, dalam hal ini, bidang pendidikan biologi. Tujuannya adalah
untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang keragaman
dalam pengalaman, pandangan, dan konteks yang dapat memengaruhi

18
fenomena atau pertanyaan penelitian. Beberapa karakteristik dan prinsip-
prinsip utama dari maximum variation sampling meliputi:
1) Pemilihan Sampel yang Beragam: Peneliti dengan sengaja memilih
partisipan yang memiliki variasi yang maksimal dalam karakteristik atau
faktor yang dianggap penting dalam penelitian. Ini bisa mencakup variasi
dalam latar belakang sosial, budaya, tingkat pendidikan, atau
pengalaman belajar biologi.
2) Pemilihan Sampel Berdasarkan Kriteria: Peneliti menetapkan kriteria-
kriteria tertentu yang ingin dicakup dalam pemilihan sampel. Kriteria ini
dapat berkaitan dengan faktor-faktor spesifik yang relevan dengan
pertanyaan penelitian, sehingga mencerminkan keragaman yang
diinginkan.
3) Maksimalkan Representasi Keragaman: Maximum variation sampling
bertujuan untuk memaksimalkan representasi keragaman dalam sampel,
sehingga hasil penelitian dapat memberikan pemahaman yang lebih
lengkap dan kontekstual terhadap fenomena yang diteliti.
4) Pertimbangan Konteks: Selain karakteristik individu, penelitian juga
mempertimbangkan faktor kontekstual yang dapat mempengaruhi
pengalaman atau perspektif partisipan. Hal ini memastikan bahwa variasi
yang dipertimbangkan tidak hanya bersifat individu tetapi juga
kontekstual.
5) Analisis dalam Kerangka Keseluruhan: Hasil dari sampel yang beragam
ini kemudian dianalisis dalam kerangka keseluruhan untuk memahami
pola umum, perbedaan, atau kesamaan dalam keragaman yang diwakili
oleh partisipan.
6) Relevansi dengan Tujuan Penelitian: Pemilihan sampel yang beragam
selalu diarahkan oleh tujuan penelitian. Keragaman yang dicakup dalam
sampel harus relevan dan mendukung pencapaian tujuan penelitian
secara menyeluruh.
Dengan menggunakan maximum variation sampling, peneliti dapat
memastikan bahwa penelitian mendapatkan gambaran yang lebih lengkap

19
tentang realitas yang ada di lapangan, termasuk perbedaan dan kesamaan
yang mungkin mempengaruhi pendidikan biologi. Pendekatan ini dapat
meningkatkan validitas dan generalisabilitas hasil penelitian dalam konteks
yang lebih luas.

1.5 Strategi pengumpulan data dalam penelitian kualitatif pendidikan


biologi
1.5.1 Observasi Partisipatif
Observasi partisipatif adalah metode penelitian dimana peneliti terlibat
langsung dalam interaksi dan pengamatan di lingkungan yang sedang
diteliti, dalam hal ini, lingkungan pendidikan biologi. Dalam observasi
partisipatif, peneliti tidak hanya menjadi pengamat luar, tetapi juga secara
aktif terlibat dalam kegiatan yang sedang diamati. Berikut adalah beberapa
karakteristik dan prinsip-prinsip utama dari observasi partisipatif:
1) Keterlibatan Aktif Peneliti: Peneliti tidak hanya sebagai pengamat pasif,
tetapi juga menjadi bagian dari kegiatan yang diamati. Hal ini
memungkinkan peneliti untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
mendalam dan kontekstual tentang situasi atau fenomena yang diteliti.
2) Interaksi Langsung dengan Partisipan: Peneliti berinteraksi langsung
dengan partisipan dalam kegiatan sehari-hari di lingkungan pendidikan
biologi. Interaksi ini dapat mencakup percakapan, kolaborasi, dan
keterlibatan dalam aktivitas pembelajaran.
3) Pengamatan Terintegrasi: Selain berpartisipasi dalam kegiatan, peneliti
juga melakukan pengamatan langsung terhadap perilaku, dinamika
kelompok, dan situasi lainnya. Observasi ini terintegrasi dengan
keterlibatan aktif.

4) Kemungkinan Perubahan Persepsi: Keterlibatan aktif dapat


memungkinkan peneliti untuk melihat fenomena dari perspektif internal,
dan hal ini dapat mengubah atau memperdalam pemahaman mereka
terhadap realitas yang sedang diamati.

20
5) Pertimbangan Eksplisit terhadap Etika: Dikarenakan keterlibatan
langsung peneliti dalam kegiatan, pertimbangan etika sangat penting.
Peneliti harus bersikap transparan tentang perannya dan mendukung
prinsip-prinsip etika penelitian, termasuk persetujuan partisipan dan
kerahasiaan informasi.
6) Refleksi dan Catatan Lapangan: Peneliti sering membuat catatan
lapangan atau mencatat refleksi terkait dengan pengalaman dan
pengamatan mereka. Hal ini membantu dalam memahami konteks dan
memberikan dasar untuk analisis data.
7) Keakuratan dan Keterpercayaan Data: Observasi partisipatif dapat
meningkatkan keakuratan dan keterpercayaan data karena peneliti
mendapatkan akses langsung ke konteks yang sedang diteliti.
Observasi partisipatif dapat memberikan wawasan mendalam tentang
dinamika kelas, interaksi antar siswa dan guru, serta berbagai aspek lain dari
pendidikan biologi. Metode ini sering digunakan dalam penelitian kualitatif
untuk memahami lebih baik konteks dan pengalaman yang mungkin sulit
diukur secara langsung melalui metode lain.
1.5.2 Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam adalah metode penelitian yang melibatkan
wawancara intensif dengan partisipan untuk menganalisis pemikiran,
persepsi, dan pengalaman mereka, khususnya dalam konteks pendidikan
biologi. Dalam wawancara mendalam, peneliti berusaha memahami sudut
pandang dan pemahaman yang mendalam dari partisipan terkait dengan
pertanyaan penelitian. Berikut adalah beberapa karakteristik dan prinsip-
prinsip utama dari wawancara mendalam:
1) Tujuan Pemahaman Mendalam: Wawancara mendalam bertujuan untuk
memahami pemikiran, persepsi, dan pengalaman partisipan secara
mendalam. Fokusnya adalah pada penjelasan rinci dan kontekstual.
2) Konteks Personal dan Kontekstual: Peneliti mendekati partisipan dengan
keinginan untuk memahami konteks personal dan kontekstual yang
mempengaruhi pandangan mereka terhadap pendidikan biologi.

21
3) Fleksibilitas dalam Pertanyaan: Wawancara mendalam bersifat fleksibel,
dengan peneliti dapat menyesuaikan pertanyaan mereka berdasarkan
respons dan tanggapan partisipan. Ini memungkinkan eksplorasi yang
lebih mendalam.
4) Ketidaklangsungan dan Perluas Pemahaman: Peneliti dapat mengejar
pertanyaan tambahan atau meminta klarifikasi untuk memperluas
pemahaman mereka terhadap topik tertentu yang muncul selama
wawancara.
5) Proses Interaktif: Wawancara mendalam menciptakan ruang untuk
interaksi langsung antara peneliti dan partisipan. Hal ini dapat membantu
dalam mendapatkan informasi yang lebih kaya dan terperinci.
6) Analisis Kualitatif: Data yang dihasilkan dari wawancara mendalam
dianalisis secara kualitatif. Analisis ini dapat melibatkan kategorisasi
temuan, identifikasi pola, dan pengembangan tema.
7) Etika dan Kepercayaan: Pertimbangan etika sangat penting dalam
wawancara mendalam. Peneliti harus memastikan bahwa partisipan
memberikan persetujuan dan bahwa kerahasiaan dan kepercayaan
dipertahankan.
8) Relevansi dengan Tujuan Penelitian: Wawancara mendalam harus
dirancang agar relevan dengan tujuan penelitian. Pertanyaan dan fokus
wawancara harus terkait dengan aspek-aspek tertentu dalam pendidikan
biologi yang ingin dipahami lebih lanjut.
Wawancara mendalam sering digunakan dalam penelitian kualitatif
untuk mendapatkan wawasan mendalam tentang pandangan, pengalaman,
dan persepsi partisipan. Metode ini membuka peluang untuk mendapatkan
data yang kontekstual dan terperinci yang mungkin sulit diakses melalui
metode penelitian lainnya.

22
1.5.3 Studi Dokumen
Studi dokumen adalah metode penelitian yang melibatkan analisis
dokumen atau bahan tertulis sebagai sumber data. Dalam konteks
pendidikan biologi, studi dokumen dapat mencakup analisis materi
pelajaran, buku teks, kurikulum, kebijakan pendidikan, dan dokumen
lainnya yang relevan dengan topik penelitian. Berikut adalah beberapa
karakteristik dan prinsip-prinsip utama dari studi dokumen:
1) Sumber Data Tertulis: Studi dokumen menggunakan dokumen atau
bahan tertulis sebagai sumber data utama. Ini dapat mencakup berbagai
jenis dokumen seperti buku teks, materi pelajaran, panduan kurikulum,
kebijakan pendidikan, dan artikel ilmiah.
2) Analisis Konten: Metode ini melibatkan analisis konten, di mana peneliti
memeriksa dan mengevaluasi isi dokumen untuk mengidentifikasi pola,
tema, atau informasi yang relevan dengan pertanyaan penelitian.
3) Wawasan Tambahan: Studi dokumen dapat memberikan wawasan
tambahan dan kontekstual terhadap topik penelitian. Informasi yang
ditemukan dalam dokumen dapat melengkapi data dari metode penelitian
lainnya.
4) Materi Pembelajaran dan Kebijakan: Dalam konteks pendidikan biologi,
studi dokumen dapat mencakup analisis materi pembelajaran, buku teks,
dan kebijakan pendidikan biologi yang relevan dengan aspek tertentu
yang ingin dipahami atau dieksplorasi.
5) Pemeriksaan Keterkaitan: Peneliti dapat memeriksa keterkaitan antara
berbagai dokumen untuk memahami bagaimana kebijakan
diterjemahkan ke dalam praktik pendidikan atau bagaimana konsep-
konsep tertentu diintegrasikan ke dalam kurikulum.
6) Pentingnya Sumber Berkualitas: Penting untuk memilih dokumen yang
berkualitas dan relevan dengan pertanyaan penelitian. Dokumen resmi,
seperti kebijakan pemerintah atau buku teks yang digunakan secara luas,
seringkali menjadi sumber yang signifikan.

23
7) Kejelasan Metode Analisis: Metode analisis harus jelas dan transparan.
Hal ini mencakup cara dokumen dipilih, kriteria inklusi atau eksklusi,
serta pendekatan yang digunakan dalam analisis konten.
8) Penyusunan Hasil dengan Hasil Lainnya: Hasil dari studi dokumen dapat
disusun dan dianalisis bersama dengan hasil dari metode penelitian
lainnya. Ini membantu dalam menyajikan gambaran yang lebih lengkap
dan kaya terkait dengan topik penelitian.
Studi dokumen dapat memberikan pemahaman yang mendalam tentang
kebijakan, materi pelajaran, dan aspek-aspek penting lainnya dalam bidang
pendidikan biologi. Dengan menggunakan metode ini, peneliti dapat
menggali wawasan tambahan yang mungkin tidak dapat diperoleh melalui
interaksi langsung atau observasi.
1.5.4 Focus Group
Focus group merupakan suatu metode penelitian yang melibatkan
pengumpulan data melalui diskusi terstruktur di antara sekelompok
partisipan yang diundang, dengan tujuan untuk mendapatkan wawasan
mendalam tentang topik tertentu, dalam hal ini, topik pendidikan biologi.
Berikut adalah beberapa karakteristik dan prinsip-prinsip utama dari focus
group:
1) Diskusi Terstruktur: Focus group melibatkan diskusi terstruktur di antara
sekelompok partisipan yang diarahkan oleh seorang moderator. Diskusi
ini sering kali didasarkan pada panduan wawancara yang telah disiapkan
sebelumnya.
2) Kumpulan Partisipan: Kelompok partisipan yang diundang ke focus
group biasanya memiliki karakteristik yang relevan dengan topik
penelitian, seperti siswa, guru, orangtua, atau ahli pendidikan biologi.
3) Interaksi Antara Partisipan: Focus group memungkinkan interaksi antar
partisipan. Dalam suasana yang terstruktur, partisipan dapat saling
bertukar pandangan, pengalaman, dan ide-ide mereka terkait dengan
topik tertentu.

24
4) Moderator sebagai Fasilitator: Moderator berperan sebagai fasilitator
diskusi, memandu percakapan, mengajukan pertanyaan, dan memastikan
bahwa berbagai pandangan diperoleh dari semua peserta.
5) Pertanyaan Terbuka: Sebagian besar pertanyaan yang diajukan dalam
focus group bersifat terbuka, memungkinkan partisipan untuk
menyampaikan pemikiran dan pandangan mereka dengan lebih bebas.
6) Pengumpulan Data Kualitatif: Focus group menghasilkan data kualitatif,
dan analisis data seringkali melibatkan identifikasi pola, tema, atau tren
yang muncul dari diskusi.
7) Kemungkinan Perbedaan Pendapat: Focus group dapat mengungkapkan
perbedaan pendapat di antara partisipan. Ini dapat memberikan wawasan
yang kaya terkait dengan kompleksitas topik tertentu.
8) Pentingnya Representasi: Representasi yang baik dari berbagai
perspektif dalam focus group sangat penting. Partisipan harus dipilih
dengan hati-hati untuk mencerminkan keragaman dalam populasi yang
relevan dengan topik penelitian.
9) Rekam Audio atau Video: Seringkali, sesi focus group direkam (baik
audio maupun video) untuk memudahkan analisis dan memungkinkan
revisi transkrip untuk mendapatkan data yang lebih akurat.
Focus group dapat memberikan wawasan yang mendalam dan
kontekstual terkait dengan pendapat, pandangan, dan pengalaman partisipan
terkait dengan pendidikan biologi. Metode ini sangat berguna untuk
menggali perspektif yang mungkin tidak terungkap melalui metode
penelitian lainnya.

1.6 Etika dalam penelitian kualitatif pendidikan biologi


Etika sampel merujuk pada prinsip-prinsip dan pedoman yang
mengatur penggunaan dan perlakuan terhadap sampel dalam penelitian atau
eksperimen ilmiah. Ini melibatkan kelayakan, keadilan, dan perlakuan yang
adil terhadap individu atau kelompok yang menjadi subjek dari sampel
tersebut.

25
Beberapa prinsip etika sampel dalam penelitian antara lain:
a. Kehormatan dan Harkat Manusia: Menghormati hak-hak individu yang
terlibat dalam sampel, termasuk hak untuk privasi, keamanan, dan
keamanan informasi pribadi.
b. Konsent: Memperoleh Persetujuan: Mendapatkan persetujuan yang
jelas dan sukarela dari individu atau kelompok sebelum mereka menjadi
bagian dari sampel. Ini juga melibatkan memberikan informasi yang
memadai kepada peserta untuk memungkinkan mereka membuat
keputusan yang terinformasi tentang partisipasi mereka.
c. Perlindungan terhadap Kerugian atau Bahaya: Memastikan bahwa
risiko dan potensi kerugian bagi peserta diidentifikasi dan
diminimalkan semaksimal mungkin.
d. Keadilan dan Representasi yang Adil: Memastikan bahwa sampel yang
digunakan mewakili populasi yang relevan dan bahwa pemilihan
sampel tidak menimbulkan bias yang signifikan dalam penelitian.
e. Transparansi dan Keterbukaan: Memberikan informasi yang jelas dan
akurat tentang bagaimana data akan digunakan, disimpan, dan
dipublikasikan.
f. Pemeliharaan Anonimitas dan Kerahasiaan: Melindungi identitas
individu dalam sampel agar tetap rahasia, kecuali mereka memberikan
persetujuan untuk mengungkapkan identitas mereka.
g. Privasi dan Kerahasiaan: Memastikan kerahasiaan informasi dan
melindungi privasi partisipan dengan sepenuhnya.
h. Perizinan dan Persetujuan: Memperoleh izin dan persetujuan dari
partisipan dan lembaga pendidikan biologi terkait sebelum memulai
penelitian.
i. Integritas Peneliti: Menjaga integritas peneliti dan menghindari konflik
kepentingan yang dapat mempengaruhi penelitian.
Prinsip-prinsip ini membantu memastikan bahwa penelitian dilakukan
dengan integritas, menghormati hak individu, dan menjaga standar etika yang
tinggi dalam penggunaan sampel manusia dalam penelitian ilmiah.

26
BAB II
INSTRUMEN PENELITIAN KUALITATIF

2.1 Pengertian Instrumen


Metode dan alat pengumpulan data dibahas dalam kaitannya dengan
metodologi penelitian. Instrumen dan teknik adalah sarana dan sarana pengumpulan
data sebagai komponen penting dalam penelitian. Metodologi penelitian dan
prosedur pengumpulan data saling terkait erat; tidak ada yang dapat diisolasi dari
peralatan yang digunakan dalam pengumpulan data. Ada hubungan erat antara
ketiganya. Secara umum, tes, angket, skala, wawancara, dokumentasi, dan
observasi adalah metode pengumpulan data yang sering dan efektif digunakan
dalam penelitian. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah soal
tes, skala berlapis, angket, wawancara, dan petunjuk observasi.
Data penelitian terbagi menjadi data primer dan data sekunder. Data primer
dan sekunder dapat dibedakan satu sama lain berdasarkan identitas sumber dan cara
pengumpulan informasi. Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti
langsung dari sumbernya (peneliti subjek) dengan menggunakan ukuran-ukuran.
Misalnya saja seorang peneliti ingin mengumpulkan informasi rata-rata berat badan
balita di suatu lokasi tertentu. Data primer adalah data yang dikumpulkan ketika
peneliti menimbang balita satu per satu secara langsung. Seperti disebutkan
sebelumnya, alat ukur, disebut sebagai "instrumen", selalu digunakan dalam
pengumpulan atau pengukuran data primer dan sekunder. Peneliti memanfaatkan
berbagai instrumen untuk memudahkan pengukuran variabel.
2.2 Jenis Instrumen Penelitian
2.2.1 Instrumen Wawancara
Instrumen wawancara adalah alat-alat yang digunakan untuk membantu dalam
pengumpulan data melalui kegiatan wawancara. Dalam kegiatan wawancara, daftar
pertanyaannya disebut interview schedule. Adapun catatan garis besar tentang
pokok-pokok yang akan ditanyakan disebut pedoman wawancara (interview guide).
Secara umum, terdapat dua macam pedoman wawancara, yaitu:

27
a. Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya
memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja, kreatifitas
pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis
pedoman ini lebih banyak bergantung pada pewawancara. Jenis wawancara
ini sangat tepat untuk penelitian kasus.
b. Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun
secara terperinci sehingga menyerupai checklist.
Pewawancara tinggal membubuhkan tanda √ (check) pada nomor yang
sesuai. Pedoman wawancara yang banyak digunakan adalah bentuk semi
structured. Dalam hal ini, mula-mula pewawancara menanyakan pertanyaan yang
sudah terstruktur, kemudian memperdalam satu per satu untuk mengorek
keterangan lebih lanjut. Dengan demikian, jawaban yang diperoleh dapat meliputi
semua variabel, dengan keterangan yang lengkap dan mendalam.
Jenis wawancara terdapat 3 cara menurut prosedurnya yaitu wawancara
bebas, wawancara terpimpin, dan wawancara bebas terpimpin sebagai berikut.
a) Wawancara bebas (wawancara tidak terpimpin) adalah proses wawancara di mana
interviewer tidak secara langsung mengarahkan tanya-jawab pada pokok-pokok
persoalan dari fokus penelitian dan narasumber. Dalam banyak hal wawancara
bebas akan lebih mendekati pembicaraan bebas atau free talk, sehingga
menemukan kualitas wawancara. Karenanya mempunyai kelemahan-kelemahan
antara lain:
1) Kualitas datanya rendah
2) Tak dapat digunakan untuk pengecekan secara mendalam
3) Memakan waktu terlalu lama
4) Hanya cocok untuk penelitian eksploratif
b) Wawancara terpimpin disebut juga dengan interview guide. Controlled interview
atau structured interview, yaitu wawancara yang menggunakan panduan pokok-
pokok masalah yang diteliti. Ciri pokok wawancara terpimpin ialah pewawancara
terikat oleh suatu fungsi bukan saja sebagai pengumpul data relevan dengan
maksud penelitian yang telah dipersiapkan, serta ada pedoman yang memimpin

28
jalannya tanya-jawab. Dengan adanya pedoman atau panduan pokok-pokok
masalah yang akan diselidiki memudahkan dan melancarkan jalannya wawancara
c) Wawancara bebas terpimpin merupakan kombinasi antara wawancara bebas dan
terpimpin. Jadi pewawancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang akan
diteliti, selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung mengikuti situasi
pewawancara harus pandai mengarahkan yang diwawancarai apabila ternyata ia
menyimpang. Pedoman interview berfungsi sebagai pengendali jangan sampai
proses wawancara kehilangan arah.
Jenis wawancara terdapat 2 cara menurut sasaran penjawabnya yaitu
wawancara perorangan dan wawancara kelompok sebagai berikut.
a) Wawancara perorangan yaitu apabila proses tanya-jawab tatap muka itu secara
langsung antara pewawancara dengan seorang yang diwawancarai. Cara ini akan
mendapatkan data lebih intensif
b) Wawancara kelompok apabila proses interview itu berlangsung sekaligus dua
orang pewawancara atau lebih menghadapi dua orang atau lebih yang
diwawancarai. Hal ini berguna untuk alat pengumpulan data yang difungsikan
memperoleh informasi yang luas.
Dalam wawancara ada empat faktor yang sangat penting, yaitu faktor
pewawancara, faktor sumber informasi, faktor materi pertanyaan, faktor situasi
wawancara:
a. Pewawancara
Beberapa karakteristik yang perlu dimiliki pewawancara, yaitu:
1) Kemampuan dan keterampilan mewawancarai sumber informasi.
2) Kemampuan memahami dan menerima serta merekam hasil wawancara yang
telah dilakukan.
3) Karakteristik sosial pewawancara.
4) Rasa percaya diri dan motivasi yang tinggi.
5) Rasa aman yang dimiliki.
Kondisi di atas akan dapat memacu pewawancara untuk mengendalikan diri
serta mampu untuk menyampaikan pertanyaan dengan baik dan memahami
jawaban yang diberikan oleh sumber informasi.

29
b. Sumber Informasi
Beberapa hal yang perlu dan diperlukan dari sumber informasi, yaitu:
1) Kemampuan memahami/menangkap pertanyaan dan mengolah jawaban dari
pertanyaan yang diajukan pewawancara.
2) Karakteristik sosial (sikap, penampilan, relasi/hubungan) sumber informasi.
3) Kemampuan untuk menyatakan pendapat.
4) Rasa aman dan percaya diri.
Dengan keadaan dan patokan di atas, setiap sumber informasi akan dapat
memberikan jawaban yang tepat dan bermanfaat.
c. Materi Pertanyaan
Keterlaksanaan wawancara dengan baik adalah harapan dari setiap
pewawancara. Karena itu, pewawancara perlu menghayati berbagai faktor yang
terdapat di dalam materi pertanyaan sehingga memungkinkan wawancara berjalan
dengan baik. Di antara faktor-faktor yang penting dipahami dalam isi/materi
pertanyaan, yaitu:
1) Tingkat kesukaran materi yang ditanyakan
Materi pertanyaan hendaklah dalam ruang lingkup kemampuan sumber
informasi. Jangan terlalu sukar dan jangan pula terlalu mudah.
2) Kesensitifan materi pertanyaan
Peneliti hendaklah menyadari sejak dini, hal-hal yang menyangkut moral,
agama, ras, atau kedirian tiap sumber informasi yang selalu mengundang
subjektivitas, keengganan, atau penolakan untuk memberi jawaban. Dalam kaitan
itulah jati diri, kemampuan, dan keterampilan peneliti diuji dan sangat diperlukan.
Usahakan materi yang sensitif dijadikan normatif dan tidak menyinggung kedirian
seseorang maupun orang lain.
3) Situasi Wawancara
Dalam situasi wawancara, sekurang-kurangnya ada empat kondisi yang
perlu mendapat perhatian, yaitu:
a) Waktu pelaksanaan
b) Tempat pelaksanaan
c) Keadaan lingkungan pada waktu wawancara

30
d) Sikap masyarakat

2.2.2 Instrumen Observasi


Instrumen observasi adalah alat-alat yang digunakan untuk membantu dalam
pengumpulan data melalui teknik observasi (teknik pengamatan dan pencatatan
sistematis dari fenomena-fenomena yang diselidiki baik secara langsung maupun
tidak langsung). Dalam menggunakan teknik observasi, cara yang paling efektif
adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen.
Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang
digambarkan akan terjadi. Muhammad Ali mengemukakan, instrumen atau alat
yang digunakan dalam melakukan observasi adalah sebagai berikut:
1) Daftar cek (check list). Semua gejala yang akan atau mungkin akan muncul
pada suatu subjek yang menjadi objek penelitian di daftar secermat mungkin
sesuai dengan masalah yang diteliti, juga disediakan kolom cek yang
digunakan selama mengadakan pengamatan. Berdasarkan butir (item) yang ada
pada daftar cek, gejala yang muncul dibubuhkan tanda cek (√) pada kolom
yang tersedia. Hal ini akan lebih memudahkan dalam pengamatan.
2) Daftar isian. Daftar isian memuat daftar butir (item) yang diamati, kolom
tentang keadaan, atau gejala tentang item-item tersebut. Kolom keadaan
dikosongkan untuk selanjutnya pada waktu pengamatan diisi oleh peneliti.
3) Skala penilaian (rating scale). Rating scale biasanya untuk mengubah data
kualitatif ke dalam data kuantitatif atau bentuk angka-angka yang
dimanifestasikan dalam bentuk skala, dengan fungsi menentukan tingkat
kategori sifat atau karakteristik sesuatu. Skala penilaian berfungsi untuk
menentukan kedudukan objek penelitian pada tingkat tertentu dalam skala yang
didasarkan pada karakteristik yang sudah ditentukan. Angka-angka yang
menggambarkan karakteristik itu (misalkan 5: baik sekali; 4: baik; 3: cukup; 2:
kurang baik; 1: sangat kurang baik), selanjutnya dicantumkan pada garis skala
sehingga pencatatan dilakukan dengan cara melingkari angka atau mengisi
kolom pada skala dengan gejala yang muncul.

31
Di dalam penelitian jenis teknik observasi yang lazim digunakan untuk alat
pengumpulan data adalah :
1) Observasi partisipan
Orang yang mengadakan observasi turut ambil bagian dalam kehidupan
orang-orang yang diobservasi. Umumnya untuk penelitian yang bersifat eksploratif.
Menyelidiki perilaku individu dalam situasi sosial seperti cara hidup, hubungan
sosial dalam pabrik dan lain-lain.
2) Observasi sistematik
Biasa disebut juga observasi terstruktur yaitu observasi di mana terdapat
kerangka yang memuat faktor faktor dan ciri-ciri khusus dari setiap faktor yang
diamati. Dalam observasi sistematik, isi dan luasnya observasi lebih terbatas yang
disesuaikan dengan tujuan observasi biasanya telah dirumuskan pada awal
penyusunan rancangan observasi, respon dan peristiwa yang diamati dapat dicatat
secara lebih teliti, dan mungkin dikuantifikasikan.
3) Observasi eksperimental
Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan dengan cara
mengendalikan unsur-unsur penting ke dalam situasi sedemikian rupa, untuk
mengetahui apakah perilaku yang muncul benar-benar disebabkan oleh faktor yang
telah dikendalikan sebelumnya.
Keikutsertaan peneliti dalam kegiatan kelompok sesuai dengan aspek yang
diteliti, tergantung pada teknik mana yang dipilih oleh peneliti tersebut. Menurut
Udinsky, participant observer dapat dibedakan atas empat jenis, yaitu:
a. Observer berpartisipasi secara utuh (complete participation)
Jenis ini menekankan bahwa peneliti secara resmi merupakan anggota dari
kelompok/program yang dijadikan objek penelitian. Ia ikut secara aktif dalam setiap
kegiatan dari awal sampai program berakhir. Ia mengikuti seluruh aktivitas sesuai
dengan tata aturan yang terdapat dalam kelompok itu. Ia adalah bagian dari
kelompok dan program secara utuh.
Fungsi penelitian dilakukan secara tidak kentara, namun semua data dan
informasi yang dibutuhkan terekam dengan baik. Dengan cara demikian peneliti
dapat menghindari kecemasan dari anggota kelompok, sehingga data yang

32
dihimpun dan dicatat lebih baik, lebih lengkap, terhindar dari syak wasangka, jujur,
bebas, dan bersifat alami, dan tidak terlepas dari konteks yang sebenarnya.
b. Berpartisipasi sebagai pengamat (participant as observer)
Tipe ini menekankan bahwa peneliti hanya berfungsi dalam kelompok
sebagai pengamat (observer). Dia hanya sebagai subordinat dari kelompok sesuai
dengan fungsi formalnya. Ia diterima oleh kelompok selama waktu mengamati
kegiatan kelompok.
c. Pengamat sebagai partisipan (observer as participant)
Dalam tipe ketiga ini, peneliti adalah pengamat (observer) dan juga sebagai
participant. Ia tahu bahwa fungsinya yaitu:
1) Berpartisipasi secara kreatif dalam kelompok, namun ia tetap sebagai orang
di luar kelompok
2) Mengumpulkan informasi atau data tentang program atau aspek yang
ditelitinya. Ia adalah pengamat yang berpartisipasi dalam kelompok. Karena
itu ia dapat berpartisipasi secara kreatif dalam kegiatan kelompok, namun ia
tetap orang di luar anggota kelompok.
d. Pengamat (complete observer)
Dalam tipe ini peneliti atau pengumpul data tidak mempunyai peran untuk
berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan. Ia lebih merupakan pengamat yang
secara diam-diam mengamati atau menghayati program yang sedang dilaksanakan
walaupun sebagai pengamat lengkap. Ia masih mungkin melakukan observasi
secara lebih mendalam, namun untuk memberikan umpan balik kepada anggota
kelompok sangat terbatas.
2.2.3 Instrumen Dokumentasi
Instrumen dokumentasi adalah alat-alat yang digunakan untuk membantu
dalam pengumpulan data melalui teknik dokumentasi (teknik pengumpulan data
yang tidak langsung ditujukan pada subjek penelitian, tetapi melalui dokumen).
Dua alat penting dalam teknik dokumentasi, yaitu:
1) Pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan
dicari datanya.

33
2) Check list, yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Dalam
menggunakan teknik dokumentasi ini, peneliti dapat memegang check list
untuk mencatat variabel yang sudah ditentukan. Apabila terdapat atau muncul
variabel yang dicari, peneliti hanya membubuhkan tanda check atau tally di
tempat yang sesuai. Untuk mencatat hal-hal yang bersifat bebas atau belum
ditentukan dalam daftar variabel, peneliti dapat menggunakan kalimat bebas.

Dokumen merupakan catatan atau karya seseorang tentang sesuatu yang


sudah berlalu. Dokumen tentang orang atau sekelompok orang, peristiwa, atau
kejadian dalam situasi sosial yang sesuai dan terkait dengan fokus penelitian
adalah sumber informasi yang sangat berguna dalam penelitian kualitatif.
Dokumen itu dapat berbentuk teks tertulis, artefacts, gambar, maupun foto.
Dokumen tertulis dapat pula berupa sejarah kehidupan (life histories), biografi,
karya tulis, dan cerita. Di samping itu ada pula material budaya, atau hasil karya
seni yang merupakan sumber informasi dalam penelitian kualitatif.
a. Jenis Dokumentasi
Adapun jenis-jenis dari insstrumen dokumentasi sebagai berikut.
1) Dokumen pribadi
Dokumen pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis
tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya. Maksud mengumpulkan
dokumen pribadi ialah untuk memperoleh kejadian nyata tentang situasi sosial atau
arti berbagai faktor di sekitar subjek penelitian. Macam-macam dokumen pribadi
yang bisa digunakan:
a) Buku Harian
Buku harian yang bermanfaat adalah buku yang ditulis dengan memberikan
tanggapan tentang peristiwa-peristiwa di sekitar penulis. Namun akan sukar
diperoleh karena pemiliknya memandang sebagai milik yang sangat pribadi sekali.
b) Surat pribadi
Surat pribadi antara seseorang dengan keluarganya dapat juga
dimanfaatkan, untuk mengungkapkan hubungan sosial seseorang.

34
c) Otobiografi
Ada bermacam-macam maksud menulis otobiografi. Motif penulisnya akan
mempengaruhi isi penulisan biografi tersebut.

Dokumen resmi dokumen resmi terbagi atas 3 yaitu


1. Dokumen internal berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu
lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangan sendiri.
2. Dokumen ini dapat menyajikan informasi tentang keadaan, aturan disiplin, dan
dapat menunjukkan tentang gaya kepemimpinan.
3. Dokumen eksternal berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu
lembaga sosial, misalnya majalah, buletin, pernyataan, dan berita yang
disiarkan kepada media massa. Dapat dimanfaatkan untuk menelaah kontek
sosial, kepemimpinan, dan lain-lain.

2.3 Ciri-ciri Instrumen Penelitian


Ciri-ciri Instrumen Penelitian sebagai berikut :
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan
dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa tes atau
angka yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami dengan
pengetahuan semata. Untuk memahaminya, kita perlu sering merasakannya,
menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia
dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan
arah pengamatan, untuk mengetes hipotesis yang timbul seketika.
6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan
data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai
umpan balik untuk memperoleh penegasan, perubahan, dan perbaikan.

35
7. Dalam penelitian dengan menggunakan tes atau angket yang bersifat kuantitatif
yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi agar dapat diolah
secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan. Dengan
manusia sebagai instrumen, respon yang negatif, yang menyimpang justru
diberi perhatian. Respon yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk
mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek
yang diteliti.

2.4 Kriteria Instrumen


2.4.1 Validitas
Gronlund (2009: 70) menyebutkan bahwa validitas adalah ketepatan
interpretasi yang diperoleh dari hasil penilaian. Lebih rinci Azwar (2010: 5)
menyebutkan bahwa validitas berasal dari kata validity yang memiliki arti sejauh
mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
Namun secara khusus Allen & Yen (1979: 97) menyatakan bahwa validitas dari
suatu perangkat tes dapat diartikan merupakan kemampuan suatu tes untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur.Ada tiga tipe validitas, yaitu validitas isi,
validitas konstruk dan validitas kriteria (Allen & Yen, 1979: 97). Selain itu,
menurut (Azwar, 2011: 45-47) terdapat dua macam validitas isi, yaitu validitas
kenampakan dan validitas logika.
Validitas isi berarti sejauh mana suatu perangkat tes mencerminkan
keseluruhan kemampuan yang hendak diukur (Azwar, 2011: 45), yang berupa
analisis rasional terhadap domain yang hendak diukur. Validitas kenampakan
didasarkan pada pertanyaan apakah suatu butir-butir dalam perangkat tes mengukur
aspek yang relevan dengan domainnya. Validitas logika berkaitan dengan
keseksamaan batasan pada domain yang hendak diukur, dan merupakan jawaban
apakah keseluruhan butir merupakan sampel representatif dari keseluruhan butir
yang mungkin dibuat.
Validitas kriteria, disebut juga validitas prediktif, merupakan kesahihan
suatu perangkat tes dalam membuat prediksi, dapat meramalkan keberhasilan siswa
pada masa yang akan datang. Validitas prediktif suatu perangkat tes dapat diketahui

36
dari korelasi antara perangkat tes dengan kriteria tertentu yang dikehendaki, yang
disebut dengan variabel kriteria (Allen & Yen, 1979: 97; Azwar, 2011:51).

2.4.2 Reliabilitas
Reynold (2006: 91) menyatakan bahwa reliabilitas mengacu pada
kekonsistenan atau kestabilan hasil penilaian. Namun secara singkat Cohen (2007:
146) menyatakan bahwa reliabilitas sebagai kestabilan. Mengenai reliabilitas, Ebel
& Frisbie (1991: 76), menyatakan bahwa jika tesnya memiliki konsistensi yang
tinggi, maka tes tersebut akurat, reproducible, dan generalizable terhadap
kesempatan testing dan instrumen yang sama.
Mehrens & Lehmann (1973: 249) menyatakan bahwa reliabilitas
merupakan derajat keajegan (konsisten) di antara dua buah hasil pengukuran pada
objek yang sama. Definisi ini dapat diilustrasikan dengan seseorang yang diukur
tinggi badannya akan diperoleh hasil yang tidak berubah walaupun menggunakan
alat pengukur yang berbeda dan skala yang berbeda. Kaitannya dengan dunia
pendidikan, prestasi atau kemampuan seorang siswa dikatakan reliabel jika sudah
dilakukan pengukuran. Kereliabelan ini bermakna hasil pengukuran akan sama
informasinya, walaupun penguji berbeda, korektornya berbeda atau butir soal yang
berbeda tetapi memiliki karakteristik yang sama.
Allen & Yen (1979: 62) menyatakan bahwa tes dikatakan reliabel jika skor
amatan mempunyai korelasi yang tinggi dengan skor yang sebenarnya. Selanjutnya
dinyatakan bahwa reliabilitas merupakan koefisien korelasi antara dua skor amatan
yang diperoleh dari hasil pengukuran menggunakan tes yang paralel. Dengan
demikian, pengertian yang dapat diperoleh dari pernyatan tersebut adalah suatu tes
itu reliabel jika hasil pengukuran mendekati keadaan peserta tes yang sebenarnya.
Oleh karena itu, dalam bidang pendidikan, pengukuran tidak dapat langsung
dilakukan pada ciri atau karakter yang akan diukur. Ciri atau karakter ini bersifat
abstrak. Hal ini menyebabkan sulitnya memperoleh alat ukur yang stabil untuk
mengukur karakteristik seseorang (Mehrens & Lehmann, 1973: 103).

37
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam pembuatan alat ukur dalam dunia
pendidikan harus dilakukan secermat mungkin dan disesuaikan dengan kaidah-
kaidah yang telah ditentukan oleh ahli-ahli pengukuran di bidang pendidikan.
Kereliabilitasan suatu alat ukur, yang berupa suatu indeks reliabilitas, dapat
dilakukan penelaahan secara statistik. Nilai ini biasa dinamakan dengan koefisien
reliabilitas (reliability coefficient).
Menentukan nilai reliabilitas suatu tes dapat menggunakan aplikasi SPSS
atau menghitung secara manual menggunakan formula sebagai berikut:
a. Validitas
1. Validitas Isi
Validitas isi ditentukan menggunakan kesepakatan ahli (expert). Kesepakatan ahli
bidang studi atau sering disebut dengan domain yang diukur menentukan tingkatan
validitas isi. Hal ini dikarenakan instrumen pengukuran dibuktikan valid jika ahli
meyakini bahwa bahwa instrumen tersebut mengukur penguasaan kemampuan
yang didefinisikan dalam domain ataupun juga konstruk psikologi yang diukur
(Retnawati, 2014: 7). Peneliti meminta kepada ahli untuk memeriksa ketepatan
antara kesesuaian butir soal dengan indikator indikatornya, redaksi penulisan soal,
dan kesesuaian pilihan jawaban (pengecoh) pada pilihan ganda. Apabila masih ada
kekeliruan dalam pembuatan instrumen, maka instrumen tersebut direvisi kembali.
Setelah dilakukan pemeriksaan oleh ahli, dalam hal ini sebagai validator,
selanjutnya ahli memberikan penilaian terhadap instrumen. Penilaian tersebut
terdiri dari 5 kriteria sebagai berikut:
Tabel 2. Kriteria Penilaian Butir Instrumen oleh Validator
Nilai Keterangan
1 Tidak Relevan
2 Kurang Relevan
3 Cukup
4 Relevan
5 Sangat Relevan

38
Setelah diberikan penilaian oleh ahli, selanjutnya peneliti menghitung hasil
penilaian menggunakan indeks validitas, rentang angka V yang mungkin diperoleh
adalah antara 0 sampai dengan 1. Semakin tinggi angka V (mendekati 1 atau sama
dengan 1) maka nilai kevalidan sebuah item/butir soal juga semakin tinggi, dan
semakin rendah angka V (mendekati 0 atau sama dengan 0) makan nilai kevalidan
sebuah item/butir soal juga semakin rendah (Aiken, 1980: 957).

2. Validitas Konstruk
Analisis untuk membuktikan validitas konstruk ialah menggunakan analisis
faktor eksploratori. Analisis faktor eksploratori dapat dilihat dari persentase varians
yang dilihat dari nilai KMO (Kaiser Meyer Olkin). Nilai KMO dapat diperoleh
melalui aplikasi SPSS IBM 20. Jika nilai KMO lebih dari 0,5, maka variabel dan
sampel yang digunakan memungkinkan untuk dilakukan analisis lebih lanjut
(Santoso, 2006: 22). Adapun langkah-langkah untuk mencari nilai KMO dengan
SPSS IBM 20 adalah sebagai berikut:
1) Input data,
2) Klik Analyze,
3) Pilih Dimension Reduction, lalu pilih Factor,
4) Masukkan semua butir soal ke kolom items, lalu pilih Descriptives dan beri
tanda centang pada KMO and Bartlett’s test of sphericity, dan
5) Klik OK.

2.5 Pengembangan Instrumen


Langkah pertama yang harus dilakukan oleh peneliti adalah mengkaji secara
teoritik tentang substansi yang akan diukur. Peneliti harus menentukan defenisi
konseptual kemudian definisi operasional. Selanjutnya definisi operasional ini
dijabarkan menjadi indikator dan butir-butir. Menurut Tim Pusisjian (1997/1998,
ada enam langkah untuk mengembangkan instrumen alat ukur, yaitu:
1. Menyusun spesifikasi alat ukur termasuk kisi-kisi dan indikator
2. Menulis pertanyaan
3. Menelaah pertanyaan

39
4. Melakukan ujicoba
5. Menganalisis butir instrumen
6. Merakit instrument dan memberi label
Spesifikasi alat ukur ini mencakup: tujuan pengukuran, kisi-kisi instrumen,
skala pengukuran, dan panjang instrumen. Oleh karenanya dalam menentukan
spesifikasi alat ukur berarti menentukan tujuan instrumen, mengembangkan kisi-
kisi instrumen, menentukan skala pengukuran, dan menentukan panjang instrumen.
Di depan telah dikemukakan bahwa ada dua macam instrumen, yaitu instrumen
untuk tes dan nontes. Oleh karenanya, perlu dibedakan antara kisi-kisi instrumen
untuk tes dan kisi-kisi instrumen nontes. Secara rinci penyusunan kisi-kisi
keduanya adalah sebagai berikut.
1.Kisi-kisi Instrumen /Tes
Setelah tujuan tes ditetapkan, kegiatan berikutnya adalah menyusun kisi-
kisi tes. Kisi-kisi ini pada dasarnya merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi
soal yang akan ditulis. Kisi-kisi berisi tentang tujuan, standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi pokok, dan penilaian yang berisi bentuk dan jenis tagihan.
Standar kompetensi dijabarkan menjadi kompetensi dasar, kompetensi dasar
dipecah menjadi beberapa indikator, dan dari indikator inilah dibuat butir-butir
instrumen. Ada tiga langkah yang harus dipenuhi untuk menulis kisi-kisi, yaitu: 1)
memilih standar kompetensi dasar, (2) memilih kompetensi dasar, (3) menulis
indikator, dan (4) menentukan bentuk tes. Secara garis besar, ada dua bentuk tes
yang banyak digunakan oleh guru, yaitu bentuk obyektif dan bentuk uraian atau non
objektif. Sudah barang tentu, masing-masing bentuk tes memiliki kelebihan dan
kekurangan.
2.Kisi-kisi Instrumen non tes
Penyusunan instrumen nontes didahului dengan penentuan definisi
konseptual, kemudian dijabarkan lagi di definisi operasional. Dari definisi
operasional ini kemudian dijabarkan menjadi beberapa indikator yang selanjutnya
dijabarkan menjadi butir-butir instrumen. Seperti yang telah dijelaskan di muka,
instrumen nontes ini dibedakan menjadi dua, yaitu skala, angket, dan inventori.
Skala digunakan untuk mengukur konstruk atau konsep psikologis seperti: sikap,

40
minat, motivasi, pendapat, dan trait lainnya, sedangkan angket digunakan untuk
mengukur fakta, atau yang dianggap fakta seperti: pendidikan terakhir, jumlah
anggota, penghasilan setiap bulan, dll. Sementara itu, inventori digunakan untuk
mengungkap kepemilikan benda nyata, seperti: jumlah kursi, jumlah meja, dll.
Secara ringkas, hubungan antara tujuan, metode dan instrumen yang digunakan
pada Tabel 3 berikut.
Tujuan untuk mengungkap Metode Instrumen yg digunakan
perilaku, kebiasaan, lembar observasi, lembar penilaian, catatan
ketrampilan observasi, peneliti sendiri
wawancara mendalam
potensi termasuk di dalamnya soal tes, lembar perintah dilengkapi dengan
unjuk kerja tes, perintah lembar observasi/ lembar penilaian
mengerjakan
afektif: motivasi, sikap, minat, wawancara, survei pedoman wawancara, skala
kesukaan, dll
data pribadi, data nyata wawancara, survei angket, inventori
data yang lalu, data sekunder Dokumentasi, daftar dokumen
Tabel di atas menjelaskan bahwa metode dan instrumen yang digunakan
harus mengacu pada tujuan pengukuran. Hal ini penting agar tidak terjadi kesalahan
pengukuran.

2.6 Cara Memvalidasi Instrumen


Di muka telah dijelaskan pengertian dan jenis validitas dan reliabilitas
instrumen. Secara ringkas cara memvalidasi dan mengestimasi reliabilitas
instrumen dapat dilihat pada instrumen berikut.
Tabel 4. Jenis Validitas
Jenis Validitas Cara Memvalidasi Keterangan
Validitas isi: validitas - menggunakan kisi-kisi -tanpa menggunakan
kurikulum, validitas - konsultasi ke ahlinya teknik statistik
Tampang

41
Validitas kriteria terkait -mengkorelasikan dengan Korelasi product moment
atau validitas empirik: data di masa datang
validitas prediktif,
validitas Konkuren
Validitas konstruk: -mengkorelasikan skor - analisis faktor
validitas factor butir dengan total - product moment
-analisis butir

Tabel 5. Jenis Reliabilitas


Jenis Reliabilitas Prosedur Teknik yang dipakai
Internal Consistency: 1 dan 2, tes satu kali, 1. Koef. Alpha
1. data ordinal kemudian dianalisis atau 2. KR 20, KR 21
2. data nominal diestimasi reliabilitasnya 3. Spearman Brown
3 tes sekali, kemudian skor
dibelah dua dan diestimasi
Stabilitas Tes dua kali dengan soal Product moment dan
sama, kemudian hasilnya korelasi intra kelas
dikorelasikan.
Ekivalen Beri tes dua kali dengan Product moment dan
soal yang berbeda korelasi intra kelas
kemudian dikorelasikan
Tabel di atas menunjukkan bahwa untuk mengestimasi validitas dan
reliabilitas instrumen diperlukan kerja yang sangat hati-hati, Harus diupayakan agar
proses dan estimasi ini dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk kasus ini atau
untuk menyusun instrumen untuk mengukur kinerja SMK-SBI kali ini tidak perlu
dituliskan kisis-kisi dan indikator karena sudah ada (WS 2). Selain itu, instrumen
juga tidak perlu diuji coba dan analisis empirik karena memerlukan keahlian khusus
dan memakan waktu tambahan. Jadi dalam kegiatan ini, yang harus dilakukan
dalam penyusunan instrumen hanya menulis butir-butir instrumen dan menelaah
butir. Setelah butir ditulis lalu ditelaah (diusahakan telaah dilakukan oleh orang lain
atau bukan penulis butir).

42
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah: (1) butir instrumen harus sesuai
indikator, (2) butir ditulis secara singkat dan jelas, (3) pilihan jawaban yang
berbentuk angka atau waktu, sebaiknya diurutkan, (4) dalam satu komponen, setiap
butir diberi skor sama (skor sama tidak berarti pilihan jawabannya sama), dan (5)
butir ditulis dengan menggunakan bahasa baku. Selain itu, untuk menarik
responden agar mau merespon dengan baik maka instrumen sebaiknya: (1) dikemas
dalam bentuk yang menarik, misal dalam bentuk buku yang agak kecil, (2)
diusahakan jumlah butir untuk setiap jenis responden tidak terlalu banyak
(maksimum 40 butir), dan (3) diusahakan butir pertanyaan dan jawaban pada
halaman yang sama.

2.7 Ciri Seorang Validator


a) Keterampilan Teknis:
Analisis: Mampu menganalisis instrumen dengan cermat dan mendalam.
Pengetahuan Instrumentasi: Memiliki pemahaman yang kuat tentang jenis
instrumen yang akan divalidasi dan cara kerjanya.
Keterampilan Pengukuran: Dapat melakukan pengukuran dan evaluasi yang akurat.
b) Keakuratan dan Ketelitian:
Teliti: Sangat teliti dalam melakukan pemeriksaan dan verifikasi instrumen.
Akurat: Dapat memberikan hasil yang akurat dan dapat diandalkan.
c) Pemahaman Standar:
Pemahaman Standar Industri: Mengetahui standar atau pedoman industri terkait
instrumen yang sedang divalidasi.
Pemahaman Kriteria Kualitas: Memahami kriteria kualitas yang harus dipenuhi
oleh instrumen tersebut.
d) Kemampuan Komunikasi:
Komunikasi Efektif: Mampu berkomunikasi dengan jelas dan efektif, baik secara
lisan maupun tertulis, terutama dalam memberikan umpan balik kepada pihak
terkait.

43
e) Pemecahan Masalah:
Kemampuan Memecahkan Masalah: Mampu mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah yang mungkin muncul selama proses validasi.
f) Etika Profesional:
integritas: Bertindak dengan integritas tinggi dan menjalankan validasi instrumen
dengan etika profesional.
Keberimbangan: Menilai instrumen tanpa adanya bias dan berpegang pada standar
etika profesi.
g) Pengalaman dan Pendidikan:
Pengalaman Praktis: Memiliki pengalaman praktis dalam melakukan validasi
instrumen.
h) Fleksibilitas:
Fleksibel: Bersifat fleksibel dalam menyesuaikan diri dengan perubahan atau
perbaikan instrumen yang mungkin diperlukan.
i) Manajemen Waktu:
Manajemen Waktu yang Baik: Mampu mengelola waktu dengan baik untuk
menyelesaikan validasi instrumen sesuai jadwal yang ditetapkan.

2.8 Cara Identifikasi dan Mengurangi Bias Data


Identifikasi Bias Data:
a) Analisis Deskriptif:
Lakukan analisis deskriptif data untuk memahami karakteristik dasar, seperti mean,
median, dan distribusi.
b) Analisis Variabel:
Tinjau setiap variabel secara terpisah untuk mendeteksi perbedaan yang signifikan
atau pola tidak bias.
c) Analisis Sub Kelompok:
Periksa apakah ada perbedaan signifikan diantara subkelompok data (misalnya,
berdasarkan usia, jenis kelamin, atau wilayah).

44
d) Visualisasi Data:
Gunakan visualisasi data, seperti grafik atau diagram, untuk mengidentifikasi trend
atau pola yang mungkin menunjukkan bias.
e) Perbandingan dengan Data Referensi:
Bandingkan data Anda dengan data referensi atau normatif untuk melihat apakah
ada perbedaan yang tidak terduga.
Pengurangan Bias Data:
a) Pemilihan Sampel yang Representatif:
Pastikan bahwa sampel yang digunakan merepresentasikan populasi dengan baik
dan mencakup berbagai karakteristik.
b) Pengkodean dan Kategorisasi yang Konsisten:
Pastikan konsistensi dalam pengkodean dan kategorisasi variabel untuk
menghindari bias yang mungkin muncul akibat interpretasi yang berbeda.
c) Penyelidikan Variabel yang Kritis:
Selidiki variabel yang dianggap kritis untuk memastikan bahwa mereka tidak
memberikan kontribusi signifikan terhadap bias.
d) Normalisasi Data:
Normalisasi data dapat membantu mengatasi perbedaan skala atau satuan
pengukuran yang mungkin menyebabkan bias.
e) Validasi dan Verifikasi Data:
Lakukan validasi lintas untuk memverifikasi keakuratan data dengan
membandingkan hasil dengan sumber data alternatif atau metode pengukuran yang
berbeda.
f) Pemantauan Kesetaraan:
Perhatikan kesetaraan dalam perlakuan terhadap semua subkelompok untuk
memastikan bahwa tidak ada kelompok yang diuntung atau dirugikan secara tidak
adil.
g) Penerapan Metode Analisis yang Sesuai:
Perhatikan kesetaraan dalam perlakuan terhadap semua subkelompok untuk
memastikan bahwa tidak ada kelompok yang diuntung atau dirugikan secara tidak
adil.

45
BAB III
ANALISIS DATA

3.1 Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan Biologi


Dalam penelitian kualitatif di bidang pendidikan biologi, terdapat
beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan dan
menganalisis data dengan pendekatan yang mendalam dan deskriptif. Berikut
adalah beberapa metode penelitian kualitatif yang sering digunakan dalam
pendidikan biologi.
3.1.1 Studi Kasus
Metode studi kasus dalam penelitian kualitatif adalah pendekatan yang
memungkinkan peneliti untuk menyelidiki secara mendalam satu kasus atau
situasi tertentu. Dalam konteks pendidikan biologi, studi kasus dapat
digunakan untuk memahami bagaimana suatu fenomena atau metode
pengajaran mempengaruhi proses pembelajaran, pemahaman siswa, atau
strategi pengajaran yang efektif. Misalnya, studi kasus tentang penggunaan
metode pembelajaran tertentu dalam topik biologi tertentu di suatu sekolah.
Berikut langkah-langkah umum dalam melakukan studi kasus penelitian
kualitatif dalam pendidikan biologi:
1. Penentuan Kasus atau Objek Studi; Identifikasi kasus yang relevan
dengan tujuan penelitian. Ini bisa berupa kelas, guru, atau sekolah
tertentu yang ingin diteliti dalam konteks pendidikan biologi.
2. Perencanaan dan Desain Penelitian; Rencanakan pendekatan dan strategi
penelitian yang tepat untuk mendapatkan data yang diperlukan. Pilih
metode pengumpulan data yang sesuai, seperti wawancara, observasi,
atau analisis dokumen.
3. Pengumpulan Data; Lakukan pengumpulan data dari berbagai sumber
yang relevan. Ini bisa berupa wawancara dengan guru, observasi dalam
kelas biologi, analisis kurikulum, atau materi pembelajaran yang
digunakan.

46
4. Analisis Data; Lakukan analisis mendalam terhadap data yang
terkumpul. Identifikasi pola, tema, dan tren yang muncul dari data
untuk memahami fenomena yang sedang diteliti. Penggunaan teknik
seperti analisis teks, kategorisasi data, atau pemodelan konsep dapat
bermanfaat dalam proses analisis.
5. Interpretasi dan Kesimpulan; Setelah analisis data, buatlah interpretasi
terhadap temuan-temuan yang muncul. Deskripsikan implikasi dari
temuan tersebut terhadap proses pembelajaran, pengajaran, atau
pemahaman konsep biologi yang sedang diteliti.
6. Pelaporan Hasil; Hasil studi kasus harus dilaporkan secara sistematis
dalam laporan penelitian. Termasuk di dalamnya deskripsi metodologi,
temuan utama, interpretasi, dan kesimpulan yang dihasilkan dari studi
kasus tersebut.
Kelebihan studi kasus dalam penelitian kualitatif adalah mendapatkan
pemahaman mendalam tentang kasus tertentu dan memungkinkan peneliti
untuk menggali detail yang tidak akan terungkap dengan metode penelitian
lainnya. Namun, perlu diingat bahwa karena fokus pada satu kasus,
generalisasi terhadap populasi yang lebih luas mungkin terbatas.
3.1.2. Fenomenologi
Metode fenomenologi adalah pendekatan dalam penelitian kualitatif
yang bertujuan untuk memahami pengalaman subjektif individu terhadap
suatu fenomena atau peristiwa. Dalam konteks pendidikan biologi, metode
ini dapat digunakan untuk mengeksplorasi cara siswa, guru, atau peserta
didik lainnya mengalami dan memahami topik-topik biologi tertentu.
Berikut adalah langkah-langkah umum dalam metode fenomenologi:
1. Pemilihan Kasus atau Subjek Penelitian
Pilih individu atau kelompok yang relevan dengan tujuan penelitian
fenomenologi dalam pendidikan biologi. Ini bisa berupa siswa yang belajar
suatu topik biologi tertentu atau guru yang mengajarkan topik tersebut.
2. Wawancara Fenomenologis

47
Lakukan wawancara yang mendalam dengan subjek penelitian.
Fokuskan pada pengalaman dan persepsi mereka terhadap topik biologi yang
sedang diteliti. Wawancara dilakukan dengan pendekatan terbuka,
memungkinkan subjek untuk secara bebas mengungkapkan pengalaman
mereka.
3. Analisis Deskriptif
Setelah wawancara, lakukan analisis terhadap data yang diperoleh.
Identifikasi deskripsi-detail dari pengalaman subjek terkait dengan topik
biologi yang menjadi fokus penelitian. Peneliti bertujuan untuk memahami
esensi atau inti dari pengalaman subjek.
4. Reduksi Fenomenologis
Identifikasi pola, tema, atau esensi umum dari pengalaman subjek
terkait dengan topik biologi. Proses ini melibatkan reduksi dari data deskriptif
yang luas menjadi elemen yang mewakili inti dari pengalaman yang
dipelajari.
5. Interpretasi dan Deskripsi Makna
Setelah proses analisis, interpretasikan makna dari temuan yang
ditemukan. Deskripsikan secara mendalam tentang bagaimana subjek
mengalami dan memahami fenomena biologi yang sedang diteliti.
6. Pelaporan Temuan
Hasil dari penelitian fenomenologis harus dilaporkan dengan jelas dan
sistematis dalam laporan penelitian. Laporan ini akan menjelaskan proses
penelitian, temuan, interpretasi, dan makna yang ditemukan dari pengalaman
subjek terkait topik biologi.
Metode fenomenologi memungkinkan peneliti untuk memahami
pengalaman dan persepsi individu secara mendalam. Hal ini dapat
memberikan wawasan yang berharga terkait dengan cara siswa memahami
topik biologi, tantangan yang mereka alami, atau cara guru merancang
pengajaran yang lebih efektif sesuai dengan persepsi siswa terhadap materi
tersebut.

48
3.1.3. Metode Etnografi
Metode etnografi adalah pendekatan penelitian kualitatif yang
memerlukan keterlibatan peneliti dalam lingkungan atau budaya tertentu
untuk memahami dan mendokumentasikan perilaku, kebiasaan, serta
dinamika sosial yang terjadi di dalamnya. Dalam konteks pendidikan biologi,
pendekatan etnografi dapat digunakan untuk memahami praktik
pembelajaran, interaksi guru-siswa, dinamika kelas, dan bagaimana siswa
memahami dan berinteraksi dengan konsep-konsep biologi dalam lingkungan
pembelajaran mereka. Langkah-langkah umum dalam metode etnografi,
yaitu :
1. Pengamatan Langsung
Peneliti melakukan pengamatan langsung di lingkungan pendidikan
biologi, baik di dalam kelas, laboratorium, atau kegiatan ekstrakurikuler yang
terkait. Pengamatan ini bertujuan untuk memahami interaksi, pola, dan
dinamika yang terjadi di lingkungan tersebut
2. Partisipasi Aktif
Selain pengamatan, peneliti juga terlibat secara aktif dalam lingkungan
tersebut. Mereka bisa berinteraksi dengan guru, siswa, dan staf pendidikan,
bahkan berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran atau proyek-proyek
tertentu untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam.
3. Wawancara Mendalam
Melakukan wawancara dengan guru, siswa, atau individu terkait
pendidikan biologi untuk mendapatkan pandangan dan pemahaman yang
lebih dalam tentang pengalaman mereka dalam pembelajaran biologi.
4. Analisis Dokumen
Selain pengamatan dan wawancara, analisis dokumen seperti
kurikulum, buku teks, atau materi pembelajaran juga penting dalam penelitian
etnografi untuk memahami konteks dan framework pendidikan yang
diterapkan.

49
5. Refleksi dan Penafsiran
Peneliti melakukan refleksi kontinu terhadap data yang terkumpul dan
mencoba memahami makna dari interaksi, pola, dan dinamika yang diamati.
Interpretasi ini membantu dalam mengidentifikasi pola, temuan, dan makna
yang muncul dari pengalaman di lapangan.
6. Pelaporan dan Penulisan
Hasil penelitian etnografi dilaporkan secara rinci dalam laporan
penelitian yang menggambarkan konteks, temuan utama, interpretasi, serta
implikasi hasil penelitian tersebut terhadap pendidikan biologi.
Metode etnografi memungkinkan peneliti untuk mendapatkan
pemahaman yang mendalam tentang konteks budaya, dinamika interaksi, dan
proses pembelajaran biologi di dalam lingkungan pendidikan. Hal ini
membantu dalam mengeksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi
pengajaran dan pembelajaran biologi secara lebih holistic.
3.1.4. Metode Grounded Theory
Metode Grounded Theory adalah pendekatan penelitian kualitatif yang
dikembangkan oleh Glaser dan Strauss pada tahun 1960-an. Metode ini
bertujuan untuk mengembangkan teori yang muncul dari data yang
dikumpulkan, tanpa adanya asumsi sebelumnya atau kerangka teoritis yang
sudah ada sebelumnya. Dalam konteks pendidikan biologi, Grounded Theory
dapat digunakan untuk memahami pola, proses, dan hubungan yang muncul
dari data yang diperoleh seputar pembelajaran atau pemahaman siswa
terhadap konsep-konsep biologi. Langkah-langkah utama dalam metode
Grounded Theory:
1. Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, atau dokumen yang
relevan dengan topik penelitian. Data ini dapat berupa transkrip wawancara,
catatan lapangan, atau materi observasi yang mencatat interaksi siswa-guru
dalam pembelajaran biologi.

50
2. Analisis Terbuka (Open Coding)
Peneliti melakukan analisis terhadap data secara bertahap, memecah
data menjadi bagian-bagian kecil dan memberikan label atau kode yang
merepresentasikan konsep-konsep atau pola yang muncul. Proses ini
melibatkan identifikasi aspek-aspek penting dari data tanpa membatasi pada
kerangka teoritis tertentu.
3. Analisis Terfokus (Focused Coding)
Setelah analisis terbuka, peneliti mulai fokus pada konsep-konsep atau
pola-pola utama yang muncul. Ini melibatkan identifikasi kode-kode yang
paling relevan dan sering muncul dalam data.
4. Kategori dan Subkategorisasi
Peneliti mengorganisir kode-kode yang teridentifikasi menjadi
kategori-kategori yang lebih besar dan subkategori yang lebih spesifik. Ini
membantu dalam memahami hubungan antara konsep-konsep yang muncul
dari data.
5. Pengembangan Teori
Dari kategori-kategori yang diidentifikasi, peneliti mulai
mengembangkan teori yang muncul dari data. Teori ini didasarkan pada pola,
konsep, atau hubungan yang muncul dari analisis data, dan tidak terikat pada
teori atau kerangka konseptual sebelumnya.
6. Verifikasi dan Penyempurnaan Teori
Teori yang dikembangkan kemudian diuji kembali dengan data baru
atau melalui diskusi dan review dengan ahli lain untuk memastikan
validitasnya. Teori terus disempurnakan dan diperbaiki seiring dengan
akumulasi data tambahan.
Metode Grounded Theory memberikan kebebasan untuk menemukan
dan mengembangkan teori baru dari data yang dikumpulkan. Hal ini
memungkinkan untuk memahami konsep-konsep biologi yang muncul dari
perspektif siswa atau guru secara lebih mendalam dan komprehensif.

51
3.2 Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan Biologi
Dalam penelitian kualitatif pendidikan biologi, pengumpulan data
dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam
tentang pengalaman, persepsi, dan interaksi yang terjadi dalam konteks
pembelajaran biologi. Beberapa metode yang umum digunakan untuk
pengumpulan data kualitatif dalam pendidikan biologi meliputi:
3.2.1. Wawancara Kualitatif
Melibatkan interaksi langsung antara peneliti dengan peserta penelitian
seperti guru, siswa, atau ahli pendidikan biologi. Wawancara ini dapat
bersifat terstruktur, semi-terstruktur, atau tidak terstruktur, tergantung pada
fleksibilitas yang dibutuhkan untuk mendapatkan pemahaman yang
mendalam tentang pandangan mereka terkait proses pembelajaran biologi,
pemahaman konsep, atau tantangan yang dihadapi.
3.2.2.Observasi
Peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap aktivitas
pembelajaran di kelas, praktikum, atau lingkungan belajar lainnya. Observasi
ini dapat mencakup interaksi antara guru dan siswa, strategi pengajaran yang
digunakan, serta respon siswa terhadap materi yang diajarkan.
3.2.3. Analisis Dokumen
Melibatkan pengumpulan dan analisis dokumen terkait pendidikan
biologi, seperti kurikulum, buku teks, materi pembelajaran, catatan kelas, atau
evaluasi siswa. Analisis dokumen ini membantu untuk memahami konteks
pendidikan biologi yang diterapkan di lingkungan belajar.
3.2.4. Grup Fokus (Focus Group Discussions)
Diskusi dalam kelompok kecil dengan peserta didik atau guru dapat
memberikan wawasan yang kaya tentang pandangan, pemahaman, atau
pengalaman mereka terkait topik tertentu dalam pendidikan biologi.
3.2.5. Pemodelan Konsep (Concept Mapping)
Teknik visual yang digunakan untuk mewakili dan memetakan
pemahaman siswa tentang konsep-konsep biologi tertentu, memungkinkan

52
peneliti untuk memahami bagaimana siswa mengorganisir dan
menghubungkan informasi.
3.2.6. Penggunaan Teknologi
Penggunaan teknologi dalam pengumpulan data kualitatif, seperti
menggunakan aplikasi untuk membuat catatan lapangan, merekam
wawancara, atau menggunakan platform daring untuk diskusi kelompok,
dapat menjadi metode tambahan yang efektif.
Pemilihan metode pengumpulan data tergantung pada pertanyaan
penelitian yang diajukan dan karakteristik dari fenomena yang sedang diteliti.
Kombinasi dari beberapa metode tersebut seringkali memberikan gambaran
yang lebih komprehensif dan mendalam tentang pengalaman dan persepsi
dalam pembelajaran biologi.

3.3 Proses Analisis Data dalam Penelitian Kualitatif Pendidikan Biologi


Proses analisis data dalam penelitian kualitatif pendidikan biologi
melibatkan langkah-langkah sistematis untuk mengorganisir, menganalisis,
dan menginterpretasi data yang dikumpulkan. Berikut adalah langkah-
langkah umum dalam proses analisis data kualitatif.
3.3.1. Eksplorasi Data
Eksplorasi data merupakan tahap awal yang penting dalam analisis data
kualitati/f. Ini adalah proses untuk memahami, mengeksplorasi, dan
mengidentifikasi pola, tema, atau aspek penting lainnya dari data yang
dikumpulkan sebelum melakukan analisis mendalam. Berikut beberapa
langkah yang dapat membantu dalam melakukan eksplorasi data, yaitu
sebagai berikut :
1. Pembacaan dan Familiarisasi Awal
Mulailah dengan membaca ulang data yang terkumpul, seperti transkrip
wawancara, catatan lapangan, atau dokumen terkait. Ini membantu dalam
memahami konteks dan mendapatkan gambaran umum tentang data yang
dimiliki.

53
2. Pengkodean Terbuka (Open Coding)
Lakukan pengkodean terbuka pada data. Identifikasi elemen-elemen
penting atau unit-unit data yang relevan dengan topik penelitian. Tandai atau
beri label pada potongan-potongan data yang mencerminkan konsep atau
tema yang muncul.
3. Pencatatan Temuan Awal
Buat catatan mengenai temuan-temuan awal yang menarik perhatian selama
proses pengkodean terbuka. Catat konsep-konsep atau pola-pola yang mulai
terlihat dari data.
4. Pengelompokan Data Awal
Setelah melakukan pengkodean terbuka, mulailah mengelompokkan
atau mengorganisir unit-unit data yang terkait menjadi kategori-kategori
awal. Ini membantu dalam memahami potensi tema-tema atau pola-pola yang
muncul dari data.
5. Pertimbangkan Variasi dan Kesamaan
Perhatikan variasi dan kesamaan dalam data. Identifikasi perbedaan
atau pola-pola yang mungkin muncul di antara partisipan, atau dalam konteks
yang berbeda dalam data yang dikumpulkan.
6. Visualisasi Data
Gunakan teknik visual seperti diagram atau grafik untuk mengorganisir
atau memvisualisasikan hubungan antara konsep-konsep yang muncul. Ini
membantu dalam memahami struktur dan hubungan antar elemen data.
7. Refleksi dan Diskusi
Lakukan refleksi atau diskusi dengan rekan penelitian atau ahli lainnya.
Berbagi temuan awal dan menggali pemikiran atau perspektif tambahan
untuk memperluas pemahaman terhadap data.
Eksplorasi data memungkinkan peneliti untuk memahami gambaran
umum dari data yang dikumpulkan dan membantu dalam menentukan arah
analisis yang lebih mendalam. Ini adalah tahap yang kritis dalam memahami
tema-tema atau konsep-konsep yang muncul sebelum melakukan analisis
yang lebih terfokus.

54
3.3.2. Interpretasi Data
Interpretasi data dalam konteks penelitian kualitatif pendidikan biologi
melibatkan pemahaman yang mendalam terhadap makna dan implikasi dari
temuan yang muncul dari analisis data. Berikut adalah langkah-langkah
dalam melakukan interpretasi data :
1. Pemahaman Konteks
Memahami konteks dimana data dikumpulkan. Ini mencakup
pemahaman terhadap lingkungan pendidikan biologi, karakteristik siswa,
strategi pengajaran, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi proses
pembelajaran.
2. Pengorganisasian Temuan
Mengorganisir temuan-temuan yang muncul dari analisis data.
Kategori-kategori atau tema-tema yang telah diidentifikasi dari data
dikumpulkan untuk memudahkan pemahaman dan penjelasan lebih lanjut.
3. Mencari Pola atau Hubungan
Melihat pola atau hubungan antara temuan-temuan yang ada.
Identifikasi keterkaitan antara konsep-konsep yang muncul, perbedaan antar
sub kelompok, atau pola umum yang terlihat dalam data.
4. Kaitkan dengan Teori atau Literatur
Mengaitkan temuan dengan teori-teori yang relevan atau literatur yang
ada. Ini membantu dalam memberikan konteks teoritis dan memperkuat
interpretasi temuan yang muncul dari data.
5. Refleksi Terhadap Signifikansi
Membuat refleksi mendalam terhadap signifikansi temuan.
Pertimbangkan implikasi dari temuan terhadap praktik pembelajaran biologi,
kebijakan pendidikan, atau penelitian lebih lanjut.
6. Validasi dan Triangulasi
Melakukan validasi terhadap temuan dengan kembali ke data primer,
mengonfirmasi hasil dengan peserta penelitian, atau melalui diskusi dengan
rekan penelitian untuk memastikan validitas dan keandalan interpretasi.

55
7. Membuat Narasi atau Cerita
Mengintegrasikan temuan-temuan menjadi narasi atau cerita yang
koheren dan bermakna. Menggabungkan temuan-temuan untuk menjelaskan
dan memberikan gambaran yang komprehensif tentang fenomena yang
sedang diteliti.
8. Menyusun Laporan atau Presentasi
Hasil interpretasi data yang telah dipahami dengan baik dilaporkan
dalam laporan penelitian yang sistematis. Ini mencakup deskripsi metodologi
analisis, temuan utama, interpretasi, dan implikasi hasil penelitian tersebut.
Interpretasi data kualitatif memerlukan kesabaran, refleksi mendalam, dan
keterlibatan yang intensif dalam memahami temuan yang muncul dari data.
Hal ini membantu dalam mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam
tentang pengalaman, persepsi, dan praktik dalam konteks pendidikan biologi.
3.3.3. Penemuan Pola
Penemuan pola (pattern discovery) adalah salah satu aspek penting
dalam analisis data kualitatif. Dalam konteks penelitian pendidikan biologi,
penemuan pola melibatkan identifikasi pola-pola, tema-tema, atau struktur
yang muncul dari data yang telah dikumpulkan. Berikut adalah langkah-
langkah dalam menemukan pola dalam analisis data kualitatif, yaitu sebagai
berikut :
1. Pengamatan Awal
Mulailah dengan membaca ulang data yang telah dikumpulkan, seperti
transkrip wawancara, catatan lapangan, atau dokumen terkait. Cari pola-pola
yang menarik perhatian atau kesamaan dalam data.
2. Pengkodean dan Kategorisasi
Lakukan pengkodean terhadap data. Identifikasi unit-unit data yang berkaitan
dengan konsep-konsep tertentu atau tema-tema yang muncul. Kumpulkan dan
kategorikan elemen-elemen yang serupa untuk mengidentifikasi pola.

56
3. Analisis Kesamaan dan Perbedaan
Identifikasi kesamaan dan perbedaan antara elemen-elemen data yang
telah dikategorikan. Perhatikan pola-pola yang muncul dalam respons siswa,
pendekatan guru, atau pengalaman dalam pembelajaran biologi.
4. Pengelompokan dan Pengaturan Temuan
Organisir temuan-temuan yang telah diidentifikasi menjadi kelompok-
kelompok atau kategori-kategori yang lebih besar. Kaitkan temuan-temuan
yang mirip atau saling terkait untuk membentuk pola-pola yang lebih luas.
5. Teknik Visualisasi Data
Gunakan teknik visual seperti diagram atau grafik untuk
memvisualisasikan pola-pola yang ditemukan. Ini membantu dalam
memahami dan menyajikan pola secara lebih jelas.
6. Uji Konsistensi dan Konfirmasi
Lakukan pengujian kembali terhadap data yang telah dikumpulkan
untuk memastikan konsistensi dari pola-pola yang ditemukan. Uji keandalan
pola melalui metode triangulasi, yaitu membandingkan temuan dengan data
tambahan atau metode lainnya.
7. Penjelasan dan Interpretasi
Setelah mengidentifikasi pola-pola, jelaskan makna dan implikasinya
dalam konteks pendidikan biologi. Buat interpretasi yang komprehensif untuk
memahami kontribusi pola tersebut terhadap pemahaman dan praktik dalam
pembelajaran biologi.
Penemuan pola membantu dalam merangkum informasi yang kompleks
dari data kualitatif, mengidentifikasi temuan yang signifikan, dan membentuk
dasar untuk membangun teori atau merekomendasikan perbaikan dalam
pendidikan biologi.

57
3.4 Teknik-Teknik Analisis Data dalam Penelitian Kualitatif Pendidikan
Biologi
3.4.1. Analisis tematik
Analisis tematik adalah metode analisis data kualitatif yang digunakan
untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan melaporkan pola-pola tematik atau
tema-tema yang muncul dari data. Dalam konteks penelitian pendidikan
biologi, analisis tematik digunakan untuk memahami pola-pola dalam
persepsi, pengalaman, atau informasi yang dikumpulkan seputar
pembelajaran biologi. Berikut adalah langkah-langkah umum dalam analisis
tematik:
1. Pemilihan Data
Mulailah dengan memilih data yang relevan, seperti transkrip
wawancara, catatan lapangan, atau dokumen terkait pembelajaran biologi.
2. Pengkodean Awal (Initial Coding)
Lakukan pengkodean terbuka (open coding) dengan mengidentifikasi
unit-unit data yang signifikan. Beri label atau kode pada bagian-bagian data
yang mencerminkan konsep-konsep atau tema-tema yang muncul.
3. Pencarian Tema-Tema Awal
Identifikasi tema-tema awal yang muncul dari kode-kode yang telah
diberikan pada data. Tema-tema ini mencerminkan pola-pola yang muncul
dari unit-unit data yang terkait.
4. Pengkodean Terfokus (Focused Coding)
Lakukan pengkajian terfokus dengan fokus pada tema-tema yang telah
diidentifikasi. Identifikasi dan pengkodean elemen-elemen data yang terkait
dengan tema-tema tersebut.
5. Pengelompokan Tematik
Kelompokkan dan kategorikan elemen-elemen data yang telah
dikodekan ke dalam tema-tema yang lebih besar. Organisasi ini membantu
dalam mengidentifikasi dan memahami hubungan antara tema-tema yang
muncul.

58
6. Pemetaan dan Penyusunan Tema
Buat pemetaan atau kerangka tematik yang menggambarkan hubungan
dan hierarki antara tema-tema yang telah diidentifikasi. Ini membantu dalam
membentuk narasi atau cerita yang koheren dari temuan.
7. Analisis dan Interpretasi
Analisis lebih mendalam terhadap tema-tema yang diidentifikasi. Buat
interpretasi tentang implikasi dan signifikansi dari setiap tema dalam konteks
pembelajaran biologi.
8. Pelaporan Hasil
Hasil analisis tematik dilaporkan secara sistematis dalam laporan
penelitian. Ini mencakup deskripsi metodologi analisis, temuan utama,
interpretasi, dan implikasi hasil penelitian tersebut.
Analisis tematik memberikan pemahaman yang mendalam tentang
pola-pola tematik yang muncul dari data kualitatif, membantu dalam
mengeksplorasi dan menjelaskan tema-tema yang relevan dalam konteks
pendidikan biologi

3.4.2. Analisis Intersubjektif


Analisis intersubjektif merupakan pendekatan dalam penelitian
kualitatif yang mempertimbangkan perspektif subjek atau partisipan dalam
penelitian. Dalam analisis intersubjektif, terdapat penekanan pada
pemahaman subjektivitas individu atau kelompok yang terlibat dalam
penelitian. Ini melibatkan proses mendalam untuk memahami perspektif,
pengalaman, dan interpretasi yang dimiliki oleh partisipan dalam konteks
penelitian tertentu, seperti dalam pendidikan biologi. Langkah-langkah
umum dalam analisis intersubjektif meliputi:
1. Pemahaman Terhadap Perspektif Subjek
Peneliti berupaya memahami pandangan dan pengalaman subjek atau
partisipan dalam penelitian. Ini dapat dilakukan melalui wawancara
mendalam, observasi, atau analisis terhadap materi yang dikumpulkan dari
partisipan.

59
2. Pemetaan Interpretasi Subjektif
Identifikasi interpretasi subjektif dari partisipan terkait dengan topik
atau fenomena yang diteliti. Ini melibatkan analisis terhadap pemikiran,
keyakinan, atau pandangan mereka.
3. Pengumpulan Data Subjektif
Perhatikan data yang bersifat subjektif, seperti wawancara, catatan
lapangan, atau refleksi partisipan. Informasi ini penting dalam memahami
interpretasi dan persepsi partisipan.
4. Analisis Mendalam
Proses analisis yang lebih mendalam untuk memahami makna dan
implikasi dari perspektif subjektif yang terungkap dari data yang
dikumpulkan.
5. Validasi dan Konfirmasi
Konfirmasi kembali interpretasi subjektif dengan partisipan atau
melalui triangulasi dengan sumber data lain untuk memastikan keandalan dan
keabsahan interpretasi yang diperoleh.
6. Pemahaman Terhadap Diversitas Perspektif
Mengakui adanya keragaman perspektif di antara partisipan dan
bagaimana hal ini mempengaruhi interpretasi mereka terhadap topik yang
sama.
Analisis intersubjektif membantu peneliti untuk memahami variasi
interpretasi, pemikiran, dan pandangan yang muncul dari partisipan dalam
penelitian kualitatif. Hal ini memperkaya pemahaman tentang subjektivitas
individu atau kelompok dalam konteks pendidikan biologi.

3.4.3. Analisis Naratif


Analisis naratif adalah salah satu metode analisis kualitatif yang fokus
pada pengungkapan dan pemahaman cerita atau narasi yang muncul dari data
yang dikumpulkan. Dalam konteks penelitian pendidikan biologi, analisis
naratif digunakan untuk memahami pengalaman, proses belajar-mengajar,
atau pemahaman siswa dan guru tentang konsep biologi melalui cerita atau

60
narasi yang mereka bagikan. Langkah-langkah dalam analisis naratif
mencakup, yaitu :
1. Pemilihan Data Naratif
Identifikasi narasi atau cerita yang relevan dalam data yang
dikumpulkan, seperti wawancara, refleksi siswa, atau catatan lapangan yang
berisi cerita atau pengalaman seputar pembelajaran biologi.
2. Pemetaan Naratif
Identifikasi elemen-elemen kunci dalam cerita atau narasi yang
diungkapkan. Fokus pada aspek-aspek penting, seperti tokoh-tokoh,
peristiwa, atau konflik yang muncul dalam cerita.
3. Analisis Struktur Naratif
Tinjau struktur cerita atau narasi tersebut. Identifikasi unsur-unsur
seperti pengenalan, konflik, klimaks, dan penyelesaian yang mungkin
muncul dalam narasi tentang pembelajaran biologi.
4. Identifikasi Tema atau Pola dalam Narasi
Temukan tema-tema atau pola-pola yang muncul dalam narasi yang
diceritakan. Misalnya, pola kesulitan pemahaman, momen "aha", atau peran
penting dari suatu konsep dalam cerita pembelajaran biologi.
5. Analisis Mendalam terhadap Narasi
Tinjau dan analisis narasi secara mendalam untuk memahami makna,
implikasi, atau pesan yang terkandung dalam cerita tersebut.
6. Konteks dan Interpretasi Naratif
Letakkan narasi dalam konteks yang lebih luas dari situasi
pembelajaran biologi. Interpretasikan narasi dalam konteks teoritis atau
praktis pembelajaran biologi.
7. Penyajian dan Pelaporan
Hasil analisis naratif dapat disajikan dalam bentuk laporan, artikel, atau
presentasi yang menyajikan cerita atau narasi yang menarik bersama dengan
interpretasi dan pemahaman yang diperoleh dari analisis.

61
Analisis naratif memungkinkan peneliti untuk mendalami pemahaman
tentang pengalaman, proses, atau persepsi terkait dengan pembelajaran
biologi melalui sudut pandang naratif yang diceritakan oleh partisipan dalam
penelitian.

3.4.4. Analisis Kontrastif


Analisis kontrastif adalah pendekatan analisis dalam penelitian
kualitatif yang membandingkan perbedaan dan kesamaan antara berbagai
elemen, situasi, atau konteks yang diamati. Dalam konteks pendidikan
biologi, analisis kontrastif dapat digunakan untuk membandingkan perbedaan
dalam strategi pengajaran, pemahaman siswa, atau pendekatan kurikulum
antara berbagai lingkungan pembelajaran. Langkah-langkah dalam analisis
kontrasif meliputi:
1. Pemilihan Variabel atau Unsur yang Akan Dianalisis
Identifikasi elemen atau variabel yang akan dibandingkan antara dua
atau lebih situasi, seperti perbedaan antara metode pengajaran biologi di dua
sekolah yang berbeda.
2. Pengumpulan Data Terkait Variabel yang Dipilih
Kumpulkan data yang relevan terkait dengan variabel yang dipilih
untuk dibandingkan. Ini bisa berupa observasi di kelas, wawancara dengan
guru atau siswa, evaluasi kurikulum, atau materi pembelajaran yang
digunakan.
3. Analisis Perbandingan
Bandingkan data yang dikumpulkan dari dua atau lebih situasi atau
kelompok untuk mengidentifikasi perbedaan dan kesamaan. Tinjau pola atau
temuan yang muncul dari perbandingan tersebut.
4. Penafsiran Hasil Analisis
Analisis hasil perbandingan untuk memahami implikasi dari perbedaan
atau kesamaan yang ditemukan.

62
5. Konteks dan Interpretasi
Letakkan hasil analisis dalam konteks yang lebih luas dari pembelajaran
biologi. Interpretasikan hasil analisis dalam hubungannya dengan teori-teori
atau praktik-praktik pembelajaran biologi yang ada.
6. Pelaporan Hasil
Hasil analisis kontrastif dapat dilaporkan dalam laporan penelitian yang
membandingkan perbedaan dan kesamaan yang teridentifikasi. Ini bisa
meliputi deskripsi metodologi analisis, temuan utama, interpretasi, dan
implikasi hasil perbandingan tersebut.
Analisis kontrastif memungkinkan untuk menyoroti perbedaan dan
kesamaan yang signifikan antara situasi atau variabel yang dianalisis. Ini
membantu dalam memahami dampak atau implikasi dari perbedaan tersebut
terhadap konteks pembelajaran biologi.

63
BAB IV
VALIDITAS DAN RELIABILITAS PENELITIAN KUALITATIF

4. 1. Pengetian Validitas Kualitatif


Validitas data pada penelitian kualitatif merupakan derajat ketepatan
antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat
dilaporkan peneliti. Validitas kualitatif melibatkan upaya untuk memastikan
bahwa temuan penelitian mencerminkan secara akurat pengalaman, makna,
dan realitas subjek penelitian. Hal ini berhubungan dengan seberapa baik data
dan interpretasi mencerminkan kompleksitas dunia yang diteliti (Afiyanti,
2012).
4. 2. Standar Validitas Kualitatif
Standar validitas penelitian kualitatif terdapat 2 standar yaitu validitas
internal dan validitas eksternal sebagai berikut.
1. Validitas internal; berkaitan dengan seberapa jauh suatu alat ukur
berhasil mencerminkan obyek yang akan diukur pada suatu penelitian
tertentu. Validitas internal menunjukkan apakah temuan dapat
diandalkan dan konsisten dalam konteks penelitian sendiri.
2. Validitas eksternal; lebih terkait dengan keberhasilan suatu alat ukur
untuk diaplikasikan pada penelitian yang berbeda. Validitas eksternal
berkaitan dengan sejauh mana temuan dapat diterapkan atau
generalisasi ke situasi atau populasi yang lebih luas.
4. 3. Pengertian Reliabilitas Kualitatif
Reliabilitas kualitatif adalah konsistensi atau keandalan hasil penelitian
kualitatif. Reliabilitas kualitatif penting untuk memastikan bahwa hasil
penelitian dapat diulang atau diverifikasi oleh peneliti lain. Reliabilitas dalam
penelitian kualitatif diukur dengan cara yang berbeda dari penelitian
kuantitatif. Hal ini disebabkan oleh karakteristik penelitian kualitatif yang
lebih menekankan pada makna dan interpretasi. Dalam penelitian kualitatif,
terdapat beberapa jenis reliabilitas yang dapat digunakan, antara lain:
reliabilitas internal merujuk pada konsistensi hasil penelitian dalam situasi

64
yang sama.dan reliabilitas eksternal merujuk pada konsistensi hasil penelitian
jika dilakukan oleh peneliti lain.
4. 4. Pengujian validitas dan Reliabilitas Penelitian Kualitatif
Uji keabsahan data adalah proses untuk memastikan bahwa data yang
terkumpul dalam penelitian kualitatif akurat, dapat dipercaya, dan sesuai
dengan realitas. Uji keabsahan data penting dilakukan dalam penelitian
kualitatif karena penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena
secara mendalam dan menyeluruh, sehingga diperlukan data yang akurat dan
dapat dipercaya.
Pada penelitian memiliki perbedaan mencolok antara uji keabsahan
data kualitatif dan uji keabsahan data pada kuantitaf. Perbedaan utama antara
uji keabsahan kualitatif dan kuantitatif adalah pada fokusnya. Uji keabsahan
kualitatif lebih fokus pada subjektivitas peneliti dan pandangan informan,
sedangkan uji keabsahan kuantitatif lebih fokus pada objektivitas data.
Berikut adalah tabel perbedaan uji keabsahan antara uji keabsahan kualitatif
dan uji keabsahan kuantitatif.
Aspek Uji Keabsahan Uji Keabsahan
Kualitatif Kuantitatif

Nilai kebenaran Validitas Internal Kredibilitas (credibility)


Penerapan Validitas Eksternal Transferability/
keteralihan
Konsistensi Reliabilitas Auditability/
dependability
Naturalitas Obyektivitas Confirmability (dapat
dikonfirmasi)

Tabel 6. Perbedaan uji keabsahan kualitatif dan uji keabsahan kuantitatif


Dalam penelitian kualitatif, terdapat empat macam uji keabsahan data,
yaitu:
4.4.1. Uji kredibilitas
Uji kredibilitas (credibility test) adalah salah satu teknik yang digunakan
untuk memastikan bahwa data penelitian kualitatif dapat dipercaya. Data

65
yang kredibel umumnya data yang mencerminkan realitas yang ada. Fungsi
uji kredibilitas yaitu dapat meningkatkan kepercayaan terhadap hasil
penelitian, mengurangi bias dalam penelitian, dan mendapatkan gambaran
yang lebih lengkap dan akurat tentang fenomena yang diteliti. Adapun teknik-
teknik dari uji kredibilitas yang dapat dilakukan, antara lain:
a. Perpanjangan pengamatan;
Perpanjangan pengamatan adalah teknik yang dilakukan dengan cara
mengamati subjek penelitian dalam waktu yang lama. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan gambaran yang lebih mendalam tentang subjek penelitian.
Dengan mengamati subjek penelitian dalam waktu yang lama, peneliti
akan memiliki kesempatan untuk melihat berbagai aspek dari kehidupan
subjek penelitian. Hal ini akan membantu peneliti untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih lengkap dan mendalam tentang subjek penelitian.
Perpanjangan pengamatan dilakukan dengan melakukan pengamatan lebih
lama dan lebih mendalam terhadap objek penelitian.
Perpanjangan pengamatan dapat dilakukan dengan berbagai cara,
seperti mengamati subjek penelitian secara terus-menerus dalam waktu yang
lama, mengamati subjek penelitian dalam waktu yang lebih lama dari yang
direncanakan, dan mengamati subjek penelitian pada berbagai kesempatan
dan waktu yang berbeda. Namun, ada kelemahan dari menggunakan teknik
ini adalah biaya yang tinggi, waktu yang lama, dan kesulitan dalam
mendapatkan izin dari subjek penelitian
b. Meningkatkan ketekunan
Meningkatkan ketekunan dilakukan dengan melakukan pengumpulan
data secara berulang-ulang dan cermat. Meningkatkan ketekunan itu penting
karena ketekunan dalam penelitian kualitatif mengacu pada sikap peneliti
untuk terus-menerus melakukan pengamatan, wawancara, dan pengumpulan
data lainnya hingga peneliti merasa yakin bahwa data yang telah dikumpulkan
sudah cukup untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
ketekunan peneliti, yaitu dapat melakukan persiapan yang matang sebelum

66
penelitian dimulai, membuat catatan yang rinci selama penelitian, melakukan
refleksi diri secara berkala, dan meminta pendapat dari rekan sejawat.
c. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik yang digunakan untuk meningkatkan
validitas data penelitian kualitatif. Definisi triangulasi berasal dari kata Latin
"triangulum" yang berarti segitiga. Dalam konteks penelitian, triangulasi
mengacu pada penggunaan berbagai metode pengumpulan data untuk
mendapatkan gambaran yang lebih lengkap dan akurat tentang fenomena
yang diteliti.
Teknik triangulasi dapat dilakukan dengan cara membandingkan data
dari berbagai sumber, seperti data wawancara, data observasi, dan data
dokumen. Triangulasi dilakukan dengan menggunakan berbagai sumber data
untuk menguji kebenaran data. Sumber data yang dapat digunakan untuk
triangulasi antara lain: data wawancara, data observasi, data dokumentasi, dan
data sekunder.
Adapun menurut Sugiyono (2017: 274) Page 7 27 menjelaskan tiga
jenis triangulasi dalam memvalidasi data yaitu triangulasi sumber, triangulasi
teknik, dan triangulasi waktu.
1. Triangulasi sumber adalah teknik yang digunakan untuk menguji
validitas data penelitian dengan cara membandingkan data dari
berbagai sumber. Sumber-sumber data tersebut dapat berupa
wawancara observasi, dokumen, dan data sekunder. Triangulasi ini
dilakukan dengan melakukan pengecekan data yang diperoleh dari
beberapa sumber. Dengan membandingkan data dari berbagai sumber
ini, peneliti dapat memperoleh gambaran yang lebih lengkap dan akurat
tentang fenomena yang diteliti.
2. Triangulasi teknik adalah teknik yang digunakan untuk menguji
validitas data penelitian dengan cara menggunakan berbagai metode
pengumpulan data. Metode-metode pengumpulan data tersebut dapat
berupa wawancara mendalam, observasi partisipan, focus group
discussion, dan analisis dokumen. Triangulasi Teknik dilakukan

67
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik
yang berbeda. Dengan menggunakan berbagai metode pengumpulan
data, peneliti dapat mengurangi bias dan meningkatkan validitas data
penelitian.
3. Triangulasi waktu adalah teknik yang digunakan untuk menguji
validitas data penelitian dengan cara mengumpulkan data pada waktu
yang berbeda. Dengan mengumpulkan data pada waktu yang berbeda,
peneliti dapat melihat apakah ada perubahan atau kesamaan dalam
fenomena yang diteliti. Teknik triangulasi yang menilai waktu juga
dapat mempengaruhi kredibilitas data yang artinya menguji kredibilitas
data ini dapat dilakukan dengan wawancara, observasi atau teknik lain
di waktu atau situasi yang berbeda dari sebelumnya.
d. Member check;
Definisi dari Member check berasal dari kata "member" yang berarti
anggota dan "check" yang berarti memeriksa. Dalam konteks penelitian,
member check mengacu pada proses pemeriksaan hasil analisis data oleh
informan. Jadi, member check adalah teknik yang digunakan dalam penelitian
kualitatif untuk memastikan bahwa hasil penelitian telah mencerminkan
pemahaman informan yang sebenarnya. Teknik ini dilakukan dengan cara
meminta pendapat informan tentang hasil analisis data. Member check
dilakukan dengan meminta pendapat atau konfirmasi dari subjek penelitian
tentang data yang telah dikumpulkan. Tujuan dari member check yaitu untuk
meningkatkan validitas suatu data penelitian, mengurangi bias peneliti, dan
mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang fenomena yang
diteliti.
4.4.2. Uji transferabilitas
Uji transferabilitas adalah teknik yang digunakan dalam penelitian
kualitatif untuk menguji apakah hasil penelitian dapat diterapkan pada situasi
atau konteks yang lain. Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan
gambaran yang jelas tentang konteks penelitian, sehingga pembaca dapat

68
menilai apakah hasil penelitian tersebut dapat diterapkan pada situasi atau
konteks yang lain.
Uji transferabilitas bertujuan untuk memastikan bahwa hasil penelitian
dapat diterapkan pada konteks lain. Cara melakukan Uji transferabilitas dapat
dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dapat menjelaskan secara rinci tentang
konteks penelitian, dapat menyebutkan batas-batas penerapan hasil
penelitian, dapat memberikan contoh-contoh penerapan hasil penelitian. Pada
penerapannya, peneliti dapat memilih cara yang paling sesuai dengan situasi
dan kondisi penelitian.
4.4.3. Uji dependabilitas
Uji dependabilitas adalah teknik yang digunakan dalam penelitian
kualitatif untuk menguji apakah hasil penelitian dapat diulang oleh peneliti
lain dalam situasi yang sama. Teknik ini dilakukan dengan cara menjelaskan
secara rinci tentang proses penelitian, sehingga peneliti lain dapat mengikuti
proses tersebut dan menghasilkan hasil yang serupa.
Uji dependabilitas bertujuan untuk memastikan bahwa penelitian dapat
diulang oleh peneliti lain dan menghasilkan hasil yang sama. Cara melakukan
Uji dependabilitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain yaitu
menjelaskan secara rinci tentang proses penelitian, menyebutkan prosedur
dan metode yang digunakan, menjelaskan tentang sumber data yang
digunakan, dan menyebutkan teknik analisis data yang digunakan.
4.4.4. Uji konfirmabilitas
Uji konfirmabilitas adalah teknik yang digunakan dalam penelitian
kualitatif untuk menguji apakah hasil penelitian sesuai dengan data yang
dikumpulkan. Teknik ini dilakukan dengan cara menunjukkan bahwa hasil
penelitian didukung oleh data yang dikumpulkan.
Uji konfirmabilitas bertujuan untuk memastikan bahwa data yang
terkumpul tidak dipengaruhi oleh subjektivitas peneliti. Uji konfirmabilitas
dapat dilakukan dengan melakukan analisis data secara objektif dan terbuka
berupa berbagai cara yaitu: menjelaskan secara rinci tentang data yang

69
dikumpulkan, menyebutkan metode pengumpulan data yang digunakan, dan
menunjukkan bahwa hasil penelitian didukung oleh data yang dikumpulkan
Dalam penelitian kualitatif, uji keabsahan data dapat dilakukan secara
bersamaan atau secara bertahap. Peneliti dapat memilih teknik uji keabsahan
data yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitian.

70
BAB V
PENELITIAN PENGEMBANGAN

5.1 Ciri – ciri Penelitian Pengembangan


A. Menurut Chand (1982)
Menurut Chand (1982) penelitian pengembangan memiliki karakteristik
sebagai berikut :
1. Investigasi yang dilakukan untuk memperoleh kembali pengetahuan ilmiah
dan teknologi
2. Penelitian untuk merancang dan megembangkan produk dan proses terbaru
3. Menerapkan pengetahuan yang baru diperoleh dalam membuat perbaikan
yang signifikan secara teknis pada produk atau proses yang sudah ada
B. Menurut Borg and Gall (1989)
Menurut Borg and Gall (1989), terdapat empat ciri utama dalam penelitian
dan pengembangan, yaitu:
1. Studying research findings pertinent to the product to be develop. Artinya,
melakukan studi atau penelitian awal untuk mencari temuan-temuan
penelitian terkait dengan produk yang akan dikembangkan.
2. Developing the product base on this findings. Artinya, mengembangkan
produk berdasarkan temuan penelitian tersebut.
3. Field testing in the setting where it will be used eventually. Artinya, dilakukan
uji lapangan dalam setting atau situasi senyatanya dimana produk tersebut
nantinya digunakan.
4. Revising it to correct the deficiencies found in the field-testing stage. Artinya,
melakukan revisi untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ditemukan
dalam tahap-tahap uji lapangan.
C. Menurut Santyasa (2009)
Menurut Santyasa (2009), penelitian pengembangan dalam rangka
peningkatan kualitas pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Masalah yang ingin dipecahkan adalah masalah nyata yang berkaitan dengan
upaya inovatif atau penerapan teknologi dalam pembelajaran sebagai

71
pertanggungjawaban profesional dan komitmennya terhadap pemerolehan
kualitas pembelajaran
2. Pengembangan model, pendekatan dan metode pembelajaran serta media
belajar yang menunjang keefektifan pencapaian kompetensi siswa.
3. Prosedur pengembangan produk, validasi yang dilakukan melalui uji ahli, dan
uji coba lapangan serta terbatas perlu dilakukan sehingga produk yang
dihasilkan bermanfaat untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Proses
pengembangan, validasi, dan uji coba lapangan tersebut seyogyanya
dideskripsikan secara jelas, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara
akademik
4. Proses perkembangan model, pendekatan, modul, dan media pembelajaran
perlu didokumentasikan secara rapi dan dilaporkan secara sistematis sesuai
dengan kaidah penulisan yang mencerminkan originalitas.

5.2 Model-model Penelitian Pengembangan (Pendidikan)


A. Model Jolly & Bolitho
Jolly dan Bolitho penelitian pengembangan, terutama penelitian
penyusunan materi ajar bahasa, dalam bentuk flowchart sebagai berikut :
Identifikasi masalah
Identifikasi oleh guru atau siswa, tentang masalah yang akan
dipecahkan melaluipengembangan produk (penelitian
pengembangan)

Eksplorasi
Eksplorasi terhadap masalah, Bahasa, makna, fungsi, ketrampilan, dll

Realisasi Kontekstual
Menyusun material/instrument baru melalui penemuan gagasan yang
kontekstual

Realisasi Pedagogi

72
Penyusunan pedoman (instrumen) materi/produk yang akan
dikembangkan

Produksi Fisik
pembuatan produk dengan memperhatikan bahan, tampilan, bentuk,
ukuran, dsb.

Penggunaan
Penggunaan produk oleh siswa (uji coba alat/produk)

Evaluasi
Evaluasi produk
Gambar 1. Model Jolly & Bolitho

5.3 Model Penelitian Pengembangan Model 4D


Model pengembangan perangkat Four-D Model disarankan oleh Sivasailam
Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel (1974). Model ini terdiri
dari 4 tahap pengembangan yaitu Define, Design, Develop, dan Disseminate atau
diadaptasikan menjadi model 4-D, yaitu pendefinisian, perancangan,
pengembangan, dan penyebaran.
A. Tahap I: Define (Pendefinisian)
Tahap define adalah tahap untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-
syarat pembelajaran. Tahap define ini mencakup lima langkah pokok, yaitu analisis
ujung depan (front-end analysis), analisis siswa (learner analysis), analisis tugas
(task analysis), analisis konsep (concept analysis) dan perumusan tujuan
pembelajaran (specifying instructional objectives).
B. Tahap II: Design (Perancangan)
Tahap perancangan bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran.
Empat langkah yang harus dilakukan pada tahap ini, yaitu:
1) penyusunan standar tes (criterion-test construction),

73
2) pemilihan media (media selection) yang sesuai dengan karakteristik materi
dan tujuan pembelajaran,
3) pemilihan format (format selection), yakni mengkaji format-format bahan
ajar yang ada dan menetapkan format bahan ajar yang akan dikembangkan,
4) membuat rancangan awal (initial design) sesuai format yang dipilih.
C. Tahap III: Develop (Pengembangan)
Tahap pengembangan adalah tahap untuk menghasilkan produk
pengembangan yang dilakukan melalui dua langkah, yakni: (1) penilaian ahli
(expert appraisal) yang diikuti dengan revisi, (2) uji coba pengembangan
(developmental testing). Tujuan tahap pengembangan ini adalah untuk
menghasilkan bentuk akhir perangkat pembelajaran setelah melalui revisi
berdasarkan masukan para pakar ahli/praktisi dan data hasil uji coba.
D. Tahap IV: Disseminate (Penyebaran)
Proses diseminasi merupakan suatu tahap akhir pengembangan. Tahap
diseminasi dilakukan untuk mempromosikan produk pengembangan agar bisa
diterima pengguna, baik individu, suatu kelompok, atau sistem. Diseminasi bisa
dilakukan di kelas lain dengan tujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan
perangkat dalam proses pembelajaran. Penyebaran dapat juga dilakukan melalui
sebuah proses penularan kepada para praktisi pembelajaran terkait dalam suatu
forum tertentu.
Define (Pendefinisian)

Design (Perancangan)

Develop
(Pengembangan)

Disseminate
(Penyebaran)
Gambar 2. Tahap Pengembangan Model Penelitian 4D

74
5.4 Model Penelitian Pengembangan Four-D Thiagarajan
A. Langkah – langkah Penelitian Pengembangan
Borg & Gall (1983) menyatakan bahwa prosedur penelitian pengembangan
pada dasarnya terdiri dari dua tujuan utama, yaitu: (1) mengembangkan produk, dan
(2) menguji keefektifan produk dalam mencapai tujuan. Tujuan pertama disebut
sebagai fungsi pengemban sedangkan tujuan kedua disebut sebagai validasi. Lebih
tepat diartikan sebagai upaya pengembangan yang sekaligus disertai dengan upaya
validasinya.
Secara konseptual, pendekatan penelitian dan pengembangan mencakup 10
langkah umum, sebagaimana diuraikan Borg & Gall (1983:775), seperti model di
bawah ini:

Research and Develop


Planing Preliminary field
information preliminary from
testing
collecting of product

Main product Main field Operasional Operational field


revision testing product revision testing

Final product Dissemination and


revision implementation

Gambar 3. Skema Prosedur Pengembangan Hasil Adaptasi dari Prosedur


Pengembangan Borg & Gall
Keterangan:
1. Research and informasi collecting, termasuk dalam Langkah ini antara lain
studi literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, dan persiapan
untuk merumuskan kerangka kerja penelitian.
2. Planning; termasuk dalam langkah ini merumuskan kecakapan dan keahlian
yang berkaitan dengan permasalahan, menentukan tujuan yang akan dicapai

75
pada setiap tahapan, dan jika mungkin/diperlukan melaksanakan studi
kelayakan secara terbatas.
3. Develop preliminary form of product, yaitu bentuk permulaan dari produk
yang akan dihasilkan. Termasuk dalam langkah ini adalah persiapan
komponen pendukung, menyiapkan pedoman dan buku petunjuk, dan
melakukan evaluasi terhadap kelayakan alat pendukung.
4. Preliminary field testing, yaitu melakukan uji coba lapangan awal dalam
skala terbatas. dengan melibatkan subjek sebanyak langkah ini pengumpulan
dan analisis data dapat dilakukan dengan cara wawancara, observasi atau
angket.
5. Main product revision yaitu melakukan perbaikan terhadap produk awal yang
dihasilkan berdasarkan hasil ujicoba awal. Perbaikan ini sangat mungkin
dilakukan lebih dari satu kali, sesuai dengan hasil yang ditunjukkan dalam uji
coba terbatas, sehingga diperoleh draft produk (model) utama yang siap diuji
coba lebih luas.
6. Main field testing, uji coba utama yang melibatkan seluruh mahasiswa.
7. Operational product revision, yaitu melakukan perbaikan atau
penyempurnaan terhadap hasil uji coba lebih luas, sehingga produk yang
dikembangkan sudah merupakan desain model operasional yang siap
divalidasi.
8. Operational field testing, yaitu langkah uji validasi terhadap model
operasional yang telah dihasilkan.
9. Final product revision, yaitu melakukan perbaikan akhir terhadap model yang
dikembangkan guna menghasilkan produk akhir (final).
10. Dissemination and implementation, yaitu langkah menyebarluaskan produk
atau model yang dikembangkan.
Skema tersebut dirujuk dari the major steps in the R & D cycle Borg dan
Gall. Pengadaptasiannya diwujudkan dalam bentuk perencanaan teknis sasaran dan
jenis kegiatan yang akan dilakukan dalam tiap tahapnya. Sukmadinata (2010)
menjelaskan saat kesepuluh langkah penelitian dan pengembangan diikuti dengan

76
benar, maka akan dapat menghasilkan suatu produk pendidikan yang dapat
dipertanggungjawabkan.

5.5 Kelebihan dan Kekurangan


Pada dasarnya Model Borg dan Gall bagian dari penelitian pengembangan
(R&D) yang memiliki kelebihan :
1. Mampu mengatasi kebutuhan nyata dan mendesak (real needs in the here and-
now).
2. Mampu menghasilkan suatu produk atau model yang memiliki nilai validitas
tinggi.
3. Mendorong proses inovasi produk atau model yang tiada henti.
4. Merupakan penghubung antara penelitian yang bersifat teoritis dan lapangan.
Sedangkan kekurangannya adalah sebagai berikut.
1. Pada prinsipnya memerlukan waktu yang relatif panjang.
2. Tidak bisa digeneralisasikan secara utuh, karena penelitian ditujukan untuk
pemecahan masalah “here and now”, dan dibuat berdasar sampel (spesifik),
bukan populasi.
3. Penelitian memerlukan sumber dana dan sumber daya yang cukup besar.

77
DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin, dan Ahmad, B. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:


Pustaka Setia.
Afiyanti. 2012. Validitas Dan Reliabilitas Dalam Penelitian Kualitatif, Jurnal
Keperawatan Indonesia, Volume 12, No. 2, Juli 2008; Hal 137-141
Borg, W.R. dan Gall, M.D. 1983. Educational Research: An Introduction, Fourth
Edition. New York: Longman.
Brian. 1998. Materials development in language teaching (p. 97- 98). Cambridge:
Cambridge University Press

Chand, U. K. Ranga. 1982. Characteristic of research and development performing


firms in canadian manufacturing. Ottawa (Canada): Ministry of State for
Science and Technology

Ghufron, A. 2011. Pendekatan Penelitian dan Pengembangan (R&D) di Bidang

Pendidikan dan Pembelajaran. Handout. Fakultas Ilmu Pendidikan UNY.

Hamidi. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press.

Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan


Kualitatif). Jakarta: GP Press.

Kualitatif, dan R dan D. Bandung: Alfabeta.


Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Moleong, L.J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Patilima, H. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Alfabeta.
Prastowo, A. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Reliabilitas Validitas dan, Kualitatif DP. Metpen Baru. :203-215.
Santyasa, I. W. 2009. Metode penelitian pengembangan dan teori pengembangan
modul. In Disajikan dalam Seminar Pelatihan Bagi Para Guru TK, SD, SMA,
dan SMK (pp. 50- 60).

78
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R dan Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. 2008.
Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Sukardi. 2006. Penelitian Kualitatif Naturalistik dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Usaha Keluarga
Sukmadinata, N. S. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Thiagarajan, S., Semmel, Dorothy S., Semmel, dan Melvyn I. 1974. Instructional
Development for Training Teachers of Exceptional Children: A Sourcebook.
Saint Paul, Minnesota (US): University of Minnesota Tomlinson.

79

Anda mungkin juga menyukai