Anda di halaman 1dari 3

MENGENAL PENGARANG KITAB MAULID DZIBA’

Di Indonesia tradisi pembacaan baru berpindah kepada Taqiyyuddin ‘Umar bin


Maulid Dziba’ biasa dilakukan, apalagi Muhammad al-Fata al-Asy’ariy dan
dikalangan Pesantren. pembacaan Maulid mempelajari kitab az-Zubad secara mendalam.
Dziba’ atau biasa disebut dengan Dziba’an ini
diisyaratkan sebagai perantara meminta dan Beliau kemudian berangkat
mengharap syafaat Nabi Agung Muhammad menunaikan haji dengan menggunakan uang 8
shallallahu ‘alaihi wasallam. dinar warisan sang ayah, kemudian kembali ke
kota Zabid dan mendapati kedatangannya tepat
Sebagai masyarakat islam apalagi kita hari ke empat dari meninggalnya sang kakek.
sebagai sntri tentu kurang afdlol dong jika
rutin melakukan pembacaan Dziba’ tanpa Pada tahun 885 H. beliau berangkat ke
mengenal pengarang daripada kitab Maulid Makkah kembali untuk menunaikan ibadah
Dziba’ itu sendiri. Kitab maulid diba’ oleh haji yang kedua kalinya. Sepulang dari
mayoritas ulama’ diyakini sebagai karya Makkah Bin Diba` kembali lagi ke Zabid dan
mempelajari ilmu Hadis di hadapan Abi
seorang ulama besar dan merupakan ahli hadis
al-‘Abbas Ahmad bin Ahmad bin ‘Abd al-
(muhaddis), yaitu Imam Wajihuddin ‘Abdur
Lathif asy-syarjiy dengan membaca Shohih
Rahman bin ‘Ali bin Muhammad bin ‘Umar Bukhori, Muslim, Tirmidzi, Al-Muwattho`,
bin ‘Ali bin Yusuf bin Ahmad bin ‘Umar ad- asy-Syifa` karya Qadhi ‘Iyyadl, dan asy-
Diba`i asy-Syaibani al-Yamani az-Zabidiy Syamail. Beliau juga mempelajari ar-Risalah
asy-Syafi`iy. Imam ad-Diba`iy dilahirkan pada karangan al-Qusyairiy dan karya beliau
hari kamis tanggal 4 Muharram tahun 866 lainnya. Dari berbagai karya ulama’ yang
H/1461 M di rumah orang tuanya di kota beliau pelajari ini, Bin Diba’ mengarang kitab
Zabid. Di akhir tahun kelahirang beliau, sang Ghoyatul Mathlub yang membahas tentang
ayah pergi meninggalkan kota Zabid. Dan ad- kiat-kiat bagi umat muslim agar mendapat
Diba’i belum pernah melihat bagaimana rupa ampunan dari Allah SWT.
sang ayah.
Ibnu Diba’ selanjutnya diberi saran
Masa kecil ad-Diba’iy oleh Abi al-‘Abbas untuk mengunjungi
seorang ahli fiqih; Bin ‘Ujail, untuk kemudian
Beliau diasuh oleh Ibu dan Kakeknya menghadap kepada para ulama’ Bani Jaghman.
yang bernqama Syekh Syarafuddin bin Bin Diba’ akhirnya berguru kepada
Muhammad Mubariz yang juga merupakan Jamaluddin Abi Ahmad ath-Thahir bin Ahmad
ulama besar di Kota Zabid pada saat itu. Ad- ‘Umar bin Jaghman dan mempelajari
Diba’iy tumbuh dengan bimbingan sang kakek Minhajuth Thalibin karya an-Nawawiy, al-
dengan dibekali berbagai disiplin ilmu Hawi ash-Shaghir dan ringkasannya karya al-
pengetahuan. bariziy, nadhamnya karya Bin al-Waradiy. Bin
Diba’ juga belajar hadis kepada Abi Ishaq
Sosok yang haus akan ilmu Ibrahim bin Abi al-Qasim bin Jaghman. Di
hadapannya, Bin Diba’ membaca al-Adzkar
Selain belajar kepada sang kakek yang karya an-Nawawiy, as-Syamail, dan lainnya.
begitu menyayanginya, ad-Diba’iy juga
berguru kepada beberapa ulama’. Beliau Pada tahun 897 H, beliau menjalankan
belajar Alquran kepada Nuruddin bin Abi Bakr haji untuk ketiga kalinya, yang kemudian
Khaththab sampai surat Yasin. Beliau mempertemukan beliau dengan ulama’ hadis
kemudian berpindah kepada Muhammad ath- kenamaan; Syamsuddin Muhammad bin
Thib bin Isma’il Mubariz, dan berhasil ‘Abdurrahman as-Sakhawiy al-Mishriy. Bin
menghafalkan Alquran di hadapannya dalam Diba’ mempelajari berbagai ilmu hadis serta
umur 10 tahun. Beliau juga sempat meriwayatkan berbagai kitab hadis.
mempelajari sekaligus mempraktekkan ilmu Kepandaian Bin Diba’ membuat sang guru
qiraat (berbagai bacaan Alquran), mempelajari amat menyeganinya dan mengutamakannya
asy-Syathibiyah, ilmu hisab, faraid, fiqh, di dari murid-muridnya yang lain. Bin Diba’
hadapannya. Kemudian tahun 883 H, beliau kemudian kembali ke Zabid dan mengarang
Kasyfu Kurbah yang menjabarkan isi doa sangat rindu dengan Rasulullah shallallâhu
Imam Abi Haubah, dan Bughyat al-Mustafid ‘alaihi wa sallam?” Namun dijawab oleh
menceritakan tentang kota Zabid. Bughyat al- Syeikh, “Sudahlah kamu tetap tidak boleh
Mustafid ternyata menarik perhatian ‘Amir bin ikut.”
‘abdul Wahhab; pengusa waktu itu yang
kemudian berkenan memberikan beberapa Maka berjalanlah rombongan tadi.
koreksi pada karya itu. Dari sinilah kemudian Setibanya tiba dikota Madinah, tepatnya di
Bin Diba’ meringkas kitabnya tersebut dan makam Baginda Nabi Muhammad shallallâhu
dinamai al-‘Aqdu al-Bahir fi Tarikh Daulat ‘alaihi wa sallam terkejutlah Syeikh
Bani Thahir. Abdurrahman ad-Diba’i lantaran melihat anak
kecil itu sudah ada di hadapannya.
Sosok yang penuh cinta kepada Baginda
Nabi
“Wahai anak kecil, dari mana kamu
Beliau menuangkan rasa cintanya datang? Bagaimana kamu ini bisa ikut?” kata
dalam syair-syair sanjungan (madah) atas Nabi Syeikh. “Ketika kalian berangkat, aku masuk
Muhammad SAW yang terkenal dengan ke dalam kotak/peti yang juga ikut bersama
sebutan Maulid Dziba’. rombongan ziarah ke makam Nabi
Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam.”
Ada satu kisah yang terjadi di zaman jawab anak kecil itu.
Syeikh Abdurrahman ad-Dziba’iy Asy-
Syaibani. Lalu Syeikh ad-Diba’i menimpali,
“Aku tidak heran kalau kamu ini masuk ke
Diceritakan tatkala itu Syeikh ad-
dalam peti, tetapi (yang aku heran adalah)
Diba’i sedang berkumpul dengan orang-orang
selama 2 minggu kamu makan dan minum dari
di kota Zabid (ujung kota Yaman) untuk mana? Tidak ada makan dan tidak ada
berziarah ke makam Sayyidina Rasulillah minum?” ujar Syeikh terheran-heran.
Muhammad ibn Abdillah shallallâhu ‘alaihi
wa sallam di kota Madinah al-Munawwarah.
Maka anak kecil itu pun berkata,
Pada saat itu, jarak perjalanannya bisa “Wahai Syeikh, sungguh aku ini sudah
memerlukan waktu hingga selama 2 minggu. dilupakan dari makan dan minum karena
Ketika rombongan tadi hendak pergi ke kota sangat rindunya kepada Baginda Nabi
Madinah datanglah seorang anak kecil usianya shallallâhu ‘alaihi wa sallam?”
sekitar 8 tahun, lalu ia berkata kepada Syeikh
ad-Diba’i, “Wahai Syeikh izinkanlah aku ikut MasyaAllah Tabarakallah!!
ziarah ke makam Nabi shallallâhu ‘alaihi wa Kemudian, anak kecil itu berkata lagi kepada
sallam?” Syeikh ad-Diba’i, “Wahai Syeikh, apakah
benar tanah ini pernah dipijak oleh kaki
Tetapi, permintaan anak kecil itu tidak Rasulullah?” Kata Syeikh, “Iya.” Begitu saja
dizinkan oleh Syeikh Abdurrahman ad-Diba’i. mengetahuinya, kemudian anak kecil itu
“Karena nanti kamu membuat susah, orang mengambil tanah tersebut lalu diciumnya
ingin kesini kamu malah ingin kesana?” tanah itu.
(Maklum namanya juga masih anak kecil,
ditakutkan justru menggangu yang lainnya
Lantas, anak kecil itu tiba-tiba saja
ketika sampai disana)
rebah (tersungkur) seakan pingsan. Ketika
dilihat tenyata ia sudah wafat karena
Lalu Syeikh ad-Diba’i bertanya kerinduannya yang luar biasa kepada Baginda
kepada anak kecil itu, “Kenapa kamu ini kok Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa
ingin sekali ikut?” Kemudian anak kecil itu sallam.
berkata, “Wahai Syeikh percayalah, aku ini

Pelajaran penting dari ad-Diba’i Dikisahkan, Bin Diba’ mempunyai


kebiasaan untuk membaca surat Al-Fatihah
dan menganjurkan kepada murid-murid dan
orang sekitarnya untuk sering membaca surat
Al-Fatihah. Sehingga setiap orang yang datang
menemui beliau harus membaca Fatihah
sebelum mereka pulang. Hal ini disebabkan
karena beliau pernah mendengar salah seorang
gurunya pernah bermimpi bahwa hari kiamat
telah datang. Lalu beliau mendengar suara,
“Wahai orang Yaman masuklah ke surga
Allah.”

Lalu orang-orang bertanya, “Kenapa orang-


orang Yaman bisa masuk surga?”

“Karena mereka sering membaca surat Al-


Fatihah.”

Karya ad-Diba’i

Bin Diba` termasuk ulama yang


produktif dalam menulis. Hal ini terbukti
beliau mempunyai banyak karangan baik
dibidang hadis ataupun sejarah. Karyanya
yang paling dikenal adalah syair-syair
sanjungan (madah) atas Nabi Muhammad
SAW. yang terkenal dengan sebutan Maulid
Diba`i,

Diantara buah karyanya yang


lain: Qurratul `Uyun yang membahas tentang
seputar Yaman, kitab Mi`raj, Taisirul Ushul,
Bughyatul Mustafid, Mishbah al-Misykat,
Tamyiz at-Thib min al-Khabis, dan beberapa
bait syair.

Akhir Hayat Bin Diba’

Beliau mengabdikan dirinya hinga


akhir hayatnya sebagai pengajar dan
pengarang kitab. Bin Diba’ wafat di kota
Zabid pada pagi hari Jumat tanggal 26 Rojab
944 H/1537 H. (RM)

Anda mungkin juga menyukai