Anda di halaman 1dari 21

Pemberdayaan Perempuan dan

Pengembangan Desa Wisata Melalui


Kerajinan Tenun Ikat
di Desa Wailiang, Kecamatan Kota Waikabubak, Kabupaten Sumba
Barat, Nusa Tenggara Timur
Anggota Kelompok

Naufal Falih Ardenanda Pipin Mayrani L. M. Vidta Dinifatik C.


(19/439249/PN/15911) (19/439250/PN/15912) (19/439258/PN/15920)

Khasanah Kartika Dewi Salma Tsabitah K. Sanditha Setya W.


(20/455622/PN/16522) (20/455623/PN/16523) (20/455624/PN/16524)
Permasalahan
Ketimpangan Gender
Pada prinsipnya, konsep gender memfokuskan perbedaan
Gender pada hakikatnya lebih peranan antara laki-laki dan perempuan berdasarkan norma
menekankan aspek maskulinitas dan sosial dan nilai budaya dan dibentuk oleh masyarakat
feminitas seseorang dalam budaya setempat. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya
kesenjangan pada level individu, keluarga, komunitas, dan
tertentu dan kesenjangan aspek usaha dalam menjalankan aktivitas sehari-hari di Desa
kedudukan sosial (Sulistyowati, 2020) Wailiang, Waikabubak, Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur.

Level Individu
Level Usaha

1 3
Perempuan memiliki kekuatan
Perempuan minim informasi
pengambilan keputusan rendah
pelatihan dan akses pasar,
akibat norma sosial dan budaya di
sehingga pendapatan keluarga
daerah tersebut
rendah

Level Keluarga Level Komunitas


Ketimpangan pemilikan aset
tanah, tingkat pendidikan rendah,
2 4 Partisipasi perempuan pasif
dalam kelompok (hanya
sering mengalami double burden, mengurus logistik) dan
penyalahan tradisi “Kawin Paksa” kepemimpinan rendah.
Tujuan
Memfasilitasi terciptanya keterlibatan perempuan melalui pendampingan
kerajinan tenun ikat.

Membangun kepercayaan diri dan kemandirian perempuan untuk meningkatkan


perekonomian secara mandiri di luar kegiatan rumah tangga.

Menempatkan perempuan sebagai aktor utama dalam kerajinan tenun ikat,


sehingga tercipta kesadaran akan potensi yang dimiliki.

Mendorong produksi kerajinan tenun ikat dengan kualitas terbaik sebagai daya
tarik wisata.

Mengetahui upaya stakeholder untuk memberdayakan perempuan pengrajin


tenun ikat.
Proyek Sosial
SDGS
Proyek sosial yang direncanakan sejalan dengan target
mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yaitu
nomor 5 (Gender Equality) dan nomor 8 (Decent Work and
Economic Growth). Untuk mengatasi permasalahan di
Desa Wailiang, Kec. Kota Waikabubak, Kab. Sumba Barat,
NTT diciptakan proyek sosial berupa pemberdayaan
perempuan melalui kerajinan tenun ikat untuk
meningkatkan kontribusi dan keterlibatan perempuan
dalam mengembangkan usaha secara mandiri di luar
kegiatan rumah tangga.
Kegiatan
Proyek Sosial
Pengembangan Kerajinan Tenun Ikat

Perempuan akan dilibatkan dan diberi pendampingan terlebih dahulu,


kemudian dilakukan praktik secara mandiri.

Bagi masyarakat Sumba Barat, NTT, tenun bukan sekedar kain, tetapi
sesuatu yang penting dalam budaya setempat. Kualitas tenun ikat
dengan berbagai corak khas Sumba Barat, NTT harus dipertahankan
sebagai warisan budaya dan daya tarik konsumen untuk membeli.

Diperlukan pola pikir dari para pengrajin secara berkesinambungan


dalam meningkatkan kualitas produk, akses pemasaran, serta promosi
melalui media massa maupun media elektronik.
Capaian
Proyek Sosial
Melakukan pendekatan kepada perempuan pengrajin tenun ikat dengan
memberikan pemahaman mengenai potensi perempuan untuk
mengembangkan usaha/peningkatan kesadaran dan kontribusi melalui
tahapan program yg direncanakan.

Proses pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan perempuan pengrajin


tenun ikat dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan sehingga membawa
dampak positif bagi sektor pariwisata, utamanya dalam pengembangan
desa wisata di Wailiang, Kecamatan Kota Waikabubak, Kabupaten Sumba
Barat, Nusa Tenggara Timur.
Steps dalam
Perencanaan
Kewirausahaan Sosial
Envisioning
Mengidentifikasi masalah, kebutuhan, dan intervensi yang tepat
pada perempuan di Desa Wailiang dengan melakukan observasi
lebih mendalam terkait ketimpangan gender.

Formulating
Merancang program yang tepat bagi perempuan di Desa Wailiang
untuk menyelesaikan permasalahan dan mengomunikasikan
program tersebut kepada stakeholders terkait.
Taking action
Mengambil tindakan-tindakan yang tepat dalam mengatasi
permasalahan dan mencapai tujuan dari program yang telah dirancang.
● Meningkatkan partisipasi perempuan dan kelompok yang
terpinggirkan dalam pelatihan menenun
● Membuat diskusi tematik bagi seluruh sasaran dengan tema gender
● Mendampingi pelatihan menenun yang dirancang untuk sasaran

Evaluating
Mengevaluasi hasil dari program yang telah dilakukan sehingga dapat
dilakukan perbaikan dengan meninjau secara berkala dan melakukan
penilaian person to person.
Sustaining
Mempertahankan program yang telah dirancang agar
berjalan dengan konsisten
● Mempertahankan hubungan kerja sama yang telah
terjalin dengan stakeholders internal maupun eksternal
● Memperluas relasi stakeholders
Pemetaan Stakeholders
dan Perannya
INTERNAL

● Komunitas Sanggar Tenun


Mewadahi dan tempat pelatihan menenun
● Kepala Desa Wailiang, Kecamatan Kota Waikabubak
Memberikan perizinan terhadap kegiatan tenun ikat,
memfasilitasi kegiatan pameran tenun ikat, dan mendukung
kegiatan tersebut
● Toko Benang di Kecamatan Kota Waikabubak
Memberikan bantuan dan suplai benang untuk ditenun
EKSTERNAL

● Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil Menengah dan Perindustrian dan Perdagangan
Menetapkan kebijakan teknis, memberikan perizinan atas usaha yang dijalankan, serta memberi
pelatihan mengenai tenun ikat.
● Dinas Pariwisata
Mendukung pengembangan pariwisata daerah melalui kerajinan tenun serta mendukung pameran
kain ikat tenun sebagai objek wisata
● Pemerintah Kabupaten Sumba Barat
Melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat, memberikan fasilitas pendukung, dan
mengadakan kegiatan pameran kain tenun ikat
● Bank
Pemberian bantuan usaha dari Bank kepada para usaha tenun di Sumba Barat.
● Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana
Melakukan pemberdayaan perempuan, melakukan pengarusutamaan gender (PUG), serta
melayani jika terdapat keluhan dari program yang dilaksanakan
Referensi
Palaon, H., dan L. A. Dewi. 2019. Pemberdayaan Perempuan melalui
Kewirausahaan Sosial dalam Mendorong Kemandirian Ekonomi. TNP2K:
The National Team for The Acceleration of Poverty Reduction.

Samadara, S., J. S. Sir., dan P. D. Samadara. 2018. Pemberdayaan


perempuan pengrajin tenun ikat di Kampung Prai Ijing, Desa Tebar,
Kecamatan Kota, Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur untuk
meningkatkan perekonomian keluarga dan mendukung pengembangan
pariwisata daerah. Jurnal Akuntansi, Keuangan dan Audit 3(1): 44-53.

Sulistyowati, Y. 2020. Kesetaraan gender dalam lingkup pendidikan dan tata


sosial. Ijougs: Indonesian Journal of Gender Studies. 1(2): 1-14.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai