OLEH
Safriani Djufri
P2MK220104067
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa
2. Para Ketua Lembaga (LPPM, LPM dan LPPK) Universitas Indonesia Timur
Demikian Proposal Penelitian ini saya susun semoga memberi manfaat bagi
diri kami sendiri dan pihak lain yang menggunakannya, untuk itu kritak dan saran
ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
2.2 Budaya Organisasi .................................................................................. 19
iv
4.3 Populasi dan Sampel ............................................................................... 45
KUESIONER ........................................................................................................ 77
v
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Item Kuesioner Variabel Kinerja Pegawai............. 60
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Item Qoesioner Variabel Otoriter .......................... 61
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Item Qoesioner Variabel Delegasi ......................... 61
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Item Kuesioner Variabel Budaya Organisasi
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Item Kuesioner Variabel Budaya Organisasi
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Item Kuesioner Variabel Budaya Organisasi
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Item Kuesioner Variabel Budaya Organisasi
Tabel 4.11 Uji keeratan hubungan dengan melihat interval koefisiensi (Phi) ...... 69
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner ....................................................................................................... 77
5. Surat Izin Penelitian Dari Universitas Indonesia Timur Error! Bookmark not
defined.
6. Surat Izin Penelitiian Dari Balitbang Provinsi Error! Bookmark not defined.
viii
DAFTAR SINGKATAN
PP : Peraturan Pemerintah
UU : Undang Undang
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
kerja yang dapat dilihat secara nyata dengan standar kerja yang telah ditetapkan
organisasi. Kinerja merupakan bagian yang sangat penting dan menarik karena
hasil kerja yang baik, tanpa adanya kinerja yang baik dari seluruh karyawan, maka
keberhasilan dalam mencapai tujuan akan sulit tercapai. Kinerja pada dasarnya
mencakup sikap mental dan perilaku yang selalu mempunyai pandangan bahwa
pekerjaan yang dilaksanakan saat ini harus lebih berkualitas daripada pelaksanaan
pekerjaan masa lalu, untuk saat yang akan datang lebih berkualitas daripada saat ini
terlibat. Karena komponen motivasi di dalamnya sudah jelas pada tingkat upah,
1
menguntungkan kedua belah pihak organisasi dan pekerja itu sendiri (Ernawati,
2014).
sumber daya manusia yang mengelolanya. Sumber daya manusia merupakan pilar
organisasi instansi pemerintah dan unsur pendukung untuk menentukan strategi dan
langsung dari pelaksanaan tugas dan tugas instansi pemerintah yang tidak didukung
oleh sumber daya manusia dengan kinerja yang baik (Masram and Mu’ah, 2015).
rangka mewujudkan masyarakat sehat yang mandiri dan memiliki rasa keadilan.
Berbagai elemen terlibat pada gerakan masyakat sehat demi mendorong capaian
cita-cita bangsa, akan tetapi permasalah ini harus menjadi tanggung jawab kita
bersama. Sektor lain yang dapat partisipasi dalam pencapaian pelayanan kesehatan
Sinta, 2003).
2
perekrutan staf, penyediaan layanan, koordinasi, pelaporan, dan penganggaran
kesehatan berjalan dengan baik yaitu ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan
peningkatan. Beberapa fasilitas telah dalam kondisi tidak layak pakai, dengan
kesehatan masyarakat dari segi administrasi dan teknis pelayanan. Oleh karena itu,
memiliki peran pokok sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah daerah dalam
bentuk evaluasi kinerja dengan menilai hasil kerja atau prestasi puskesmas. Hal ini
wilayah operasinya. Pada saat inilah Puskesmas dibentuk hampir di seluruh pelosok
3
tanah air. Untuk menjangkau wilayah kerjanya, puskesmas ditingkatkan dengan
dukungan puskesmas, puskesmas keliling dan di daerah yang jauh dari fasilitas
untuk mempengaruhi tingkah laku orang lain. Gaya kepemimpinan adalah standar
lain. Masing-masing gaya ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Pemimpin akan
(Pratama, 2016).
Faktor lain yang biasa dipelajari dalam penilaian kinerja adalah faktor
sebagai sistem penyebaran kepercayaan dan nilai-nilai luhur dalam organisasi yang
alat keunggulan bersaing jika mampu mendukung strategi organisasi serta mampu
merespon dan mengatasi tantangan lingkungan secara cepat dan tepat. Budaya
organisasi dapat menjadi faktor penentu keberhasilan organisasi, tetapi juga dapat
Resmawan, 2014).
hubungan yang harmonis dan mengikat dengan atasan, rekan kerja dan bawahan,
4
serta dukungan melalui sarana dan prasarana yang tepat di tempat kerja akan
Lingkungan kerja memiliki peran yang sangat penting dalam menjalankan aktivitas
Sebagai nilai luhur yang terbentuk dalam interaksi antara pegawai dalam
suatu organisasi yang kemudian diyakini dan dipatuhi oleh semua anggota
organisasi. Oleh karena itu, dalam kajian kinerja pegawai, budaya organisasi tidak
dapat kita kesampingkan perannya. Budaya organisasi tidak boleh kita pahami
dalam arti sempit hanya berupa aktivitas rutin yang terus menerus berulang, tetapi
budaya organisasi harus lebih kita perluas kearah proses yang terbentuk dalam
Dampak kinerja pegawai yang kurang baik yaitu akan mempegaruhi upaya
yang buruk dan berimbas pada pasien atau tidak tercapainya capaian kinerja di
atau kepala puskesamas dapat membawa Organisasinya dalam mencapai visi dan
misinya, hal ini tentu menilai dari gaya kepemimpinan dengan unsur lain sperti
terdiri dari puskesmas berjumlah 763 orang untuk 29 puskesmas dan sisanya
5
terdapat pada dinas kesehatan dan BLUD Kabupaten Konawe, diluar dari itu tenaga
kesehatan non PNS kurang lebih 63% dari jumlah tenaga Kesehatan setatus ASN
yang berjumlah 986 orang, dan tenaga ASN di puskesmas yang terdata berjumlah
cukup banyak dan dinilai mampu memenuhi kebutuhan rasio pelayanan dan
cakupan program layanan Kesehatan namun pada fakta diketahui masih banyaknya
cakupan program yang belum terlaksana dengan baik diketahui pada tahun 2019
puskesmas yang mencapi 100 persen yaitu puskesmas Morosi dan sampara, untuk
selebihnya rata rata cakupan hanya 53%, cakupan pelayanan puskesmas terhadap
pelayanannya terpenuhi 100 persen yaitu puskesmas puriala dan puskesmas lainnya
hanya mencakup 63% dan di tahun 2019 sampai 2020 dipastikan semua cakupan
program tidak tercapai, dan masih banyak program program lain yang hanpir rata-
rata tidak mencapai cakupan standar sesuai ketentuan (Dinas Kesehatan Kabupaten
Konawe, 2020).
puskesmas, baik strtegi tantangan dan peluang dalam mencapai cakupan pelayanan
perlu adanya strategi tantangan dan peluang dalam mencapai cakupan pelayanan
6
perlu analisis secara mendalam dan terstruktur sehingga perlunya peran pimpinan
pada variable Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi sebagai variabel yang
1.2.Kajian Masalah
pada sumber daya manusia yang ada, sehingga pimpinan puskesmas harus mampu
7
Berdasarkan pengamatan awal, secara umum ketiga puskesmas yang
dilakukan dan lebih sering bersifat top-down. Sumber daya manusia yang dimiliki
oleh masing-masing puskesmas tersebut bila dilihat dari segi jumlah maupun
layanan yang tidak memenuhi target, keluhan masyarakat serta masih adanya
puskesmas yang belum terkareditasi dan beberapa yang sudah terakreditasi namun
tidak melaksanakan pencetatan dan pelaporan sesuai SOP serat tidak adanya
puskesmas tersebut, hal ini dinilai karena system tata kelola atau manajemen yang
perlu di Analisa serta unsur pimpinan baik gaya kepemimpinan serta budaya
Sesuai hasil survey awal oleh peneliti diperoleh beberapa data dan informasi
puskesmas sesuai tupoksinya, dalam artian masih jauhnya dari kata pendelegasian
tugas atau kerjasama TIM, sebagai contoh jarang melibatkan pihak KTU untuk
berdampak pada system pelayanan ke masyarakat yang kurang optimal akibat dari
ketidak sepahaman dalam lingkup kerja, dan budaya organisasi yang nampak tidak
8
sehat dimana masih banyak SOP hanya di buat namun tidak dilaksanakan sesuai
mestinya baik SOP Pelayanan maupun SOP kegiatan dan pengambilan keputusan
pimpinan..
pegawai memiliki respon kurang puas dengan gaya kepemimpinan yang ada pada
terbuka untuk saran dan kritik pegawainya. Labih lanjut, pada puskesmas dengan
gaya kepemimpinan yang menurut beberapa staf kurang disenangi, namun memiliki
menjadi pertanyaan adalah apakah pengaruh yang ditimbulkan dari gaya memimpin
yang dijalankan oleh pimpinan puskesmas, dan budaya organisasi yang terbentuk
masing puskesmas.
1.3.Rumusan Masalah
sebagai berikut :
9
4. Apakah Budaya Organisasi Berorientasi pada Kekuasaan berhubungan
1.4.Tujuan Penelitian
penelitian yaitu:
10
4. Untuk menganalisis Hubungan atara Budaya Organisasi Berorientasi pada
1.5.Manfaat Penelitian
11
Konawe dalam rangka meningkatkan kemampuan pegawai yang berefek
12
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2016)
1. Kepemimpinan Otoriter
Istilah otoriter berasal dari Yunani asal istilah despotik dua kata tersebut
adalah: Oto dan kratos. oto artinya diri atau diri, Kratos artinya kekuatan atau
kekuatan suatu bentuk pemerintahan di mana satu orang memiliki kekuatan politik,
dan oleh karena itu despotisme berarti otonomi absolut. Indikator kepemimpinan
e. bawahan tidak diberi informasi Detil tentang rencana dan tindakan yang
akan diambil,
pertimbangan pribadi,
13
Sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan solid. Pemimpin
ini akan berbaik hati kepada bawahannya jika mereka menurut. Kekuatan gaya
merupakan hak mutlak pemimpin, mudah diawasi, dan tujuan lebih mudah dicapai
karena hanya mencakup kepentingan satu orang, dan untuk kepentingan rakyat.
alasan yang sama, tidak ada konflik. Penting dalam organisasi (Robbins, 2015).
oleh pemimpin itu sendiri. Tanggung jawab bawahan ditentukan oleh pemimpin,
kepada bawahan untuk berpartisipasi atau memberikan komentar, tetapi ini hanya
Pemimpin dia akan bisa melakukan pekerjaannya dengan baik, bukan hanya
siapa kekuatan yang dia miliki tetapi juga ditunjukkan oleh perhatian pemimpinnya
14
Kualitas personel, terutama sikap peduli yang telah terbukti meningkat Keinginan
2013).
pemimpin apa adanya. Seseorang yang merasa puas akan melakukan sesuatu yang
positif dan membantu pemimpin dalam mencapai tujuan organisasi, sedangkan jika
dia tidak memenuhi keinginannya maka hal itu akan berdampak negatif dan tidak
lain yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan adalah lingkungan kerja
(Wijayanti, 2012).
2. Kepemimpinan Delegatif
bawahan untuk menangani dan menyelesaikan tugas. Tidak perlu stimulasi. Tingkat
15
kedewasaan bawahannya tinggi. Gaya kepemimpinan yang didelegasikan sangat
cocok jika karyawan sangat berdaya dan termotivasi. Dengan demikian pemimpin
Kerjasama dan kerja produktif untuk mencapai tujuan organisasi, hal ini
kepemimpinan yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada, sehingga
karyawan mampu bekerja dengan nyaman dan antusias yang satu tinggi (Daswati,
2012) .
sendiri. Gaya kepemimpinan yang didelegasikan ini sangat cocok jika karyawan
16
Delegasi adalah tingkat kedewasaan yang tinggi, orang dengan tingkat
kedewasaan ini mampu dan mau, atau memiliki kepercayaan diri untuk mengambil
panduan atau dukungan memiliki kemungkinan paling tinggi untuk menjadi efektif
dengan individu dengan tingkat kedewasaan ini (Saputra and Adnyani, 2017).
3. Kepemimpinan Partisipatif
Kita juga tahu bahwa kepemimpinan adalah masalah yang unik dan
kompleks. Hal ini sangat dimaklumi mengingat permasalahan yang terkait tidak
sebagai makhluk sosial. Dengan kata lain, keberhasilan seorang individu dalam
saat ini. Dari sekian banyak perspektif tentang standar kepemimpinan, para ahli
kepribadian, keterampilan, bakat, dan otoritas dari otoritas seorang pemimpin, yang
oleh Ted dan Terry dalam Cartoono disebut sebagai teori karakteristik
dengan situasi yang berbeda, peka terhadap masalah, selalu berusaha mencapai
hasil secepatnya, bersifat asertif. dan mampu mempengaruhi orang lain dalam
mengambil keputusan. Beberapa manfaat yang tertera di atas menjadi kriteria setiap
orang jika ingin menjadi pemimpin dalam organisasi dengan diiringi peningkatan
17
ilmu pengetahuan, luwes, rajin dan mampu bekerja sama dengan orang lain (Anom,
2008).
Legitimasi power, yang memiliki ciri kontrol terhadap sumber daya dan
digunakan atau tidak digunakan oleh seorang pemimpin. Kekuasaan atau prestise
juga merupakan kemampuan untuk membuat orang lain atau bawahan melakukan
posisi tersebut secara fungsional. Orang yang dalam kedudukan hukum kekuasaan
yang superior kepada bawahan, dan komunikasi juga dilakukan secara dua arah dari
atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Kepemimpinan partisipatif juga dikenal
18
sebagai kepemimpinan terbuka, bebas, atau tidak terarah. Pandangan di atas
merasa tenang melakukan pekerjaan dalam organsiasi yang merupakan pola yang
rumit tentang bagaimana orang melakukan sesuatu, apa yang mereka yakini, apa
bahwa ada diantaranya memberikan pengertian yang lebih bersifat filosofis, namun
ada pula yang lebih bersifat operasional (Sari, Nuryanti and Rifqi, 2015).
19
Budaya organisasi terbagi dalam 4 Gaya yaitu berorientasi pada kekuasaan,
peran, prestasi dan dukungan yang dimana akan di ulas berikut ini.
pemimpin dalam memengaruhi orang lain, hal itu sangat ditentukan oleh seberapa
jauh orang tersebut untuk memiliki kekuatan. Semakin banyak tenaga, semakin
mudah jadinya seseorang yang mempengaruhi orang lain. Tapi dengan kekuatan itu
banyak orang tidak dapat menjalankan organisasi secara otomatis efektif. Itu sangat
akses terhadap sumber daya atau kekuatan. Sumber daya tersebut digunakan oleh
para pimpinan untuk mengendalikan perilaku orang lain, yang diwujudkan dalam
bentuk imbalan dan hukuman kepada para bawahan. Organisasi dengan orientasi
kekuasaan ini akan menuntut pimpinan untuk selalu melakukan pengawasan secara
orang lain, membeli dan menjual organisasi dan / atau orang yang mencintai barang,
20
rimba masih berlaku, untuk keuntungan pribadi di antara para eksekutif pengatur
(Riyanto, 2018).
dinamis dan membutuhkan respons yang fleksibel, karena keputusan yang dibuat
dengan cepat. Kedua, biasanya, hanya sedikit anggota organisasi agresif yang
anggota. Keempat, ketika organisasi menjadi lebih besar dan lebih kompleks,
memerlukan keputusan segera dan sangat serius. Dalam situasi ini, seorang
pemimpin yang agresif biasanya muncul dan dapat memimpin organisasi dalam
lingkungan yang berisiko dan kompetitif. Kedua, jika masalah yang muncul dapat
diselesaikan oleh satu atau sekelompok kecil manajer puncak, maka budaya
berbasis kekuasaan akan berfungsi dengan lancar. Ketiga, dapat efektif bagi
21
anggota organisasi yang hanya ingin hidup dan mengutamakan keselamatan
(Priyono, 2011).
untuk menjaga mengenai tugas stabilitas. Adanya definisi secara tertulis yang jelas
bagi anggota organisasi dan tanggung jawabnya atau bahkan imbalan ketika kinerja
apa yang harus diikuti dan mengajari mereka. Budaya sangat mempengaruhi
organisasi dan sebaliknya. Bagi pemimpin yang inovatif, segala bentuk aturan main
dalam organisasi tempatnya bernaung akan selalu dipatuhi dan menjadi pedoman
teknologi yang dimilikinya. Ekspresi penguasaan untuk sebagian besar Siapa yang
untuk mempengaruhi sifat dan perilaku. dari berbagai karyawan dengan visi yang
22
Orientasi pada peran memberi karyawan kebebasan dan tanggung jawab
untuk menyelesaikan pekerjaan mereka dan juga ini dapat memainkan peran
menunjukkan kemampuan diri dalam bekerja, sehingga bawahan sering kali tidak
2008).
dalam organisasi yang berkaitan erat dengan konsep budaya dan praktik
inovatif akan memiliki semua aspek budaya inovatif tersebut. Toleransi ini
diperkuat oleh sistem penggajian yang berfokus sepenuhnya pada hasil daripada
proses. Dari orientasi hasil yang kuat ini, motivasi karyawan akan sangat ditentukan
oleh gaji yang diterima berdasarkan perannya sendiri tanpa berkontribusi pada
Budaya organisasi jenis ini sering disebut sebagai budaya birokrasi, yang
budaya jenis ini didasarkan pada keinginan untuk berpikir secara rasional dan tertib
nilai-nilai yang dianut dalam pembinaan budaya peran lebih dapat diandalkan
23
karena dengan sendirinya menciptakan peran, struktur, dan hubungan birokrasi
yang ketat. Akibatnya, akan ada stabilitas yang besar, dan bahkan para pemimpin
yang kuat tidak akan dapat dengan cepat membuat perubahan yang diperlukan
(Yuniningsih, 2019).
organisasi besar dan kompleks. Memberikan pedoman kerja yang jelas berupa
campur tangan aktif dari pimpinan senior (Supartha and Sintaasih, 2017).
organisasi yang baik secara keseluruhan, serta berbagai organisasi khusus, sangat
Padahal, dapat dikatakan bahwa kualitas aplikasi yang dibuat dalam organisasi
24
Jenis budaya organisasi ini didasarkan pada asumsi bahwa pencapaian
tujuan yang lebih tinggi adalah prioritas utama dan didukung. Oleh karena itu,
kepentingannya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi. Bisnis atau tim yang
dibentuk tidak permanen tetapi tergantung kebutuhan. Oleh karena itu, ketika satgas
terhadap pencapaian dan disiplin kerja. Waktu dan bonus diberikan kepada pegawai
anggota organisasi di semua tingkatan, sehingga terkadang butuh waktu lama untuk
merespon perubahan. Kedua, sulit untuk membangun kohesi internal karena sifat
sementara tim kerja atau tim yang dibentuk, dan budaya organisasi harus diterapkan
sesuai dengan perkembangan sosial dan kebutuhan sosial dan organisasi. Organisasi
yang menginspirasi dan menghargai pekerjaan. Fokus budaya pencapaian lebih dari
sekedar menyelesaikan pekerjaan, itu bukan hanya posisi. Orang akan berperan
untuk melanjutkan bisnis jika ada kebutuhan untuk berbagi tanggung jawab
(Setiawan, 2019)
Iklim yang ditunjukkan di sini sesuai dengan persepsi karyawan yang akan
yang perlu diperhatikan agar memiliki suasana yang menyenangkan menurut Keith
25
Davis adalah 1) Kualitas kepemimpinan 2) Tingkat kepercayaan 3) Komunikasi
antara atasan dan bawahan 4) Rasa hormat terhadap perasaan kerja 5) Tanggung
jawab 6) Imbalan yang adil 7) Tekanan kerja 8) Kesempatan kerja. Menyikapi iklim
organisasi, setiap orang memiliki penilaian yang berbeda karena manusia memiliki
yang mereka rasakan, maka karyawan akan membentuk sikap yang positif sehingga
dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan menghasilkan kinerja terbaik untuk
persepsi, maka akan menimbulkan persepsi negatif. Hal tersebut akan menimbulkan
sikap negatif yang akan mempengaruhi perilaku karyawan di tempat kerja yang
anggotanya sebagai individu dan organisasi. Dalam hal ini, karyawan meyakini
bahwa dirinya dianggap lebih manusiawi, dan bukan hanya sebagai pekerja mesin.
mereka tidak hanya bekerja karena mencintai pekerjaannya tetapi juga peduli
artinya setiap pemimpin ada di dalam situasi dan bukan di luarnya. Fungsi
26
kepemimpinan merupakan fenomena sosial, karena harus terwujud dalam interaksi
pertama kali dikemukakan oleh Litwin dan Stringer pada tahun 1968. Iklim
organisasi oleh Litwin dan Stringer, dijabarkan atau diukur melalui lima Gaya,
Dukungan yang dimaksud adalah hal-hal yang terkait dengan dukungan dan
hubungan antar sesama rekan kerja yaitu perasaan saling menolong antara manajer
dan karyawan, lebih ditekankan pada dukungan yang saling membutuhkan antara
suatu hubungan. Imbalan dalam bentuk uang, penerimaan sosial, atau dukungan
untuk nilai yang dibawanya. Nilai ganjaran bervariasi dari orang ke orang, dan
bervariasi dari waktu ke waktu. Bagi orang kaya, penerimaan sosial mungkin lebih
27
dapat mengatasi kesulitan ekonomi lebih bermanfaat daripada hubungan yang
yang superior kepada bawahan, karena komunikasi berlangsung dalam dua arah
dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Kepemimpinan partisipatif juga dikenal
2.1.1 Pengertian
bergantung pada kinerja karyawannya (Gibson, et al, 1995 halaman 364). Tingkatan
disebut sebagai kinerja (Simamora, 2006: 34). Segala bentuk pekerjaan yang
perbandingan hasil kerja yang dapat diwujudkan dengan standar pekerjaan yang
kinerja, yaitu hasil yang dicapai oleh karyawan dalam pekerjaannya sesuai dengan
Atas dasar berbagai definisi tentang kinerja yang telah di uraikan, maka
dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah output dari pekerjaan yang dilakukan oleh
karyawan secara kuantitas dan kualitas, dalam melaksanakan tanggung jawab yang
28
sesuai berdasrkan aturan organisasi, dan hasil pekerjaannya disesuaikan dengan
hasil pekerjaannya. Diharapkan oleh organisasi, melalui standar atau standar kinerja
(Sedarmayanti, 2009):
terbatas dan teratur, melalui tugas-tugas sesuai dengan tanggung jawab yang
a. Faktor individu, mencakup sisi kemampuan dan keterampilan (mental dan fisik),
struktur organisasi.
29
karakter dan etos kerja yang baik. Ciri ini menurut Sedarmayanti (2001:51) harus
c. Inisiatif (Initiative)
d. Kemampuan (Capability)
e. Komunikasi (Communication)
30
Untuk mempermudah dalam memahami indikator kinerja pegawai di atas
3. Inisiatif (Initiative) dengan kata lain, anda memiliki kesadaran diri dalam
kerjasama yang lebih baik dan hubungan yang lebih harmonis akan terjadi
31
antara karyawan dan atasan, yang juga dapat mengarah pada rasa takdir
yang sama.
optimal dari karyawan yang menjadi tujuan organisasi harus diperhatikan aspek
2018).
organsasi tentunya tidak dapat terbebas. Dalam hal ini perilaku adalah tentang suatu
cara seseorang bertindak atau melakukan pekerjaan. Secara lebih mendalam faktor
yang berpengaruh terhadap pencapaian hasil kerja yakni personality, psikologi dan
organisasi. Faktor personality yaitu segala sesuatu yang melekat atau dimiliki oleh
seorang pegawai yang mampu menunjang kinerja. Faktor psikologi yaitu cara
seorang pegawai bertindak dan berprilaku dalam menjalankan segala tugasnya dan
1. Kapasitas diri dan tanggung jawab yang dimiliki pegawai dalam menjalankan
32
3. Keeratan hubungan yang terbentuk antara sesama pegawai dalam mewujudkan
tujuan organisasi
organisasi
5. Segala pengaruh atau tekanan yang terjadi dari dalam organisasi maupun dari
pencapain hasil kerja pegawai yang lebih maksimal. Kondisi kerja yang dinamis
hubungan kerja pegawai yang harmonis dalam menjalankan tugas dan tanggung
variabel yang dianggap baru, hal ini tergantung dari sudut pandang peneliti.
Beberapa kajian mengenai kinerja suatu organinsasi telah banyak dilaksanakan para
pakar teori organisasi, terutama tentang kinerja individu, kinerja kelompok maupun
33
Penulis mencoba menelaah kajian terdahulu yang dapat dijadikan sebagai
dalam kaitannya dengan pemimpin dan budaya organisasi antara lain Penelitian
yang cepat akan mampu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pegawai akan
dilakukan secara persuasive kepada seluruh pegawai yang kemudian diikuti dengan
kinerja pegawai, sehingga kepemimpinan, motivasi dan lingkungan kerja dalam hal
ini berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap kinerja pegawai. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja baik dan buruk sangat dipengaruhi oleh
harus lebih memperhatikan bawahannya dan tidak bertindak sesuai keinginan. Jika
gaya kepemimpinan diterapkan dengan baik maka kinerja karyawan juga akan
34
secara parsial moral terhadap kinerja pegawai Universitas Muhammadiyah
pegawai di kantor UMSU. Hal ini dimungkinkan karena remunerasi yang diberikan
kepada pegawai kantor UMSU tidak bergantung pada beban kerja tetapi
berdasarkan masa kerja, kelas dan jabatan serta tingkat kehadiran pegawai (Lina,
2014).
pelatihan, kesadaran dan kemauan yang tinggi untuk bekerja guna mencapai kinerja
yang diharapkan. Walaupun variabel budaya organisasi lebih kecil dari variabel
karyawan untuk berbuat lebih baik, hati-hati, dan berani mengambil risiko serta
menemukan pengaruh yang signifikan baik secara parsial maupun simultan antara
gaya kepemimpinan dan motivasi terhadap kinerja pegawai pada kantor publik dan
35
keuangan Universitas Lampung. Kelemahannya adalah pada variabel gaya
Keuangan Universitas Lampung di masa yang akan datang dapat memperbaiki dan
pengaruhnya terhadap kinerja pegawai pada Bagian Humas Polda Riau, dan hasil
individu. Kinerja yang baik tercipta dari budaya organisasi yang ditempa dan
didukung dengan kebijakan yang jelas dan tegas dalam organisasi (Tejo, 2015).
Disiplin dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai pada Bidang Pendidikan
positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Dengan demikian bahwa kinerja
pegawai akan meningkat bila disiplin dan motivasi pegawai dapat ditingkatkan
(Hartiningsih, 2017).
dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti berupa faktor gaya
36
kesamaan namun ada beberapa perbedaan terkait dengan penelitian yang akan
1. Penelitian yang akan dilakukan memiliki perbedaan dalam hal obyek dan
4. Variabel kinerja pegawai akan analisis melalui pendekatan pada lima Gaya, yaitu
dengan penelitian terdahulu untuk variable kinerja pegawai secara umum hanya
37
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
dan dampak, kerangka teori ini merupakan dasar dari pembentukan variable
penelitian. Salah satu bentuk permsalahan dan dampak yang terjadi akibat kualitas
pelayanan publik yang berpengaruh atas dampak dari Gaya organisasi dan budaya
Kerangka Teori
Dimensi Kepemimpinan
1. Otoriter
2. Delegasi
3. Partisipatif
Kinerja Pegawai
Budaya Organisasi
1. Budaya Organisasi
Berorientasi pada kekuasaan
2. Budaya Organisasi
Berorientasi pada Peran
3. Budaya Organisasi
Berorientasi pada Prestasi
4. Budaya Organisasi
Berorientasi pada Dukungan
38
3.2 Kerangka Konseptual Penelitian
memberikan penjelasan logis tentang hubungan antara satu atau beberapa faktor
yang telah diidentifikasi sebagai faktor penting dalam menjelaskan suatu masalah
yang akan dipelajari. Sebagai pembanding dalam mencari solusi masalah. Biasanya
jendela pencarian berisi variabel yang akan diteliti yang memiliki hubungan antar
baik dan benar dengan seluruh karyawan sehingga dapat tercipta suasana
kekeluargaan yang baik yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja karyawan.
Meningkatkan kepemimpinan yang efektif dan benar merupakan salah satu aspek
mencapai hasil kerja yang baik dan memuaskan. Untuk mencapai hal tersebut,
dibutuhkan banyak upaya yang harus dilakukan baik oleh pemimpin gaya
39
memiliki wewenang dan tanggung jawab dalam menentukan semua aktivitas di
tanggung jawab yang besar dalam semua proses yang biasanya termasuk dalam
Kinerja merupakan hasil dari kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dicapai
pekerjaan tidak terbatas pada orang yang memegang jabatan fungsional atau
struktural, tetapi juga pada seluruh jajaran karyawan dalam organisasi. Dalam
organisasi, beberapa orang harus berperan sebagai pemimpin sementara yang lain
harus berperan sebagai pengikut. Hubungan antara individu dan kelompok dalam
kinerja organisasi merupakan hasil dari interaksi dan kumpulan kinerja yang
yang ada dalam organisasi. Budaya dalam organisasi ini memiliki fungsi antara lain:
anggotanya. Ciri budaya dalam organisasi dapat dijadikan pedoman bagi pimpinan
dalam mengambil keputusan agar organisasi lebih efektif dalam mencapai tujuan.
Budaya organisasi mempunyai aspek sifat dan perilaku manusia yang penting untuk
40
pemimpin.Seorang pemimpin bekerja atas dasar sifat dan perilaku bawahannya
dalam menjalankan tugas dan tugasnya. fungsi. Aspek kemanusiaan inilah yang
harus dilakukan seorang pemimpin dan gaya kepemimpinan yang sesuai dalam
dikelola tidak hanya melalui satu gaya kepemimpinan, dan dalam organisasi
terdapat unsur-unsur manusia yang saling terkait dalam hal tugas dan ikatan sebagai
lingkungan kerja dan muncul karena adanya aktivitas dalam organisasi, yang
dilakukan secara sadar atau tidak, dan dianggap mempengaruhi perilaku, sehingga
budaya yang ada dalam organisasi dapat dianggap sebagai kepribadian organisasi.
organisasi yaitu solidaritas timbal balik, persahabatan, kepercayaan dan rasa hormat
41
KERANGKA KONSEP
Gaya Kepemimpinan
Otoriter
Delegasi
Partisipatif
Kinerja Pegawai
Budaya Organisasi
Budaya Organisasi
Berorientasi pada kekuasaan
Budaya Organisasi
Berorientasi pada Peran
Budaya Organisasi
Berorientasi pada Prestasi
Budaya Organisasi
Berorientasi pada Dukuangan
42
2. Ada Hubungan atara Gaya Kepemimpinan Delegasi Dengan Kinerja Pegawai
43
BAB 4
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari sampai maret tahun
2024
44
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
orang.
4.3.2 Sampel
1. Besaran Sampel
(Murti, 2019):
n = Z21-α/2P (1-P) N
d2(N-1) + Z21-α/2P (1-P)
Keterangan
n : Besar Sampel
45
d : Presesi di tetapkan 0,05
N : Populasi
Dimana :
sebagai berikut:
n = (1,96)2.(0,5) (0,5).726
1,8125+1,962. (0,5). (0,5)
n = 3,8416.0,25.726
1,02+0,9604
n = 697.2504
5.6541
n = 123,3
populasi menjadi strata, memilih sampel acak sederhana dari setiap strata,
berikut :
Ni
ni = x n
N
Keterangan :
46
ni : besaran sampel untuk strata ke-i
Ni : Populasi
sebagai berikut:
21
124 = 3.6 4 Sampel
1 Abuki 726
22
124 = 3.8 4 Sampel
2 Alosika 726
22
124 = 3.8 4 Sampel
3 Amonggedo Baru 726
26 =
124 4.4 4 Sampel
4 Anggaberi 726
24
124 = 4.1 4 Sampel
5 Angalomoare 726
25
124 = 4.3 4 Sampel
6 Anggotoa 726
23
124 = 3.9 4 Sampel
7 asinua 726
19
124 = 3.2 3 Sampel
8 Besulutu 726
18
124 = 3.1 3 Sampel
9 Kapoiala 726
24
124 = 4.1 4 Sampel
10 Laosu 726
24
124 = 4.1 4 Sampel
11 Latoma 726
28
124 = 4.8 5 Sampel
12 Morosi 726
25
124 = 4.3 4 Sampel
13 Onembute 726
24
124 = 4.1 4 Sampel
14 Pondidaha 726
20
124 = 3.4 4 Sampel
15 Puriala 726
17
124 = 2.9 3 Sampel
16 Routa 726
20
124 = 3.4 4 Sampel
17 Sampara 726
47
25
124 = 4.3 4 Sampel
18 Soropia 726
23
124 = 3.9 4 Sampel
19 Tawanga 726
24
124 = 4.1 4 Sampel
20 Tongauna 726
19
124 = 3.2 3 Sampel
21 Tongauna Utara 726
24
124 = 4.1 4 Sampel
22 Uepai 726
32
124 = 5.5 6 Sampel
23 Unaaha 726
30
124 = 5.1 5 Sampel
24 Wawotobi 726
23
124 = 3.9 4 Sampel
25 Wonggeduku 726
31
124 = 5.3 5 Sampel
26 Ahuhu 726
23
124 = 3.9 4 Sampel
27 Lalongasumeeto 726
23
124 = 3.9 4 Sampel
28 Lambuya 726
19
124 = 3.2 3 Sampel
29 Wonggeduku Barat 726
Total 124 124
3. Jenis Sampel
dan subjek sampel dimana responden yaitu sampel yang dapat memberikan
1) Kriteria Inklusi
48
c. Responden terdaftar sebagi PNS di lungkup Kerja Puskesmas
2) Kriteria Eksklusi
Dukuangan.
bebas, sehingga variabel terikat merupakan variabel terikat atau terikat dan
dipengaruhi oleh variabel lain. Pada penelitian ini yang menjadi variabel
49
4.3 Definisi Operasional dan Cara Pengukuran Variabel
1. Kinerja Pegawai
setelah berusaha atau bekerja keras atau hasil akhir dari suatu aktivitas
Setuju (5), Setuju (4), Netral (3), Tidak setuju (3) dan Sangat Tidak
= 16x5
= 80 (100%)
= 16x1
= 16 (20%)
i = 80 = 40
2
Batas bawah = Nilai tertinggi – i
= 100-40 =60%
50
Kriteria Objektif:
oleh pemimpin itu sendiri tanpa adanya diskusi atau pertukaran pandangan
pemimpin.
Setuju (5), Setuju (4), Netral (3), Tidak setuju (3) dan Sangat Tidak
= 4x5
= 20 (100%)
= 4x1
= 4 (20%)
51
i = 80 = 40
2
Batas bawah = Nilai tertinggi – i
= 100-40 =60%
Kriteria Objektif:
Setuju (5), Setuju (4), Netral (3), Tidak setuju (3) dan Sangat Tidak
= 5x5
= 25 (100%)
= 5x1
= 5 (20%)
= 100-40 =60%
Kriteria Objektif:
kolektifnya.
Setuju (5), Setuju (4), Netral (3), Tidak setuju (3) dan Sangat Tidak
= 5x5
= 25 (100%)
= 5x1
= 5 (20%)
53
Dimana interval- range/kategori
i = 80 = 40
2
Batas bawah = Nilai tertinggi – i
= 100-40 =60%
Kriteria Objektif:
perbedaan akses terhadap sumber daya atau kekuatan. Sumber daya tersebut
aktivitas bawahannya.
Setuju (5), Setuju (4), Netral (3), Tidak setuju (3) dan Sangat Tidak
= 5x5
= 25 (100%)
= 5x1
54
= 5 (20%)
i = 80 = 40
2
Batas bawah = Nilai tertinggi – i
= 100-40 =60%
Kriteria Objektif:
Setuju (5), Setuju (4), Netral (3), Tidak setuju (3) dan Sangat Tidak
= 45 (100%)
= 9x1
= 9 (20%)
i = 80 = 40
2
Batas bawah = Nilai tertinggi – i
= 100-40 =60%
Kriteria Objektif:
pencapaian tujuan yang lebih tinggi adalah prioritas utama dan didukung.
Oleh karena itu, struktur, fungsi dan aktivitas organisasi selalu dievaluasi
Bisnis atau tim yang dibentuk tidak permanen tetapi tergantung kebutuhan.
Setuju (5), Setuju (4), Netral (3), Tidak setuju (3) dan Sangat Tidak
= 4x5
= 20 (100%)
= 4x1
= 4 (20%)
i = 80 = 40
2
Batas bawah = Nilai tertinggi – i
= 100-40 =60%
Kriteria Objektif:
dari suatu hubungan. Imbalan dalam bentuk uang, penerimaan sosial, atau
dukungan untuk nilai yang dibawanya. Nilai ganjaran bervariasi dari orang
ke orang, dan bervariasi dari waktu ke waktu. Bagi orang kaya, penerimaan
57
Pengukuran berdasarkan kuesioner dengan lima pilihan Sangat
Setuju (5), Setuju (4), Netral (3), Tidak setuju (3) dan Sangat Tidak
= 5x5
= 25 (100%)
= 5x1
= 5 (20%)
i = 80 = 40
2
Batas bawah = Nilai tertinggi – i
= 100-40 =60%
Kriteria Objektif:
instrument penelitian)
58
2. Data sekunder (data yang diperoleh dari beberapa literature serta data yang
4.5 Instrumen
1. Uji Validitas
Keterangan:
xi : Skor butir
yi : Skor total
n : Jumlah subyek
59
a. Bila r hitung > rtabel dan Nilai Sig. 2-tailed total < 0.05 maka
instrument valid
b. Bila rhitung ≤ rtabel dan Nilai Sig. 2-tailed total > 0.05 maka
kriteria soal Valid, karena nilai r hitung (Corrected Item) lebih besar
dari r Tabel.
60
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Item Qoesioner Variabel Otoriter
Valid, karena nilai r hitung (Corrected Item) lebih besar dari r Tabel.
Valid, karena nilai r hitung (Corrected Item) lebih besar dari r Tabel.
61
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas maka dapat dilihat bahwa
soal Valid, karena nilai r hitung (Corrected Item) lebih besar dari r Tabel.
62
Peran memeiliki kriteria soal Valid, karena nilai r hitung (Corrected
2. Uji Reabilitas
penelitian ini dengan nilai batas (cut of point) yang diterima melihat
Mengunakan rumus :
−∑ .
=
−1
Keterangan :
: Instrumen
Pi : Proporsi banyak subjek yang menjawab benar pada butir soal ke-i
qi : Proporsi banyak subjek yang menjawab benar pada butir soal ke-i
Kriteria penilaian uji dikatakan reabel jika r hitung > dari r tabel
(Sugiyono, 2019).
semua nilai r alpha Cronbach's Alpha lebih besar dari 0,7 yang berarti
persyaratan.
1. Deskriptif
2. Kuantitatif
65
Pendekatan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang
1. Pengolahan Data
a) Coding
b) Editing
c) Scoring
d) Tabulating
66
Data yang sudah diolah kemudian di analisis dalam bentuk tabel dan narasi
(Sugiono, 2012).
2. Penyajian Data
1. Analisis Deskriptif
beserta interprestasinya.
Data yang disajikan dalam bentuk gambar dan tabel dengan rumus :
F
X= x K
N
X = Variabel-yang diteliti
n = Jumlah Sampel
2. Analisis Inferensial
67
(2) Uji Hipotesis Penelitian
dependent.
tidak berpasangan).
dengan nilai alpha (α) sebesar 0,05 uji chi square dapat dirumuskan
sebagi berikut:
−
=
Dimana :
68
variabel independen dan dependen yang dianalisis memiliki hubungan
yang bermakna.
Tabel 4.11 Uji keeratan hubungan dengan melihat interval koefisiensi (Phi)
berikut:
β = koefisien regresi
69
Metode analisis ini menggunakan program SPSS (Statistic Product and
a = Konstanta
kekuasaan
Peran
Prestasi
Dukungan
x 2 = Variabel Delegasi
x 3 Variabel Partisipatif
70
e = Standart Eror
berikut:
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
penelitian(Sugiyono, 2016)
71
DAFTAR PUSTAKA
72
Ernawati, N. (2014) ‘Motivasi Kerja Dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja
Pegawai Fakultas Dakwah Iain Ar-Raniry’, Jurnal Al-Bayan, 20(29), pp. 1–
14.
Euis, O. (2008) ‘KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF DAN PERUBAHAN
ORGANISASI Oleh : Euis Soliha dan Hersugondo Fakultas Ekonomi
Universitas Stikubank Semarang’, Fokus Ekonomi, 7(2), pp. 83–93.
Available at:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=110046&val=550.
Faturahman, B.M. (2020) ‘Kepemimpinan Dalam Budaya Organisasi’, MADANI
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan, 10(1), pp. 1–11.
doi:10.31219/osf.io/gkv6f.
Habibi et al. (2017) ‘Gambaran Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Berdasarkan
Fungsi Manajemen Pada Program Pengendalian Penyakit Menular (P2M) di
Puskesmas Tamangapa Makassar Tahun 2016’, Public Health Science
Journal, 9(1), pp. 43–54.
Hartiningsih, M. (2017) ‘PENGARUH DISIPLIN DAN MOTIVASI KERJA
TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI KASUS PADA BADAN
KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN SLEMAN)’, )ی(ی, :,
p. ی.
Hidayah, N. (2015) ‘Model Manajemen Mutu Terpadu Pelayanan Kesehatan Untuk
Pengembangan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Makassar’, Jurnal
Administrasi Publik, 5(1), pp. 20–30.
Hoesein, Z.A. et al. (2010) ‘Pemilu Kepala Daerah dalam Transisi Demokrasi’,
Jurnal Konstitusi, 7(6), pp. 1–24.
Ikhsan, A. (2016) ‘ANALISIS PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN
KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN NON
DOSEN PADA UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA’, Jurnal
Ilmiah Manajemen dan Bisnis, 2(1), pp. 17–35.
Jayanti, L.D., Effendi, Y.H. and Sukandar, D. (2011) ‘Perilaku Hidup Bersih Dan
Sehat (Phbs) Serta Perilaku Gizi Seimbang Ibu Kaitannya Dengan Status
Gizi Dan Kesehatan Balita Di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur’, Jurnal
Gizi dan Pangan, 6(3), p. 192. doi:10.25182/jgp.2011.6.3.192-199.
Junadi, P. (2014) Kepemimpinan dan Organisasi Pembelajaran.
Lina, D. (2014) ‘Analisis Pengaruh Kepemimpinan Dan Budaya Organisasi
Terhadap Kinerja Pegawai Dengan Sistem Reward Sebagai Variabel
Moderating’, Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis, 14, pp. 77–97.
Masram and Mu’ah (2015) Manajemen Sumber Daya Manusia. Available at:
http://www.stiekhad.ac.id/wp-content/uploads/2018/02/BUKU-
MSDM.pdf.
Mubin, F. and Masruri, A. (2020) ‘Tipe dan Gaya Kepemimpinan’, 2(4), pp. 45–
73
52. doi:10.31219/osf.io/ntjy5.
Murti, B. (2019) ‘Perlukah menghitung ukuran sampel?’, YARSI Medical Journal,
15(1). doi:10.33476/jky.v15i1.1009.
Noviantoro, D. (2017) ‘Jurnal Kompetitif UniversitasTridinanti Palembang’,
Jurnal UniversitasTridinanti Palembang, 6(2), pp. 1–18.
Noviyanto, E. and Lau, E.A. (2016) ‘PENGARUH KEPEMIMPINAN
TERHADAP KINERJA PEGAWAI SEKRETARIAT DPRD
KABUPATEN KUTAI TIMUR’, Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus
1945 Samarinda ABSTRAKSI, 1(1).
Nurcahyanti, Y. (2017) ‘Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Struktur, Proses,
Dan Relational Mechanisms Tata Kelola TI (Studi Kasus: Perusahaan
BUMN Di Indonesia)’, pp. 1–311.
Posuma, C. (2013) ‘Kompetensi, Kompensasi, Dan Kepemimpinan Pengaruhnya
Terhadap Kinerja Karyawan Pada Rumah Sakit Ratumbuysang Manado’,
Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 1(4), pp. 646–
656.
Pratama, T. (2016) ‘Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai
Pada Badan Perencanaan, Penelitian Dan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Kabupaten Morowali Dengan Motivasi Kerja Sebagai Variabel
Intervening’, e jurnal Katalogis, 4 Nomor 8(1993), pp. 54–61.
Priyono (2011) ‘Buku Pengantar Manajemen Strategi’, (July 2007), pp. 1–141.
Available at: https://www.researchgate.net/publication/304748841.
Purwanto, A.B. (2015) ‘PENGARUH MOTIVASI DAN KECERDASAN
EMOSIONAL TERHADAP KINERJA PEGAWAI Influence Of
Motivation And Emotional Intelligence On The Performance Of Employees
Agus Budi Purwanto *)’, 01(02), pp. 99–112.
Purwoastuti, T.E. (2015) Mutu Pelayanan Kesehatan & Kebidanan. Pustakabaru
Press.
Ramdhani A. (2017) ‘(PDF) Konsep Umum Pelaksanaan Kebijakan Publik’,
https://www.researchgate.net/publication/313842407_Konsep_Umum_Pel
aksanaan_Kebijakan_Publik, 11, p. 12.
Ritonga, S. (2019) ‘Pengaruh Iklim Organiasi dan Etos Kerja terhadap Kinerja
Karyawan PT. Charoen Pokphand Indonesia Medan dengan Motivasi
sebagai Variabel Intervining’, Jurnal Manajemen dan Bisnis, 19(1), pp. 14–
27.
Rivai., V. (2005) Kepemimpinan dan Perilaku Ekonomi.
Riyanto, S.. (2018) ‘Analisis Pengaruh Lingkungan Internal Dan Eksternal
Terhadap Keunggulan Bersaing Dan Kinerja Usaha Kecil Menengah (Ukm)
Di Madiun’, JMBI UNSRAT (Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis dan Inovasi
Universitas Sam Ratulangi)., 5(3), pp. 159–168.
74
doi:10.35794/jmbi.v5i3.21707.
RIZAL, M.H. AL (2012) KEPUASAN KERJA TERHADAP ( Studi pada Rumah
Sakit Panti Wilasa “ Citarum ” Kota Semarang ).
Robbins, S.P. (2015) Perilaku Organisasi.
Sahertian, P. (2008) ‘Perilaku Kepemimpinan Berorientasi Hubungan Sebagai
Anteseden, Self- Efficacy Dan Organizational Citizenship Behavior’,
Jurnal Keuangan dan Perbankan, 12(2), pp. 273–282.
Santoso, M.B. (2017) ‘Mengurai Konsep Dasar Manusia Sebagai Individu Melalui
Relasi Sosial Yang Dibangunnya’, Prosiding Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat, 4(1), p. 104. doi:10.24198/jppm.v4i1.14217.
Saputra, I. and Adnyani, I. (2017) ‘Pengaruh Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan
Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan’, E-Jurnal
Manajemen Universitas Udayana, 6(12), p. 255367.
Sari, T.A., Nuryanti and Rifqi, A. (2015) ‘Pengaruh Budaya Organisasi, Gaya
Kepemimpinan Dan Pengawasan Terhadap Komitmen Karyawan PT
Telkomsel Pekanbaru’, JOM Fekom, 2(2), pp. 1–12.
Sedarmayanti (2009) Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas Kerja:
Sedarmayanti.
Sembiring, D. br (2018) ‘Pengaruh Sikap Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap
Kinerja Dosen Di Yayasan Perguruan Nasional Medicom’, Teknik
Informatika Unika St. Thomas, 03(2), pp. 108–118.
Setiawan, E. (2019) ‘Budaya Organisasi Pada Dinas Kesehatan Kabupaten
Sumedang’, Jurnal Manajemen Pelayanan Publik, 2(1), p. 9.
doi:10.24198/jmpp.v2i1.20099.
Shaleh M (2018) Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai. 1st edn. Edited
by C.A. Guna. Makassar: Aksara Timur.
Shidiq, M.A. et al. (2018) ‘Analisis Budaya Organisasi Puskesmas Sebagai Badan
Layanan Umum Daerah (Blud) Di Kota Semarang’, Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal), 6(2), pp. 1–8.
Sono, N.H. (2018) Pengaruh Etos Kerja Islam dan Budaya Organisasi terhadap
Kinerja Karyawan melalui Komitmen Organisasi sebagai Variabel
Intervening di Institut agama Islam Ibrahimy Sukorejo Situbondo, Thesis.
Suddin, A. and Sudarman (2010) ‘Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi, dan
Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Pegawai Kecamatan Laweyan Kota
Surakarta’, Manajemen Sumberdaya Manusia, 4(1), pp. 1–8.
Sugiyono (2016) ‘Metode Penelitian Kombinasi Mixed Methods’. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono, P.D. (2016) ‘済無No Title No Title’, Journal of Chemical Information
and Modeling, 53(9), pp. 1689–1699.
75
doi:10.1017/CBO9781107415324.004.
Supartha, W. gede and Sintaasih, D.K. (2017) Pengantar perilaku Organisasi;
Teori, kasus dan Aplikasi penelitian, Universitaa Udayana.
Supratman; Sukowati; Sinta (2003) ‘Peran Tenaga Kesehatan Masyarakat’.
Palembang: Media Litbang Ekonomi Kesehatan, pp. 1–7.
Surya, D.A. and Megawati, S. (2013) ‘ANALISA PENGARUH GAYA
KEPEMIMPINAN OTORITER DAN LINGKUNGAN KERJA
TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN DEPARTEMEN
ROOM DIVISION SWISS-BELINN HOTEL MANYAR SURABAYA’,
Hospitality Management, 4(2), pp. 469–472.
Suryadi, E. (2010) ‘Analisis Peranan Leadership dan Budaya Organisasi Terhadap
Kinerja Pegawai’, Manajerial, 8, pp. 1–9.
Tejo, G.A. (2015) ‘Budaya Organisasi Terhadap Motivasi Kerja Serta’, Jernal
Tepak Manajemen Bisnis, VII(3), pp. 437–454.
Toha, M. (2003) Kepemimpinan dalam Manajemen.
Usaha, B.B. and Astuti, R.D. (2015) Bentuk-bentuk Badan Usaha, Proses
Manajemen, dan Kewirausahaan.
Wartika, A. (2002) ‘HUBUNGAN IKLIM ORGANISASI DENGAN PRESTASI
KERJA KARYAWAN Oleh: Athik Wartika Abstrak’, pp. 1–12.
Widyanti, R. (2019) ( Teori Dan Konsep ) Jilid 1 Editor :
Wijayanti, D.W. (2012) Pengaruh Kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap
kinerja karyawan pada PT Daya Anugrah Semesta Semarang. Available at:
https://lib.unnes.ac.id/18042/.
Yulista, Y. (2012) ‘Model Word-of-Mouth Dalam Komunikasi Pemasaran’, 2(1),
pp. 63–83.
Yuniningsih, T. (2019) ‘Kajian Birokrasi’, p. 371. Available at:
http://eprints.undip.ac.id/73483/1/BUKU_KAJIAN_BIROKRASI_GABU
NGAN.pdf.
76
KUESIONER
Pangkat Golongan :
Umur :
Masa Kerja :
Keterangan:
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
N = Netral
TS = Tidak Setuju
Pendidikan Terakhir :
1. Kinerja Pegawai
No Pernyataan SS S RR TS STS
Kuantitas
1 Saya mampu untuk
menyelesaikan pekerjaan
melebihi apa yang ditargetkan
77
Kualitas
3 Kualitas hasil kerja saya dinilai
baik oleh atasan
4 Kualitas hasil kerja saya
memuaskan sebab saya
memiliki pemahaman tentang
pekerjaan yang dilimpahkan
5 Kualitas hasil kerja saya cukup
baik sehingga saya dinilai
sebagai pegawai yang
berprestasi
6 Kualitas hasil pekerjaan saya,
sudah sesuai dengan standar
kerja yang ditentukan kantor
Waktu
7 Saya dapat menyelesaikan
pekerjaan lebih cepat dari
waktu yang ditentukan
8 Efisiensi waktu saya utamakan
dalam mencapai produktivitas
kerja yang tinggi
9 Walaupun semua pekerjaan
telah selesai akan tetapi belum
waktunya pulang, saya sering
menggunakan waktu yang ada
untuk berdiskusi dengan
pimpinan atau rekan kerja
tentang pekerjaan yang telah
saya selesaikan
Pelayanan
10 Saya memberikan pelayanan
yang memenuhi kepuasan
78
Tanggung Jawab
14 Saya menyelesaikan
pekerjaan yang menjadi
tanggung jawab
Kerjasama
15 Saya mampu menyelesaikan
pekerjaan dalam tim
16 Saya menyelesaikan
pekerjaan sesuai arahan
pimpinan
No Pertanyaan STS TS KS S SS
1 Pimpinan saya dalam mengambilan
keputusan, saya
selalu diajak untuk berdiskusi mengenai
kebijakan organisasi yang relevan dengan
jabatan saya.
2 Pimpinan memberikan perhatian pada
pegawai yang sukses dalam melakukan
pekerjaan dengan baik
No Pertanyaan STS TS KS S SS
1 Pemimpin saya selalu memberikan perintah
untuk menyelesaikan pekerjaan kepada saya
2 Pimpinan saya selalu memberitahukan dengan
jelas apa yang harus dikerjakan, dan bagimana
mengerjakan pekerjaan yang baik.
80
3 Pimpinan saya menetapkan hubungan kerja yang
jelas antara saya dengan pegawai lain dalam
menyelesaikan tugas
4 Pimpinan saya memberikan instruksi yang jelas
kepada saya bagaimana melakukan pekerjaan
yang baik
5 Pimpinan saya memberikan hadiah kepada
pegawai yang melakukan pekerjaan dengan baik
81
9 Pimpinan saya memberikan hadiah
pegawai yang melakukan pekerjaan dengan
baik
No Pertanyaan STS TS KS S SS
1 Atasan saya menuntutkaryawannya untuk
terus menerus memperbaiki hasil
pekerjaannya
2 Atasan saya mendorong anak bawahannya
untuk konsisten meningkatkan
kemampuannya lebih baik dari yang biasa
biasa saja
3 Atasan saya mengharapkan bawahannya untuk
sempurna dalam segala aspek pekerjaannya.
82