PROPOSAL
OLEH
MUHAMMAD HARIZALDO
ACB 118 018
DAFTAR ISI......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................iii
BAB I: PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah........................................................................................1
B. Identifikasi Masalah..............................................................................................7
C. Rumusan Masalah.................................................................................................7
D. Tujuan Penelitian...................................................................................................8
E. Manfaat Penelitian.................................................................................................8
1. Manfaat Praktis..............................................................................................8
2. Manfaat Teoritis.............................................................................................9
BAB II: KAJIAN PUSTAKA........................................................................................10
A. Kajian Teori........................................................................................................10
1. Belajar dan Pembelajaran Fisika..................................................................10
2. Pengertian Hasil Belajar...............................................................................13
3. Tes dan Pengukurannya................................................................................21
4. Model Pembelajaran.....................................................................................24
5. Materi Usaha dan Energi..............................................................................34
B. Penelitian Relavan...............................................................................................51
C. Kerangka Berfikir................................................................................................54
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN....................................................................56
A. Desain Penelitian.................................................................................................56
1. Jenis dan Desain Penelitian..........................................................................56
B. Populasi dan Sampel...........................................................................................56
1. Populasi........................................................................................................56
2. Sampel..........................................................................................................57
C. Definisi Operasional Variabel.............................................................................57
1. Keterampilan Psikomotorik..........................................................................57
2. Hasil Belajar Kognitif...................................................................................58
D. Teknik Pengumpulan Data..................................................................................58
1. Tahapan Persiapan Penelitian.......................................................................58
i
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian.......................................................................59
3. Tahap Pengumpulan Data.............................................................................60
4. Tahap Analisis Data.....................................................................................60
5. Tahap Penarikan Kesimpulan.......................................................................60
E. Instrumen Penelitian............................................................................................61
F. Kisi-Kisi Uji Coba Instrumen..............................................................................61
1. Kisi-kisi Lembar Pengamatan Psikomotor Siswa.........................................61
2. Kisi-kisi Uji Coba Hasil Belajar Kognitif Siswa..........................................63
G. Teknik Analisis Uji Coba Instrumen Penelitian...................................................67
1. Uji Validitas Instrumen................................................................................67
2. Uji Reliabilitas Instrumen.............................................................................68
3. Taraf Kesukaran...........................................................................................69
4. Uji Daya Pembeda........................................................................................70
5. Hasil Uji Coba THB Kognitif.......................................................................70
H. Teknik Analisis Data Penelitian..........................................................................71
1. Teknik Analisis Penilaian Keterampilan Psikomotor...................................71
2. Teknik Analisis Data Hasil Belajar (THB)...................................................72
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................755
ii
KATA PENGANTAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
peserta didik untuk menimbulkan suatu hasil yang diinginkan sesuai tujuan yang
bersifat formal. Meliputi proses pembelajaran yang melibatkan guru dan peserta
didik. Peningkatan kualitas Pendidikan peserta didik dapat di lihat dari instrumen
hasilnya akan maksimal, tetapi sebaliknya jika dalam proses belajar peserta didik
2016:10).
untuk meningkatkan kompetensi agar peserta didik mampu berpikir kritis dan
pemahaman yang benar akan pelajaran fisika yang sangat berpengaruh terhadap
hasil belajar peserta didik (Fitri & Derlina, 2015:90). Sehingga hal itu menjadi
dengan bidang lain dan integrasi dengan pencapaian sikap, proses ilmiah dan
1
dilaksanakan. Sehingga sangat penting bagi guru untuk memiliki kemampuan
yang beragam, dimana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki
pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik
kebutuhan dan lingkungan belajar peserta didik. Salah satu upaya untuk
Fisika merupakan salah satu cabang sains yang mempelajari fenomena dan
gejala alam secara empiris, logis, sistematis dan rasional yang melibatkan proses
dan sikap ilmiah. Ketika belajar fisika, peserta didik akan dikenalkan tentang
produk fisika berupa materi, konsep, asas, teori, prinsip dan hukum-hukum fisika.
Peserta didik juga akan diajarkan untuk bereksperimen di dalam laboratorium atau
bahasan fisika.
2
pengetahuan. Menurut hakikatnya, fisika yang merupakan sains bukanlah sekedar
kumpulan ilmu pengetahuan semata. Lebih dari itu menurut Collette dan
satu faktor utama yang berpengaruh terhadap keberhasilan siswa belajar. Belajar
adalah berbuat, oleh karena itu tidak ada belajar tanpa aktifitas. Pengalaman akan
dapat diketahui melalui wawancara guru dan melihat hasil ulangan harian
pembelajaran fisika terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh guru. Hal
khususnya pada materi usaha dan energi, sehingga hasil belajar siswa serta
penguasaan materi pada pembelajaran usaha dan energi masih rendah, karena
ceramah. Tingkat penguasaan materi yang rendah terlihat dari nilai rata-rata
pelajaran Fisika Kelas X pada materi usaha dan energi di semester II tahun ajaran
3
Tabel 1. Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Fisika Pada Materi Usaha dan energi
Semester I Tahun Ajaran 2023/2024
X X X X X X
Kelas
MIPA-1 MIPA-2 MIPA-3 MIPA-4 MIPA-5 MIPA-6
Nilai
Rata- 72 71 74 70 71 73
rata
Sumber: Guru Mata Pelajaran Fisika SMA Negeri 5 Palangka Raya
adalah kejenuhan siswa dalam pembelajaran fisika, hal ini terlihat dari respon
siswa yang cenderung pasif dan pemahaman mereka mengenai materi yang
kurang, saat guru memberikan kesempatan bertanya atau menjawab siswa hanya
diam karena mereka bingung apa yang harus ditanyakan atau dijawab. Hasil
observasi dengan guru mata pelajaran fisika juga belum pernah ada penelitan yang
pembelajaran yang mampu membuat siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar
sehingga diharapkan hasil belajar siswa akan lebih baik. Salah satu model
pembelajaran yang bisa membuat siswa aktif dalam kelas yaitu model
4
mendorong siswa untuk menyelidiki sendiri, menemukan dan membangun
kreativitas, dan mencari informasi baru untuk menemukan fakta, korelasi, dan
kebenaran baru. Belajar tidak sama dengan menyerap apa yang dikatakan atau
dibaca, tetapi secara aktif dalam belajar mencari jawaban dan solusi sendiri.
ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, lompat, melukis,
menari dan sebagainya. Menurut Singer (1972) dalam (Laila, Syahroni dan
psikomotorik adalah mata pelajaran yang lebih berorientasi pada gerakan dan
Pembelajaran yang dapat menuntun siswa bekerja sama dan aktif dapat
dilakukan dengan mengamati suatu gejala atau objek, menguji data dan
melakukan percobaan. Materi usaha dan energi sangat cocok menggunakan model
discovery learning, karena di dalam materi usaha dan energi mengandung konsep
materi pembelajaran usaha dan energi serta menjadikan siswa secara tidak
5
langsung mengenal suatu materi pembelajaran fisika dalam kehidupan yang
mereka sendiri (Setiani dan Donni, 2015:213). Dan diharapkan pula dengan model
sebelumnya. Hasil belajar siswa ditentukan oleh kemampuan dasar siswa dalam
yang bersifat permanen atau dalam jangka waktu yang panjang setelah menerima
pembelajaran.
Palangka Raya”
6
B. Identifikasi Masalah
untuk aktif.
4. Ketuntasan hasil belajar kognitif pada materi usaha dan energi dengan model
Palangka Raya.
C. Rumusan Masalah
yang dapat dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
pemahaman konsep fisika kelas X pada materi usaha (kerja) dan energi di
hasil belajar fisika kelas X pada materi usaha (kerja) dan energi di SMA
7
D. Tujuan Penelitian
learning terhadap pemhaman konsep fisika kelas X pada meteri usaha (kerja)
learning terhadap hasil belajar fisika kelas X pada materi usaha (kerja) dan
E. Kegunaan Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu manfaat
memecahkan masalah tersebut secara praktis, dan manfaat teoritis adalah manfaat
1. Manfaat Praktis
merumuskan konsep.
8
2. Manfaat Teoritis
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Konseptual
a. Pengertian Belajar
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2015:2) menyatakan belajar
ialah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri
pengalaman dan latihan. Artinya adalah perubahan tingkah laku, baik yang
(Ahdar Jamaluddin dan Wardana, 2019:6) menyatakan bahwa belajar adalah suatu
10
peningkatan kualitas perilaku, seperti peningkatan pengetahuan, keterampilan,
daya pikir, pemahaman, sikap dan berbagai kemampuan lainnya. Definisi belajar
dapat juga diartikan sebagai segala aktivitas psikis yang dilakukan oleh setiap
individu sehingga tingkah lakunya berbeda antara sebelum dan sesudah belajar.
adalah proses untuk membuat perubahan dalam diri individu dengan berinteraksi
dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan dalam dirinya baik dari segi
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Jadi, jika terdapat perubahan tingkah laku
pada diri seseorang setelah mengalami proses pembelajaran, maka orang tersebut
b. Pembelajaran Fisika
seseorang dapat berkembang menjadi individu yang lebih baik dan bermanfaat
suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil individu dengan lingkungannya
aktivitas diri.
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
11
belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut hakikatnya, fisika memiliki tiga
aspek utama yaitu aspek afektif, proses, dan ilmu. Sehingga pembelajaran fisika
fisika dan saling keterkaitannya serta mampu menggunakan metode ilmiah yang
sehingga lebih menyadari keagungan Tuhan Yang Maha Esa (Mundilarto, 2002:
fisikawan atau saintis, akan tetapi dirancang untuk membantu siswa akan
menjadi individu yang memiliki sikap ilmiah, mampu memproses fenomena dan
membangun konsep-konsep, teori dan sikap ilmiah yang dapat berpengaruh positif
proses hubungan timbal balik yang berlangsung antara siswa dan guru beserta
12
2. Pengertian Hasil Belajar
proses pembelajaran. Setiap guru tentu mempunyai tujuan akhir yang harus
dicapai. Salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah hasil belajar siswa lebih baik
dari sebelumnya.
penting dalam pembentukan pribadi dan prilaku individu. Purwanto (2010: 38–39)
kematangan), menetap dalam waktu yang relatif lama, dan merupakan hasil
pengalaman.
dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat
keberhasilan belajar siswa. Hasil belajar juga dapat diartikan hasil dari proses
yang dilaksanakan telah berhasil atau tidak, yang didapat dari jerih payah siswa
itu sendiri sesuai kemampuan yang ia miliki. Jadi dapat diartikan bahwa hasil
belajar merupakan usaha sadar yang dicapai oleh siswa dengan pembuktian untuk
mendapatkan umpan balik tentang daya serap siswa terhadap materi pelajaran
pembelajaran.
13
Bloom (Sudjana, 2013:22) mengelompokkan macam-macam hasil belajar
secara umum menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotorik. Aspek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah aspek kognitif
dan aspek psikomotorik siswa, sehingga aspek afektif tidak akan peneliti jelaskan
a. Keterampilan Psikomotorik
pembelajaran pada bidang tertentu. Hasil dari guru motoric akan terlihat pada saat
seseorang telah mendapatkan pembelajaran dan telah dinilai dengan cara kognitif.
menerima pengalaman belajar tertentu. Pada ranah psikomotorik ini, siswa akan
manusia yang terdidik tentunya dapat bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
gerakan tangan dan mata, serta mampu mengorganisasi berbagai rangkaian respon
14
psikomotorik tidak hanya berkaitan dengan suatu geraknya suatu otot saja, namun
yang kompleks dapat dilakukan denngan melalui tiga tahap, yaitu tahap kognitif,
fiksasi, dan tahap otonom. Dalam tahap kognitif siswa berupaya untuk
bantuan guru akan mengkaji keterampilan siswa dan menguraikan apa yang
sedang dipelajari. Dengan ini guru harus menentukan hal-hal yang akan
dilakukan, langkah atau prosedur yang akan ditempuh, dan memberi informasi
kepada siswa jika terdapat kekeliriun pada tahap ini. Kemudian tahap selanjutnya
adalah tahap fiksasi. Dalam tahap ini pola-pola tingkah laku akan dilatih sehingga
tidak akan terjadi kekeliruan lagi. Selain itu, pada tingkat dasar siswa akan belajar
terkoordinasi, namun dalam gerak psikomotorik juga terdapat suatu tahapan untuk
tersusun rapi saja namun juga berdasarkan adanya aspek kognitif yang berkaitan
15
dilakukan oleh syaraf pusat yang sistematis untuk mengerjakan berbagai hal (Heri
sesuatu. Dari keterampilan ini siswa dapat memahami hasil belajar kognitif.
berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif siswa? karena teori Piaget (Dahar,
anak seiring waktu akan berkembang dari tingkat sensori-motorik sampai operasi
yang dapat dinilai dalam mata pelajaran sains dengan merujuk pada klasifikasi
a) Moving (Mendemonstrasikan)
16
Mendemonstrasikan merujuk pada sejumlah gerakan tubuh yang
respon otot terhadap rangsangan sensorik. Kata kerja operasional yang dapat
b) Manipulating (Manipulasi)
misalnya koordinasi antar mata, telinga, tangan, dan jari. Koordinasi gerakan
tubuh melibatkan dua atau lebih bagian-bagian tubuh, misalnya tangan dan jari,
tangan dan mata. Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk merumuskan
c) Communication (Komunikasi)
gagasan dan perasaan untuk diketahui oleh orang lain. Kata kerja operasional
yang dapat digunakan untuk merumuskan indikator pencapaian hasil belajar siswa
17
d) Creating (Menciptakan)
gagasan baru. Kreasi dalam mata pelajaran sains biasanya memerlukan sejumlah
baru yang sikapnya unik. Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk
merumuskan indikator pencapaian hasil belajar siswa antara lain membuat kreasi,
Komponen psikomotor creating (P4) tidak digunakan dalam penelitian ini, karena
creating (P4) tidak dilakukan oleh siswa sebab memerlukan waktu yang lebih
lama.
Hasil belajar kognitif merupakan hasil belajar yang ada kaitanya dengan
ingatan, kemampuan berfikir atau intelektual. Pada ranah ini hasil belajar terdiri
dari tujuh tingkatan yang sifatnya hierarkis. Ketujuh hasil belajar kognitif ini
kreativitas (Deni Kurniawan, 2019:10). Jadi yang dimaksud hasil belajar kognitif
Ketujuh aspek atau jenjang proses berfikir tersebut mulai dari jenjang
terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Berdasarkan hal tersebut
diketahui bahwa tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang
18
mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana yaitu mengingat sampai
prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah (Suhartono & Rosi Patma,
2018:14).
belajar yang mencakup kegiatan mental atau aktivitas otak yaitu yang ada
kata kerja operasional yang digunakan pada level mengetahui yaitu menyebutkan,
b) Memahami (C2)
saran. Kata kerja operasional yang digunakan pada level memahami yaitu
19
c) Menerapkan/mengaplikasikan (C3)
Contok kata kerja operasional yang diguanakan pada level menerapkan yaitu
d) Menganalisis (C4)
dihubungkan satu sama lain maupun menjadi sebuah struktur keseluruhan atau
e) Mengevaluasi/menilai (C5)
didasarkan pada kriteria dan atau standar. Pertanyaan ini meminta siswa membuat
penilaian tentang suatu berdasarkan sebuah acuan atau standar. Contoh kata kerja
mengkritik.
f) Mencipta (C6)
20
Aspek mencipta (C6) yaitu menempatkan bagian-bagian secara bersama-
sama ke dalam suatu ide, semuanya saling berhubungan untuk membuat hasil
yang baik. Pertanyaan ini meminta siswa untuk menemukan penyelesaian masalah
melalui pemikiran kreatif. Contoh kata kerja operasional yang digunakan pada
(C3) dan menganalisis (C4), dan mengevaluasi (C5). Sedangkan aspek mencipta
(C6) tidak digunakan dalam penelitian ini karena peneliti menggunakan tes uraian
a. Pengertian Tes
Tes menurut Arikunto (2012:67) adalah alat atau prosedur yang digunakan
untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-
menyatakan suatu prosedur yang spesifik dan sistematis untuk mengukur tingkah
laku seseorang, atau suatu pengukuran yang bersifat objektif mengenai tingkah
laku seseorang, sehingga tingkah laku tersebut dapat digambarkan dengan bantuan
21
Uno (2012 :111) menyatakan bahwa tes merupakan seperangkat
prosedur yang spesifik dan sistematis yang diberikan kepada seseorang digunakan
untuk mengukur sesuatu. Tes dibuat secara tersusun dan beruntun mulai dari
tingkat kategori mudah sampai kategori yang sulit. Tes digunakan untuk
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara
dari tes bentuk esai. Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang diajukan
jauh lebih banyak daripada tes esai kadang-kadang untuk tes yang berlangsung
selama 60 menit dapat diberikan 30-40 soal (Arikunto, 2009:164). Sementara itu
menurut Hidayat, dkk. (1994:63) tes objektif adalah tes yang terdiri dari item-item
(stem) yang dapat dijawab dengan jalan memilih salah satu alternatif (option)
yang benar dan alternatif yang tersedia atau mengisi jawaban yang benar dengan
Tes objektif sering juga disebut tes dikotomi (dichotomously scored item)
karena jawabannya antara benar atau salah dan skornya antara 1 atau 0. Disebut
tes objektif karena penilaiannya objektif. Siapa pun yang mengoreksi jawaban tes
objektif hasilnya akan sama karena kunci jawabannya sudah jelas dan pasti. Tes
22
objektif menuntut peserta didik untuk memilih jawaban yang benar di antara
melengkapi pertanyaan atau pernyataan yang belum sempurna. Tes objektif sangat
cocok untuk menilai kemampuan yang menuntut proses mental yang tidak begitu
(Arifin, 2009:135).
objektif sangat cocok digunakan dalam bidang matematika dan IPA, karena
penilaian jawaban yang dilakukan pada setiap soal pasti dan apabila diperiksa oleh
c. Pedoman Penskoran
menggunakan dua kategori yaitu benar dan salah, setiap kata kunci yang benar
diberi skor 1 (satu) dan untuk kata kunci yang salah diberi skor 0 (nol) (Arifin,
(Arifin, 2016:126):
1) Menuliskan semua kata kunci atau kemungkinan jawaban benar secara jelas
2) Setiap kata kunci yang dijawab benar diberi skor 1, tidak ada skor setengah
dari jawaban soal, menjadi beberapa kata kunci subjawaban dan membuat
skornya.
23
4) Menjumlahkan skor dari semua kata kunci yang telah ditetapkan pada soal
Indikator: Siswa dapat menghitung isi bangun ruang (balok) dan mengubah satuan
ukurannya
Butir Soal: Sebuah bak mandi berbentuk balok berukuran panjang 150 cm, lebar
(2016:127) yaitu :
mengikuti urutan langkah. Apabila siswa dapat menjawab dengan benar pada
langkah dua sampai tiga, maka siswa mendapat skor 3, namun apabila langkah
dua salah, maka siswa tidak medapatkan skor walaupun langkah berikutnya benar.
24
4. Model Pembelajaran
rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
merupakan pola pilihan para guru untuk merancang pembelajaran yang sesuai dan
25
bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan
dengan suatu bentuk akhir dan peserta didik harus berperan aktif dalam belajar di
discovery learning adalah belajar mencari dan menemukan sendiri. Dalam sistem
belajar mengajar ini guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk yang
final, tetapi peserta didik diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri
26
mengajar. Proses belajar dapat menemukan sesuatu apabila pendidikan menyusun
guru melibatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik untuk menganalisis dan
merangsang berfikir tingkat tinggi peserta didik dalam situasi yang berorientasi
pada masalah dunia nyata, termasuk didalam proses belajar. Metode Discovery
seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki sesuatu secara
dengan penuh percaya diri. Peseta didik juga dituntut untuk memberanikan diri
untuk menemukan sendiri konsep atau prinsip dalam materi. Siswa dilatih mampu
27
menyelesaikan sendiri pembelajaran yang diberikan oleh guru dan siswa
mampu memberikan jaminan ideal bagi kematangan anak didik dalam mengikuti
3) Siswa akan mencapai kepuasan karena telah menemukan teori sendiri, dan
28
memiliki tujuan seperti yang dikemukakan oleh Hosnan (2014,284) sebagai
berikut:
pembelajaran.
3) Siswa belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan
dalam menemukan.
kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktivitas baru dan diaplikasikan dalam
29
d. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Discovery Learning
(DL)
30
b) Meyinta waktu banyak. Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang
penggunaan model discovery learning ini ialah terletak pada efisiensi waktu dan
penggunaan model tidak dapat digunakan pada semua topik pembelajaran. Model
discovery learning ini hanya dapat digunakan untuk materi yang berkaitan dengan
1) Stimulation (stimulus),
31
dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan
masalah),
tidaknya hipotesis.
Mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa melalui
5) Verification (pembuktian)
baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
6) Generalization (generalisasi)
dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang
generalisasi tertentu.
32
f. Metode Discovery Learning Dalam Mengukur Keterampilan
Psikomotorik
33
kesimpulan verification dan
generalization memiliki
kesesuaian dengan
communication, karena
6 Generalization 6. Presentasi hasil pada tahap ini siswa
dituntut untuk membuat
(P3) kesimpulan dari
percobaan, sehingga
dibutuhkan penyajian
data setelah menemukan
dan ditarik kesimpulan
sehingga diketahui orang
lain
Metode Discovery Learning merupakan pembelajaran dimana siswa
didorong untuk terlibat aktif dan guru mendorong siswa untuk memiliki
sama sintaks yang pertama menuntut siswa melakukan kegiatan sesuai perintah
guru, kedua siswa mampu menganalisis data, dan terakhir siswa mampu
a. Usaha
Usaha dalam fisika dideskripsikan sebagai besarnya gaya yang bekerja pada suatu
34
benda, sehingga benda tersebut mengalami perpindahan (Lasmi, 2016). Usaha
sebagai suatu besaran dalam fisika dilambangkan W. Usaha dalam fisika memiliki
pengertian yang khas, yaitu sebagai perkalian antara besar gaya yang
s, gaya yang dilakukan orang tersebut kepada benda menghasilkan usaha. Usaha
melibatkan besaran gaya dan besaran perpindahan, jika semakin besar gaya dan
perpindahan yang dilakukan, maka semakin besar pula usaha yang dihasilkan
orang memberikan gaya yang searah dengan arah benda berpindah, maka usaha
W =F s × s … … … … … … … … … … … … … … … …..(1)
Keterangan:
Fs = gaya yang bekerja pada benda (N)
s = perpindahan benda (m)
35
W = usaha yang dilakukan (N.m/Joule)
perpindahan adalah F s=F cos θ. Berdasarkan definisi tersebut, maka usaha orang
yang menarik benda sama dengan Fs dikalikan dengan besar perpindahan s, yaitu.
W =F s cos θ … … … … … … … … … … … … … … ..(2)
Keterangan:
F=¿ gaya yang diberikan benda (N)
s=¿perpindahan benda (m)
θ=¿sudut antara gaya dengan perpindahan
dipengaruhi oleh sudut tarikan gaya terhadap arah bidang mendatar. Adapun
pengaruh sudut terhadap besar usaha sebagai berikut (Chasanah, Sururi, & Abadi,
2016).
1) Jika θ=0o, berarti gaya yang dilakukan searah dengan arah perpindahan.
36
2) Jika θ=90o , berarti gaya yang dilakukan tegak lurus dengan arah
perpindahan. Apabila cos 90o=0, usaha yang dilakukan bernilai nol (W =0).
Usaha juga akan bernilai nol jika gaya yang diberikan tidak mengakibatkan
perpindahan.
b. Energi
Setiap benda yang memiliki energi cenderung untuk melakukan usaha, sehingga
usaha dan energi memiliki hubungan yang erat. Energi berasal dari sumber energi
yang terbagi menjadi dua, yaitu sumber energi tak terbarukan seperti energi fosil
dan energi nuklir fisi, serta energi terbarukan seperti energi matahari, energi
angin, energi air dan energi gelombang (Kanginan, 2016). Secara umum energi
1) Energi Potensial
(Kanginan, 2016). Contoh energi potensial adalah energi potensial gravitasi dan
potensial.
tertentu terhadap bidang acuan memiliki energi potensial (Chasanah, Sururi, &
Abadi, 2016). Apabila semakin tinggi kedudukan suatu benda terhadap bidang
acuan, maka semakin besar energi potensial gravitasi yang dimilikinya. Jika
37
sebuah balok bermassa m diikat menggantung pada seutas tali yang tergulung
pada sebuah katrol licin. Katrol dan tali pada balok tersebut tidak bermassa. Balok
mula-mula berada pada ketinggian h1, seperti pada gambar 3 (a). Beberapa saat
pada balok tersebut. Besarnya usaha gaya gravitasi sama dengan massa balok dan
berikut.
Keterangan:
m=¿ massa balok (kg)
g=¿gaya gravitasi (m/s 2 ¿
h1=¿ketinggian balok pada posisi awal (m)
h2 =¿ketinggian balok pada posisi akhir (m)
W =¿usaha yang dilakukan (Joule)
38
Balok yang menggantung pada seutas tali dan katrol ditinjau menggunakan
setelah mencapai keadaan pada gambar 4 (b) energi potensial menjadi E p2.
bergerak turun, karena besarnya perubahan energi potensial sama dengan usaha
gaya gravitasi.
W =E p −E p2 … … … … … … … … … … … ..(4 )
1
E p1=mgh 1
E p2=mgh 2
Maka akan didapat persamaan energi potensial gravitasi adalah sebagai berikut.
E p =mgh… … … … … … … … … … … … … … ..(5)
Keterangan:
m=¿ massa balok (kg)
g=¿gaya gravitasi (m/ s2 )
h=¿ketinggian balok (m)
E p =¿energi potensial gravitasi (Joule)
potensial pegas disebabkan adanya rapatan atau renggangan pegas akibat tekanan
atau tarikan pada pegas. Pegas ketika dirapatkan atau direnggangkan akan
39
memerlukan gaya. Semakin besar pegas dirapatkan atau direnggangkan, maka
semakin besar pula gaya yang dibutuhkan (Chasanah, Sururi, & Abadi, 2016).
(seperti gambar 4), maka dibutuhkan gaya F p yang berbanding lurus dengan x :
F p=kx
sebagai berikut.
F p=kx … … … … … … … … … … … … … … … ..(6)
40
k merupakan konstanta pegas yang merupakan ukuran kekakuan pegas tertentu.
Pegas akan memberikan gaya dengan arah berlawanan jika ditekan atau
direntangkan (Gmbar 4 (b) dan (c)). Gaya yang berlawanan ini disebut sebagai
F s=−kx … … … … … … … … … … … … … … … (7)
Apabila gaya pada pegas dan perubahan panjang pegas digambarkan dengan
Sumber: https://tendeville.weebly.com/elastisitas--hukum-hooke
Berdasarkan gambar 5, besarnya usaha yang terjadi pada pegas jika gaya
yang digunakan berubah-ubah dapat dihitung dengan luas total persegi panjang.
Jika setiap titik pada persegi panjang dihubungkan, maka akan berbentuk garis
lurus. Bagian bawag garis lurus yang diarsir dapat digunakan untuk menentukan
besarnya usaha. Berikut adalah usaha yang dilakukan untuk menarik pegas sejauh
41
W =¿ luas segitiga
1
W = (alas) (tinggi)
2
1
W = Fx … … … … … … … … … … … … … … … … … … ..(8)
2
Pada persamaan (6) F=F p=kx , akan tetapi persamaan tersebut merupakan gaya
tidak konstan karena nilainya dapat berubah sepanjnang nilai jarak dan terus
bertambah, sementara pegas makin teregang (normal), sehingga gaya yang akan
digunakan untuk usaha yang dilakukan energi potensial terhadap pegas yaitu gaya
rata-rata ( F p ). Gaya rata-rata F p dimulai dari nol pada posisi tidak teregang
F p=[0+ kx ]
F p=kx … … … … … … … … … … … … … … … … … … .(9)
Maka usaha yang dilakukan sama dengan energi potensial pegas elastis adalah
sebagai berikut.
E p elastis=w
1
E p elastis= F p x
2
1
E p elastis= ( kx ) x
2
1 2
E p elastis= k x … … … … … … … … … … … … … ..(10)
2
Keterangan:
42
x=¿ perubahan panjang pegas (m)
hingga benda pada ketinggian h2 di atas tanah, besarnya usaha pada benda
dirumuskan pada persamaan (1). Jika gaya yang menggerakkan benda adalah
W =w s
W =mg ( h1−h 2)
W =mg h1−mg h2
W =E p1−E p2
W =∆ E p … … … … … … … … … … … … … … … … … .(11)
Keterangan:
43
∆ E p=¿ perubahan energi potensial (Joule)
antara usaha dan energi potensial adalah besar usaha yang dilakukan oleh gaya
berat merupakan selisih dari energi potensialnya (Chasanah, Sururi, & Abadi,
2016). Misal, tukang bangunan yang mencoba menaikkan bahan material di tanah
dan ditarik menggunakan bantuan katrol membutuhkan energi yang berbeda untuk
energi potensial.
2) Energi Kinetik
Energi kinetik adalah energi yang dimiliki benda karena geraknya atau
semakin besar pula energi kinetik yang dimiliki benda tersebut (Lasmi, 2016).
Oleh karena itu, energi kinetik bergantung pada kecepan dan massa yang dimilki
benda.
44
2 2
v 2=v 1 +2 a
2
v =0+2 as
2
v
s= … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .(12)
2a
Keterangan:
Jika gaya dihubungkan dengan hukum II Newton (F=ma), maka besar usaha
yang dihasilkan sama dengan energi kinetik yang dimiliki mobil pada saat
E k =W
E k =F s
( )
2
v
E k =ma
2a
1 2
E k = m v … … … … … … … … … … … … … … … … (13)
2
Keterangan:
E k =¿energi kinetik (Joule)
m=¿ massa mobil (kg)
v=¿kecepatan mobil bergerak (m/s)
F
Berdasarkan hukum II Newton, maka percepatannya adalag a= dan untuk
m
45
mencapai kecepatan v 2 mobil memerlukan waktu yang dapat dirumuskan sebagai
berikut.
v 2−v 1
a=
t
F v 2−v 1
=
m t
m(v 2−v 1)
t= … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .(14)
F
Mobil yang bergerak dengan kecepatan selama beberapa waktu t akan mengalami
1 2
s=s 0 + v 1 t + a t
2
s=0+0 ( F ) (
+
2m F )
m ( v 2−v 1 ) 1 F m ( v 2−v 1 )
1 2 1
s= m ( v 2−v1 ) … … … … … … … … … … … … … … … … … … …(15)
2
2 F
W =F s
W =F ( 12 m ( v −v ) F1 )
2
2
2
1
1
W = m ( v 2−v 1)
2 2
2
1 2 1 2
W = m v 2− m v 1
2 2
W =Ek2−E k1
W =∆ E k … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …..(16)
suatu gaya pada sebuah benda akan menghasilkan perubahan energi kinetik pada
benda tersebut.
46
3) Hukum Kekekalan Energi Mekanik
berubah bentuk energi yang satu menjadi energi yang lain (Chasanah, Sururi, &
Abadi, 2016). Jika energi tidak terpakai, maka akan dihasilkan energi dalam
bentuk lain yang besarnya sama dengan energi semula. Pada gambar 6,
perubahan energi potensial yang dituliskan pada persamaan (11). Benda pada
dengan perubahan energi kinetik yang dituliskan pada persamaan (16). Oleh
karena itu, usaha merupakan hasil perubahan energi potensial maka disubsitusikan
W =Ek2−E k1
E p1−E p2=E k2 −Ek1
E p1 + E k1=E p2 + Ek2 … … … … … … … … … … … … … … … … … …(17)
dilambangkan Em . Nilai energi mekanik awal dan energi mekanik akhir bersifat
Mekanik yang berbunyi “Pada sistem terisolasi (hanya bekerja gaya gravitasi dan
tidak ada gaya luar yang bekerja) energi mekanik total sistem berlaku konstan”.
sebagai berikut.
47
Em1 =Em2 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .(18)
Keterangan:
Em1 =¿energi mekanik awal
Em2 =¿energi mekanik akhir
buah apel jatuh dari tangkainya ke tanah. Energi mekanik dari apel adalah
penjumlahan dari energi potensial dan energi kinetik. Perhatikan pada gambar 8,
pada keadaan 1 merupakan saat buah apel lepas dari tangkainya atau pada titik
tertinggi, pada posisi ini maka energi potensial maksimum dan energi kinetik
minimum. Setelah buah apel mulai bergerak turun seperti keadaan 2, energi
48
apek telah menyentuh tanah, energi potensial buah apel minimum dan energi
sebagai berikut.
E M 1=E M 2=E M 3
Beberapa hal yang berkaitan dengan hukum kekekalan energi mekanik pada
(1) Pada kedudukan awal, kelajuan benda bernilai nol, sehingga energi kinetik
awal juga bernilai nol (E k =0). Sementara itu, energi potensial pada
kedudukan awal akan bernilai maksimum. Hal ini disebabkan benda pada
potensial.
(2) Pada keadaan selanjutnya, ketika benda bergerak nilai energi potensial
energi kinetik.
(3) Pada saat benda menyentuh tanah, ketinggian benda dari permukaan tanah
sama dengan nol sehingga energi potensial bernilai minimum (E p =0). Energi
49
b) Ayunan
memiliki energi potensial maksimum dan energi kinetik minimum. Saat bandul
titik kesetimbangan, tali bandul lurus vertikal ke bawah sehingga energi potensial
meingkat dan energi kinetik menurun. Setelah sampai pada kedudukan 3 di titik
terjauh, energi potensial akan bernilai maksimum dan energi kinetik minimum.
E M !=E M 2=E M 3
E p + E k =E p + E k =E p3 + Ek3
1 1 2 2
E p1 +0=E p2 + E k2 =E p3 +0
E p1=E p2+ Ek2=E p3 … … … … … … … … … … … . …(20)
50
c) Orang Bermain Ski Es
di puncak bukit, pemain ski es memiliki energi potensial maksimum dan energi
E M 1=E M 2=E M 3
E p1 + E k1=E p2 + Ek2=E p3+ Ek3
E p1 +0=E P2+ Ek2=0+ E k3
E p1=E p2+ Ek2=E k3 … … … … … … … … … . … … …(21)
B. Penelitian Relavan
1. Hasil Sherli Malinda, dkk (2017) yang berjudul “Penerapan Model Discovery
51
untuk tes pengetahuan setiap siklusnya. Dapat dilihat bahwa siklus I dengan
nilai 72,87 meningkat pada siklus II yaitu dengan nilai 75,97 kemudian
meningkat pada siklus III dengan nilai 79,58 dan meningkat lagi pada siklus
2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Candra Dewi, dkk (2020) dengan judul
Hasil Belajar Fisika Materi Usaha Dan Energi Pada Peserta Didik Kelas X
Sampolawa pada materi usaha dan energi yang diajar menggunakan model
siklus II. Nilai rata-rata hasil belajar peserta didik pada siklus I sebesar 70,9
belajar peserta didik berdasarkan KKM pada siklus I sebesar 48%, sedangkan
3. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Vika Andre Teriyanti, dkk (2023)
bahwa nilai rata-rata pre-test adalah 37,25 dan nilai rata-rata post-test adalah
79,91 dan ditunjukkan dari hasil analisis uji-t dengan taraf signifikan α =0 , 05
kebenarannya atau hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri Purwodadi
52
tahun ajaran 2022/2023 setelah diterapkan dengan strategi pembelajaran
4. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Neneng Leni Mardiana (2021) dengan
hasil belajar mata pelajaran fisika materi gerak melingkar bagi siswa kelas X
5. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yanti Hermawati Puji Rahayu (2019)
model discovery learning. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa
nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 78,71 pada siklus I dan
79,09 pada siklus II. Adapun hasil pembelajaran klasikal dapat dikatakan
53
tuntas karena ketuntatasan siswa sebelumnya 46% namun setelahnya
meningkat menjadi 83% pada siklus I dan menjasi 100% pada siklus II.
C. Kerangka Berfikir
prestasi belajar yang baik. Tetapi, keinginan dan harapan itu harus diikuti dengan
diharapkan lebih termotivasi dan aktif dalam pembelajaran, sehingga materi akan
ceramah yang hanya berpusat pada guru. Sehingga membuat siswa kurang
memahami materi yang disampaikan oleh pendidik dan kurang termotivasi dalam
54
Keadaan Perlakuan yang Hasil
dikelas diberikan
55
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
learning terhadap Hasil Belajar Peserta Didik. Penelitian ini bukan penelitian
yang nyata, karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh didalam
Rancangan yang digunakan adalah one-shot case study yaitu terdapat suatu
2008:74)
Perlakuan Dampak
X O
Keterangan:
O = Kondisi setelah diberikan perlakuan, yaitu tes hasil belajar siswa (THB)
1. Lokasi Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X MIPA SMA Negeri 5
56
Tabel 8. Sebaran Populasi Kelas XI MIPA SMA Negeri 5 Palangka Raya Tahun
Ajaran 2023/2024
No. Kelas Jumlah Siswa
1 X MIPA-1 35
2 X MIPA-2 34
3 X MIPA-3 36
4 X MIPA-4 35
5 X MIPA-5 35
6 X MIPA-6 33
Sebaran
2. Sampel
semua kelas populasi yang akan dijadikan sebagai kelas sampel. Hasil pemilihan
secara acak, kelas yang terpilih yaitu kelas X MIPA-1 SMA Negeri 5 Palangka
1. Keterampilan Psikomotorik
suatu tugas manual dan gerak fisik siswa seperti dalam melakukan praktikum dan
57
2. Hasil Belajar Kognitif
yang meliputi 6 aspek, pada jenjang SMA dihunakan sampai aspek yang C5
ada beberapa hal-hal yang harus diperhatikan, antara lain sebagai berikut:
58
j. Menganalisis data uji coba instrument.
beberapa tahap yang dilakukan. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah
sebagai berikut:
metode Discovery Learning dengan materi kalor, perubahan suhu dan wujud
59
3. Tahap Pengumpulan Data
a. Data hasil belajar siswa setelah diterapkan metode Discovery Learning pada
materi pokok usaha dan energi dikumpulkan dengan cara memberikan ujian
energi.
60
materi usaha dan energi di kelas X SMA Negeri 5 Palangka Raya tahun ajaran
2023/2024.
E. Instrumen Penelitian
oleh pengamat sesuai dengan rubrik penilaian observasi yang diisi oleh 1
Tes hasil belajar yang digunakan peneliti merupakan berupa tes uraian
objektif. Subjek evaluasi dalam penelitian ini adalah orang yang melakukan
61
F. Kisi-Kisi Uji Coba Instrumen
siswa yang diisi oleh satu pengamat untuk satu kelompok, pengamat memberi
tanda centang (√) pada skor yang terdapat pada lembar pengamatan psikomotorik.
62
Manipulasi 3. Menentukan faktor-faktor
(Manipulating) P2 yang mempengaruhi
besarnya usaha pada
benda
usaha, besarnya 4. Menganalisis hubungan
usaha pada benda gaya dan usaha
Mengkomunikasikan 5. Menyimpulkan hasil
(Communicating) P3 percobaan
6. Mempresentasikan hasil
percobaan
3. Mendemonstrasikan 1. Merumuskan hipotesis
(Moving) P1 2. Merangkai alat percobaan
dengan benar sesuai
petunjuk kerja
Menganalisis
Manipulasi 3. Menentukan besar energi
besarnya energi
(Manipulating) P2 mekanik pada kelereng
potensial dan
dan bolas kasti
energi kinetik
4. Menganalisis energi
yang dialami oleh
potensial pada kelereng
suatu benda yang
dan bola kasti
jatuh bebas
Mengkomunikasikan 5. Menyimpulkan hasil
(Communicating) P3 percobaan
6. Mempresentasikan hasil
percobaan
Instrumen yang diuji coba adalah Tesa Hasil Belajar (THB) kognitif
berupa tes uraian objektif dengan jumlah 11 soal setelah divalidasi. Uji coba ini
Tabel 10. Kisi-kisi Uji Coba Instrumen Tes Hasil Belajar Kognitif
Konsep/
No
Sub Indikator RPP Indikator Soal Aspek
Soal
Konsep
Energi Mengidentifikasikan Menyebutkan definisi C1 1
energi energi
63
Energi Menyebutkan syarat Menyebutkan syarat C1 2
kinetik benda memiliki energi benda memiliki energi
potensial potensial
Energi Mengidentifikasikan Menyebutkan syarat C1 3
kinetik energi kinetik benda memeliki energi
kinetik
Usaha Mengidentifikasi usaha Menyebutkan definisi C1 4
usaha
Usaha Mengidentifikasi usaha Menyebutkan syarat C1 5
usaha bernilai negatif
Hubunga Menganalisis Mendeskripsikan C1 6
n usaha hubungan usaha hubungan usaha dengan
dengan dengan perubahan perubahan energi kinetik
perubaha energi kinetik
n energi
kinetik
Hubunga Mengidentifikasi Menyebutkan hubungan C1 7
n usaha hubungan usaha usaha dengan perubahan
dengan dengan perubahan energi kinetik pegas
perubaha energi kinetik
n energi
Hukum Mengidentifikasi Menyebutkan definisi C1 8
kekekalan hukum kekekalan energi mekanik
energi energi mekanik
mekanik
Hukum Menyebutkan syarat
Menyebutkan syarat C1 9
kekekalan berlakunya hukumberlakunya hukum
energi kekekalan energi
kekekalan energi
mekanik mekanik mekanik
Energi Menjelaskan konsep
Mendeskripsikan C2 10
energi perubahan energi
Energi Menjelaskan konsep
Memberikan contoh C2 11
potensial energi potensial suatu benda memiliki
dan tidak memiliki
energi potensial
Energi Menjelaskan konsep Membedakan energi C2 12
potensial energi potensial dan potensial dan energi
dan energi kinetik kinetik asteroid disekitar
energi bumi
kinetik
Energi Menjelaskan konsep Membedakan faktor yang C2 13
potensial energi potensial berpengaruh dan tidak
berpengaruh terhadap
energi potensial
Energi Menjelaskan konsep Menyimpulkan energi C2 14
kinetik energi kinetik kinetik terkecil pada
64
gambar
Energi Menjelaskan konsep Menyimpulkan keadaan C2 15
kinetik energi kinetik dan energi potensial, kelajuan
dan energi potensial dan energi kinetik
potensial
Usaha Menjelaskan usaha Membedakan yang C2 16
termasuk dan tidak
termasuk konsep usaha
Usaha Menjelaskan usaha Membedakan yang C2 17
termasuk dan tidak
termasuk konsep usaha
Energi Menjelaskan energi Membedakan perubahan C2 18
energi
Energi Menjelaskan konsep Menyimpulkan hukum C2 19
mekanik energi mekanik kekekalan energi
mekanik
Energi Menjelaskan konsep Mebedakan contoh C2 20
mekanik energi mekanik energi mekanik dalam
kehidupan sehari-hari
Energi Menerapkan Menentukan nilai energi C3 21
kinetik persamaan energi kinetik
kinetik
Energi Menerapkan formulasi Menentukan nilai energi C3 22
kinetik energi kinetik kinetik
Energi Menerapkan formulasi Menentukan nilai energi C3 23
potensial energi potensial pada potensial
masalah kehidupan
sehari-hari
Energi Menerapkan Menentukan ketinggian C3 24
potensial persamaan energi berkaitan dengan gerak
potensial vertikal keatas
Energi Menerapkan Menentukan C3 25
kinetik persamaan energi perbandingan nilai energi
kinetik kinetik
Usaha Menerapkan Menentukan besar usaha C3 26
persamaan usaha pada
masalah kehidupan
sehari-hari
Usaha Menerapkan Menentukan besar usaha C3 27
persamaan usaha pada bila arah gaya dan
masalah kehidupan perpindahan membentuk
sehari-hari sudut θ
Hukum Menentukan Menentukan energi C3 28
kekekalan persamaan hukum mekanik pada gerak
energi kekekalan energi vertikal keatas
mekanik mekanik pada masalah
65
kehidupan sehari-hari
Hukum Menerapkan Menentukan nilai energi C3 29
kekekalan persamaan hukum kinetik berkaitan dengan
energi kekekalan energi pada hukum kekekalan energi
mekanik masalah kehidupan mekanik pada gerak
sehari-hari jatuh bebas
Energi Menerapkan Menerapkan persanaab C3 30
mekanik persamaan hukum hukum energi mekanik
energi mekanik
Usaha Menganalisis konsep Menganalisis konsep C4 31
usaha usaha pada permainan
tarik tambang
Energi Menganalisis energi Menganalisis konsep C4 32
kinetik kinetik energi kinetik dalam
kehidupan sehari-hari
Energi Menganalisis konsep Membandingkan jarak C4 33
potensial energi potensial yang ditempuh balok saat
menekan pegas
Usaha Menganalisis konsep Menganalisis usaha pada C4 34
usaha posisi mobil yang di
derek
Energi Membedakan energi Menganalisis perbedaan C4 35
potensial potensial dan energi enerfi potensial dan
dan kinetik energi kinetik
energi
kinetik
Energi Menganalisis konsep Menguraikan konsep C4 36
kinetik energi kinetik energi kinetik
Energi Menganalisis konsep Menganalisis cara yang C4 37
potensial energi potensial dan efektif untuk turun 1
dan energi kinetik lantai ke bawah saat
energi berada di mall
kinetik
Energi Menganalisis konsep Menganalisis cara yang C4 38
mekanik energi mekanik efektif saat mengangkat
barang menggunakan alat
Usaha Membedakan konsep Membedakan konsep C4 39
usaha usaha dalam mendorong
mobil
Energi Menganalisis energi Membandingkan nilai C4 40
potensial potensial energi potensial pada
gaya gesek
Keterangan:
66
C1 = Pengetahuan, sebanyak 9 soal
C2 = Pemahaman, sebanyak 11 soal
C3 = Penerapan (Aplikasi), sebanyak 10 soal
C4 = Analisis, sebnayak 10 soal
C5 = Evaluasi, sebanyak 0 soal
C6 = Cipta, sebanyak 0 soal
Instrumen THB kognitif yang berupa tes uraian obyektif berjumlah 12 soal
akan diuji cobakan pada kelas yang akan diajarkan dengan menggunakan metode
discovery learning. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui kualitas tes, meliputi
antara isi tes dan konstrak yang ingin diukur. Isi tes mengacu pada tema, kata-
kata, format butir, tugas atau pertanyaan pada tes seperti prosedur penskoran
(Mardapi, 2008:17). Salah satu statistic yang menunjukkan validitas isi aitem
coefficient yang didasarkan pada hasil penilaian dari panel ahli sebanyak n orang
terhadap suatu aitem dari segi sejauh mana aitem tersebut mewakili kontrak yang
Σs
V=
¿¿
Keterangan:
s = r – lo
67
V = Statistic Aiken
n = Jumlah reter
dan V > 0,5, maka butir soal tersebut dikatakan valid secara konten didasarkan
dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
( )( )
2
n Σσ
r 11 = 1− 2 t … … … … … … … … … … … … … … … … … …(2.26)
n−1 St
Keterangan:
68
n = Banyaknya butir item
2
Σ σt = Jumlah varians skor tiap-tiap item
2
St = Varian total
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut
kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran 0,00
menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukkan
bahwa soalnya terlalu mudah. Indeks kesukaran (P) soal dihitung dengan
69
Berdasarkan hasil uji coba instrumen sebanyak 11 soal diperoleh 4 soal
(Suharsimi Arikunto 2013:226). Rumus untuk menentukan daya pembeda (D) tes
tabel 14.
validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda dari 11 butir soal,
70
Tabel 15. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen
No. Validitas Kategor Indeks Kategor Daya Kategor Keteranga
Soa i i Kesukara i Pembed i n
l n a
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Sumber: Hasil analisis data, 202…
71
Kriteria penilaian psikomotor yang diberikan pengamat tiap aspek yang
Tes hasil belajar yang dianalisis adalah hasil belajar kognitif. Analisis data
tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui seberapa besar ketuntasan siswa
learning pada materi usaha dan energi. THB ini dianalisis dengan menggunakan
a. Ketuntasan Individu
72
Standar ketuntasan belajar individu ranah pengetahuan yang ditetapkan
SMA Negeri 5 Palangka Raya adalah ≤ 75. Ketuntasan individu dianalisis dengan
ketuntasan=
[ total skor perolehan
total skor maksimum ]
× 100 % … … … … … … (2.30)
b. Ketuntasan Klasikal
tersebut terdapat ≥ 75% siswa yang telah tuntas dari jumlah seluruh siswa.
KK =
[ Banyaknya siswa yang tuntas
N ]
×100 % … … … … … …(2.31)
Keterangan:
73
c. Ketuntasan TPK (Tujuan Pembelajaran Khusus)
Satu TPK tuntas apabila persentase (P) siswa yang mencapai TPK tersebut
P=
[ N ]
jumlah siswa yang mencapai TPK
×100 % … … … … …(2.32)
Dimana:
P = Ketuntasan TPK
74
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Heri. (2014). Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hamalik, Oemar. (2010). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
75
Hidayat, Wahyu. (2004). Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Yogyakarta: Gre Publishing.
Lederman, N.G., Lederman, J.S., & Antink, A., (2013), Nature of Science and
76
Nurdin, Muhammad. (2016). Pengaruh Metode Discovery Learning untuk
Meningkatkan Representasi Matematis dan Percaya Diri Siswa. Jurnal
Pendidikan Universitas Garut, VOL. 09, No. 01.
Setiani, Ani & Donni. (2015). Manajemen Peserta Didik dan Model
Pembelajaran: Cerdas, Kreatif, dan Inovatif. Bandung: Alfabeta
Bumi Aksara.
77
Suhartono & Patma, Rosi. (2018). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Mata
Pelajaran Fiqih Materi Pembelajaran Haji dan Umrah Melalui
Penerapan Metode Advokasi. Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 5, No. 1,
Hal: 14.
Sumarwan, dkk. (2010). Science for Junior High School Grade VII. Jakarta:
Erlangga.
Supiyanto. (2006). FISIKA Jilis I untuk SMA Kelas X. Jakarta: Phibeta Aneka
Gama.
Syaiful & Aswan. (2014). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta
78
79