Data Laporan Antara
Data Laporan Antara
KATA PENGANTAR
CV. PRATAMA DIPA selaku Konsultan Perencana pada Jasa Konsultansi Feasibility study
Pengembangan/Pembangunan Pelabuhan Perikanan Pantai Eretan Indramayu berkewajiban
untuk membuat Laporan Antara, penyusunan Laporan Antara ini didukung dari hasil Survey
Pendahuluan yangg telah selesai dilaksanakan sebelumnya dan hasil diskusi ataupun arahan
dari Pemerintah setempat serta Instansi yang terkait dengan pekerjaan ini, sehingga laporan ini
diharapkan sudah merupakan kesamaan pandang terhadap pelaksanaan pekerjaan. Secara
umum Laporan Antara ini berisi tentang : Pendahuluan, Tinjauan Pelabuhan Perikanan,
Gambaran Umum Wilayah Perencanaan, Pendekatan Feasibility Study
Dengan Laporan Antara ini, diharapkan akan dapat memenuhi dan membantu tercapainya
sasaran pekerjaan. Demikian kami ucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan untuk
penyelesaian pekerjaan ini.
DARMOKO, S.T
Direktur
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR..................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .........................................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................................... 5
DAFTAR TABEL .........................................................................................................................6
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................7
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................7
1.2 Maksud Dan Tujuan......................................................................................................10
1.3 Sasaran........................................................................................................................ 10
1.4 Ruang Lingkup..............................................................................................................11
1.5 Standar Teknis..............................................................................................................12
1.6 Referensi Hukum..........................................................................................................12
1.7 Lokasi Kegiatan............................................................................................................13
1.8 Informasi Kegiatan........................................................................................................14
3
BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN.............................................................51
3.1 Letak Dan Keadaan Alam Desa Eretan Wetan Dan Desa Eretan Kulon......................51
3.2 Luas Tanah Berdasarkan Penggunaan Lahan Di Desa Eretan Wetan Dan Desa
Eretan Kulon.................................................................................................................52
3.3 Penduduk Menurut Umur Dan Jenis Kelamin...............................................................54
3.4 Penduduk Menurut Mata Pencaharian.........................................................................56
3.5 Pendidikan.................................................................................................................... 58
3.6 Aspek Keagamaan....................................................................................................... 59
3.7 Sarana Dan Prasarana Kesehatan Di Desa Eretan Wetan Dan Kulon.........................61
3.8 Jumlah Sarana Perekonomian Dan Lembaga Keuangan Yang Terdapat Di Desa
Eretan
Wetan Dan Eretan Kulon..............................................................................................62
3.9 Gambaran Perikanan Desa Eretan Wetan Dan Desa Eretan Kulon.............................63
3.9.1 Kud Misaya Mina Eretan Wetan...................................................................................63
3.9.2 Kud Mina Bahari Eretan Kulon......................................................................................70
DAFTAR GAMBAR
4
Gambar 1.1 Lokasi Pekerjaan................................................................................................13
Gambar 2.1 Bentuk umum lingkungan pelabuhan dengan lindungan pemecah gelombang..22
Gambar 2.2 Kedalaman Alur Pelayaran.................................................................................41
Gambar 3.1 Wilayah Eretan Kulon dan Eretan Wetan...........................................................52
Gambar 3.2 Penggunaan Lahan di Desa Eretan Wetan dan Desa Eretan Kulon..................54
Gambar 4.1. Filosofi Dasar Pekerjaan Studi Kelayakan.........................................................91
Gambar 4. 2 Grafik Pasang Surut Perairan Eretan Kulon...................................................102
Gambar 4. 3 Akses Jalan Menuju Lokasi............................................................................104
Gambar 4. 14 Jalan Pantai Eretan Kulon- Akses Utama Jalan...........................................105
DAFTAR TABEL
5
Tabel 2.1 Tinggi Gelombang Yang di perkenanankan dikaitkan dengan besaran
ukuran dan jenis kapal............................................................................................21
Tabel 3.1 Luas Tanah Berdasarkan Jenis Penggunaannya di Desa Eretan Wetan...............53
Tabel 3.2 Luas Tanah Berdasarkan Jenis Penggunaannya di Desa Eretan Kulon................53
Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Desa Eretan Wetan.........55
Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Desa Eretan Kulon..........56
Tabel 3.5 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Eretan Wetan...................57
Tabel 3.6 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Eretan Kulon....................58
Tabel 3.7 Sarana Pendidikan di Desa Eretan Wetan.............................................................59
Tabel 3.8 Sarana Pendidikan di Desa Eretan Kulon...............................................................59
Tabel 3.9 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama yang Dianut di Desa Eretan Wetan.........60
Tabel 3.10 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama yang Dianut di Desa Eretan Kulon........60
Tabel 3.11 Sarana Ibadah di Desa Eretan Wetan..................................................................60
Tabel 3.12 Sarana Ibadah di Desa Eretan Kulon...................................................................61
Tabel 3.13 Jenis Sarana dan Prasarana Kesehatan di Desa Eretan Wetan dan
Desa Eretan Kulon................................................................................................61
Tabel 3.14 Jumlah Sarana Perekonomian dan Lembaga Keuangan di
Desa Eretan Wetan................................................................................................62
Tabel 3.15 Jumlah Sarana Perekonomian dan Lembaga Keuangan di Desa Eretan Kulon. .63
Tabel 3.16 Perbandingan Hasil Pelelangan Ikan dari Tahun 2020 ke 2021...........................66
Tabel 3.17 Perkembangan Anggota dari Tahun 2020 ke 2021..............................................71
Tabel 3.18 Susunan Pengurus Pengawas Susunan Karyawan) ...........................................71
Tabel 3.19 Unit Usaha yang ada di KUD Mina Bahari Eretan Kulon......................................73
Tabel 4. 1 Kondisi Fasilitas Sarana Prasarana PP Eretan.....................................................93
Tabel 4. 2 Rekapitulasi Hasil Survei Tachimetri Perairan Eretan Kulon.................................97
BAB I PENDAHULUAN
6
1.1 Latar Belakang
Pelabuhan dan aktivitasnya mempunyai peran penting dan strategis untuk
pertumbuhan industri dan perdagangan serta merupakan segmen usaha yang dapat
memberikan kontribusi bagi pembangunan nasional. Hal ini membawa konseskuensi
terhadap pengelolaan segmen usaha pelabuhan tersebut agar pengoperasiannya dapat
dilakukan secara efektif, efisien dan professional. Pelabuhan perikanan sebagaimana
diatur dalam Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 adalah tempat yang terdiri
atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat
kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai
tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan. Keberadaan
pelabuhan perikanan diperlukan untuk memperlancar aktivitas perikanan tangkap mulai
saat pendaratan sampai pada pemasarannya. Oleh karena itu keterpaduan antara fasilitas
dan aktivitas di pelabuhan perikanan mutlak diperlukan guna memperoleh hasil yang
optimal. Keberadaan Pelabuhan Perikanan sangat diperlukan guna menunjang aktivitas
perikanan dalam kegiatan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya ikan mulai dari
kegiatan praproduksi, produksi, pengolahan, pemasaran ikan dan pengawasan sumber
daya ikan.
Pelabuhan perikanan memiliki fungsi yang sangat strategis yang mencakup fungsi
pemerintahan dan fungsi pengusahaan yang mempunyai dampak (multiplier effect) berupa
pengembangan perekonomian wilayah, penyerapan tenaga kerja, serta pertahanan dan
keamanan wilayah.
Untuk mewujudkan pelabuhan perikanan yang dapat menunjang aktivitas perikanan
diperlukan suatu perencanaan pembangunan atau pengembangan pelabuhan perikanan
yang terencana, baik yang dilakukan oleh Kementerian, pemerintah daerah
provinsi/kabupaten/kota dan swasta, dengan memperhatikan daya dukung sumber daya
ikan di masing-masing Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-
NRI).
Perencanaan pembangunan atau pengembangan pelabuhan perikanan yang
dituangkan dalam Rencana Induk Pelabuhan Perikanan Nasional (RIPPN) merupakan
7
amanat Pasal 41 ayat (2) huruf a Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Pelabuhan
perikanan sebagai tempat kegiatan perikanan bagi nelayan dan operasional kapal
perikanan diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.
Operasional pelabuhan perikanan dilakukan untuk melayani kebutuhan nelayan dan kapal
perikanan, aktivitas pengolahan dan pemasaran produk perikanan, aktivitas perbaikan
kapal dan jasa terkait lainnya.
Dalam upaya mendukung pengembangan otonomi daerah, setiap potensi
sumberdaya alam atau sektor pembangunan harus dimanfaatkan secara optimal, dengan
tetap memperhatikan dan menerapkan prinsip-prinsip kelestarian dan keberlanjutan. Dari
berbagai sektor dan subsektor pembangunan nasional, Sektor Kelautan dan Perikanan
(terutama subsektor perikanan tangkap) memberikan kontribusi besar terhadap
pendapatan negara (khususnya dari Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP)
dibandingkan sektor atau subsektor pembangunan nasional lainnya.
Pelabuhan Perikanan Pantai Eretan Indramayu sebagai satu dari 101 PPI yang ada
di Propinsi Jawa Sarat mempunyai fasilitas yang cukup lengkap untuk standar sebuah PPI,
baik fasilitas pokok, fungsional maupun tambahan serta produksi yang cukup tinggi dari 14
PPI yang ada di Kabupaten Indramayu pada tahun 1998. Selain itu, juga merupakan salah
satu PPI sentra di Propinsi Jawa Sarat yang terletak di Kabupaten Indramayu berdasarkan
SK No. 523/4324-SK/Pras. yang dikeluarkan oleh Dinas Perikanan Propinsi Jawa Barat
Tahun 1998. Namun demikian pengelolaannya masih tidak efektif dan tidak efisien. Selain
itu, letak dari daratan pelabuhan yang ada pada satu sisi badan sungai, mengakibatkan
alur kegiatan di perairan tidak searah dengan alur kegiatan didarat, sehingga perlu
penataan fasilitas yang baik. Oleh karena itu Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui
Dinas Kelautan UPTD Pelabuhan Perikanan Muara Ciasem ingin berpartisipasi menata
kembali dalam sebuah Kajian Jasa Konsultansi Feasibility study
Pengembangan/Pembangunan Pelabuhan Perikanan Pantai Eretan Indramayu yang
nantinya akan berkelanjutan dalam Rencana Induk Pelabuhan Perikanan Nasional
(RIPPN).
Pada tahun anggaran 2023 ini CV. Pratama Dipa sebagai salah satu mitra kerja
Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Kelautan UPTD Pelabuhan Perikanan
Muara Ciasem, mendapatkan kepercayaan untuk melakukan pekerjaan Jasa Konsultansi
8
Feasibility study Pengembangan/Pembangunan Pelabuhan Perikanan Pantai Eretan
Indramayu, sesuai dengan Surat Perintah Kerja Nomor : 2312/PL.03.02/PPMC tanggal 21
November 2023.
Studi ini dimaksudkan untuk menyusun kerangka pengembangan pelabuhan
perikanan di Pelabuhan Perikanan Pantai Eretan Indramayu berdasar potensi dan kondisi
(existing condition) wilayah. Berdasar hasil survei lapangan dan studi literatur dari berbagai
riset yang telah dilakukan, diketahui bahwa Kabupaten Indramayu memiliki potensi wilayah
cukup besar untuk membangun fasilitas penangkapan ikan dalam upaya memanfaatkan
potensi sumberdaya perikanan secara optimal. Meskipun demikian, harapan ini masih
terkandala penyediaan fasilitas perikanan tangkap dengan kapasitas/daya tampung besar
serta keterbatasan anggaran pemerintah dan pemerintah daerah.
Agar tujuan pembangunan PPI dapat terencana dan terealisasi dengan baik, maka
idealnya studi pengembangan suatu pelabuhan harus disusun berdasar kajian yang
mendalam, tajam dan terpercaya berasarkan data akurat terkini. Pada tahap
prakelayakan/kelayakan, akan dikaji alternatif awal lokasi pelabuhan dan kelayakannya
secara teknis dan ekonomis. Dari berbagai alternatif yang dikembangkan pada tahap
prastudi kelayakan/kelayakan, dapat dipilih alternatif yang paling berpeluang untuk
ditindaklanjuti dengan kajian kelayakan teknis dan ekonomis. Pada tahap ini akan dikaji
beberapa alternatif lokasi pembangunan dengan berbagai aspek pendukungannya.
Hasil kajian tersebut dapat dilanjutkan dengan penyusunan masterplan atau detail
desain untuk membuat rancangan terinci dari pelabuhan yang akan dibangun. Hingga
tahap tersebut, kelayakan ekonomis dan teknis telah dievaluasi, serta pada tahap terahir
kelayakan pembangunan pelabuhan dari aspek lingkungan harus dikaji melalui Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
9
2) Mendapatkan informasi terkait dengan analisis kelayakan teknis, ekonomi, sosial
pembangunan pelabuhan perikanan.
3) Mendapatkan perkiraan awal biaya konstruksi dan opsi pembiayaan yang
memungkinkan.
4) Mendapatkan informasi dan kajian terkait dengan diperlukannnya keterlibatan
pemangku kepentingan, termasuk lingkup dan isu-isu penting yang perlu diperhatikan
untuk melibatkan pemangku kepentingan.
5) Menjadi dasar dan petunjuk pelaksanaan kegiatan (guidance) dalam menyusun
kegiatan perencanaan Sarana dan Prasarana PP (Pelabuhan Perikanan)
6) Memberikan kesempatan untuk mengembangkan gagasan dan ide untuk
pengembangan Pelabuhan Perikanan Eretan
1.3 Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah Area Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Eretan di
Kabupaten Indramayu sehingga tersedia data terkini mengenai kondisi pelabuhan tersebut
yang dapat digunakan untuk pelaksanaan konstruksi dimasa depan.
10
b) Pengumpulan dan Review data sebelumnya (desk study);
c) Menyusun Laporan Pendahuluan / rencana kerja.
2) Survey Lapangan
Survey ini meliputi pengenalan kondisi lokasi pembangunan pelabuhan perikanan dan
pengamatan lapangan. Survey Lapangan ini mencakup:
d) Survey Pendahuluan
e) Survey Data Sekunder yang mencakup survey Data-data pendukung lainnya
11
b. Undang -Undang No. 32 Tahun 2014 tentang Kelautan; Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 27 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Kelautan
dan Perikanan;
c. Perpres No. 12 Tahun 2021 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
d. Peraturan LKPP No. 11/2021 tentang Pedoman Perencanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah
e. Peraturan LKPP No 12/2021 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Melalui
Penyedia Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 910/KEP.790-BPKAD/2022 Tahun
2022 tentang Perubahan Atas Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 910/Kep.365-
BPKAD/2022 tentang Standar Biaya Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat
f. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER.08/MEN/2012 tentang
Kepelabuhanan Perikanan;
g. PERDA – PERDA bagi Pelabuhan Perikanan yang dikelola oleh PEMDA;
h. Dokumen kontrak jasa konsultansi yang menjadi dasar pelaksanaan tugas personel
konsultan;
i. Referensi hukum lainnya yang diperlukan dan dianggap penting.
j. Dokumen lain yang dikeluarkan Kementerian Kelautan danPerikanan yang relevan.
12
Gambar 1.1 Lokasi Pekerjaan
1.8 Informasi Kegiatan
1) PENGGUNA JASA
- Nama PPK : AHMAN KURNIAWAN, S.PI.
- NIP : 19671001 198901 1 009
- Jabatan : Pejabat Pembuat Komitmen
- Satuan Kerja : UPTD Pelabuhan Perikanan Muara Ciasem
Dinas Kelautan Pemerintah Provinsi Jawa Barat
2) PENYEDIA JASA.
- Konsultan Perencana : CV. PRATAMA DIPA
- Nama : DARMOKO, S.T
13
- Jabatan : Direktur
- Alamat : Jl. Kapten Arya Gang 28 No.06 RT.02/RW.001
Karang Malang, Indramayu 45213
3) KONTRAK PEKERJAAN.
- Sub Kegiatan : Penyediaan Sarana dan Prasarana Pelabuhan
Perikanan
- Pekerjaan : Feasibility study Pengembangan/ Pembangunan
Pelabuhan Perikanan Pantai Eretan Indramayu
- Lokasi Kegiatan : PPP Eretan, Muara Pantai Eretan Kulon
Jl. KUD Mina Bahari Eretan Kulon, Desa Eretan Kulon
Kec Kandanghaur Kab. Indramayu, Prov. Jawa Barat
- Waktu : 30 Hari Kalender (21 Nopember s.d 21 Desember 2023)
- No Kontrak : 2312/PL.03.02/PPMC
- Tanggal Kontrak : 21 November 2023.
- Pembiayaan :
1) Sumber Dana : APBD Propinsi 2023
2) Nilai Kontrak : Rp. 99.800.000,-
( Sembilan Puluh Sembilan Juta Delapan Ratus Ribu
Rupiah )
14
penyelesaiannya. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan dituntut adanya Kajian yang matang dengan dasar-dasar Studi yang baik.
15
i) berperan sebagai pusat distribusi peti kemas/curah/general cargo/penumpang
di
j) tingkat nasional dan pelayanan angkutan peti kemas internasional;
2. Pelabuhan Pengumpul:
a) kebijakan Pemerintah yang meliputi pemerataan pembangunan nasional dan
meningkatkan pertumbuhan wilayah;
b) memiliki jarak dengan pelabuhan pengumpul lainnya setidaknya 50 mil;
c) berada dekat dengan jalur pelayaran nasional ± 50 mil;
d) memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari gelombang;
e) berdekatan dengan pusat pertumbuhan wilayah ibukota provinsi dan kawasan
pertumbuhan nasional;
f) kedalaman minimal pelabuhan –7 m-LWS;
g) memiliki dermaga multipurpose minimal 1 tambatan dan peralatan bongkar
muat;
h) berperan sebagai pengumpul angkutan peti kemas/curah/general
cargo/penumpang nasional;
i) berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang umum nasional;
16
f) berperan melayani angkutan laut antar kabupaten/kota dalam propinsi;
g) memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari gelombang;
h) melayani penumpang dan barang antar kabupaten/kota dan/atau antar
kecamatan dalam 1 (satu) provinsi;
i) berada dekat dengan jalur pelayaran antar pulau ±25 mil;
j) kedalaman maksimal pelabuhan –7 m-LWS;
k) memiliki dermaga dengan panjang maksimal 120 m;
l) memiliki jarak dengan Pelabuhan Pengumpan Regional lainnya 20 – 50 mil.
17
2.3 Pemilihan lokasi pelabuhan
Pemilihan lokasi untuk membangun pelabuhan meliputi daerah pantai dan daratan.
Pemilihan lokasi tergantung pada beberapa faktor seperti kondisi tanah dan geologi,
kedalaman dan luas daerah perairan, perlindungan pelabuhan terhadap gelombang, arus
dan sedimentasi, daerah daratan yang cukup luas untuk menampung barang yang akan
dibongkar muat, jalan-jalan untuk transportasi, dan daerah industri di belakangnya.
Pemilihan lokasi pelabuhan harus mempertimbangkan berbagai faktor tersebut.
Tetapi biasanya faktor-faktor tersebut tidak bisa semuanya terpenuhi, sehingga
diperlukan suatu kompromi untuk mcndapatkan hasil optimal. Tinjauan daerah perairan
menyangkut luas perairan yang diperlukan untuk alur pelayaran, kolam putar (fuming
basin), penambatan dan tempat berlabuh, dan kemungkinan pengembangan pelabuhan di
masa mendatang. Daerah perairan ini harus terlindung dari gelombang, arus dan
sedimentasi. Untuk itu beberapa pelabuhan ditempatkan di daerah terlindung seperti di
belakang pulau, di teluk, di muara sungai atau estuari. Daerah ini terlindung dari
gelombang tetapi tidak terhadap arus dan sedimentasi.
Keadaan daratan tergantung pada fungsi pelabuhan dan fasilitas yang berhubungan
dengan tempat pengangkutan, penyimpanan dan industri Pembangunan suatu pelabuhan
biasanya diikuti dengan perkernbangan daerah di sekitarnya. Untuk itu daerah daratan
harus cukup luas untuk mengantisipasi perkembangan industri di daerah tersebut.
Berbagai faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi pelabuhan adalah sebagai
berikut ini.
1. Biaya pembangunan dan perawatan bangunan-bangunan pelabuhan, termasuk
pengerukan pertama yang harus dilakukan.
2. Biaya operasi dan pemeliharaan, terutama pengerukan endapan di alur dan kolam
pelabuhan.
18
cukup luas dan dangkal untuk memungkinkan perluasan daratan dengan melakukan
penimbunan pantai tersebut. Daerah yang akan digunakan untuk perairan pelabuhan
harus mempunyai kedalaman yang cukup sehingga kapal- kapal bisa masuk ke
pelabuhan.
Selain keadaan tersebut, kondisi geologi juga perlu diteliti mengenai sulit tidaknya
melakukan pengerukan daerah perairan dan kernungkinan menggunakan hasil
pengerukan tersebut untuk menimbun tempat lain. Di beberapa tempat, daerah pantai
(daratan) merupakan daerah rawa yang sering tergenang air pada waktu air pasang dan
merupakan tanah yang mempunyai daya dukung sangat rendah untuk mendukung
bangunan- bangunan di atasnya. Untuk itu apabila di daerah perairan diperlukan pe
ngerukan, dan jika tanah kerukan berupa pasir, maka tanah tersebut dapat digunakan
untuk menimbun daerah yang akan didirikan bangunan.
19
2.3.3 Tinjauan Gelombang dan arus
Gelombang menimbulkan gaya-gaya yang bekerja pada kapal dan bangunan
pelabuhan. Untuk menghindari gangguan gelombang terhadap kapal yang berlabuh maka
dibuat bangunan pelindung yang disebut pemecah gelornbang.
Di dalam tinjauan pelayaran, diharapkan bahwa kapal-kapal dapat masuk ke
pelabuhan menurut alur pelayaran lurus (tanpa mernbelok) dan alur tersebut harus searah
dengan arah penjalaran gelombang terbesar dan arah arus. Suatu mulut pelabuhan yang
besar akan memudahkan kapal memasuki pelabuhan.
Akan tetapi pada umumnya persyaratan-persyaratan untuk kemudahan pelayaran
tidak bias semuanya dipenuhi. Mulut pelabuhan yang besar dan menghadap arah
datangnya gelombang akan menyebabkan masuknya energy gelombang yang besar ke
pelabuhan, sehingga mengganggu kapal yang sedang bongkar muat barang. Demikian
juga mulut pelabuhan yang menghadap arah arus juga akan menyebabkan sedimentasi di
pelabuhan. Oleh karena itu harus diambil kompromi sehingga didapat pelabuhan yang
andal dan memungkinkan kapal-kapal dapat berlabuh dengan mudah.
Pengetahuan gelombang laut biasa dikenal juga sebagai ombak laut sangat penting
bagi perencana pelabuhan. Tergantung dari kegunaan pelabuhan, tinggi gelombang (H)
sebesar 0,80 m tidak berarti bagi kapal sebesar (100.00 - 300.000) DWT, tetapi
gelombang tersebut sudah cukup mengganggu kapal sebesar 3.000 DWT untuk
melakukan bongkar muat. Tugas perencana adalah dapat memperkecil tinggi gelombang
di dalam perairan pelabuhan. Sebagai gambaran umum, di bawah ini kami berikan skema
kriteria besar gelombang yang cukup agar suatu jenis kapal dapat melakukan bongkar
muat sesuai gambar yang dimuatnya, yaitu:
20
Kapal RO/RO (Roll on/Roll off) maks 0,2 m
Barang cair /gas kapal tanker (uk.50.000 DWT) Maks 1,2 m
Barang khusus LASH (ligther aboard ship) mkas 0,6
kapal peti kemas
BACAT (barge aboard Catamaran)
untuk memungkinkan agar kapal adapat melakukan bongkar muat biasanya di buat
pelabuhan buatan. pelabuhan ini dibangun dengan tujuan memperkecil tinggi gelombang
datang, yaitu dengan cara melindungi daerah lautnya dengan pemecah gelombang (break
water).
Pemecah gelombang merupakan pelindung utama bagi pelabuhan buatan. Tujuan
utama mengembangkan pemecah gelombang adalah melindungi daerah pedalaman
perairan pelabuhan, yaitu memperkecil tinggi gelombang lauf sehingga kapal dapat
berlabuh dengan tenang guna dapat melakukan bongkar muat.
\\
Gambar 2.1 Bentuk umum lingkungan pelabuhan dengan lindungan pemecah gelombang
21
terbuka. Bila pasang surut lebih dari 5m, maka terpaksa dibuat suatu pelabuhan tertutup
yang dilengkapi dengan pintu air untuk memasukkan dan mengeluarkan kapal. Di
sebagian besar perairan Indonesia, tinggi pasang surut tidak lebih dari 2m sehingga
digunakan pelabuhan terbuka.
Untuk pelayaran, kapal-kapal memerlukan kedalaman air yang sama dengan sarat
(draft) kapal ditambah dengan suatu kedalarnan tambahan. Kedalaman air untuk
pelabuhan didasarkan pada frekuensi kapal- kapal dengan ukuran tertentu yang masuk ke
pelabuhan. Jika kapal-kapal terbesar masuk ke pelabuhan hanya satu kali dalam beberapa
hari, maka kapal tersebut hanya boleh masuk pada waktu air pasang. Sedang kapal- kapal
kecil harus dapat masuk ke pelabuhan pada setiap saat.
22
wilayah perencanaan dan permasalahannya berdasarkan aspek-aspek terkait sebagai
dasar penentuan pra kelayakan pembangunan pelabuhan, yang meliputi:
1. Aspek Kebijakan dan Tata Ruang, melakukan identifikasi terkait kebijakan-kebijakan
baik pemerintah pusat maupun daerah yang terkait dengan penyusunan studi.
Identifikasi ini sekaligus sebagai media evaluasi apakah kebijakan dan
perencanaanyang ada serta arahan pengembangan wilayah studi telah mendukung
pembangunan pelabuhan.
Sedangkan terkait dengan rencana tata ruang, difokuskan untuk:
- Mengidentifikasi distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya (rencana pola
ruang),
- Mengidentifikasi susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakatyang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional
(rencana struktur ruang), dan
- Mengidentifikasi bagian wilayah perencanaan yang penataan
ruangnyadiprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam
lingkup lokal,regional dan nasional terhadap ekonomi, sosial budaya, dan/atau
lingkungan(rencana kawasan strategis).
2. Aspek Transportasi Wilayah, Identifikasi pengembangan pelabuhan ditinjau dari
tingkatkemudahan dan keterjangkauan lokasi rencana pelabuhan terhadap jarak dan
waktu (Accessibility), identifikasi tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah
pergerakanyang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan atau jumlah pergerakan
yang tertarikke suatu tata guna lahan atau zona (Trip Generation), mengidentifikasi
pemodelan polapergerakan antar zona dengan mempertimbangkan pengaruh dari
tingkat aksesibilitasdan tingkat bangkitan dan tarikan tiap zona (Trip Distribution).
3. Aspek Ekonomi Wilayah, Identifikasi kondisi dan potensi wilayah belakang
(hinterland) yang akan dilayani oleh pelabuhan rencana serta mengidentifikasi
peluangpengangkutan komoditas potensial hinterland pelabuhan rencana.
23
No. Variabel Subvariabel Indikator
A. Teoiritis Menurut :
Menururt Bambang Triatmodjo (2003)
Pius Honggo Wijoyo (1992)
Henrikusgalih (2012)
Menurut Soedjono Kramadibrata (2002:98)
1 Karakteristik Tinjauan Topografi Hasil Pemodelan Topografi memiliki nilai yang rendah yang memliki
Perencanaan dan geologi kontur berbukit 100-500 Meter DPL
Pelabuhan dan Hasil Pemodelan Topografi memiliki nilai sedang Cukup Berbukit 0-
Teknis 100 Meter DPL
Hasil Pemodelan Topografi memiliki nilai yang tinggi yang memiliki
Pelabuhan
landau 0-100 Meter DPL
Tinjauan Hasil Pemodelan Topografi memiliki nilai yang tinggi yang memiliki
sedimentasi landau 0-100 Meter DPL
Tinjauan Hasil Pemodelan Hidro-oceanografi memiliki nilai yang rendah yang
Gelombang dan memliki kawasan yang di pengaruhi pasang surut, angina musim dan
Arus gelombang yang Tinngi
Hasil Pemodelan Hidro-oceanografi memiliki nilai sedang yang
memliki kawasan yang di pengaruhi pasang surut, angina musim dan
gelombang yang Sedang
Hasil Pemodelan Hidro-oceanografi memiliki nilai yang tinggi yang
memliki kawasan yang di pengaruhi pasang surut, angina musim dan
gelombang yang Rendah
Pasang surut dan Teridentifkasi Data Bathimetri memiliki nilai yang rendah dengan
kedalaman air mengacu pada KP 414 kedalaman pelabuhana pengumpan local
adalah ±4 M
Teridentifikasi Data Bathimetri memiliki nilai sedang dengan
mengacu pada KP 414 kedalaman pelabuhana pengumpan local
adalah ±4 M
Teridntifikasi Data bathimetri memiliki nilai yang tinggi dengan
mengacu pada KP 414 kedalaman pelabuhana pengumpan local
adalah ±4 M
Tinjauan Teridentifikasi bakal calon lokasi pelabuhan dengan meninjau
Pelabuhan alami adanya unsur pelabuhan alami dengan memiliki nilai tinggi yaitu
dan Buatan pada skala 10
calon lokasi Teridentifikasi bakal calon lokasi pelabuhan dengan meninjau
Pelabuhan adanya unsur harus di buat pelabuhan buatan dengan memiliki nilai
sedang yaitu skala 5
24
No. Aspek Sub Aspek Indikator Penilaian
Penilaian (Variabel)
Laiinya
Struktur Ruang (4%)
RIPN : Pelabuhan menjadi bagian dari Rencana Sistem Jaringan
Transportasi pada RIPN
RTRW Prov : Pelabuhan menjadi bagian dari Rencana Sistem Jaringan
Transportasi pada RTRW Prov
RTRW Kota/ : Pelabuhan menjadi bagian dari Rencana Sistem Jaringan
Kab Transportasi pada RTRW Kab/Kota
Tatrawil : Pelabuhan menjadi bagian dari Rencana Sistem Jaringan
Transportasi pada Tatrawil
Tatralok : Pelabuhan menjadi bagian dari Rencana Sistem Jaringan
Transportasi pada Tatralok
Usulan Pemda : Pelabuhan menjadi bagian dari Rencana Sistem Jaringan
Kabupaten Transportasi pada Kebijakan Lainya
Tidak Ada : Tidak terdapat pada kebijakan lainnya
25
No. Aspek Sub Aspek Indikator Penilaian
Penilaian (Variabel)
: Nilai IPM Rendah 61,22 – 69,71 %
3. ASPEK TRANSPORTASI WILAYAH (30 %)
Aksesibilitas Darat (7%)
Eksternal
Hierarkhi/Kelas : Nasional
Jalan : Provinsi
: Kota/ Kabupaten
Perkerasan : Hotmix
Jalan : Aspal (Standar/ Biasa)
: Perkerasan Tanah
Kondisi Jalan : Baik (Kerusakan < 20 % Km)
: Cukup (Kerusakan 20 - 50 % Km)
: Kurang (Kerusakan > 50 % Km)
Internal
Perkerasan : Hotmix
Jalan : Aspal (Standar/ Biasa)
: Perkerasan Tanah
Kondisi Jalan : Baik (Kerusakan < 20 % Km)
: Cukup (Kerusakan 20 - 50 % Km)
: Kurang (Kerusakan > 50 % Km)
Kesanggupan : RPJP
Pemda dalam : RPJM
Penyediaan : Tidak terdapat dalam rencana
Akses Jalan
Aksesibilitas Ke Pelabuhan Eksisting
Hierarkhi/Kelas : Nasional
Jalan : Provinsi
: Kota/ Kabupaten
Perkerasan : Hotmix
Jalan : Aspal (Standar/ Biasa)
: Perkerasan Tanah
Kondisi Jalan : Baik (Kerusakan < 20 % Km)
: Cukup (Kerusakan 20 - 50 % Km)
: Kurang (Kerusakan > 50 % Km)
Aksesibilitas Laut (7%)
Kondisi pelayanan angkutan laut
ketersediaan : Terdapat Jaringan/ Rute
jaringan : Tidak Terdapat Jaringan/ Rute
frekuensi/ : Tinggi / Ada Frekuensi
volume : Rendah/ Tidak Ada Frekuensi
Kondisi pelayanan kepelabuhanan eksisting sekitar
throughput :
Kunjungan : ADA
Kapal : TIDAK ADA
Alur Pelayaran
Kedalaman : Dalam
Perairan : Sedang
: Dangkal
Lebar : Lebar
: Cukup Lebar
26
No. Aspek Sub Aspek Indikator Penilaian
Penilaian (Variabel)
: Kurang
Bangkitan dan Tarikan Pergerakan (Trip Generation) (8%)
: Bangkitan dan Tarikan Pergerakan Tinggi
: Bangkitan dan Tarikan Pergerakan Sedang
: Bangkitan dan Tarikan Pergerakan Rendah
Sebaran Pergerakan (Trip Distribution) (8%)
Terhubung degan garis keinginan (desire line) Besar
Terhubung degan garis keinginan (desire line) Sedang
Terhubung degan garis keinginan (desire line) Kecil
4. ASPEK TEKNIS (25 %)
Topografi & : Hasil Pemodelan Topografi memiliki nilai yang rendah yang
Kelerengan memliki kontur berbukit 100-500 Meter DPL
: Hasil Pemodelan Topografi memiliki nilai sedang Cukup
Berbukit 0-100 Meter DPL
: Hasil Pemodelan Topografi memiliki nilai yang tinggi yang
memiliki landau 0-100 Meter DPL
Bathymetri : Teridentifkasi Data Bathimetri memiliki nilai yang rendah
dengan mengacu pada KP 414 kedalaman pelabuhana
pengumpan local adalah ±4 M dengan skala nilai 1
: Teridentifikasi Data Bathimetri memiliki nilai sedang dengan
mengacu pada KP 414 kedalaman pelabuhana pengumpan
local adalah ±4 M dengan skala nilai 5
: Teridntifikasi Data bathimetri memiliki nilai yang tinggi dengan
mengacu pada KP 414 kedalaman pelabuhana pengumpan
local adalah ±4 M dengan skala nilai 10
Hidro- : Hasil Pemodelan Hidro-oceanografi memiliki nilai yang rendah
Oceanografi yang memliki kawasan yang di pengaruhi pasang surut, angina
musim dan gelombang yang Tinngi
: Hasil Pemodelan Hidro-oceanografi memiliki nilai sedang yang
memliki kawasan yang di pengaruhi pasang surut, angina
musim dan gelombang yang Sedang
: Hasil Pemodelan Hidro-oceanografi memiliki nilai yang tinggi
yang memliki kawasan yang di pengaruhi pasang surut, angina
musim dan gelombang yang Rendah
Klimatologi : Merupakan kawasan dengan pengaruh angin musim yang
besar (sangat mengganggu operasional pelabuhan)
: Merupakan kawasan dengan pengaruh angin musim yang
(berpotensi mengganggu operasional pelabuhan)
: Merupakan kawasan yang tidak dipengaruhi angin musim
(operasional pelabuhan tidak terganggu sepanjang tahun)
5. ASPEK LINGKUNGAN (7 %)
Komponen Lingkungan Hidup
Komponen : Komponen Lingkungan yang berpotensi Menghambat
Lingkungan Pembangunan Pelabuhan (Resiko Dampak Lingkungan Besar)
(Fisik Kimia) : Komponen Lingkungan yang berpotensi Menghambat
Pembangunan Pelabuhan (Resiko Dampak Lingkungan
Sedang)
: Komponen Lingkungan yang berpotensi Menghambat
Pembangunan Pelabuhan (Resiko Dampak Lingkungan
Rendah)
Komponen : Komponen Lingkungan yang berpotensi Menghambat
Lingkungan Pembangunan Pelabuhan (Resiko Dampak Lingkungan Besar)
(Biologi Hayati) : Komponen Lingkungan yang berpotensi Menghambat
27
No. Aspek Sub Aspek Indikator Penilaian
Penilaian (Variabel)
Pembangunan Pelabuhan (Resiko Dampak Lingkungan
Sedang)
: Komponen Lingkungan yang berpotensi Menghambat
Pembangunan Pelabuhan (Resiko Dampak Lingkungan
Rendah)
Komponen : Komponen Lingkungan yang berpotensi Menghambat
Lingkungan Pembangunan Pelabuhan (Resiko Dampak Lingkungan Besar)
(Kerawanan : Komponen Lingkungan yang berpotensi Menghambat
Bencana) Pembangunan Pelabuhan (Resiko Dampak Lingkungan
Sedang)
: Komponen Lingkungan yang berpotensi Menghambat
Pembangunan Pelabuhan (Resiko Dampak Lingkungan
Rendah)
28
Kepelabuhan Perikanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan
fungsi pelabuhan perikanan dalam menunjang kelancaran, keamanan, dan ketertiban
arus lalu lintas kapal perikanan, keamanan dan keselamatan operasional kapal
perikanan, serta merupakan pusat pertumbuhan perekonomian nasional dan daerah
yang terkait dengan kegiatan perikanan dengan tetap mempertimbangkan tata ruang
wilayah.
Indonesia memiliki pelabuhan perikanan yang tersebar di seluruh penjuru tanah air
sebagai salah satu elemen penting dan strategis dalam pengembangan sub-sektor
perikanan tangkap. Dimana Program pengembangan pembangunan prasarana perikanan
tangkap, merupakan upaya untuk menjawab berbagai permasalahan yang berkaitan
langsung dengan masyarakat nelayan.
Faktor utama pendukung pengembangan usaha perikanan tangkap khususnya
industri perikanan adalah penyediaan pelabuhan perikanan/PPI sebagai pangkalan
kegiatan penangkapan ikan, sehingga aman dan terlindung dari gelombang, dapat
melakukan tambat labuh, membongkar ikan dan mengisi perbekalan
29
- panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus) meter, dengan
kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 (tiga) meter;
- mampu menampung kapal perikanan sekurang-kurangnya 100 (seratus)
unit atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 6.000 (enam ribu) GT;
dan
- memanfaatkan dan mengelola lahan sekurang-kurangnya 20 (dua puluh)
Ha.
30
- terdapat aktivitas bongkar muat ikan dan pemasaran hasil perikanan rata-
rata 30 (tiga puluh) ton per hari; dan
- terdapat industri pengolahan ikan dan industri penunjang lainnya.
31
- mampu menampung kapal perikanan sekurang-kurangnya 15 (lima belas)
unit atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 75 (tujuh puluh lima)
GT; dan
- memanfaatkan dan mengelola lahan sekurang-kurangnya 1 (satu) Ha.
b) kriteria operasional yaitu terdapat aktivitas bongkar muat ikan dan pemasaran
hasil perikanan rata-rata 2 (dua) ton per hari.
Pelabuhan perikanan dapat ditingkatkan klasnya sesuai dengan kriteria teknis yang
telah ditetapkan. Peningkatan klas untuk pelabuhan perikanan yang dibangun oleh
pemerintah Kab/Kota diusulkan olah Bupati/Walikota kepada Menteri melalui Direktur
Jenderal. Peningkatan klas untuk pelabuhan perikanan yang dibangun oleh pemerintah
provinsi diusulkan oleh gubernur kepada Menteri melalui dirjen kemudian diteruskan
kepada Menteri Peningkatan klas pelabuhan perikanan yg dibangun oleh Perusahaan
perikanan berbadan hukum Indonesia diusulkan oleh perusahaan kepada Menteri melalui
Dirjen atas rekomendasi Bupati/Walikota
32
Pelabuhan perikanan yang dibangun sebagai tempat berlabuh (landing) dan
tambat/merapat (mouring) kapal-kapal perikanan, berlabuh/merapatnya kapal
perikanan tersebut dapat melakukan berbagai kegiatan misalnya untuk mendaratkan
ikan (unloading), memuat perbekalan (loading), istirahat (berthing), parbaikan apung
(floating repair) dan naik dock (docking). Sehingga sarana dan fasilitas pokok
pelabuhan perikanan seperti dermaga bongkar, dermaga muat dan dock/spilway
menjadi kebutuhan utama untuk mendukung aktivitas berlabuhnya kapal perikanan
tersebut.
33
g) Pusat pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan;
Pengendalian mutu hasil perikanan dimulai pada saat penangkapan sampai
kedatangan konsumen. Pelabuhan perikanan sebagai pusat kegiatan perikanan
tangkap selayaknya dilengkapi unit pengawasan mutu hasil perikanan seperti
laboratorium pembinaan dan pengujian mutu hasil perikanan (LPPMHP) dan
perangkat pendukungnya, agar nelayan dalam melaksanakan kegiatannya lebih
terarah dan terkontrol mutu produk yang dihasilkan.
34
perbekalan serta tempat labuh kapal-kapal penangkap ikan. Fasilitas dasar/pokok
ini meliputi :
1) Pemecah gelombang dan kolam pelabuhan perikanan
2) Dermaga bongkar, dermaga muat, dan dermaga tambat
3) Areal daratan pelabuhan perikanan
4) Jaringan jalan
5) Jaringan drainase
b) Fasilitas fungsional
Fasilitas ini berfungsi untuk memberikan pelayanan yang diperlukan untuk kegiatan
operasional pelabuhan perikanan, yang meliputi fasilitas- fasilitas sebagai berikut
ini :
1) Fasilitas produksi
- Tempat pelelangan ikan
- Toilet umum
2) Fasilitas perbekalan
- Pabrik es
- Tangki BBM
- Instalasi air bersih
- Kios KUD/Toserba
3) Fasilitas pemeliharaan/perbaikan
- Gudang/garasi alat berat
- Bengkel
- Pelataran perbaikan dan penjemuran tangkap (jaring)
4) Fasilitas pengolahan
- Cold storage
- Balai pengolahan ikan
35
5) Kantor administrasi pelabuhan perikanan
6) Instalasi listrik
7) Sarana komunikasi
8) Fasilitas pendukung yang meliputi
- Rumah jaga
- Gudang perlengkapan
- Gudang genset
- Pagar keliling
c) Fasilitas penunjang
Merupakan fasilitas tambahan yang diperlukan untuk mendukung kegiatan
pelabuhan perikanan. Fasilitas ini terdiri dari :
- Perumahan untuk kepala pelabuhan perikanan, syahbandar, staf, dan mess
operator
- Penginapan nelayan
- Tempat ibadah
- Kantin
- Pertokoan
- Pasar
- Sarana kebersihan
- Laboratorium bina mutu
- Pusat pelatihan nelayan
e) Lahan pengembangan
36
Berupa lahan yang disediakan untuk para nelayan, pengusaha kecil yang akan
mendirikan industri kecil/tradisional seperti pemindangan, penggaraman,
pengasapan, dan sebagainya.
2.6.2 Angin
Angin adalah sirkulasi udara yang kurang lebih sejajar dengan permukaan bumi.
Gerkan udara ini disebabkan oleh perubahan temperatur atmosfer. Dalam perencanaan
pelabuhan angin sangat berpengaruh karena :
a) Memberikan Pergerakan tambahan kapal saat hendak merapat ke dermaga.
b) Memberikan gaya horizontal terhadap bangunan pelabuhan
c) Mengakibatkan terjadinya gelombang laut yang menimbulkan gaya pada bagunan
pelabuhan.
37
d) Mempengaruhi kecepatan arus, di mana kecepatan arus yang rendah dapat
menimbulkan sendimentasi.
2.6.4 Gelombang
Gelombang merupakan faktor terpenting dalam perencanaan pelabuhan.
Gelombang di laur bisa dibangkitkan oleh angin (gelombang angin), gaya tarik matahari
dan bulan (pasang surut), letusan gunung berapi atau gempa di laut (tsunami) kapal
bergerak dan sebagainya. Gelombang digunakan untuk merencanakan bagunan-
bangunan pelabuhan seperti pemecah gelombang, studi ketenangan di pelabuhan dan
fasilitas-fasilitas pelabuhan lainnya.
Gelombang tersebut akan menimbulkan gaya-gaya yang bekerja pada banguna
pelabuhan. Selain itu gelombang juga bisa menimbulkan arus dan transport sendimentasi
di daerah pantai.
38
2.6.5 Kondisi Tanah
Kondisi tanah ini juga sangat penting karena akan sangat menentukan jenis dan
ukuran dimensi pondasi yang akan dipilih dalam perencanaan pembangunan pelabuhan
berdasarkan daya dukung tanah di sekitar lokasi pembangunan.
39
2.7.1 Alur Pelayaran
Alur pelayaran digunakan untuk mengarahkan kapal yang akan masuk dan merapat
ke dermaga. Alur pelayaran dan kolam pelabuhan harus cukup tenang terhadap pengaruh
gelombang dan arus. Perencanaan alur pelayaran dan kolam pelabuhan ditentukan oleh
kapal terbesar yang akan masuk ke dalam pelabuhan dan kondisi meteorologi dan
oseanografi. Dalam perjalanan masuk ke pelabuhan melalui alur pelayaran, kapal
mengarungi kecepatannya samapi kemudian berhenti di dermaga.
a) Kedalaman alur
Untuk mendapatkan kondisi oprasi yang ideal kedalaman air di alur masuk
harus cukup besar untuk memungkinkan pelayaran pada muka air terendah dengan
kapal bermuatan penuh. Kedalaman air ini ditentukan oleh perhitungan dengan
formula (Triadmodjo,1996):
H = d + G + R + P + S + K (1)
Dengan :
d : draft kapal
G : gerak vertical kapal karena gelombang dan squat. R : ruang
kebebasan bersih
P : ketelitian pengukuran
S : pengendapan sendimen antara dua pengerukan K : toleransi
pengerukan
40
Gambar 2.2 Kedalaman Alur Pelayaran
Kedalaman air diukur terhadap muka air referensi. Biasanya muka air referensi
ini ditentukan berdasarkan nilai rata-rata dari muka air surut terendah pada saat
pasang besar (spring tide) dalam periode panjang, yang disebut LLWS (Lowest Low
Water Spring). Elevasi dasar alur nominal adalah elevasi dimana tidak terdapat
rintangan yang mengganggu pelayaran.
Kedalaman elevasi ini adalah jumlah dari draft kapal dan ruang kebebasan
bruto yang dihitung dari muka air rencana (LLWL). Ruang kebebasan bruto adalah
jarak antara sisi terbawah kapal dan elevasi dasar alur nominal, pada draft kapal
maksimum yang diukur pada air diam. Ruang ini terdiri dari ruang gerak vertikal kapal
akibat pengaruh gelombang dan squat dan ruang kebebasan bersih. Ruang
kebebasan bersih adalah ruang minimum yang tersisa antara sisi terbawah kapal dan
elevasi dasar alur nominal, pada kondisi kapal bergerak dengan kecepatan penuh
dan pada gelombang dan angin terbesar. Ruang kebebasan minimum adalah 0,5 m
untuk dasar laut berpasir dan 1 m untuk dasar karang.
Apabila untuk mendapatkan elevasi dasar alur nominal diperlukan pekerjaan
pengerukan, maka elevasi pengerukan alur ditetapkan dari elevasi dasar alur nominal
dengan memperhitungkan beberapa hal.
41
- Angin, gelombang, arus dengan air.
- Stabilitas tebing alur.
Lebar alur menurut OCDI :
c) Kolam Pelabuhan
Kolam pelabuhan merupakan daerah peraiaran di mana kapal berlabuh untuk
melakukan bongkar muat, melakukan gerkan memutar (di dalam kolam), dsb. Kolam
pelabuhan harus terlindung dari gangguan gelombang mempunyai kedalaman yang
cukup. Di laut yang dangkal diperlukan pengerukan untuk mendapatkan kedalaman
yang direncanakan. Pada umumnya kedalaman kolam dasar pelabuhan di tetapkan
berdasarkan syarat maksimum (max. draft) kapal yang bertambat ditambah dengan
jarak aman (clearance) sebesar (0.8-1.0) m di bawah lunas kapal. (Soedjono
Krambadibrata, 2002).
Adapun Rumus untuk mencari Luas Kolam Pelabuhan yang ideal adalah:
A = R (3n x L x B)
Dimana:
A = Luas Kolam pelabuhan (m²)
R = Radius Putar (m²) 2 x LOA (Length Over All) atau 2 x Panjang Kapal
n = Jumlah kapal maksimum yang berlabuh tiap hari
L = Panjang Kapal (m)
B = Lebar Kapal (m)
42
2.7.2 Dermaga
Dermaga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk tempat merapat dan
sandar kapal dalam melakukan aktivitas bongkar muat. Dalam merencanakan dermaga
pelabuhan harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- Letak kedalaman perairan yang direncanakan.
- Beban muatan yang harus dipikul dermaga, baik beban merata maupun beban
terpusat.
- Karakteristik tanah, terutama yang bersangkutan dengan daya dukung tanah,
stabilitas bangunan dan lingkungan maupun kemungkinan penurunan bangunan
sebagai akibat dari konsolidasi tanah.
- Sistem angkutan dan sistem penanganan muatan. Dalam merencanakan sebuah
dermaga pelabuhan perikanan harusnya dilakukan perhitungan terhadap beberapa
ukuran arau dimensi dermaga, perhitungan ukuran atau dimensi yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
a) Panjang Dermaga.
Dalam menentukan panjang dermaga disesuaikan dengan pelabuhannya dan
frekuensi aktivitas kapal yang beroprasi. Persamaan yang digunakan untuk
menentukan panjang dermaga yang di dapat Dinas Kelautan Dan Perikanan
adalah :
LD = [(MxB) + (M – 1)xB ÷ W]
Dimana :
LD = panjang dermaga (meter)
M = frekuensi pendaratan kapal/hari
W = waktu atau periode penggunaan dermaga
B = lebar kapal.
b) Lebar Dermaga.
Lebar dermaga yang disediakan untuk bongkar muat barang disesuaikan dengan
kebutuhan ruang dengan perhitungan yang cukup untuk penggunaan alat-alat
yang digunakan Lalu lintas alat angkut ikan di dermaga direncanakan dengan
43
gerobak dan dipikul dari kapal. Kemudian diangkut kealat angkut yang lebih
besar (mobil/truck).
c) Konstruksi Dermaga
Perhitungan konstruksi dermaga meliputi perhitungan plat dan balok dermaga.
Pembebanan yang terjadi pada plat dan balok meliputi beban mati (dead load)
berupa beban sendiri, beban hidup (life load) berupa beban orang dan barang,
beban tarikan kapal, beban akibat benturan kapal dan beban akibat gaya
horizontal gempa. Perencanaan beban berdasarkan pada peraturan
pembebanan yang berlaku pada peraturan perencanaan beton bertulang
menggunakan SKSNI 03-2847- 2002.
d) Pondasi Dermaga
Pada umumnya pondasi tang pancang dipancang tegak lurus ke dasar laut,
tetapi apabila konstruksi dermaga memerlukan gaya horizontal yang cukup besar
maka tiang pancang akan dipancang miring. Agar dapat merencanakan pondasi
tiangpancang yang baik, maka sangat perlu mengetahui beban-beban yang
bekerja pada konstruksi di atas bangunan tersebut.
I. Perhitungan daya dukung tiang pancang
i. Terhadap kekuatan bahan
P all = σb x A tiang
Dimana :
σb = 0,33 (f’c)
Di mana :
Pall = Kekuatan tiang yang diizinkan.
σb = Tegangan tiang terhadap permukaan.
A tiang = Luas penampang tiang pancang
f’c = Mutu beton (N/mm2)
44
Dengan rumus pancang A. Hiley dengan tipe single acting drop
hammer.
Dimana :
Ef = efesiaensi alat pancang
Wp = Berat sendiri tiang pancang
W = Berat hammer
E = Koefisien pengganti beton
H = Tinggi jatuh hammer
δ = Penurunan tiang akibat pukulan terakhir
C1 = Tekanan izin sementara pada kepala tiang dan
penutup
C2 = simpangan tiang akibat tekanan izin sementara
C3 = Tekanan izin semntara
Ru = Batas maksimal beban (ton)
Maka
Pa = 1/n x Ru
Pa = batas beban izin yang di terima tiang
n = Angka keamanan
Dimana :
P ult = daya dukung batas pondasi tiang pancang (ton)
Nb = Nilai N-SPT pada elevasi tiang dasar
Ab = Luas penampang tiang dasar (m2)
N = Nilai SPT rata-rata
45
As = Luas selimut tiang (m2)
Dimana :
m = jumlah baris
n = jumlah tiang dalam satu baris
θ = arc tan (d/s)
d = diameter tiang
s = jarak antar tinag (as ke as).
46
Dimana :
n = banyaknya tiang pancang
X max = jarak terjauh d tinjau dari sumbu x
Y max = jarak terjau ditinjau dari sumbu y
Ʃ (x2) = jumlah kuadrat absis tiang pancang
Ʃ (y2) = jumlah kuadrat ordinat tiang pancang
nx = jumlah tiang pancang tiap baris pada arah x
ny = jumlah tiang pancang tiap baris pada arah y
2.7.3 Fender
Fender adalah salah satu konstruksi bangunan dermaga yang berfungsi untuk
meredam benturan kapal dengan dermaga sehingga kerusakan pada pinggir dermaga
dapat dihindari. Gaya yang dapat diserap oleh fernder adalah (0,5E) dan sisanya ditahan
oleh dermaga. Besarnya energi yang terjadi akibat benturan kapal dapat dihitung dengan
Formula yang ditulis dalam buku Pelabuhan Bambang Triadmodjo, yaitu sebagai berikut :
Dimana :
E = energi kinetik yang timbul akibat benturan kapal (ton meter)
W = berat kapal (ton/m/detik2)
V = kecepatan kapal saat merapat (m/d)
g = Percepatan gravitasi bumi
Cm = koefisien massa
Ce = koefisien eksentrisitas
Cs = koefisien kekerasan
Cc = koefisien dari tambatan
untuk kecepatan kapal dapat ditentukan pada table dibawah ini
47
Koefisien massa tergantung dari gerakan air di sekeliling kapal yang ada, dan
persamaan yang digunakan adalah persamaan yang didapat pada buku Pelabuhan
Bambang Triadmodjo sebagai berikut:
Dimana :
d = Draft Kapal (m)
Cb = koefisien blok kapal
B = Lebar kapal (m)
Dimana :
W = bobot kapal
Lpp = Panjang garis air
γ0 = berat jenis air (1000 Kg/m2).
Dimana :
48
L = jarak sepanjang permukaan air dermaga dari pusat berat kapal
sampai
titik sandar kapal ¼ Loa.
Loa = panjang kapal yang di tambat.
r = jari-jari putaran di sekeliling pusat gerak kapal pada permukaan air
untuk nilai r diperoleh dari grafik yang didapat dilihat pada buku Pelabuhan
Bambang Triadmodjo, grafik tersebut dapat dilihat pada gambar di berikut
ini ini :
2.7.4 Bolder
Fungsi bolder / penambat adalah untuk menambatkan kapal agar tidak mengalami
pergerakan yang dapat mengganggu baik pada aktivitas bongkar maupun lalu lintas kapal
yang lainnya. Bolder yang digunakan pada dermaga ini direncanakan dari beton bertulang.
Penggunaan jumlah tambatan serta jarak masing-masing bolder dapat dihitung dengan
menyesuaikan berat kapal.
49
BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN
III.1 Letak dan Keadaan Alam Desa Eretan Wetan dan Desa Eretan Kulon
Desa Eretan Wetan merupakan salah satu Desa yang terdapat di Kecamatan
Kandanghaur, Kabupaten Indramayu. Desa Eretan Wetan mempunyai luas wilayah
sebesar 231,999 ha. Jarak Desa Eretan Wetan dengan ibukota Kecamatan 3 km dan
dapat ditempuh selama 10 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor dan berjalan
kaki dengan waktu 40 menit. Jarak Desa Eretan Wetan dengan ibukota Kabupaten 36 km
dengan jarak tempuh selama 1 jam dan berjalan kaki dengan waktu 5 jam. Desa Eretan
Wetan memiliki ketinggian tanah dari permukaan laut 1 m dengan curah hujan 1800 mm/
tahun dan suhu udara rata-rata 32O C. Desa ini merupakan desa pantai dengan batas
wilayah sebagai berikut:
- Sebelah Utara : Laut Jawa
- Sebelah Selatan : Desa Ilir
- Sebelah Barat : Desa Eretan Kulon, Soge dan Kertawinangun
- Sebelah Timur : Desa Ilir
Desa Eretan Kulon merupakan salah satu Desa yang terdapat di Kecamatan
Kandanghaur, Kabupaten Indramayu. Desa Eretan Wetan mempunyai luas wilayah
sebesar 498,712 ha. Jarak Desa Eretan Kulon dengan ibukota Kecamatan 4 km dan dapat
ditempuh selama 15 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor dan berjalan kaki
dengan waktu 50 menit. Jarak Desa Eretan Kulon dengan ibukota Kabupaten 36 km
dengan jarak tempuh selama 1 jam dan berjalan kaki dengan waktu 5 jam. Desa Eretan
Kulon memiliki ketinggian tanah dari permukaan laut 2 m dengan curah hujan 2000
mm/tahun dan suhu udara rata-rata 32O C. Desa ini merupakan desa pantai dengan batas
wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Laut Jawa
- Sebelah Selatan : Desa Kertawinangun
50
- Sebelah Barat : Desa Sukahaji Kecamatan Patrol
- Sebelah Timur : Desa Eretan Wetan
III.2 Luas Tanah Berdasarkan Penggunaan Lahan di Desa Eretan Wetan dan Desa Eretan
Kulon
Penggunaan lahan yang ada di Desa Eretan Wetan dan Desa Eretan Kulon memiliki
karakteristik yang sama. Jenis penggunaan lahan yang paling banyak didominasi oleh
pertanian sawah dengan luas wilayah 111,005 Ha di Desa Eretan Wetan dan 301,663 Ha
di Desa Eretan Kulon. Jenis penggunaan lahan yang mencakup pertanian sawah yang
besar tampaknya tidak menjadi mata pencaharian pokok untuk mayoritas masyarakat
Desa Eretan Wetan maupun Desa Eretan Kulon. Alasan masyarakat Desa Eretan Wetan
dan Desa Eretan Kulon menetapkan pertanian sawah tidak sebagai pokok mata
pencaharian dikarenakan penghasilan yang didapatkan sehari-hari tidak tetap. Letak Desa
51
Eretan Wetan dan Desa Eretan Kulon yang lokasinya dekat wilayah pesisir menyebabkan
pengairan sawah yang melewati sungai-sungai di wilayah pertanian Desa Eretan Wetan
dan Desa Eretan Kulon terhambat dan sering terjadi kekeringan lahan. Berikut ini adalah
penggunaan lahan yang ada di Desa Eretan Wetan dan Desa Eretan Kulon:
Tabel 3.1
Luas Tanah Berdasarkan Jenis Penggunaannya di Desa Eretan Wetan
Tabel 3.2
Luas Tanah Berdasarkan Jenis Penggunaannya di Desa Eretan Kulon
52
Gambar 3.2 Penggunaan Lahan di Desa Eretan Wetan dan Desa Eretan Kulon
53
Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di
Desa Eretan Wetan
Jenis Kelamin
No Golongan Umur Jumlah Orang
Laki- Laki Perempuan
1 0-12 Bulan 432 367 799
2 12-4 Tahun 476 335 811
3 5-6 Tahun 445 424 869
4 7-12 Tahun 568 634 1202
5 13-15 Tahun 739 762 1501
6 16-18 Tahun 745 732 1477
7 19-25 Tahun 785 776 1561
8 26-35 Tahun 675 652 1327
9 36-45 Tahun 356 366 722
10 46-50 Tahun 345 333 678
11 51-60 Tahun 243 236 479
12 61-75 Tahun 34 28 62
13 76 Keatas 7 11 18
Jumlah 5850 5656 11.506
54
Desa Eretan Kulon
Jenis Kelamin
No Golongan Umur Jumlah Orang
Laki- Laki Perempuan
1 0-12 Bulan 311 320 631
2 12-4 Tahun 358 355 713
3 5-6 Tahun 735 707 1442
4 7-12 Tahun 316 303 619
5 13-15 Tahun 349 333 682
6 16-18 Tahun 349 333 682
7 19-25 Tahun 1318 1287 2605
8 26-35 Tahun 925 951 1876
9 36-45 Tahun 447 420 867
10 46-50 Tahun 267 311 578
11 51-60 Tahun 267 282 549
12 61-75 Tahun 109 121 230
13 76 Keatas 11 6 17
Jumlah 5850 5850 10.809
Tabel 3.5 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Eretan Wetan
55
No Jenis Pekerjaan Jumlah
1 Petani 66
2 Buruh Tani 136
3 PNS 38
4 Pedagang Keliling 150
5 Peternak 7
6 Nelayan 1711
7 Montir 16
8 Bidan Swasta 3
9 Perawat Swasta 219
10 PRT 6
11 TNI 6
12 POLRI 2
13 Pensiunan/PNS/TNI/POLRI 10
Pengusaha Kecil Dan
14 28
Menengah
15 Dukun Kampung Terlatih 2
16 Jasa Pengobatan Alternative 2
17 Dosen Swasta 2
18 Arsitektur 1
19 Seniman Artis 1
20 Karyawan Perusahaan Swasta 787
21 Karyawan Perusahaan Pemerintah 74
22 Wiraswasta Lainnya 3057
23 Belum Bekerja 5182
Jumlah 11.506
Tabel 3.6 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Eretan Kulon
No Jenis Pekerjaan Jumlah
1 Karyawan 53
56
2 PNS 1
3 TNI/ POLRI 228
4 Swasta 465
5 Pedagang 465
6 Petani 360
7 Buruh 2141
8 Peternak 6
9 Nelayan 2063
10 Pertukangan 15
11 Pensiunan 8
12 Tukang Becak 149
13 Jasa 30
22 Wiraswasta Lainnya 2512
23 Belum Bekerja 2313
Jumlah 10.809
III.5 Pendidikan
Sarana pendidikan yang ada di Desa Eretan Wetan dan Desa Eretan Kulon yang
paling banyak ialah yayasan seperti sekolah SLTP atau SLTA yang berlatar belakang
keagamaan. Sesuai dengan banyaknya agama yang dianut di Desa Eretan Wetan dan
Desa Eretan Kulon ialah agama Islam. Berikut ini adalah sarana pendidikan yang ada di
Desa Eretan Wetan dan Desa Eretan Kulon :
57
3 SLTP 2
4 SLTA 3
5 Lembaga Pendidikan Agama 9
Jumlah
Tabel 3.9 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama yang Dianut di Desa Eretan Wetan
No Agama Banyaknya Unit
1 Islam 11283
2 Katolik 162
58
3 Protestan 61
Jumlah 11.506
Tabel 3.10 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama yang Dianut di Desa Eretan Kulon
No Agama Banyaknya Unit
1 Islam 10734
2 Katolik 63
3 Protestan 12
Jumlah 10.809
59
Jumlah
III.7 Sarana dan Prasarana Kesehatan di Desa Eretan Wetan dan Kulon
Sarana kesehatan yang ada di Desa Eretan Wetan dan Desa Eretan Kulon
nampaknya masih kurang merata, dilihat dari data menyatakan bahwa sarana yang ada di
Desa Eretan Wetan dan Desa Eretan Kulon Masih mengikat menjadi satu semenjak
pemekaran Desa Eretan menjadi dua yaitu Desa Eretan Wetan dan Desa Eretan Kulon.
Berikut ini adalah sarana dan prasarana kesehatan yang ada di Desa Eretan Wetan dan
Desa Eretan Kulon:
3 Bidan 4 Posyandu 2
4 Perawat 3 Toko Obat 1
5 Pengobatan Alternatif 1 Rumah Bersalin 1
6 Dokter Praktek 2
Jumlah
III.8 Jumlah Sarana Perekonomian dan Lembaga Keuangan yang Terdapat di Desa Eretan Wetan dan
Eretan Kulon
Jumlah sarana perekonomian dan lembaga keuangan yang terdapat dimasing-
masing Desa Eretan dapat dilihat pada penjelasan berikut. Berikut ini adalah Jumlah
sarana perekonomian dan lembaga keuangan yang ada di Desa Eretan Wetan dan Desa
Eretan Kulon:
60
Tabel 3.14 Jumlah Sarana Perekonomian dan Lembaga Keuangan di Desa Eretan Wetan
No Jenis Sarana Jumlah
1 Koperasi unit desa 1
2 Kelompok simpan pinjam 1
3 Bank perkreditan rakyat 2
4 Pegadaian 1
5 Bank pemerintah 1
6 Rumah makan dan restoran jumlah 2
7 Pasar mingguan 1
8 Warung serba ada 3
9 Usaha perikanan 37
Pengecer gas dan bahan bakar minyak
10 4
11 Usaha air minum 2
Jumlah
Tabel 3.15 Jumlah Sarana Perekonomian dan Lembaga Keuangan di Desa Eretan Kulon
No Jenis Sarana Jumlah
1 Koperasi unit desa 1
2 Kelompok simpan pinjam 1
3 Bank perkreditan rakyat 1
4 Pegadaian 1
5 Bank pemerintah 1
61
Rumah makan dan restoran
6 2
7 Pasar mingguan 1
8 Warung serba ada 2
9 Usaha perikanan 35
Pengecer gas dan bahan bakar minyak
10 3
11 Usaha air minum 2
Jumlah
III.9 Gambaran Perikanan Desa Eretan Wetan dan Desa Eretan Kulon
III.9.1 KUD Misaya Mina Eretan Wetan
KUD Misaya Mina Eretan Wetan yang berkedudukan di Desa Eretan Wetan
Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu dibentuk pada tanggal 26 Mei 1926 atas
prakarsa Kepala Desa Eretan Wetan yang dibantu oleh tokoh masyarakatnya dengan
nama Koperasi Bumi Putra dan jumlah nelayan pada saat itu sebanyak 92 orang.
Lima tahun kemudian tepatnya pada tanggal 26 mei 1931 Koperasi Bumi Putra
mendapat badan hukum dengan nomor: 106/BH/KWK-10/19, pada waktu itu juga diganti
dengan nama perikanan Laut Misaya Mina Eretan Wetan dengan wilayah kerjanya
mencakup Kecamatan Kandanghaur dan Kecamatan Patrol.
Pada tahun 1956 wilayah kerja Koperasi Perikanan Laut Misaya Mina Eretan
Berkurang menjadi tiga desa yaitu: Desa Eretan Wetan, Desa Eretan Kulon dan Desa
Kertawinangun. Sedangkan pada akhir tahun 1969 wilayah kerja KUD mencakup satu
Desa Eretan Wetan, hal ini disebabkan karena di wilayah kerja dibentuk Koperasi Unit
Desa, sehingga wilayah kerjanya difokuskan di Desa Eretan Wetan saja.
Setelah berjalan selama 12 tahun tepatnya pada tanggal 1 Februari 1981 Koperasi
ini berubah nama dari Koperasi Perikanan Laut Misaya Mina menjadi Koperasi Unit Desa
(KUD) Misaya Mina Eretan Wetan. Selanjutnya pada tanggal 28 September 1985 KUD
Misaya Mina Eretan Wetan mendapat Badan Hukum dari Departemen Koperasi dengan
nomor : 106B/BH/KWK-10/19. Prestasi yang diperoleh KUD Misaya Mina Eretan Wetan
adalah : tanggal 6 April 1965 memperoleh piagam penghargaan sebagai Koperasi
Perikanan Luat (KPL) pertama didirikan pada tanggal 26 Mei 1926.
62
1) Keanggotaan
Selama tahun 2021 semua anggota Koperasi berjumlah 522 orang,
sedangkan anggota yang masih aktif hingga sekarang sebanyak 20 orang. Anggota
yang tergabung dalam Koperasi adalah pemilik Kapal atau disebut juga juragan.
Sedangkan jumlah nelayan buruh yang tergabung sebagai Anak Buah Kapal (ABK)
atau Pendega sebanyak 5.167 orang.
Permasalahan berkurangnya anggota Koperasi yang aktif disebabkan oleh
permodalan yang masih kurang dari Koperasi dengan alasan memerlukan Alat
tangkap yang lebih baik lagi. Selain itu beberapa masalah lainnya disebabkan oleh
naiknya bahan bakar minyak yang menyebabkan anggota Koperasi sering pasang
surut dalam kegiatan penangkapan ikan.
2) Kepengurusan
Selama tahun 2021 semua anggota Koperasi berjumlah 522 orang,
sedangkan anggota yang masih aktif hingga sekarang sebanyak 20 orang. Anggota
yang tergabung dalam Koperasi adalah pemilik Kapal atau disebut juga juragan.
Sedangkan jumlah nelayan buruh yang tergabung sebagai Anak Buah Kapal (ABK)
atau Pendega sebanyak 5.167 orang.
Permasalahan berkurangnya anggota Koperasi yang aktif disebabkan oleh
permodalan yang masih kurang dari Koperasi dengan alasan memerlukan Alat
tangkap yang lebih baik lagi. Selain itu beberapa masalah lainnya disebabkan oleh
naiknya bahan bakar minyak yang menyebabkan anggota Koperasi sering pasang
surut dalam kegiatan penangkapan ikan.
63
Pengangkatan manajer terbagi menjadi dua yaitu manajer utama di KUD
Misaya Mina Eretan dan manajer yang ada di Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
Pengangkatan yang dilakukan untuk mengatur segala kegiatan yang ada pada
bidang masing-masing. Manajer unit tempat pelelangan ikan berfungsi untuk
mengatur kegiatan yang ada di tempat pelelangan ikan.
Jumlah karyawan yang ada di KUD Misaya Mina Eretan sampai dengan
tanggal 31 Desember 2021 tercatat sebanyak 26 orang dengan perincian: 24
karyawan tetap dan 2 karyawan lepas. Jabatan karyawan 31 Desamber 2019-2023
adalah sebagai berikut:
- Karyawan Staf Manajer: sektor administrasi, kasir pusat, juru simpan pinjam
anggota, juru agendaris, juru PDAM/ USP
- Unit tempet pelelangan ikan: manajer, kasir terima, kasir bayar, juru tawar I,
juru tawar II, pembantu umum, pengendali bakul, juru simpan bakul, staf
TPI/statistik, cleaning service/staf TPI.
- Unit bahan alat perikanan atau perbekalan (BAP) : kepala unit dan wakil
- Unit SPDN : pelaksana 2 orang
- Satpam : 3 orang
- Supir : 1 orang
- Jaga malam : 1 orang
5) Usaha
Pada tahun 2021 unit usaha KUD Misaya Mina Eretan Wetan terdapat 4 unit
usaha, diantaranya: unit tempat pelelangan ikan, unit bahan alat perikanan (BAP)
dan solar packer dealer nelayan (SPDN), unit simpan pinjam (USP), unit jasa lain-
lain. Berikut ini adalah penjelasan untuk masing-masing unit:
a) Tempat pelelangan ikan (TPI)
Penyelenggaraan pelelangan ikan merupakan fasilitas pemerintah
telah kami upayakan seoptimal mungkin, sebagaimana diatur dalam
peraturan daerah Kabupaten No. 2 dan 5 tahun 2009. Sektor usaha
pelelangan ikan merupakan usaha memasarkan bersama dalam
meningkatkan pendapatan para nelayan untuk itu kita dituntut untuk lebih
intensif didalam menjaga kestabilan harga serta pelayanan yang lebih baik.
64
Produksi ikan di TPI KUD Misaya Mina Eretan dalam tahun 2021
berjumlah 2.105.453 Kg, dengan harga Rp. 20.833.65.000,-. Produksi ikan di
TPI tersebut dapat terperinci sebagai berikut :
Harga rata-rata per Kg dari produksi di TPI KUD Misaya Mina Eretan adalah
sebagai berikut :
Produksi anggota = Rp. 14.387.856.000,- : 1.270.700 Kg = Rp. 11.323/ Kg
Non anggota = Rp. 6.445.789.000,- : 834.754 Kg = Rp. 7.722/
Kg
Bila kita perhatikan produksi TPI tahun 2021 secara umum mengalami
kenaikan dibanding dengan tahun 2020, dengan perincian sebagai berikut :
Tabel 3.16 Perbandingan Hasil Pelelangan Ikan dari Tahun 2020 ke 2021
Tahun Anggota Non anggota
2021 1.270.700 14.387.856.000 11.323 834.754 6.445.789.000 7.722
2020 1.007.605 9.926.715.000 9.852 1.173.181 8.040.084.000 6.853
% Naik 20,70% Naik 31,00% Naik 12,99% Turun 28,85% Turun 19,83% Naik 11,25%
65
menghasilkan keuntungan kotor sebanyak = Rp.145.960.435,-. (Sumber: KUD
Misaya Mina Eretan)
Hambatan-hambatan pada unit BAP/ perbekalan adalah sebagai berikut :
- Terbatasnya permodalan KUD Misaya Mina Eretan, sehingga sebelum
mampu memenuhi semua kebutuhan anggota dan masyarakat sekitarnya.
- Kesadaran para anggota untuk membeli barang-barang BAP/perbekalan
masih perlu ditingkatkan lagi.
66
Di samping mengusahakan unit-unit usaha, kegiatan yang sifatnya sosial
dengan tujuan utama menangani kesehatan masyarakat nelayan. Dalam tahun
2021 telah melayani kesehatan kepada 38 orang dengan nilai Rp. 9.077.043,-
perincian yang berobat adalah sebagai berikut :
Anggota = 15 kali pengobatan
Nelayan anggota = - kali pengobatan
Karyawan KUD = 23 kali pengobatan
Nelayan lain tempat = - kali pengobatan
KUD Misaya Mina Eretan juga menyediakan mobil ambulance gratis bagi
masyarakat umum Desa Eretan Wetan yang membutuhkan. Keberadaan mobil
ambulance ini sebagai salah satu wujud atas adanya Dana Asuransi Nelayan
sebagaimana diatur dalam peraturan daerah kabupaten No. 2 dan 5 tahun
2009. Dalam tahun 2011 telah melayani bantuan kesehatan melalui mobil
ambulance sebanyak 74 orang dengan nilai Rp. 13.864.200,- dengan perincian
sebagai berikut :
- Dana asuransi 74 orang Rp. 11.889.200,-
- Dana pokja PSA Rp. 1.975.000,-
67
KUD Misaya Mina Eretan melalui dukungan dari nelayan dan bakul
bertindak sebagai donator tetap bagi penyelenggaraan kegiatan Yayasan
Pendidikan Misaya Mina Eretan Wetan. (Sumber: KUD Misaya Mina Eretan)
6) Permodalan
Permodalan KUD Misaya Mina Eretan selama ini masih merupakan mandiri
yaitu dari simpanan pokok yang sampai dengan 31 Desember 2021 sebesar = Rp.
5.250.000,- kemudian dari simpanan wajib sampai dengan Desember 2021 sebesar
= Rp. 1.419.344.158,-.
Cadangan Koperasi yang merupakan persentasi dari SHU dan dana-dana
gusir sampai dengan 31 Desember 2021 sebesar = Rp. 694.399.215,-.
7) Pembangunan
Perhatian pemerintah terhadap pembangunan daerah perikanan di Eretan
Wetan cukup besar, ini terbukti dengan dibangunkannya beberapa sarana usaha
perikanan. Pada tahun anggaran 2021 telah memperoleh proyek tahap II Gedung
pertemuan nelayan, Rehab TPI, perbaikan Kade, Pembangunan MCK,
pembangunan, perbaikan, pengaspalan jalan. Progres dalam pengembangan
perikanan tangkap yaitu konsep Minapolitan dari tahun ke tahun harus berjalan
bertahap sehingga pada akhirnya pengembangan Minapolitan dapat menjadi
tumpuan yang maksimal untuk masyarakat pesisir.
8) Kesejahteraan Sosial
Sesuai dengan ketentuan yang ada di anggota rapat tahunan dan peraturan
khusus KUD Misaya Mina Eretan tahun 2021 dan peraturan daerah No. 2 dan 5
Tahun 2009 tentang aadanya asuransi nelayan, maka telah kami laksanakan :
- Bantuan pengobatan atau perawatan di rumah sakit bagi nelayan, anggota
serta Karyawan KUD Misaya Mina Eretan diberikan 25% dari jumlah biaya
pengobatan dan perawatan.
- Bantuan atau sumbangan kematian.
- Bantuan atau sumbangan kepada putra-putri nelayan atau anggota yang
melanjutkan ke perguruan tinggi.
- Bantuan kepada nelayan atau anggota yang mendapat kecelakaan di laut.
68
- Bantuan pengadaan ambulance gratis bagi masyarakat umum Desa Eretan
Wetan.
1) Keanggotaan
Selama tahun 2021 semua anggota Koperasi berjumlah 220 orang, sedangkan
anggota yang masih aktif hingga sekarang sebanyak 69 orang. Anggota yang
tergabung dalam koperasi adalah pemilik kapal atau disebut juga juragan. Sedangkan
jumlah nelayan buruh yang tergabung sebagai Anak Buah Kapal (ABK) atau Pendega
sebanyak 5.167 orang sama seperti di KUD Misaya Mina Eretan Wetan. Jumlah
buruh yang tergabung dalam armada penangkapan biasanya bergantian antara KUD.
Permasalahan berkurangnya anggota koperasi yang aktif disebabkan oleh
permodalan yang masih kurang dari koperasi dengan alasan memerlukan alat
tangkap yang lebih baik lagi. Selain itu beberapa masalah lainnya disebabkan oleh
naiknya bahan bakar minyak yang menyebabkan anggota koperasi sering pasang
surut dalam kegiatan penangkapan ikan. Berikut ini adalah tabel perbandingan
anggota dari tahun 2020 ke 2021:
69
penuh anggota dilayani
Aktif Pasif
1. Nelayan 84 - 19 152 255
2. Bakul - 136 - 174 310
Jumlah 84 136 19 326 565
No Jabatan Pendidikan
1. Badan Pengawas I Sarjana
2. Badan Pengawas II SMA
3. Badan Pengawas III SMA
No Jabatan Pendidikan
1. Manager TPI SMA
2. Juru Lelang I SMA
3. Juru Lelang II SMA
4. Ketua SP Anggota / BAP SMA
5. Juru Rekap SMA
6. Kasir Terima SMP
70
7. Ketua Waserda SMP
8. Juru Karcis I SMP
9. Kasir Bayar D3
10. Juru Kendali SMA
11. Juru Karcis II SMP
12. Ketua Es dan Angkutan SMA
13. Juru Blad SMA
14. Koordinator Satpam MAN
15. Anggota Satpam SD
16. Seksi Produksi SD
17. Pembantu Umum SMP
18. Staf TI SMA
19. Ketua SPDN SMA
Tabel 3.19 Unit Usaha yang ada di KUD Mina Bahari Eretan Kulon
No Jabatan Persentase Keterangan
1. Manager TPI 16,61% Naik
2. Juru Lelang I 12,55% Naik
3. Juru Lelang II 48,15% Turun
4. Ketua SP Anggota / BAP 32,39% Turun
5. Juru Rekap 5,10% Naik
6. Kasir Terima 8,15 Turun
71
7. Ketua Waserda 21,91% Naik
8. Juru Karcis I 11,15% Turun
72
lahan, sistem pusat-pusat kegiatan nasional, wilayah dan lokal, kawasan prioritas
nasional, wilayah dan kabupaten serta jaringan transportasi.
- Sistem Transportasi terutama pada level provinsi (Tatrawil) maupun kabupaten
(Tatralok).
- Program Dasar Pembangunan Daerah yang berkaitan dengan Pengembangan/
Pembangunan Pelabuhan Perikanan Pantai Eretan Indramayu
3) Ekonomi
Pendekatan dari aspek ekonomi bertujuan untuk mengetahui potensi hinterland
(daerah belakang yang mendukung Pengembangan / Pembangunan Pelabuhan
Perikanan Pantai Eretan Indramayu. Hal-hal yang perlu dievaluasi menyangkut:
- pertumbuhan ekonomi daerah
- potensi unggulan hinterland : komoditas unggulan, pengembangan industri,
- perdagangan regional dan internasional : ekspor, import, bongkar muat
- masalah keuangan seperti investasi dan tabungan, serta
- perencanaan bisnis pengembangan Pengembangan/ Pembangunan Pelabuhan
Perikanan Pantai Eretan Indramayu : pendapatan dan biaya
73
6) Pengembangan Pelayaran
Evaluasi menyangkut : Jaringan infrastruktur pelayaran dan kecenderungan (trend)
jenis muatan atau cara pengiriman barang.
74
untuk dilakukan. Seberapa layak pembangunan tersebut akan mempengaruhi arah
pembangunan yang akan dilakukan.
Studi Kelayakan adalah penentuan kemungkinan yang tentang proyek yang
diusulkan atau pengembangan yang akan memenuhi sasaran dari investor tertentu.
Sebagai contoh, suatu studi kelayakan untuk suatu usulan subdivisi perumahan
seharusnya: (1) menaksir permintaan untuk unit perumahan di dalam area; (2) menaksir
tingkat penyerapan untuk proyek; (3) mendiskusikan undang-undang dan pertimbangan
lain; (4) peramalan arus kas; dan (5) meramalkan pengembalian investasi bila diproduksi
(Business Dictionary).
1) Studi Kelayakan adalah suatu penentuan kemungkinan tentang suatu
pengembangan yang diusulkan akan memenuhi sasaran dari investor tertentu ( Real
Estate Dictionary).
2) Studi Kelayakan adalah analisa atau meriset implementasi suatu metoda atau
rencana yang diusulkan, didasarkan faktor seperti pasar, kompetisi, teknologi yang
tersedia, tenaga kerja, dan sumber daya keuangan ( Webster's New Millennium™
Dictionary of English).
3) Studi Kelayakan adalah bagian dari siklus pengembangan sistem yang bertujuan
untuk menentukan apakah masuk akal untuk mengembangkan beberapa sistem.
Model studi kelayakan yang populer adalah "TELOS", mewakili Teknis, Ekonomi,
Kebijakan (Legall), Operasional, dan Jadwal (Schedule).
a) Kelayakan Teknis: apa teknologi yang ada untuk menerapkan sistem yang
diusulkan? Apakah itu suatu argumen praktis?
b) Kelayakan Ekonomi: apakah sistem hemat biaya? Apakah manfaat lebih besar
dibanding biaya yang dikeluarkan?
c) Kelayakan Kebijakan: adakah konflik antara ketentuan hukum dan sistem yang
diusulkan, contoh: Tindakan Perlindungan Data?
d) Kelayakan Operasional: apakah praktek pekerjaan yang sekarang dan ada
prosedur cukup untuk mendukung sistem yang baru?
e) Kelayakan Jadwal: dapatkah sistem dikembangkan pada waktunya? (Webster's
New Millennium™ Dictionary of English, Preview Edition).
75
Suatu studi kelayakan (wikipedia.org) adalah suatu studi persiapan yang dikerjakan
sebelum pekerjaan yang nyata dari suatu proyek untuk memastikan kemungkinan
sukses proyek itu.Hal ini adalah suatu analisa dari solusi alternatif yang mungkin bagi
suatu masalah dan suatu rekomendasi atas alternatif yang terbaik. Studi kelayakan
dapat memutuskan apakah suatu pengolahan pesanan dilaksanakan oleh suatu
sistem baru lebih efisien dibanding yang sebelumnya.
Penjelasan, Studi kelayakan dapat dipergunakan untuk menguji kinerja sistem baru,
yang dapat digunakan karena:
1) Sistem sebelumnya sudah tidak layak guna
2) Peningkatan teknologi dapat mengubah sistem sebelumnya yang tidak ekonomis.
3) Bisnis itu berkembang, untuk mengatasinya dengan melakukan kerja lebih keras.
4) Konsumen mengkritisi tentang kecepatan dan kualitas kerja yang disediakan oleh
bisnis.
5) Para pesaing sekarang memenangkan bagian besar dari pembagian pasar termasuk
integrasi yang efektif dari sebuah sistem yang terkomputerisasi.
Dalam sebuah studi kelayakan, enam kajian harus dilakukan, termasuk didalamnya
adalah sosial-ekonomi, teknis, jadwal/waktu, kelembagaan, kebijakan (peraturan), dan
pemasaran.
1) Studi Kelayakan Sosial-Ekonomi
Studi ini melibatkan pertanyaan proyek seperti apakah yang dapat diusahakan untuk
memberikan dampak positif terhadap aspek social-ekonomi, apa manfaat baru yang
didapat dengan melebihi biaya yang ada, dan apakah proyek mempunyai prioritas
lebih tinggi dan prospektif dibanding proyek lain yang mungkin menggunakan
sumber daya yang sama. Hal ini juga meliputi pertanyaan apakah proyek ada di
dalam kondisi dapat memenuhi semua ukuran-ukuran yang memenuhi syarat dan
tanggung jawab agar dampak social maupun ekonominya bergerak kea rah yang
positif.
2) Studi Kelayakan Teknis
76
Studi ini memiliki pertanyaan seperti teknologi apa yang dibutuhkan untuk sistem
yang ada, seberapa sulit hal ini dapat dibangun dan apakah perusahaan punya
pengalaman dalam menggunakan teknologi ini.
3) Studi Kelayakan Jadwal (Waktu)
Studi ini mencakup pertanyaan seperti berapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk
membangun sistem baru, kapan sistem ini dapat dibangun, dll.
4) Studi Kelayakan Kelembagaan
Apakah sistem sudah memiliki dukungan yang cukup untuk kesuksesan
implementasi, apakah akan membawa perubahan yang besar, dan apakah
organisasi sedang melakukan perubahan cepat untuk menyerap hal itu.
5) Studi Kelayakan Kebijakan
Semua proyek harus berhadapan dengan kebijakan. Bagaimanapun, suatu proyek
akan menghadapi isu tentang kebijakan.
6) Studi Kelayakan Pemasaran.
Yang akan meliputi analisa tentang kekuatan pasar tunggal dan multi-dimensional
yang bisa mempengaruhi komersialisasi atau kesuksesan pendapatan nyata yang
merupakan potensi suatu proyek (penjualan). Suatu proses bisnis menyerupai suatu
alur kerja dengan nilai yang dihasilkan.
Pengertian studi kelayakan sering diungkapkan dengan cara yang berbeda antara
konsep yang satu dengan konsep lainnya. Meskipun demikian, pada prinsipnya
pengertiannya adalah sama. Secara sederhana studi kelayakan adalah sebagai berikut: :
"Studi kelayakan pada hakikatnya adalah suatu metode penjajakan dari suatu gagasan
usaha tentang kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha tersebut dilaksanakan.”
1. Studi Kelayakan Memerlukan Beberapa Disiplin Ilmu
Hal utama yang harus dilakukan agar pembuatan studi kelayakan berhasil
dengan baik adalah dengan memberikan batasan (kriteria) kelayakan suatu
proyek.Hal ini perlu dilakukan karena kriteria kelayakan proyek menurut pemerintah
mungkin tidak layak menurut pengusaha.Misalnya, proyek taman hiburan yang
mempunyai pendapatan lebih kecil bila dibandingkan dengan biayanya, sehingga
proyek tersebut tidak layak bagi pengusaha. Tetapi pemerintah mungkin
memandangnya sebagai suatu proyek yang layak karena menggunakan kriteria lain.
Taman hiburan dapat menstimulir penambahan pendapatan penduduk yang berada
77
di sekitarnya.Selain itu dapat pula menambah keindahan kota. Kesemuanya itu tidak
dimasukkan ke dalam perhitungan oleh pengusaha. Dengan kata lain, pemerintah
menganggap taman hiburan tersebut masih mempunyai social benefits yang lebih
besar dari social costs-nya.
Setelah menetapkan kriteria kelayakan suatu proyek maka selanjutnya harus
meneliti atau menjajaki gagasan yang akan kita laksanakan, apakah sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan atau tidak. Bila suatu proyek memenuhi kriteria yang
telah ditetapkan maka kita katakan bahwa proyek tersebut layak.
Oleh karena itu, diperlukan berbagai disiplin ilmu dalam melakukan studi
kelayakan suatu usaha, misalnya untuk mendirikan suatu perusahaan, dalam
melakukan studi kelayakan suatu usaha, tidak hanya memerlukan ahli ekonomi,
tetapi juga ahli teknik, ahli sosiologi, dan sebagainya.
2. Pola Berpikir Secara Konsepsional dalam Studi Kelayakan
Sebelum menelaah aspek-aspek studi kelayakan secara mendalam, di sini
perlu ditinjau sepintas lalu tentang rangka pemikiran dalam suatu studi kelayakan
terlebih dahulu.
Tinjauan ini memberikan pola pikir di dalam suatu studi kelayakan. Tanpa
pola pikir yang sistematis, dimungkinkan mengalami kesulitan dalam mencapai
kesimpulan mengenai kelayakan suatu gagasan usaha. Karena sebagaimana telah
disinggung sebelumnya, bahwa suatu studi kelayakan menyangkut banyak aspek
dan memerlukan berbagai disiplin ilmu.
Secara konsepsional, pola pikir dalam suatu studi kelayakan dicerminkan
oleh struktur variabel pada gambar. Variabel pasar menjadi pusat perhatian dan titik
tolak berpikir dalam suatu studi kelayakan karena faktor inilah yang menentukan
apakah penjajakan pada bidang lain perlu diteruskan atau tidak. Pada tahap
permulaan ini, perlu diteliti apakah barang atau jasa yang akandihasilkan ada
pembelinya di pasar atau tidak, sebab sekalipun secara teknis barang/jasa tersebut
layak dibuat, tiada gunanya kalau barang/jasanya tidak laku di pasar atau tidak
bermanfaat bagi masyarakat.
Aspek teknis akan menjawab pertanyaan apakah mesin dan peralatan untuk
menghasilkan barang/jasa yang diinginkan tersedia atau dapat diusahakan; apakah
78
bahan-bahan mentah dan bahan pembantu tersedia dan cukup untuk jangka waktu
tertentu, dan sebagainya.
2. Kajian Kelayakan
Kajian kelayakan mengkaji faktor-faktor teknis dan nonteknis lokasi
pelabuhan yang telahteridentifikasi. Kajian kelayakan meliputi:
79
- Kelayakan Teknis Lokasi
- Kelayakan ekonomi dan finansial
- Kelayakan Operasional
- Kelayakan sosial dan lingkungan
4.3 Aspek Feasibility study Pengembangan/ Pembangunan Pelabuhan Perikanan Pantai Eretan
Indramayu
Dalam suatu proses pembangunan, terdapat permasalahan yang melatar
belakangi perlunya kegiatan studi dan perencanaan sehingga menghasilkan produk yang
baik dan layak digunakan oleh pemakai. Pekerjaan Penyusunan Pengembangan/
Pembangunan Pelabuhan Perikanan Pantai Eretan Indramayu merupakan bagian dari
lingkungan fasilitas umum yang juga merupakan suatu lingkungan binaan dalam lingkup
wilayah/kawasan, maka produk yang dihasilkan dari proses perencanaan ini harus
terpadu antara aspek-aspek yang membentuk citra dan tipologi ruang terbuka, baik dari
segi fisik maupun non fisik.
Penyusunan Pengembangan/ Pembangunan Pelabuhan Perikanan Pantai Eretan
Indramayu ini merupakan perwujudan akan kebutuhan aspek fisik dan aspek non fisik.
Aspek fisik terdiri dari kebutuhan ruang pada bangunan tempat, jaringan dan utilitas
(penerangan, air bersih dan sebagainya). Adapun aspek non fisik yang akan terpengaruh
dari bangun baru ini adalah menimbulkan rasa aman dan nyaman dalam kegiatan sehari-
hari sebagai tempat beraktifitas para insan pelayaran dan masyarakat sekitar.
Tahapan identifikasi dalam pekerjaan perencanaan ini sangat diperlukan untuk
menjaring informasi dan masukan sebanyak mungkin mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan Pekerjaan Penyusunan Pengembangan/ Pembangunan Pelabuhan Perikanan
Pantai Eretan Indramayu Untuk melaksanakan tugasnya konsultan perencana akan
mencari informasi lain di luar informasi yang diberikan oleh Pemimpin Kegiatan/Bagian
Kegiatan termasuk melalui kerangka acuan kerja ini.
1. Konsultan perencana akan memeriksa kebenaran informasi yang digunakan dalam
pelaksanaan tugasnya, baik yang berasal dari Pemimpin Kegiatan/Bagian Kegiatan,
maupun yang dicari sendiri. Kesalahan pelaksanaan perencanaan sebagai akibat dari
kesalahan informasi menjadi tanggung jawab konsultan perencana.
80
2. Dalam hal ini informasi yang diperlukan dan harus diperoleh untuk bahan
perencanaan diantaranya mengenai hal-hal sebagai berikut :
a. Informasi tentang lahan, meliputi kondisi fisik lokasi seperti : luasan, batas-batas,
dan topografi, keadaan air tanah, koefisien dasar bangunan serta koefisien lantai
bangunan
b. Pemakai bangunan dapat dilihat dari struktur organisasi dan jumlah personil
sekarang dan kegiatan untuk pengembangannya
c. Kebutuhan bangunan meliputi program ruang, keinginan tentang
organisasi/pemanfaatan ruang
d. Keinginan tentang ruang-ruang tertentu, baik yang berhubungan dengan
pemakai atau perlengkapan yang akan digunakan dalam ruang tersebut
e. Keinginan tentang kemungkinan perubahan fungsi ruang / bangunan
81
adanya alat transportasi, listrik, air juga tersedianya jembatan bagi masyarakat
sekitarnya.
Aspek ekonomi dan sosial ini perlu diperhatikan karena dampak yang terjadi saat
terjadinya kesalahan sangat banyak. Diharapkan aspek ekonomi dan sosial ini lebih
banyak memberikan keuntungan dari kerugian apabila berdirinya sebuah usaha atau
proyek. Jadi, dalam aspek ekonomi dan sosial yang perlu dtelaah apakah jika usaha atau
proyek dijalankan akan memberikan manfaat secara ekonomi dan sosial kepada
berbagai pihak atau sebaliknya. Oleh karena itu, aspek ekonomi dan sosial ini perlu
dipertimbangkan, karena dampak yang akan ditimbulkan nantinya sangat luas apabila
salah dalam melakukan penilaian.
82
Banyak produk dan jasa pada akhirnya akan meningkatkan persaingan,
sehingga para produsen berusaha untuk meningkatkan kemasan, harga,
mutu produk dan jasa. Sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap harga
jual di pasaran.
e) Membuka kesempatan kerja bagi masyarakat sekaligus mengurangi
pengangguran, karena setiap proyek atau usaha baru yang didirikan pasti
akan membutuhkan tenaga kerja tambahan dan hal ini tentu saja akan
membuka peluang bgi tenaga kerja yang belum mnedapatkan pekerjaan
atau yang masih menganggur.
f) Tersedianya sarana dan prasarana dengan dibukanya suatu proyek atau
usaha dapat pula memberikan fasilitas bagi masyarakat luas maupun
pemerintah seperti dibangunanya:
- Jalan raya
- Sarana hiburan
- Sekolah
- Rumah ibadah
- Rumah sakit
- Pusat perbelanjaan
- Listrik.
- Telepon
83
d) Pemerataan pendistribusian pendapatan.
e) Menimbulkan efek ganda ekonomi.
f) Meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
g) Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
h) Menambah pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di daerah tertentu.
i) Menyediakan fasilitas umum yang sangat dibutuhkan masyarakat.
j) Menghemat devisa apabila produk dan jasa yang dihasilkan dapat
mengurangi pemakaian impor barang dan jasa dari luar negeri.
k) Memperoleh pendapatan berupa pajak dari sumber-sumber yang dikelola
oleh perusahaan, baik dari pendapatan penjualan maupu dari pajak lainya
4. Pengembangan wilayah
a) Meningkatkan pemerataan pembangunan (dengan prioritas pembanguan
di daerah tertentu).
b) Meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa.
c) Terbuka lingkungan pergaulan dengan adanya pembukaan suatu wilayah.
d) Membuka isolasi wilayah dan cakrawala bagi penduduk.
Sedangkan dampak sosial dengan adanya suatu proyek atau investasi antara
lain meliputi:
1. Adanya perubahan demografi melalui terjadinya:
a) Perubahan struktur penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin,
mata pencaharian, dan agama.
b) Perubahan tingkat kepadatan penduduk.
c) Pertumbuhan penduduk, tingkat kelahiran, tingkat kemtian bayi, dan pola
migrasi.
d) Perubahan komposisi tenaga kerja baik tingkat partisipasi angkatan kerja
maupun tingkat pengangguran
84
a) Kemungkinan perubahan kebudayaan melalui perubahan adat istiadat,
nilai, dan norma budaya setempat.
b) Terjadi proses sosial baik proses asosiatif/ kerjasama, proses disosiatif
konflik sosial, akulturasi, asimilasi, dan integrasi maupun sosial lain.
c) Perubahan pranata sosial / kelembagaan masyarakat di bidang ekonomi.
d) Perubahan warisan budaya seperti perusakan situs perbakala maupun
cagar budaya.
e) Perubahan pelapisan sosial berdasarkan pendidikan, ekonomi, pekerjaan
dan kekuasaan.
f) Perubahan kekuasaan dan kewenangan melalui kepemimpinan formal
dan informal.
g) Perubahan sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha dan
atau kegiatan.
h) Kemungkinan terjadinya tingkat kriminalitas dan konflik antara warga asli
dengan pendatang.
i) Perubahan adaptasi ekologis
85
1. Ekonomi rumah tangga (tingkat pendapatan, pola nafkah dan pola nafkah
ganda).
2. Ekonomi sumber daya alam (pola penggunaan lahan, nilai tanah sumber daya
alam dan sumber daya lainnya).
3. Perekonomian lokal dan regional (memberikan nilai tambah, jenis dan jumlah
aktivitas ekonomi nonformal, distribusi pendapatan, efek ganda ekonomi,
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendapatan Asli Daerah (PAD),
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, fasilitas umum dan fasilitas sosial,
aksesibilitas wilayah).
4. Pengembangan wilayah.
86
B. Peningkatan Pendapatan Nasional
Ditinjau dari aspek ekonomi salah satu kelayakan usaha atau dapat dilihat
dari kemampuan investasi tersebut dalam meningkatkan pendapatan nasional atau
daerah melalui peningkatan PDB dan PAD. Artinya, dengan adanya investasi akan
berpengaruh terhadapt penigkatan pendapatan secara nasional dan pendapatan
daerah di mana investasi tersebut dilakukan. Kemudian kelayakan lain adalah
naiknya income per kapita masyarakat melalui peningkatan pendapatan seiring
dengan tumbuhnya sektor ekonomi, demikian pula sebaliknya.
Untuk menghitung pendapatan nasional dapat dilakukan dengan melalui tiga
pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan produksi (Production approach)
2. Pendekatan pengeluaran (Expenditure approach)
3. Pendekatan pendapatan (income approach)
87
1. Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan.
2. Pertambangan dan penggalian.
3. Industry pengolahan.
4. Listrik, jasa dan air minum.
5. Bangunan.
6. Perdagangan, hotel dan restoran.
7. Pengangkutan dan komunikasi
8. Bank dan lembaga keuangan lainnya.
9. Sewa rumah
10. Pemerintah dan pertahanan
11. Jasa-jasa lainnya.
Kemudian yang dimaksud dengan pendapatan nasional dengan pendekatan
pengeluaran adalah pendapatan nasional yang dihitung dengan menjumlahkan
seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh berbagai golongan masyarakat dalam
perekonomian. Pengeluaran yang dimaksud adalah:
1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga.
2. Pengeluaran konsumsi dan investasi pemerintah.
3. Pengeluarann pengusaha untuk investasi
4. Ekspor impor.
88
atau pendekatan mana yang digunakan tergantung pada mudah tidaknya
memperoleh data di lapangan dan tingkat validitas data tersebut
Dengan metode perhitungan tersebut, maka kegiatan proyek atau investasi
yang dilaksanakan dapat diketahui sumbangan atau perannya dalam pendapatan
nasional, seperti meningkatnya produksi/output di berbagai sektor, di mana investasi
tersebut ditanam pada khususnya dan sektor lain pada umumnya.
Dari segi pendapatan dengan adanya investasi tersebut dapat dihitung
seberapa besar peningkatan pendapatan yang diterima oleh berbagai golongan
masyarakat, sehingga dapat meningkatkan tingkat kesejahteraannya. Begitu juga di
sisi pengeluaran yang dilakukan oleh berbagai golongan masyarakat, sehingga
dapat mendongkrak multiplier effect kegiatan ekonomi lainnya.
Informasi awal dari dinas/ Kriteria umum bangunan Site Plan/Rencana Tapak yang
instansi terkait termasuk data berdasarkan fungsi dan teratur
sekunder kompleksitas bangunan Prelimary desain yang sesuai
Pengumpulan data primer Kriteria khusus berdasarkan segi dengan kebutuhan akan luasan dan
mengenai site/lahan, pemakai fungsi khusus dan teknis ruang
bangunan, kebutuhan bangunan Pengembangan gambar rencana
bangunan, kebutuhan ruang Azas-azas bangunan pemerintah dengan memperhatikan nilai
dan perlengkapan lainnya : fungsional, efisien, biaya pembangunan, ketersediaan bahan
rendah dan wajar, produktifitas dan tenaga
kerja, pemanfaatan yang cepat Detail desain yang memperhatikan
Proses & metode perencanaan: sistem dan manajemen konstruksi
jadual asistensi, rencana
keluaran, waktu pelaksanaan
89
KELUARAN:
Laporan Pendahuluan
Laporan Antara
Laporan Akhir
90
Tabel 4. 1 Kondisi Fasilitas Sarana Prasarana PP Eretan
No Fasilitas Ketersediaan Kondisi
Fasilitas Pokok
1 Dermaga - Belum ada
2 Kolam Pelabuhan - Belum Ada
3 Alur Pelayaran - Diatur oleh nelayan untuk
menangkap ikan
4 Pemecah Gelombang/ - Sudah ada
Penahan Tanah
5 Jalan dan Drainase Ada Harus ditingkatkan
Fasilitas Fungsional
1 Tempat Pelelangan Ikan Terdapat bangunan TPI Baik
2 Bengkel Kapal/ Tempat Blum ada -
Pemeliharaan Kapal
3 Kantor Pelabuhan Belum ada -
4 Fasilitas Air Bersih Ada Baik
4 Fasilitas Listrik Ada Baik
5 Kebutuhan BBM - Baik
9 Fasilitas air limbah Tidak Ada -
Fasilitas Penunjang
1 Tempat Peribadatan Ada Berada sekitar bangunan TPI
2 MCK Ada Berada sekitar bangunan TPI
3 Balai Pertemuan Nelayan Belum Ada -
4 Lahan Parkir Ada Baik (Berada di sebelah
91
bangunan TPI)
Sumber: Hasil Identifikasi Konsultan, 2023
Hasil survei topografi dalam rangka pekerjaan Kajian Feasibility Study Studi
Kelayakan Pelabuhan Perikanan di eretan Kulon Kec. Kandang Haur Kab. Indramayu
ini berupa data titik pengukuran situasi yang diolah menjadi suatu peta situasi hasil
survei topografi beserta survei bathimetri yang diberikan pada gambar dibawah ini.
Berdasarkan hasil topografi atau kontur tanah pada kawasan PPI Eretan Kulon
diketahui bahwa
92
geombang suara yang dibangkitkan oleh generator pembangkit gelombang suara.
Multibeam echosounder digunakan untuk mengukur kedalaman dari suatu susunan
transduser. Kedalaman diukur sepanjang swath oleh transduser. Multibeam
echosounder memancarkan beam dalam jumlah yang banyak dengan frekuensi
rentang 12-500 Hz. Pola pancarnya melebar dan melintang terhadap badan kapal.
Setiap beam akan mendapatkan satu titik kedalaman selanjutnya titik-titik kedalaman
tersebut dihubungkan akan membentuk profil dasar pantai. Jika kapal bergerak maju
hasil sapuan multibeam echosounder tersebut akan menghasilkan suatu luasan yang
akan menggambarkan permukaan dasar laut. Titik awal dan akhir untuk setiap jalur
sounding dicatat dan kemudian dimasukan kedalam alat pengukur yang dilengkapi
dengan fasilitas GPS untuk dijadikan acuan intasan perahu sepanjang jalur sounding.
93
4.3.3.3 Hasil Survei Tachimetri
Hasil survei bathimetri dalam rangka kegiatan Kajian FeasibilIty Study Studi
Kelayakan Pelabuhan Perikanan di eretan Kulon Kec. Kandang Haur Kab. Indramayu
ini berupa koordinat dan kedalaman titik pengukuran Tachimetri pada lajur yang telah
ditentukan untuk kemudian diolah menjadi suatu Peta Topografi Bathimetri yang
diberikan dalam gambar dibawah ini.
Dalam melakukan survei Tachimetri umunya dilakukan dengan metode terestis
sistematik digunakan untuk mengukur topografi dan kedalaman dari suatu terrain area.
Keontur diukur secara beda elevasi per 1 m. Kontur minor per 1 m, untuk mayor per 5
m. Pola pengambilan melebar dan melintang terhadap area. Setiap pengukuran akan
mendapatkan satu titik kedalaman selanjutnya titik-titik kedalaman tersebut
dihubungkan akan membentuk profil dasar darat dan laut. Jika dalam pengambilan data
jarak jauh maka perlu dilakukan pengukuran polygon sebagai titik bantu pengukuran.
Berdasarkan hasil survei tachimetri tersebut didapatkan hasil bahwa kedalaman
perairan maksimal sebesar -2,0 meter yang berada jauh dari bibir pantai, sedangkan
kedalaman perairan minimal -0,5 meter yang berada dekat dengan bibir pantai.
94
Tabel 4. 2 Rekapitulasi Hasil Survei Tachimetri Perairan Eretan Kulon
LOKASI:
Eretan
Kulon
BDR ARAH BACAAN TARGET UKURAN MIRING DATAR (m) (m) (m) TTK
95
LOKASI: ERETAN
INDRAMAYU
TPT TTK SDT JURUSAN TIINGGI SDT. ZENITH JARAK JARAK X Y Z NO
BDR ARAH BACAAN TARGET UKURAN MIRING DATAR (m) (m) (m) TTK
0.95 P.1 193 41 15 2.4 89 20 15 114 114.385 177698.333 9300413.093 2.958 P.1 P.1
96
LOKASI: ERETAN
INDRAMAYU
TPT TTK SDT JURUSAN TIINGGI SDT. ZENITH JARAK JARAK X Y Z NO
BDR ARAH BACAAN TARGET UKURAN MIRING DATAR (m) (m) (m) TTK
97
LOKASI: ERETAN
INDRAMAYU
TPT TTK SDT JURUSAN TIINGGI SDT. ZENITH JARAK JARAK X Y Z NO
BDR ARAH BACAAN TARGET UKURAN MIRING DATAR (m) (m) (m) TTK
98
Gambar 4. 11 Situasi Topografi dan Bathimetri PP Eretan Kulon
99
4.3.4 Kondisi Pasang Surut
Berdasarkan data yang didapatkan melalui ECMWF (European Centre for Medium
Range Weather Forecast) selama 7 hari didapatkan hasil seperti pada grafik pada gamba
berikut.
Dari grafik dibawah ini terlihat bahwa grafik pasang surut dominan mempunyai
puncak ganda dan lembah ganda atau disebut mixed tide, dimana pasang surut campuran
terjadi apabila dalam wakt 24 jam terdapat kedudukan air tinggi dan rendah yang tidak
teratur.
100
4.3.5 Kondisi Iklim/ Klimatologi
Kondisi iklim di kawasan perencanaan berdasarkan data yang tercatat di Stasiun
Pengamat menunjukan keadaaan dan temperatur minimum 31 °C, temperature
maksimum 32 °C kecepatan angin minimum 18 knot/detik dimana arah angin dominan kea
rah Barat Daya. Kelembapan rata-rata 83,6 % dengan jumlah hari hujan 23 hari/ tahun. Hal
ini memperlihatkan dari segi klimatologi, cukup sesuai dalam hal pembangunan
prasarana dan sarana transportasi khususnya prasarana dan sarana pelabuhan.
101
arah perairan (alur pelayaran dan daya dukung alamiah mencukupi). Disamping itu,
keberadaan industri di sekitar pelabuhan juga merupakan potensi yang harus
diperhitungkan untuk kebutuhan fasilitas pelabuhan. Saat ini kondisi akses jalan menuju
lokasi PPP Eretan Kulon cukup baik, sehingga dapat membantu kelancaran akses dari
dari dan menuju lokasi.
102
Gambar 4. 4 Jalan Pantai Eretan Kulon- Akses Utama Jalan
103
4.3.7 Kelayakan Ekonomi
Analisis kelayakan ekonomi dilakukan dengan tujuan untuk memilih penyediaan
infrastruktur yang paling tepat. Ketepatan tersebut ditentukan berdasarkan lebih besarnya
peningkatan kehidupan ekonomi dan sosial yang bisa dihasilkan dibandingkan dengan
alternatif penyediaan infrastruktur lainnya. Dengan penerapan analisis kelayakan ekonomi
yang sesuai, penyediaan infrastruktur publik akan mendorong pertumbuhan kehidupan
ekonomi dan sosial.
Kelayakan ekonomi didefenisikan sebagai kelayakan bagi semua pihak yang
memanfaatkan, baik langsung maupun tidak langsung dari suatu pembangunan atau
pengembangan suatu sistem transportasi. Dalam kaitannya terhadap analisis ekonomi,
manfaat (benefit) yang diperoleh semestinya lebih besar jika dibandingkan dengan biaya
(cost) yang dikeluarkan. Oleh karena itu, perhitungan manfaat merupakan faktor vital dalam
memutuskan apakah suatu rencana pembangunan atau pengembangan, dalam hal ini,
monorel tersebut layak dilaksanakan atau tidak.
Manfaat dari pelaksanaan analisis kelayakan ekonomi dengan seksama, akan dapat
membantu pemilik proyek atau PPK dalam beberapa hal sebagai berikut ini:
1. Mempertajam tujuan dari suatu proyek penyediaan infrastruktur;
2. Memperjelas apa yang akan terjadi bila proyek tersebut dilaksanakan dibandingkan
dengan bila proyek tersebut tidak dilaksanakan;
3. Mengevaluasi bahwa rencana penyediaan infrastruktur yang akan dilaksanakan
merupakan opsi yang terbaik dibandingkan dengan opsi lainnya;
4. Mengidentifikasi bahwa bagian-bagian dari proyek telah merupakan yang paling efisien;
5. Mengidentifikasi para pemangku kepentingan yang mendapatkan keuntungan atau
kerugian akibat adanya proyek;
6. Mengevaluasi apakah proyek penyediaan infrastruktur yang direncanakan dapat
berkesinambungan;
7. Mendekatkan kembali fungsi penyediaan infrastruktur dengan fungsi pelayanan umum
dibandingkan dengan penyediaan fasilitas fisik (pengadaan barang modal);
8. Memastikan bahwa penyediaan infrastruktur yang akan dilakukan memberikan manfaat
bagi masyarakat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya bagi masyarakat.
104
Berikut merupakan tahapan dalam melakukan analisa kelayakan ekonomi dan finansial
suatu pembangunan proyek diantaranya:
1. Menghitung selisih antara manfaat ekonomi (output) dengan biaya ekonomi (input) untuk
menghasilkan proyeksi manfaat ekonomi bersih;
2. Menghitung nilai sekarang (Present Value) dari proyeksi manfaat ekonomi bersih dengan
melakukan discounting menggunakan social discount rate
3. Menghitung ERR dari proyeksi manfaat ekonomi bersih dan membandingkannya dengan
social discount rate.
105
4.3.7.2 Manfaat
Manfaat yang akan diperoleh para pihak yang terkait dengan adanya penyediaan
sarana prasarana ini berupa manfaat langsung, benefit tidak langsung, dan manfaat sosial.
Pihak-pihak yang akan mendapatkan manfaat dengan keberadaan sarana prasarana PPP
ini diantaranya adaah nelayan, pedagang ikan, masyarakat sekitar dan pemerintah.
Manfaat tidak langsung dalam pembangunan pelabuhan perikanan merupakan efek
multiplier ekonomi akibat adanya investasi itu sendiri. Efek multiplier adalah dampak
turunan akibat peningkatan pembangunan sarana dan prasarana pelabuhan, termasuk
didalam benefit tidak langsung adalah adanya aktivitas-aktivitas yang muncul dan atau
berkembang setelah adanya pembangunan sarana prasarana PPP (Pelabuhan Perikanan
Pantai) ini seperti seperti pariwisata, perdagangan, dan industri.
4.3.7.3 Pendapatan
Komponen pendapatan yang diperhitungkan dalam analisa finansial adalah
komponen pendapatan usaha suatu pelabuhan yang pada umumnya terdiri dari:
1. Pendapatan Retribusi TPI
2. Imbalan jasa pengadaan air
3. Pendapatan jasa kepelabuhan dan kenavigasian
4. Jasa tambat labuh/Kapal rusak (Floting Repair )
5. Jasa pas masuk pas harian (sekali masuk)
6. Pendapatan Jasa Lainnya
7. Jasa penggunaan cold room,frezer,cold storage
8. Jasa pemakaian listrik
9. Jasa pelayanan bengkel
10. Jasa Truck Insulated/berpendingin
11. Jasa penggunaan Tanah
12. Bangunan Pelabuhan Perikanan
13. Tanah yang dipakai untuk tempat penumpukan bar
14. Jasa Kebersihan Pelabuhan
15. Jasa instalasi air laut bersih
16. Jasa Penggunaan Sarana dan Prasarana
106
4.3.7.4 Parameter Kelayakan Ekonomi
Dalam studi ini analisis dilakukan dengan menggunakan 1 kombinasi tingkat suku
bunga yang berlaku di Indonesia rata-rata yaitu sebesar 12%. Berikut merupakan hasil
perhitungan rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya (RAB) beserta site plan untuk
pembangunan sarana prasarana PPP (Pelabuhan Perikanan Pantai) Eretan serta menghitung
perkiraan inflow atau manfaat terukur (benefit). Terdapat tiga kriteria kelayakan yang sering
digunakan dalam menganalisa kelayakan finansial diantaranya sebagai berikut:
1. Net Present Value
Net Present Value atau disingkat NPV adalah selisih antara nilai sat ini dari arus
kas masuk dengan nilai saat ini dari arus kas keluar pada masa waktu tertentu. Para
pebisnis perlu mengetahui cara menghitung NPV karena seringkali digunakan dalam
penganggaran modal dan juga menganalisis profitabilitas dari suatu proyek.
Secara umum, definisi dari cara menghitung NPV adalah prediksi keuntungan
yang diperoleh oleh sebuah bisnis di masa akan dating. Dalam menjalankan bisnis,
modal dan proyeksi keuntungan harus dipersiapkan. Selain itu juga, terdapat banyak
factor lain yang perlu dipertimbangkan, seperti asuransi. Asuransi bisnis merupakan
salah satu jenis produk asuransi yang dibuat khusus untuk memberikan proteksi
terhadap segala resiko bisnis. Bagi para pengusaha, asuransi cukup penting dimiliki
bila ingin terhindar dari kerugian besar.
Maka dari itu, cara menghitung NPV sangat berguna dalam memprediksi nilai
sekarang pada sebuah proyek, asset ataupun investasi didasari atas arus kas masuk
yang diharapkan terjadi di masa depan dan arus kas keluyar yang disesuaikan dengan
harga pembelian awal serta suku bunga.
Dengan mengetahui cara menghitung NPV maka akan mendapatkan manfaat
untuk menilai kemampuan dan potensi suatu perusahaan dalam mengelola
investasinya sampai beberapa tahun ke depan. Khususnya saat nilai mata uang
berubah yang akan berdampak langsung kepada cash flow perusahaan. Lalu manfaat
lain dari NPV adalah perusahaan bisa memproyeksikan investasi yang dikelola di masa
mendatang, menentukan apakah investasi tersebut akan mengutungkan atau
merugikan. Bila menguntungkan, berapa besar profit margin yang akan didapat dan
apakah sebanding dengan usaha yang dilakukan. Rumus yang dipakai dalam
perhitungan NPV adalah:
107
NPV = ∑(Bt - Ct)DF
Keterangan:
Bt : Benefit tahun t
Ct : Cost tahun t
Keterangan:
I1 : Tingkat bunga pada NPV Positif
I2 : Tingkat bunga pada NPV Negatif
Dalam Perhitungan EIRR yaitu dengan cara mencoba atau trial beberapa tingkat
bunga. Guna Perhitungan EIRR dipilih tingkat bunga yang menghasilkan NPV poistif yang
terkecil dan tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif terkecil. Kemudian diadakan atau
dilakukan interpolasi, dengan menggunakan konsep trial and error menggunakan tingkat
bunga.
4. Payback Period
Payback Period merupakan jangka waktu periode yang diperlukan untuk membayar
kembali semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi suatu proyek.
108