Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Teknik Mesin, Vol. 20, No. 2, Oktober 2023, 46-54 DOI: http://doi.org/10.9744/jtm.20.2.

46-54
ISSN 1410-9867 print / ISSN 2656-3290 online

Pemanfaatan Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) sebagai


Bioetanol Generasi Dua (G2) dengan Variasi Konsentrasi Ragi
Melalui Metode Simultaneous Saccharification and Fermentation
(SSF)
Dikdik Mulyadi1*, Lela Lailatul Khumaisah1, Sugiarti Rahayu1
1Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Muhammadiyah Sukabumi
Jalan R Syamsudin S.H No. 50 Sukabumi 43113, Indonesia
* Penulis korespondensi; E-mail: dikdik011@ummi.ac.id

ABSTRAK

Saat ini ketergantungan Indonesia terhadap energi fosil dalam memenuhi kebutuhan energi
di dalam negeri masih tinggi. Di sisi lain, penggunaan bahan bakar fosil sebagai sumber energi
nasional merupakan salah satu faktor penyumbang dalam peningkatan emisi gas rumah kaca
yang merusak lingkungan. Beranjak dari hal tersebut, maka perlu adanya alternatif lain seperti
penggunaan bioetanol yang lebih ramah lingkungan. Biomassa yang dimanfaatkan sebagai
bioetanol dalam penelitian ini ialah kulit manggis karena kandungan lignin, selulosa, serta
hemiselulosa berturut-turut sebesar 38.2; 30.7; 29.8% yang dapat dikonversi menjadi bioetanol
generasi dua. Penelitian terkait pemanfaatan kullit manggis sebagai bioetanol belum banyak
dilakukan, sehingga tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakteristik dari bioetanol
yang dihasilkan serta konsentrasi ragi yang paling optimum dalam menghasilkan volume
bioetanol. Metode penelitian yang digunakan dalam produksi bioetanol adalah sakarifikasi
menggunakan enzim selulase campuran Aspergillus niger dan Trichoderma reesei perbandingan
1:2 dan fermentasi dengan variasi konsentrasi ragi 2; 4; 6 g/100 mL. Proses karakterisasi
menggunakan instrumen GC, AAS, pH meter, serta proses titrasi. Penelitian ini memberikan
hasil bahwa variasi ragi 6% merupakan konsentrasi yang paling optimum dalam menghasilkan
volume bioetanol sebanyak 160 mL.

Kata kunci: Bioetanol, Kulit Manggis, SSF.

ABSTRACT

Currently, Indonesia's dependence on fossil energy in meeting domestic energy needs is still
quite high. On the other hand, the use of fossil fuels as a national energy source is one of the
contributing factors in the increase in greenhouse gas emissions which are damaging to the
environment. Moving on from this, it is necessary to have other alternatives such as the use of more
environmentally friendly bioethanol. Biomass used as bioethanol in this study is mangosteen peel
because the contents of lignin, cellulose, and hemicellulose respectially large 38.2; 30.7; 29.8% which
could be converted into second generation bioethanol. Research related to the use of mangosteen peel
as bioethanol has not been carried out, so the aim of this research is to determine the characteristics
of the produced bioethanol, as well as the optimum concentration of yeast in producing bioethanol
volume. The research method used in the production of bioethanol is saccharification using
cellulase enzymes mixed with Aspergillus niger and Trichoderma reesei with a ratio of 1:2 and
simultaneous fermentation with variations in yeast concentration 2; 4; 6g/100 mL. The charac-
terization process used GC instrument for the analysis of ethanol and methanol content, and AAS
for the analysis of copper metal.

Keywords: Bioethanol, mangosteen rind, SSF.

PENDAHULUAN memberikan kontribusi langsung terhadap pening-


katan emisi gas rumah kaca yang merusak
Selama ini sistem penyediaan energi nasional lingkungan serta menghasilkan gas karbon dioksida
berorientasi pada penggunaan energi fosil [1]. Energi (CO2), nitrogen oksida (NOx), sulfur oksida (SOx),
fosil pada tahun 2014 menyumbang kontribusi dan logam berat [3]. Permasalahan ini mengindikasi
sebanyak 94.3% dari keseluruhan keperluan energi bahaya besar bagi kehidupan jika terus-menerus
nasional sebesar 1.357 juta SBM (setara barel bergantung pada energi fosil. Bentuk upaya untuk
minyak) [2]. Pembakaran bahan bakar fosil meminimalisir masalah tersebut ialah dengan

46
Mulyadi: Pemanfaatan Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) sebagai Bioetanol Generasi Dua (G2)

penggunaan sumber energi alternatif, salah satunya biaya modal lebih rendah, serta pada prosesnya gula
yaitu bioetanol. Bioetanol merupakan cairan bio- yang dilepaskan akan langsung dikonsumsi oleh sel-
kimia dari hasil fermentasi gula bersumber karbo- sel yang memfermentasi, sehingga secara tidak
hidrat dengan adanya bantuan mikroorganisme yang langsung dapat mencegah penghambatan selulase
dilanjutkan proses distilasi [3]. Sumber bahan baku dengan risiko kontaminasi yang rendah. Beberapa
pembuatan bioetanol dibedakan menjadi tiga penelitian terkait produksi bioetanol melalui proses
generasi. Generasi pertama diperoleh dari tanaman SSF menghasillkan kadar etanol yang lebih tinggi
yang mengandung glukosa, generasi kedua tanaman dibanding metode lainnya [7 – 10]. Tujuan dari
yang mengandung lignoselulosa, dan generasi ketiga penelitian ini adalah mengetahui konsentrasi ragi
menggunakan mikroalga. Perhatian dunia saat ini optimum serta karakteristik dari bioetanol yang
tertuju pada pengembangan produksi bioetanol dihasilkan.
generasi dua (G2) tentang penggunaan biomassa
lignoselulosa yang tak bersaing dengan bahan METODE PENELITIAN
pangan serta pakan [1]. Kandungan utama dalam
biomassa lignoselulosa ialah selulosa, hemiselulosa, Alat dan Bahan Penelitian
juga lignin [1]. Komponen selulosa dan hemiselulosa
dengan rentang jumlah kandungan 23 – 52% dan 12 Alat yang digunakan pada penelitian ini di
– 30% memiliki potensi menjadi bioetanol. Produksi antaranya gelas kimia, erlenmeyer, seperangkat alat
bioetanol G2 yang berbahan baku lignoselulosa ini distilasi, gelas ukur, penangas air, pengaduk, neraca
dapat diperoleh dari berbagai limbah, seperti limbah analitik, kertas saring, grinder, oven, pH meter,
pertanian, perkebunan, kehutanan, industri, serta cawan petri, ayakan mesh 80, autoclave, water bath,
limbah organik perkotaan [1]. sentrifugasi, kertas lakmus, kertas saring, corong
Beberapa contoh biomassa lignoselulosa yang gelas, seperangkat alat titrasi, instrumen Gas
memiliki potensi sebagai bahan baku bioetanol ada- Chromatography (GC), dan Atomic Absorption Spec-
lah limbah jagung, bagas tebu, tandan kosong, serta troscopy (AAS). Bahan yang diperlukan dalam
kulit manggis (Garcinia mangostana L.). Hasil pene- penelitian ini adalah asam sulfat (H2SO4) 72%, H2SO4
litian terdahulu didapat data bahwa kulit manggis 1 N dan 4 N, natrium hidroksida (NaOH) 10%, NaOH
mengandung glukosa, galaktosa, serta manosa se- 0.01 N, ragi instan, Aspergillus niger, Trichoderma
banyak 10.03, 1.20, dan 1.17% [4]. Adanya kandung- reesei, magnesium sulfat heptahidrat (MgSO4.7H2O),
an tersebut dapat dikonversi menjadi bioetanaol amonium sulfat ((NH4)2SO4), asam klorida (HCl)
generasi satu (G1) yang berbahan baku glukosa. pekat 37%, asam nitrat (HNO3) 68%, kalium
Selain itu, kulit manggis diketahui memiliki kan- dihidrogen fosfat (KH2PO4), urea, kalsium klorida
dungan lignoselulosa di mana komposisinya adalah monohidrat (CaCl2.H2O), indikator fenolftalein,
selulosa 26.22%, hemiselulosa 15.39%, dan lignin Tween 80, kalium ferosianida (K4Fe(CN)6), kalium
48.52% [5]. Komponen selulosa maupun hemiselu- iodida (KI), natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0.1 N, larutan
losa bisa dikonversi menjadi etanol yang disebut perak nitrat (AgNO3) 0.1 N, larutan amilum
sebagai bioetanol generasi dua (G2). Hal ini me- (C6H10O5)n 1%, larutan iodin 0.025 N, larutan luff
nunjukkan bahwa kulit manggis memiliki potensi schrool, Zn asetat (Zn(CH3CO2)2), serta akuades
yang tinggi untuk diproduksi menjadi bioetanol
generasi dua (G2) berbahan baku lignoselulosa. Prosedur Penelitian
Penelitian terkait pemanfaatan limbah kulit
manggis sebagai bioetanol G1 telah dilakukan Preparasi Sampel
terdahulu melalui metode hidrolisis dan fermentasi
terpisah (SHF). Penggunaan metode tersebut meng- Kulit manggis dibersihkan dari kotoran, lalu
hasilkan bioetanol sebesar 63.2 g/kg limbah kulit dicacah hingga berukuran kecil. Selanjutnya kulit
manggis dengan hasil konversi etanol 75% [6]. manggis tersebut dikeringkan dan dilakukan peng-
Namun, penelitian produksi bioetanol G1 yang telah gilingan menggunakan grinder agar memperkecil
dilakukan masih terdapat kekurangan, yaitu limbah kembali ukuran sampel, lalu diayak dengan ayakan
kulit manggis yang sulit dihidrolisis karena tingginya ukuran 80 mesh. Analisis kadar glukosa, selulosa,
proporsi lignin di dinding sel. Oleh karena itu, pada hemiselulosa, dan lignin [11].
penelitian selanjutnya akan dilakukan produksi
bioetanol G2 dari kulit manggis. Proses produksi Delignifikasi
bioetanol G2 akan melalui tahapan delignifikasi
secara kimia untuk mengurangi kadar lignin Serbuk kulit manggis yang telah diperoleh
sehingga lebih mudah dihidrolisis. Metode yang ditimbang sebanyak 100 g dan dimasukkan ke dalam
digunakan untuk produksinya yaitu Simultaneous erlenmeyer 1000 mL. Berikutnya ditambahkan
Saccharification Fermentation (SSF). Prinsip kerja NaOH 10% hingga tanda batas, lalu diinkubasi
metode ini menggabungkan tahap hidrolisis dan dalam water bath pada suhu 85˚C selama satu jam.
fermentasi. Alasan pemilihan metode SSF karena Selanjutnya sampel disaring dan dicuci hingga pH

47
Jurnal Teknik Mesin, Vol. 20, No. 2, Oktober 2023, pp. 46-54

netral. Setelah itu dikeringkan dalam oven meng- Pembuatan Larutan Nutrisi
gunakan suhu 105˚C selama 6 jam. Analisis kadar
glukosa, selulosa, hemiselulosa, dan lignin [11]. Dilarutkan urea sebanyak 3 g/L, MgSO4.7H2O
0.5 g/L, (NH4)2SO4 10 g/L, KH2PO4 3 g/L, CaCl2.H2O
Analisis Kadar Selulosa dan Hemiselulosa 0.5 g/L dalam 1 liter akuades. Setelah itu diukur pH
awal dan diatur hingga pH 5 untuk Aspergillus niger
Satu gram sampel kering (a) ditambahkan 150 dan Trichoderma reesei.
mL akuades, lalu direfluks pada suhu 100℃ dalam
water bath selama satu jam. Hasil refluks disaring Produksi Enzim [13]
dan dicuci dengan air panas lalu residu ditimbang (b).
Setelah ditimbang, residu ditambahkan 150 mL Larutan nutrisi sebanyak 200 mL dimasukkan
H2SO4 1 N dan direfluks dengan water bath selama ke dalam erlenmeyeer 250 mL yang berisi 20 g
satu jam pada suhu 100℃. Hasil refluks disaring, limbah padat kulit manggis yang sudah didelig-
dicuci dengan akuades sampai netral, dan dikering- nifikasi lalu ditutup. Campuran tersebut kemudian
kan lalu ditimbang (c). Residu kering ditambahkan disterilisasi pada suhu 121˚C selama 15 menit di
10 mL H2SO4 72% dan direndam pada suhu kamar dalam autoclave dan didinginkan. Setelah itu
selama 4 jam. Setelah itu ditambahkan 150 mL diinokulasikan satu blok agar Aspergillus niger dan
H2SO4 1 N dan direfluks dalam water bath selama Trichoderma reesei ke dalam media tersebut secara
satu jam. Residu disaring dan dicuci dengan akuades terpisah diinkubasi selama 6 dan 8 hari pada suhu
sampai netral, lalu dipanaskan dengan oven pada ruang.
suhu 105℃ dan hasilnya ditimbang (d). Residu
selanjutnya ditambahkan 10 mL H2SO4 72% dan Ekstraksi Enzim
direndam pada suhu kamar selama 4 jam. Setelah itu
ditambahkan 150 mL H2SO4 1 N dan direfluks dalam Ekstraksi hasil produksi enzim menggunakan
water bath selama satu jam. Residu disaring dan larutan tween 80 dengan konsentrasi 0.1% sebanyak
dicuci dengan akuades sampai netral, lalu dipanas- 100 mL. Selanjutnya campuran tersebut diaduk
kan dengan oven pada suhu 105℃ dan hasilnya dengan kecepatan 100 rpm selama 120 menit pada
ditimbang (e). Kadar lignin, selulosa, dan hemise- suhu ruang. Setelah itu dilakukan proses sentri-
lulosa dihitung dengan cara sebagai berikut: fugasi menggunakan kecepatan 6000 rpm dengan
a. Kadar hemiselulosa =
𝑏−𝑐
𝑥 100 lama waktu 10 menit. Supernatan yang dihasilkan
𝑎
tersebut lalu dipisahkan sebagai ekstrak enzim
𝑐−𝑑
b. Kadar selulosa = 𝑥 100 kasar.
𝑎
𝑑−𝑒
c. Kadar lignin = 𝑥 100 Produksi Bioetanol [13]
𝑎

Analisis Kadar Lignin Metode Klason [12] Sebanyak 15 gram limbah kulit manggis padat
yang telah terdelignifikasi dimasukkan ke dalam
Satu gram sampel kering (a) ditambahkan 10 erlenmeyer 500 mL, ditambahkan larutan nutrisi
mL H2SO4 72% dan direndam pada suhu kamar steril sebanyak 300 mL. Selanjutnya dilakukan
selama 4 jam. Setelah itu ditambahkan 150 mL proses sakarifikasi dan fermentasi secara serempak
H2SO4 1 N dan direfluks dalam water bath selama (SSF) menggunakan enzim dan ragi roti secara
satu jam. Residu disaring dan dicuci dengan akuades bersamaan. Enzim yang digunakan sebanyak 45 mL
sampai netral, lalu dipanaskan dengan oven pada dengan perbandingan enzim dari Aspergillus niger
suhu 105℃ dan hasilnya ditimbang (b). Selanjutnya dan Trichoderma reesei yaitu 1:2. Ragi roti Saccha-
residu diabukan dan ditimbang (c). romyces cerevisiae ditambahkan dengan variasi
𝑏−𝑐 konsentrasi 2; 4; dan 6 g/100 mL. Proses produksi
Kadar lignin (%) = 𝑥 100 bioetanol secara SSF dilakukan selama 96 jam.
𝑎
Setelah proses SSF selesai, larutan kemudian di-
Peremajaan Kultur Stok Trichoderma reesei saring dan filtrat yang dihasilkan lalu dilakukan
dan Aspergillus niger proses distilasi.

Media PDA disiapkan pada cawan petri. Strain Distilasi [14]


induk T. reesei dan A. niger diambil menggunakan
kawat ose steril. Strain induk yang menempel pada Setelah proses fermentasi selesai, dirangkai alat
kawat ose digesekkan pada media PDA, kemudian untuk distilasi. Berikutnya dimasukkan cairan hasil
diinkubasi pada suhu kamar selama 7 hari. Kultur fermentasi ke dalam labu distilasi dan dialirkan air
dalam cawan petri ini berperan sebagai sel stok dan sebagai pendingin melalui kondensor. Suhu yang
disimpan pada alat pendingin dengan suhu 4℃ agar digunakan pada thermocontrol adalah 78˚C sesuai
dapat digunakan pada penelitian selanjutnya. dengan titik didih etanol. Setelah didapatkan hasil

48
Mulyadi: Pemanfaatan Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) sebagai Bioetanol Generasi Dua (G2)

distilasi pertama, diukur volumenya. Konsentrasi Eter (R-O-R) adalah senyawa organik di mana atom
ragi yang memberikan hasil volume etanol tertinggi oksigen terikat dengan dua gugus alkil. Panjangnya
selanjutnya dilakukan proses karakterisasi. ikatan gugus alkil menentukan kelarutan eter dalam
air. Semakin panjang gugus alkil, maka semakin
Karakterisasi Produk Bioetanol rendah kelarutan dalam air. Hal ini karena gugus
alkil dalam bentuk hidrokarbon bersifat hidrofobik
Pengujian kadar etanol, metanol, serta air di- yakni menolak molekul air. Oleh karena itu, kulit
lakukan menggunakan instrumen GC, kandungan manggis yang telah melalui tahap preparasi dilanjut-
asam asetat dengan titrasi asam basa, kandungan kan dengan proses delignifikasi.
tembaga menggunakan instrumen AAS, kandungan
ion klorida melalui titrasi argentometri, sulfur me- Delignifikasi
lalui titrasi iodometri, pH menggunakan pH meter,
dan tampakan dilakukan secara visual. Penggunaan NaOH sebagai katalis dalam
tahapan delignifikasi dikarenakan NaOH merupa-
HASIL DAN PEMBAHASAN kan basa kuat untuk proses delignifikasi yang ber-
dampak pada meningkatnya hasil hidrolisis enzim
Kadar Lignoselulosa sebelum Delignifikasi dibanding pre-treatment menggunakan alkali lain-
nya [19]. Larutan NaOH dalam pre-treatment ber-
Kulit manggis yang telah melalui proses fungsi menyerang dan merusak struktur lignin.
preparasi, selanjutnya dilakukan analisis kadar Selain itu, NaOH mampu menghilangkan lignin
lignoselulosa serta glukosa dan didapat data bahwa secara selektif, menurunkan derajat polimerisasi,
kandungan lignoselulosa dari kulit manggis sebelum menurunkan kristalinitas selulosa, memisahkan
delignifikasi tersaji pada Tabel 1. ikatan struktural antara lignin dan karbohidrat,
serta mampu meningkatkan porositas dan luas
Tabel 1. Kandungan lignoselulosa dan glukosa kulit permukaan serbuk kulit manggis sehingga dapat
manggis sebelum delignifikasi meningkatkan performa hidrolisis enzimatik.
Komponen Kadar (%) NaOH merupakan basa yang bersifat nukleofil
Lignin 38.2 akan menyerang atom C pada karbonil dari lig-
Hemiselulosa 29.8 noselulosa karena bersifat elektrofil. Penyerangan
Selulosa 30.7 nukleofilik ini akan mengakibatkan putusnya ikatan
Glukosa 7.05
rangkap pada karbonil (C=O). Kemudian, serangan
nukleofilik ini akan diikuti eliminasi gugus -OR atau
Berdasarkan data tersebut, terdapat perbedaan dengan kata lain, gugus –OR menjadi gugus pergi.
kandungan lignoselulosa pada penelitian ini dan Ketika gugus –OR pergi, maka akan terbentuk kem-
terdahulu yang tersaji dalam Gambar 1. Faktor yang bali ikatan rangkap dan menghasilkan gugus kar-
mempengaruhi proporsi tersebut dapat disebabkan bonil. Reaksi eliminasi ini menyebabkan putusnya
karena jenis dan kondisi tanah, budidaya tanaman, struktur dasar lignin dan selulosa. Pada stuktur
serta daerah tanam yang berbeda, sehingga lignin, ion O- yang kaya akan elektron menyebabkan
menghasilkan proporsi yang berbeda pula. ion Na+ dari natrium hidroksida mendekat dan
membentuk natrium fenolat (Gambar 2). Garam
fenolat ini bersifat mudah larut dan akan larut saat
proses pencucian. Reaksi yang terjadi dari proses
delignifikasi menggunakan NaOH tersaji pada
Gambar 2.

Gambar 1. Perbedaan kandungan lignoselulosa.

Pada data tersebut dapat diketahui bahwa Gambar 2. Reaksi delignifikasi dengan NaOH.
proporsi lignin dalam sampel masih tinggi. Tingginya
kadar lignin dalam sampel dapat menghambat Penggunaan suhu 85℃ dalam proses pre-
hidrolisis selulosa serta hemiselulosa. Ketahanan treatment dikarenakan suhu tersebut adalah suhu
terhadap hidrolisis ini disebabkan adanya eter [1]. moderat di mana apabila terlalu rendah, maka lignin

49
Jurnal Teknik Mesin, Vol. 20, No. 2, Oktober 2023, pp. 46-54

belum terurai. Namun, jika suhu terlalu tinggi, maka ialah campuran dari Aspergillus niger dan Tricho-
selulosa ikut terdegradasi dan terlarut [1,14]. Selain derma reesei. Penggunaan kedua jamur tersebut
itu, penggunaan suhu 105℃ setelah proses pencucian dikarenakan berdasarkan hasil kajian literatur,
bertujuan untuk menghilangkan kandungan air. diketahui bahwa Trichoderma reesei menghasilkan
Hasil dari proses ini terdapat perubahan warna endo-β-1,4-glukanase 20 – 36%, ekso-β-1,4-glukanase
sampel di mana warna awal sampel adalah orange, 60 – 80%, dan β-1,4-glukasidase 1%, sehingga mole-
lalu berubah menjadi lebih kecokelatan. Perubahan kul yang dihasilkannya bukan glukosa, melainkan
ini disebabkan karena lignin adalah polimer acak dan selubiosa. Sementara itu, Aspergillus niger meng-
kompleks yang mengandung struktur kromoforik hasilkan β-1,4-glukasidase yang tinggi sedangkan
dalam hal ini senyawa aromatik dalam hal ini endo-β-1,4-glukanase, ekso-β-1,4-glukanase rendah
senyawa aromatik yang bertanggung jawab atas [22]. Tahapan tersebut tersaji pada Gambar 3.
warna kayu pada tumbuhan [20]. Warna tersebut
dihasilkan dari absorbsi cahaya oleh gugus kromofor
[21]. Kromofor merupakan gugus tak jenuh yang
bertanggung jawab terhadap terjadinya absorbsi
elektronik, misalnya C=C dan C=O, NO2 [22]. Setelah
proses delignifikasi, terjadi degradasi struktur kro-
moforik yang mengakibatkan penurunan kecerahan
warna akibat dari rusaknya struktur lignin merupa-
kan gugus tak jenuh yang bertanggung jawab ter-
hadap terjadinya absorbsi elektronik, misalnya C=C
dan C=O, NO2 [18]. Setelah proses delignifikasi,
terjadi degradasi struktur kromoforik yang meng-
akibatkan penurunan kecerahan secara umum.
Sampel yang telah terdelignifikasi selanjutnya di-
lakukan analisis kadar lignin, selulosa, hemiselulosa,
dan glukosa (Tabel 2).

Tabel 2. Kandungan lignoselulosa dan glukosa kulit


manggis setelah delignifikasi
Komponen Kadar (%) Gambar 3. Mekanisme hidrolisis dengan enzim selulase.
Lignin 18.1
Hemiselulosa 47.6 Pada proses produksi enzim selulase diperlukan
Selulosa 60.6 adanya penambahan larutan nutrisi. Hal ini karena
Glukosa 0 pertumbuhan jamur pada media fermentasi dipe-
ngaruhi oleh nutrisi yang ada dalam substrat [23].
Hasil analisis tersebut dapat disimpulkan Nutrisi yang diperlukan oleh jamur terdiri atas unsur
bahwa telah terjadi penurunan kadar lignin dan karbon (C), nitrogen (N), hidrogen (H), mineral
terdapat peningkatan kadar selulosa serta hemi- seperti fosfor (P), sulfur (S), kalsium (Ca), kalium (K),
selulosa. Peningkatan kadar hemiselulosa juga dan magnesium (Mg). Sumber karbon yang diguna-
selulosa disebabkan oleh ikatan lignin yang terputus kan dalam penelitian ini adalah sampel kulit
dari biomassa akibat degradasi pada alfa dan beta manggis terdelignifikasi. Keberadaan karbon ber-
lignin. Larutan NaOH bertujuan untuk merusak fungsi sebagai unsur utama pembentukan sel.
struktur lignin dalam biomassa dan dapat meng- Kemudian, urea (CO(NH2)2 dan (NH4)2SO4 diguna-
ekstraksi selulosa serta hemiselulosa dengan meme- kan sebagai sumber nitrogen yang berfungsi untuk
cah struktur lignoselulosa [10]. Pecahnya ikatan pertumbuhan serta sekresi enzim. Sementara itu,
lignoselulosa mengakibatkan kandungan selulosa KH2PO4, MgSO4.7H2O, CaCl2.H2O merupakan sum-
dan hemiselulosa meningkat [19 – 20]. Sementara ber mangnesium, kalsium, kalium yang diperlukan
itu, terdapat penurunan kadar glukosa dari sampel sebagai pengendapan senyawa-senyawa kimia yang
kulit manggis setelah delignifikasi. Hal ini disebab- dapat mengganggu pertumbuhan jamur A. niger dan
kan karena penggunaan suhu yang cukup tinggi T. reesei [23].
pada saat proses delignifikasi. Menurut hasil kajian Proses pembuatan larutan nutrisi perlu adanya
literatur, diketahu bahwa monosakarida akan kontrol derajat keasaman di mana pH yang di-
mudah terdegradasi pada suhu yang tingggi[21]. perlukan adalah pH 5. Menurut hasil kajian litera-
tur, pH 5 merupakan pH optimum untuk partum-
Produksi Enzim Selulase buhan A. niger dan T. reesei. Penelitian terdahulu
terkait hidrolisis enzimatik selulosa dari ampas tebu
Pada tahap produksi enzim selulase, jamur dengan adanya variasi pH 4, 5, dan 6 dalam proses
yang digunakan sebagai penghasil enzim tersebut hidrolisis, memberikan hasil pH 5 menghasilkan

50
Mulyadi: Pemanfaatan Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) sebagai Bioetanol Generasi Dua (G2)

kadar glukosa paling tinggi, lalu terjadi penurunan hingga hari ketiga. Pembentukan gelembung ini
pada pH 6. Hal ini karena enzim selulase yang dikarenakan saat proses konversi glukosa menjadi
bekerja pada pH selain pH optimum akan meng- etanol akan menghasilkan gas berupa karbon
alami perubahan struktur atau muatan asam amino dioksida.
yang merupakan sisi aktif untuk pengikatan sub-
strat. Hal ini mengakibatkan terganggunya interaksi
antara sisi aktif enzim selulase dengan substrat
selulosa [13].

Produksi Bioetanol
Gambar 4. Mekanisme fermentasi alkohol.
Proses penambahan enzim selulase campuran
Aspergillus niger dan Trichoderma reesei perbanding- Distilasi
an 1:2 dalam produksi bioetanol didasari karena
Trichoderma reesei menghasilkan lebih banyak endo- Dasar pemisahan dari distilasi sederhana ialah
β-1,4-glukanase dan ekso-β-1,4-glukanase, sehingga perbedaan titik didih yang jauh atau dengan salah
molekul yang dihasilkannya bukan glukosa, melain- satu komponen bersifat volatil. Jika campuran
kan selubiosa. Sementara itu, Aspergillus niger dipanaskan, maka komponen yang titik didihnya
menghasilkan β-1,4-glukasidase yang tinggi sedang- lebih rendah akan menguap terlebih dahulu [32].
kan endo-β-1,4-glukanase, ekso-β-1,4-glukanase ren- Tahapan ini memberikan hasil bahwa volume bio-
dah[26]. Hal tersebut didukung pula dengan hasil etanol paling banyak diperoleh dari sampel dengan
penelitian terkait pengaruh perbandingan campuran perlakuan variasi konsentrasi ragi 6% sebanyak 160
A. niger dan T. reesei terhadap efektivitas proses mL, sedangkan volume terendah dihasilkan dari
hidrolisis, diperoleh data bahwa perbandingan 1:2 konsentrasi ragi 2% sebanyak 100 mL. Pengaruh
merupakan kondisi yang paling optimum. Hal ini konsentrasi ragi terhadap volume bioetanol yang
dimungkinkan karena jumlah endo dan ekso gluka- dihasilkan tersaji pada Gambar 5.
nase lebih banyak, sehingga menghasilkan selubiosa
yang banyak pula dan dengan penambahan A. niger
sebagai penghasil β-1,4-glukasidase akan memotong
rantai selubiosa menjadi glukosa[27, 29].
Penambahan campuran enzim selulase ini
dilakukan secara bersamaan dengan ragi. Konsen-
trasi ragi Saccharomyces cerevisiae yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 2; 4; 6 g/100 mL.
Pemilihan Saccharomyces cerevisiae sebagai mikroba
dikarenakan dapat tumbuh dalam kondisi anaerob
maupun aerob, menghasilkan enzim zimase untuk
mengubah glukosa menjadi etanol, pertumbuhan
sederhana, media murah, fermentasi murni dengan Gambar 5. Pengaruh variasi konsentrasi ragi
ketahanan terhadap inhibitor, serta menghambat
kontaminan dari kondisi pertumbuhan [1]. Sebagai Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan
komponen utama dalam fermentasi, S. cerevisiae bahwa semakin tinggi konsentrasi ragi, maka sema-
memengaruhi jumlah rendemen etanol [30]. Pemi- kin banyak pula volume bioetanol yang dihasilkan.
lihan fermentasi selama 96 jam dikarenakan waktu Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu terkait
tersebut merupakan kondisi optimal untuk meng- pengaruh variasi konsentrasi ragi dalam produksi
hasilkan kadar bioetanol yang tinggi. Sementara itu, bioetanol dan memberikan hasil bahwa semakin
apabila waktu kurang dari 96 jam belum mencapai tinggi konsentrasi, kadar bioetanol akan semakin
titik optimal karena S. cerevisiae masih berada pada banyak, lalu akan turun setelah melewati titik
fase lag/adaptasi. Apabila lebih dari 96 jam, mikroba optimumnya [13, 29, 33, 34]. Menurut hasil kajian
literatur, hal tersebut dikarenakan semakin tinggi
mengalami kematian yang ditandai dengan menu-
kadar S. cerevisiae yang diberikan, maka akan
runnya kadar etanol. Fase kematian dapat terjadi
mempengaruhi interaksi S. cerevisiae dalam meng-
karena S. cerevisiae kekurangan nutrisi, kadar
gunakan sumber nutrisi, dan semakin lama ber-
glukosa semakin berkurang, dan terjadi pemben- interaksi maka mortalitas dari sel ragi akan semakin
tukan produk lanjutan dari proses SSF berupa asam menurun yang berdampak pada optimalisasi proses
cuka, atau keracunan etanol [14, 15, 31 – 32]. fermentasi [33]. Sampel yang memberikan volume
Mekanisme fermentasi tersaji pada Gambar 4. bioetanol paling tinggi selanjutnya dilakukan dis-
Selama proses fermentasi berlangsung, ter- tilasi kedua dengan perolehan bioetanol 70 mL, lalu
bentuk gelembung yang banyak pada hari pertama, dilanjutkan dengan proses karakterisasi produk
lalu mengalami penurunan jumlah gelembung bioetanol.

51
Jurnal Teknik Mesin, Vol. 20, No. 2, Oktober 2023, pp. 46-54

Karakterisasi Bioetanol Berikutnya, kandungan tembaga dan sulfur


dalam bioetanol kulit manggis telah memenuhi
Berdasarkan hasil karakterisasi bioetanol dari standar mutu bahan bakar. Berdasarkan data pada
kulit manggis, diperoleh data yang tersaji pada Tabel Tabel 4, diketahui bahwa kandungan sulfur bioetanol
3. kulit manggis lebih tinggi dibandingkan dengan
penelitian terdahulu berbahan baku limbah pabrik
Tabel 3. Hasil karakterisasi bioetanol brem. Hal ini disebabkan karena adanya penambah-
Parameter Hasil Standar* Metode an bahan kimia berupa magnesium sulfat dan
Etanol 2% 94 – 99.5% GC amonium sulfat dalam larutan nutrisi yang diguna-
Metanol 38% 0.5% GC
kan. Kandungan senyawa tersebut dapat berkontri-
Tampakan Jernih Jernih Visual
pH 8.61 6.5 – 9.0 pH meter
busi meningkatkan kandungan sulfur. Kandungan
40 mg/L Titrasi sulfur dalam bahan bakar yang melebihi ketentuan
Cl - 4.96 mg/L dapat menyebabkan kerusakan pada mesin di-
(maks) Argentometri
0.1 mg/L karenakan terbentuknya lapisan kerak pada ruang
Cu 0.0065 mg/L AAS
(maks) bakar, tangki bahan bakar, dan pipa pembuangan
50 mg/L Titrasi [38].
Sulfur 11.6 mg/L
(maks) Iodometri Beranjak pada hasil karakterisasi lainnya,
30 mg/L Titrasi bioetanol kulit manggis diketahui memiliki pH 8.63.
Asam asetat 13.5 mg/L
(maks) alkalimetri
Sementara itu, hasil pH bioetanol penelitian ter-
Air 59% 0.7% GC
dahulu ialah 7.15 [39]. Nilai tersebut lebih rendah
*Standar mutu bahan bakar jenis bioetanol menurut
Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi nomor dibandingkan sampel bioetanol kulit manggis.
23204 tahun 2008. Faktor yang menyebabkan pH sampel bioetanol kulit
manggis cukup tinggi adalah pada saat proses pen-
Berdasarkan data yang telah diperoleh dari cucian kulit manggis pasca delignifikasi sulit netral.
Tabel 3, diketahui hasil pengujian menggunakan Hal ini mengakibatkan pH kulit manggis lebih basa
instrumen GC menunjukkan bahwa kandungan dan berdampak pada hasil karakterisasi yang ham-
etanol dalam sampel bioetanol masih sangat rendah. pir melebihi standar mutu bahan bakar bioetanol.
Sementara itu, kandungan air dan metanol melebihi Apabila pH produk bioetanol terlalu asam atau basa
standar mutu bahan bakar jenis bioetanol. Rendah- dapat menyebabkan korosif pada alat pembakaran.
nya kandungan etanol dan tingginya kandungan air Parameter terakhir yang diuji ialah kandungan
disebabkan karena proses distilasi yang belum asam asetat. Dari data Tabel 3 diketahui bahwa
optimal, sehingga perlu dilakukan distilasi berulang kandungan asam asetat bioetanol kulit manggis
untuk mencapai konsentrasi etanol yang sesuai. tidak melebihi standar mutu bahan bakar. Asam
Keberadaan air dalam konsentrasi yang cukup tinggi asetat tersebut dapat berasal dari kontaminasi atau
dapat menyebabkan bahan bakar sulit terbakar [36, penguraian/oksidasi etanol selama penyimpanan,
37]. Selain itu, adanya kandungan metanol diketahui distribusi, dan/atau pembuatan etanol[14] (Gambar
sebagai produk samping dari hasil fermentasi. 6). Larutan encer asam organik dengan berat
Kemudian, proses karakterisasi bioetanol ter- molekul rendah, seperti asam asetat, sangat korosif
kait tampakan diketahui bahwa sampel bioetanol terhadap sebagian besar logam, sehingga konsentra-
kulit manggis telah sesuai dengan standar yaitu sinya ditekankan serendah mungkin [39].
jernih dan tidak terdapat endapan. Faktor yang
memengaruhi sampel bioetanol menjadi jernih ialah
proses distilasi di mana proses ini merupakan cara
yang efektif untuk menjernihkan cairan dari kon-
taminan-kontaminan yang tidak diinginkan.
Selanjutnya, kandungan ion klorida dalam sam- Gambar 6. Reaksi oksidasi etanol.
pel bioetanol telah memenuhi standar mutu bahan
bakar jenis bioetanol. Apabila melebihi ketentuan, KESIMPULAN
maka akan menyebabkan korosif pada mesin. Hal ini
dikarenakan ion klorida bersifat sangat korosif dan Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilaku-
dapat menurunkan performa mesin [38]. Hasil kan dapat disimpulkan bahwa:
penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan 1. Konsentrasi ragi paling optimum dalam meng-
penelitian terdahulu berbahan baku limbah pabrik hasilkan volume bioetanol tertinggi adalah kon-
brem di mana kandungan ion klorida 5.93 mg/L [39]. sentrasi 6%.
Adanya kandungan ion klorida sampel bioetaol kulit 2. Beberapa karakterisistik bioetanol kulit manggis
manggis disebabkan penambahan larutan nutrisi telah sesuai dengan ketentuan umum standar
yang mengandung kalsium klorida di mana senyawa mutu bioetanol untuk campuran BBM meliputi,
tersebut merupakan larutan garam yang dapat nilai pH, kadar keasamaan sebagai asam asetat,
terionisasi menjadi Ca2+ dan 2Cl-. kadar ion klorida, tembaga, belerang, dan

52
Mulyadi: Pemanfaatan Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) sebagai Bioetanol Generasi Dua (G2)

tampakan. Namun, parameter kadar etanol, Kulit Nanas Madu dengan Metode SHF dan
mentanol, dan air dalam sampel belum meme- SSF. Jurnal Chemtech.
nuhi standar mutu bahan bakar. [11] Novia, Destarani Wijaya, Putri Yanti. 2017.
Pengaruh Waktu Delignifikasi terhadap Lignin
UCAPAN TERIMA KASIH dan Waktu SSF terhadap Etanol Pembuatan
Bioetanol dari Sekam Padi. Jurnal Teknik
Terima kasih saya sampaikan kepada pembim- Kimia. 23 (1).
bing, serta instansi yang telah membantu serta [12] Standar Nasional Indonesia. 2008. Pulp dan
menunjang pelaksanaan penelitian ini. Kayu Cara Uji Kadar Lignin Metode Klason SNI
0492:2008. Jakarta: Badan Standarisasi Nasio-
DAFTAR PUSTAKA nal.
[13] Gayatri Nurul Putri dan Dewi Astuti Herawati.
[1] Sudiyani Y, Syahrul Aiman, Dieni Mansur.
2021. Pengaruh Variasi Massa Saccharomyces
2019. Perkembangan Bioetanol G2; Teknologi
Perspektif. Jakarta: LIPI Press. cerevisiae dan Waktu Fermentasi pada Pem-
[2] Purnomo Hadi. 2014. Laporan Dewan Energi buatan Bioetanol dari Limbah Padat Pati Aren
Nasional. Jakarta: Dewan Energi Nasional Metode Simultaneous of Saccharification and
Republik Indonesia. Fermentation. Jurnal Kimia dan Rekayasa. 1
[3] Hermawati Wati, Haznan Abimanyu, Nanag (2).
Roffandi Ahmad, Dwi Susilaningsih, Ishelina [14] Wandono E Hugeng, Endang Kusdiyantini,
Rosaira, Prakoso Bhairawa Putera. 2014. Kon- Hadiyanto. 2020. Efektivitas Limbah Kulit
versi Biomassa untuk Energi Alternatif di Kering Nanas Madu (Ananas comosus L. Merr)
Indonesia: Tinjauan Sumber Daya, Teknologi, untuk Pembuatan Bioetanol dengan Proses
Manajemen, dan Kebijakan. Jakarta: LIPI Fermentasi dan Distilasi. Jurnal Energi Baru &
Press. Terbarukan. 1 (2).
[4] Senu Zamila Mohd, Maryam Husin, Abd Rashid [15] Kim Jun Seok, YY Lee, Tae Hyun Kim. 2015. A
Li, Rusnah Samsuddin, Mohd Radzi Ahmad, Review on Alkaline Pretreatment Technology
Nik Roslan Nik Abd Rashid, Nur Zalikha Mohd for Bioconversion of Lignocellulosic Biomass.
Taza. 2015. Production of Glucose, Galactose, Bioresource Technology.
and Mannose from the Skins of Durian and [16] Cogulet Antoine, Pierre Blanchet, Veronic
Mangosteen. Springer Science-Business Media
Landy. 2016. Wood Degradation Under UV
Singapore.
irradiation A lignin Characterization. Journal of
[5] Mukti Nur Indah Fajar, Imam Prasetyo, Aswati
Photochemistry and Photobiology.
Mindaryani, dan Shofwatunnaida S. 2018.
Preparation of Porous Carbon as Ethylene [17] Zaidar Sapta Ahmad, Sri Hidayati, Rafma
Adsorbent by Pyrolysis of Extraction Waste Ariana. 2014. Kajian Delignifikasi Pulp For-
Mangosteen Rinds. EDP Science. macell dari Tandan Kosong Kelapa Sawit Meng-
[6] Cho Eun Jin, Chan Song Park, Gahui Gwak, gunakan Hidrogen Peroksida (H2O2) dalam
Hyeun-Jong Bae. 2018. Production of Bioethanol Media Asam Asetat. Jurnal Teknologi Industri
and Biomaterials from Mangosteen Peel Waste dan Hasil Pertanian.
by Popping Pretreatment. International Journal [18] Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa
of Advances in Science Engineering and Tech- Organik Secara Spektroskopi. Padang: LPTIK
nology. 6. Universitas Andalas.
[7] Tropea Alessia, David Wilson, Loredana G, [19] Kurniaty Ika, Ummul Habibah H, Devi Yus-
Rosario B, Peter Saugman, Peter Trory Davies, tiana, Isnaini Fajriah M. 2017. Proses Deligni-
Gacomo Dugo, Keith W Waldron. 2014. Bioetha- fikasi Menggunakan NaOH dan Amonia Pada
nol Production from Pineapple Wastes. Journal Tempurung Kelapa. Jurnal Integrasi Proses.
of Food Research. 3 (4). [20] Dewi Ika Atsari, Azimmatul Ihwah, Hendrix
[8] Tan Inn Shi, Keat Teong Lee. 2014. Enzymatic Yulis, Alfi Ayuning, dan Afifah Ulfah. 2017.
Hydrolysis and Fermentation of Seaweed Solid Optimasi Proses Delignifikasi Pelepah Pisang
Wastes for Bioethanol Production: An Optimi-
Untuk Bahan Baku Pembuatan Kertas Seni.
zation Study. Energy Xxx. 1 – 10.
Jurnal Sebatik.
[9] Dahnum Deliana, Sri Octavia Tasum, Eka
[21] Obed, Andi Hairil Alimuddin, Harlia. 2015.
Triwahyuni, Muhammad Nurdin, Haznan Abi-
manyu. 2015. Comparison of SSF and SHF Optimasi Katalis Asam Sulfat dan Asam Maleat
Process Using Enzyme and Dry Yeast for Pada Produksi Gula Pereduksi dari Hidrolisis
Optimization of Bioethanol Production from Kulit Buah Durian. JKK 4 (1).
Empty Fruit Bunch. Energy Procedia. 107 – 116. [22] Ahamed Aftab, Patrick Vermette. 2008. Culture
[10] Febriasari Arifina, Ahmad Mujimi, Nawawi Based Strategies to Enhance Cellulase Enzyme
Irawan, Roni Candra, Nina Arlofa. 2021. Penga- Production from Trichoderma reesei RUT-C30
ruh Perbedaan Konsentrasi Ragi (Saccharom- in Bioreactor Culure Conditions. Journal
yces cerevisiae) terhadap Kadar Etanol dari Biochemical Engineering.

53
Jurnal Teknik Mesin, Vol. 20, No. 2, Oktober 2023, pp. 46-54

[23] Safaria Selvisa, Nora Idiawati, Titin Anita [31] Rasjava Achmad Ramadhanna’il. 2020. Penga-
Zaharah. 2013. Efektivitas Campuran Enzim ruh Konsentrasi Ragi dan Waktu Fermentasi
Selulase dari Aspergillus niger dan Trichoderma Pada Pembuatan Bioetanol Sekam Padi (Oryza
reesei dalam Menghidrolisis Substrat Sabut sativa) melalui Metode Simultaneous Sacchari-
Kelapa. Jurnal JKK. fication and Fermentation. [Skripsi]. Yogyakar-
[24] Jayus Jaya, Sony Suwosno, Ike Wijayanti. 2017. ta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Produksi Bioetanol Secara SHF dan SSF [32] Amtiran Feriyanti Bati, Imanuel Gauru, Fani K
menggunakan Aspergillus niger, Trichoderma Y Serangmo. 2019. Pembuatan Bioetanol Skala
viride, dan New Aule Instant Dry Yeast pada Laboratorium sebagai Bahan Bakar Alternatif
Media Kulit Ubi Kayu. Jurnal Agroteknologi. 11 untuk Pengembangan Energi Terbarukan dari
(1). Bahan Baku Serbuk Buah Bidara. Jurnal
[25] Haryani Kristinah, Hargono, Noer Abyor Teknik Mesin. 2 (1).
Handayani, Hendra Harles, Sheila Amanda [33] Mustadi Lalu, Siswi Astuti, Aladin Eko Purkun-
Putri. 2021. Pengaruh Konsentrasi Pati dan coro. 2020. Buku Ajar Distilasi Uap dan Bahan
Yeast Pada Pembuatan Etanol dari Pati Sorgum Bakar Pelet Arang Sampah Organik. Malang:
Melalui Proses Simultaneous Saccharification CV IRDH.
Fermentation (SSF) dan Separated Hydrolysis [34] Sulaiman Dady, St Syahdan, Siti Maria Ulva.
Fermentation (SHF). Jurnal Rekayasa Mesin. 16 2021. Analisis Uji Karakteristik Bioetanol dari
(2). Pisang Hutan Terhadap Variasi Massa Ragi.
[26] Karisma. 2015. Pembuatan Bioetanol dari
Jurnal Kumparan Fisika. 4 (3).
Jerami Padi (Oryza sativa L.) melalui Proses
[35] Rijal Muhammad, Adila Rumbaru, Abajaidun
Sakarifikasi dan Fermentasi Serentak (SFS).
Mahulauw. 2019. Pengaruh Konsentrasi Sac-
[Skripsi]. Makassar: Universitas Islam Negeri
charomyces cereviceae Terhadap Produksi Bioe-
Alauddin.
tanol Berbahan Dasar Batang Jagung. Jurnal
[27] Kodri, Bambang Dwi Argo, Rini Yulianingsih.
2013. Pemanfaatan Enzim dari Trichoderma Biology Science & Education. 8 (1)
reesei dan Aspergillus niger sebagai Katalisator [36] Roni Kiagus A, Dorie Kartika, Hasyirullah
Hidrolisis Enzimatik Jerami Padi dengan Pre- Apriyadi, dan Netty Herawati. 2019. The Effect
treatment Microwave. Jurnal Bioproses Komo- of Type and Concentration Yeast with Fer-
ditas Tropis. 1 (1) mentation Time and Liquifaction Variations on
[28] Azhar Siti Hajar Mohd, Rahmath Abdulla, Siti the Bioethanol Concentration Resulted by
Azmah Jambo, Hartinie Marbawi, Jualang Sorgum Seeds with Hydrolysis and Fermenta-
Azlan Gansau, Ainol, Kenneth. 2017. Yeast in tion Processes. Journal of Computational and
Sustainable Bioethanol Production: A Review. Theoritical Nanoscience. 16.
Journal Biochemistry and Biophysics Reports. [37] Sanches C, Sergio S, Raquel S, Charles, Liene-
[29] Rasjava Achmad Ramadhanna’il. 2020. Peng- mann, and Jose. 2020. Profiling of Organic Com-
aruh Konsentrasi Ragi dan Waktu Fermentasi pound in Bioethanol Samples of Different
Pada Pembuatan Bioetanol Sekam Padi (Oryza Nature and the Related Fractions. ACS
sativa) melalui Metode Simultaneous Sacchari- OMEGA.
fication and Fermentation. [Skripsi]. Yogyakar- [38] Anisa Sinta Putri, Muhaji. 2021. Produksi
ta: Universitas Negeri Yogyakarta. Bioetanol dari Limbah Brem sebagai Bahan
[30] Amtiran Feriyanti Bati, Imanuel Gauru, Fani K Bakar Alternatif dengan Adsorben Batuan
Y Serangmo. 2019. Pembuatan Bioetanol Skala Zeolit. JPTM. 10 (2).
Laboratorium sebagai Bahan Bakar Alternatif [39] Purwasih Ratih, Dwi Heru Sutjahjo. 2017.
untuk Pengembangan Energi Terbarukan dari Pemanfaatan Limbah Pabrik Brem sebagai
Bahan Baku Serbuk Buah Bidara. Jurnal Bahan Baku Bioetanol untuk Bahan Bakar
Teknik Mesin. 2 (1). Alternatif. JPTM. 2 (6).

54

Anda mungkin juga menyukai