Anda di halaman 1dari 17

RANGKUMAN MATERI FISIKA

A. MACAM-MACAM ALAT UKUR

No. Kelompok Nama Alat Ukur Gambar Kegunaan Skala Terkecil


Pengukuran

1. Neraca ohaus tiga lengan Untuk mengukur massa benda/zat. 0.1 gram

2. Neraca ohaus empat lengan Untuk mengukur massa benda/zat. 0.01 gram

3. Neraca digital Untuk mengukur massa benda/zat. 0.001 gram

MASSA

4. Timbangan Untuk mengukur massa benda/zat. 1 ons (0.1 kg)

5. Neraca pegas Untuk mengukur massa dan berat benda/zat. Massa: 0.1 g
Berat: 0.1 N
6. Rol meter Untuk mengukur panjang benda dan jarak, mengukur 1 mm
sudut, membuat sudut siku, serta membuat lingkaran.

7. Meteran Untuk mengukur panjang benda dan jarak. 1 mm

8. Mistar Untuk mengukur panjang benda. 1 mm

PANJANG

9. Jangka sorong Untuk mengukur panjang, tebal, kedalaman lubang 0.1 mm


serta diameter luar maupun diameter dalam suatu benda

10. Micrometer sekrup Untuk mengukur ketebalan benda yang relatif tipis. 0.01 mm

11. Altimeter Untuk mengukur ketinggian suatu titik dari permukaan 1 ft


laut.

12. Stopwatch Digital Untuk mengukur waktu. 0.01 s

WAKTU
13. Stopwatch Analog Untuk mengukur waktu. 0.1 s
14. Termometer Digital Untuk mengukur suhu tubuh/ benda. 0.01°C

15. Termometer analog/ ruangan Untuk mengukur suhu ruangan. 0.1°C

16. SUHU Termometer inframerah/ Untuk mengukur suhu tubuh/ benda. 0.1°C
Termometer Tembak

17. Termometer Alkohol Untuk mengukur suhu tubuh/ benda. 1°C

18. Avometer analog Untuk mengukur kuat arus dan tegangan listrik. 0,25 A
0,1 V
1Ω

LISTRIK
19. Amperemeter Untuk mengukur kuat arus listrik. 0,25 A
20. Voltmeter Untuk mengukur tegangan listrik. 0,1 V

21. Ohmmeter Untuk mengukur nilai hambatan dari suatu komponen 1Ω

22. Wattmeter Untuk mengukur daya listrik secara langsung yang 10 W


merupakan kombinasi dari voltmeter dan amperemeter

23. Kwh Meter Untuk mengukur jumlah pemakaian energi atau jumlah 0,01 kWh
pemakaian daya dalam satuan waktu

24. Frekuensi Untuk mengukur frekuensi radio, RF, sinyal dan 0,5 Hz
FREKUENSI meter frekuensi dari setiap sinyal elektronik yang bersifat
berulang dengan akurat.

25. Luxmeter digital Untuk mengukur intensitas cahaya. 0.1 cd

INTENSITAS
26. CAHAYA Luxmeter analog Untuk mengukur intensitas cahaya. 2 lux
27. Speedometer Untuk mengukur kecepatan 1 km/jam

KECEPATAN
28. Anemometer Untuk mengukur kecepatan angin dan untuk mengukur 0,5 m/s
arah angin.l

29. Tensimeter analog Untuk mengukur tekanan darah. 1 mmHg

30. Tire pressure gauge Untuk mengukur tekanan angin pada roda ban secara 1 psi
presisi, membuang tekanan yang berlebih dan mengisi
tekanan secara cepat.
TEKANAN
30. Barometer Untuk mengukur tekanan udara luar. 0,1 cmHg
1 mbar
0,02 inHg

31. Manometer Untuk mengukur tekanan udara tertutup. 0,5 psi


0,2 bar

32. Gelas ukur Untuk mengukur volume suatu benda. 1 mL


VOLUME
33. Hygrometer Untuk mengukur tingkat kelembaban pada suatu 0%
KELEMBAPAN tempat.

34. Seismometer Untuk mendeteksi getaran pada permukaan tanah.


GETARAN

B. BESARAN DAN SATUAN

BESARAN POKOK DAN SATUAN BESARAN TURUNAN DAN SATUAN

Untuk SATUAN
usaha, energi
kinetic, dan
energi potensial
sama yaitu
kg.m2/s2
C. DIMENSI
DIMENSI BESARAN POKOK DIMENSI BESARAN TURUNAN

Untuk DIMENSI
usaha, energi
kinetic, dan
energi potensial
sama yaitu
[M][L]2 [T]2
Cara mencari dimensi dari suatu besaran turunan:

1. Tentukan rumus dari besaran turunan yang dicari,


Contoh: Kecepatan (𝒗)
Rumusnya yaitu »
𝒔
𝒗=
𝒕
Dimana : 𝑠 = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘
𝑡 = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ
2. Tuliskan setiap satuan dari besaran dari rumusnya.
𝒔 = 𝒋𝒂𝒓𝒂𝒌 merupakan besaran Panjang, maka satuannya m
𝒕 = 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒕𝒆𝒎𝒑𝒖𝒉 merupakan besaran Waktu, maka satuannya s
Maka:
𝒔 𝒎
𝒗= =
𝒕 𝒔
3. Jadikan satuannya dalam satu garis/ sejajar
Karena pada satuan kecepatan masih terdapat pembagian, maka perlu dinaikkan satuan yang dibawah supaya sejajar.
𝒔 𝒎
𝒗= =
𝒕 𝒔
Maka:
𝒎
𝒗= = 𝒎. 𝒔−𝟏
𝒔
4. Carilah dimensi untuk tiap satuannya
Jika sudah sejajar satuannya, maka cari dimensi untuk tiap satuan
Dimensi untuk Panjang adalah [L]
Dimensi untuk Waktu adalah [T]
Maka dimensi untuk Kecepatan adalah
𝒗 = 𝒎. 𝒔−𝟏 = [𝑳][𝑻]−𝟏

D. PEMBACAAN ALAT UKUR


Contoh
No. Nama Alat Ukur Nilai Skala Terkecil (NST)
1 Jangka Sorong 10 Skala = 0,1 mm = 0,01 cm
20 Skala = 0,05 mm = 0,005 cm 1) Tentukan skala utama (satuan cm) yang terletak
50 Skala = 0,02 mm = 0,002 cm garisnya sebelum angka sebelum angka nol skala
nonius.

2) Kedua cari skala nonius yang berhimpit dengan


skala utama. (Jangan lupa untuk lihat Jumlah skala
nonius untuk melihat NST nya)

3) Dan hasil akhirnya dijumlahkan untuk skala utama dan skala nonius nya.
2 Mikrometer Sekrup 0,01 mm = 0,001 cm

1) Perhatikan letak garis skala di bagian sleeve yang dilewati oleh bagian timbal yaitu 5 mm
2) Lihat garis skala bawah yaitu 0,5 mm
3) Perhatikan nilai di skala nonius yang berada di bagian thimble yaitu 28 mm maka rumusnya
dikalikan 0,01 mm maka hasilnya 28 x 0,01 mm = 0.28 mm
4) Jumlahkanlah hasil dari ketiga nilai diatas yaitu nilai skala atas + nilai skala bawah + nilai di skala
nonius = 5 + 0,5 + 0,28 = 5,78 mm
3 Penggaris 1 mm = 0,1 cm

4 Neraca Ohauss 3 dan 0,01 gram = 1 X 105 kg “Sekantong plastik gula pasir ditimbang dengan neraca O’Hauss tiga lengan. Posisi lengan depan, lengan
4 Lengan
tengah, dan lengan belakang dalam keadaan setimbang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Tentukanlah massa gula pasir tersebut!”
Berdasarkan gambar di atas, hasil pengukuran menggunakan neraca ohaus yaitu

Skala Lengan Depan = 2,4 gram


Skala Lengan Tengah = 500 gram

Skala Lengan Belakang = 40 gram


+
542,4 gram

Dengan demikian, massa sekantong plastik gula pasir tersebut adalah 542,4 gram.

5 Gelas ukur 1 ml = 1 X 106 m

Pada gambar awal, mula-mulai kita isi gelas ukur dengan air sebanyak 50ml. Setelah kita memasukkan
benda ke dalam gelas ukur itu, volume di dalam gelas ukur bertambah menjadi 70ml. Maka untuk
mendapatkan berapa volume benda itu dapat ditentukan dengan menghitung selisih antara volume air
setelah benda tercelup dengan volume air mula-mula. Kita dapatkan volume benda tercelup sebesar 20ml,
yaitu 70ml dikurangi 50ml.

E. ANGKA PENTING DAN NOTASI ILMIAH


• ATURAN ANGKA PENTING

1. Angka penting terdiri dari semua angka yang bukan nol di antaranya 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Sebagai contoh, angka 12.455 terdiri dari lima angka penting.
2. Angka 0 (nol) yang dituliskan di belakang angka bukan nol dianggap sebagai angka penting. Sebagai contoh, angka 21.000 memiliki 5 angka penting yaitu 2, 1, 0, 0, dan
0.
3. Angka 0 (nol) yang dituliskan di belakang angka bukan nol dianggap sebagai angka penting jika terdapat tanda khusus seperti garis bawah. Sebagai contoh, angka
23.000 memiliki 4 angka penting yaitu 2, 1, 0, dan 0.

3. Angka 0 (nol) yang berada di antara dua angka bukan nol adalah angka penting. Sebagai contoh, angka 509 memiliki tiga angka penting yaitu 5, 0, dan 9.
4. Anga 0 (nol) yang berada di depan angka bukan nol tidak dianggap sebagai angka penting. Sebagai contoh, angka 0,0065 memiliki dua angka penting yaitu 6 dan 5.
5. Angka 0 (nol) yang dituliskan dibelakang tanda desimal dan didahului oleh angka bukan nol adalah angka penting. Sebagai contoh, angka 35,100 memiliki lima angka
penting yaitu 3, 5, 1, 0, dan 0.

• NOTASI ILMIAH

Format penulisannya adalah 𝒂 × 𝟏𝟎𝒏 , dengan ketentuan 𝟎 < 𝒂 < 𝟏𝟎 dan n bilangan bulat, a disebut mantisa sedangkan 𝟏𝟎𝒏 disebut orde.

Contoh : Jarak bumi ke bulan 384.000.000 m ditulis 3,84 × 108 m, tidak boleh ditulis 38,4 × 107 m atau 0,384 × 109 m walaupun ketiga penulisan tersebut bernilai
sama.

• OPERASI PERHITUNGAN ANGKA PENTING


1) Penjumlahan dan Pengurangan
Penulisan hasil penjumlahan atau pengurangan angkanya hanya boleh memiliki 1 angka taksiran.
Contoh soal:
Seseorang mengukur panjang 3 buah batang kayu. Masing-masing memiliki panjang 3,219 cm, 15,5 cm, dan 8,43 cm. Jika ketiga batang tersebut disambung, berapakah
panjangnya?
Pembahasan:
Untuk menghitung panjang sambungan batang dapat dilakukan dengan menjumlahkan panjang ketiga batang tersebut. (Ketika menjumlahkan atau mengurangkan, luruskan
tanda komanya)
3,219 ➔ 9 adalah angka taksiran

15,5 ➔ 5 adalah angka taksiran


8,43 ➔3 adalah angka taksiran
------------- +
27,149 (memiliki 3 angka taksiran yaitu angka 1, 4, dan 9).
Karena hasil akhir harus memiliki 1 angka taksiran, maka dituliskan menjadi 27,1 cm.
2) Perkalian dan Pembagian
Penulisan hasil perkalian atau pembagian jumlah angka pentingnya sama dengan jumlah angka penting yang paling sedikit dari bilangan-bilangan yang dioperasikan.
Contoh soal:
Seseorang melakukan pengukuran luas benda kecil berbentuk persegi Panjang. Diperoleh panjangnya 2,2 cm dan lebarnya 0,6283 cm. Berapakah luasnya?
Pembahasan:
Untuk menentukan luas benda tersebut, dapat menggunakan rumus Panjang dikalikan Lebar.
0,6283 ➔ memiliki 4 angka penting

2,2 ➔ memiliki 2 angka penting


---------- x
1,8226
Karena hasil akhirnya harus memiliki 2 angka penting, maka ditulis menjadi 1,8 cm2
3) Akar dan Pangkat
Penulisan hasilnya harus memiliki jumlah angka penting yang sama dengan jumlah angka penting yang dioperasikan.
Contoh:
√2,25 =1,5 hasilnya ditulis menjadi 1,50
(2,5) 2 = 6,25 hasilnya ditulis menjadi 6,2 (Perhatikan aturan pembulatan angka 5)
4) Aturan Pembulatan Angka 5
Jika sebelum angka 5 bilangan ganjil maka dibulatkan ke atas. Tetapi jika sebelum angka 5 bilangan genap angka 5 dihilangkan.
Contoh: 2,25 dibulatkan 2,2; 2,35 dibulatkan 2,4; 2,75 dibulatkan 2,8; 2,85 dibulatkan 2,8; 2,95 dibulatkan 3,0

• CATATAN
1. Penulisan hasil operasi penjumlahan dan pengurangan dapat menggunakan patokan jumlah angka penting paling sedikit dibelakang desimal.
2. Penulisan hasil akhir operasi angka penting selalu diikuti dengan pembulatan (semisal 2,145 akan dituliskan menjadi 3 angka penting maka dibulatkan menjadi 2,14)
3. Penulisan hasil akhir operasi angka penting tidak boleh merubah nilai bilangan (semisal 8790,56 akan dituliskan menjadi 2 angka penting maka penulisannya adalah 8800
atau 8,8.10^2)
4. Untuk perkalian angka hasil pengukuran dengan angka hasil membilang, hasil akhirnya harus memiliki jumlah angka penting tersedikit dari angka hasil pengukuran.

F. KESALAHAN PENGUKURAN

Secara umum faktor munculnya ketidakpastian hasil pengukuran disebabkan karena adanya kesalahan (error). Ada 3 kategori kesalahan yaitu kesalahan
umum, acak, dan sistemik.

1. Kesalahan Umum

Kesalahan-kesalahan umum (gross errors) disebabkan kesalahan manusia, antara lain kesalahan pembacaan alat ukur, penyetelan yang tidak tepat, pemakaian
instrumen yang tidak sesuai, kesalahan penaksiran dan paralaks (kesalahan yang timbul apabila pada waktu membaca skala posisi mata pengamat tidak tegak lurus terhadap
skala tersebut).

2. Kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja/kesalahan acak (random errors)

Kesalahan acak disebabkan oleh gejala yang tidak dapat secara langsung diketahui (lingkungan) sehingga tidak mungkin dikendalikan secara pasti
atau tidak dapat diatasi secara tuntas, seperti: fluktuasi tegangan listrik, gerak Brown molekul udara, getaran landasan

3. Kesalahan kesalahan sistematis (systematic errors)

Bersumber dari alat ukur yang digunakan atau kondisi yang menyertai saat pengukuran. Yang termasuk ketidakpastian sistematik antara lain:

a) Kesalahan kalibrasi alat

Kesalahan yang terjadi karena cara memberi nilai skala pada saat pembuatan alat tidak tepat, sehingga berakibat setiap kali alat digunakan suatu kesalahan
melekat pada hasil pengukuran.

b) Kesalahan nol

Ketidaktepatan penunjukan alat pada skala nol. Pada sebagian besar alat umumnya sudah dilengkapi dengan sekrup pengatur/pengenol.

c) Waktu respon yang tidak tepat

Akibat dari waktu pengukuran (pengambilan data) tidak bersamaan dengan saat munculnya data yang seharusnya diukur. Misalnya, saat mengukur periode getar
menggunakan stopwatch, terlalu cepat atau terlambat menekan tombol stopwatch saat kejadian berlangsung.

d) Kondisi yang tidak sesuai

Kondisi alat ukur dipengaruhi oleh kejadian yang hendak diukur. Misal, mengukur nilai transistor saat dilakukan penyolderan, atau mengukur panjang sesuatu pada
suhu tinggi menggunakan mistar logam.

e) Kesalahan pandangan/paralak
Kesalahan ini timbul apabila pada waktu membaca skala, mata pengamat tidak tegak lurus di atas jarum penunjuk/skala.
G. KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN TUNGGAL
Untuk ketidakpastian pengukuran tunggal diambil kebijaksanaan dirumuskan,
𝟏
∆𝒙 = 𝑵𝑺𝑻
𝟐
Dimana:
∆𝑥 = ketidakpastian pengukuran.
𝑁𝑆𝑇 = nilai skala terkecil
Penulisan yang Benar = (𝒙 ± ∆𝒙), 𝑥 dengan adalah hasil pengukuran terbaik dan ∆𝑥 adalah ketidakpastian mutlak

RANGE = (𝒙 − ∆𝒙) sampai (𝒙 + ∆𝒙)

H. KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN BERULANG

̅ + ∆𝒙)
Penulisan yang Benar = (𝒙
Dimana:
̅
𝒙 = hasil pengukuran nilai rata-rata (pengukuran berulang) » Jumlah total data : Banyaknya data
∆𝒙 = ketidakpastian mutlak pengukuran.
Ketidakpastian mutlaknya ditentukan dengan rumus simpangan baku (standar deviasi), yaitu:

𝟏 𝒏 ∑ 𝒙𝒊 𝟐 − (∑ 𝒙𝒊 )𝟐
∆𝒙 = √
𝒏 𝒏−𝟏

Dengan:
𝑛 = banyaknya data
𝑥𝑖 = data ke-i
𝑥𝑖 2 = data ke-i dikuadratkan
∑ 𝑥𝑖 2 = penjumlahan seluruh kuadrat data ke-i
∑ 𝑥𝑖 = penjumlahan seluruh data ke-i
(∑ 𝑥𝑖 )2 = kuadrat penjumlahan seluruh data ke-i

• Ketidakpastian Relatif (R) »


∆𝒙
𝑹= × 𝟏𝟎𝟎%
̅
𝒙

I. METODE ILMIAH
No. Langkah-Langkah Penjelasan
1 Melakukan Pengamatan/Observasi Langkah awal yang harus dilakukan dalam sebuah penelitian adalah melakukan pengamatan atau observasi untuk
menemukan masalah melalui pengamatan kuantitatif atau kualitatif.
2 Merumuskan Masalah Membuat pertanyaan dari masalah yang ditemukan dengan kata apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, atau bagaimana
tentang objek yang diteliti yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya.
3 Mengumpulkan Data/Informasi Mencari informasi atau data dapat diperoleh dari literatur, buku atau informasi yang ada jurnal penelitian yang sesuai
dan mendukung teori dalam penelitian
4 Membuat Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara atau dugaan sementara tentang masalah yang diselidiki. Jika setelah diuji
hipotesis tidak diterima, kita harus mengubah hipotesis tersebut sehingga dapat ditarik kesimpulan.
5 Melakukan Percobaan Percobaan atau eksperimen dilakukan untuk menguji kebenaran hipotesis. Percobaan biasanya dilakukan berulang kali
sehingga dapat ditarik kesimpulan.
6 Menganalisis Data Menganalisis data yang dapat disajikan di dalam tabel, matriks, atau grafik. Data yang diperoleh dapat dianalisis
secara statistik dan nonstatistik. Tampilan data dapat berupa grafik batang, histogram, gambar, maupun skema.
7 Membuat Kesimpulan Kesimpulan merupakan penilaian apakah dalam sebuah hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak.
Apabila dalam proses pengujian terdapat fakta yang cukup mendukung hipotesis, maka hipotesis itu diterima dan
sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai