Anda di halaman 1dari 29

KONDISI PEREKONOMIAN TERKINI DAN PENGARUH KEBIJAKAN MONETER

TERHADAP INDIKATOR MAKRO EKONOMI SULAWESI UTARA

Luctor E. Tapiheru
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

“Seminar Kebijakan Fiskal dan Perkembangan Ekonomi Terkini 2015”


Halaman 1

Manado, 12 Mei 2015


BAGIAN 1.
KONDISI
BAGIAN 2.
PROSPEK
BAGIAN 3.
KONSEP
BAGIAN 4.
TRANSMISI
BAGIAN 5.
REGIONAL
PEREKONOMIAN PEREKONOMIAN KEBIJAKAN KEBIJAKAN MACROECONOMIC
TERKINI DAN PERBANKAN MONETER MONETER MODEL OF BANK
INDONESIA
Halaman 2
KONDISI
PEREKONOMIAN
TERKINI
BAGIAN 1.
Halaman 3
Kondisi Perekonomian Terkini Sulawesi Utara
Pertumbuhan ekonomi Sulut pada triwulan I 2015 tercatat mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya
didukung oleh tingginya pertumbuhan pada sektor pertanian, sektor konstruksi dan sektor pertambangan...
PROMPT INDICATOR PERTUMBUHAN EKONOMI SULUT
Q1 2015 P Q1 2015
TERCATAT DI ATAS  Akselerasi pada sektor 200
6.1 PERKIRAAN 6.4 pertanian mampu meredam
perlambatan yang terjadi pada
180
160
SURVEI KONSUMEN

Proyeksi Realisasi sektor perdagangan. 140


PDRB PDRB  Melambatnya perdagangan 120
tercermin dari hasil SPE BI Sulut 100
PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA VS. NASIONAL* yang menunjukkan penurunan
80
Indeks Riil Penjualan pada Tw I
60
gPDB Nasional (%) gPDRB Sulawesi Utara (%)
2015.

Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
 Pada triwulan laporan kondisi
7.0 6.7 tingkat keyakinan konsumen 2012 2013 2014 2015
juga tercatat mengalami Indeks Keyakinan Konsumen Kondisi Ekonomi Saat Ini
6.4
6.5 6.3 penurunan yang Ekspektasi Konsumen
6.2 6.1 mengkonfirmasi perlambatan
6.0
di sektor perdagangan. 400 SURVEI PENJUALAN ECERAN
 Faktor tingginya tingkat harga 350
serta ketersediaan lapangan 300
5.5 kerja mempengaruhi 250
5.1 penurunan tingkat keyakinan 200
5.0 5.0
5.0 4.9 konsumen. 150
4.7  Naiknya sektor pertanian 100
dipengaruhi akselerasi 50
4.5 0
I II III IV I pertumbuhan pada sub sektor

Mei

Mei
Jan

Jan

Jan
Sep
Nop

Sep
Nop
Mar

Jul

Mar

Jul

Mar
Mei**
Halaman 4

tanaman perkebunan,
2014 2015 sementara pertambangan
didorong oleh pembukaan site 2013 2014 2015
*) Menggunakan tahun dasar 2010 pertambangan emas baru.
Indeks Riil Penjualan Bahan Konstruksi
Pertumbuhan Ekonomi Terkini : Sisi Permintaan
Dari sisi permintaan, konsumsi pemerintah dan investasi menopang akselerasi pertumbuhan ekonomi Sulut di tengah
konsumsi rumah tangga yang mengalami perlambatan...

Investasi (PMTB) KBLI 2009 Konsumsi Pemerintah


Q4’14 = 6,5 % Q1’15 = 9,6 % Dengan mengadopsi KBLI 2009 (17 lapangan Q4’14 = 14,2 % Q1’15 = 29,1 %
usaha), struktur perekonomian Sulut  Akselerasi signifikan pada konsumsi
 Akselerasi investasi dipengaruhi oleh
masih berlanjutnya beberapa proyek
didominasi oleh sektor pertanian, pemerintah disebebkan oleh realisasi
pendapatan dan belanja pemerintah yang
yang bersifat multiyears baik dari perdagangan, konstruksi, industri dan
mengalami peningkatan dibandingkan tahun
pemerintah (pembangunan jalan tol transportasi dimanasebelumnya pangsa sebelumnya.
Manado-Bitung, perbaikan jembatan, tertinggi tercatat berada di sektor PHR  Dukungan fiskal yang lebih baik pada tahun
jalan,dll) maupun dari pihak swasta 2015 juga menjadi salah satu faktor pendorong
akselerasi konsumsi pemerintah.
(pembangunan Mall, hunian bertingkat,
dan properti lainnya).
Ekspor Luar Negeri
Konsumsi Rumah Tangga Q4’14 = 2,1 % Q1’15 = -2,5 %
 Berdasarkan hasil liaison dan penuturan
Q4’14 = 6,5 % Q1’15 = 6,2 % kepada pelaku usaha, penurunan ekspor
 Tingkat inflasi yang masih cukup tinggi dipengaruhi oleh melemahnya ekspor ikan
mempengaruhi penurunan daya beli olahan sebagai dampak dari penerapan
masyarakat secara keseluruhan. regulasi moratorium dan transhipment.
 Menurunnya daya beli masyarakat juga 36.6% 17.9%
Impor Luar Negeri
disebabkan tingkat konsumsi yang telah

50.1% 18.6% Q4’14 = 18,4 % Q1’15 = -0,4 %


mencapai puncaknya pada periode tw IV
Halaman 5

2014 didorong perayaan hari besar


 Impor Sulut yang didominasi barang modal
keagamaan (Natal) dan perayaan Tahun 4.2% cenderung melemah seiring turunnya kegiatan
Baru 2015 sesuai siklus historisnya. investasi usaha akibat melemahnya ekspor.
MENGGUNAKAN ANGKA TAHUN DASAR 2010
Pertumbuhan Ekonomi Terkini : Sisi Penawaran
Di sisi penawaran, perekonomian Sulut di triwulan I ditopang terutama oleh sektor primer (pertanian dan pertambangan),
sementara itu sektor perdagangan cenderung melambat sejalan dengan pelemahan konsumsi rumah tangga...
Transportasi Industri Perdagangan Pertambangan
Q4’14 = 10,5% Q1’15 = 8,8 % Q4’14 = 3,2 % Q1’15 = 4 % Q4’14 = 7,6 % Q1’15 = 6,9 % Q4’14 = 9,1 Q1’15 = 12,1 %
 Sejalan dengan kondisi  Kendati mengalami penurunan pada  Searah dengan menurunnya konsumsi  Adanya pembukaan
perdagangan yang industri ikan olahan, namun industri rumah tangga, perdagangan lokasi/site pertambangan
menurun, transportasi besar Sulut lainnya seperti industri menunjukkan penurunan intensitas emas (baru) yang mulai
sebagai kegiatan turunan minyak kelapa, minyak kelapa sawit dan setelah mencapai puncaknya di triwulan fully utilized di awal tahun
dari perdagangan minyak goreng cenderung tumbuh IV 2014. 2015 memicu peningkatan
mengalami deselerasi dipicu positif tercermin dari nilai ekspor  Tingkat harga yang masih tinggi produksi pertambangan
kurangnya mobilitas pelaku komoditas CPO dan CNO yang naik di mempengaruhi penurunan daya beli emas dan membawa sektor
usaha maupun masyarakat triwulan laporan. masyarakat. pertambangan mengalami
akselerasi.

Pertanian
Q4’14 = 3,8 % Q1’15 = 4,9 % Konstruksi
 Peningkatan dukungan pemerintah Q4’14 = 5,15 % Q2’15 = 5,7 %
8.7% 10.7%
(fiskal) dalam bentuk saprodi kepada
 Proyek pembangunan pemerintah
13%
sektor pertanian.
 Musim panen beberapa tanaman maupun swasta yang bersifat multiyears
5%
perkebunan (cengkih, pala) menjadi faktor pendorong kegiatan
 Musim panen tanaman hortikultura baik
20.5% konstruksi di awal tahun 2015.
Halaman 6

hortikultura semusim maupun


hortikultura tahunan.
12.5%  Sektor konstruksi diperkirakan menjadi
salah satu penopang utama
 Pembukaan lahan perkebunan baru perekonomian Sulut di tahun 2015.
MENGGUNAKAN ANGKA TAHUN DASAR 2010
Perkembangan Inflasi
Inflasi Sulut tercatat masih berada di atas nasional. Namun demikian, di awal tahun 2015 tekanan inflasi relatif mereda
didorong oleh penurunan harga pada komoditas volatile food ...

INFLASI TAHUNAN SULUT VS NASIONAL I n f l a s i A p r i l 2015


Inflasi Sulut (% yoy) Inflasi Nasional (% yoy)
PENYUMBANG  DAGING BABI
12

10
9.67 0.06% INFLASI:


 ANGKUTAN DLM KOTA 
BAWANG MERAH
ANGKUTAN UDARA
EKOR KUNING
MTM  BENSIN  GULA PASIR
7.73
8
0.06

7.73
6 8.36
6.79 -0.03
4 Rata-Rata 2010 -2014 Realisasi 2015 (mtm)
(mtm)
2

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4
Pada April 2015 tingkat inflasi yang cukup
rendah dipengaruhi oleh penurunan harga
%
-2 2012 2013 2014 2015 Beras yang cukup signifikan didorong oleh
panen raya di beberapa daerah
YOY
 Penurunan inflasi pada triwulan I 2015 terutama disebabkan oleh penurunan harga
BBM bersubsidi di awal tahun, mengikuti koreksi ke bawah dari harga minyak dunia.
 Meskipun harga BBM kembali ditingkatkan di akhir periode triwulan I 2015, kenaikan KEGIATAN/PROKER TPID: PENYUMBANG DEFLASI:
Halaman 7

tersebut tidak mendorong inflasi tahunan menjadi lebih tinggi dari akhir tahun 2014.  ROADMAP PENGENDALIAN INFLASI  BERAS
 Harga kelompok volatile food (aneka bumbu) mencatat deflasi tahunan didorong  OPRASI PASAR MURAH  DAGING AYAM RAS
tekanan permintaan yang menurun disertai lancarnya pasokan seiring panen raya di  REKOMENDASI KEPADA PEMDA  WORTEL
beberapa daerah.  SIDAK PASAR  SEMEN & SENG
Koordinasi Pengendalian Inflasi di Daerah
Pengendalian harga di Sulawesi Utara diharapkan semakin baik ke depannya sejalan dengan rumusan roadmap yang telah
disusun, khususnya terkait dengan upaya mewujudkan cita-cita kedaulatan pangan...

Merupakan JANGKA PENDEK


UPAYA PENGENDALIAN INFLASI SULAWESI UTARA komoditas 1. Beras
Tantangan jangka pendek antara
dengan bobot 2. Aneka Cabai lain terkait faktor musiman
Tugas Bank Indonesia untuk menjaga
yang besar
serta sering
3. Ikan Tangkap berupa cuaca (musim panen),
kestabilan harga (termasuk berkoordinasi menjadi 4. Bawang permintaan yang melonjak di
saat-saat tertentu, sifat bahan
dengan pemerintah). penyumbang 5. Tomat makanan yang tidak tahan lama.
utama inflasi.
STRUKTURAL
Masih dibutuhkan upaya ekstra dalam IDENTIFIKASI KOMODITAS UTAMA Tantangan struktural meliputi
mengendalikan inflasi Adm. Prices PENGGERAK INFLASI aspek distribusi, terbatasnya
dan Vol. Food sarana & prasarana produksi
ROADMAP maupun pemasaran komoditas,
IDENTIFIKASI TANTANGAN
Permasalahan utama pada
ketergantungan pangan, aspek distribusi,
PENGENDALIAN PENGENDALIAN HARGA
ketergantungan dari daerah lain,
serta aspek struktur pasar.
produksi, infrastruktur, konektivitas, dan
regulasi.
INFLASI
PERUMUSAN PROGRAM KERJA DUKUNGAN PEMPUS
Pencapaian sasaran inflasi rentan
terhadap berbagai risiko harga Dukungan dari pemerintah pusat yang
diperlukan terutama pada faktor
pangan dan faktor kebijakan PERAN PEMDA kebijakan harga, peran lembaga
Pemda berperan langsung dalam terkait, alokasi anggaran, serta yang
Saat Ini Sulut telah memiliki 16 TPID mengatasi permasalahan di bersifat bantuan tepat guna.
yang mencakup TPID Provinsi dan 15 daerah melalui koordinasi di
SINERGI DALAM IMPLEMENTASI ROADMAP
Halaman 8

dalam TPID yang melibatkan


TPID Kab/Kota DIHARAPKAN DAPAT MENDUKUNG
SKPD terkait, BI, asosiasi/pelaku
usaha, dan stakeholder lainnya. TERCIPTANYA KEDAULATAN PANGAN
Indikator Utama Perbankan dan Kredit Sektoral
Memasuki 2015, indikator utama perbankan Sulut masih menunjukkan pertumbuhan positif kendati mengalami
perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun demikian, NPL cenderung mengalami peningkatan...

INDIKATOR UTAMA PERBANKAN PERKEMBANGAN KREDIT SEKTORAL


30% YoY 140% 100%
LDR-sb.kanan Aset DPK
Kredit BI-Rate 135%
25% 80%
130%
20% 60%
125%
14.76% 40%
15% 120%
12.35%
115% 20%
10% 10.60%

110% 0%
5% 7.50% I II III IV I II III IV I II III IV I*
105%
-20% 2012 2013 2014 2015
0% 100%
Total Pertanian Konstruksi
I II III IV I II III IV I II III IV I* -40%
2012 2013 2014 2015 PHR Pengangkutan Jasa Sosial Masyarakat

Aset perbankan tercatat mengalami percepatan pertumbuhan Perlambatan pertumbuhan kredit didorong oleh perlambatan penyaluran
ditengah pertumbuhan kredit dan DPK yang cenderung melambat di kredit pada sektor PHR dan Konstruksi. Perlambatan pada PHR dan
Halaman 9

awal tahun. Di sisi lain, LDR cenderung mengalami penurunan dan Konstruksi sejalan dengan kondisi perekonomian di awal tahun dimana
berada di level 131% didorong pertumbuhan DPK yang lebih tinggi intensitas perdagangan masih rendah serta belum terealisasinya proyek-
dibandingkan kredit. Kondisii perlambatan pada kredit sejalan dengan proyek infrastruktur. Di sisi lain, kredit pertanian mengalami akselerasi
tingkat prekonomian yang cenderung melambat di awal tahun. seiring persiapan panen raya pada periode Maret-April 2015.
Ketahanan Korporasi dan Rumah Tangga
Pada Triwulan I 2015, ketahanan korporasi dan rumah tangga perlu mendapat perhatian seiring naiknya rasio NPL pada
masing-masing sektor...

KETAHANAN SEKTOR KORPORASI KETAHANAN SEKTOR RUMAH TANGGA

12.00% Total Produktif Pertanian 6%


Konstruksi PHR NPL Total Kredit RT NPL KPR NPL KKB
Pengangkutan Jasa Sosial Masyarakat
10.00% 5% NPL Perlengkapan NPL Multiguna

8.00% 4%

6.00% 3%

4.00% 2%

2.00% 1%

4.1% 4.2% 4.2% 3.3% 3.5% 3.7% 3.9% 4.4% 4.9% 5.0% 5.2% 4.2% 5.1% 1.4% 1.3% 1.4% 1.1% 1.4% 1.3% 1.4% 1.3% 1.9% 2.5% 2.9% 2.3% 2.8%
0.00% 0%
I II III IV I II III IV I II III IV I* I II III IV I II III IV I II III IV I*

2012 2013 2014 2015 2012 2013 2014 2015

Hampir seluruh kredit di sektor utama perekonomian Sulut mengalami Kendati masih dalam level aman, NPL sektor Rumah Tanga juga
tren peningkatan NPL di awal tahun 2015. Hal tersebut sejalan dengan mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
hasil survei Bank Indonesia yang mengindikasi penurunan intensitas Naiknya NPL kredit RT disebabkan oleh naiknya rasio NPL pada jenis kredit
perdagangan maupun kondisi perekonomian di Sulut secara KPR yang saat ini berada di level 5,56%. Cukup tingginya NPL pada jenis
Halaman 10

keseluruhan. NPL kredit sektor korporasi yang saat ini berada pada level kredit KPR mengindikasikan turunnya repayment capacity masyarakat yang
5,1% patut menjadi perhatian bersama mengingat level tersebut relah sangat mungkin disebabkan oleh tingginya tingkat inflasi dan suku bunga
berada di atas ambang batas (5%). saat ini.
PROSPEK
PEREKONOMIAN DAN
PERBANKAN
BAGIAN 2.
Halaman 11
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sulut 2015
Dengan memperhatikan perkembangan terkini, perekonomian Sulut di tahun 2015 diperkirakan dapat tumbuh lebih tinggi
dibandingkan proyeksi sebelumnya. Dukungan fiskal dan pembangunan proyek infrastruktur strategis tetap akan jadi faktor
pendorong utama perekonomian Sulut…

2015
Tw II 2015

6.3%-6.7%
6.5% PENETAPAN BATAS BAWAH HARGA TIKET LCC
Tanpa pasokan listrik yang memadai, Adanya rencana penetapan batas bawah harga
kegiatan investasi dan ekspansi di sektor tiket pesawat udara akan secara khusus
riil dinilai akan cenderung mengalami berdampak pada harga yang ditawarkan maskapai
perlambatan. low cost carrier (LCC) atau budget airlines yang
FAKTOR masih menjadi andalan para wisman/wisnus.
INFRASTRUKTUR: KENDALA PASOKAN LISTRIK
RISIKO 2015
Halaman 12

REALISASI PROYEK INFRASTRUKTUR YANG LAMBAT


MORATORIUM DAN TRANSHIPMENT Tanpa adanya percepatan proyek infrastruktur strategis, maka
Kebijakan moratorium dan transhipment berpotensi akan sulit memperbesar daya dukung terhadap aktifitas
menyebakan penurunan produksi perikanan. perekonomian daerah.
Proyeksi Inflasi 2015
Laju inflasi pada tahun 2015 diproyeksikan akan lebih rendah dibanding 2014. Namun, berbagai risiko dari sisi produksi dan
permintaan tetap mengemuka dan perlu mendapat perhatian agar laju inflasi tetap dapat diarahkan pada sasarannya …
Tw II 2015
2015
7.9%

Q2
Q2 4.1 ±1% Q3 Q3 Q4
Q4
2015 2015 2015
FAKTOR 2015 2015 2015
RISIKO 2015
 Ekspektasi menjelang  Hari raya Idul Fitri  Masuknya musim tanam
Lebaran  Pengucapan Syukur  Cuaca ekstrim
 Peningkatan permintaan  Tahun ajaran baru  Natal dan Tahun Baru
pada masa puasa (faktor
musiman)
RISIKO LAINNYA
SEPANJANG
TAHUN/
Halaman 13

INSIDENTIL

1. PENYESUAIAN HARGA BBM 2. PENYESUAIAN TARIF ANGKUTAN BERBAGAI MODA 3. PENINGKATAN HARGA BARITO
4. VOLATILITAS NILAI TUKAR 5. HARGA EMAS INTERNASIONAL 6. SECOND-ROUND ADMINISTERED PRICES
Prospek Perbankan 2015 : Survei Perbankan Tw I 2015
Berdasarkan hasil survei perbankan kepada 35 bank (bank umum maupun BPR) di Sulawesi Utara diperoleh hasil bahwa
kalangan perbankan memiliki optimisme yang tinggi dalam menyongsong tahun 2015...
Proyeksi DPK Tw II 2015
Perkiraan Permintaan Kredit
20
Tw II 2015
• Permintaan kredit pada Tw II 15
10
2015 diperkirakan tetap 5
7% Meningkat tajam (>10%) tumbuh positif dengan kisaran 0
20%
Meningkat (>1% s/d 10%) penigkatan 1% hingga 10% Meningkat Meningkat Sama (-1% Menurun (<- Menurun
tajam (>1% s/d s/d 1%) 1% s/d -10%) tajam (<-
Sama (-1% s/d 1%) • Mayoritas responden (61%) (>10%) 10%) 10%)
73%
Menurun (<-1% s/d -10%) memprioritaskan penyaluran
Menurun tajam (<-10%) kredit ke sektor produktif Sektor-Sektor Yang Diperkirakan Mendapat
berupa kredit modal kerja Kredit Paling Banyak
• Sejalan dengan peningkatan
Prioritas Jenis Penggunaan Kredit Baru kredit, DPK juga diperkirakan PertanianIndustri
3% 3%
Tw II 2015 akan mengalami peningkatan Jasa Sosial Lain-lain Konstruksi
memasuki Tw II 2015 3% 13% 6%

• Perbankan Sulut
35.48%
Kredit Modal Kerja (non UMKM) memperkirakan bahwa Jasa Dunia Usaha
13%
Kredit Investasi (non UMKM) penyaluran kredit produktif
Kredit Konsumsi
61.29%
akan lebih banyak ditujukan
Halaman 14

Kredit UMKM
pada sektor PHR, Jasa Dunia Pengangkutan
3%
3.23%
Usaha dan Konstruksi PHR
56%
KONSEP
KEBIJAKAN
MONETER
BAGIAN 3.
Halaman 15
Fungsi dan Tugas BI Serta Keterkaitannya Dengan Kebijakan Moneter
Berdasarkan amanat Undang-Undang, Bank Indoensia memiliki tujuan utama untuk mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah. Untuk mencapai kestabilan nilai rupiah salah satu alat yang dimiliki Bank Indoensia adalah melalui kebujakan
moneter...

terhadap barang & Kestabilan nilai rupiah terhadap barang


jasa (harga) dan jasa diukur dengan atau tercermin KEBIJAKAN
dari perkembangan laju inflasi. MAKROPRUDENSIAL

Mencapai dan memelihara


kestabilan nilai rupiah
Kestabilan nilai rupiah terhadap mata
terhadap mata uang negara lain diukur dengan atau KEBIJAKAN
Kestabilan nilai rupiah sangat uang negara lain tercermin dari perkembangan nilai MONETER
penting untuk mendukung tukar rupiah terhadap mata uang
pembangunan ekonomi yang negara lain.
berkelanjutan dan meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
Tujuan Bank Indonesia adalah
- mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah
- serta ikut mendorong terpeliharanya kestabilan KEBIJAKAN SISTEM
sistem keuangan untuk mendukung pertumbuhan PEMBAYARAN
Halaman 16

ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan


Konsep Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter menjadi ‘backbone’ dalam mencapai tujuan memelihara kestabilan nilai rupiah...

Kebijakan moneter merupakan bagian integral dari kebijakan ekonomi makro • Kebijakan moneter, sbg bagian dari
pengelolaan stabilisasi ekonomi makro,
diterapkan sejalan dgn siklus ekonomi
(business cycle).
Pengelolaan sisi permintaan
• Kebijakan moneter terbagi menjadi kebijakan
Kebijakan ekonomi makro dan sisi penawaran agar
moneter ekspansif dan kontraktif
mengarah pada
keseimbangan (ekuilibrium)
BC Ekonomi dalam
resesi sehingga kebijakan
Kebijakan Kebijakan lainnya moneter ekspansif
moneter Kebijakan fiskal supaya mempercepat
( tenaga kerja, perdagangan ) recovery
dsb CD Ekonomi boom
sehingga kebijakan
moneter kontraktif untuk
menghindari overheating
Tercapainya stabilitas Kebijakan moneter ini
makro ekonomi (stabilitas disebut counter-cyclical
Tujuan akhir : harga, pertumbuhan monetary policy dengan
Halaman 17

Social Welfare ekonomi, tersedianya tujuan untuk


lapangan kerja). mengarahkan
pertumbuhan ekonomi
berada pada trend-nya.
Pengendalian Besaran Moneter
Pengendalian besaran moneter oleh bank sentral dilakukan melalui berbagai instrumen kebijakan moneter...
Halaman 18
TRANSMISI
KEBIJAKAN
MONETER
BAGIAN 4.
Halaman 19
Transmisi Kebijakan Moneter
Suku bunga merupakan saluran yang paling dominan sebagai dasar perumusan strategi kebijakan moneter. Terdapat
beberapa jalur transmisi kebijakan Moneter untuk mempengaruhi tingkat inflasi, antara lain : jalur suku bunga, jalur nilai
tukar, jalur harga aset, jalur kredit dan jalur ekspektasi...
Halaman 20
Transmisi Kebijakan Moneter : Jalur Suku Bunga & Nilai Tukar

JALUR SUKU BUNGA


“Kebijakan moneter dapat mempengaruhi permintaan agregat melalui perubahan suku bunga (perbankan)”

BI Rate Biaya Modal Investasi & Agg Inflasi


Konsumsi Demand

i kebijakan↑  i puab↑  i deposit↑  i lending↑  cost of capital↑  Investasi&Konsumsit ↓  GDP↓  inflasi↓

JALUR NILAI TUKAR


“Mekanisme transmisi melalui jalur nilai tukar menekankan bahwa pergerakan nilai tukar dapat mempengaruhi
perkembangan penawaran dan permintaan agregat, dan selanjutnya GDP dan inflasi”

BI Rate Nilai Tukar Harga Relatif Inflasi


Impor

Interest Rate Capital Flows


Differensial Net Export Agg Demand
Halaman 21

i kebijakan ↑  int rate diff ↑ cap inflow ↑ NT appreciate  impor price ↓ net expor ↓  GDP ↓  inflasi ↓
Transmisi Kebijakan Moneter

JALUR KREDIT
Mekanisme transmisi melalui jalur kredit dapat dibedakan menjadi dua jalur.
a. bank lending channel ‘jalur pinjaman bank’ yang menekankan pengaruh kebijakan moneter pada kondisi keuangan
bank, khususnya sisi aset.
b. balance sheet channel ‘jalur neraca perusahaan’ yang menekankan pengaruh kebijakan moneter pada kondisi
keuangan perusahaan, dan selanjutnya mempengaruhi akses perusahaan untuk mendapatkan kredit

Bank reserve Inflasi


Ketersediaan Investasi &
BI Rate & bank
kredit bank Konsumsi
deposit
Agg
Demand
Harga Nilai Bersih Pemberian
BI Rate
saham Perusahaan Kredit Bank

a) i kebijakan ↑ bank deposit ↑  loanable fund ↓  investasi ↓ GDP ↓  Inflasi ↓


b) i kebijakan ↑ harga saham ↓ nilai bersih perusahaan ↓ akses kredit ↓ investasi ↓  GDP↓ Inflasi ↓
Halaman 22
Transmisi Kebijakan Moneter
JALUR EKSPEKTASI
• Mekanisme transmisi melalui jalur ekspektasi menekankan bahwa kebijakan moneter dapat diarahkan untuk
mempengaruhi pembentukan ekspektasi mengenai inflasi dan kegiatan ekonomi.
• Kondisi tersebut mempengaruhi perilaku agen-agen ekonomi dalam melakukan keputusan konsumsi dan investasi,
yang pada gilirannya akan mendorong perubahan permintaan agregat dan inflasi.
Ekspektasi Inflasi / Investasi & Agg
BI Rate Inflasi
Kegiatan Ekonomi Konsumsi Demand

i kebijakan ↑ ekspektasi inflasi ↓ konsumsi / investasi ↓  GDP ↓ inflasi↓


JALUR HARGA ASET
Kebijakan moneter berpengaruh pada perubahaan harga aset dan kekayaan (wealth) masyarakat yang selanjutnya
mempengaruhi pengeluaran investasi dan konsumsi.
Investasi

BI Rate Harga Asset Agg Demand Inflasi


Halaman 23

Konsumsi
i kebijakan ↑  harga asset (saham ) ↓  investasi ↓  GDP ↓ Inflasi ↓
i kebijakan ↑  harga asset ( saham) ↓  wealth ↓  konsumsi ↓ GDP ↓  Inflasi ↓
REGIONAL
MACROECONOMIC
MODEL OF BANK
INDONESIA
BAGIAN 5.
Halaman 24
REMBI : Pengenalan
Dalam rangka penguatan peran Bank Indonesia sebagai mitra strategis bagi pemerintah daerah, dilakukan pengembangan
model makroekonomi Provinsi Sulawesi Utara. Model REMBI Provinsi Sulawesi Utara yang dibangun dengan menggunakan
lima blok ekonomi (blok PDRB sisi permintaan, PDRB sisi penawaran, moneter, fiskal, dan harga) dimaksudkan untuk
membantu pengambilan keputusan, khususnya terkait proyeksi indikator ekonomi dan hubungan antarvariabel. Metode
yang digunakan adalah adalah two-step Error Correction Model (ECM) guna menangkap hubungan jangka pendek dan
jangka panjang yang lebih baik.

JALUR PENGARUH SUKU BUNGA (BI RATE) DI DALAM MODEL MAKRO EKONOMI SULUT

Volume Kredit INFLASI SULUT

Suku Bunga Suku Bunga Investasi


BI RATE PDRB
Simpanan Kredit Swasta
Halaman 25

Disposable Konsumsi
Income Rumah Tangga
REMBI : Simulasi Shock BI Rate : Data Historis
Jalur utama dari transmisi shock BI rate di dalam model REMBI adalah melalui jalur suku bunga dan jalur nilai tukar. Melalui
jalur suku bunga, shock berupa kenaikan BI rate sebesar 1% menyebabkan perbankan menaikkan suku bunga simpanan dan
berlanjut pada meningkatnya suku bunga kredit sehingga menyebabkan pemintaan kredit kepada perbankan pun turun. Hal
tersebut kemudian berdampak pada menurunnya aliran dana investasi, khususnya pada private investor.
Efek Parsial Thdp PDRB (%) Efek Parsial Thdp Inflasi (%)
0.010 0.010

0.005
0.005
0.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 0.000
-0.005
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
-0.010 -0.005

-0.015
-0.010
-0.020

-0.025 -0.015

-0.030 Inflasi Umum Core Inflation Volatile Food


Administered Price Deflator Ekspor Deflator Impor
Konsumsi Investasi Ekspor Impor PDRB

Di sisi lain, peningkatan yang terjadi pada suku bunga simpanan juga menyebabkan peningkatan opportunity cost dari
kegiatan konsumsi yang mendorong masyarakat untuk menyimpan dananya dan mengurangi konsumsi. Turunnya investasi
dan konsumsi rumah tangga akan berdampak pada menurunnya PDRB karena keduanya merupakan komponen dari PDRB.
Halaman 26

Sebagaimana ditunjukkan pada grafik hasil simulasi, shock kenaikan BI rate sebesar 1% memberikan dampak pada turunnya
konsumsi dan investasi dengan lag sekitar empat triwulan. Selain itu, shock kenaikan BI rate sebesar 1% juga menyebabkan
tekanan inflasi berkurang sebagaimana ditunjukkan pada grafik hasil simulasi.
Simulasi Shock BI Rate : Proyeksi 2015 - 2016
Panjangnya lag serta jalur transmisi kebijakan moneter (suku bunga) menyebabkan pengaruh perubahan BI Rate tidak
terlalu memberi dampak signifikan bagi pergerakan PDRB maupun Inflasi di Sulawesi Utara.

SHOCK BI RATE (KENAIKAN) SEBESAR 1% SELAMA PERIODE 2015-2016...

% (YoY) 2015Q1 2015Q2 2015Q3 2015Q4 Total 2016Q1 2016Q2 2016Q3 2016Q4 Total2

PDRB (Baseline) 6.493843 6.339923 6.453341 7.171820 6.640547 7.083581 7.027284 6.651848 6.720856 6.856120
PDRB (Simulasi) 6.493824 6.339906 6.453341 7.171791 6.640530 7.082277 7.024743 6.649494 6.718498 6.853950
Selisih -0.000019 -0.000017 0.000000 -0.000029 -0.000016 -0.001303 -0.002541 -0.002354 -0.002359 -0.002170
Inflasi (Baseline) 8.612729 9.552525 9.403149 5.086791 5.086791 6.687116 4.702512 6.130628 4.515183 4.515183
Inflasi (Simulasi) 8.612729 9.552525 9.403149 5.086791 5.086791 6.687116 4.702512 6.130460 4.514655 4.514655
Selisih 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 -0.000168 -0.000527 -0.000527

• Pada hasil proyeksi, kenaikan BI Rate menyebabkan PDRB mengalami penurunan sementara tingkat inflasi baru
terpengaruh pada kuartal ke 3 tahun 2016 namun dengan nilai yang tidak signifikan.
• Kebijakan moneter yang lebih memiliki pengaruh di tingkat pusat/nasional relatif kecil pengaruhnya di tingkat daerah,
oleh karena itu kebijakan/dorongan fiskal baik APBN maupun APBD dapat lebih mempengaruhi pergerakan indikator
Halaman 27

makro ekonomi utama di darah.


TERIMA KASIH
Halaman 28
LAMPIRAN : BLOK SIMULTAN REMBI
Blok Moneter

Suku Bunga Suku Bunga Volume


Simpanan Kredit Kredit

Blok Fiskal PDB (Dunia,


Disposable Investasi Investasi Nilai Tukar
Nasional,
Income Swasta Pemda Riil
Daerah Lain)

C I Gc X M

Blok PDRB-Permintaan PDRB

Output Inflasi
Gap Regional

Blok Harga
Halaman 29

Deflator Deflator
Konsumsi Investasi
Blok PDRB-Penawaran Output Potensial

Anda mungkin juga menyukai