Anda di halaman 1dari 5

Dampak Positif nya :

 Polusi/pencemaran udara dapat berkurang


ini sudah pasti ya, karena seiring dengan berjalan nya waktu dengan naiknya harga
BBM ini Jumlah kendaraan bermotor akan berkurang, maka pencemaran udara akibat
dari banyak nya kendaraan bermotor dapat berkurang.

 Munculnya bahan bakar dan kendaraan alternative


Dengan naiknya harga BBM ini maka akan munculah inovasi baru dari orang-orang
kreatif berupa bahan bakar baru, seperti Bahan Bakar Gas yang sekarang ini sudah di
gunakan. dan juga munculnya kendaraan alternative yang ramah lingkungan.

 Pembangunan nasional akan lebih cepat di lakukan


Karena dana APBN yang sebelumnya di gunakan untuk memberikan subsidi BBM,
jika harga BBM naik, maka harga subsidi di cabut dan di alihkan untuk pembangunan
di seluruh wilayah di Indonesia.

 APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)


Jika harga BBM mengalami kenaikan, maka jumlah pemasukan Negara akan
bertambah, maka jumlah subsidi yang di keluarkan oleh pemerintah akan berkurang,
dan anggaran pendapatan dan belanja dapat di minimalisir.

Dampak Negatif yang akan di rasakan secara langsung oleh Rakyat Indonesia akibat dari
kenaikan BBM ini,

 Naiknya tarif angkutan umum


ini sudah bisa di pastikan karena angkutan umum berhubungan langsung dengan
BBM, selain tarif angkutan umum naik, Angkutan pariwisata seperti tour, tiket masuk
objek-objek wisata serta biaya penyewaan mobil tambah mahal.

 Biaya transportasi yang menanjak, biaya distribusi barang naik


tentu harga kebutuhan pokok akan naik pula. Jatah makan 2 porsi dikurangi menjadi 1
porsi, makanan 4 sehat 5 sempurna, dikurangi syukur-syukur menjadi 2 sehat 3
sempurna. Obesitas akan menurun.

 Hidup semakin berat, jatah makan berkurang


kalau sudah urusan perut, banyak kehilangan akal sehat, rakyat miskin panik,
terdorong untuk menghidupi keluarga tercinta, nekad melakukan pencurian dan
perampokan, yang kaya akan was-was, tidur tidak nyaman, pekerjaan lapangan
pekerjaan satpam dan polisi bertambah. Si-miskin yang nekat kalau ketahuan
digebukin akhirnya mati.

 Sering cekcok dirumah tangga dan tidak terjadi keharmonisankarena jatah uang
makan Ibu rumah tangga tetap sama, sedangkan kebutuhan pokok sudah melambung,
anak-anak yang juga butuh perhatian lebih dari orang tua, merasa tidak mendapatkan
kasih sayang, sehingga salah pergaulan, mereka adalah generasi penerus bangsa,
kalau sudah begini bakal jadi apa.

 Harga obat melonjaksehingga banyak pasien yang pulang paksa, dan terpaksa
berobat ke dukun.
Jika Bahan Bakar Minyak telah naik, maka usaha kita sebagai rakyat biasa adalah dengan
meminimalisir atau menghemat bahan bakar. Dan juga batasi jumlah pengeluaran,
berhematlah, pergunakanlah uang kita dengan hal-hal yang benar-benar bermanfaat.

Bahan Bakar Alternatif Pengganti BBM

Sejak tahun 2008, dari jamannya pemerintahan menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro hingga
saat ini masa pemerintahan Pak Jero Wacik, kenaikan harga minyak dunia selalu menjadi
permasalahan yang mempengaruhi ekonomi dan pasokan energi Indonesia. Berbagai upaya
telah diupayakan untuk mengatasi ketergantungan Indonesia akan bahan bakar minyak antara
lain dengan mengupayakan mobil listrik hingga pengadaan bahan bakar minyak dari batubara
cair (coal liquefaction).

Pada artikel ini akan saya coba untuk membahas lebih detail konsep bahan bakar alternatif
pengganti BBM tersebut. Semoga artikel ini bisa bermanfaat untuk kemakmuran dan
perkembangan pembangunan bangsa yang kita cintai ini. Selamat menikmati!

1. Bahan Bakar Minyak (BBM) Alternatif dari Kelapa Sawit atau sumber tumbuh-
tumbuhan lainnya
Bahan bakar minyak selain diproduksi melalui proses pertambangan dapat juga diproduksi
dari sumber tumbuh-tumbuhan seperti yang paling terkenal saat ini adalah dengan
menggunakan kelapa sawit alias Crude Palm Oil (CPO). Dr. Rahmat Mulyadi, Kepala Bidang
Teknologi Informasi Energi, Material dan Lingkungan BPPT, juga mengklaim bahwa
biodiesel ini cukup bersahabat dengan lingkungan. Biodiesel kelapa sawit di negara seperti
Amerika Serikat (AS) dan Australia sudah banyak diaplikasikan. Sedangkan pemakaian
secara besar-besaran justru terjadi di negara Amerika Latin dan Afrika, di mana produksi
kelapa sawit cukup tinggi. Bahkan di Jerman pemakaian biodiesel sudah diterapkan langsung,
baik untuk kendaraan maupun mesin industri.

2. Bahan Bakar Minyak (BBM) Alternatif dari Batubara yang dicairkan


Seperti yang kita ketahui saat ini pemakaian batubara biasanya digunakan sebagai bahan
bakar pembangkit listrik dan masih dalam bentuk padat yang kemudian digerus lalu di bakar.
Teknologi baru yang sedang dikembangkan saat ini adalah dengan mengolah batubara
menjadi sumber bahan bakar cair. Pada prinsipnya hingga saat ini ada dua cara untuk dapat
memproses batubara agar bisa digunakan sebagai bahan bakar cair, yakni melalui pencairan
batubara secara langsung (coal liquefaction) atau melalui gasifikasi batubara (coal
gasification) terlebih dahulu sebelum diproses kemudian menjadi cair (liquid). Apabila
melalui proses gasifikasi, ini pun terdapat 2 cara, yaitu melalui gasifikasi batubara di
permukaan (surface coal gasification, SCG) dan gasifikasi batubara di bawah tanah
(underground coal gasification, UCG). Gas yang diproduksi, diolah dan dibersihkan (sering
disebut syngas = synthetic gas) inilah yang kemudian dicairkan menjadi BBM
alternatif. Dengan mengolah batubara menjadi gas sintesis atau minyak sintesis ini, maka
transportasi darat dengan menggunakan bahan bakar batubara ini bisa diterapkan di
Indonesia.

Gambar 1 menunjukkan gmana proses pembuatan batubara cair tersebut dengan gasifikasi
batubara di bawah tanah (UCG) dan proses mengubah batubara gas menjadi batubara cair
siap pakai seperti diesel, naphta, avtur, dll (Gas to Liquid : GTL; prosesnya biasanya
menggunakan teknologi sintesa fisher-trophch). UCG adalah proses pengambilan kandungan
gas melalui gasifikasi batubara di dalam tanah tanpa harus terlebih dahulu mengambil
batubara tersebut ke permukaan. Disitulah letak keunggulan UCG dibanding SCG, yakni
karena tidak memerlukan penambangan batubara di permukaan (surface mining) yang
berpotensi merusak lingkungan, juga tidak memerlukan penambangan batubara di bawah
permukaan (underground mining) yang berpotensi membahayakan jiwa para
pekerjanya. Dengan tidak adanya penambangan, maka biaya gasifikasi (biaya produksi gas)
berpotensi sangat rendah.

Gambar 1 Proses pembuatan batubara cair

Konon, teknologi UCG pertama kali ditemukan di Inggris, tetapi kemudian pada awal abad
20 dikembangkan oleh Uni Soviet. Pembangkit lsitrik berbahan bakar syngas hasil UCG
dari batubara muda (lignit) konon masih beroperasi hingga saat ini di Angren, Uzbekistan
(salah satu negara mantan Uni Soviet). Beberapa tahun belakangan ini, UCG kembali
dikembangkan, antara lain oleh Amerika Serikat, Inggris, Kanada dan Australia. Disana UCG
lebih diarahkan kepada lapisan-lapisan batubara yang tidak memungkinkan ditambang
dengan teknologi penambangan yang ada saat ini, antara lain karena kemiringan lapisan yang
terlalu curam atau terlalu dalam.

Teknologi CTG-GTL telah lama ditemukan dan digunakan oleh tentara Nazi Jerman pada
Perang Dunia II, yang memungkinkan pesawat-pesawat tempur Nazi saat itu masih tetap
bisa membombardir musuh meski kilang-kilang minyak mereka telah dihancurkan oleh
Sekutu. Gasifikasi batubara pada zaman Nazi itu kemungkinan besar SCG (surface coal
gasification) dimana batubara dari dalam tanah ditambang terlebih dahulu, diproses menjadi
gas, kemudian diolah menjadi BBM melalui sintesa Fischer-Tropsch atau sering disingkat FT
(diambil dari nama penemunya, dua ilmuwan Jerman Franz Fischer dan Hans Tropsch).
Teknologi CTG-GTL ini pula yang membuat Afrika Selatan mampu survival meskipun
Rezim Aparrtheid saat itu mengalami embargo pasokan minyak. Dalam hal gas to liquid
(GTL), perusahaan miyak Shell telah lama pula membuat BBM dari LNG (liquefied natural
gas) di Bintulu – Malaysia, yang mungkin saja sebagian hasilnya di jual melalui beberapa
SPBU Shell di Indonesia.

Sejak tahun 1999, Linc Energy Ltd ・ sebuah perusahaan swasta Australia (sekarang
perusahaan publik) telah mengadakan uji coba UCG di Chinchilla, wilayah pedesaan sekitar
300 km dari Brisbane. Sejak tahun 2006 Linc Energy memproduksi BBM skala pilot dari
syngas hasil UCG. Sejak tahun 2008 mereka beroperasi komersial, memproduksi BBM jenis
diesel 20,000 barel per hari. Yang patut dipuji dan ditiru dari Linc Energy Ltd adalah,
perusahaan ini bukanlah penemu asli UCG sampai menjadi BBM, tetapi ia pandai
menggabungkan penemuan-penemuan sebelumnya yang sudah terbukti kehandalan dan
kelayakannya. Untuk memulai produksi gas melalui UCG, Linc Energy bekerjasama dengan
para ahli dari ex-Uni Soviet. Dalam hal konversi gas menjadi BBM, Linc Energy
menggunakan teknologi sintesa Fischer-Tropsch dengan bantuan para ahli Syntroleum
Amerika Serikat.

Berdasarkan sejarah di atas, maka membuat BBM dari batubara melalui UCG-GTL seperti
yang dilakukan Linc Energy Ltd ・ Australia, seharusnya bisa dilakukan juga oleh Bangsa
Indonesia. Karena teknologi sudah tersedia dan terbukti handal.

2.1 Keekonomian Proses Pembuatan Batubara Cair


Untuk menggambarkan prospek keekonomian UCG-GTL dalam tulisan ini akan disajikan
jumlah batubara, modal, asumsi harga jual BBM, biaya operasi/produksi dan prakiraan laba
usaha. Asumsi yang digunakan berdasarkan publikasi-publikasi Linc Energy Ltd
(http://www.lincenergy.com.au) yang terdapat indikasi bahwa untuk memproduki BBM
sebanyak 1 barel per hari (bpd) dibutuhkan ketersediaan batubara (di dalam tanah) sekitar ½
ton/hari (tpd). Jadi, kalau suatu hari kelak Indonesia mengalami kekurangan pasokan BBM
rata-rata 2 juta bpd dan beniat untuk tidak lagi mengimpor minyak serta akan membuat BBM
sendiri melalui UCG-GTL, maka jumlah batubara yang harus tersedia di bawah tanah adalah
1 juta tpd = 350 juta ton/tahun (asumsi 350 hari kerja per tahun).

Menurut prakiraan para pakar geologi ESDM, bahwa sampai dengan akhir tahun 2008
jumlah sumberdaya batubara di dalam perut bumi Indonesia mencapai 105 milyar ton
(105,000 juta ton). Katakanlah yang bisa ditambang hanya 40 milyar ton, sedangkan 65
milyar sisanya akan digunakan sebagai sumber BBM. Jadi, kalau dibutuhkan batubara 350
juta ton/tahun, maka Indonesia diharapkan mampu memasok kebutuhan BBM nasional secara
mandiri (tanpa harus impor) selama 65,000/350 = 170 tahun.
Gambar 2 Laju harga bahan bakar fosil dunia

Untuk mengganti kebutuhan impor minyak Indonesia saat ini sebesar 400,000 barel/hari,
hanya dibutuhkan batubara 0.20 juta tpd = 70 juta ton/tahun, sehingga Indonesia masih
memiliki sumberdaya minyak dari batubara untuk jangka waktu 65,000/70 = 928
tahun. Berdasarkan prospektus Linc Energy (2006), dapat dihitung pula bahwa untuk
memproduksi 1 bpd BBM dibutuhkan investasi sekitar USD30,000/bpd (tiga puluh ribu
dollar Amerika Serikat per barel per hari), termasuk biaya bunga selama 18 bulan masa
konstruksi dan biaya-biaya praproduksi lainnya. Maka, untuk memproduksi minyak
pengganti impor Indonesia 0.4 juta bpd, akan diperlukan total modal = 400,000 bpd x
USD30,000/bpd = USD12 milyar (± Rp.120 triliun). Angka USD 30.000/Bpd ini juga umum
dijadikan patokan oleh Sasol (Afrika Selatan) dan beberapa perusahaan Amerika.

Dari proses UCG-GTL sebanyak 400,000 bpd ini dapat dihasilkan minyak diesel rata-rata
124 juta barel/tahun, hidrokarbon = 71 juta ton/tahun dan naphtalene = 47 juta ton/tahun.

Dari proyeksi keuangan perusahaan Autralia itu pula dapat diketahui bahwa rata-rata
biaya produksi BBM melalui proses UCG-GTL adalah sekitar $18/barel, atau sama dengan
($18 x Rp10,000/$ : 159 liter/barel) = Rp.1,150/liter BBM siap pakai (bukan minyak
mentah). Biaya ini jauh lebih rendah dibanding GTL yang sumber gasnya dari LNG atau
gasifikasi batubara di permukaan.

Berikut ini adalah gambaran hitungan detail keekonomian UCG-GTL :

Anda mungkin juga menyukai